TEGAKAN (Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii) Pada ARBORETUM AMBAN dan ARBORETUM ANGGORI
SKRIPSI
Oleh ANJAITO ANDRIAN MANUSAWAY 200746013
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNVERSITAS NEGERI PAPUA MANOKWARI 2013 ii
55 INFILTRASI DI BAWAH DUA JENIS TEGAKAN (Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii) pada ARBORETUM AMBAN dan ARBORETUM ANGGORI
Oleh ANJAITO ANDRIAN MANUSAWAY 200746013
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNVERSITAS NEGERI PAPUA MANOKWARI 2013
iii
iv
55
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena Rahmat dan Karunia-Nya, yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi dengan judul Perbandingan Laju Infiltrasi di Bawah Dua JenisTegakan (Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii) pada Arboretum Amban dan Arboretum Anggori Manokwari. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di perguruan tinggi Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada : 1. Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Manokwari 2. Bapak Ir. E. M. Kesaulija,, MS dan Ibu Ir. Bernadetta M. G. Sadsoeitoeboen, MSi selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan arahan serta motivasi dalam penelitian ini. 3. Ibu Francina F. Kesaulija. S,Hut. M.Env.Sc. Selaku Ketua Jurusan Manajemen Hutan. 4. Kepada seluruh dosen Fakultas Kehutanan yang tidak dapat penulis menyebutkan satu persatu, yang sudah banyak membagi ilmu kepada penulis selama mengikuti pendidikan. vi
55 5. Kepala Laboratorium Tanah Fapertek UNIPA Manokwari yang sudah membantu penulis dalam penyediaan alat-alat dan membantu, mengarahkan penulis tentang cara menganalisis tanah. 6. Ibu dan semua kakak serta adik (Berni, Ade Renato, Frits dan Grace) yang senatiasa mendorong dan membantu penulis menyelesaikan tulisan ini. 7. Kepada Kakek dan Nenek tercinta L.A Rumbino yang banyak membantu dalam dukungan doa. 8. Kepada Om Frits Rumbino yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. 9. Saudari Newindosi Felfina Wartanoy yang Tercinta dan tersayang atas bantuan, dukungan dan perhatian kepada penulis selama ini. 10. Rekan-rekan forester 07 antara lain : Cinex, Dedi, Hamka, Melki lay, Assa himan, Kute, Ade Mabel, Gerit, Angga, Hakim, Ompai Saremai, Mas Bata, Yusak, Sipahelo, Ones, Ida, Yansun, Mikha, Luis, Rental Kretif Junior Mandiri. Dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan namanya. 11. Semua pihak yang telah banyak membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penelitian ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa sepenuhnya tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Terima Kasih Tuhan Yesus Berkati. Manokwari, Juli 2013 Penulis
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kebar Kabupaten Manokwari pada tanggal 03 Agustus 1988 sebagai anak ke empat dari kelima bersaudara dari keluarga bapak Lambertus Y Manusaway (Alm) dan Ibu Dorthea M Rumbino. Penulis memulai pendidikan dasar pada SD Negeri Inpres Wasior dan lulus pada tahun 2000, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke sekolah lanjutan pertama pada SLTP Negeri 02 Manokwari dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah kejuruan atas pada SMK Negeri 02 Manokwari dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua.
viii
55 RINGKASAN
ANJAITO ANDRIAN MANUSAWAY Perbandingan Laju Infiltrasi Di Bawah Dua Jenis Tegakan (Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii) Pada Arboretum Amban dan Arboretum Anggori . Dibimbing oleh Bapak Ir. E.M.kesaulij, MS dan Ibu Ir. Bernadetta. M. G. Sadsoeitoeboen. M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya perbedaan laju infiltrasi di bawah dua jenis tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Amban dan Arboretum Anggori. Pengukuran laju infiltrasi dengan menggunakan double ring infiltrometer pada ke dua plot pengamatan (di bawah tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii), pengukuran dilakukan setelah satu hari terjadi hujan, tiga hari setelah hujan dan lima hari setelah terjadinya hujan, yang dilakukan pada lokasi penelitian yaitu Arboretum Amban dan Arboretum Anggori. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi yaitu Tekstur, Struktur, Permeabilitas, Kadar Air Tanah dan Keadaan Tumbuhan Penutup Tanah. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata laju infiltrasi terjadi di bawah tegakan Pometia coreacea pada Arboretum Amban yaitu 0.34 mm/detik, dan Arboretum Anggori 0.28 mm/detik di bandingkan dengan di bawah tegakan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Amban 0.27 mm/detik dan Arboretum Anggori 0.21 mm/detik.
ix
DAFTAR ISI Halaman SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv KATA PENGANTAR .......... v RIWAYAT HIDUP............................................................................................... vi RINGKASAN....................................................................................................... vii DAFTAR ISI ...... viii DAFTAR TABEL ........ ix DAFTAR GAMBAR .... x DAFTAR LAMPIRAN .... xi PENDAHULUAN Latar Belakang .... 1 Masalah.... 2 Tujuan dan Manfaat .... 3 TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi/... 4 Laju Infiltrasi.... 4 Kapasitas Infiltras..... 5 Pengukuran Kapasitas Infiltrasi ...... 5 Perhitungan Kapasitas Infiltrasi ...... 6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Infiltrasi .. 8 Risalah Umum Pohon ... 13
x
55 KEADAAN UMUM Letak dan Luas .. 16 Iklim ...... 17 Keadaan Tanah dan Topografi ...... 18 METODE PENELITIAN Tempat dan waktu . 19 Alat dan Bahan ...... 19 Objek Penelitian............... 19 Metode Penelitian ...... 19 Variabel Pengamatan 20 Prosedur Penelitian ... 20 Pengumpulan Data .... 22 Pengolahan Data .... 23 Analisa Data .. 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Laju infiltrasi . 24 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Laju Infiltrasi di Bawah Tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii ....................................... 27 PENUTUP Kesimpulan ....... 33 Saran .......... 33
xi
DAFTAR PUSTAKA ...... 34 LAMPIRAN ............. 37 xii
55 DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman 1. Kelas Permeabilitas.. 8 2. Data iklim ........ 17 3. Laju Infiltrasi di bawah tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Amban dan Arboretum Anggori ...... 24 4. Pengukuran Kapasitas Infiltrasi pada tanah kering ..... 26 5. Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah ...... 27 6. Kadar Air di Bawah Tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii Pada Arboretum Amban Dan Arboretum Anggori.. 30 7. Permeabilitas Pada Kedua Tegakan pada Arboretum Amban dan Arboretum Anggori............................................................. 31
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman 1. Laju infiltrasi pada Arboretum Amban dan Arboretum Anggori...... 25 2. Struktur Tanah di Bawah Tegakan Pometia coreacea ..... 28 3. Struktur Tanah di Bawah Tegakan Araucaria cunninghamii.. 28 4. Struktur Tanah di Bawah Tegakan Pometia coreacea...... 29 5. Struktur Tanah di Bawah Tegakan Araucaria cunninghamii... 29
xiv
55 DAFTAR LAMPIRAN
1. Peta Lokasi Penelitian .. L-1,2 2. Data Curah Hujan Kabupaten Manokwari Lima Tahun Terakhir (2008 - 2012) L-3
3. Perhitungan Laju Infiltrasi ... L-4
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan mahluk hidup. Air yang digunakan pada dasarnya berasal dari air hujan yang jatuh dan akan tersimpan menjadi air bumi baik dalam bentuk mata air maupun badan air. Air hujan berasal dari uap air yang yang jatuh kepermukaan bumi yang terbawah oleh angin melintasi daratan, dan apabila keadaan atmosfer memungkinkan, sebagian uap air akan turun menjadi air hujan disebut siklus hidrologi. Menurut Asdak (1995), sebelum mencapai permukaan tanah air hujan tersebut akan tertahan oleh tajuk vegetasi. Sebagian dari air hujan akan tersimpan di permukaan tajuk atau daun selama proses pembasahan tajuk, dan sebagian lainnya akan jatuh ke atas permukaan tanah melalui sela-sela daun (through fall) atau mengalir ke bawah melalui permukaan batang pohon (stem flow). Sebagian kecil air hujan tidak akan sampai di permukaan tanah melainkan terintersepsi melalui tajuk dan serasah dan sebagian lagi mengalami proses evapotranspirasi. Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah atau permukaan bumi jika permukaannya tidak kedap air, dapat bergerak masuk ke dalam tanah dengan gaya gerak gravitasi dan gaya gerak kapiler dalam suatu aliran yang disebut dengan infiltrasi (Seyhan, 1990). Kapasitas infiltrasi adalah laju yang tertinggi dimana air dapat diserap oleh suatu tanah tertentu, dan pada suatu hutan yang utuh kapasitas tersebut dapat melebihi intensitas curah hujan yang terbesar. Bagian air yang terinfiltrasi ke dalam tanah 2
55 cukup penting karena memberikan ketersediaan air bumi dan menjadi sumber- sumber air yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Masalah Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat mendasar sekali bagi kehidupan makhluk hidup dimuka bumi ini. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk yang ada dimuka bumi, maka kebutuhan air pun akan semakin meningkat. Salah satu bagian dari siklus hidrologi yang memegang peranan penting dalam penyediaan air tanah adalah hutan. Air hujan yang turun kepermukaan bumi akan terserap masuk ke dalam tanah dan selanjutnya akan tersimpan sebagai kantung- kantung air dan bila mencapai titik jenuh air tersebut akan keluar ke permukaan bumi sebagai mata air yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan makhluk hidup di bumi. Fungsi dan peranan hutan sangat penting dalam penyediaan air tanah, hal ini ditentukan pula oleh jenis-jenis vegetasi yang ada di dalamnya. Kemampuan tiap vegetasi pasti berbeda sehingga sangatlah penting untuk mengetahui mekanisme penyediaan air tanah pada jenis vegetasi tersebut. Ketersediaan air dalam tanah sangat dipengaruhi oleh keadaan atau karakteristik tegakan dan sifat fisik tanah yaitu tekstur, struktur, permeabilitas, kadar air tanah, serta bahan organik. Bagian tegakan yang mempengaruhi proses laju infiltrasi adalah bentuk dari persentase penutupan tajuk, jenis daun dan ketebalan serasah serta bentuk perakaran dari tegakan tersebut. Faktor lain yang dapat mempengaruhi besarnya laju infiltrasi adalah jenis tegakan, karena setiap tegakan memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyerap
3
dan menyimpan air dalam tanah yang disebabkan oleh faktor-faktor diatas (Ardiyansah, 2006). Dari hal inilah maka perlu dilakukan penelitian untuk membandingkan laju infiltrasi di bawah tegakan Pometia coreaceae dan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Amban dan Arboretum Anggori. Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui besarnya perbedaan laju infiltrasi di bawah tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Amban dan Arboretum Anggori serta diharapkan penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai informasi dalam usaha pengelolaan kawasan hutan sebagai pengatur tata air.
4
55 TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi (infiltration) didefinisikan sebagai gerakan air ke bawah melalui permukaan tanah ke dalam profil tanah. Infiltrasi menyebabkan air dapat tersedia untuk pertumbuhan tanaman dan air tanah (ground water) terisi kembali. Infiltrasi juga merupakan suatu gerakan aliran air yang masuk ke dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi (gerakan air ke arah vertikal). Setelah lapisan tanah bagian atas tanah jenuh kelebihan air tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai akibat gaya gravitasi bumi dan dikenal sebagai proses perkolasi. Laju Infiltrasi Laju infiltrasi (infiltration rate) adalah jumlah air yang masuk ke dalam tanah untuk periode tertentu. Laju infiltrasi (Fa) adalah laju infiltrasi yang sesungguhnya terjadi yang dipengaruhi oleh intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat fisiknya dan derajat kemantapannya, laju infiltasi dipengaruhi secara langsung oleh tekstur tanah (soil texture), penutupan tanah (soil cover), suhu tanah (soil temperature) dan intensitas hujan (rainfall intensity)
5
Kapasitas infiltrasi Kapasitas infiltrasi (infiltration capacity) yang mencangkup infitrasi dan perkolasi sering dinyatakan dalam tebal air (depth of water) per satuan waktu. Jika besarnya hujan melebihi kapasitas infiltrasi, maka terjadilah aliran permukaan (run- off). Alitan permukaan (run-off) merupakan bagian dari air hujan yang tidak terinfiltrasi ke dalam tanah. Laju maksimal suatu gerakan air yang masuk ke dalam tanah dinamakan sebagai kapsitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas hujan melebihi kemampuan tanah dalam menyerap kelembaban tanah. Sebaliknya, apabila intensitas hujan lebih kecil daripada kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan laju curah hujan. Laju infiltrasi umumnya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan satuan intensitas curah hujan, yaitu milimeter per jam (mm/jam). Pasokan air hujan ke dalam tanah ini sangat berarti bagi kebanyakan tanaman di tempat berlangsungnya infiltrasi dan daerah sekelilingnya. Pengukuran Kapasitas Infiltrasi Menurut Asdak (1995), pengukuran infiltasi menggunakan alat infiltrometer. Alat infiltrometer yang biasa digunakan adalah infiltrometer ganda (double ring infiltrometre), yaitu satu infiltrometer silinder ditempatkan di dalam infiltrometer silinder lain yang lebih besar. Infiltrometer silinder yang lebih kecil mempunyai ukuran diameter 46 cm hingga 55 cm. pengukuran hanya dilakukan pada silinder yang kecil, sedangkan silinder yang lebih besar berfungsi sebagai sebagai penyangga yang bersifat menurunkan efek batas yang timbul oleh adanya silinder. Kedua 6
55 infiltrometer tersebut dibenamkan ke dalam tanah pada kedalaman 6 10 cm, kemudian air dimasukan kedalam dedua silinder tersebut dengan kedalaman 1 2 cm dan dipertahankan besarnya kedalaman dengan cara mengalirkan air kedalam silinder tersebut (dengan menggunakan gelas ukur). Infiltrometer hanya dapat memberikan anggka bandingan yang berbeda (harga lebih tinggi) dari infiltrasi yang sebenarnya. Lagipula masukan yang digunakan tidak menggambarkan penyebaran hujan (waktu dan ruang yang sebenarnya). Dengan menggunakan petak lapangan terisolasi, kapasitas infiltrasi ditentukan oleh jumlah air yang ditentukan oleh jumlah air yang ditambahkan untuk mempertahankan yang tinggi yang tetap. Dibandingkan infiltrometer tipe cincin, petak bidang terisolasi (kenyataannya infiltrometer yang besar) mempunyai pengaruh batas yang kurang nyata, namun masih belum menggambarkan realitas. Angka yang diperoleh sekali lagi merupakan angka pembanding (Seyhan, 1990). Perhitungan Kapasitas Infiltrasi Kapasitas infiltrasi menurut kemampuan tanah sangat berbeda-beda dalam menyerap air. Kemampuan tanah pada umumnya dapat menyerap air pada awal infiltrasi tinggi, dan pada saat tanah tersebut cukup kering cenderung berkurang secara perlahan dan akhirnya mencapai nilai konstan dan disebut sebagai kecepatan infiltrasi akhir (final infiltration capacity atau steady state infiltrability). Karena laju infiltrasi berkurang terhadap waktu maka sebagai komulatif, infiltrasi merupakan integral waktu dari laju tersebut yang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut (Wanggai,1993 dalam Wartanoy 2011).
7
f = S t -0,5 + C (1) F = 2 S t 0,5 + C t (2) Dimana: f : Kapasitas Infiltasi (mm/menit) F : Infiltrasi kumulatif (cm/jam atau mm/menit) t : Waktu (menit) S dan C : Konstanta yang dipengaruhi oleh faktor kelembaban tanah awal. Dengan menggunakan dua interval waktu (t 1 dan t 2 ) dari persamaan 2 akan diperoleh: F 1 - C t 1 = 2 S t 1
0,5 (3) F 2 - C t 2 = 2 S t 2
0,5 (4) Jika persamaan 3 dikalikan t 2 dan persamaan 4 dikalikan t 1 maka diperoleh: F 1 t 2 C t 1 t 2 = 2 S t 2 t 1
0,5
F 2 t 1 C t 2 t 2 = 2 S t 1 t 2
0,5
Dalam hal ini F 1 , F 2 , t 1 dan t 2 merupakan data hasil pengukuran di lapangan sehingga konstanta S dapat dihitung, sedangkan kostanta C dihitung dengan persamaan:
Rumus kapasitas infltrasi dan infiltrasi kumulatif diperoleh dengan memasukkan konstanta S dan C ke dalam persamaan 1 dan 2. 8
55 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Infiltrasi Proses infiltrasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: Tekstur Tanah, Struktur Tanah, Permeabiiltas, Kelembaban Tanah, Suhu Tanah, Kadar Air Tanah, Keadaan Permukaan Tanah dan Keadaan Tumbuhan Penutup Tanah. Tekstur Tanah Tekstur tanah merupakan pembanding kelompok dan ukuran butir-butir primer bagian mineral tanah. Tanah sendiri terdiri dari bahan padat, cair, gas dan jasad hidup. Bahan padat tanah sendiri terdiri atas bahan organik dan an-organik tanah, untuk bahan an-organik tanah terbagi dalam beberapa bentuk dan ukuran yang berbeda. Berdasarkan bentuk dan ukurannya tanah dibagi dalam beberapa fraksi atau golongan yaitu, fraksi batu > 10 mm, kerikil 2-10 mm, pasir 0,05 - 2 mm, debu 0,02- 0,05 mm, liat < 0,02 mm. Pasir, debu dan liat merupakan fraksi utama. Fraksi-fraksi tanah ini biasanya dinyatakan dalam jumlah % untuk menentukan golongan tekstur tanah berdasarkan kandungan pasir, debu dan liat. Berdasarkan pasir, debu dan liat maka dapat dibagi dalam 3 golongan yaitu: 1. Tanah berpasir (sandy soil) merupakan tanah dimana kandungan pasirnya lebih besar 70% yang apabila dalam keadaan lembab tanah ini akan terasa kasar dan tidak lengket. Yang termasuk dalam golongan ini adalah tanah pasir dan lempung berpasir (sandy and loamy soil). 2. Tanah berlempung (loamy soil) merupakan tanah dimana kandungan debu dan liat relatif sama, tanah seperti ini tidak terlalu lepas dan juga tidak terlalu lekat.
9
3. Tanah liat (clayed soil), yaitu tanah dimana kandungan liatnya lebih besar 35% dan biasanya tidak kurang dari 40%. Jenis tanah seperti ini biasanya sangat lekat dan apabila kering menjadi sangat keras. Struktur Tanah Stuktur tanah yang dapat mempengaruhi laju infiltrasi adalah ukuran pori dan kemantapan tanah. Ukuran Pori Laju masuknya air ke dalam tanah dapat ditentukan oleh ukuran pori-pori tanah. Makin banyak pori-pori tanah yang besar, maka laju infiltrasi makin besar pula. Tanah dengan struktur yang besar mempunyai jumlah pori yang banyak dan kurang akan pori-pori yang berukuran besar akan menyebabkan laju infiltrasi semakin kecil. Sebaliknya tanah yang berstruktur ringan memiliki banyak pori besar dan sedikit pori kecil, akan menyebabkan laju infiltrasinya besar bila dibandingkan dengan tanah yang berstruktur berat. Kemantapan Pori Proses terjadinya laju infiltrasi bisa terpelihara apabila keadaan tanah semula tidak terganggu pada musim hujan. Tanah yang dengan mudah terdispersi pori- porinya akan tertutup sehingga dapat menurunkan laju infiltrasi, sedangkan tanah yang agregatnya cukup baik dan stabil akan tetap menjaga proses laju infiltrasi (Arsyad, 2000 dalam Ardiyansah, 2006).
10
55 Permeabilitas Permeabilitas merupakan sifat tanah yang menyatakan laju pergerakan suatu zat cair melalui suatu media yang berpori-pori. Perbedaan laju pergerakan zat cair tersebut menyebabkan adanya perbedaan kelas Perlindungan tanah dengan tumbuhan penutup tanah akan memelihara kestabilan agregat dan porositas, sehingga kapasitas infiltrasi dan juga permeabilitas diperbesar. Celah dan lubang-lubang yang ditimbulkan oleh serangga dan organisme tanah lainnya akan meningkatkan daya resapan air. Perbedaan laju pergerakan zat cair tersebut menyebabkan adanya perbedaan kelas. Kelas permeabilitas disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kelas Permeabilitas Menurut United Stated Soil Survey Keterangan Kecepatan (Inci/Jam) Permeabilitas (Cm/Jam) Sangat Lambat < 0,005 < 0,13 Lambat 0,005 0,20 0,13 0,51 Agak Lambat 0,20 0,80 0,51 2,00 Sedang 0,80 2,50 2,00 6,35 Agak Cepat 2,50 5,00 6,35 12,70 Cepat 5,00 10,00 12,70 25,40 Sangat Cepat >10,00 > 25,40
Kelembaban Tanah Keadaan tanah yang lembab biasanya terjadi setelah hujan selama 2 - 5 hari. Kelembaban tanah terjadi akibat kandungan air setempat yang tinggi. Air di dalam
11
tanah targantung pada keadaan tekstur dan struktur tanah, semakin halus liat tanah semakin besar air yang dapat diikat oleh tanah liat. Liat lebih halus permukaannya daripada tanah pasir, sehingga semakin besar ukurannya semakin sedikit air yang diikat pada satu-satuan yang sama. Struktur makin bundar atau granular makin banyak air yang dapat diikat. Yang bundar lebih besar mengikat air daripada yang lempeng. Yang lempeng misalnya latosol, sedangkan untuk yang bundar misalnya endosol. Suhu Tanah Suhu dikatakan sebagai derajat panas atau dingin yang dapat diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan berbagai termometer. Untuk suhu tanah pengaruhnya sangat penting sekali pada kondisi tanah itu sendiri dan pada pertumbuhan tanaman. Pengukuran dari suhu tanah biasanya dilakukan pada kedalaman 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm dan 100 cm. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tanah terbagi menjadi 2 yaitu: Faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar yang mempengaruhi suhu tanah adalah radiasi matahari, keawanan, curah hujan, angin, kelembaban udara. Sedangkan faktor dalam yang mempengaruhi suhu tanah adalah tekstur tanah, struktur tanah, kadar air tanah, kandungan bahan organik dan warna tanah (Prasetyo, 2004) Pengaruh suhu tanah sangat besar terhadap tanaman terutanma terhadap pertumbuhan tanaman sehingga ada tanaman yang mempunyai keinginan akan suhu tertentu, artinya tanaman tersebut tidak akan tumbuh baik bila syarat-syaratnya tidak 12
55 dipenuhi, juga pengaruhnya terhadap proses pematangan buah, karena makin tinggi suhu tanah maka makin cepat pula tingkat kematangan buah. Kadar Air Tanah Kadar air tanah merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah yang berasal dari presipitasi. Untuk tanah yang memiliki kadar air yang rendah, maka untuk proses resapan air ke dalam tanah akan lebih besar apabila dibandingkan dengan tanah yng memiliki kadar air yang tinggi, maka untuk proses resapan air ke dalam tanah akan lebih kecil, sampai tanah mencapai keadaan jenuh terhadap air. Keadaan Permukaan Tanah Permukaan tanah yang kasar dan lereng yang landai memberikan peluang yang sangat besar bagi proses terjadinya infiltrasi dibandingkan dengan keadaan lereng yang curam tanpa penghalang yang dapat mempercepat aliran permukaan, sehingga proses infiltrasi menjadi kecil. Keadaan Tumbuhan Penutup Tanah Rumput, perdu dan semak serta pohon-pohon turut mempengaruhi laju infiltrasi setempat karena sistem perakaran yang menciptakan ruang udara dalam tanah sehingga memungkinkan air untuk masuk ke dalamnya. Daya serap dan kapasitas penyimpanan air sangat ditentukan oleh bentuk atau ukuran serasah dan humus pada permukaan tanah (Repassy, 1986 dalam Widayanti, 2000).
13
Risalah Umum Pohon Pometia coreacea Pometia spp, famili Sapindaceae (terutama Pometia coreacea FORST dan Pometia tomentosa KURZ) atau yang dikenal dengan nama daerah Kasai, Kongkir, Kungkil, Ganggo, Lauteneng, Pakam (Sumatera); Kasei, Jampango, Galunggung, Landur (Kalimantan); Kase, Landing, Nautu, Tawa, Wusel (Sulawesi); Jagi, Leungsir, Aspen (jawa), Hatobu, Matoa Loto, Ngaa, Tawan (Mlk), Iseh, Kauna, Keba, Maa, Muni (Nusa Tenggara); Ihi mendek, Mohui, Senai, Tawa, Tawang (Irian Jaya). Daerah penyebaran Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Seluruh Sulawesi, Bali, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Irian Jaya. Habitus tinggi pohon dapat mencapai 40 m dengan panjang bebas cabang sampai 18 m, diameter dapat mencapai 100 cm, berbanir kadang-kadang sampai 2 m. Ciri umum dari Pometia coreacea yaitu kayu teras berwarna merah-kelabu muda, kadang-kadang dengan garis berwarna gelap. Kayu gubal berwarna lebih muda, biasanya tidak mempunyai batas yang jelas dengan kayu teras. Tekstur kayu agak kasar tetapi merata, arah serat lurus atau agak berpadu. Matoa (Pometia coreacea) dapat tumbuh baik di daerah hutan hujan tropis dengan tipe curah hujan A sampai B. Jenis tumbuhan ini tumbuh pada jenis tanah latosol, tanah podsolik merah-kuning atau podsolik kuning pada ketinggian 600 m dari permukaan laut. Di Papua matoa tumbuh baik pada tanah kapur coklat kemerah- 14
55 merahan. Pada areal yang permudaan alamnya cukup banyak dapat digunakan sistem tebang habis dengan permudaan alam selain itu juga dapat digunakan sistem pengayaan jenis. Permudaan buatan dapat dilakuakan dengan menggunakan biji atau bibit dari persemaian yang berupa bumbung atau stump, jarak tanam yang di pakai umumnya 3 m x 3 m. Keawetan dan keterawetan kayu matoa (Pometia coreacea). Kayu matoa secara umum termasuk kelas awet V. Daya tahan kayu matoa (Pometia coreacea) terhadap rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light termasuk kelas V. Keterawetan kayu matoa termasuk kelas sedang. Kegunaan dari kayu ini adalah dapat dipakai sebagai bahan bangunan rumah dan jembatan, kayu ini juga baik untuk mebel meskipun daya kembang susutnya tinggi dan mungkin juga baik antara lain untuk lantai, moulding, perkapalan, tangkai peralatan, alat olah raga dan lain sebagainya. Disamping itu matoa juga berbuah sepanjang tahun biji yang baru mempunyai daya kecambah 80 % . Hama dan penyakit tidak ada data, (Martawijaya et.al., 1999). Araucaria cunninghamii D. Don Damar Laki-Laki dikenal dengan nama latin Araucaria cunninghami D. Don, dalam dunia tumbuh-tumbuhan dan termasuk suku Araucariaceae. Pohonnya dapat mencapai tinggi 45 m lebih dengan diameter batang lebih dari 125 cm. Batangnya tegak, lurus dan berbentuk tabung. Cabang-cabangnya menempel hampir tegak lurus pada batang pokok. Warna kulitnya coklat dan kulitnya pecah-paecah melintang. Tajuk pohon berbentuk kerucut dengan bagian bawah melebar dan bagian atas meruncing. Daunnya kecil-kecil berbentuk jarum yang berujung tajam. Bunganya
15
tersusun dari sisik-sisik yang berbentuk runjung (kerucut), buahnya berbentuk runjung jorong sampai bulat. Tumbuhan ini berasal dari Papua, Papua Nugini dan Australia. Tegakan ini tumbuh tersebar liar dalam hutan-hutan di tanah rendah sampai hutan pegunungan tinggi, tumbuh pada ketinggian 150 2800 m dpl. Jenis tegakan ini hidup didaerah yang beriklim agak basah sampai daerah beriklim kering. Jenis tegakan ini tumbuh lebih baik pada lereng dan punggung gunung atau bukit. Kayunya tidak begitu keras, mempunyai berat jenis 0,57 dengan kelas keawetan IV dan kelas kekuatan III. Tegakan ini dapat digunakan sebagai papan lapis dan finir, yang ternyata kualiatas bagus sekali. Selain dari itu kayu ini juga dapat dipakai untuk alat-alat teraan, perabot rumah tangga, mebel, lantai, dinding rumah dan lain sebagainya.
16
55 KEADAAN UMUM Arboretum Amban Dan Arboretum Anggori Letak dan Luas Arboretum Fakultas Kehutanan Amban terletak di bagian Utara Distrik Manokwari Barat, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat dengan luas kawasan 1.2 ha yang secara geografis terletak pada koordinat 00 0 4956 LS dan 134 0 04 0 04 BT dengan batas sebagai berikut. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Perumahan Pegawai Unipa. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kampus Fakultas Kehutanan Unipa. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Rektorat Unipa. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Perumahan Pegawai Unipa. Luas kawasan Arboretum Anggori adalah 112,2 ha yang terdiri atas areal tanaman industri atau perkebunan dan buah-buah. Seluas 10 ha, dan sisanya 86 ,2 Ha adalah hutan alam atau hutan pendidikan yang terdapat di daerah Anggori. Secara geografis Arboretum Anggori terletak pada 134 o 509-134 o 603BT dan 0 o 4958-0 o 5056LS. Dengan batas kawasan sebagai berikut : Sebelah Utara : Berbatasan dengan Lautan Pasifik Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kampung Aipiri dan Pasir Putih Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kampung Ayambori Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kampung Anggori
17
Iklim Data iklim diperoleh dari Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Rendani untuk periode lima tahun terakhir (2008 - 2012). Data curah hujan rata rata setahun adalah 184.64 mm, dengan kisaran antara 133.66 sampai 274.16 mm, sedangkan rata-rata hari hujan setahun adalah 18 hari. Suhu Udara rata-rata adalah 27.21 o C pertahun dengan Suhu Udara maksimum 31.58 o C dan Suhu Udara minimum 23.63 o C Kelembaban udara rata-rata 81.17% dan lama penyinaran matahari 57.19%. Data Iklim Kabupaten Manokwari selama 5 tahun terakhir (2008- 2012) di sajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Data Iklim di Kabupaten Manokwari selama lima tahun terakhir (2009-2012) Tahun CH (mm) HH (hari) KU (%) SU ( o C) SU MAX ( o C) SU MIN ( o C) LPM (%) 2008 133.66 18 84.17 27.31 31.76 23.10 55.58 2009 160.16 16 82.83 27.13 31.65 23.33 58.58 2010 131.61 18 83.08 27.28 32.18 23.64 46.22 2011 223.63 20 81.17 27.08 30.43 23.63 67.33 2012 274.16 21 83.58 27.25 31.86 23.46 58.27 Rata-rata 184.64
18
82.96
27.21
31.576
23.43
57.19
Sumber : Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Rendani Kabupaten Manokwari. 2013 Keterangan : - CH : Curah Hujan - HH : Hari Hujan - KU : Kelembaban Udara - SU : Suhu Udara - LPM : Lama Penyinaran Matahari 18
55 Keadaan Tanah dan Topografi Jenis tanah yang terdapat pada lokasi penelitian yaitu di bawah tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Amban dan Arboretum Anggori adalah gumpal bersudut. Dengan topografi tanahnya rata atau datar.
19
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Arboretum Fakultas Kehutanan Amban, Arboretum Anggori dan Laboratorium Tanah Fapertek UNIPA Manokwari. Waktu pelaksanaan penelitian ini berlangsung mulai dari tanggal 14 Mei 2013 sampai dengan tanggal 11 Juni 2013. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pengukur infiltrasi berupa double ring infiltrometer, ring sampel tanah, stopwatch, GPS, kamera, kalkulator, penggaris, meteran, blangko isian, parang, pisau, palu, kantong plastik, jerigen, gayung dan ember. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air dan sampel tanah. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah tanah di bawah tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii, pada Hutan Arboretum Fakultas Kehutanan dan Arboretum Anggori Manokwari. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan teknik observasi lapangan.
20
55 Variabel Pengamatan Variabel yang akan diamati dalam penelitian ini adalah, laju infiltrasi di bawah tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii, serta sifat fisik tanah, keadaan permukaan tanah dan tumbuhan penutup tanah. Prosedur Penelitian Persiapan Pengukuran Infiltrasi 1. Menyediakan alat-alat serta bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini. 2. Penentuan titik pengamatan, titik berjumlah 4 titik pengamatan, dimana 2 titik di bawah tegakan Pometia coreacea dan 2 titik di bawah tegakan Araucaria cunninghamii. 3. Pengukuran dilakukan pada 4 titik pengamatan, dengan menggunakan double ring infiltrometer. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan, dengan selang waktu yang berbeda, dimana 1 hari setelah hujan, 3 hari setelah hujan dan 5 hari setelah hujan. Pelaksanaan Pengukuran Infiltrasi 1. Pengambilan sampel tanah. Tanah yang diambil pada kedalaman 40 cm dari atas permukaan dengan menggunakan ring sampel, dimana tiap titik diambil dua ring sampel. Ring sampel yang pertama pada kedalaman 0-20 cm dan yang kedua pada kedalaman 20-40 cm untuk melihat sifat fisik tanah yaitu tekstur tanah, struktur tanah dan permeabilitas, sedangkan untuk kadar air tanah diambil dengan cara
21
yang sama pada setiap titik pengukuran, sampel yang sudah diambil selanjutnya akan dianalisis di Laboratorium Tanah. Untuk mengetahui tekstur tanah dapat ditentukan dengan memijat tanah basah diantara jari-jari, sambil merasakan halus- kasarnya tanah, yaitu dapat dirasakan dengan adanya butir-butir pasir, debu dan liat. Untuk struktur dapat ditentukan dengan melihat bentuk utama struktur tanah. Kemudian untuk permeabilitas (Anonimous, 1997 dalam Prasetyo, 2004) dapat ditentukan dengan menggunakan rumus: K dimana Q adalah banyaknya air yang mengalir setiap pengukuran (ml), L adalah tebal sampel tanah (cm), t adalah waktu (jam), h adalah tinggi permukaan air dari sampel tanah (cm), A adalah luas permukaan contoh tanah (cm 2 ). Untuk kadar air tanah sampelnya dapat diambil yang kemudian akan dianalisis di Laboratoriun Tanah. 2. Menentukan titik pengukuran di bawah tegakan, dimana titik tersebut terbebas dari akar pohon sehingga pada saat pemasangan alat tidak terhambat oleh akar tegakan tersebut, untuk itu dari sisi-sisi pohon diambil jarak 1m x 1m. 3. Pembersihan areal di bawah tegakan yang sudah dipilih untuk meletakkan alat double ring infiltrometer. 4. Pemasangan alat double ring infiltrometer di bawah tegakan yang sudah di tentukan, ring yang lebih kecil (diameter 30 cm) di letakkan di dalam ring yang lebih besar (diameter 55 cm). 5. Piringan penutup alat diletakkan diatasnya dan disesuaikan kedudukannya, kemudian mengecangkan mur-mur pengatur. 22
55 6. Pukul ring dengan menggunakan piringan penutup sampai alat pengukur masuk ke dalam tanah sedalam 10 cm. 7. Pengisian air pada ring bagian luar untuk membasahi tanah, menciptakan kawasan penyangga bagi air pada ring bagian dalam. 8. Pemasangan penggaris pada ring bagian dalam. 9. Pengisian air pada ring bagian dalam. 10.Pengukuran dimulai dengan mencatat posisi awal t = 0 detik. Pengukuran dilakukan dengan membaca skala penurunan muka air selam periode tertentu, kemudian hasilnya dicatat dalam blangko isian data. Pengumpulan Data Dalam melakukan penelitian ini ada 2 data atau cara yang akan di kumpulkan, yaitu berupa data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data primer yaitu data yang meliputi data tentang tekstur tanah, struktur tanah, permeabilitas, keadaan permukaan tanah kandungan air tanah, serta keadaan tumbuhan penutup tanah. 2. Data Sekunder Data sekunder yang digunakan adalah data iklim terutama data curah hujan, hari hujan,suhu dan kelembaban. Data ini dapat diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Manokwari.
23
Pengolahan Data Data yang sudah diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran, kemudian akan diolah untuk mendapatkan kapasitas infiltrasi dengan menggunakan rumus (Philip modifikasi Wanggai, 1993 dalam Ardiyansah, 2006) sebagai berikut: f = S t -0,5 + C F = 2 S t 0,5 + C t Dimana: f = Kapasitas infiltrasi (mm/menit) F = Infiltrasi kumulatif (cm/jam atau mm/menit) t = Waktu (menit) S dan C = Konstanta yang diperoleh dari faktor kelembaban tanah awal. S dan C dapat dicari dengan menggunakan persamaan:
Dimana : t 1 : Waktu awal penurunan air t 2 : Wakru akhir penurunan air
Analisa Data Data yang sudah diperoleh dilapangan akan diolah dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan gambar. Analisis sifat fisik tanah yaitu meliputi tekstur, struktur, permeabilitas dan kadar air tanah, dilakukan di Laboratorium Tanah Fapertek UNIPA. 24
55 HASIL DAN PEMBAHASAN Laju Infiltrasi Laju infiltrasi adalah banyaknya air yang masuk kedalam tanah melalui permukaan tanah dengan dimensi kedalaman tanah persatuan waktu (mm/detik). Hasil laju infiltrasi di bawah tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Amban dan Arboretum Anggori di sajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Laju Infiltrasi di bawah tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Amban dan Arboretum Anggori. Jenis Tegakan Pengukuran Setelah Hari Hujan Laju infiltrasi di Arboretum Amban (mm/detik) Laju infiltrasi di Arboretum Anggori (mm/ detik) Pometia coreacea I 0.54 0.43 III 0.24 0.21 V 0.23 0.20 Rata-rata 0.34 0.28 Araucaria cunninghammii
I 0.40 0.30 III 0.21 0.17 V 0.20 0.16 Rata-rata 0.27 0.21
Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata laju infiltrasi pada tegakan Pometia coreacea lebih tinggi dari pada laju infiltrasi di bawah tegakan Araucaria cunninghamii. Tegakan Pometia coreacea memiliki sistem perakaran baik dan membentuk zona airase (ruangan di dalam tanah yang memungkinkan udara bebas bergerak) sehingga memudahkan proses terjadinya infiltrasi. selain itu kemampuan tanah di bawah tegakan Pometia coreacea dalam menyerap air masuk ke dalam
25
tanah sangat baik karena memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi dibanding dengan tanah di bawah tegakan Araucaria cunninghamii, penumpukkan bahan organik tanah menjadi rumah bagi mikro dan makro organisme tanah yang membentuk lubang-lubang tanah sehingga mempercepat masuknya air kedalam tanah.
Gambar 1. Laju infiltrasi pada Arboretum Amban dan Arboretum Anggori. Gambar 1. Menunjukkan bahwa pengukuran laju infiltrasi setelah I hari hujan, II hari hujan dan III hari hujan untuk kedua jenis tegakan pada Arboretum Amban memiliki daya serap yang tinggi dibanding dengan Arboretum Anggori, hal ini di sebabkan karena jumlah kadar air yang terkandung pada tanah di Arboretum Anggori lebih tinggi di banding dengan kadar air yang terkandung pada tanah di Arboretum Amban. I III V I III V Pometia coreacea Pometia coreacea Pometia coreacea Araucaria cuninghammii Araucaria cuninghammii Araucaria cuninghammii 0.54 0.24 0.23 0.40 0.21 0.20 0.43 0.21 0.20 0.30 0.17 0.16 Laju Infiltrasi Amban Anggori 26
55 Curah hujan yang masuk ke dalam tanah menyebabkan butiran tanah menjadi basah sehingga daya serap tanah berkurang, penurunan ini menyebabkan laju infiltrasi menurun. Arsad (1983) dalam Yusuf (1991) juga menambahkan bahkan bahwa jika dimulai pada kondisi tanah basah, kapasitas infiltrasi mempunyai nilai lebih rendah jika dibandingkan dengan infiltrasi yang dimulai dengan kondisi kering. Berikut ini disajikan pengukuran kapasitas infiltrasi pada tanah kering hasil penelitian (Purwowidodo, 1986) Tabel 4. Pengukuran Kapasitas Infiltrasi pada tanah kering
Dari hasil pengukuran terlihat jelas bahwa kapasitas infiltrasi pada tanah basah memiliki kapasitas yang rendah dibanding dengan kapasitas infiltrasi pada tanah kering. Pada lokasi penelitian yaitu di bawah tegakan pometia coreacea di Arboretum Amban mempunyai kapasitas infltrasi dengan rata-rata 0.34 mm/detik, sedangkan bila dibandingkan dengan kapasitas infiltrasi di bawah tagakan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Anggori mempunyai rata-rata adalah 0.21 mm/detik. Hal ini di Tekstur tanah Kapasitas infiltrasi pada tanah kering (mm/jam) Pasir berlempung
25 -50 Lempung
12.5 25 Lempung berdebu
7.5 10.5 Lempung berliat
2.5 0.5 Liat
< 0.5
27
sebabkan karena di bawah ke dua tegakan tersebut memiliki tekstur tanah yang sama yaitu lempung berdebu. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Infiltrasi di Bawah Tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii. Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah dapat mempengaruhi laju infiltrasi. Permukaan tanah yang tidak normal seperti tanah miring, bergelombang dan berkolam akan mempengaruhi laju infiltrasi. Hasil analisis sifat fisik tanah di bawah tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii di sajikan pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah
No
Kode contoh
Tekstur
Kriteria 1 I Lempung Berdebu Agak cepat 2 II Lempung liat berpasir Sedang 3 III Lempung berdebu Agak cepat 4 IV Lempung berdebu Agak cepat Keterangan : I (Tegakan Pometia coreacea pada Arboretum Amban) II (Tegakan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Amban) III (Tegakan Pometia coreacea pada Arboretum Anggori) IV (Tegakan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Anggori)
28
55 Tekstur Tekstur tanah di bawah tegakan (I,III,IV) adalah tekstur lempung berdebu, sedangkan pada tegakan Araucaria cunninghamii (II) Arboretum Amban adalah lempung liat berpasir. Tekstur seperti ini memiliki ciri basah, terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar dan mudah dibuat bola agak teguh dan dibuat gulungan mudah meluncur. Struktur Struktur tanah merupakan gumpalan terkecil dari butir-butir tanah. Gumpalan tanah ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat yang terikat satu sama yang lain. Struktur tanah juga ikut mempengaruhi besarnya laju infiltrasi. Struktur tanah di bawah tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Amban dan Arboretum Anggori adalah sama yaitu berbentuk gumpal bersudut. Dapat di lihat pada Gambar 2,3,4,5 di bawah ini :
Gambar 2 dan 3. Adalah Struktur Tanah di bawah Tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Amban.
29
Gambar 4 dan 5. Adalah Struktur Tanah di bawah Tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Anggori.
Secara kasat mata berbentuk kubus dengan sudut-sudut membulat, sumbu vertikal sama dengan sumbu horizontal, gumpalan struktur ini terjadi karena butir- butir pasir, debu dan liat terkait satu sama lain oleh satu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain (Hardjowigeno, 2007). Kadar Air Tanah Kadar air tanah merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah yang berasal dari presipitasi. Dari hasil pengukuran di bawah tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii masing-masing memiliki kadar air yang berbeda-beda seperti tersaji pada Tabel 6.
30
55 Tabel 6. Kadar Air di Bawah Tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii Pada Arboretum Amban dan Arboretum Anggori. No Kadar air (%) Kode sampel Hasil 1 I 21.69 2 II 24.59 Rata-rata 23.14 4 III 33.81 5 IV 34.11 Rata-rata 33.96 Keterangan : I (Tegakan Pometia coreacea pada Arboretum Amban) II (Tegakan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Amban) III (Tegakan Pometia coreacea pada Arboretum Anggori) IV (Tegakan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Anggori) Tanah yang memilki kadar air rendah, maka proses resapan air ke dalam tanah lebih besar apabila dibandingkan dengan tanah yang memiliki kadar air yang tinggi, maka proses resapan air kedalam tanah akan lebih kecil, sampai tanah mencapai keadaan jenuh terhadap air. Sehingga kadar air pada tanah basah, lembab, dan kering memiliki kandungan air yang berbeda-beda. Rata-rata kadar air tanah di bawah kedua tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Amban adalah 23.14% dan Arboretum Anggori adalah 33.96%. Kadar air tertinggi terdapat di bawah tegakan Araucaria cunninghamii (IV) pada Arboretum Anggori 34.11%, diikuti dengan Pometia coreacea (III) pada Arboretum Anggori 33.81% dan kadar air di bawah tegakan Araucaria cunninghamii (II) pada Arboretum Amban adalah
31
24.59%, sedangkan yang paling terendah yaitu terjadi di bawah tegakan Pometia coreacea pada Arboretum Amban (I) adalah 21.69%. Permeabilitas Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah mentransfer air dan udara. Hasil analisis tanah menunjukan bahwa permeabilitas tanah dibawah tegakan Pometia coreacea (7,8 cm/jam) kriteria agak cepat, Araucaria cunninghamii (3,95cm/jam) meiliki kriteria sedang, pada Arboretum Anggori tegakan Pometia coreacea (0,08 cm/jam) dengan kriteria lambat, sedangkan bila dibandingkan dengan tegakan Araucaria cunninghamii (12,34 cm/jam) pada Arboretum Anggori kriterianya agak cepat. Tinggi rendahnya permeabilitas tanah ditentukan oleh ukuran pori-pori tanah, sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk nilai tertinggi terdapat pada tegakan Araucaria cunninghamii memiliki permeabilitas lebih tinggi bila dibandingkan dengan Pometia coreacea. Berikut disajikan dalam Tabel 7 di bawah ini. Tabel 7. Permeabilitas Pada Kedua Tegakan pada Arboretum Amban dan Arboretum Anggori.
No
Kode Sampel
Permeabilitas (cm/jam)
Kriteria 1 I 7.8 Agak cepat 2 II 3.95 Sedang
3 III 0.08 Lambat
4 IV 12.34 Agak cepat Keterangan : I (Tegakan Pometia coreacea pada Arboretum Amban) II (Tegakan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Amban) III (Tegakan Pometia coreacea pada Arboretum Anggori) IV (Tegakan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Anggori) 32
55 Bahan Organik Tanah Sumber utama bahan organik tanah adalah jaringan tanaman baik yang berupa serasah dan sisa-sisa tanaman (Kartasaputra, 2005). Kandungan bahan organik tanah di bawah tegakan Pometia coreacea lebih banyak dibandingkan dengan tanah di bawah tegakan Araucaria cunninghamii. Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah (top soil). Dengan jumlah sekitar 3-5 persen (Hardjowigeno, 2007). Tanah di bawah tegakan Pometia coreacea memiliki lapisan tanah atas (top soil) yang lebih tebal dibandingkan dengan tanah di bawah tegakan Araucaria cunninghamii. Hal ini dapat dilihat dari kondisi tegakan yang cukup rapat sehingga menyebabkan jumlah serasah yang terdapat di bawah tegakan tersebut cukup banyak. Berbeda dengan di bawah tegakan araucaria cunninghamii yang yang dapat dikatakan bahan organiknya sedikit. Hal ini disebabkan karena adanya pengikisan tanah oleh air pada kedua lokasi tersebut.
33
PENUTUP Kesimpulan 1. Rata-rata laju infiltrasi terjadi di bawah tegakan Pometia coreacea pada Arboretum Amban yaitu 0.34 mm/detik, dan Arboretum Anggori 0.28 mm/detik di bandingkan dengan di bawah tegakan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Amban 0.27 mm/detik dan Arboretum Anggori 0.21 mm/detik. 2. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perbandingan laju infiltrasi di bawah tegakan Pometia coreacea memiliki daya serap air yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan di bawah tegakan Araucaria cunninghamii. Saran Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa tegakan Pometia coreacea yang mampu meningkatkan laju infiltrasi sehingga disarankan agar supaya jenis tegakan ini bisa tetap dipakai sebagai tanaman reboisasi pada areal bekas tebangan guna kelangsungan siklus hidrologi.
34
55 DAFTAR PUSTAKA
Ardiyansah, H. 2006. Perbedaan Laju Infiltrasi Di Bawah Tegakan Tectona Grandis dan Araucaria Klinkii Pada Kebun Percobaan Anggori Manokwari. Skripsi Sarjana Kehutanan. Manokwari (Tidak Diterbitkan) Asdak, C. 1995. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Fakultas Pertanian. Universitas Gadja Mada. Yogyakarta. Hardjowigeno, H.S. 2007. Ilmu Tanah. CV. Akademika Pressindo. Jakarta. Indarto. 2010. Hidrologi. Dasar Teori Dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi. PT Bumi Aksara. Jakarta. Kartasaputra, A. G. 2000. Teknologi Konservasi Tanah Dan Air. Edisi Ke II. Rineke Cipta. Jakarta. Martawijaya. A.,et.al.,1999. Atlas Kayu Indonesia Jilid I. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor Prasetyo, E. R. 2004. Kapasitas Infiltrasi Di Bawah Tegakan Araucaria cuninghamii Sw, Pometia coreaceae Radlk dan Areal Terbuka Pada Kebun Percobaan Anggori Manokwari. Skripsi Sarjana Kehutanan. Manokwari. (Tidak Diterbitkan). Seyhan,1990. Dasar- Dasar Hidrologi. Gadjah mada university press. Yogyakarta Wartanoy, F. N. 2011. Pengukuran Laju Infiltrasi Di Bawah Tegakan Eucalyptus deglupta BL Dan Areal Terbuka Pada Kawasan Bekas Tebangan PT. Hendrison Iriana Distrik Manimeri Kabupaten Teluk Bintuni. Skripsi Sarjana Kehutanan. Manokwari. (Tidak Diterbitkan). Widayanti, D, A. 2000. Laju infiltrasi di bawah tegakan Araucaria mangiumwild pada lahan usaha I WPP IV/SKP C SP-XI Di Desa Sidey Manokwari. Skripsi Sarjana Kehutanan. Manokwari. (Tidak Diterbitkan) Yusuf 1991. Pengaruh Curah Hujan Terhadap Infiltrasi Pada Tanah Terbuka. Skripsi Sarjana Fakultas Kehutanan IPB, Bogor (tidak diterbitkan).
35
1
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian di Arboretum Amban
36 2
55 Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian Arboretum Anggori 37
1
Lampiran 3. Data Curah Hujan Kabupaten Manokwari Lima Tahun Terakhir (2008 2012) CURAH HUJAN TAHU N JAN FEB MA R APRI L MEI JUNI JULI AGUS T SEP T OKT NOV DES X 2008 88.1 92.3 98.4 221.1 60.2 37.4 249. 6 117.4 164.8 60.2 160. 4 254 133.6 6 2009 268 300 423 85 102 143 76.6 50.4 72.8 92 92.5 216. 6 160.1 6 2010 209. 6 120 364. 9 238.8 47.4 79.7 109 107.5 67.3 69.7 43.6 121. 8 131.6 1 2011 165. 4 80.3 238. 7 128.5 401 307. 7 216. 2 251.7 172.4 142. 5 204. 9 374. 2 223.6 3 2012 305. 8 312. 7 517 523 420. 9 285 115. 9 130.7 143.9 102 289. 3 143. 7 274.1 6