(REFERAT)
Oleh :
Pembimbing :
dr. Pherena, Sp.Rad
RADIOLOGI
Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Indonesia
Periode 1 september 2014 4 oktober 2014
JAKARTA 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan
referat
radiologi
yang
bejudul
TUMOR
KOLON.
Saya
mengucapkan
terimakasih
kepada
dosen
Jakarta, September
2014
Penulis
Dian Ajeng Trianty
TUMOR KOLON
I.
DEFINISI
Tumor kolon dibagi menjadi dua secara garis besarnya tumor jinak
dan tumor ganas . Tumor jinak adalah pertumbuhan non-kanker yang tidak
menyebar pada bagian tubuh dan biasanya tidak membahayakan tubuh. Polip
kolorektal adalah tumor jinak yang paling umum terjadi di kolon.
Karsinoma kolon merupakan keganasan yang mengenai selsel epitel di mukosa kolon. Dasar penting dari keganasan kolon ini
adalah proses perubahan secara genetik pada sel-sel epitel di mukosa
kolon yang timbul akibat beberapa hal, antara lain dietetik, kelainan di
kolon sebelumnya dan faktor herediter
Tumor Jinak :
a. Polip colorectal
Polip kolorektal terjadi pada usia diatas umur 40 tahun sering
muncul benjolan pada jaringan yang disebut polip yang tumbuh dari
dinding dalam ( mukosa ) dari kolon dan rektum. Polip terlihat seperti
jamur dengan kepala dan kepala. Polip bisa juga berbentuk datar dan
tumbuh di permukaan dalam dinding pada colon atau rektum.
Ada beberapa bentuk dari polip :
II.
Inflammatory polyps
Hamartomas
Polip juvenile
Hyperplastic polyps
III.
EPIDEMIOLOGI
Karsinoma kolon adalah penyebab kematian kedua akibat karsinoma.
Kemungkinan mengidapnya adalah 1 dalam 17. Insidennya berkurang 2
peratus setahun sejak 1985 hingga 1995 tetapi baru-baru ini peratusannya
meningkat kembali. Ini menunjukkan keberhasilan deteksi awal melalui
program skrining.
Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon, kira-kira pada bagian :
Secara makroskopis terdapat tiga tipe karsinoma kolon dan rektum, yaitu
Pada tipe ini tumor tumbuh menonjol ke dalam lumen usus, berbentuk
bunga kol dan ditemukan terutama di sekum dan kolon ascendens.
Tahap ulserasi
Pada tipe ini terjadi karena nekrosis di bagian sentral dan terletak di daerah
rektum. Pada tahap lanjut, sebagian besar tumor kolon akan mengalami
ulcerasi menjadi tukak yang maligna.
V.
ANATOMI
METASTASIS
Metastase ke kelenjar limfa regional ditemukan pada 40-70% kasus
pada saat direseksi. Invasi ke pembuluh darah vena ditemukan pada lebih
60% kasus. Metastase sering ke hepar, cavum peritoneum, paru-paru,
diikuti kelenjar adrenal, ovarium dan tulang. Metastase ke otak sangat
jarang, dikarenakan jalur limfatik dan vena dari rektum menuju vena cava
inferior, maka metastase karsinoma rektum lebih sering muncul pertama
kali di paru-paru. Berbeda dengan kolon dimana jalur limfatik dan vena
menuju vena porta, maka metastase karsinoma kolon pertama kali paling
sering di hepar
VII.
KLASIFIKASI TUMOR
Derajat keganasan karsinoma kolon dan rektum dibagi berdasarkan
gambaran
histologik
menurut
M Metastasis jauh
Mx - Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 - tidak ada metastasis jauh
M1 - terdapat metastasis jauh
VIII.
GEJALA KLINIS
Pasien
memberikan
(C h a n g e
dengan
karsinoma
keluhan berupa
of
bowel
kolorektal
gangguan
h a b i t ),
umu mn ya
proses
berupa
defekasi
konstipasi
atau
tanpa
sebab
yang
jelas,dan
badan. Adanya
suatu
massa
yang
dapat
penurunan
berat
teraba
dalam
perut
tergantung
dari
bentuk
klinik
karsinoma
kolon
kolik,
sedangkan
(schirrhus) t u m b u h l o n g i t u d i n a l
bentuk
sesuai
infiltratif
sumbu
panjang
d i n d i n g r e k t a l d a n b e n t u k u l s e r a t i f menyebabkan ulkus ke
dalam
dinding
lumen.Karsinoma
yang
terletak
di
kolon
asenden
IX.
Diagnosis
Diagnosis karsinoma kolon ditegakkan melalui anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
laboratoris, radiologis, kolonoskopi, dan histopatologis.
A. Anamnesis
Hal
ini
disebabkan
karena
darah
yang
fisik
mungkin
tidak
banyak
menolong
dalam
menegakkan diagnosis.T u mor kecil pada tahap dini tidak teraba pada
palpasi abdomen, bila teraba menunjukkan keadaan yang sudah lanjut. Bila
tumor sudah metastasis ke hepar akan teraba hepar yang noduler dengan
bagian yang keras dan yang kenyal. Asites biasa didapatkan jika tumor
sudah metastasis ke peritoneal. Perabaan limfonodi inguinal, iliaka,
dan supraklavikular penting untuk mengetahui ada atau tidaknya metastasis
ke limfonodi tersebut. Pada pasien yang diduga menderita karsinoma
kolorektal harus dilakukan rectal toucher. B i l a l e t a k t u m o r a d a
d i r e k t u m a t a u r e k t o s i g m o i d , a k a n teraba massa maligna
(keras dan berbenjol-benjol dengan striktura) di rektum atau
rektosigmoid teraba keras dan kenyal. Biasanya pada sarung
tangan akan terdapat lendir dan darah.
C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium tidak dapat menentukan diagnosis. Walau
demikian, setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa kadar
hemoglobin.Pemeriksaan radiologis yang dapat dikerjakan berupa foto polos
dapat
dibuktikan
dengan
pemeriksaan laboratorium
Kekurangan
Kekurangan yang umum pada pemeriksaan USG disebabkan
karena USG tidak mampu menembus bagian tertentu badan. Tujuh puluh
persen gelombang suara yang mengenai tulang akan dipantulkan, sedang
pada perbatasan rongga-rongga yang mengandung gas 99% dipantulkan.
Dengan demikian pemeriksaan USG paru dan tulang pelvis belum dapat
dilakukan. Dan diperkirakan 25% pemeriksaan di abdomen diperoleh hasil
yang kurang memuaskan karena gas dalam usus. Penderita gemuk agak
sulit, karena lemak yang banyak akan memantulkan gelombang suara yang
sangat kuat.
Pemakaian Klinis
USG digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dalam
berbagai kelainan organ tubuh. USG digunakan antara lain menemukan
dan menentukan letak massa dalam rongga perut dan pelvis. membedakan
kista dengan massa yang solid. mempelajari pergerakan organ (jantung,
aorta, vena kafa), maupun pergerakan janin dan jantungnya. Pengukuran
dan penetuan volum. Pengukuran aneurisma arterial, fetalsefalometri,
menentukan kedalaman dan letak suatu massa untuk bioksi. Menentukan
volum massa ataupun organ tubuh tertentu (misalnya buli-buli, ginjal,
kandung empedu, ovarium, uterus, dan lain-lain). Bioksi jarum terpimpin.
Arah dan gerakan jarum menuju sasaran dapat dimonitor pada layar USG.
Menentukan perencanaan dalam suatu radioterapi. Berdasarkan besar
tumor dan posisinya, dosis radioterapi dapat dihitung dengan cepat. Selain
itu setelah radioterapi, besar dan posisi tumor dapat pula diikuti.
pemotretan
dalam
posisi
supine
dan
prone
dengan
2. Gunting klem
3. Spuit 20cc
4. Jelly
5. Spuit cateter
6. Handscone
7. Bahan Kontras dan gelas
Persiapan pasien :
1. Petugas radiologi menjelaskan tentang yg akan diperiksa ke pasien.
2. Petugas radiologi meminta ke pasien mengganti pakaian dgn pakaian yg
telah disiapkan / baju pasien.
3. Pasien diminta naik ke atas meja pemeriksaan.
Dengan memakai CT Scan dual slice saja kita bisa menghasilkan
gambaran CT Colon dengan baik, apalagi apabila kita pakai CT multi slice ,
pasti gambarannya akan jauh lebih baik , sebab resolusinya akan semakin
halus. Keuntungan pemeriksaan ini adalah mengurangi radiasi yang diterima
pekerja radiasi. Dapat memperlihatkan struktur Colon baik lapisan luar
maupun lapisan dalamnya. Kita bisa melihat gambaran Colonoskopi tanpa
menunggu dokter ahli Penyakit dalam untuk melakukannya. Kelemahannya
kita tak bisa mengambil cuplikan bahan yang akan diperiksa dilaboratorium,
apabila ada hal-hal yang mencurigakan. Kerugiankerugiannya adalah boleh
dikatakan tidak ada.
CT telah menjadi standar untuk gambar modalitas abdomen pada
pasien dengan karsinoma kolorektal.CT scan dapat mengevaluasi
abdominal cavity dari pasien kanker kolon pre operatif. CT
scanbisa mendeteksi metastase ke hepar, kelenjar adrenal, ovarium, kelenjar
limfa dan organ lainnyadi pelvis. CT scan sangat berguna untuk
mendeteksi rekurensi pada pasien dengan nilai CEA yang meningkat
setelah pembedahan kanker kolon. Sensitifitas CT scan mencapai 55%. CT
scan memegang peranan penting pada pasien dengan kanker kolon dalam
menentukan stage dari lesi sebelum tindakan operasi. Pelvic CT scan dapat
intraperitoneal.
Nilai Normal :
Barium akan mengisi colon secara rata dan menunjukkan contour, patency
(bebas terbuka) dan posisi bowel yang normal.
INDIKASI :
1.
2.
3.
4.
Melena
5.
KONTRA INDIKASI :
1.
Absolute
-
toxic megacolon
2.
Relatif
-
KOMPLIKASI :
1.
Perforasi usus
2.
Extraluminasi ke venous
3.
Water intoxication
4.
Intramural barium
5.
Cardiac arithmia
6.
Transient bactericemia
7.
Persiapan Pemeriksaan
Persiapan Pasien
Prosedur
1. Catat tanda-tanda vital pasien, tekanan darah, denyut nadi dan hasil
laboratorium bila ada.
2. Dilakukan plain foto Abdomen polos/ BNO Pendahuluan, menggunakan
kaset ukuran 30 x 40 cm, bila pasien berukuran besar menggunakan kaset
ukuran 43 x 35 cm. Teknik Foto Plain Abdomen polos/ BNO Pendahuluan
3. Posisi Pasien Supine diatas meja pemeriksaan, kedua lengan disamping
tubuh, kaki lurus dengan lutul sedikit fleksi untuk mobilisasi.
4. Posisi objek Mid Sagital Plane pada pertengahan meja, batas atas
processus xyphoideus dan batas bawah sympisis pubis. 6.2.3. Central Ray:
Vertical, Center point : umbilikus, FFD : 90 cm Kv : 70 , MAS. 6.2.4.
Eksposi: sekspirasi dan tahan nafas supaya abdomen lebih tipis, diafragma
keatas sehingga abdomen terlihat jelas.
5. Siapkan media kontras barium sulfat yang dicampur dengan air dengan
perbandingan 1:8.
6. Masukkan ke tabung irigator yang telah tersambung dengan selang
irigator. Letakkan pada ketinggian 1 meter dari tempat tidur pasien.
7. 6.5. Masukkan kanula yang telah diolesi vaselin ke anus pasien, diklem
dengan gunting klem. 6.6. Buka gunting klem sehingga barium masuk ke
colon sigmoid (5 menit). Tutup gunting klem pada selang irigator.
Lakukan pemotretan dengan kaset 24 x 30 cm.
8. Buka kembali klem alirkan barium kira-kira sampai mengisi rectum ( 10
menit). Lakukan pemotretan AP dengan menggunakan kaset 30 x 40 cm.
Kemudian dilanjutkan dengan pemotretan posisi obliq kanan dan kiri
dengan menggunakan kaset 30 x 40 cm.
9. Pasien dipersilahkan BAB.
10. Setelah itu dimasukkan media kontras negatif melalui anus pasien dengan
spuit. (double kontras). Kemudian dilakukan pemotretan dengan posisi AP.
11. Pemeriksaan Colon in loop selesai. Pasien diantar keluar ruang
pemeriksaan.
12. Kelebihan dalam menegakan diagnosa pemeriksaan usus besar / colon in
loop bahwa radiolog dapat memonitor secara real time. Pergerakan
Setelah Pemeriksaan
Perawatan Langsung Setelah Pemeriksaan :
Jika X-ray lebih lanjut tidak dimintakan , maka penderita dapat kembali
makan secara normal.
Minum banyak cairan karena pemeriksaan dapat menyebabkan
dehydrasi.
Aktivitas Setelah Pemeriksaan :
Kotoran penderita akan berwarna keputihan hingga 24 72 jam ( 1 3
hari ).
Teknik Pemasukan Media Kontras
1.
Kontras
dimasukkan
ke
kolon
sigmoid,
desenden,
2.
2.
1.
2.
2. Tahap pelapisan
3. Tahap pengosongan
4. Tahap pengembangan
5. Tahap pemotretan
aman,
5. Kolonoskopi
Kolonoskopi dianjurkan untuk memeriksa pasien lebih dari 50 tahun
rata-rata berusia risiko karsinoma kolon atau polip kolon. Karsinoma usus
jarang tidak dapat dideteksi pada kolonoskopi karena ia cenderung lebih besar
daripada adenomatosa
polip.
Kolonoskopi
adalah
tes
yang
sangat
adalah sekitar 12% lebih akurat daripada udara kontras barium enema,
terutama dalam mendeteksi lesi kecil seperti adenomas. Pemeriksaan
ini paling akurat dan sangat efektif.
kolonoskopi
dapat
mengidentifikasi
dan
melakukan
c. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi melalui biopsi merupakan diagnosis pasti
dari karsinoma. Klinisi harus mereview penemuan hasil pemeriksaan ini untuk
mengkonfirmasi diagnosis dan dapat segera memberikan terapi yang tepat.
Dalam kedokteran onkologi, ini merupakan prinsip dasar dalam menegakkan
diagnosis keganasan.
Perbandingan konventional dan double kontras barium enema
Pemeriksaan dengan enema dapat memberikan gambaran lesi dengan ukuran 1
cm dengan full column barium enema , dan lesi sekecil 0,5 cm untuk double
contrast .
Perbandingan colonoskopi dan rontgenography untuk deteksi polypoid
lesion dari colon : pada studi radiologi study tidak dapat mendeteksi 54%
polip yang berukuran 0,9cm . Untuk lesi yang lebih besar lebih dari atau sama
dengan 1 cm 15% untuk radiologi dan 12% untuk endoskopi.
X.
PENATALAKSANAAN
Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif adalah tindakan bedah.
Tujuan utama tindakan bedah adalah memperlancar saluran cerna baik bersifat
kuratif maupun non kuratif dengan mengangkat karsinoma dan kemudian
memulihkan kesinambungan usus. Kemoterapi dan radiasi bersifat paliatif dan
tidak memberikan manfaat kuratif. Tindakan bedah terdiri dari reseksi luas
karsinoma primer dan kelenjar limfe regional. Bila sudah terjadi metastase
jauh, tumor primer akan direseksi juga dengan maksud mencegah obstruksi,
perdarahan, anemia, inkontinensia, fistel dan nyeri.
1. Terapi primer
PROGNOSIS
Prognosis tergantung dari ada atau tidaknya metastasis jauh, yaitu
klasifikasi penyebaran tumor dan tingkat keganasan sel tumor. Bila disertai
dengan diferensiasi sel tumor buruk, prognosisnya sangat buruk.
DAFTAR PUSTAKA
1. 1.Karsinoma
kolon.
Available
from http://web.squ.edu.om/med-
Lib/MED_CD/E_CDs/Cancer%20of%20the%20Lower%20Gastrointinal
%20Tract/DOCS/Ch7.pdf.
2. National Cancer Institute U.S National Intitute of Health (2009)
Cancer colon treatment. Available from www.cancer.org
3. De jong W, Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Penyakit Bedah Edisi 2: Bab
35 Usus Halus, Apendiks, Kolon, dan Rektum.Jakarta: EGC. 2005.
4. Halpert, RD. Gastrointestinal Imaging 3rd ed: Chapter 7 Colon and
Rectum. Philadelphia: Mosby Elsevier. 2006. 261-300.
5. Deteksi dini , diagnose dan penatalaksanaan karsinoma kolon. Available
fromhttp://repository.unand.ac.id/12202/1/Deteksi_Dini,_Diagnosa_dan_P
enatalaksanaan_Karsinoma_Kolon_dan_Kerektum.pdf
6. Zieve,
D.
(2009) Colon
cancer.
Available
fromwww.nlm.nih.gov/medlineplus/colorectalcancer.html. 7. Keuntungan
kolonoskopi
dengan
barium
enema.
Available
from http://books.google.com/books?
id=GTqUHHF4A6oC&pg=PA91&lpg=PA91&dq=kelebihan+kolonoskopi
&source=bl&ots=rqG8SF8GG4&sig=kXhFVJNRwKMsvciNcW9YwdIk
UNY&hl=en&ei=lxcbTv2QKMzHrQfo0tnPAQ&sa=X&oi=book_result&
ct=result&resnum=4&ved=0CDAQ6AEwAw#v=onepage&q=kelebihan
%20kolonoskopi&f=false
7. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik Edisi 2: Traktus Digestivus dan
Biliaris. Jakarta: EGC. 2005. 256-268
8. Colorectal Cancer Center of Cedars-Sinai Hospital (2010) Treatments for
Sigmoid Colon Cancer . Available fromwww.csmc.edu/6408.html.