Anda di halaman 1dari 13

RINGKASAN SKRIPSI DAN EVALUASI METODE PTK

A. Informasi Umum Laporan Penelitian 1. Judul : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Biologi Kelas VII B di MTs NU Pakis Malang 2. Pengarang 3. Tahun : Mftahus Surur : 2011

4. Lokasi Penelitian : MTs NU Pakis Malang 5. Jenis Dokumen 6. Bidang Ilmu 7. Institusi : Skripsi : Teknologi Pendidikan : Universitas Negeri Malang

B. Ringkasan dan Evaluasi isi Laporan Penelitian 1. Latar Belakang Penelitian Dalam proses pembelajaran ada dua unsur penting di dalamnya yaitu guru dan siswa. Dua unsur ini sangat berpengaruh dalam mencapai tujuan pembelajaran. Adapun tugas utama guru dalam proses pembelajaran adalah membelajarkan siswa dengan menyediakan berbagai fasilitas dan mampu menciptakan lingkungan yang kondusif. Adapun siswa membangun pengetahuannya secara mandiri tidak tergantung pada apa yang diberikan guru kecuali jika ada kesulitan yang tidak mampu diselesaikan sendiri. Jika ini dapat terlaksana dengan baik, porses pembelajaran akan berlangsung cukup kondusif, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Dari hasil observasi awal penulis, guru masih menggunakan metode ceramah (konvensional) dalam proses pembelajaran, dengan pertimbangan bahwa metode ceramah lebih mudah dilaksanakan karena tidak memerlukan waktu yang lama dan kondisi kelas yang mudah dikontrol. Namun yang terjadi dilapangan berbeda, dalam penerapan metode ceramah justru membuat siswa bosan, sehingga siswa mencari kegiatan sendiri yang membuat kondusifitas kelas terganggu. Hanya sebagian kecil siswa yang masih fokus terhadap apa yang guru jelaskan, siswa lain terutama yang mempunyai kemampuan lemah dalam memahami materi, memilih untuk ngobrol dengan temannya yang lain. Tingkat interaksi belajar dan aktivitas kelas rendah, hal ini dibuktikan dengan sedikitnya siswa yang memperhatikan materi yang diterangkan guru, demikian juga dengan sedikitnya siswa bertanya baik kepada guru maupun teman sebangku atau teman sekelas. Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih komprehensif dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Salah satunya adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran

kooperatif siswa bekerja sama dalam kelompok kecil yang mempunyai kemampuan berbeda-beda untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran (Slavin, 2010:4). Terdapat banyak model pembelajaran kooperatif yang berhasil dikembangkan oleh para peneliti di bidang pendidikan dan telah diterapkan pada kegiatan pembelajaran di kelas salah satunya adalah Jigsaw. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini peneliti mempunyai beberapa alasan. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memperhatikan kehiterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggungjawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Selain itu keunggulan kooperatif tipe Jigsaw meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga

pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Berdasarkan uraian di atas, maka judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah: "Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Biologi Kelas VII B di MTs NU Pakis Malang.

Komentar: Menurut saya latar belakang masalah ini relevan, karena di sekolah tersebut biasanya hanya menggunakan metode ceramah, sehingga kurang efektif dan kurangnya interaksi peserta didik, sehingga peneliti mencoba meneliti dan menerapkan teori pembelajaran jigsaw sudah tepat.

2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran Biologi pokok bahasan Ekosistem dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII B di MTs NU Pakis Malang? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran Biologi pokok bahasan Ekosistem dapat menigkatkan hasil belajar Biologi siswa kelas VII B di MTs NU Pakis Malang? Komentar: rumusan masalah sudah mencakup dalam kesemuanya, dan sudah sebelumnya sudah ada dalam latar belakang. Sehingga sesuai antara latar belakang dan rumusan masalah.

3. Ringkasan Hipotesis Penelitian Tidak ada

4. Ringkasan Pokok-pokok Teori Utama Sesuai dengan tujuan penelitian dan permasalahan yang akan diteliti maka penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakantindakan yang dilakukan, serta memperbaiki dimana praktek-praktek pembelajaran dilaksanakan. PTK bermula dari persoalan-persoalan praktis yang dihadapi guru di kelas, dimana hasil dari penelitiannya nanti dapat dimanfaatkan secara langsung untuk peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas. PTK ini merupakan penelitian proses pembelajaran di kelas yang terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu; (1) perencanaan /planning, (2) pelaksanaan tindakan/ action, (3) pengamatan/observation, (4) refleksi/reflection. Komentar: pokok-pokok isi teori utama sudah mencakup secara keseluruhan inti dari pokok pembahasannya.

5. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik : 1. Lembar observasi ( pengamatan ) Observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh seseorang yang terlibat dalam proses pelaksanaan tindakan penelitian. Dalam penelitian ini yang diamati adalah aktivitas individu siswa dalam kelompok. Lembar observasi aktivitas individu siswa digunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan membandingkan hasil observasi aktivitas individu siswa pada siklus 1 dan siklus 2. Untuk mempermudah kegiatan pengamatan aktivitas siswa peneliti meminta bantuan guru bidang studi dan teman sejawat. 2. Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006:150). Dalam penelitian ini peneliti memberiken tes kepada siswa yaitu pada setiap akhir siklus yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa setelah pemberian tindakan. Soal tes dibuat tanpa uji instrumen, namun dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Guru Bidang Studi sebagai ahli materi. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang menghimpun dokumen- dokumen, baik tertulis maupun gambar. Data dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa daftar nilai dan foto-foto siswa kelas VII B di MTs NU Pakis Malang. Komentar: : Metode pengumpulan data sudah sesuai dengan prosedur yang ada.

6. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan setiap kali siklus pembelajaran berakhir. Data mengenai aktivitas belajar dan hasil belajar yang diperoleh dianalisis sebagai berikut. 1. Aktivitas Belajar Data aktivitas belajar siswa dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil observasi peneliti yang dibantu guru bidang studi dan teman sejawat. Rumus yang digunakan sesuai dengan Agustiningsih (2009:30). Presentase keberhasilan tindakan = Persentase aktivitas siswa = deskriptor aktivitas yang dicapai X 100% skor deskriptor maksimal 2. Hasil Belajar Data hasil belajar diperoleh dari skor tes pada akhir setiap siklus. Rumus yang digunakan sesuai dengan Arikunto (2010:172) S=R S = skor yang diperoleh R = jawaban yang betul Skor tersebut kemudian dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah yaitu 65%. Jadi seorang siswa dikatakan tuntas belajar jika mencapai skor 65 dan ketuntasan klasikal apabila 85% siswa dikelas tersebut telah mencapai 65. Selanjutnya dilakukan penghitungan keberhasilan belajar klasikal dengan menggunakan rumus: Keberhasilan belajar klasikal = Siswa yang memperoleh nilai 65 total siswa
x 100%

Komentar: Teknik analisis data pada skripsi ini sudah sesuai dengan metode penelitiannya.

7. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Lembar Observasi digunakan untuk mengamati gejala-gejala yang terjadi dalam variabel yang diteliti secara langsung. Melalui metode ini akan diperoleh data yang valid alasan menggunakan metode ini : observasi mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dst. 2. Soal tes juga dipakai sebagai instrumen untuk mengumpulkan data untuk mengetahui ranah kognitif yaitu konsep awal sebelum pembelajaran dan konsep akhir siswa sesudah pembelajaran. 3. Dokumentasi berupa daftar nilai siswa, instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan nilai-nilai siswa dan mengetahui jumlah hasil belajar siswa yang tinggi,sedang dan rendah. Komentar: Instrumen penelitian sudah sesuai

8. Ringkasan Pembahasan Hasil analisis data yang diperoleh dari tahap pra tindakan menunjukkan rendahnya presentase hasil belajar siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar yaitu 19,05% atau 8 siswa sedangkan siswa yang mencapai ketutasan belajar mencapai 80,95% atau 34 siswa. Hal ini berpengaruh pada pencapaian rata-rata kelas yang juga rendah yaitu 57,52. Dilihat dari hasil belajar siswa pada saat pra tindakan ternyata siswa belum mampu menguasai materi secara optimal. Penyebabnya antara lain adalah, kurangnya perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan oleh guru, proses pembelajaran yang membosankan sehingga siswa kurang tertarik untuk fokus pada materi, model pembelajaran konvensional yang digunakan membuat siswa cepat jenuh, kurang memiliki kesempatan untuk berkreasi dalam bentuk penyampaian pendapat, bertukar pendapat dan berinteraksi dengan teman sekelas. Selain itu sebagian besar siswa masih merasa malu atau takut untuk bertanya. Pada hasil pra tindakan, proses pembelajaran memang belum optimal dan perlu dilakukan perbaikan dengan menerapkan model pembelajaran

yang mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Model yang terapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Model ini dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Selain itu dengan penerapan model ini siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk berdiskusi dalam memecahkan suatu masalah serta membangun kerjasama tim yang baik dengan teman kelompok. Pada siklus I diperoleh data peningkatan aktivitas siswa sebesar 69,66 dan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Hasil penelitian pada Siklus I diperoleh data bahwa nilai rata-rata kelas 74,29 hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari nilai rata-rata kelas pra tindakan yaitu 57,52. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar juga bertambah dari 8 siswa menjadi 29 siswa. Sedangkan yang tidak tuntas mengalami penurunan dari 34 siswa menjadi 13 siswa. Pada siklus I ketuntasan klasikal sebesar 69,05%. Presentase ini mengalami peningkatan dari presentase ketuntasan klasikal pra tindakan yaitu 19,05. Peningkatan terjadi karena siswa terlibat dalam proses pembelajaran secara aktif dalam bentuk diskusi, bertukar pendapat, bekerjasama dalam menyelesaikan masalah yang terangkum dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Dalam proses pembelajaran dengan model Jigsaw siswa lebih mampu berperan aktif dalam kelompok. Siswa lebih berani bertanya tentang materi yang belum dipahami. Siswa lebih berani dalam menyampaikan dan menanggapi pendapat dari teman sekelas dan meningkatkan tanggung jawab siswa dalam penyelesaian masalah. Selain itu siswa juga mampu membangun interaksi sosial yang baik melalui kerjasama kelompok. Pembelajaran Jigsaw dilakukan dengan pendekatan kelompok yang memberi ruang lebih luas bagi siswa untuk berinteraksi dengan teman sekelas. Membangun kerjasama yang kompak, saling membantu dan bertanggung jawab terhadap tugas masing-masing. Setiap siswa akan mengetahui tingkat pemahaman masing-masing terhadap materi yang diberikan, sehingga siswa yang merasa kurang mengerti tentang suatu materi

dapat bertanya kepada teman satu kelompok. Dan siswa yang telah memahami materi dengan baik dapat membantu siswa lain dalam kelompok. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I diketahui bahwa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat beberapa kelemahan, yaitu masih banyak siswa yang memperoleh hasil belajar belum mencapai ketuntasan minimal yaitu berjumlah 13 siswa atau 30,95%. Model pembelajaran Jigsaw model yang baru diterapkan, yang menyebabkan siswa kurang terbiasa bekerjasama dalam kelompok dalam mencari informasi atau menyampaikan informasi. Sehingga masih terdapat beberapa siswa yang kurang memahami materi dan terdapat beberapa siswa yang acuh tak acuh terhadap kelompoknya dan masih banyak juga yang berbuat gaduh. Oleh karena itu siswa belum mampu mencapai ketuntasan klasikal. Namun secara keseluruhan aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat jika dibandingkan pada saat sebelum dilaksanakan tindakan. Pada siklus II guru berupaya untuk melakukan perbaikan terhadap kekurangan yang terjadi pada siklus I. Guru menjelaskan kembali teknis penerapan model pembelajaran tipe Jigsaw agar siswa lebih paham dan terbiasa dengan model terssebut. Guru juga menegur langsung siswa yang berbuat gaduh dan acuh tak acuh dalam proses pembelajaran. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II, terjadi peningkatan pada aktivitas dan hasil belajar siswa. Tingkat aktivitas siswa pada siklus II yaitu 78,84 meningkat 9,18% dari siklus satu yang berjumlah 69,66%. Rata-rata kelas juga meningkat, pada siklus I rata-rata kelas sebesar 74,29 kemudian meningkat pada siklus II menjadi 78,81. Peningkatan juga terjadi pada tingkat ketuntasan individual dan klasikal. Pada siklus II siswa yang telah mencapai ketuntasan individual berjumlah 37 siswa atau 88,10% sedangkan pada silus I berjumlah 29 siswa atau 69,05%. Dan siswa yang tidak mencapai ketuntasan individual mengalami penurunan yaitu berjumlah 5 siswa atau 11,9% sedangkan pada siklus I berjumlah 13 siswa atau 30,95%. Tingkat ketuntasan klasikal siswa 88,10% dan telah dinyatakan tuntas secara klasikal,

karena jumlah siswa yang mencapai tingkat ketuntasan individual 85% dari total jumlah siswa satu kelas. Karena indikator keberhasilan pada penelitian sudah tercapai yaitu dengan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus I dan II serta tercapainya ketuntasan klasikal maka penelitian ini dihentikan pada siklus II. Peningkatan yang terjadi pada siklus II disebabkan adanya aktivitas belajar siswa yang lebih baik dari siklus I. Hal ini sesuai dengan pendapat Johnson dan Nurhadi Dkk. (2004:64) yang mengungkapkan berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif atau kelompok yaitu pembelajaran ini dapat meningkatkan sikap positif dalam belajar dan pengalaman belajar, serta dapat meningkatkan kemampuan berfikir divergen atau berfikir kereatif. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar karena adanya pengalaman belajar bersama yang dibangun oleh siswa, membentuk pengetahuan siswa yang lebih kompleks karena adanya tukar pendapat antar siswa dan meningkatkan aktivitas melalui kerjasama dalam menyelesaikan tanggungjawab kelompok. Oleh karena itu

pembelajaran pada siklus II dapat meningkatkan akitivitas dan hasil belajar siswa dengan adanya pengalaman berinteraksi dan bekerjasama dalam kelompok. Komentar: pembahasan sudah sesuai dan mencakup aspek keseluruhan.

9. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa, penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dilaksanakan dengan langkah- langkah sebagai berikut : 1. Membaca (Reading) Sebelum dilaksanakan kegiatan membaca, guru membagi siswa ke dalam kelompok yang heterogen. Kemudian anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang telah dipilih untuk dipahami. Porsi pada setiap sub pokok bahasan harus seimbang sehingga siswa mendapat materi dengan beban yang sama.

2. Diskusi Kelompok Ahli (Expert) Siswa dengan sub pokok bahasan yang sama, bertemu untuk mendiskusikan hal tersebut. Setiap anggota kelompok menerima lembar kerja ahli yang memuat pertanyaan dan dan kegiatan untuk mengarahkan diskusi kelompok. Guru hendaknya mengatur jarak antar kelompok agar anggota kelompok menjadi lebih leluasa dan fokus dalam berdiskusi tanpa terganggu kelompok lain. 3. Pelaporan kelompok (Team Report) Masing-masing kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan topik yang telah dibahas di kelompok ahli. Setelah penjelasan selesai anggota kelompok menanggapi dan mengajukan pertanyaan kepada anggota yang telah menjelaskan topik tersebut. Guru hendaknya menegur dan mengingatkan siswa yang kurang aktif dan berbuat gaduh, sehingga diskusi tetap berjalan kondusif. 4. Test (Test) Tes dilaksanakan pada setiap akhir siklus untuk mengetahui hasil belajar siswa. dalam menyusun materi, guru hendaknya menggunakan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami siswa yang nantinya juga akan memudahkan siswa dalam menjawab pertanyaan guru baik secara lisan maupun tes objektif pada akhir siklus. 5. Penghitungan Skor dan Penghargaan Kelompok (Team Recognition) Setelah diadakan tes pada akhir siklus, dilakukan penghitungan skor individu dan kelompok. Kemudian guru memberikan penghargaan kepada siswa dan kelompok yang mendapat skor terbaik. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan aktifitas belajar siswa pada siklus I sebesar sebesar 69,66% dan meningkat pada siklus II menjadi 78,84% dan dari pencapaian ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I 69,05% kemudian meningkat pada siklus II menjadi 88,10%. Komentar: kesimpulan sudah menjelaskan keseluruhan secara garis besar, dengan singkat padat dan jelas.

10. Saran 1. Hasil penelitian dapat dijadikan referensi dalam penerapan model pembelajaran Jigsaw berikutnya , untuk memberikan proses pembelajaran yang variatif. 2. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw hendaknya memperhatikan pembagian waktu diskusi kelompok asal dan kelompok ahli yang proporsional untuk mewujudkan

pembelajaran yang efektif. 3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw hendaknya di sesuaikan dengan materi yang akan diajarkan , lingkungan belajar siswa, dan ketersediaan waktu yang cukup. 4. Bagi pihak sekolah dan universitas diharapkan untuk

mengembangkan penelitian ini, baik sebagai penelitian lanjutan maupun penelitian lain dari menerapakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, sehingga model pembelajaran baru dapat berkembang di Indonesia. Dengan saran tersebut di atas diharapkan semoga dapat bermanfaat bagi peneliti, pembaca, dan dunia pendidikan pada umumnya.

C. Komentar Umum Kelemahan Pokok Penelitian dalam Skripsi Menurut saya tidak ada kelemahan pokok dalam skripsi ini, sudah sesuai dan sudah lengkap sesuai dengan poin-poin keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai