Anda di halaman 1dari 23

Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

BAB 5
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1Tabel 5.2Tabel 5.3Tabel 5.4Tabel 5.5Tabel 5.6Tabel 5.7Tabel 5.8Tabel
5.9Tabel 5.10Tabel 5.11Tabel 5.12Tabel 5.13Tabel 5.14Tabel 5.15Tabel
5.16Tabel 5.17Tabel 5.18Tabel 5.19Tabel 5.20

DAFTAR GAMBAR
Gambar 5. 1Gambar 5. 2Gambar 5. 3Gambar 5. 4Gambar 5. 5Gambar 5. 6Gambar
5. 7
Gambar 5. 8
Gambar 5. 9Gambar 5. 10Gambar 5. 11Gambar 5. 12Gambar 5. 13Gambar 5.
14Gambar 5. 15Gambar 5. 16
Gambar 5. 17Gambar 5. 18
Gambar 5. 19Gambar 5. 20
Gambar 5. 21Gambar 5. 22
Gambar 5. 23Gambar 5. 24Gambar 5. 25
Gambar 5. 26Gambar 5. 27Gambar 5. 28Gambar 5. 29Gambar 5. 30Gambar 5. 31
Gambar 5. 32Gambar 5. 33Gambar 5. 34
Gambar 5. 35Gambar 5. 36
Gambar 5. 37
Gambar 5. 38
Gambar 5. 39
Gambar 5. 40
Gambar 5. 41
Gambar 5. 42Gambar 5. 43Gambar 5. 44Gambar 5. 45Gambar 5. 46Gambar 5. 47
Gambar 5. 48
Gambar 5. 49
Gambar 5. 50Gambar 5. 51Gambar 5. 52Gambar 5. 53Gambar 5. 54Gambar 5. 55

5.1. ASD

149
Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

5.2. Rencana Pola Ruang


Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budidaya. Rencana Pola Ruang adalah peruntukan kawasan lindung dan
kawasan budidaya. Peruntukan ruang untuk kegiatan pelestarian lingkungan,
sosial, budaya, ekonomi, pertahanan, dan keamanan
Memperhatikan keterkaitan antarwilayah, antarfungsi kawasan, & antarkegiatan
kawasan.
Sistem yang mempengaruhi pola pemanfaatan ruang kota (Chapin & Kaiser,
1979) :
 Sistem kegiatan
Cara manusia mengatur memenuhi kebutuhannya dan saling berinteraksi
dalam ruang dan waktu
 Sistem pengembangan lahan
Proses pengubahan ruang dan penyesuaiannya untuk memenuhi kebutuhan
dan menampung kegiatan
 Sistem lingkungan
Kondisi biotik dan abiotik yang dibangkitkan oleh proses alamiah

Dalam RTRW DKI Jakarta menjabarkan Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi
diwujudkan berdasarkan distribusi peruntukan ruang yang meliputi:
a. Peruntukan ruang untuk fungsi lindung, dan
b. peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

Peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya dibagi lagi kedalam
klasifikasi ruang yang lebih rinci. Skala peta yang digunakan untuk
menggambarkan rencana pola ruang ialah peta skala 1 : 50.000. Untuk lebih
jelasnya usulan pola ruang pada RTRW DKI Jakarta 2010-2030 dijelaskan pada
lampiran tabel 5.13

150
Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

Tabel 5.21 Usulan Pola Ruang RTRW DKI Jakarta Tahun 2010-2030

UNTUK TINGKAT KOTA /


NO REGIONAL UNTUK TINGKAT PROVINSI UNTUK TINGKAT KECAMATAN / RDTR
KABUPATEN

  HIRARKI 1 HIRARKI 2 HIRARKI 3 HIRARKI 4


1 KAWASAN NON Kawasan Untuk Fungsi Lindung Kawasan Untuk Fungsi Lindung Kawasan Sempadan Pantai
BUDIDAYA
      Kawasan Sempadan Sungai dan Kanal
    Kawasan Sekitar Waduk/Danau/Situ
    Kawasan Cagar Alam
    Kawasan Suaka Margasatwa
    Kawasan Terumbu Karang dan Padang Lamun
    Kawasan Hutan Lindung

    Kawasan Taman Wisata Alam


    Kawasan Taman nasional Kepulauan Seribu
    Kawasan Cagar Budaya

    Kawasan Rawan Bencana Alam

    Kawasan Rawan Bencana Lain


2 KAWASAN Kawasan Terbuka Hijau Non Lindung Kawasan Terbuka Hijau Non Hutan Kota
BUDIDAYA Lindung
        Taman Kota
        Kawasan Terbuka Hijau Lainnya
KAWASAN Kawasan Permukiman Kawasan Perumahan Kawasan Perumahan Kepadatan Bangunan
  BUDIDAYA Horisontal dan Fasilitasnya Tinggi dan fasilitasnya

151
Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

UNTUK TINGKAT KOTA /


NO REGIONAL UNTUK TINGKAT PROVINSI UNTUK TINGKAT KECAMATAN / RDTR
KABUPATEN

  HIRARKI 1 HIRARKI 2 HIRARKI 3 HIRARKI 4


      Kawasan Perumahan Kepadatan bangunan
  Sedang dan fasilitanya
      Kawasan Perumahan Kepadatan Bangunan
  Rendah dan fasilitasnya
    Kawasan Perumahan Vertikal Kawasan Perumahan vertikal kepadatan tinggi
  dan fasilitasnya dan fasilitasnya
      Kawasan Perumahan vertikal kepadatan
  sedang dan fasilitasnya
      Kawasan Perumahan vertikal kepadatan
  rendah dan fasilitasnya
  Kawasan Permukiman Berfungsi Lindung Kawasan Permukiman Kawasan Perumahan Horisontal KDB Rendah
Berfungsi Lindung dan dan Fasilitasnya
  fasilitasnya.
      Kawasan Perumahan Vertikal KDB Rendah
  dan fasilitasnya
  Kawasan Perkantoran, Perdagangan Dan Kawasan Perkantoran, Kawasan Perkantoran
Jasa Perdagangan dan Jasa
 
         
        Kawasan Perdagangan
        Kawasan Pelayanan Umum dan Sosial
        Kawasan Campuran
KAWASAN Kawasan Perkantoran, Perdagangan Dan Kawasan Perkantoran, Kawasan Perkantoran KDB Rendah
  BUDIDAYA Jasa Perdagangan dan Jasa

152
Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

UNTUK TINGKAT KOTA /


NO REGIONAL UNTUK TINGKAT PROVINSI UNTUK TINGKAT KECAMATAN / RDTR
KABUPATEN

  HIRARKI 1 HIRARKI 2 HIRARKI 3 HIRARKI 4


Berfungsi Lindung
        Kawasan Perdagangan KDB Rendah
      Kawasan Pelayanan Umum dan Sosial KDB
  Rendah
        Kawasan Campuran KDB Rendah
  Kawasan Fungsi Ibukota Negara Kawasan Pemerintahan Kawasan Pemerintahan Nasional
  Nasional
        Kawasan Pemerintahan Daerah
    Kawasan Perwakilan Asing Kawasan Perwakilan Asing
 
    Kawasan Pariwisata Kawasan Pariwisata Wisata Perkotaan
        Wisata Agro
        Wisata Alam
        Wisata Bahari
        Wisata Budaya
        Wisata Konvensi (MICE)
    Kawasan Pertanian Kawasan Pertanian Kawasan Pertanian
    Kawasan Perikanan Kawasan Perikanan Kawasan Perikanan
  Kawasan Pertambangan Kawasan Pertambangan Kawasan Pertambangan Migas (Golongan A)
 
KAWASAN Kawasan Pertambangan Kawasan Pertambangan Kawasan Pertambangan Galian C
  BUDIDAYA

153
Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

UNTUK TINGKAT KOTA /


NO REGIONAL UNTUK TINGKAT PROVINSI UNTUK TINGKAT KECAMATAN / RDTR
KABUPATEN

  HIRARKI 1 HIRARKI 2 HIRARKI 3 HIRARKI 4


  Kawasan Industri Dan Pergudangan Kawasan Industri dan Kawasan Industri
pergudangan
 
        Kawasan Pergudangan
    Kawasan Industri dan Kawasan Industri kepadatan rendah
pergudangan kepadatan
  rendah
        Kawasan Pergudangan kepadatan rendah
  Kawasan Terbuka Non Hijau Kawasan Terbuka Non Hijau Kawasan Terbuka Biru

 
        Kawasan Terbuka Non Hijau lainnya
    Kawasan Evakuasi Bencana Kawasan Evakuasi Bencana Kawasan Evakuasi Bencana

154
Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

5.2.1. Kawasan Lindung


5.2.1.1. Batasan dan Pengertian
Menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan
lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber
daya buatan.
Kawasan lindung meliputi :
a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya.
b. Kawasan perlindungan setempat.
c.Kawasan suaka alam, Kawasan Pelestarian alam, dan Kawasan Cagar
Budaya.
d. Kawasan rawan bencana alam.
e. Kawasan lindung geologi.
f. Kawasan lindung lainnya.

5.2.1.2. Dasar Pemikiran Penetapan Kawasan Lindung


Keperluan adanya kawasan lindung didasarkan pada pertimbangan
bahwasanya potensi sumberdaya alam, eksistensi kehidupan manusia, dan
aspek kebudayaan yang mendukung kehidupan pada hakekatnya bersifat
dinamis. Dinamika tersebut idealnya berlangsung sebagai proses yang
seimbang, sehingga tidak menimbulkan kepunahan, bencana, dan kerusakan
yang mengganggu kehidupan manusia sebagai antoprosentrik dan makhluk
hidup lainnya. Oleh karenanya, untuk menjaga keseimbangan dinamika
tersebut, diperlukan fungsi-fungsi penyangga kehidupan yang saling
melengkapi. Di satu pihak berlangsung proses pemanfaatan sumberdaya alam
secara fisik dan non fisik; di lain pihak diperlukan perlindungan terhadap
keberadaan sumberdaya alam beserta seluruh sistem yang mendukung
keberadaannya.
Kegiatan pembangunan pada dasarnya merupakan perwujudan pemanfaatan
sumberdaya alam dan ruang untuk menunjang kehidupan manusia.
Pemanfaatan sumberdaya alam perlu dilakukan secara bijaksana, dimana
secara intrinsik berlangsung fungsi perlindungan dalam proses pemanfaatan
tersebut. Artinya, pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana adalah jika
mempertimbangkan keberlanjutan ketersediaan dan kualitas sumberdaya alam
itu sendiri, dampak yang ditimbulkan dalam proses pemanfaatan, serta
mempertahankan keseluruhan sistem dan komponen pembentuk sumberdaya
alam yang bersangkutan, termasuk plasma nutfah.
Dalam tujuan tersebut, proses untuk menjaga dan mempertahankan
keseimbangan dapat dilakukan melalui obyek, karakteristik, lokasi, dan sistem
yang berfungsi melindungi. Dalam konteks keruangan, maka upaya
pelestarian keseimbangan dicapai melalui penetapan kawasan lindung.

155
Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

5.2.1.3. Kepentingan Penetapan Kawasan Lindung


Kepentingan penetapan kawasan lindung pada dasarnya ditujukan untuk
melestarikan daya dukung lingkungan dalam konteks eksistensi aspek dan
komponen kekayaan alam, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan sebagai suatu
ekosistem.
Penetapan kawasan lindung didasarkan pada berbagai kebutuhan berikut :
a. Menghindarkan sumberdaya alam dari kerusakan dan kepunahan oleh
kegiatan antropogenik.
b. Melindungi obyek atau kawasan karena sifatnya, karakteristiknya, dan
keberadaannya.
c. Melindungi keberadaan sumberdaya alam hayati dan non hayati secara
berlanjut.
d. Menunjang pemanfaatan sumberdaya alam secara lestari, optimal,
serasi, dan seimbang.
Pemahaman mengenai bentuk, besar, dan sifat kawasan lindung bermanfaat
untuk menciptakan dukungan bagi optimasi pemanfaatan sumberdaya alam
secara lestari dan berkelanjutan.

5.2.1.4. Pertimbangan Dan Kriteria Penetapan Kawasan Lindung


A. Dasar Hukum Penetapan Kawasan Lindung
Dasar hukum penetapan kawasan lindung adalah :
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati dan Ekosistemnya.
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
6. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencan
7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
8. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional.
11. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka
Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan
Penyuluhan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan.
13. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung.

156
Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

14. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/11/1980 tentang


Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung.
B. Kriteria Dalam Penentuan Kawasan Lindung
Penentuan kriteria kawasan lindung secara definitif diatur oleh PP Nomor 26
tahun 2008 tentang RTRW Nasional dan Keppres Nomor 32 Tahun 1990
tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, dengan mempertimbangkan kriteria
teknis yang diatur oleh SK Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/11/1980
tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung.
Di dalam PP Nomor 26 tahun 2008 tentang RTRW Nasional dan Keppres
Nomor 32 Tahun 1990 dinyatakan bahwa kawasan lindung adalah kawasan
yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup
yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Secara umum
terdiri atas empat jenis kawasan utama, yaitu :
a. Kawasan perlindungan daerah bawahannya.
b. Kawasan perlindungan setempat.
c.Kawasan suaka alam.
d. Kawasan Pelestarian alam.
e. Kawasan Cagar Budaya.
f. Kawasan rawan bencana.
Secara lebih rinci, klasifikasi dan kriteria teknis masing-masing kawasan
tertera pada Tabel 5.14

Tabel 5.22 Jenis Kawasan Dan Kriteria Kawasan Lindung

NO. JENIS KAWASAN KRITERIA


A Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Daerah Bawahannya
1 Kawasan resapan air Daerah dengan curah hujan tinggi, struktur tanah
yang mudah meresap air, dan bentuk geomorfologi
yang mampu meresap air hujan secara besar-
besaran.
2 Kawasan Terumbu Karang  Kawasan yang terbentuk dari koloni massif dari
dan Padang Lamun hewan kecil yang secara bertahap membentuk
terumbu karang.
 Terdapat disepanjang pantai dengan kedalaman
paling dalam 40 m.
 Dipisahkan oleh laguna dengan kedalaman
antara 40 sampai dengan 75 m.
B Kawasan Perlindungan Setempat
1. Sempadan pantai  Daratan sepanjang tepian pantai deengan lebar
proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik
pantai minimal 100 m dari titik pasang tertinggi ke
arah darat.
 Minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air
pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur
dari garis air surut terendah ke arah darat.

157
Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

NO. JENIS KAWASAN KRITERIA


2. Sempadan sungai  Sekurang-kurangnya 100 m di kiri dan kanan
sungai besar dan 50 m di kiri dan kanan sungai
yang berada di luar daerah permukiman.
 Untuk sungai di kawasan permukiman berupa
sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk
dibangun jalan inspeksi antara 10 -15 m.
3. Kawasan sekitar Daratan sepanjang tepian danau/waduk yang
danau/waduk lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
danau/waduk antara 50 -100 m dari titik pasang
tertinggi ke arah darat.
4. Kawasan sekitar mata air Daerah dengan jarak sekurang-kurangnya pada
radius 200 m di sekitar mata air.
C Kawasan Suaka Alam
1 Cagar alam  Kawasan yang ditunjuk mempunyai
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa dan
tipe ekosistemnya.
 Mewakili formasi biota tertentu dan/atau unit-unit
penyusun.
 Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisik
yang masih asli dan tidak atau belum diganggu
manusia.
 Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar
menunjang pengelolaan yang efektif dengan
daerah penyangga yang cukup luas.
 Mempunyai ciri khas dan dapat merupakan satu-
satunya contoh di suatu daerah serta
keberadaannya memerlukan upaya konservasi
2 Suaka margasatwa  Kawasan yang ditunjuk merupakan tempat hidup
dan perkembang-biakan suatu jenis satwa yang
perlu dilakukan upaya konservasinya.
 Memiliki keanekaragaman yang tinggi dan
populasi satwa yang terbatas.
 Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis
satwa migran tertentu.
 Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat
jenis satwa tertentu.
3 Kawasan hutan lindung  Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng
lapangan, jenis tanah, curah hujan yang melebihi
skor 175, dan/atau
 Kawasan hutan yang mempunyai lereng
lapangan 40% atau lebih, dan/atau
 Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di
atas permukaan laut 2.000 m dpl atau lebih.
4 Kawasan suaka alam laut Perairan laut, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan
karang, dan atol yang mempunyai ciri khas berupa
keragaman dan/atau keunikan ekosistem pesisir dan
laut, seperti memiliki tutupan, keanekaragaman, dan
kelimpahan karang hidup, padang lamun, dan biota
laut yang tinggi atau dilindungi.

158
Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

NO. JENIS KAWASAN KRITERIA


D Kawasan Pelestarian Alam
1 Taman Nasional dan taman Kawasan berhutan atau bervegetasi tetap yang
wisata alam memiliki tumbuhan dan satwa yang beragam,
memiliki arsitektur bentang alam yang baik dan
memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata
E Kawasan Cagar Budaya
Kawasan cagar budaya dan Kawasan di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi,
ilmu pengetahun situs purbakala dan kawasan dengan bentukan
geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi
untuk pengembangan ilmu pengetahuan
F Kawasan Rawan Bencana
Kawasan Rawan Bencana Kawasan yang diidentifikasi secara intensif atau
Alam berpotensi tinggi mengalami bencana alam, seperti
letusan gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor,
dan banjir.

Penetapan kawasan lindung selain didasarkan kriteria menurut PP Nomor 26


tahun 2008 tentang RTRW Nasional dan Keppres Nomor 32 Tahun 1990, juga
menggunakan beberapa nilai pertimbangan berdasarkan SK Menteri Pertanian
Nomor 837/Kpts/Um/11/1980. Faktor-faktor lingkungan yang dipergunakan
sebagai pertimbangan dalam penetapan hutan lindung adalah kelas lereng,
jenis tanah, dan intensitas curah hujan dalam konteks kepekaan terhadap
erosi. Pertimbangan ini secara formal telah diakomodasikan ke dalam PP
Nomor 26 tahun 2008 tentang RTRW Nasional dan Keppres Nomor 32 Tahun
1990 melalui ketentuan mengenai hutan lindung beserta kriteria yang
membentuknya (Tabel 1).

Tabel 5.23 Faktor-Faktor Penetapan Hutan Lindung

Faktor Yang Berpengaruh


Kelas
Lereng (%) Jenis Tanah Intensitas hujan
(mm/hari hujan)
1. 0-8 Aluvial, tanah glei planosol, < 13,6
hidroworf kelabu, laterit air
tanah
2. 8 - 15 Latosol 13,6 – 20,7
3. 15 - 25 Brown forest soil, non calsic 20,7 – 27,7
brown, meditran
4. 25 - 40 Andosol, lateriks, grumosol, 27,7 – 34,8
podsolik
5. > 40 Regosol, litosol, organosol > 34,8

159
Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

5.2.1.5. Penetapan Kawasan Lindung Di Provinsi DKI Jakarta


Penetapan kawasan lindung di Provinsi DKI Jakarta dilaksanakan melalui
tahapan berikut :
A. Tahap Analisis Data Dasar
Dalam tahap analisis, data dan informasi yang dipergunakan sebagai dasar
analisis adalah pustaka dan peta-peta yang tersedia di instansi Pusat dan
Provinsi DKI Jakarta meliputi :
 Peta fisiografi dan topografi
 Peta kelerengan
 Peta geologi
 Peta kelas tanah
 Peta kemampuan lahan
 Peta curah hujan
 Peta TGHK
 Peta permukiman
 Peta infrastruktur
Selain data dasar tersebut, dalam analisis juga dipergunakan peta geologi
yang diterbitkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, peta
kehutanan, peta rencana transmigrasi, peta persediaan lahan yang diterbitkan
oleh departemen dan sektor terkait, dan peta sistem lahan.

B. Tahap Analisis Keruangan


Analisis terhadap ruang yang perlu dilindungi didasarkan data dan informasi
kondisi fisik, kondisi sumberdaya hayati, kondisi sumberdaya non-hayati, dan
kondisi sosial-ekonomi-budaya Provinsi DKI Jakarta. Analisis dilakukan
dengan metoda pembobotan dan pemberian skor dilengkapi dengan teknik
tumpuk peta atau penampalan peta-peta (overlay) menurut urutan
determinasinya (decision tree).

C. Tahap Penetapan Kawasan Lindung


Tahap penetapan kawasan lindung dilakukan melalui delineasi ruang atau
kawasan dalam peta hasil penampalan berdasarkan kriteria PP Nomor 26
tahun 2008, Keppres Nomor 32 Tahun 1990 dengan beberapa penyesuaian
terhadap kondisi setempat Provinsi DKI Jakarta, yaitu :
C.1. Kawasan Sempadan Sungai
Fakta yang terjadi saat ini, sebagian masyarakat Provinsi DKI
Jakarta bermukim di daerah tepian di sepanjang sungai, yang
dinyatakan sebagai sempadan sungai. Penggunaan sempadan
sungai sebagai lokasi permukiman berkaitan kurangnya lahan
untuk bermukim dan melakukan aktivitas.
Walaupun demikian, perlindungan terhadap sempadan sungai
sebagai kawasan lindung perlu dilakukan dalam tujuan konservasi,

160
Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

yakni menghindari kerusakan badan sungai sebagai drainase alam,


sumber air bersih, sumber air baku, serta perlindungan terhadap
sedimentasi dan erosi yang menjadi beban badan sungai, muara
sungai, dan perairan laut.
Pengawasan terhadap perlindungan kawasan sempadan sungai di
daerah-daerah yang telah dimanfaatkan oleh kegiatan masyarakat
dilakukan melalui pembuatan jalan inspeksi selebar 10 -15 m.
Sedang perlindungan terhadap sempadan sungai bertanggul
diperkotaan selebar 5 m di sebelah luar sepanjang kaki.
C.2. Kawasan sekitar danau/waduk/situ
Kawasan di sekitar danau/waduk/situ acapkali juga dimanfaatkan
masyarakat sebagai daerah permukiman dengan sarana
penunjangnya. Perlindungan terhadap kawasan sekitar
danau/waduk/situ yang telah dihuni dilakukan melalui pembuatan
tanggul untuk melindungi kawasan tersebut dari bahaya erosi dan
banjir. Perlindungan terhadap sempadan danau selebar 50 -100 m
dari titik pasang tertinggi ke arah darat tetap dilaksanakan untuk
daerah-daerah di luar kawasan perumahan.
C.3. Kawasan rawan bencana alam
Daerah yang berpotensi mengalami bencana alam dihindarkan dari
kegiatan manusia, oleh karena bencana alam berpotensi
membahayakan kehidupan manusia dan lingkungannya. Bencana
lingkungan yang terjadi secara alami maupun yang disebabkan
oleh aktivitas manusia meliputi :
a. Bencana lingkungan alami, merupakan gejala alamiah seperti :
 Gerakan tanah
 Gempa bumi
 Pendangkalan sungai
 Banjir
 Abrasi pantai
 Kemunduran pantai
 Tsunami
b. Bencana lingkungan yang terjadi pada daerah tertentu akibat
kegiatan manusia yang membahayakan lingkungan yang
diakibatkan oleh sifat kepekaan lingkungannya, seperti :
 Pencemaran air tanah akibat buangan limbah.
 Gerakan tanah, pelumpuran, dan banjir akibat perambahan
hutan dan penggalian tanah.
Pengenalan dan analisis kawasan rawan bencana berdasarkan
kondisi fisik meliputi kondisi fisiologi, morfologi, geologi, tanah, pola
aliran sungai, iklim, curah hujan, dan tata cara kehidupan
masyarakat sekitar. Gerakan tanah di daerah tertentu tergantung
pada kondisi topografi dan kelerengan, sifat fisik batuan
pembentuknya, struktur geologi, iklim, dan curah hujan. Terjadinya

161
Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

gerakan tanah dapat dipicu oleh kegiatan manusia, seperti


pemotongan lereng untuk trase jalan atau perumahan.
Proses sedimentasi pada aliran sungai berlangsung sejalan dengan
aktifitas erosi di daerah hulu. Material hasil erosi setelah mencapai
muara sungai mengendap dan membentuk daratan delta, Selain
itu, sedimentasi akan mengakibatkan penyempitan lembah sungai,
sehingga mengganggu transportasi melalui sungai dan dapat
menjadi penyebab bahaya banjir. Perlindungan terhadap
sedimentasi dilakukan melalui pembuatan kantong lumpur pada
anak sungai sebelum memasuki sungai induk.
Aktifitas gelombang laut yang menghantam pesisir pantai akan
mempengaruhi bentuk pesisir dan proses litoralnya, antara lain
mengakibatkan perubahan garis pantai, seperti akresi dan abrasi.
Perlindungan terhadap pantai yang mengalami erosi atau abrasi
dilakukan melalui pembuatan tanggul penahan gelombang.
Gelombang tsunami yang mungkin terjadi akibat kejadian tektonik
di dalam laut dihindarkan melalui pengaturan fungsi kawasan yang
rawan tsunami.

D. Tahap Identifikasi Kawasan Lindung Provinsi DKI Jakarta


Penentuan kawasan lindung pada awalnya mempertimbangkan parameter fisik
untuk kemudian dipertimbangkan kembali terhadap parameter sosial-ekonomi-
budaya. Hasil akhir berbagai pertimbangan tersebut membentuk kawasan
yang didelineasi sebagai kawasan lindung.
Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh berbagai peraturan-perundangan
dan pertimbangan kondisi setempat, maka kawasan lindung yang
teridentifikasi di Provinsi DKI Jakarta meliputi kawasan berikut :
D.1. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahnya
 Daerah Peresapan Airtanah
Lokasi dan penyebaran :
1) Secara umum wilayah-wilayah yang mampu untuk meresapkan
air adalah yang dibentuk oleh batuan yang bersifat lulus air
(permeabel) seperti pasir lepas atau batu padat yang berongga/
bercelah, sehingga mampu menyalurkan air permukaan ke dalam
tanah.
2) Berdasarkan kondisi fisik batuannya, kawasan yang bersifat lulus
air adalah yang dibentuk oleh formasi Kampungbaru, dimana
batuannya berupa batu pasir kuarsa yang mengandung sisipan
lempung, serpihan tanah, kerikil, lignit, dan batubara.
3) Daerah resapan secara umum terdapat di bagian selatan wilayah
DKI Jakarta.
Fungsi perlindungan :
1) Perlindungan daerah resapan air untuk wilayah di
sekitarnya, seperti airtanah dalam, airtanah dangkal, maupun
mata air.

162
Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

2) Perlindungan kondisi morfologi dan formasi


batuan.
3) Perlindungan kelestarian sumber-sumber air.
4) Perlindungan terhadap gejala erosi dan gerakan
tanah/longsoran.
Objek yang dilindungi :
1) Morfologi dan batuan yang berfungsi sebagai
daerah resapan air.
2) Vegetasi.
3) Lahan di kawasan resapan air dan kawasan
sekitarnya.
D.2. Kawasan Perlindungan Setempat
 Sempadan Pantai
Lokasi dan penyebaran :
Sempadan pantai menempati bagian sepanjang pantai utara Jakarta
dan di pulau-pulau Kepulauan Seribu. Wilayah yang perlu dilindungi
di kawasan tersebut terutama yang berkaitan dengan kegiatan
manusia. Wilayah tersebut perlu dilindungi karena pemanfaatannya
cenderung tidak terkendali, sehingga dapat menimbulkan dampak
lingkungan, seperti abrasi air laut, kemunduran garis pantai,
pendangkalan, dan pencemaran kawasan pantai. Penyebaran
sempadan pantai meliputi wilayah Jakarta Utara.
Fungsi perlindungan :
1) Perlindungan terhadap kemungkinan kerusakan bentang alam
kawasan dan penurunan daya dukung kawasan.
2) Perlindungan terhadap perubahan garis pantai akibat perubahan
hidrooseanografis.
3) Perlindungan kualitas dan kuantitas airtanah dangkal dan
airtanah dalam.
4) Perlindungan kelestarian flora dan fauna.
5) Perlindungan kelestarian kawasan.
Objek yang dilindungi :
1) Morfologi dan litologi kawasan.
2) Keberadaan airtanah dangkal dan airtanah dalam.
3) Ekosistem kawasan.
4) Lahan budidaya yang ada di bagian dalam wilayah pantai agar
perkembangannya dapat dikendalikan dan diarahkan kepada
usaha konservasi.
 Sempadan Sungai
Lokasi dan penyebaran :

163
Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

Sempadan sungai menempati bagian tepian di sepanjang sungai,


baik yang merupakan daerah perumahan, tepi sungai yang belum
dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya. Dengan adanya kawasan
lindung di sempadan sungai menjadikan pemanfaatan sempadan
sungai terkendali.
Fungsi perlindungan :
1) Perlindungan terhadap kerusakan morfologi sungai dan alirannya
akibat erosi, sedimentasi dan banjir.
2) Perlindungan kualitas dan kuantitas air sungai dari pencemaran
limbah industri atau limbah rumah tangga.
3) Perlindungan ekosistem air sungai.
4) Perlindungan flora atau fauna sungai yang khas, langka, atau
hampir punah.
5) Pengaturan dan penataan sempadan sungai untuk penggunaan
budidaya.
Objek yang dilindungi :
1) Wilayah di sepanjang tepi sungai, kualitas, dan kuantitas air
sungai.
2) Pengarahan dan pembatasan budidaya di sepanjang tepi sungai.
3) Pengarahan pemanfaatan sumberdaya yang terdapat di
sepanjang sungai dan sempadan sungai.

 Kawasan Sekitar Danau/waduk/situ


Lokasi dan penyebaran :
Kawasan sekitar danau/waduk/situ di Provinsi DKI Jakarta seluruh
wilayah DKI Jakarta yang terdiri dari 52 buah danau/waduk/situ.
Kawasan tersebut perlu dilindungi, oleh karena sumberdaya
danau/waduk/situ relatif dimanfaatkan masyarakat, sehingga perlu
pengaturan dan pengendalian pemanfaatannya.
Fungsi perlindungan :
1) Perlindungan kondisi fisik danau dari kegiatan yang dapat
menimbulkan erosi dan sedimentasi.
2) Perlindungan flora dan fauna.
3) Perlindungan kualitas dan kuantitas air danau/waduk/situ.
4) Perlindungan terhadap perubahan ekosistem akibat pemanfaatan
sumberdaya danau/waduk/situ.
Obyek yang dilindungi :
1) Morfologi, batuan penyusun, dan air.
2) Flora, fauna, dan ekosistemnya.

164
Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

D.3. Kawasan Suaka Alam


 Cagar Alam
Lokasi dan penyebaran :
Kawasan cagar alam tersebar di wilayah Provinsi DKI Jakarta, baik di
Pulau Bokor dan Kamal Jakarta Utara.
Fungsi perlindungan :
1) Perlindungan flora dan fauna tropis Indonesia.
2) Perlindungan flora dan fauna khas, langka, atau hampir punah.
3) Perlindungan ekosistem hutan pantai dan ekosistem dasar
perairan.
4) Perlindungan iklim makro dan mikro.
5) Perlindungan kondisi fisik wilayah terhadap erosi dan gerakan
tanah longsor.
6) Perlindungan daerah resapan air.
Objek yang dilindungi :
1) Kondisi fisik morfologi, tanah, dan batuan.
2) Flora dan fauna yang khas, langka, atau hampir punah.
3) Ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem hutan pantai, dan
ekosistem dasar perairan

 Suaka Margasatwa
Lokasi dan penyebaran :
Penyebaran kawasan suaka margasatwa terdapat di Pulau Rambut
Kepulauan Seribu dan Muara Angke Jakarta Utara.
Lokasi perlindungan :
1) Perlindungan habitat dan perkembangbiakan satwa.
2) Perlindungan ekosistem terumbu karang, padang lamun, dan
biota perairan.

 Hutan Lindung
Lokasi dan penyebaran :
Hutan lindung di Provinsi DKI Jakarta, berada di wilayah Jakarta
Utara tepatnya di Kawasan Hutan Lindung Kapuk.
Sedangkan untuk di Kepulauan Seribu Kawasan Lindung dibagi
menjadi 3, yaitu:
a. Kawasan Hijau Lindung 1 meliputi Zona Inti I (Gosong Rengat)
dan Zona Inti II (Pulau Peteloran Barat, Pulau Peteloran Timur,
Pulau Penjaliran Barat, Gosong Buton, Gosong Peteloran dan

165
Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

Pulau Penjaliran Timur) dan Zona inti III (pulau Belanda dan
Pulau Kayu Angin Bira) Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.
b. Kawasan Hijau Lindung II meliputi perairan laut dan pesisir serta
pulau-pulau dalam Zona Penyangga Taman Nasional Laut
Kepulauan Seribu yang berfungsi sebagai penyangga Kawasan
Hijau Lindung I.
c. Kawasan Terbuka Hijau Lindung III terdiri dari Pulau Rambut
yang berfungsi sebagai Suaka Margasatwa dan Pulau Bokor
yang berfungsi sebagai Cagar Alam.
Fungsi perlindungan :
1) Perlindungan fungsi hidrologis tanah, yang menjamin tersedianya
airtanah dan air permukaan serta unsur-unsur hara tanah.
2) Perlindungan terhadap iklim, baik dalam skala makro maupun
mikro.
3) Perlindungan terhadap flora dan fauna.
4) Perlindungan ekosistem mangrove, terumbu karaqng dan padang
lamun.
5) Perlindungan terhadap erosi pantai.
6) Perlindungan ekosistem bagian dasar perairan dan ekosistem
tumbuhan bakau.
D.4. Kawasan Pelestarian Alam
 Taman Nasional dan Taman Wisata Alam
Lokasi dan penyebaran :
Taman nasional dan taman wisata alam berada di Kepulauan Seribu,
yaitu Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu dan Kawasan
Taman Arkeologi khususnya di Pulau Onrust, Pulau Cipir dan Pulau
Kelor.
Fungsi perlindungan :
1) Perlindungan flora dan fauna.
2) Perlindungan kualitas lingkungan di sekitarnya.
3) Perlindungan kawasan yang berpotensi untuk pengembangan
pendidikan dan pariwisata.
Obyek yang dilindungi :
1) Kondisi fisik morfologi dan batuan yang menyusun kawasan.
2) Ekosistem kawasan.
3) Situs-situs yang berada di Taman Arkeologi.
4) Flora dan fauna yang khas, langka,atau hampir punah.

D.5. Kawasan Cagar Budaya


Kawasan konservasi terhadap benda-benda alam atau buatan manusia
yang dianggap memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan

166
Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

kebudayaan. Kawasan Cagar Budaya di wilayah DKI Jakarta, terdapat di


Kawasan Condet, Kawasan Situ Babakan, Kawasan Sipitung, Kawasan
Srengseng Sawah.
Fungsi perlindungan :
1) Perlindungan lingkungan cagar budaya.
2) Perlindungan kualitas lingkungan di sekitarnya.
3) Perlindungan nilai-nilai sejarah.
D.6. Kawasan Rawan Bencana Alam
 Banjir
Lokasi dan penyebaran :
Secara umum kawasan yang berpotensi banjir terletak di Bagian
utara wilayah DKI Jakarta, serta di sepanjang tepi sungai atau di
muara sungai.
Fungsi perlindungan :
1) Perlindungan terhadap ancaman banjir.
2) Perlindungan pelabuhan.
3) Perlindungan kawasan budidaya di sekitarnya, seperti
permukiman, industri, pariwisata dan lain-lain.
 Sedimentasi
Lokasi dan penyebaran :
Kawasan berpotensi sedimentasi terletak di 13 muara Sungai di
sepanjang pantai utara Jakarta.
Fungsi perlindungan :
1) Perlindungan terhadap peningkatan kecepatan sedimentasi.
2) Perlindungan terhadap kemungkinan banjir.
3) Perlindungan daerah permukiman, pelabuhan, dan kawasan
budidaya lainnya.
4) Perlindungan ekosistem muara sungai yang khas, langka, atau
hampir punah.

167
Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

Tabel 5.24 Kawasan Lindung Di Provinsi Dki Jakarta

No. Jenis Kawasan Luas % Lokasi Fungsi Perlindungan


(Km2) Penyebaran
A Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Kawasan Dibawahnya
1. Kawasan resapan Resapan airtanah,
air mempertahankan kualitas
dan kuantitas cadangan
airtanah
B Kawasan Perlindungan Setempat
1. Sempadan pantai Pencegahan abrasi,
akresi, dan perubahan
garis pantai

2. Sempadan sungai Kualitas air, aliran sungai,


biota perairan sungai

3. Kawasan Kualitas air, biota


danau/waduk/situ perairan
danau/waduk/situ,
ekosistem
danau/waduk/situ
C Kawasan Suaka Alam
1. Cagar alam Keseimbangan ekosistem

2. Suaka margasatwa Perlindungan habitat dan


perkembangbiakan satwa
3. Kawasan hutan Konservasi tanah dan air
lindung terhadap bahaya erosi,
penurunan kesuburan
tanah dan tata airtanah
4. Kawasan suaka alam laut
a. Kawasan * Keseimbangan ekosistem
ekosistem dasar perairan dan rekreasi
perairan dan
ekosistem muara
sungai, pesisir, dan
laut
b. Kawasan gugusan * Keseimbangan ekosistem
karang pulau karang dan rekreasi
3. Kawasan pantai Perlindungan ekosistem
berhutan bakau hutan bakau, pemecah
gelombang, pencegahan
abrasi dan akresi,
pencegahan intrusi air
laut, mempertahankan

168
Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

No. Jenis Kawasan Luas % Lokasi Fungsi Perlindungan


(Km2) Penyebaran
mudflat
D Kawasan Pelestarian Alam
1. Taman nasional, Taman Keseimbangan ekosistem
dan taman wisata Nasional dan rekreasi
alam Kepulauan
Seribu
E Kawasan Cagar Budaya
1. Kawasan cagar Penelitian
budaya dan ilmu
pengetahuan
D Kawasan Rawan Bencana
1. Banjir Perlindungan
permukiman
2. Sedimentasi * Perlindungan
permukiman dan
pelabuhan
Jumlah *

Keterangan : * = Berada di kawasan perairan laut

5.2.1.6. Tahap Penetapan Kawasan Lindung Provinsi DKI Jakarta


Berdasarkan hasil identifikasi kawasan lindung, dijumpai bahwasanya
beberapa kawasan lindung berada di wilayah penguasaan atau kegiatan
budidaya, seperti wilayah barat DKI Jakarta dan Taman nasional laut
Kepulauan Seribu. Tumpang tindih antara kegiatan budidaya di kawasan
lindung perlu dipertimbangkan dalam perencanaan penggunaan lahan.
Sesuai dengan fungsi kawasan lindung bagi suatu wilayah, maka keberadaan
kawasan lindung perlu senantiasa dipertahankan dan fungsi perlindungan
dilestarikan.
Penetapan kawasan lindung di Provinsi DKI Jakarta secara optimal
mempertimbangkan faktor-faktor berikut :
a. Fungsi perlindungan dan obyek yang dilindungi.
b. Potensi sumberdaya dan faktor kendala.
c. Luas lahan yang ada dan yang dicadangkan.
d. Tingkat kepentingan atau prioritas pemanfaatan lahan.
e. Jangka waktu/usia pemanfaatan lahan.
f. Pemanfaatan lahan secara bersama-sama dan saling mendukung.
g. Kesinambungan dan keselarasan dalam pemanfaatan lahan.

BAB 5......................................................................................................................................5-149

169
Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

5.1. ASD.............................................................................................................5-149
5.2. Rencana Pola Ruang....................................................................................5-150
5.2.1. Kawasan Lindung................................................................................5-156
5.2.1.1. Batasan dan Pengertian..........................................................5-156
5.2.1.2. Dasar Pemikiran Penetapan Kawasan Lindung..................5-156
5.2.1.3. Kepentingan Penetapan Kawasan Lindung.........................5-157
5.2.1.4. Pertimbangan Dan Kriteria Penetapan Kawasan Lindung.5-157
A. Dasar Hukum Penetapan Kawasan Lindung.......................................5-157
B. Kriteria Dalam Penentuan Kawasan Lindung.....................................5-158
5.2.1.5. Penetapan Kawasan Lindung Di Provinsi DKI Jakarta.......5-160
A. Tahap Analisis Data Dasar..................................................................5-160
B. Tahap Analisis Keruangan...................................................................5-160
C. Tahap Penetapan Kawasan Lindung....................................................5-160
D. Tahap Identifikasi Kawasan Lindung Provinsi DKI Jakarta...............5-162
5.2.1.6. Tahap Penetapan Kawasan Lindung Provinsi DKI Jakarta.....5-
169

Tabel 5.1Tabel 5.2Tabel 5.3Tabel 5.4Tabel 5.5Tabel 5.6Tabel 5.7Tabel 5.8Tabel


5.9Tabel 5.10Tabel 5.11Tabel 5.12Tabel 5.13Tabel 5.14Tabel 5.15Tabel 5.16Tabel
5.17Tabel 5.18Tabel 5.19Tabel 5.20........................................................................5-149
Tabel 5.21 Usulan Pola Ruang RTRW DKI Jakarta Tahun 2010-2030.....................5-151
Tabel 5.22 Jenis Kawasan Dan Kriteria Kawasan Lindung.......................................5-157
Tabel 5.23 Faktor-Faktor Penetapan Hutan Lindung.................................................5-159
Tabel 5.24 Kawasan Lindung Di Provinsi Dki Jakarta..............................................5-168

170
Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

171

Anda mungkin juga menyukai