Judul
II. Tujuan
Tanggal
III. Dasar teori
murah
tidak beracun
tidak korosif
konsentrasi larutan ekstrak makin lama makin rendah dan jumlah total pelarut
yang dibutuhkan menjadi besar.
Efisien ekstraksi juga dapat menggunakan proses aliran yang
berlawanan. Bahan-bahan ekstraksi mula-mula dikontakkan dengan pelarut
yang sudah mengandung ekstrak (larutan ekstrak) dan pada tahap akhir proses
dikontakkan dengan pelarut yang segar. Metode ini, pelarut dapat dihemat dan
konsentrasi larutan ekstrak yang lebih tinggi dapat diperoleh.
Permukaan, yaitu bidang antar muka untuk perpindahan massa antara
bahan ekstraksi dengan pelarut harus besar pada ekstraksi padat-cair. Hal
tersebut harus dicapai dengan memperkeccil ukuran bahan ekstraksi, dan pada
ekstraksi cair-cair dengan mencerai-beraikan salah satu cairan menjadi tetestetes.
Tahanan yang menghambat pelarut ekstrak seharusnya bernilai kecil.
Tahanan tersebut terutama tergantung pada ukuran dan sifat partikel dari
bahan ekstraksi. Semakin kecil partikel ini, semakin pendek jalan yang harus
ditempuh pada perpindahan massa dengan cara difusi, sehingga rendah
tekanannya.
Suhu. Semakin tinggi suhu, semakin kecil viskositas fasa cair dan
semakin besar kelarutan ekstrak dalam pelarut. Selain itu, kecenderungan
pembentukan emulsi berkurang pada suhu tinggi.
pemisahan per satuan waktu dalam hal ini semakin besar jika permukaan
lapisan antar fasa semakin luas.
merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan
distribusi atau koefisien distribusi.
atau
..(1)
2.
3.
zat terlarut tidak bereaksi dengan salah satu pelarut atau reaksireaksi lain.
Lapisan bawah
dipisahkan
Dipindahkan ked lm Erlenmeyer
+ 2mL H2SO4 2M + 3 tetes lar. Kanji 0,2%
Dititrasi dgn larutan Na2S2O3 0,01M sampai
warna biru tepat hilang
Diulangi sebanyak 3 kali
Warna biru tepat hilang + volume Na2S2O3
No.
1.
Alur Kerja
Pembuatan sampel
10 mL larutan iod 0,1M
Diencerkan dgn air pada labu ukur 100mL
Larutan sampel
Hasil Pengamatan
- Larutan iod berwarna coklat
kemerahan
- sesudah diencerkan larutan
berwarna coklat kemerahan
Dugaan /Reaksi
3 aspek didalam proses ekstraksi :
a. distribusi zat terlarut di dalam
pelarut
b. interaksi kimia didalam fasa air
(disosiasi, pembentukan
kompleks)
c. interaksi kimia didalam fasa
organic; asosiasi (dimer, polimer)
Kesimpulan
Hasil KDyang
diperoleh yakni 9,20
2.
dimana KD =
3.
Proses ektraasi
Proses ekstraksi
Larutan sampel
Dipipet 10mL dgn pipet gondok
Dipindahkan ke dalam corong pisah
+ 5mL kloroform
Dikocok dgn sesekali membuka kran corong
pisah
Setelah dikocok beberapa kali, diamkan
sampai kedua lapisan terpisah dgn baik
Lapisan atas
Lapisan bawah
dipisahkan
Dipindahkan ked lm Erlenmeyer
+ 2mL H2SO4 2M + 3 tetes lar. Kanji 0,2%
Dititrasi dgn larutan Na2S2O3 0,01M sampai
warna biru tepat hilang
Diulangi sebanyak 3 kali
Warna biru tepat hilang + volume Na2S2O3
- Sebelum=
H2SO4 2M=TB, ehcl3=TB,
Larutan kanji= TB,
Na2S2O3=TB
- Sesudah =
Terbentuk 2lapisan
Lapisan atas = air (kuning
kecolokan)
Lapisan bawah = CHCl3 (ungu)
- Lapisan atas = (iod dalam fasa air)
+ H2SO4 2M = kuning kecoklatan
- Iod dalam fasa ai + H2SO4 + lar.
Kanji = coklat kehitaman
- Analit dititrasi dgn Na2S2O3 =
jernih (warna biru tepat hilang)
- V1= 2,7ml
- V2= 3mL
- V3 = 3,3mL
I2 + 2S2O32-2I-+ S4O2-
VIII. PEMBAHASAN
1. Pembuatan Sampel
Pada tahap pertama dari percobaan Koefisien Distribusi Iod ini yakni
pembuatan sampel. Sebelum diencerkan larutan iod coklat kemerahan,
Sedangkan setelah diencerkan larutan iod berwarna coklat kemerahan. Fungsi
dari pengenceran ini agar ketika dilakukan titrasi, titran yang dibutuhkan tidak
terlalu banyak karena konsentrasi dari larutan iod sendiri pun berkurang.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
I2 (l) + H2O (aq) I2 (aq)
Dimana, pada lapisan bawah yakni lapisan io dalam fasa organik berwarna
ungu dan pada lapisan atas yakni lapisan iod pada fasa air yang berwarna
kuning kecoklatan. Setelah lapisan terpisah dengan sempurna, kran pada
corong pemisah dibuka dan lapisan organik ditampung dalam gelas kimia
dengan hati-hati agar tidak bercampur dengan lapisan air. Selanjutnya lapisan
atas yakni larutan iod pada fasa air ditambahkan dengan H 2SO4 yang berfungsi
untuk mengasamkan larutan. Selanjutnya yakni menambahkan larutan kanji
(tidak berwarna), menghasilkan larutan berwarna cokal kehitaman. Perubahan
warna menjadi coklat kehitaman menunjukkan bahwa larutan tersebut
mengandung iod. Larutan kanji disini berfungsi sebagai indikator untuk
menentukan perubahan warna yang terjadi ketika analit dititrasi menggunakan
titran berupa Na2S2O3. Dengan penambahan kanji dilakukan sebelum titrasi
agar titran yang dibutuhkan ketika titrasi tidak terlalu banyak. Kemudian analit
dititrasi dengan Na2S2O3 dan menghasilkan larutan jernih (warna biru tepat
hilang) , warna biru tepat hilang menunjukkan bahwasannya pada larutan
tersebut telah tercapai titik ekuivalen, dimana antara mmol eq analit = mmol eq
titran. Atau bisa juga digunaka persamaan mmol eq I2=mmol eq Na2S2O3.
Proses titrasi ini dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Dan diperoleh dengan
volume titran yakni sebesar V1=2,7 mL, V2=3 mL, V3=3,3 mL. Sehingga
diperoleh mmol rata-rata awal dari I2 yakni 0,015 mmol.
Dengan reaksi sebagai berikut:
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62-
IX. DISKUSI
Dari percobaan yang telah kami lakukan, diperoleh harga KD Yakni sebesar
9,20. Hal tersebut dikarenakan ekstraski yang kami lakukan hanya ekstraksi satu
kali. Selain itu, pada corong pemisah, terjadi kebocoran pada kran. Sehingga
membuat larutan iod pada fasa air keluar. Yang berpengaruh terhadap proses titrasi
yang membutuhkan volume titran lebih banyak dari yang lain. Selain itu, karena
kocokan yang kurang kuat sehingga menyebabkan fasa organik tidak dapat
bercampur dengan baik terhadap fasa air. Sehingga menyebabkan adana larutan
iod pada fasa air yang tidak tertitrasi
X. KESIMPULAN
Dengan mengekstraksi iod yang ada dalam fasa air ke dalam pelarut
kloroform. Kemudian larutan iod pada fasa air dititrasi dengan Na 2S2O3 0,01 M
maka dapat ditentukan mmol iod mula mula sebesar 0,084 mmol, dan mmol iod
dalam fasa air sebesar 0,015 mmol, sehingga dapat dicari mmol iodin yang
terdistribusi dalam fasa organik, sebesar 0,069 mmol, sehingga dapat dihitung K D
iod yaitu sebesar 9,20.
XI. DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN FOTO
1. Pembuatan Sampel
`
Larutan I2 diencerkan
berwarna coklat kemerahan
Larutan I2 diambil 10
mL.menggunakan pipet gondok
Larutan I2 ditambahkan
dengan H2SO4 berwarna
coklat kemerahan
Larutan I2 ditambahkan
dengan lart.kanji berwarna
coklat kehitaman
3. Proses Ekstraksi
LAMPIRAN
PERHITUNGAN KOEFISIEN DISTRIBUSI IOD
Larutan Standar
I2 + 2e 2I2S2O32 S4O62- + 2eI2 + 2S2O32- 2I- + S4O62-
2. Setelah diekstraksi
a. Titrasi I
V Na2S2O3 = 2,7 mL
mmoleq I2 = mmoleq S2O32mmol I2 = V Na2S2O3 x N S2O322 eq. mmol I2 = 2,7 mL x 0,01 mmoleq/mL
mmol I2 = 0,027/2 mmol
mmol I2 = 0,0135 mmol
b. Titrasi II
V Na2S2O3 = 3 mL
mmoleq I2 = mmoleq S2O32mmol I2 = V Na2S2O3 x N S2O322 eq. mmol I2 = 3 mL x 0,01 mmoleq/mL
mmol I2 = 0,03/2 mmol
KD = [I2]a
[I2]o
= 0,0138 M
0,0015M
= 9,20