I. PENDAHULUAN
Kebijakan pemerintah menggunakan kurikulum berbasis kompetensi didasarkan pada PP Nomor 25 tahun 2000 tentang pembagian
kewenangan pusat dan daerah. Pada PP ini, dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, dinyatakan bahwa kewenangan pusat adalah
dalam hal penetapan standar kompetensi peserta didik dan warga belajar serta pengaturan kurikulum nasional dan penilaian hasil
belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya, dan penetapan standar materi pelajaran pokok. Berdasarkan hal itu, Departemen
Pendidikan Nasional melakukan penyusunan standar nasional untuk seluruh mata pelajaran di SMA, yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator.
Sesuai dengan jiwa otonomi, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengembangkan silabus dan penilaiannya berdasarkan
standar nasional. Bagian yang menjadi kewenangan daerah adalah dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang meliputi
pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar serta instrumen penilaiannya.
Pendidikan berbasis kompetensi adalah pendidikan yang menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu
jenjang pendidikan. Kompetensi lulusan suatu jenjang pendidikan, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, mencakup komponen
pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kemandirian, kreativitas, kesehatan, akhlak, ketakwaan, dan kewarganegaraan.
Menurut Wilson (2001) paradigma pendidikan berbasis kompetensi mencakup kurikulum, pedagogi, dan penilaian yang menekankan
pada standar atau hasil. Kurikulum berisi bahan ajar yang diberikan kepada peserta didik melalui proses pembelajaran. Proses
pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pedagogi yang mencakup strategi atau metode mengajar. Tingkat keberhasilan belajar
yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada hasil belajar, yang mencakup ujian, tugas-tugas, dan pengamatan.
Implikasi penerapan pendidikan berbasis kompetensi adalah perlunya pengembangan silabus dan penilaian yang menjadikan peserta
didik mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar yang ditetapkan dengan mengintegrasikan life
skill. Silabus adalah acuan untuk merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran, sedangkan sistem penilaian mencakup
indikator dan instrumen penilaiannya yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Jenis tagihan adalah berbagai
bentuk ulangan dan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik; sedangkan bentuk instrumen terkait dengan jawaban yang
harus dikerjakan oleh peserta didik, baik dalam bentuk tes maupun nontes.
4. Menggunakan aturan statistika dalam menyajikan dan meringkas data dengan berbagai cara serta memberi tafsiran; menyusun, dan
menggunakan kaidah pencacahan dalam menentukan banyak kemungkinan; dan menggunakan aturan peluang dalam menentukan
dan menafsirkan peluang kejadian majemuk.
5. Menggunakan manipulasi aljabar untuk merancang rumus trigonometri dan menyusun bukti.
6. Menyusun dan menggunakan persamaan lingkaran beserta garis singgungnya; menggunakan algoritma pembagian, teorema sisa, dan
teorema faktor dalam pemecahan masalah; menggunakan operasi dan manipulasi aljabar dalam pemecahan masalah yang berkaitan
dengan fungsi komposisi dan fungsi invers.
7. Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan dalam pemecahan masalah.
8. Menggunakan konsep integral dalam pemecahan masalah.
9. Merancang dan menggunakan model matematika program linear serta menggunakan sifat dan aturan yang berkaitan dengan barisan,
deret, matriks, vektor, transformasi, fungsi eksponen dan logaritma dalam pemecahan masalah.
1. Identifikasi. Pada setiap silabus perlu identifikasi yang meliputi identitas sekolah, identitas mata pelajaran, kelas/program, dan
semester.
2. Pengurutan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
Matematika dirumuskan berdasarkan struktur keilmuan Matematika dan tuntutan kompetensi lulusan. Selanjutnya standar
kompetensi dan kompetensi dasar diurutkan dan disebarkan secara sistematis. Sesuai dengan kewenangannya, Depdiknas telah
merumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran.
3. Penentuan Materi Pokok dan Uraian Materi Pokok. Materi pokok dan uraian materi pokok adalah butir-butir bahan
pelajaran yang dibutuhkan siswa untuk mencapai suatu kompetensi dasar. Pengurutan materi pokok dapat menggunakan
pendekatan prosedural, hirarkis, konkret ke abstrak, dan pendekatan tematik. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam menentukan
materi pokok dan uraian materi pokok adalah: a) prinsip relevansi, yaitu adanya kesesuaian antara materi pokok dengan
kompetensi dasar yang ingin dicapai; b) prinsip konsistensi, yaitu adanya keajegan antara materi pokok dengan kompetensi
dasar dan standar kompetensi; dan c) prinsip adekuasi, yaitu adanya kecukupan materi pelajaran yang diberikan untuk mencapai
kompetensi dasar yang telah ditentukan. Materi pokok inipun telah ditentukan oleh Depdiknas.
4. Pemilihan Pengalaman Belajar. Proses pencapaian kompetensi dasar dikembangkan melalui pemilihan strategi pembelajaran
yang meliputi pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar. Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik maupun mental
yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan bahan ajar. Pengalaman belajar dilakukan oleh siswa untuk menguasai
kompetensi dasar yang telah ditentukan. Baik pembelajaran tatap muka maupun pengalaman belajar, dapat dilakukan di dalam
maupun di luar kelas. Untuk itu, pembelajarannya dilakukan dengan metode yang bervariasi.
Selanjutnya, pengalaman belajar hendaknya juga memuat kecakapan hidup (life skill) yang harus dimiliki oleh siswa. Kecakapan
hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan dengan wajar
tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya.
Pembelajaran kecakapan hidup ini tidak dikemas dalam bentuk mata pelajaran baru, tidak dikemas dalam materi tambahan yang
disisipkan dalam mata pelajaran, pembelajaran di kelas tidak memerlukan tambahan alokasi waktu, tidak memerlukan jenis
buku baru, tidak memerlukan tambahan guru baru, dan dapat diterapkan dengan menggunakan kurikulum apapun.
Pembelajaran kecakapan hidup memerlukan reorientasi pendidikan dari subject-matter oriented menjadi life-skill oriented.
Secara umum ada dua macam life skill, yaitu general life skill dan spesific life skill . General life skill dibagi menjadi dua, yaitu
personal skill (kecakapan personal) dan social skill (kecakapan sosial). Kecakapan personal itu sendiri terdiri dari self-awareness
skill (kecakapan mengenal diri) dan thinking skill (kecakapan berpikir). Spesific life skill juga dibagi menjadi dua, yaitu academic
skill (kecakapan akademik) dan vocational skill (kecakapan vokasional/kejuruan).
Kecakapan-kecakapan hidup di atas dapat dirinci sebagai berikut. Pertama, kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai
makhluk Tuhan, kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi diri. Kedua, kecakapan berpikir meliputi kecakapan
menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, dan kecakapan memecahkan masalah. Ketiga, kecakapan sosial
meliputi kecakapan komunikasi lisan, komunikasi tertulis, dan kecakapan bekerjasama. Keempat, kecakapan akademik meliputi
kecakapan mengidentifikasi variabel, menghubungkan variabel, merumuskan hipotesis, dan kecakapan melaksanakan penelitian.
Kelima, kecakapan vokasional sering disebut juga sebagai kecakapan kejuruan. Kecakapan ini terkait dengan bidang pekerjaan
tertentu. Dalam memilih pengalaman belajar perlu dipertimbangkan kecakapan hidup apa yang akan dikembangkan pada setiap
kompetensi dasar. Untuk itu diperlukan analisis kecakapan hidup setiap kompetensi dasar. Tabel berikut merupakan contoh
format analisis kecakapan hidup.
Eksistensi diri
Potensi diri
Makhluk Tuhan
Menggali informasi
Mengambil keputusan
Memecahkan masalah
Komunikasi lisan
Mengidentifikasi variaabel
Menghubungkan variabel
Merumuskan hipotesis
Komunikasi tertulis
Bekerjasama
Melaksanakan penelitian
Mengolah informasi
No
Kompetensi dasar
Dalam mata pelajaran Matematika di SMA kecakapan hidup (life skill) yang dikembangkan adalah general life skill dan
academic skill (kecakapan akademik). Rumusan pengalaman belajar yang diturunkan dari kompetensi dasar hendaknya memuat
kecakapan hidup di atas. Kecakapan hidup dalam pengalaman belajar ditulis dalam tanda kurung dengan cetak miring. Misalnya;
mendiskusikan pangkat, mengaplikasikan rumus-rumus pangkat (kecakapan hidup: kesadaran akan eksistensi diri, kesadaran
akan potensi diri, menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, identifikasi variabel, dan memecahkan
masalah).
5. Penjabaran Kompetensi Dasar menjadi Indikator. Indikator merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat
dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran. Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional yang
bisa diukur dan dibuat instrumen penilaiannya. Seperti halnya standar kompetensi dan kompetensi dasar, sebagian dari indikator
telah pula ditentukan oleh Depdiknas.
6. Penjabaran Indikator ke dalam Instrumen Penilaian. Indikator dijabarkan lebih lanjut ke dalam instrumen penilaian yang
meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Setiap indikator dapat dikembangkan menjadi 3 instrumen
penilaian yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.
Jenis tagihan yang dapat digunakan antara lain sebagai berikut.
a. Kuis. Bentuknya berupa isian singkat dan menanyakan hal-hal yang prinsip. Biasanya dilakukan sebelum pelajaran dimulai,
kurang lebih 5 -10 menit. Kuis dilakukan untuk mengetahui penguasaan pelajaran oleh siswa. Tingkat berpikir yang terlibat
adalah pengetahuan dan pemahaman.
b. Pertanyaan Lisan. Materi yang ditanyakan berupa pemahaman terhadap konsep, prinsip, atau teorema. Tingkat berpikir
yang terlibat adalah pengetahuan dan pemahaman.
c. Ulangan Harian. Ulangan harian dilakukan secara periodik di akhir pembelajaran satu atau dua kompetensi dasar. Tingkat
berpikir yang terlibat sebaiknya mencakup pemahaman, aplikasi, dan analisis.
d. Ulangan Blok. Ulangan Blok adalah ujian yang dilakukan dengan cara menggabungkan beberapa kompetensi dasar dalam
satu waktu. Tingkat berpikir yang terlibat mulai dari pemahaman sampai dengan evaluasi.
e. Tugas Individu. Tugas individu dapat diberikan pada waktu-waktu tertentu dalam bentuk pembuatan klipping, makalah,
dan yang sejenisnya. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya aplikasi, analisis, sampai sintesis dan evaluasi.
f. Tugas Kelompok. Tugas kelompok digunakan untuk menilai kompetensi kerja kelompok. Bentuk instrumen yang digunakan
salah satunya adalah uraian bebas dengan tingkat berpikir tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi.
g. Responsi atau Ujian Praktik. Bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya. Ujian responsi
bisa dilakukan di awal praktik atau setelah melakukan praktik. Ujian yang dilakukan sebelum praktik bertujuan untuk
mengetahui kesiapan peserta didik melakukan praktik di laboratorium atau tempat lain, sedangkan ujian yang dilakukan
setelah praktik, tujuannya untuk mengetahui kompetensi dasar praktik yang telah dicapai peserta didik dan yang belum.
h. Laporan Kerja Praktik. Bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya. Peserta didik bisa
diminta untuk mengamati suatu gejala dan melaporkannya.
Bentuk instrumen dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes dan nontes. Bentuk instrumen tes meliputi: pilihan ganda, uraian
objektif, uraian non-objektif, jawaban singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja (performans) dan portofolio, sedangkan
bentuk instrumen nontes meliputi: wawancara, inventori, dan pengamatan. Para guru diharapkan menggunakan instrumen yang
bervariasi agar diperoleh data tentang pencapaian belajar siswa yang akurat dalam semua ranah.
7. Menentukan Alokasi Waktu. Alokasi waktu adalah perkiraan berapa lama siswa mempelajari suatu materi pelajaran. Untuk
menentukan alokasi waktu, prinsip yang perlu diperhatikan adalah tingkat kesukaran materi, cakupan materi, frekuensi
penggunaan materi baik di dalam maupun di luar kelas, serta tingkat pentingnya materi yang dipelajari.
8. Sumber/Bahan/Alat. Istilah sumber yang digunakan di sini berarti buku-buku rujukan, referensi atau literatur, baik untuk
menyusun silabus maupun mengajar. Sedangkan yang dimaksud dengan bahan dan alat adalah bahan-bahan dan alat-alat yang
diperlukan dalam praktikum atau proses pembelajaran lainnya. Bahan dan alat di sini dapat bervariasi sesuai dengan
karakteristik mata pelajarannya.
Pemilihan bentuk instrumen akan ditentukan oleh tujuan, jumlah peserta, waktu yang tersedia untuk memeriksa, cakupan
materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk pilihan ganda misalnya, sangat tepat digunakan apabila jumlah
peserta banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak.
Bentuk instrumen yang digunakan sebaiknya bervariasi seperti pilihan ganda, uraian objektif, uraian bebas, menjodohkan,
jawaban singkat, benar-salah, unjuk kerja (performans), dan portofolio. Dengan cara ini diharapkan agar diperoleh data yang
akurat tentang pencapaian belajar siswa.
Panjang instrumen ditentukan oleh waktu yang tersedia dengan memperhatikan bahan dan tingkat kelelahan peserta tes. Pada
umumnya ulangan dalam bentuk tes membutuhkan waktu 60 sampai 90 menit. Sedangkan ulangan dalam bentuk nontes dan
praktik bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Penentuan panjang tes dan nontes dapat ditentukan berdasarkan pengalaman para
guru.
Pada umumnya, setiap butir tes pilihan ganda memerlukan waktu pengerjaan sekitar 1 sampai 3 menit, tergantung pada tingkat
kesulitan soal. Untuk tes bentuk uraian, lama tes ditentukan berdasarkan pada kompleksitas jawaban yang dituntut. Untuk
mengatasi agar jawaban soal tidak terlalu panjang, sebaiknya jawaban dibatasi dengan beberapa kalimat atau beberapa baris.
1) Pertanyaan Lisan. Penskoran pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola kontinum 0 s.d. 10, atau 0 s.d. 100.
Untuk memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan. Contoh soal: Sebutkanlah
beberapa cara mencari akar-akar persamaan kuadrat?
2) Pilihan Ganda. Bentuk soal pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji penguasaan kompetensi pada tingkat berpikir
rendah seperti pengetahuan (recall) dan pemahaman, sampai pada tingkat berpikir tinggi seperti aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi.
Pedoman pembuatan tes bentuk pilihan ganda adalah: (a) pokok soal harus jelas, (b) isi pilihan jawaban homogen, (c)
panjang pilihan jawaban relatif sama, (d) tidak ada petunjuk jawaban benar, (e) hindari menggunakan pilihan jawaban:
semua benar atau semua salah, (f) pilihan jawaban angka diurutkan, (g) semua pilihan jawaban logis, (h) jangan
menggunakan negatif ganda, (I) kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes, (j) bahasa
yang digunakan baku, (k) letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak, dan (l) penulisan soal diurutkan ke
bawah. Contoh soal:
2 3
−
Jika F = x . y
3 4
dengan x = 64 dan y = 16, maka nilai F = ....
x0
a. 16
b. 8
c. 2
16
d. 27
16
e. 81
3) Uraian Objektif. Pertanyaan yang biasa digunakan adalah simpulkan, tafsirkan, dan sebagainya.
Langkah untuk membuat tes uraian objektif adalah: (a) menulis soal berdasarkan indikator pada kisi-kisi, dan (b)
mengedit pertanyaan. Untuk mengedit pertanyaan perlu diperhatikan: (1) apakah pertanyaan mudah dimengerti, (2)
apakah data yang digunakan benar, (3) apakah tata letak keseluruhan baik, (4) apakah pemberian bobot skor sudah
tepat, (5) apakah kunci jawaban sudah benar, dan (6) apakah waktu untuk mengerjakan tes cukup.
Penskoran instrumen uraian objektif dapat dilakukan dengan memberikan skor tertentukan langkah-langkah dalam
menjawab soal.
Contoh soal:
Rasionalkan penyebut tiap pecahan berikut:
2
a.
3− 5
5
b.
3+ 2 2
4) Uraian Bebas. Bentuk instrumen ini dapat dipakai untuk mengukur kompetensi siswa dalam semua tingkat ranah
kognitif.
Kaidah penulisan instrumen bentuk uraian bebas adalah: (a) gunakan kata-kata seperti mengapa, uraikan, jelaskan,
bandingkan, tafsirkan, hitunglah dan buktikan; (b) hindari penggunaan pertanyaan seperti siapa, apa, dan bilamana;
(c) gunakan bahasa yang baku; (d) hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda; (e) buat petunjuk
mengerjakan soal; (f) buat kunci jawaban; dan (g) buat pedoman penskoran.
Untuk memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan.
Contoh soal:
Persamaan kuadrat x 2 − 2 x − 15 = 0 mempunyai dua akar nyata dan berlainan. Gunakan rumus abc untuk mencari akar
persamaan itu, dengan menuliskan bagaimana cara kamu menemukan kedua akar itu.
Pedoman Penskoran:
Langkah Kunci Jawaban Skor
1 Rumus abc: 3
− b ± b 2 − 4ac
x1, 2 =
2a
2 Dari persamaan kuadrat diperoleh a = 1, 2
b = -2, dan c = -15, Jadi
3 2
− (−2) ± (−2) 2 − 4(1)(−15)
x1, 2 =
2(1)
2 ± 4 + 60
= 1
4 2
2±8 1
5 =
2
Jadi, x1 = 5 dan x2 = -3
6 1
Skor maksimum 10
Jika nilai kurang dari 7,5 berarti masih belum berhasil menentukan akar-akar persamaan kuadrat.
5) Jawaban Singkat atau Isian Singkat. Tes bentuk jawaban/isian singkat dibuat dengan menyediakan tempat kosong
yang disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban. Jenis soal jawaban singkat ini bisa berupa pertanyaan dan
melengkapi atau isian. Penskoran isian singkat dapat dilakukan dengan memberikan skor 1 untuk jawaban benar dan
skor 0 untuk jawaban salah.
Contoh soal: Himpunan penyelesaian dari persamaan x 2 − 2 = 0 adalah ....
6) Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat
berpikir yang terlibat cenderung rendah.
Contoh soal:Jodohkanlah nilai sudut dibawah ini:
1
1. sin 150° a. 3
2
1
2. sin 210° b. − 3
2
1
3. cos 210° c.
2
1
4. cos 330° d. −
2
7) Portofolio. Portofolio merupakan kumpulan hasil karya, tugas atau pekerjaan siswa yang disusun berdasarkan urutan
kategori kegiatan. Karya-karya, tugas atau pekerjaan ini dipilih, kemudian dinilai sehingga dapat menggambarkan
perkembangan kompetensi siswa. Portofolio sangat bermanfaat baik bagi guru maupun siswa dalam melakukan penilaian
proses. Contoh soal: Laporan makalah untuk dipresentasikan, tugas-tugas individu atau kelompok dan lain-lain.
Agar penilaian terhadap hasil penugasan ini objektif, maka guru perlu mengembangkan rubrik, yakni semacam kisi-kisi
pedoman penilaian. Rubrik hendaknya memuat: (a) daftar kriteria kinerja siswa, (b) ranah-ranah atau konsep-konsep
yang akan dinilai, dan (c) gradasi mutu. Sebagai alat penilaian tugas, sebelum rubrik digunakan, guru harus
mengomunikasikannya kepada siswa. Skor nilai bersifat kontinum 0 s.d. 10 atau 0 s.d. 100.
Porsi untuk tiap keterlibatan berpikir dalam menjawab soal dari tahap pemahaman, aplikasi, dan analisis (sintesis dan
evaluasi) disarankan sebesar 20%, 30%, dan 50%. Batas ketuntasan ditetapkan dengan skor 75% penguasaan kompetensi.
Menepati janji
Tenggang rasa
Kejujuran
Kepedulian
Kedisiplinan
Kerjasama
Tanggung jawab
Ramah dg teman
Keterbukaan
Ketekunan belajar
Nama Siswa
1
2
3
4
Skor untuk masing-masing sikap di atas dapat berupa angka. Akan tetapi, pada tahap akhir skor tersebut dirata-ratakan dan
dikonversikan ke dalam bentuk kualitatif. Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s.d. 5. Penafsiran angka-angka
tersebut adalah sebagai berikut: 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, dan 5 = amat baik.
Penilaian terhadap minat siswa dapat menggunakan skala bertingkat, misalnya dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung
arah pertanyaan/pernyataan. Misalnya, jawaban sangat setuju diberi skor 4, sedangkan sangat tidak setuju 1. Skor
keseluruhannya diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan/pernyataan. Misalnya instrumen untuk
mengukur minat siswa terdiri atas 10 butir. Jika rentangan yang dipakai 1 sampai 4, maka skor terendah adalah 10 dan skor
tertinggi adalah 40. Jika dibagi menjadi 4 kategori, maka skala 10-16 termasuk tidak berminat, 17 – 24 kurang berminat,
25 – 32 berminat, dan skala 33 – 40 sangat berminat.
Skala
No Pernyataan
Sl Sr Jr Tp
1 Saya senang mengikuti pelajaran ini
2 Saya rugi bila tidak mengikuti pelajaran ini
3 Saya merasa pelajaran ini bermanfaat
4 Saya berusaha menyerahkan tugas tepat waktu
5 Saya berusaha memahami pelajaran ini
6 Saya bertanya pada guru bila ada yang tidak jelas
7 Saya mengerjakan soal-soal latihan di rumah
8 Saya mendiskusikan materi pelajaran dengan teman
9 Saya berusaha memiliki buku pelajaran ini
10 Saya berusaha mencari bahan di perpustakaan
Jumlah
Keterangan : Sl = Selalu
Sr = Sering
Jr = Jarang
Tp = Tidak pernah
Penilaian konsep diri siswa dapat dilakukan melalui inventori. Instrumen konsep diri digunakan untuk mengetahui kekuatan
dan kelemahan diri sendiri.
3. Analisis Instrumen
Suatu instrumen hendaknya dianalisis dulu sebelum digunakan. Ada dua model analisis yang dapat dilakukan, yaitu analisis
kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah analisis yang dilakukan oleh teman sejawat dalam rumpun keahlian yang
sama. Tujuannya adalah untuk menilai materi, konstruksi, dan apakah bahasa yang digunakan sudah memenuhi pedoman dan
bisa dipahami oleh siswa.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen yang telah dianalisis secara kualitatif kepada sejumlah
siswa yang memiliki karakteristik sama dengan siswa yang akan diuji dengan instrumen tersebut. Jawaban hasil uji coba itu lalu
dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan teknik yang ada, misalnya Program MicroCat. Hasil ujicoba bertujuan untuk
melihat karakteristik instrumen seperti indeks kepekaan atau kesensitifan instrumen, yaitu dengan cara membagi jumlah siswa
yang menjawab benar dengan jumlah peserta tes. Batas minimumnya adalah 75%.
Untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara melihat karakteristik butir instrumen dengan
mengikuti acuan kriteria yang tercermin dari besarnya harga indeks sensitivitas. Hal ini dapat diketahui manakala dilakukan tes
awal atau pretest dan tes setelah pembelajaran atau posttest.
Indeks sensitivitas butir instrumen memiliki interval -1 sampai dengan 1. Indeks sentivitas suatu butir soal (Is) ujian formatif
adalah sebagai berikut :
R A − RB
Is =
T
RA = Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir instrumen sesudah proses pembelajaran.
RB =Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir instrumen sebelum proses pembelajaran
T = Banyaknya siswa yang mengikuti ujian
Jika tidak ada tes awal, maka indeks sensitivitas dapat dilihat dari besarnya tingkat pencapaiannya berdasarkan hasil tes akhir.
Jika tingkat pencapaian suatu butir instrumen kecil (banyak siswa yang gagal) maka proses pembelajaran tidak efektif. Namun
demikian, seperti telah dikemukakan di atas, harus diperhatikan pula bagaimana kualitas butir tersebut secara kualitatif. Jika
hasil analisis secara kualitatif sudah memenuhi syarat, dapat diartikan bahwa rendahnya indeks kesukaran menunjukkan tidak
efektifnya proses pembelajarannya. Contoh analisis instrumen, dapat diperiksa pada Lampiran 3.
Evaluasi hasil belajar nontes, misalnya minat dan sikap, adalah untuk mengetahui minat dan sikap siswa terhadap mata
pelajaran. Evaluasi ini berangkat dari skala minat siswa terhadap mata pelajaran Matematika dan segala sesuatu yang terkait.
Skala dibuat bertingkat, misalnya dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung arah pertanyaan atau pernyataannya. Misalnya,
jawabannya sangat setuju diberi skor 4, sedangkan sangat tidak setuju diberi skor 1. Skor keseluruhannya diperoleh dengan
menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan atau pernyataan.
Jika pernyataan itu berjumlah 10 butir, skor tertinggi seorang siswa adalah 40 dan terendah adalah 10. Jika ditafsirkan ke dalam
empat kategori, maka skala 10-16 termasuk tidak berminat, 17 – 24 kurang berminat, 25 – 32 berminat, dan skala 33 – 40
sangat berminat.
Apabila dari sekian banyak siswa ternyata tidak berminat dengan substansi mata pelajaran Matematika maka guru Matematika
harus mencari sebab-sebabnya. Perlu dikaji dan dilihat kembali secara menyeluruh segala hal yang terkait dengan pembelajaran
Matematika, baik menyangkut metode, media maupun tekniknya.
DAFTAR PUSTAKA
California Assesment Program (1989). A question of thinking: A first look at student's performance on open-ended questions in
mathematics. Sacramento: California State Department of Education.
Coxfort, A. F. (1995). Connecting mathematics across the curriculum. Reston, VA: VCTM
Depdiknas, (2001). Pedoman umum penyusunan silabus berbasis kemampuan dasar Siswa Sekolah Menengah Umum (SMU).
Jakarta,Dikmenum.
.Depdiknas, (2001). Pedoman umum sistem pengujian hasil kegiatan belajar mengajar berbasis kemampuan dasar siswa sekolah
menengah umum (SMU).Jakarta, Dikmenum.
Elliot, P.C. (1996). Communication in mathematics. Reston, VA: NCTM
Howson, G., et al. (1981). Curriculum development in mathematics.
London: Cambridge University Press.
Mumme, J. (1991). Portfolio assessment in mathematics. Santa Barbara: California Mathematics Project, University of California.
Nitko, A. J. (1996). Mathematics Portofolio (Workshop paper No.4). Jakarta: Pusisjian, Balitbang, Depdikbud.
Stenmark, J. K. (1989). Assessment alternatives in mathematics: An overview of assessment techniques that promote learning. California
Mathematics Council, University of California.
GLOSARIUM
kesahihan isi tes: petunjuk sejauh mana isi tes sesuai dengan kompetensi dasar dalam silabus yang hendak diukur
kesahihan konstruk tes: petunjuk sejauh mana faktor yang diungkap oleh hasil tes itu sesuai dengan faktor yang hendak diukur.
kesahihan prediktif tes: petunjuk sejauh mana hasil tes dapat memprediksi kompetensi yang akan ditunjukkan oleh data empirik.
kesalahan pengkuran sistematik: kesalahan pengukuran yang terjadi karena alat ukurnya tidak selalu memberikan ukuran yang
sebenarnya, atau penskorannya mempunyai tingkat kemurahan atau kemahalan yang bervariasi.
kesalahan pengukuran acak: kesalahan pengukuran yang terjadi karena kondisi yang diukur bervariasi, atau orang yang diukur
bervariasi, atau bahan yang diujikan tidak tepat.
kesalahan pengukuran: ukuran ketidakcocokan antara hasil pengukuran dan ukuran sebenarnya.
keterandalan alat tes: kompetensi alat ukur memenuhi fungsinya sebagai alat ukur, alat ukur itu mampu mengukur apa yang harus
diukur.
Kompetensi: kompetensi yang dapat dilakukan oleh siswa, yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku.
kompetensi afektif: kompetensi yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat, penerimaan atau penolakan terhadap suatu
objek.
kompetensi dasar: kompetensi minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh lulusan; Kompetensi minimal yang harus dapat
dilakukan atau ditampilkan oleh siswa dari standar kompetensi untuk suatu mata pelajaran.
kompetensi kognitif: kompetensi berpikir; kompetensi memperoleh pengetahuan; kompetensi yang berkaitan dengan pemerolehan
pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran.
kompetensi lulusan SMA: kompetensi yang dapat dilakukan atau ditampilkan oleh lulusan SMA, meliputi lulusan dalam ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor.
kompetensi lulusan SMA: kompetensi yang dapat dilakukan atau ditampilkan lulusan SMA yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor.
kompetensi psikomotor: kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan; kompetensi yang berkaitan dengan
gerak fisik.
komposisi: gubahan; karangan
konsistensi (ketaat-asasan): keselarasan hubungan antarkomponen dalam silabus (kompetensi dasar, materi pokok dan pengalaman
belajar).
kuis: ulangan singkat atau ujian singkat, baik lisan maupun tertulis.
materi pembelajaran: bahan ajar minimal yang harus dipelajari siswa untuk menguasai kompetensi dasar.
materi pokok: pokok bahasan dan subpokok bahasan dari suatu kompetensi dasar
paradigma: model dalam teori; kerangka pikir; norma yang dianut oleh sekelompok komunitas.
pedagogi: ilmu pendidikan; ilmu pengajaran
pembelajaran berbasis kompetensi: pembelajaran yang mensyaratkan dirumuskannya secara jelas kompetensi yang harus dimiliki
atau ditampilkan oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
pendekatan hierarkis: strategi pengembangan materi pembelajaran berdasarkan atas penjenjangan materi pokok.
pendekatan holistik: strategi pengembangan materi pembelajaran dengan memperhatikan keseluruhan materi yang tercakup dalam
satuan mata pelajaran.
pendekatan prosedural: strategi pengembangan materi pembelajaran berdasarkan atas urutan penyelesaian suatu tugas
pembelajaran.
pendekatan spiral: strategi pengembangan materi pembelajaran berdasarkan atas lingkup lingkungan, yaitu dari lingkup lingkungan
yang paling dekat dengan siswa menuju ke lingkup lingkungan yang lebih jauh.
pendekatan tematik: strategi pengembangan materi pembelajaran yang bertitik tolak dari sebuah tema.
pendekatan terjala (webbed): strategi pengembangan pelajaran, dengan menggunakan topik dari beberapa mata pelajaran yang
relevan sebagai titik sentral, dan hubungan antara tema dan sub-tema dapat digambarkan sebagai sebuah jala (webb).
pengalaman belajar: pengalaman atau kegiatan yang perlu dilakukan oleh siswa untuk menguasai Kompetensi dasar atau materi
pembelajaran.
pengujian: pengukuran yang dilanjutkan dengan penilaian.
pengukuran: proses penetapan angka bagi suatu gejala menurut aturan tertentu.
penilaian: metode yang biasa digunakan untuk menentukan mutu unjuk kerja individu; pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk
menjelaskan karakteristik seseorang atau karakteristik sesuatu; penafsiran data hasil pengukuran.
portofolio: kumpulan hasil karya seorang siswa; sejumlah hasil karya seorang siswa yang sengaja dikumpulkan untuk digunakan sebagai
bukti prestasi siswa, perkembangan siswa itu dalam Kompetensi berpikir, pemahaman siswa itu atas materi pelajaran,
Kompetensi siswa itu dalam mengungkapkan gagasan, dan mengungkapkan sikap siswa itu terhadap mata pelajaran tertentu,
laporan singkat yang dibuat seseorang sesudah melaksanakan kegiatan.
ranah afektif: ranah yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu obyek.
ranah kognitif: ranah yang berkaitan dengan kompetensi berpikir; kompetensi memperoleh pengetahuan; kompetensi yang berkaitan
dengan pemerolehan pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran.
ranah psikomotor: ranah yang berkaitan dengan kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan; kompetensi
yang berkaitan dengan gerak fisik.
relevansi: keterkaitan, kesesuaian.
reliabilitas (ajeg): kompetensi alat ukur untuk memberikan hasil pengukuran yang konstan atau ajeg.
sahih: mengukur faktor yang seharusnya diukur.
silabus: susunan teratur materi pembelajaran mata pelajaran tertentu pada kelas/semester tertentu.
sintesis: paduan berbagai pengertian atau hal yang merupakan kesatuan yang selaras.
sistem penilaian: uraian keterangan yang teratur sebagai penjelasan tentang prosedur dan cara mengembangkan kompetensi dasar
menjadi indikator pencapaian kompetensi itu, dan cara mengembangkan indikator menjadi soal ujian.
sistem ujian berkelanjutan: sistem ujian yang meliputi soal untuk semua indikator kompetensi mata pelajaran yang bersangkutan,
yang hasilnya dianalisis dan digunakan untuk menentukan ujian berikutnya.
sistem: perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan; susunan yang teratur dari
pandangan, teori, asas, dsb.
sistematik: mengikuti suatu prosedur tertentu.
soal analisis: soal yang menuntut uraian informasi, penemuan asumsi pembedaan antara fakta dan pendapat, dan penemuan hubungan
sebab-akibat.
soal aplikasi: soal yang menuntut penerapan prinsip dan konsep dalam situasi yang belum pernah diberikan.
soal evaluasi: soal yang menuntut pembuatan keputusan dan kebijakan, dan penentuan “nilai” informasi.
soal pemahaman: soal yang menuntut pembuatan pernyataan masalah dengan kata-kata penjawab sendiri, pemberian contoh prinsip
atau contoh konsep.
soal pengetahuan: soal yang menuntut jawaban yang berdasarkan hafalan.
soal sintesis: soal yang menuntut pembuatan cerita, karangan, hipotesis dengan memadukan berbagai pengetahuan atau ilmu.
soal ujian yang sahih: soal ujian yang bahannya mewakili bahan ajar yang ada di dalam silabus.
standar kompetensi: kompetensi yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk suatu mata pelajaran; kompetensi dalam mata pelajaran
tertentu yang harus dimiliki oleh siswa; Kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran.
tagihan: berbagai bentuk ulangan atau ujian untuk menunjukkan tingkat kompetensi siswa dalam mata pelajaran tertentu.
tes acuan kriteria: tes yang berdasarkan anggapan bahwa hampir semua orang dapat belajar (menguasai) materi pelajaran apa saja
tetapi memerlukan waktu yang mungkin berbeda.
tes acuan norma: tes yang berdasarkan anggapan bahwa kompetensi penempuh tes itu merupakan variabel yang mengikuti distribusi
normal.
tes non objektif: jenis ujian yang penskorannya dapat dipengaruhi oleh subjektivitas pemberi skor.
tes objektif: jenis ujian yang penskorannya objektif, tidak bergantung pada subjektivitas pemberi skor.
tes pilihan ganda: jenis ujian yang bagi setiap butir soalnya tersedia sejumlah jawaban yang harus dipilih salah satu oleh penempuh tes
karena hanya salah satu dari jawaban-jawaban itu yang benar.
ujian berkelanjutan: ujian yang hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang sudah dimiliki siswa peserta tes dan
mengetahui kesulitan siswa, yang dilakukan sampai siswa menguasai semua kompetensi dasar.
ujian: proses kuantifikasi (pemberian angka) kompetensi siswa pada ranah kognitif dan psikomotorik.
validitas: kompetensi alat ukur yang memenuhi fungsinya sebagai alat ukur, alat ukur itu mampu mengukur apa yang harus diukur.
Lampiran 1:
Keterangan:
1. Satu kata kerja tertentu (misal mengidentifikasikan) dapat dipakai pada standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Perbedaannya adalah pada standar kompetensi cakupannya lebih luas dari kompetensi dasar.
2. Satu standar kompetensi dapat dipecah menjadi 3 sampai 6 atau lebih kompetensi dasar.
3. Satu kompetensi dasar nantinya harus dapat dipecah menjadi minimal 2 indikator
Meramalkan
Contoh Daftar Kata Kerja Operasional Untuk Ranah Psikomotor
Lampiran 2:
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
2 Menggunakan perbandingan, 2.1 Menggunakan sifat dan aturan tentang fungsi trigonometri, rumus sinus, dan rumus kosinus dalam
fungsi, persamaan, dan identitas pemecahan masalah.
trigonometri dalam 2.2 Melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan teknis yang berkaitan dengan fungsi trigonometri.
pemecahan masalah. 2.3 Merancang model matematika yang berkaitan dengan fungsi trigonometri, rumus sinus dan kosinus,
menyelesaikan modelnya, dan menafsirkan hasil yang diperoleh.
3 Menggunakan sifat dan aturan 3.1 Memahami komponen, menggambar, dan menghitung volum dari benda ruang.
geometri dalam menentukan
3.2 Menggunakan abstrasi ruang untuk menggambar dan menghitung jarak dan sudut antara.
kedudukan titik, garis dan
bidang; jarak; sudut; dan volum.
5 Menggunakan manipulasi aljabar 5.1 Menggunakan rumus trigonometri jumlah dua sudut, selisih dua sudut dan sudut ganda.
untuk merancang rumus 5.2 Merancang rumus trigonometri jumlah dan selisih dua sudut dan sudut ganda.
trigonometri dan menyusun
bukti.
6 Menyusun dan menggunakan 6.1 Merumuskan persamaan lingkaran dan mengguna-kannya dalam pemecahan masalah.
persamaan lingkaran beserta 6.2 Menentukan persamaan garis singgung pada lingkaran dalam berbagai situasi.
garis singgungnya; 6.3 Menggunakan algoritma pembagian sukubanyak untuk menentukan hasil bagi dan sisa pembagian.
menggunakan algoritma
6.4 Menggunakan teorema sisa dan teorema faktor dalam pemecahan masalah serta membuktikan teorema
pembagian, teorema sisa, dan
sisa dan teorema faktor.
teorema faktor dalam
pemecahan masalah; 6.5 Menggunakan konsep, sifat, dan aturan fungsi komposisi dalam pemecahan masalah.
menggunakan operasi dan 6.6 Menggunakan konsep, sifat, dan aturan fungsi invers dalam pemecahan masalah.
manipulasi aljabar dalam
pemecahan masalah yang
berkaitan dengan fungsi
komposisi dan fungsi invers.
7 Menggunakan konsep limit 7.1. Menjelaskan limit fungsi di satu titik dan di takhingga beserta teknis perhitungannya.
fungsi dan dan turunan dalam 7.2. Menggunakan sifat limit fungsi untuk menghitung bentuk tak tentu fungsi aljabar dan trigonometri.
pemecahan masalah.
7.3. Menggunakan konsep, sifat, dan aturan dalam perhitungan turunan fungsi.k menentukan
karakteristik suatu fungsi dan memecahkan masalah.
7.4. Merancang model matematika yang berkaitan dengan ekstrim fungsi, menyelesaikan modelnya, dan
menafsirkan hasil yang diperoleh.
8 Menggunakan konsep integral 8.1. Menggunakan konsep, sifat, dan aturan dalam perhitungan integral tak tentu dan integral tentu.
dalam pemecahan masalah. 8.2. Menggunakan integral untuk menghitung luas daerah dan volum benda putar.
A. RANAH MATERI
1. Butir soal sesuai dengan indikator. v v v
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas. v v
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran. v
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, dan tingkat kelas. v
B. RANAH KONSTRUKSI
5. Rumusan kalimat dalam bentuk kalimat tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai. v v v
6. Ada petunjuk yang jelas cara mengerjakan/ menyelesaikan soal. v v
7. Ada pedoman penskorannya. v
8. Tabel, grafik, diagram, kasus, atau yang sejenisnya bermakna (jelas keterangannya atau ada hubungannya v
dengan masalah yang ditanyakan).
9. Butir soal tidak bergantung pada butir soal sebelumnya. v
C. RANAH BAHASA:
10. Rumusan kalimat komunikatif. v v v
11. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta sesuai dengan ragam bahasanya. v v
12. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian. v v
13. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal). v v
14. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan peserta didik. v v
Keterangan:
• Soal nomor 1, perlu dirumuskan kembali karena ruang lingkup pertanyaan dan jawabannya tidak menunjukkan batas-batas
yang jelas, kurang memberikan petunjuk tentang cara mengerjakan, dan dapat menimbulkan penafsiran ganda atau salah
makna.
• Soal nomor 2, sudah baik dan tidak memerlukan perbaikan
• Soal nomor 3, memerlukan tambahan penjelasan tentang cara mengerjakan.
A. RANAH MATERI
1. Butir soal sesuai dengan indikator.
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas.
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran.
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, dan tingkat kelas.
B. RANAH KONSTRUKSI
5. Rumusan kalimat dalam bentuk kalimat terbuka (yang belum lengkap) yang hanya memerlukan tambahan
kata yang merupakan jawaban/kunci.
6. Butir soal tidak bergantung pada butir soal sebelumnya.
C. RANAH BAHASA:
7. Rumusan kalimat komunikatif.
8. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta sesuai dengan ragam bahasanya.
9. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.
10. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal).
11. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan peserta didik.
Keterangan:
• Soal nomor 1, perlu dirumuskan kembali karena ruang lingkup pertanyaan dan jawabannya tidak menunjukkan batas-batas yang
jelas.
• Soal nomor 2, sudah baik dan tidak memerlukan perbaikan
• Soal nomor 3, memerlukan perbaikan dalam bahasa
B. RANAH KONSTRUKSI
6. Pokok soal (stem) dirumuskan dengan jelas.
7. Rumusan soal dan pilihan dirumuskan dengan tegas.
8. Pokok soal tidak memberi petunjuk/mengarah kepada pilihan jawaban yang benar.
9. Pokok soal tidak mengandung pernyataan negatif ganda.
10. Bila terpaksa menggunakan kata negatif, maka harus digarisbawahi atau dicetak lain.
11. Pilihan jawaban homogen.
12. Hindari adanya alternatif jawaban : "seluruh jawaban di atas benar" atau "tak satu jawaban di atas yang
benar" dan yang sejenisnya.
13. Panjang alternatif /pilihan jawaban relatif sama, jangan ada yang sangat panjang dan ada yang sangat
pendek.
14. Pilihan jawaban dalam bentuk angka/waktu diurutkan.
15. Wacana, gambar, atau grafik benar-benar berfungsi.
16. Antarbutir soal tidak bergantung satu sama lain.
C. RANAH BAHASA:
17. Rumusan kalimat komunikatif.
18. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta sesuai dengan ragam bahasanya.
19. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.
20. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal).
21. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan peserta didik.
Keterangan:
• Soal nomor 1 dan 2 sudah baik dari ke tiga ranah dan tidak memerlukan perbaikan
• Soal nomor 3 dan 5 perlu perbaikan pada pilihan jawaban, karena ternyata terdapat lebih dari satu jawaban benar dan pilihan
jawaban tidak homogen
• Soal nomor 4 perlu perbaikan dari segi bahasa
Jumlah Jumlah %
Kompetensi Dasar Penguasaan Keterangan
Butir Betul Pencapaian
Menggunakan sifat-sifat dan operasi matriks 4 3 75 V Menguasai sebagian besar kompetensi dalam
untuk menentukan invers matriks persegi menggunakan sifat-sifat dan operasi matriks
beserta pembuktian rumusnya untuk menentukan invers matriks persegi
beserta pembuktian rumusnya
Lampiran 5
CONTOH FORMAT PROFIL HASIL BELAJAR SISWA
NAMA SISWA :
KELAS/PROGRAM : XI
SEMESTER : 1
MATA PELAJARAN : Matematika
NILAI
No.
Kompetensi Dasar K P A Komentar
KD
10 – 100 10 - 100 A/B/C
1.1 Menggunakan sifat dan aturan tentang pangkat, akar, dan 75 - B Sudah kompeten, perlu pengayaan.
logaritma dalam pemecahan masalah.
1.3. Menggunakan sifat dan aturan tentang akar persamaan 80 - B Sudah kompeten, perlu pengayaan.
kuadrat, diskriminan, sumbu simetri, dan titik puncak grafik
fungsi kuadrat dalam pemecahan masalah.
1.6 Menggunakan sifat dan aturan tentang sistem persamaan 50 - C Belum kompeten, tentang materi sistem
linear dan kuadrat dalam pemecahan masalah. persamaan linear tiga variabel.
1.7 Melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan teknis yang 55 - B Belum kompeten, perlu banyak latihan
berkaitan dengan sistem persamaan. soal.
……………………
Nilai Rata-rata:
__________________ __________________
Keterangan:
K : Kognitif
P : Psikomotor
A : Afektif
Komunikasi tertulis
Eksistensi diri
Potensi diri
Mengidentifikasi variabel
Menghubungkan variabel
Makhluk Tuhan
Mengambil keputusan
Komunikasi lisan
Melaksanakan penelitian
Memecahkan masalah
Bekerjasama
Menggali informasi
Mengolah informasi
Merumuskan hipotesis
No
Nama Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Keterangan: Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s.d. 5. Penafsiran angka-angka tersebut adalah sebagai
berikut: 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, dan 5 = amat baik.
Keterangan: K = Kuis
PR = Pekerjaan Rumah