Anda di halaman 1dari 17

Biografi Fidel Alejandro Castro Ruz (Fidel Castro)

Fidel Alejandro Castro Ruz (lahir 13 Agustus 1926) adalah Presiden Kuba sejak 1976 hingga 2008. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Perdana Menteri atas penunjukannya pada Februari 1959 setelah tampil sebagai komandan revolusi yang gagal Presiden Dewan Negara merangkap jabatan sebagai Dewan Menteri Fulgencio Batista pada tahun 1976. Castro tampil sebagai sekretaris pertama Partai Komunis Kuba (Communist Party of Cuba) pada tahun 1965 dan mentransformasikan Kuba ke dalam republik sosialis satu-partai. Setelah tampil sebagai presiden, ia tampil sebagai komandan Militer Kuba. Pada 31 Juli 2006, Castro menyerahkan jabatan kepresidenannya kepada adiknya, Ral untuk beberapa waktu. Pada tahun 1947, ia ikut dalam upaya kudeta diktator Republik Dominika Rafael Trujillo dan lari ke New York (Amerika Serikat) karena adanya ancaman akan dihabisi lawan politiknya. Setelah meraih doktor di bidang hukum pada 1950, ia memprotes dan memimpin gerakan bawah tanah anti-pemerintah atas pengambilalihan kekuasaan lewat kudeta oleh Fulgencio Batista pada 1952. Tahun 1953, ia memimpin serangan ke barak militer Moncada Santiago de Cuba, namun gagal. Sebanyak 69 orang dari 111 orang yang ambil bagian dalam serbuan itu tewas dan ia dipenjara selama 15 tahun. Setelah mendapatkan pengampunan dan dibebaskan pada 15 Mei 1955, ia langsung memimpin upaya penggulingan diktator Batista. Perlawanan ini kemudian dikenal dengan Gerakan 26 Juli. Pada 7 Juli 1955, ia lari ke Meksiko dan bertemu dengan pejuang revolusioner Che Guevara. Bersama 81 orang lainnya, ia kembali ke Kuba pada 2 Desember 1956 dan melakukan perlawanan gerilya selama 25 bulan di Pegunungan Sierra Maestra. Di luar Kuba, Castro mulai menggalang kekuatan untuk melawan dominasi Amerika Serikat dan bekas negara Uni Soviet. Setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, cita-cita dan impiannya mulai diwujudkan dengan bertemu Hugo Chvez di Venezuela dan Evo Morales dari Bolivia.

Salah satu negara yang paling dibenci Amerika adalah Kuba. Meski demikian, Amerika masih bisa mengambil sebongkah tanah milik Kuba untuk kepentingan penjaranya, yaitu Guantanamo. Penjara yang semasa penggulingan rezim Saddam Husein ter-sebut dipenuhi oleh banyak orang Irak yang tersiksa, selalu di-tuntut oleh Castro untuk segera dikembalikan. Castro memang seorang yang gigih dalam memperjuangkan prinsip hidupnya. la tidak pernah takut untuk berhadapan dengan siapa pun dan negara manapun. Barangkali karena prinsip hidup Castro yang keras dan tidak mau tunduk kepada kepentingan ekonomi serta politik Amerika inilah yang membuat Amerika memandangnya sebagai sebuah ancaman. Agar Castro dipandang sebagai musuh dunia, Amerika memberikan cap negatif kepada Fidel Castro, yaitu sebagai seorang diktator komunis. Dituduh sebagai seorang diktator komunis tentu saja memberi efek kurang baik bagi Castro, baik di lingkungan internasional maupun di lingkup Kuba sendiri. la bahkan pernah ditu-ding sebagai seorang diktator yang tega memeras rakyatnya demi keuntungan kantong pribadinya. Untuk itu, Castro pun memberikan jawaban lantang, Jika mereka mampu membuktikan aku memiliki rekening di luar negeri bahkan jika itu berisi satu dolar, aku akan mengundurkan diri dari kedudukanku! Jelas bahwa Castro bukan orang yang suka memanfaatkan negaranya untuk kepentingan pribadinya. Sangkaan jelek terhadap Castro tentu dilontarkan oleh lawan-lawan politiknya yang didalangi oleh Amerika. Sekali lagi, Fidel Castro tidak akan pernah tunduk atas kemauan buruk seperti itu. Gagal mendiskreditkan pribadi Fidel Castro, Amerika kemudian memberikan serangkaian embargo, termasuk ekonomi kepada Kuba. Akan tetapi, Castro tetap eksis di kursi singgasananya. Namun sekali lagi, Amerika tidak pernah tinggal diam. Fidel Castro telah berkali-kali mengalami percobaan pembunuhan karena telah berani melawan Amerika Serikat. Segala macam cara di tempuh oleh CIA, badan intelijen Amerika, untuk melenyapkan Fidel Castro dari muka bumi, mulai dari memberi racun dan bahan peledak pada cerutu yang biasa dihisapnya, memberi dosis kematian LSD, memasukkan sianida pada susu coklatnya, memberi infeksi tuberkolosis pa-da baju yang dipakainya, ancaman-ancaman pembunuhan pada setiap kunjungan kenegaraan, hingga memberi obat perontok rambut dan jenggot agar wibawa serta karismanya merosot di mata rakyat.

Amerika menggunakan segala macam cara untuk meng-gulingkan Castro, termasuk melalui sebuah skenario besar dan terkenal di masa lalu, yaitu peristiwa Teluk Babi. Peristiwa Teluk Babi merupakan sebuah operasi rahasia Amerika yang gagal. Peristiwa ini telah mencoreng wajah Amerika Serikat dan membuatnya negara adidaya tersebut malu di tahun 1961. Peristiwa yang dirancang dan didanai oleh Amerika Serikat itu dilakukan oleh orang-orang Kuba sendiri yang berada di pembuangan. Dilancarkan di wilayah Kuba barat daya. Peristiwa ini menandai klimaks dari sikap anti Kuba oleh Amerika Serikat (AS). Ketegangan AS-Kuba telah bertumbuh sejak Castro menggulingkan rezim diktator militer sayap kanan Jenderal Fulgen-cio Batista yang didukung AS, pada 1 Januari 1959. Pemerintah-an Amerika ketika dipimpin oleh Eisenhower dan Kennedy me-nilai bahwa pergeseran Castro kepada Uni Soviet tidak bisa diterima, dan karena itu mereka berusaha menggulingkannya. Na-mun, keinginan AS itu tidak berhasil dicapai melalui invasi Teluk Babi sebab memang gagal total dan ternyata menjadi noda internasional bagi pemerintahan Kennedy sendiri. Apa pun alasannya, yang jelas invasi itu telah menjadikan Castro lebih populer dari sebelumnya. Melalui peristiwa itu, Castro bahkan memperoleh kekuatanbaru untuk menanamkan sentimen-sentimen nasionalistik di tubuh rakyat, dalam rangka mencari dukungan untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan ekonominya. Dan yang lebih menyakitkan lagi bagi Amerika adalah bahwa Kuba berhasil menyandera seribu lebih tawanan Amerika Serikat, yang pada akhirnya justru Amerika Serikatlah yang harus memasok sejumlah makanan dan obatobatan seharga 53 juta dolar sebagai pembayaran untuk membebaskan para tawanan itu. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, kata Castro, Imperialisme telah membayar kerugian perang! Menyeberang ke Marxisme Meski Castro memiliki jiwa militan dan cenderung revolu-sioner, namun orientasi politik yang dimilikinya sebenarnya adalah liberal. Karena itu dalam gerakan mahasiswa ia sering bentrok dengan kaum komunis. Fidel Castro sendiri juga bukan seorang Marxis pada awalnya. Di kemudian hari dalam suatu pidatonya pada Desember 1961, ia, seperti ditulis Current Biography 1970, mengesankan

bahwa Marxisme baru benar-benar terbentuk dalam dirinya setelah ia berada pada pucuk kekuasaan. Gagal menggebrak secara legal, Fidel Castro mengorganisasi para pemuda idealis untuk memberontak, demi demok-rasi, keadilan sosial, dan menegakkan konstitusi 1940. Dengan mengerahkan 165 orang massanya, pada 26 Juli 1953 Fidel Castro melancarkan serangan, dengan senjata seadanya, ke Moncada Barrack di Santiago. la sangat berharap ketika itu bahwa dengan adanya serangan maka semangat pemberontakan umum di Provinsi Oriente akan terbakar. Akan tetapi, semua harapannya itu tidak tercapai sama sekali. Serangan yang dilakukan bersa-maan dengan serbuan ke garnisun Bayamo itu terbukti gagal. Setengah dari kawanan pemberontak tewas dibantai oleh tentara Batista. Selebihnya, sebagian besar tertawan, termasuk Fidel dan adiknya, Raul. Proses peradilan diselenggarakan di sebuah rumah sakit tentara yang tersembunyi dalam bangunan bawah tanah di Havana, lokasi yang seperti diucapkan Fidel Castro dalam pledoinya, menandakan bahwa pengadilan ini benar-benar tidak sehat. Berdasarkan amnesti umum 15 Mei 1955, Fidel Castro pun dilepaskan. Dan segera sesudah itu laki-laki ini mencoba kembali mengkoordinasikan kegiatan anti-Batistanya, kali ini benar-benar tanpa kekerasan. Pada Juli di tahun yang sama, Fidel Castro mengungsi ke Mexico City. Di sini Castro memulai babak baru perjuangannya. Secara rahasia Castro kemudian mempersiapkan perjuangan bersenjata di ba-wah pimpinan mantan Jenderal Alberto Bayo Girau, veteran perang pembe-basan Spanyol di tahun 1936 yang hijrah ke Meksiko. Pada 24 November 1956 dari Tuxpan di Meksiko, dengan semboyan kalau saya berangkat, saya sampai; kalau saya sampai, saya masuk; kalau saya masuk, saya menang, pukul 1:30 dini hari berangkatlah kapal dengan nama Granma. Kapal itu membawa 82 orang, termasuk Che Guevara, lengkap dengan sen-jata dan bekal makanan serta minuman, dengan tujuan pantai Las Coloradas di Oriente, Kuba sebelah Timur. Mereka terpisah-pisah, saling tidak mengetahui nasib te-man-temannya. Fidel sempat terpisah bersama dua tentara lainnya. Setelah beberapa hari kemudian baru bisa bertemu dengan Raul, adiknya. Dengan demikian seluruh pasukan mereka hanya tinggal tersisa dua belas orang dengan kekuatan delapan senjata. Ketika mereka ditemukan oleh petani, Fidel menyerukan, Dengan delapan senjata kita bisa menang!. Batista tidak memahami sendiri tentang kondisi dalam negerinya, di mana penderitaan rakyat meningkat, sementara Ame-rika sendiri sebagai salah satu negara demokrasi, sejak awal tidak pernah mendukung aksi kudetanya secara

tulus. Wawancara Fidel Castro dan beberapa kawannya yang tersisa dengan wartawan The New Times,. Herbert L. Matthews, yang diterbitkan pada edisi 24 Februari 1957, kemudian membuyarkan sikap lengah pemerintahan Batista itu. Strategi Menggulingkan Batista Fidel Castro bersama dua belas orang temannya, dari hari ke hari makin mendapat tambahan kekuatan. Para sukarelawan berdatangan dan bergabung. Rakyat banyak berdiri di belakang barisan Castro. Barangkali penampilan Fidel Castro sendiri yang sangat simpatik dan kharismatik itu yang membuat rakyat me-milih mendukungnya. Seperti digambarkan Matthews, Castro adalah laki-laki dengan kepribadian mengagumkan. Berpen-didikan, penuh dedikasi sekaligus fanatik, dan selalu bersema-ngat dengan kepemimpinan yang sangat kuat. Daya pikat itu dan situasi dalam negeri yang rawan di bawah Batista, yang membuat banyak orang bergabung bergerilya, menjadi titik tolak bagi tindakan Fidel Castro berikutnya. la kemudian memproklamasikan perang total, yang dimulai pada 1 April 1958. Rakyat mulai membentuk barisan dan memang-gul senjata. Pada bulan-bulan selanjutnya para gerilyawan ini segera memperoleh berbagai kemenangan dan itu memberikan inspirasi kepada pelbagai gerakan perlawanan sipil di kota-kota di Kuba. Serangan yang berlangsung bertubi-tubi itu, pada akhirnya membuat Batista kewalahan. Beberapa kota telah dikuasai oleh kaum pemberontak di bawah pimpinan Castro. Akibatnya, akhir Desember 1958, Batista terpaksa mengakui kekalahannya. la kemudian melarikan diri ke Republik Dominika, pada tengah ma-lam di tahun baru 1959. Pelarian ini merupakan suatu pertanda bahwa sebuah rezim telah berakhir di Kuba. Fidel Castro ber-sama pasukannya berderap gagah memasuki ibukota Havana pada 1 Januari 1959. Sementara itu Santiago, kota terbesar ke-dua di Kuba setelah Havana, pada saat yang sama sudah pula dikuasai para pemberontak. . . Menanam Marxisme di Kuba Setelah naik ke puncak kekuasaan, Castro pun melakukan banyak pembenahan di lingkup pemerintahan Kuba. Pembenahan itu tentunya berangkat dari ukuran politik serta prinsip ideo-logi yang dianut Castro sendiri. Salah satu hal yang dilakukan Castro adalah menjadikan Kuba sebagai negara sosialis. Niatan itu sebetulnya bukan datang begitu saja ketika ia duduk di tam-puk kekuasaan, melainkan baru dalam beberapa tahun kemu-dian setelah Castro memikirkan sejumlah pertimbangan. Di tahun 1961, bersamaan dengan pidato May Day, Castro menyatakan bahwa Kuba resmi menganut paham sosialis. Saat itu pula ia menyatakan bahwa pemerintah tidak lama lagi akan menyelenggarakan pemilihan umum, dengan ketentuan bahwa Revolusi tak akan memberi kesempatan sedikit pun kepada

kelas penindas untuk tampil lagi menegakkan kekuatan. Pada 2Desember 1961 iamenegaskankembali bahwa program Marxistis-Leninistis akan diterapkan sesuai dengan kondisi subjektif negeri Kuba. Selama bertahun-tahun di bawah pemerintahan Castro, Kuba terus bertumbuh, termasuk bidang ekonominya. Di tahun 1983 pertumbuhan ekonomi Kuba telah mencapai 5%. Itu berlangsung di tengah kondisi negara-negara Amerika Latin umumnya sedang terseok-seok. Pada tingkat sekolah dasar, sebelum pelajaran dimulai para murid biasa mengucapkan hymne lisan, Pioneros pol el communismo. Seremos como el Che (Komunis sebagai pelopor. Kami ingin menjadi Che). Sejak tahun 2000, pemerintah Kuba menggelar program yang dinamakan University for All. Program ini memberi kesempatan bagi seluruh rakyat Kuba, laki-laki, perempuan, sudah menikah ataupun belum, untuk menempuh pendidikan hingga universitas. Tujuannya untuk menjadikan Kuba sebagai Negara nation becomes a university. Salah satu dari program ini adalah pendidikan melalui televisi. Bayangkan saja, siaran pendidikan melalui televisi ini diberikan oleh para profesor. Pemerintah memberikan waktu tayang sebanyak 394 jam siar untuk program pen-didikan setiap minggunya. Ituberarti senilai 63% dari total waktu siaran televisi. Yang Khas dari Fidel Ada banyak hal khas yang dapat dilihat dari seorang Fidel Castro. Saat berpidato di hadapan sidang atau rapat-rapat besar PBB misalnya, Castro akan memukul mikrofon setiap kali menyebutkan kata Amerika Serikat, The United States plak! demikian yang sering dilakukannya. Ada juga kalimat penutup yang nilainya kira-kira sama dengan kata amin.

Fidel Tidak Tergantikan Fidel Castro sampai akhir masa jabatannya, tetap mempertahankan Marxisme. Ia menerapkan partai tunggal di negaranya, hal yang selalu ditentang oleh Amerika. Bagi Castro, partai tunggal sangat perlu untuk menyatukan rakyat Kuba. Multi

partai dinilai berpotensi menjadi pintu masuk bagi Amerika untuk mengendalikan Kuba dari Gedung Putih. Atas nama demokrasi, sejak dulu Amerika ingin begitu leluasa mengendalikan Kuba, meskipun tindakan itu sebetulnya jauh lebih tidak demokratis lagi karena bagaimanapun demokrasi cenderung menghargai perbedaan dan mengecam kesewenang-wenangan. Kini Fidel Castro tetaplah Castro, pemimpin yang di mata rakyatnya dilihat sebagai seorang flamboyan. Ia kini hanya sedikit agak kaku dan cenderung bersikap kalem. Ia juga masih setia dengan kegemarannya mengulum cerutu yang konon harus dilinting di atas paha wanita cantik pilihannya. Castro adalah orang yang sangat tegfas terutama dalam menjalankan ideologi dan prinsipnya. Dalam hal ini ia tidak peduli dengan permasalahan Hak Asasi Manusia. Suatu kali ia dengan tegas menyatakan ketidaksediaannya berkompromi dengan se-gala imbauan tentang hak-hak asasi manusia. Bukan hanya menolak organisasi semacam Amnesti Internasional bercokol di negerinya. Segala kritik atas kebijakannya, ia timpali hanya dengan mengangkat bahu. Termasuk soal Hak Asasi Manusia yang selalu diributkan pihak Amerika. Tindakan Amerika yang selalu mengincar kematiannya, bagi Castro mungkin dianggap sebagai sebuah pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukan oleh negara yang katanya sangat menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Dan negara semacam itu menurut Castro sebetulnya tidak pantas untuk membela dan memperjuangkan Hak Asasi Manusia. Kini Fidel Castro yang dituduh sebagai seorang diktator oleh pemerintah Amerika itu telah meletakkan jabatannya. la tidak menjalankan niatnya untuk menjadi Presiden seumur hi-dup di Kuba seperti yang pernah disampaikannya di era 70-an silam. Jabatan Presiden Kuba telah dilepaskan Fidel Castro pada 24 Februari 2008 dan diserahkan kepada Raul Castro, adiknya. Raul adalah orang yang pernah sama-sama berjuang dengan Fidel Castro dalam menggulingkan kekuasaan Batista. Namun deniikian, di atas semuanya, tokoh sentral Kuba tetaplah Fidel Castro. Fidel adalah Fidel. Fidel tidak tergantikan. kata Raul saat dilantik. Fidel Castro Dan Bung Karno

Persahabatan Bung Karno (Indonesia) dengan Fidel Castro (Kuba), sudah terjalin sangat baik. Bahkan secara pribadi, Bung Karno dan Fidel Castro memiliki beberapa persamaan karakter. Di antara sekian banyak karakter, salah satunya adalah sama-sama berjiwa progresif revolusioner. Keduanya orang-orang kiri, orang-orang sosialis, anti Nekolim. Karenanya, tentu saja, keduanya juga menjadi musuh atau setidaknya dimusuhi Amerika Serikat dan sekutunya. Pasca tragedi Gestok (Gerakan Satu Oktober) atau yang oleh Orde Baru disebut Gerakan 30 September/PKI itu, terjadi dialog cukup intens antara Bung Karno dan Castro, antara lain melalui perantara Dubes Hanafi, orang kepercayaan Sukarno yang menjadi duta besar Indonesia di Kuba. Nah, surat Bung Karno kepada Fidel Castro berikut ini, sedikit banyak menggambarkan situasi ketika itu. Presiden P.J.M. Kawanku Perdana Fidel Republik Menteri Fidel yang Castro, baik! Indonesia Havana

Lebih dulu saya mengucapkan terima kasih atas suratmu yang dibawa oleh Duta Besar Hanafi kepada saya. Saya mengerti keprihatinan saudara mengenai pembunuhan-pembunuhan di Indonesia, terutama sekali jika dilihat dari jauh memang apa yang terjadi di Indonesia yaitu apa yang saya namakan Gestok dan yang kemudian diikuti oleh pembunuhan-pembunuhan yang dilakukan oleh kaum kontra revolusioner, adalah amat merugikan Revolusi Indonesia. Tetapi saya dan pembantu-pembantu saya, berjuang keras untuk mengembalikan gengsi pemerintahan saya, dan gengsi Revolusi Indonesia. Perjuangan ini membutuhkan waktu dan kegigihan yang tinggi. Saya harap saudara mengerti apa yang saya maksudkan, dan dengan pengertian itu membantu perjuangan kami itu. Dutabesar Hanafi saya kirm ke Havana untuk memberikan penjelasan-penjelasan kepada saudara. Sebenarnya Dutabesar Hanafi masih saya butuhkan di Indonesia, tetapi saya berpendapat bahwa persahabatan yang rapat antara Kuba dan Indonesia adalah amat penting pula untuk bersama-sama menghadap musuh, yaitu Nekolim. Sekian dahulu kawanku Fidel!

Salam hangat dari Rakyat Indonesia kepada Rakyat Kuba, dan kepadamu sendiri!

Kawanmu ttd Sukarno Jakarta, 26 Januari 1966

Surat Bung Karno kepada Fidel Castro itu menggambarkan betapa revolusi Indonesia mundur ke titik nol. Betapa Bung Karno tengah menyusun kekuatan untuk memulihkan keadaan. Sejarah kemudian mencatat, ia digulingkan Soeharto.

Cesc Fbregas
Cesc Fbregas

Informasi pribadi Nama lengkap Tanggal lahir Tempat lahir Tinggi Klub saat ini Nomor 19951997 19972003 2003 Tahun 20032011 2011 20022003 Francesc Fbregas Soler 4 Mei 1987 (umur 25) Vilessoc de Mar, Spanyol 1.77 m (5 ft 10 in) Informasi klub Barcelona 4 Karier junior Matar Barcelona Arsenal Karier senior* Tim Arsenal Barcelona Tim nasional Spain U16 8 (0) Tampil 212 23 (Gol) (35) (9)

20032004 2005 20042005 2006 2004

Spain U17 Spain U20 Spain U21 Spanyol Catalonia

14 5 12 63 2

(7) (0) (8) (8) (0)

* Penampilan dan gol di klub senior hanya dihitung dari liga domestik dan akurat per 00:01 25 March 2012 (UTC). Penampilan dan gol di tim nasional akurat per 01:22, 2 March 2012 (UTC)

Francesc "Cesc" Fbregas Soler (IPA: ['ssk 'fas su'e], lahir di Vilessoc de Mar, Casal de Curacion, Spanyol, 4 Mei 1987; umur 25 tahun), atau lebih dikenal dengan nama Cesc Fbregas, adalah pesepak bola asal Spanyol. Cesc Fbregas bermain sebagai gelandang untuk FC Barcelona di kompetisi Liga Spanyol (La Liga) dan juga untuk tim nasional sepak bola Spanyol[1][2]. Fabregas memulai kariernya sebagai pemain bola di FC Barcelona yang kemudian di rekrut oleh Arsene Wenger, Manajer Arsenal FC pada 11 September tahun 2003. Dia tidak selalu tampil bermain untuk The Gunners (sebutan Arsenal FC) pada musim pertamanya bersama Arsenal FC, tetapi menyusul dengan cederanya para pemain gelandang inti di musim 2004-2005, kesempatan bermainnya untuk Arsenal FC bertambah. Tidak lama kemudian, dia mendapatkan kepercayaan untuk menjadi pemain inti gelandang tengah bersama Gilberto Silva. Setelah menjadi pemain inti pada usia muda, dia berhasil memecahkan beberapa rekor klub yaitu mempunyai reputasi sebagai pemain yang memiliki bakat dengan teknik yang bagus, pengoper bola yang sangat baik, dan menjadi pemain kunci pada Timnya. Saat Gilberto Silva berfungsi sebagai pemain bertahan, Fabregas mempunyai fungsi utama sebagai pengatur serangan atau playmaker. Pada tahun 2006, dia membuat keputusan untuk kariernya untuk bermain bersama Arsenal FC dalam jangka panjang dengan menandatangani kontrak 8 tahun. Pada pertandingan internasional, Fabregas tercatat sebagai pemain termuda Spanyol di Piala Dunia pada pertandingan Spanyol vs Ukraina di Leipzig pada tanggal 13 Juni 2006 di umurnya yang masih 19 tahun 41 hari. Kariernya sebagai pemain nasional bermula dari tingkat pemain muda, mewakili tim U-17 pada pertandingan Kejuaraan Dunia U-17 FIFA di Finlandia pada tahun 2003. Sebagai hasil dari penampilannya di tim U-17, dia dipanggil oleh Luis Aragons, pelatih tim Nasional Spanyol, untuk menjadi pemain senior pada tim nasional sepak bola Spanyol dan bermain pada Piala Dunia 2006 di Jerman (9 Juni - 9 Juli 2006) dan Piala Eropa 2008 (7-29 Juni 2008) di Swiss dan Austria di mana di turnamen ini Spanyol keluar sebagai juara sekaligus menjadikan Spanyol menjadi Peringkat 1

dalam daftar Peringkat Dunia FIFA dan dalam turnamen ini Fabregas menjadi salah satu pemain kunci.

Euro 2008: Laga TimNas Swedia vs TimNas Spanyol. Laga dimana Fabregas ikut ambil bagian diantaranya masuk sebagai pemain pengganti pada laga pertama melawan Rusia di menit 54 dan membuat assist pada gol ketiga David Villa dan mencetak gol pada menit 90 dan berkesudahan dengan kemenangan Spanyol 4-1, kemudian masuk sebagai pemain pengganti pada laga melawan Swedia di menit 59 dan menang dengan skor 1-2, pada laga melawan Yunani Fabregas tampil sebagai Starter dan Spanyol menang dengan skor 1-2,

Fbregas merayakan kemenangan Timnas Spanyol pada Euro 2008 kemudian pada laga perempat final melawan Italia Fabregas masuk sebagai pemain pengganti pada menit ke 60 yang berakhir dengan adu penalti dan gol Fabregas menjadi penentu kemenangan Spanyol 4-2 setelah sebelumnya Iker Casillas memblok 2 gol penalti dari pemain Italia (Daniele De Rossi dan Antonio Di Natale), pada laga semifinal melawan Rusia, Fabregas masuk pada menit 34 menggantikan David Villa yang cedera dan kemudian membuat assist pada Daniel Giza yang mencetak gol pada menit 73 dan juga assistnya pada David Silva yang mencetak gol pada menit 82, akhirnya pada laga Final melawan Jerman Fabregas turun sebagai starter dengan kemenangan Spanyol dari gol tunggal Fernando Torres pada menit 33. Di turnamen Piala Eropa 2008 ini, Fabregas bersama pemain Turki Hamit Altntop mencatat assist terbanyak yaitu 3 assist.

Karier
Arsenal
Fabregas mulai bermain sepak bola di FC Barcelona. Selama kariernya di tim yunior, dia selalu bermain sebagai gelandang bertahan atau dengan istilah Spanyol Volante. Walaupun menjadi pencetak gol yang cukup subur karena berhasil mencetak lebih dari 30 gol dalam satu musim[3], namun dia tidak pernah memperoleh kesempatan bermain dalam tim inti di Camp Nou (Markas FC Barcelona).[4] Merasa kesempatan bermainnya terbatas jika dia tetap di FC Barcelona maka dia memutuskan untuk bergabung dengan Arsenal FC, [5] dengan menandatangani kontrak klub London tersebut pada tanggal 11 September 2003.[2] Pada awalnya tinggal di ibukota London membuat dia susah untuk beradaptasi, tetapi kemudian dia mulai berteman dengan rekan satu timnya Philippe Senderos yang membantunya beradaptasi dengan kehidupan di London.[6] Di usianya yang masih 16 tahun, Fabregas tidak pernah berpikir untuk masuk dalam tim inti tapi dia terus belajar dari seniornya, Patrick Vieira dan Gilberto Silva sambil mengkonsentrasikan dirinya dalam pelatihan dan belajar Bahasa Inggris. Tidak lama kemudian, dia memulai debutnya pada tanggal 23 Oktober 2003 dalam pertandingan Piala Liga melawan Rotherham United. Dengan bermainnya dia di pertandingan tersebut, dia menjadi pemain Arsenal termuda dengan umur 16 tahun 177 hari. Dia kemudian menjadi pencetak gol termuda dalam sejarah Arsenal FC di pertandingan Piala Liga berikutnya, dia mencetak gol dalam jarak yang dekat yang membawa timnya menang dengan skor 5-1 atas Wolves. Walaupun Arsenal FC memenangi liga dengan tak terkalahkan pada musim 20032004, Fabregas tidak mendapatkan medali dikarenakan dia tidak pernah bermain dalam pertandingan liga.

Fbregas sedang menendang bola di pertandingan melawan Sheffield United F.C. pada tahun 2006.

Tidak lama kemudian akhirnya dia dapat tampil bermain dalam tim inti di pertandingan Liga Inggris pada musim 2004-2005, sebelumnya dia hanya tampil di pertandingan Piala Liga. Pertandingan pertamanya di awal musim adalah dalam pertandingan kejuaraan Community Shield pada tahun 2004 melawan Manchester United dengan kemenangan 3-1. Dengan cederanya Patrick Vieira, Fabregas masuk dan menggantikan posisi seniornya Patrick Vieira dan tampil berturut-turut dalam 4 pertandingan Liga Inggris. Dia meraih pujian dalam pertandingan tersebut, bahkan dia mencetak gol dalam pertandingan melawan Blackburn Rovers dengan kemenangan 3-0, dan menjadi pemain termuda Arsenal yang mencetak gol dalam pertandingan Liga Inggris . Dengan berlanjutnya cedera pada Edu dan Gilberto Silva, maka kesempatan bermain pemain muda ini bertambah untuk semua kompetisi. Di Liga Champions UEFA, dia menjadi pencetak gol termuda kedua dalam sejarah kompetisi tersebut, dia mencetak gol dalam pertandingan melawan Rosenborg dengan kemenangan 5-1. Fabregas mengakhiri musim pertamanya bersama Arsenal FC dengan memenangkan penghargaan pertamanya pada pertandingan Final Piala FA melawan Manchester United FC yang berakhir adu penalti dengan kemenangan Arsenal 5-4.

Fbregas dan Anderson dari Manchester United pada pertandingan di musim 200708 Setelah kepergian Kapten Arsenal Patrick Vieira ke Juventus, Fabregas mulai bermain secara rutin di tim inti pada posisi gelandang bersama dengan Gilberto Silva. Setelah diwarisi nomor punggung 4 dari Vieira, Fabregas tampil 49 kali di semua kompetisi selama musim 2005-2006. Meskipun usianya yang masih muda, penampilannya terus dicermati menyusul bertambahnya keterlibatan dia dalam tim inti. Lebih lanjut, karena Fabregas memiliki postur tubuh lebih kecil dan bermain tidak begitu agresif dibanding dengan Vieira, banyak yang meragukan kemampuannya untuk mengisi kekosongan yang ditinggal oleh Vieira.[7] Namun demikian, Fabregas menampilkan gaya permainannya sendiri dan mengesankan bagi para pengamat sepak bola dalam pertandingannya di Liga Champions melawan Real Madrid dan Juventus.[8][9][10] Dalam pertandingan melawan Juventus dia mencetak gol pertama dan memberikan umpan bola kepada Thierry Henry yang mencetak gol kedua,[8] pada saat yang sama Fabregas membuktikan bahwa dirinya dapat menghadapi permainan dan tackling keras gelandang seperti Vieira. [10] Dia kemudian bermain di partai Final Liga Champions melawan mantan klub

nya Barcelona, tetapi Arsenal kalah dengan score 1-2, [11] dengan hasil tersebut Arsenal melengkapi musim 2005-2006 tanpa piala.

Fbregas merayakan gol bersama rekan satu timnya di Arsenal. Dengan meningkatnya spekulasi transfer Fabregas pada musim panas, Real Madrid berkeinginan untuk mengontraknya walaupun Fabregas sudah menjalin kontrak jangka panjang dengan Arsenal. Tetapi manajer Arsenal Arsene Wenger menyatakan tidak akan mendengarkan penawaran dari manapun terhadap pemainnya. [12] Pada September 2006, dengan sisa kontrak yang masih tersisa 6 tahun, Arsenal mengajukan penawaran baru yaitu kontrak 8 tahun yang kemudian disetujui oleh Fabregas dan ditandatangani pada tanggal 19 Oktober 2006 [13] Walau jangka waktu kontrak tersebut tidak seperti biasa lamanya, Fabregas mengatakan bahwa gaya permainan Arsenal dan manajer Arsene Wenger sebagai alasan dalam komitmen jangka panjang pada klubnya Arsenal FC.[14][15]

FC Barcelona
Fabregas akhirnya memilih kembali ke klub asalnya,FC Barcelona dan resmi menjadi pemain FC Barcelona setelah proses transfer yang alot antara kubu FC Barcelona dan Arsenal.Ia mengikat kontrak dengan FC Barcelona sampai tahun 2016 dengan klausul buy-out dirinya seharga 200 juta euro.Pertandingan debutnya terjadi ketika ajang Piala Super Spanyol melawan Real Madrid.Ia dimasukkan menit ke 83 untuk menggantikan Pedro.Gol pertamanya ia cetak saat ajang Piala Joan Gamper sekaligus menghantarkan FC Barcelona menjadi juara setelah mengalahkan SSC Napoli 5-0.Ia juga turut menyumbang satu gol pada pertandingan UEFA Super Cup dan pada pertandingan pekan pertama Liga Spanyol saat FC Barcelona membantai Villarreal CF 5 gol tanpa balas.

Penghargaan Arsenal
Juara

Piala FA: 200405 FA Community Shield: 200405

Juara kedua

UEFA Champions League: 200506 Football League Cup: 200607 FA Community Shield: 200506

FC Barcelona
Juara

Supercopa de Espaa: 2011 UEFA Super Cup: 2011

Internasional
Juara

FIFA World Cup: 2010 UEFA European Championship: 2008

Juara kedua

FIFA U-17 World Championship: 2003 UEFA European Under-17 Football Championship: 2004

Individual

FIFA U-17 World Championship Golden Shoe: 2003 FIFA U-17 World Championship Golden Ball: 2003 UEFA European Under-17 Football Championship Golden Player: 2004 Bravo Award: 2006 UEFA Team of the Year: 2006, 2008 Premier League Player of the Month: January 2007, September 2007 ESM Team of the Year: 200708 PFA Young Player of the Year: 200708 PFA Team of the Year: 200708, 200910 UEFA Team of the Tournament: 2008

D I S U S U N O L E H NAMA :DONA BELLA KELAS :XII IPS 2 GURU PEMBIMBING : PAK ANDI

SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG TAHUN AJARAN 2012/2013

Anda mungkin juga menyukai