Sri Suryanovi∗
Abstrak
UU Nomor 17 Tahun 2003 dan UU Nomor 1 Tahun 2004 menjadi dasar lahirnya
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP). Oleh karena itu, kedua undang-undang tersebut seharusnya saling selaras dan
tidak mengandung pengertian yang ambigu.
Kajian ini mencoba untuk mencari keharmonisan rumusan-rumusan yang ada dalam
SAP dengan yang ada dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 dan UU Nomor 1 Tahun
2004. Kemudian membandingkannya juga dengan acuan terkait, yaitu Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan (KKAP). Selain itu, untuk mendukung kejelasan
dari terminologi yang dipakai, kajian ini juga mengacu pada beberapa literature terkait.
Dari hasil kajian ini diketahui, pertama, terdapat ketidakjelasan rumusan atas definisi
“pendapatan negara” antara pasal 1 dengan pasal 11 dalam UU Nomor 17 Tahun
2003 yang dapat menimbulkan interprestasi yang berbeda. Menurut pasal 1 ayat 13
basis akuntansi yang seharusnya digunakan dalam pengakuan pendapatan adalah
basis akrual, sedangkan menurut pasal 11 ayat 3 serta dengan mengacu pada pasal 1
ayat 9 basis akuntansi yang digunakan dalam pengakuan pendapatan adalah basis kas.
Kedua, definisi pendapatan daerah telah dirumuskan secara jelas dan harmonis antara
pasal 1 dengan pasal 16 UU Nomor 17 Tahun 2003. Bunyi kedua pasal tersebut
mensyaratkan penggunaan basis akrual untuk pendapatan.
Ketiga, pisah batas pengakuan pendapatan pada basis kas yang ditetapkan KKAP tidak
harmonis dengan yang ditetapkan UU Nomor 17 Tahun 2003. Menurut KKAP paragraf
40 dan 88, pisah batas pengakuan pendapatan adalah pada saat uang diterima oleh
Bendahara Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan lainnya. Sedangkan
menurut UU Nomor 17 Tahun 2003 (pasal 1 ayat 9 dan 11) pisah batas pengakuan
pendapatan adalah pada saat uang diterima di kas negara/daerah.
Keempat, definisi belanja negara dan daerah yang dinyatakan dalam pasal 1 ayat 14
dan pasal 1 ayat 16 UU Nomor 17 Tahun 2003, telah harmonis dan semuanya
mengisyaratkan penggunaan basis akrual.
∗
Widyaiswara Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
77
JAP Vol. 3, No. 1, Oktober 2008
Kelima, penetapan pisah batas pengakuan belanja pada basis kas antar paragraf yang
ada dalam KKAP belum seluruhnya harmonis dengan yang ada dalam UU Nomor 17
Ttahun 2003. KKAP paragraf 58 (c) telah harmonis dengan UU Nomor 17 Tahun 2003
dan keduanya mengisyaratkan penetapan pisah batas pengakuan belanja pada saat
uang dikeluarkan dari Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah. Akan
tetapi, KKAP paragraf 40 menetapkan pisah batas pengakuan belanja pada saat uang
dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan;
sementara itu, KKAP paragraf 89 menetapkan pisah batas pengakuan belanja pada
saat uang dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas
pelaporan, sedang untuk pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya
terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit
yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
Keenam, penggunaan basis kas menuju akrual dalam laporan keuangan tahun
anggaran tahun 2008 akan bertentangan dengan UU nomor 17 tahun 2003 dan UU
nomor 1 tahun 2004.
78
Keharmonisan dan Kejelasan Penerapan
Basis Kas Menuju Akrual Berdasarkan Perspektif
UU 17 Tahun 2003 dan UU 1 Tahun 2004
80
Keharmonisan dan Kejelasan Penerapan
Basis Kas Menuju Akrual Berdasarkan Perspektif
UU 17 Tahun 2003 dan UU 1 Tahun 2004
rumusan-rumusan yang ada dalam SAP lebih rendah selalu melaksanakan apa
dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 dan yang ditentukan oleh peraturan
UU Nomor 1 Tahun 2004. perundang-undangan yang lebih tinggi.
Peraturan perundang-undangan yang
E. Definisi Operasional lebih rendah tidak boleh menyimpang
atau mengesampingkan atau bertentangan
1. Harmonis dengan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi tingkatannya.” (Sunaryati
Dalam kajian ini, penulis mem- Hartono, dalam Kusnu 2006).
batasi pengertian harmonis sebagai
suatu hal yang serasi, sesuai atau Dalam Pasal 10 UU Nomor 10 Tahun
tidak bertentangan, sedang ketidak- 2004 tentang “Pembentukan Peraturan
harmonisan adalah sesuatu hal yang Perundang-undangan” dikatakan materi
tidak serasi atau tidak sesuai atau muatan PP berisi materi untuk menjalankan
bertentangan. UU sebagaimana mestinya, dengan kata
lain tidak boleh menyimpang dari materi
2. Kejelasan Rumusan yang diatur dalam UU yang bersangkutan.
Dalam kajian ini, penulis mem-
batasi pengertian kejelasan rumusan B. Harmonis
sebagai pernyataan atau simpulan
tentang ketetapan yang dinyatakan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
secara tegas, mudah dimengerti dan (2001), “harmoni” adalah pernyataan
tidak ambigu sehingga tidak menim- rasa, aksi, gagasan, dan minat; keselarasan;
bulkan interprestasi yang berbeda. keserasian, sedangkan “harmonis” adalah
“bersangkut paut dengan (mengenai)
harmoni; seia sekata. Dalam “An
KAJIAN TEORI English-Indonesian Dictionary,” kata
“harmonies” diartikan sebagai “keselarasan,
keserasian, kecocokan, kesesuaian”.
A. Teori Stufenbau
Ketetapan MPR Nomor III/MPR Tahun
Hans Kelsen mengemukakan teorinya 2000 Pasal 4 ayat (1) menegaskan
mengenai jenjang norma hukum (Stufenbau ”sesuai dengan tata urutan peraturan
theorie). Ia berpendapat bahwa norma- perundang-undangan ini, maka setiap
norma hukum itu berjenjang-jenjang dan aturan hukum yang lebih rendah tidak
berlapis-lapis dalam suatu hirarki tata boleh bertentangan dengan aturan hukum
susunan. Ini berarti suatu norma yang yang lebih tinggi”. Jenjang peraturan
lebih rendah berlaku, bersumber dan perundang-undangan menurut UU Nomor
berdasar pada norma yang lebih tinggi, 10 Tahun 2004 pasal 7 ayat (1), Jenis
demikian seterusnya sampai pada suatu dan hierarki Peraturan Perundang-
norma yang tidak dapat ditelusuri lebih undangan adalah sebagai berikut :
lanjut dan bersifat hipotesis dan fiktif a. Undang-Undang Dasar Negara
yaitu norma dasar (Grundnorm) (Hans Republik Indonesia Tahun 1945;
Kelsen dalam Maria Indradi Soeprapto, b. Undang-Undang/Peraturan Peme-
1998), dalam Suryaningsih, Web: rintah Pengganti Undang-Undang;
wisnuwardhana.ac.id/fh/index. c. Peraturan Pemerintah;
Prinsip utama yang harus dipegang teguh d. Peraturan Presiden;
di dalam setiap negara hukum, ialah e. Peraturan Daerah.
peraturan perundang-undangan yang
81
JAP Vol. 3, No. 1, Oktober 2008
82
Keharmonisan dan Kejelasan Penerapan
Basis Kas Menuju Akrual Berdasarkan Perspektif
UU 17 Tahun 2003 dan UU 1 Tahun 2004
which they relate. The elements assets are not capitalized, and,
recognized under accrual hence, no depreciation or
accounting are assets, liabilities, amortization is recorded. Also, no
net assets/equity, revenue and accruals are made for payroll
expenses.” (IPSAS, Part 2, taxes, income taxes, or pension
paragraf 2.1.1, 2007) costs, and no prepaid assets are
recorded.”
Basis akrual menurut PSAP 01
paragraf 8 adalah: “basis akuntansi yang Basis kas menurut PSAP 01
mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa paragraf 8 adalah basis akuntansi yang
lainnya pada saat transaksi dan peristiwa mengakui pengaruh transaksi dan peris-
itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas tiwa lainnya pada saat kas atau setara
atau setara kas diterima atau dibayar“. kas diterima atau dibayar. Pada basis
kas, transaksi diakui ketika kas diterima
Pada basis akrual, transaksi diakui
atau dibayar tanpa melihat kapan
pada saat timbul/terjadi tanpa memper-
transaksi tersebut timbul/terjadi. Misal,
hatikan kapan kas/setara kas diterima/
pendapatan diakui ketika uang kas/setara
dibayar. Misal, pendapatan diakui pada
kas diterima bukan ketika hak atas
saat hak atas pendapatan tersebut timbul
pendapatan tersebut timbul, sedangkan
tanpa memperhatikan kapan kas/setara
belanja diakui ketika terjadi pembayaran
kas akan diterima, sedangkan belanja
bukan ketika kewajiban untuk mem-
diakui pada saat timbulnya kewajiban
bayar timbul. Pada basis kas pembelian
tanpa memperhatikan kapan kas/setara
aset jangka panjang tidak dikapitalisasi
kas dibayar. Neraca yang dihasilkan
tapi seluruhnya diakui sebagai belanja,
dengan menggunakan basis akrual meng-
sehingga tidak ada pencatatan dan penya-
akui adanya piutang dan pembayaran
jian atas aktiva tetap dan penyusutan.
dimuka yang timbul karena adanya hak
tagih atas uang dan barang/jasa; aktiva Laporan keuangan yang dihasilkan
tetap, investasi jangka pendek/jangka dari akuntansi berbasis kas biasanya
panjang, maupun aktiva lainnya; utang berbentuk Laporan Aktiva dan Utang (a
dan pendapatan ditangguhkan yang statement of assets and liabilities), yang
timbul karena adanya kewajiban untuk hanya terdiri dari kas dan kekayaan
menyerahkan uang dan barang/jasa. pemilik (cash and owners' equity), dan
Laporan pendapatan, belanja, dan laba
2. Basis Kas (Cash Basis)
ditahan (the statement of revenues,
Dalam “Financial Reporting under expenses, and retained earnings) yang
the Cash Basis of Accounting” dikatakan terdiri dari pendapatan dari penjualan
bahwa, “Cash basis means a basis of tunai dan pendapatan kas yang berasal
accounting that recognizes transactions dari penjualan kredit tahun sebelumnya
and other events only when cash is dikurangi semua belanja dalam bentuk
received or paid.” (IPSAS, part 1, kas termasuk belanja modal.
paragraf 1.2.1, 2007). Hiltebeitel (1992)
3. Basis Kas Menuju Akrual
dalam “A look at the modified cash
basis,” mengatakan: Menurut SAP butir 11 pengantar
SAP dinyatakan bahwa strategi pengem-
“The cash basis recognizes
bangan SAP dilakukan melalui proses
revenues when collected rather
transisi dari basis kas menuju akrual
than when earned and expenses
yang disebut cash towards accrual.
when paid rather than incurred.
Dengan basis ini, pendapatan, belanja,
Under the cash basis, long-term
dan pembiayaan dicatat berdasarkan
83
JAP Vol. 3, No. 1, Oktober 2008
basis kas, sedangkan aset, utang, dan c) Basis Akrual untuk Aset,
ekuitas dana dicatat berdasarkan basis Kewajiban, dan Ekuitas Dana.
akrual. Basis kas menuju akrual juga
Penerapan basis akrual untuk
ditegaskan kembali dalam KKAP paragraf
neraca menurut KKAP paragraf 41 dan
39 dan PSAP 01 paragraf 5, bahwa basis
PSAP 01 paragraf 8, “aset, kewajiban,
akuntansi yang digunakan dalam laporan
dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada
keuangan pemerintah adalah basis kas
saat terjadinya transaksi, atau pada saat
untuk pengakuan pendapatan, belanja,
kejadian atau kondisi lingkungan ber-
transfer dan pembiayaan dalam Laporan
pengaruh pada keuangan pemerintah,
Realisasi Anggaran dan basis akrual
tanpa memperhatikan saat kas atau
untuk pengakuan aset, kewajiban, dan
setara kas diterima atau dibayar”.
ekuitas dana dalam Neraca.
d) Batas Waktu Penggunaan Basis
Meskipun demikian, menurut KKAP
Kas menuju Akrual.
Paragraf 42 dan PSAP 01 paragraf 6 dan 7,
entitas pelaporan dapat menyelenggarakan UU Nomor 17 Tahun 2003 pasal
akuntansi dan penyajian laporan keuangan 36 dan UU Nomor 1 Tahun 2004 pasal
dengan menggunakan sepenuhnya basis 70 membatasi penggunaan basis kas
akrual, baik dalam pengakuan pendapatan, menuju akrual hanya sampai dengan
belanja, transfer dan pembiayaan, maupun laporan keuangan tahun anggaran 2007.
dalam pengakuan aset, kewajiban, dan Dengan demikian, Laporan Keuangan
ekuitas dana. Namun demikian, penyajian tahun anggaran 2008, yang akan disusun
Laporan Realisasi Anggaran tetap ber- pada tahun 2009 harus sudah meng-
dasarkan basis kas. gunakan basis akrual (akrual penuh, baik
untuk laporan realisasi anggaran maupun
a) Basis Kas untuk Pendapatan
neraca.).
Akuntansi dengan basis kas untuk
pendapatan berarti hanya mengakui F. Penerimaan
pendapatan
Ketika kas/setara dengan kas Menurut IPSAS, dalam “Financial Reporting
diterima. Menurut KKAP paragraf 40 under the Cash Basis of Accounting,”
“pendapatan diakui pada saat kas Cash receipts are cash inflows,”
diterima oleh Rekening Kas Umum Negara/ sedangkan menurut UU Nomor 17
Daerah atau oleh entitas pelaporan”, Tahun 2003 pasal 1 ayat 9 dan ayat 11,
sedangkan menurut PSAP 02 paragraf 22 penerimaan negara adalah uang yang
“pendapatan diakui pada saat diterima masuk ke kas negara/daerah.
pada Rekening Kas Umum Negara/
Daerah”. G. Pendapatan
b) Basis Kas untuk Belanja 1. Pengertian
Penerapan basis kas untuk belanja The International Accounting
menurut KKAP paragraf 40, “belanja Standards Committee (IASC), dalam
diakui pada saat kas dikeluarkan dari “Framework for the Preparation and
Rekening Kas Umum Negara/Daerah Presentation of Financial Statements”,
atau entitas pelaporan”, sedangkan mendefinisikan pendapatan sebagai:
menurut PSAP 02 paragraf 31, “belanja “increases in economic benefits during
diakui pada saat terjadinya pengeluaran the accounting period in the form of
dari Rekening Kas Umum Negara/ inflows or enhancements of assets or
Daerah”. decreases of liabilities that result in
84
Keharmonisan dan Kejelasan Penerapan
Basis Kas Menuju Akrual Berdasarkan Perspektif
UU 17 Tahun 2003 dan UU 1 Tahun 2004
increases in equity, other than those sedang pendapatan (basis akrual) adalah
relating to contributions from equity “hak pemerintah yang diakui sebagai
participants.” (IPSAS 09, hal. 268). penambah nilai kekayaan bersih.”
IPSAS menggunakan istilah revenue PSAP 01 sampai dengan 04 paragraf
dalam kaitannya dengan pendapatan, 8 menyatakan, bahwa pendapatan
yang maknanya hampir sama dengan adalah: “semua penerimaan Rekening
pengertian income dalam IASC: IPSAS 1 Kas Umum Negara/Daerah yang me-
uses“revenue,” which corresponds to nambah ekuitas dana lancar dalam
“income” in the IASs/IFRSs. Selanjutnya periode tahun anggaran yang bersangkutan
IPSAS menyatakan: “Revenue is the gross yang menjadi hak pemerintah, dan tidak
inflow of economic benefits or service perlu dibayar kembali oleh pemerintah.”
potential during the reporting period
2. Pisah Batas Pengakuan Pendapatan
when those inflows result in an increase
pada Basis Kas.
in net assets/equity, other than increases
relating to contributions from owners.” The cash basis of accounting
(IPSAS 1, par 7, hal. 33, 2007). recognizes transactions and events only
when cash (including cash equivalents)
Pendapatan negara didefinisikan
is received or paid by the entity.( IPSAS
dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 pasal
1.2.2 hal. 811, 2007). Menurut KKAP
1 ayat 13 sebagai ”hak pemerintah pusat
paragraf 40 dan 88, pendapatan menurut
yang diakui sebagai penambah nilai
basis kas diakui pada saat diterima
kekayaan bersih.” Selanjutnya, dalam
diterima Rekening Kas Umum Negara/
pasal 11 ayat 3 dinyatakan bahwa
Daerah atau oleh entitas pelaporan.
pendapatan negara terdiri atas penerimaan
Pendapatan menurut basis akrual diakui
pajak, penerimaan bukan pajak, dan
pada saat timbulnya hak atas pen-
hibah. Menurut pasal 11 ayat 3 serta
dapatan tersebut. Menurut PSAP 02
mengacu pada pasal 1 ayat 9, pendapatan
paragraf 22, pendapatan diakui pada
bisa diartikan sebagai uang yang masuk
saat diterima pada Rekening Kas Umum
ke kas negara yang berasal dari pajak,
Negara/Daerah.
bukan pajak, dan hibah. Pendapatan
daerah dalam UU Nomor 17 Tahun
2003 pasal 1 ayat 15 didefinisikan sebagai H. Pengeluaran
”hak pemerintah daerah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan Pengeluaran menurut IPSAS didefinisikan
bersih.” Selanjutnya, dalam pasal 16 sebagai cash outflows (IPSAS 1.2.1 hal.
ayat 3 dinyatakan bahwa pendapatan 811, 2007). Sedangkan UU Nomor 17
daerah berasal dari pendapatan asli Tahun 2003 pasal 1 ayat 10 dan ayat 12
daerah, dana perimbangan, dan lain-lain menyatakan bahwa ”pengeluaran negara/
pendapatan yang sah. daerah adalah uang yang keluar dari kas
negara/kas daerah.”
Menurut KKAP paragraf 58, pen-
dapatan (basis kas) adalah: ”penerimaan
I. Belanja
oleh Bendahara Umum Negara/
Bendahara Umum Daerah atau oleh 1. Pengertian
entitas pemerintah lainnya yang
Belanja menurut IPSAS adalah:
menambah ekuitas dana lancar dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan “Expenses are decreases in
yang menjadi hak pemerintah, dan tidak economic benefits or service
perlu dibayar kembali oleh pemerintah,” potential during the reporting
85
JAP Vol. 3, No. 1, Oktober 2008
86
Keharmonisan dan Kejelasan Penerapan
Basis Kas Menuju Akrual Berdasarkan Perspektif
UU 17 Tahun 2003 dan UU 1 Tahun 2004
87
JAP Vol. 3, No. 1, Oktober 2008
88
Keharmonisan dan Kejelasan Penerapan
Basis Kas Menuju Akrual Berdasarkan Perspektif
UU 17 Tahun 2003 dan UU 1 Tahun 2004
89
JAP Vol. 3, No. 1, Oktober 2008
90
Keharmonisan dan Kejelasan Penerapan
Basis Kas Menuju Akrual Berdasarkan Perspektif
UU 17 Tahun 2003 dan UU 1 Tahun 2004
91
JAP Vol. 3, No. 1, Oktober 2008
92
Keharmonisan dan Kejelasan Penerapan
Basis Kas Menuju Akrual Berdasarkan Perspektif
UU 17 Tahun 2003 dan UU 1 Tahun 2004
93
JAP Vol. 3, No. 1, Oktober 2008
DAFTAR REFERENSI
94