Anda di halaman 1dari 5

ACUTE MYELOID LEUKEMIA & CHRONIC MYELOID LEUKEMIA

OLEH :

NI PUTU ANUGRAH ENI
P07134012010


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
DIII JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2013





A. ACUTE MYELOID LEUKIMIA
1. Tinjauan Umum Acute Myeloid Leukimia
Acute myeloid leukaemia (AML),yaitu leukemia yang terjadi pada seri myeloid, meliputi
(neutrofil, eosinofil, monosit, basofil, megakariosit dan lain - lain). Penyakit ini lebih sering
ditemukan pada dewasa (85%) dari pada anak (15%). Penyakit ini ditandai dengan transformasi
neoplastik dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri mieloid. Bila tidak diobati,
penyakit ini akan mengakibatkan kematian secara cepat dalam waktu beberapa minggu sampai
bulan sesudah diagnosis (Permono,2005).
2. Faktor-Faktor Penyebab Acute Myeloid Leukimia
Beberapa faktor yang diketahui dapat menyebabkan atau setidaknya menjadi faktor
prediposisi Acute Myeloid Leukimia pada populasi tertentu antara lain (Sudoyo dkk, 2006):
1. Penggunaan benzene sebagai penyamakan kulit ,diketahui merupakan zat leukomogenik
yang dapat menyebabkan Acute Myeloid Leukimia
2. Radiasi ionik juga diketahui dapat menyebabkan Acute Myeloid Leukimia
3. Penyakit herediter sindrom down, sindrom bloom dan anemia Fanconi
4. Faktor lain yang dapat memicu terjadinya Acute Myeloid Leukimia adalah pengobatan
dengan kemoterapi sitotoksik pada pasien tumor. Acute Myeloid Leukimia akibat terapi
adalah komplikasi jangka panjang yang serius dari pengobatan limfoma, mieloma multipel,
kanker payudara, kanker ovarium, dan kanker testis.
3. Patogenitas Acute Myeloid Leukimia
Patogenesis utama AML adalah adanya blokade maturitas yang menyebabkan proses
diferensiasi sel-sel seri mieloid terhenti pada sel-sel muda (blast) dengan akibat terjadi akumulasi
blast di sumsum tulang. Akumulasi blast di dalam sumsum tulang akan menyebabkan gangguan
hematopoesis normal dan pada gilirannya akan mengakibatkan sindrom kegagalan sumsum
tulang yang ditandai dengan adanya sitopenia ( anemia, leukopeni, trombositopeni). Selain itu,
sel-sel blast yang terbentuk juga mempunyai kemampuan untuk migrasi keluar sumsum tulang
dan berinfiltrasi ke organ-organ lain seperti kulit, tulang, jaringan lunak dan sistem syaraf pusat
dan merusak organ-organ tersebut dengan segala akibatnya.



4. Gejala Klinis Acute Myeloid Leukimia
Tanda dan gejala utama Acute Myeloid Leukimia adalah (Supandiman,1997) :
1. Adanya rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh sindrom kegagalan
sumsum tulang
2. Infeksi sering terjadi di tenggorokan, paru-paru, kulit
3. Pada pasien dengan angka leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3), sering
terjadi leukositosis, yaitu gumpalan leukosit yang menyumbat aliran pembuluh darah vena
maupun arteri. Gejala lain yang sering dijumpai adalah gangguan kesadaran, sesak nafas,
nyeri dada dan priapismus.
5. Diagnosis Acute Myeloid Leukimia
Secara klasik diagnosis Acute Myeloid Leukimia ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
fisik, morfologi sel dan pengecatan sitokimia. Seperti sudah disebutkan, sejak sekitar dua dekade
tahun yang lalu berkembang 2 (dua) teknik pemeriksaan terbaru: immunophenotyping dan
analisis sitogenik (Sylvia,2003).

B. CHRONIC MYELOID LEUKIMIA
1. Tinjauan Umum Chronic Myeloid Leukimia
Chronic Myeloid Leukemia adalah salah satu bentuk dari leukemia yang ditandai dengan
meningkatnya dan pertumbuhan yang tidak teratur dari sel myeloid di dalam sum-sum tulang dan
terakumulasi juga di dalam darah. Chronic Myeloid Leukemia adalah gangguan pada sum-sum
tulang dimana terjadi proliferasi dari granulosit yang matur (neutrofil, eosinofil, dan basofil).
Chronic Myeloid Leukemia adalah salah satu tipe penyakit myeloproliferasi yang dihubungkan
dengan adanya translokasi kromosom yang disebut dengan philadelphia chromosome
(Aianazahra,2010).
2. Faktor-Faktor Penyebab Chronic Myeloid Leukimia
Penyebab dari CML pada anak-anak belum diketahui. Tidak ada bukti klinis yang jelas
tentang faktor predisposisi keturunan. Juga tidak dijumpai peningkatan resiko terhadap CML
pada gangguan kromosom preleukemik seperti pada anemia Fanconi dan Down syndrome.
Pada kasus tertentu, hubungan CML dengan paparan radiasi telah dijelaskan, terutama
pada anak umur 5 tahun, seperti yang telah dilaporkan di Jepang pada saat adanya ledakan hebat
pada tahun 1940. Juga telah dilaporkan CML terjadi pada anak-anak dengan immunosuppresed
termasuk anak dengan infeksi HIV, dan imunosupresi pada transplantasi ginjal
3. Patogenitas Chronic Myeloid Leukimia
Chronic myeloid leukemia adalah malignansi pertama yang dihubungkan dengan gen yang
abnormal, translokasi kromosom tersebut diketahui sebagai Philadelphia kromosom yang
merupakan translokasi kromosom 9 dan 22. Pada CML juga ditandai oleh hiperplasia mieloid
dengan kenaikan jumlah sel mieloid yang berdiferensiasi dalam darah dan sum-sum tulang. Pada
translokasi ini, bagian dari dua kromosom yaitu kromosom 9 dan 22 berubah tempat. Hasilnya,
bagian dari gen BCR (breakpoint cluster region) dari kromosom 22 bergabung dengan gen ABL
pada kromosom. Penyatuan abnormal ini menyebabkan penyatuan protein tyrosine kinase yang
meregulasi proliferasi sel, penurunan sel adherens dan apoptosis. Hal ini menyebabkan
instabilitas gen dan menyebabkan sel dapat berkembang lebih jauh menjadi gen yang abnormal.
Tindakan dari protein bcr-abl adalah penyebab patofisiologi dari chronic myeloid leukemia
(Ainazahra,2010)
4. Gejala Klinis Chronic Myeloid Leukimia
Penderita mungkin datang dengan splenomegali (yang dapat masif) atau dengan gejala
hipermetabolisme, termasuk kehilangan berat badan, anoreksia, dan keringat malam. Gejala
leukostasis seperti gangguan pengelihatan atau priapismus, jarang terjadi. Pasien sering
asimptomatik pada saat pemeriksaan, hanya ditemukan peningkatan leukosit pada pemerikasaan
jumlah leukosit dalam pemeriksaan darah. Gejala dari CML adalah malaise, demam, gout atau
nyeri sendi, meningkatnya kemungkinan infeksi, anemia, trombositopenia, mudah lebam, dan
didapatnya splenomegali pada pemerikasaan fisik (Ainazahra,2010).
5. Diagnosis Chronic Myeloid Leukimia
Kelainan laboratorium biasanya mula-mula terbatas pada kenaikan hitung leukosit, yang
dapat melebihi 100.000/mm3, dengan semua bentuk sel myeloid tampak di apus darah. CML
sering didapat diagnosanya berdasarkan pemeriksaan darah, yang mana menunjukkan
peningkatan granulosit dari berbagai jenis, termasuk sel myeloid yang matur.
Diagnosa utama dari CML diperoleh dari ditemukannya kromosom philadelphia.
Kromosom abnormal yang khas ini dapat didetekesi dari pemerikasaan sitogenetik rutin, dengan
hibridisasi fluoresen in situ atau dengan PCR untuk gen bcr-abl yang menyatu (Ainazahra,2010).

DAFTAR PUSTAKA

Ainazahra.2010.Chronic Meyloid Leukimia.Online. http://ainazahra.wordpress.com/2010/
10/17/chronic-myeloid-leukemia-cml/ diakses pada tanggal 27 Mei 2014.
Lugindo.2011.Referat Leukimia Myeloid Akut. Online. http://medicalstudent-
lugindo.blogspot.com/2011/12/referat-leukemia-myeloid-akut.html diakses pada tanggal
27 Mei 2014.
Permono B, Ugrasena IDG. Leukemia Akut dalam Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak.
Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005
Sudoyo, Aru W., Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Ed. IV. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, 2006.
Supandiman, Iman. Prof. dr. DSPD. H. Hematologi Klinik Ed. 2. Penerbit Alumni : Bandung.
1997.
Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed.
6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2003

Anda mungkin juga menyukai