Anda di halaman 1dari 14

1

Karsinoma Paru
McGirt Lamberth Robert Uniplaita
102011088
C5
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Kampus 2 Ukrida, Jl. ArjunaUtara no. 6 Jakarta 11510
Skenario 1
Skenario 1 Seorang wanita berusia 55 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan batuk darah
sejak 4 bulan yang lalu. Pasien telah berobat sebelumnya, dan telah menjalani pengobatan TB
selama 2 bulan, tapi keluhan batuk darah tersebut belum berkurang. Selain itu, selama 1
bulan ini, pasien mengeluh sering sakit pada punggung di sekitar tulang belakangnya. Pasien
pernah menjalani operasi total pengangkatan payudara 1 tahun yang lalu setelah didiagnosa
terkena kanker payudara.
Rumusan Masalah: Seorang wanita 55 wanita mengeluh batuk darah sejak 4 bulan yang lalu
disertai sakit di sekitar punggung.
Hipotesis: Wanita tersebut menderita karsinoma paru.
Pendahuluan
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau
epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak
terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus
didahului oleh masa prakanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut
metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia.
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan
tindakan yang cepat dan terarah. Penyakit Kanker Paru-paru tergolong dalam penyakit kanker
yang mematikan, baik bagi priamaupun wanita. Dibandingkan dengan jenis penyakit kanker
lainnya, penyakit kanker paru-paru dewasa ini cenderung lebih cepat meningkat
perkembangannya. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan keterampilan dan sarana
yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini
membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi
diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli rehabilitasi
medik dan ahli-ahli lainnya.
2

Anamnesis
1
Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru
lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan didapat
keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor - faktor lain yang sering sangat
membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa :
Batuk- batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen)
Batuk darah
Sesak napas
Suara serak
Sakit pada bagian dada menjalar ke punggung
Sulit menelan
Terdapat benjolan dipangkal leher
Muka dan leher terlihat sembab disertai dengan nyeri hebat pada lengan
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar
paru,seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau
patah tulang kaki. Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti :
Berat badan berkurang
Nafsu makan hilang
Demam hilang timbul
Sindrom paraneoplastik, seperti "Hypertrophic pulmonary osteoartheopathy",
trombosis venaperifer dan neuropatia.

Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik yang mencakup inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa perubahan
bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening dan tanda-tanda
obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura
Inspeksi: Pada pemeriksaan ini dilaporkan bentuk thoraks pasien. Apakah terlihat normal,
pectus excavatum, pectus carinatum atau barrel chest. Seterusnya dilaporkan pergerakan
thoraks saat keadaan statis dan dinamis (simetris atau tidak, ada atau tidak dada yang
tetinggal). Kemudian dilaporkan keadaan sela iga apakah terlihat mencekung atau
mencebung atau normal.
3

Palpasi: Dilakukan palpasi acak dan terstruktur thoraks anterior atau posterior. Setelah itu
meraba sela iga pasien dan melaporkan. Seterusnya melakukan taktil fremitus pada thotaks
depan dan menjelaskan hasilnya.
Perkusi: Melakukan perkusi acak dan terstruktur sambil menyebutkan hasil perkusinya.
Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui kelainan penyebab perkusi pekak, redup dan
hipersonor pada paru.
Auskultasi: Mendengarkan suara nafas dasar. Kemudian mendengarkan suara nafas
patologis.

Pemeriksaan Penunjang
1
Pemeriksaan Darah Lengkap
Foto rontgent dada secara posteroior-anterior (PA) & lateral
Pemeriksaan foto rontgent adalah awal pemeriksaan yang sederhana untuk
mendeteksi kanker paru. Pada kanker paru, pemeriksaan foto rontgent dada ulang
diperlukan juga untuk menilai doubling timenya. Dilaporkan bahwa kebanyakan
kanker paru mempunyai doubling time antara 37-465 hari. Bila doubling time > 18
bulan, berarti tumornya termasuk benigna. Tanda- tanda tumor benigna lainnya adalah
lesi berbentuk bulat konsentris solid dan adanya kalsifikasi yang tegas. Pemeriksaan
foto rontgen dada dengan cara tomografi lebih akurat menunjang kemungkinan
adanya tumor paru, bila dengan cara foto dada biasa tidak dapat memastikan
keberadaan tumor.
CT Scan & MRI
Pemeriksaan CT Scan pada torak lebih sensitif dibandingkan dengan
pemeriksaan foto polos dada biasa, karena bisa mendeteksi kelainan atau nodul
dengan diameter minimal 3 mm, walaupun positif palsu untuk kelainan sebesar itu
mencapai 25-60%. Bila memungkinkan, pemeriksaan CT Scan bisa sebagai
pemeriksaan skrining kedua setelah foto dada biasa.
Pemeriksaan MRI tidak selalu dikerjakan karena hanya terbatas untuk menilai
kelainan tumor yang menginvasi kedalam vertebra, medula spinalis, mediastinum.
Dan pemeriksaan ini sangat mahal.
4

Untuk staging kanker paru, sedikitnya diperlukan pemeriksaan CT Scan thorax, USG
abdomen (atau CT Scan abdomen), CT Scan otak dan bone scanning.
Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada keluhan
sapaerti batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil posotif karena
tergantung:
Letak tumor terhadap bronkus
Jenis tumor
Teknik pengeluaran sputum
Jumlah sputum yang diperiksa (dianjurkan 3-5 hari berturut- turut)
Waktu pemeriksaan szputum (sputum harus segar)
Pada kanker paru yang letaknya sentral, pemeriksaan sputum yang baik dapat
memberikan hasil positif 67-85% pada karsinoma sel skuamosa. Pemeriksaan sitologi
sputum dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin dan skrining untuk diagnosis dini
kanker paru. Pemeriksaan sitologi lain untuk diagnostil kanker paru dapat dilakukan
pada cairan pleura, aspirasi kelenjar getah bening servikal, supraklavikula, dan bilasan
dan sikatan bronkus pada bronkoskopi.
Pemeriksaan Histopatologi
o Bronkoskopi
Hasil positif dengan bronkoskopi dapat mencapai 85% untuk tumor yang letaknya
sentral dan 70-80% untuk tumor perifer. Saat ini terdapat modifikasi dari
bronkoskopi serat optik dapat berupa:
Trans bronchial biopsy (TBLB) dengan tuntutan fluroskopi dan
ultrasonografi.
Flourescence bronschopy sedang dikembangkan dengan memakai
fluorescence enhancing agent seperti Hp D (Hematoporphyrin derivative)
memberikan konsentrat fuoresensi pada jaringan kanker. Hasil
menunjukan 50% sensitif terhadap karsinoma in situ dan displasia berat.
Ultrasound bronchoscopy untuk mendeteksi tumor perifer, tumor
endobronkial, kelenjar getah bening mediastinum dan lesi daerah hilus.
o Trans Torakal Biopsi (TTB)
5

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran
>2cm sensitivitasnyamencapai 90-95%. Komplikasi pneumotorak dapat mencapai 20-
25% dan hemoptisis sampai 20%.
o Mediastonoskopi
Lebih dari 20% kanker paru bermetastasis ke mediastinum, terutama Small Cell
Ca dan Large Cell Ca. Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah
bening yang terlibat dapat dilakukan dengan cara mediastinoskopi dimana
mediastinoskopi dimasukkan melalui insisi supra sternal. Hasil biopsi
memberikan nilai positif 40%.
Pemeriksaan serologi
Sampai saat ini belum ada pemeriksaan serologi penanda tumor- tumor yang
spesifitasnya tinggi. Beberapa tes yang dipakai adalah Carcinoma Embryonic Antigen
(CEA), Neuron-spesific enolase (NSE), Cytokeratin fragments 19 (Cyfra 21-1). NSE
diketahui spesifik untuk small cell carcinoma.

Differential Diagnosis
Tuberkulosis Paru
1

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
basil Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar basil tuberkulosis menyerang paru,
tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. Gejala klinis yang dirasakan pada
pasien tuberkulosis adalah:
Demam. Biasanya subfebril meyerupai demam influenza. Tetapi kadang-
kadang dapat mencapai 40-41C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar,
tetapi kemudian dapat timbul lagi. Demam akan seperti itu terus sehingga pasien tidak
akan pernah bebas dengan serangan demam influenza. Keadaan ini dipengaruhi oleh
daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman yang masuk.
Batuk/ Batuk darah. Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena ada
iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk- produk radang
keluar tubuh. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin
saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yaitu setelah
berminggu-minggu peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-
produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan
6

sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah yang pecah, Kebanyakan
terjadi pada kavitas.
Sesak napas. Pada penyakit ringan belum dirasakan sesak napas (baru
tumbuh). Sesak napas akan ditemukan pada penyakit lanjut yang infliltrat mencapai
setengah paru-paru.
Nyeri dada. Gejala ini jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi
sudah mencapai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
Malaise. Penyakit tuberkulosis bersifat radang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan berupa anoreksia tidak nafsu makan, badan mengurus (bb turun),
sakit kepala, meriang, nyeri otot dll. Makin lama seiring dengan penyakit gejala ini
makin berat.

Bronkiektasis
1,2

Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi
(ektasis) dan distorsi bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik,
persisten atau irreversibel. Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-
perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen- elemen elastis, otot- otot
polos bronkus, tulang rawan dan pembuluh- pembuluh darah.

Etiologi
Penyebab bronkiektasis sampai sekarang belum diketahui jelas. Pada
kenyataan kasus- kasus bronkiektasis dapat timbul secara kongenital maupun didapat.

Gambaran klinis
Gejala dan tanda klinis yang timbul tergantung pada luas dan berat
penyakitnya, lokasi kelainannya dan ada atau tidaknya komplikasi lanjut. Ciri khas
penyakit ini adanya batuk kronik disertai produksi sputum, adanya hemoptisis,
dispnea yang menimbulkan suara wheezing dan pneumonia berulang. Penyakit ini
yang mengenai bronkus pada lobus atas yang sering menimbulkan gejala.
3






7

Working Diagnosis
1,4
Karsinoma Paru

Gambar 1. Kanker paru

Etiologi
Sepertinya umumnya kanker yang lain penyebab yang pasti daripada kanker paru
belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti
kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain.
Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat
berhubungan dengan kebiasaan merokok.
Diperkirakan terdapat metabolit dalam asap rokok yang bersifat karsinogen terhadap
organ tubuh tersebut. Zat-zat yang bentuk karsinogen (C), kokarsinogenik (CC), tumor
promoter (TP), mutagen (M) yang telah dibuktikan terdapat dalam rokok.
Etiologi lain dari kanker paru yang pernah dilaporkan adalah :
Yang berhubungan dengan paparan zat karsinogen, seperti :
1. Asbestos, sering menimbulkan mesotelioma
2. Radiasi ion pada pekerja tambang uranium
3. Radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, vinil klorida.
Polusi Udara. Pasien kanker paru lebih banyak didaerah urban yang banyak
polusi udaranya dibandingkan yang tinggal didaerah rural.
Genetik . terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperanan dalam
kanker paru, yakni : proto oncogen, tumor supressor gene, gene encoding enzyme.
8

Diet. Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
bekarotene, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkenan kanker.
1,2


Epidemiologi
5
Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi. Di USA tahun 2002 dilaporkan
terdapat 169.400 iasus baru(13% dari kanker baru yang terdiagnosis) dengan 154.900
kematian(28% dari kematian akibat kanker). Di inggris mencapai 40.000/ tahun dna di
indonesia sendiri menduduki peringkat ke 4 kanker terbanyak. Di RS kanker Dharmais
jakarta tahun 1998 menduduki urutan ke 3 setelah kanker payudara dan leher rahim. Angka
kematian kanker paru di indonesia kurang lebih mencapai satu juta pertahun. Sebagian besar
kanker paru mengenai pria. Life time risk pada pria 1:13 dan wanita 1:20.
5


Patologi
1
1. Small Cell Lung Cancer (SCLC)
Gambaran histologinya yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang hampir
semuanya diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin yang sedikit sekali tanpa
nukleoli.disebut juga oat cell carcinoma karena bentuknya mirip dengan biji
gandum, sel kecil ini cenderung berkumpul sekelilingi pembuluh darah halus
menyerupai pseudoroset. Sel-sel yang bermitosis banyak sekali ditemukan begitu juga
gambaran nekrosis. DNA yang terlepas menyebabkan warna gelap sekitar pembuluh
darah.

2. Non Small Cell Carcinoma (NSCLC)
a. Karsinoma sel skuamosa/karsinoma bronkogenik
Karsinoma sel skuamosa berciri khas proses kreatiisasi dan pembentukkan
bridge intraselular, studi sitologi memperlihatkan perubahan yang nyata dari
displasia skuamosa ke karsinoma in situ.
b. Adenokarsinoma
Khas dengan bentuk formasi grandular dan kecenderungan ke arah
pembentukkan konfigurasi papilari. Biasanya membentuk musin, sering tumbuh
dari bekas kerusakan jaringan paru (scar). Dengang penanda tumor CEA
(carcinoma Embrionic Antigen) karsinoma ini bisa dibedakan dari mesotelioma
c. Karsinoma Bronkoalveolar
9

Merupakan subtipe dari adenokar-sinoma, dia mengikuti/meliputi permukaan
alveolar tanpa menginvasi atau mersak jaringan paru
d. Karsinoma Sel Besar
Ini suatu subtipe yang gambaran histologinya dibuat secara ekslusi. Dia
termasuk NSCLC tapi tak ada gambaran diferensiasi skuamosa atau glandular, sel
bersifat anaplastik, tak berdiferensiasi, biasanya disertai oeh infiltrasi sel
neutrofil.
1,2


Kanker Paru Sekunder
1
Kanker paru sekunder adalah kanker yang bermetastasis ke paru-paru, sedangkan
primernya berasal dari luar paru. Insiden kanker paru sekunder adalah 9,7% dari seluruh
kanker paru. Diperkirakan 30% dari semua neoplasma akan bermetastasis ke paru. Insiden
tumor yang banyak bermetastasis ke paru-paru berturut-turut adalah, Chorio Carcinoma
(80%), Osteo sarcoma (75%), kanker ginjal (70%), kanker tiroid (65%), melanoma (60%);
kanker payudara (55%), kanker prostat (45%) kanker nasofaring (20%) dan kanker lambung
(20%).
Sedangkan gambaran yang ditimbulkannya bisa sebagai nodul soliter yang sering
terdapat pada kanker kolon, kanker ginjal, kanker testis, kanker payudara, sarkoma dan
melanoma. Tetapi gambaran terbanyak (75%) adalah lesi multiple. Metastase ke paru jarang
memberikan keluhan atau gejala, misalnya batuk atau hemoptisis, karena lesi metastasis
jarang menginvasi bronkus. Keluhan sering terjadi sesak.
Masalah bisa timbul bila didapatkan nodul soliter pada pasien yang diketahui
menderita kanker pada tempat lain. Biasanya nodul soliter tersebut dianggap kanker paru
primer, apalagi bilapasien berusia lebih dari 35 tahun dan faktor risikonya tinggi.
1,2


Gambaran Klinis Kanker Paru
1
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukan gejala-gejala klinis. Bila
sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut.
Gejala-gejala dapat bersifat :
10

1. Lokal (tumor tumbuh setempat) :
- Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis.
- Hemoptisis
- Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
- Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
- Atelektasis
2. Invasi lokal :
- Nyeri dada
- Dispnea karena efusi pleura
- Invasif ke perikardium terjadi tamponade atau aritmia
- Sindrom vena kava superior
- Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
- Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
- Sindrom pancoast, karena invasi pada pleksus barkialis dan saraf simpati
servikalis
3. Gejala Penyakit Metastasis :
- Pada otak, tulang, hati, adrenal
- Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis)
4. Sindrom Paraneoplastik : terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala :
- Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
- Hematologi : leukositosis anemia, hiperkoagulasi
- Hipertrofi osteoartropati
- Neurologik : dementis, ataksia, tremor, neuropati perifer
- Neuromiopati
- Endokrin : sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)
- Dematologik : eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh.
- Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
5. Asimtomatik dengan kelainan radiologis
- Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara
radiologis
- Kelainan berupa noduler soliter.
1,2

Stadium klinis
11

Pembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM menurut
International Union Against (IUAC)/ The American Joint Comittee on Cancer
(AJCC) 1997 adalah sebagai berikut:


Gambar 2: Stadium klinis kanker paru

Penatalaksanaan
1
Tujuan pengobatan kanker:
a. Kuratif: untuk menyembuhkan atau memperpanjang masa bebas penyakit dan
meningkatkan angka harapan hidup.
b. Paliatif: mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup
c. Rawat rumah (pada kasus terminal): mengurangi dampak fisik maupun psikologik
kanker baik pada pasien maupun keluarga.
d. Suportif: menunjang pengobatan kuratif paliatif dan terminal seperti pemberian
nutrisi, transfusi darah dan komponen darah, growth factors obat anti nyeri dan obat
anti infeksi.
Non- Medika mentosa
o Radioterapi
12

Pada kasus yang inoperable, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif
dan bisa juga paliatif pada tumor dengan komplikasi efek obstruksi pembuluh
darah/bronkus. Keberhasilan mencapai 20% dengan cara radiasi dosis paruh.
Medika mentosa
o Kemoterapi
Prinsip kemoterapi adalah, sel kanker mempunyai sifat mitosis dan
proliferasi yang tinggi. Sitostatika kebanyakan efektif terhadap sel bermitosis.
Dosis obat kemoterapi harus diberikan optimal dan sesiai jadwal.
Kemoterapi digunakan sebagai pengobatan baku untuk pasien mulai
dari stadium IIIA dan untuk pengobatan paliatif. Kebanyakan obat sitostatik
mempunyai aktivitas cukip baik pada NCSLC dengan tingkat respons antara
15-33%, walaupun demikian penggunaan obat tunggal tidak mencapai remisi
komplit. Resimen CAMP terdiri dari siklofosfamid, foksorubisinm metotrexat,
prokarbasin. Obat lain yang bisa digunakam sebagai obat tunggal adalah
paclitaxel, docetaxsel, vinorelbine dan lain- lain.

Komplikasi
1
Efusi pleura
Efusi pleura merupakan pengumpulan cairan di dalam kantong yang mengelilingi paru-paru
(kantong pleura), yang bisa menyebabkan sesak nafas. Pengumpulan cairan di kantong pleura bisa
disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah kanker.
Sindroma vena kava superior
Sindroma vena kava superior terjadi jika kanker menyumbat sebagian atau seluruh vena-vena
(vena kava superior), yang mengalirkan darah dari tubuh bagian atas ke dalam jantung. Penyumbatan
vena kava superior menyebabkan vena-vena di dada bagian atas dan di leher membengkak, sehingga
terjadi pembengkakan di wajah, leher dan dada bagian atas.
Sindroma penekanan tulang belakang
Sindroma penekanan tulang belakang terjadi jika kanker menekan tulang belakang atau saraf-
saraf tulang belakang, dan menyebabkan nyeri serta hilangnya fungsi.
Semakin lama penderita mengalami kelainan neurologis, semakin kecil kemungkinan kembalinya
fungsi saraf yang normal. Biasanya pengobatan akan memberikan hasil yang terbaik jika dilakukan
dalam 12-24 jam setelah timbulnya gejala. Diberikan kortikosteroid (misalnya prednison) intravena
13

untuk mengurangi pembengkakan dan terapi penyinaran. Meskipun jarang, jika penyebabnya tidak
diketahui, pembedahan akan membantu diagnosis yang tepat dan mengobati keadaan ini karena
memungkinkan ahli bedah untuk mengurangi tekanan pada korda spinalis.

Prognosis
1
Small Cell Lung Cancer
o Dengan adanya perubahan terapi 15-20 tahun belakangan ini kemungkinan
hidup rata- rata yang tadinya <3 bulan menigkat jadi 1 tahun.
o Pada kelompok limited disease kemungkinan hidup rata-rat naik menjadi 1-2
tahun.
o 30% meninggal karena komplikasi lokal dari tumor, 70% meninggal karena
karsinoma dan 50 % meninggal karena bermetastasis ke otak (autopsi)
Non Small Cell Lung Cancer
o Yang terpenting pada prognosis kanker paru ini adalah menentukan
stadiumnya.
o Dibandingkan dengan jenis lain dari NSCLC, karsinoma skuamosa tidaklah
seburuk yang lain. Pada pasien yang dilakukan tindakan bedah, kemungkinan
hidup mencapai 5 tahun. Rata- rata, pasien meninggal akibat komplikasi
torakal.

Pencegahan
1
Pencegahan yang paling penting adalah tidak merokok sejak usia muda. Berhenti
merokok dapat mengurangi resiko kanker paru.
Akhir- akhir ini pencegahan chemoprevention banyak dilakukan, yakni dengan
memakai derivat asam retinoid, carotenoid vitamin C, selenium dan lain- lain. Jika
seseorang beresiko terkena kanker paru maka pengguna betakaroten, retinol,
isotretinoin ataupun N-acetyl-cystein dapat meningkatkan resiko kanker paru pada
perokok. Untuk itu, penggunaan kemopreventif ini masih memerlukan penelitian
lebih lanjut sebelum akhirnya direkomendasikan untuk digunakan.




14

Kesimpulan
Pada pasien tersebut terbukti menderita kanker paru. Kanker paru yang diderita pasien
tersebut bisa karena metastasis kanker payudara nya. Tetapi untuk diagnosis pasti jenis dari
kanker paru, harus dilakukan pemeriksaan seperti radiologi dan patologi anatomi untuk
menentukan jenis dan stage yang diderita pasien tersebut.


Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus SK, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jilid 2. Edisi IV. Jakarta: Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam
fakultas kedokteran universitas indonesia. Mei 2007;h.1025-6.
2. Mansjoer Arif (2000), et al, Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3 jilid 1,
mediaaesculapius. Jakarta.
3. Soeparman. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I , Edisi ke-2. Balai Pustaka Penerbit FKUI,
Jakarta.
4. Price S A, Wilson L M. Patofisiologi konsep klinis proses- proses penyakit. Edisi 6,
vol 2. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta 2005. Hal 737-75.
5. Amin Z. Kanker paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadribata M,
Setiadi S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna
publishing.2009.h.693.

Anda mungkin juga menyukai