Anda di halaman 1dari 24

I.

Judul
II. Tujuan
Tanggal
III. Dasar teori

: Koefisien Distribusi Iod


: 1. Mengekstrak iod dalam pelarut organik
2. Menghitung harga Kd dari iod
: 27 Maret 2013, Pukul 08.00-12.00
:

Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu


padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar
kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran.
Pada proses ekstraksi tidak terjadi pemisahan segera dari bahan-bahan yang
akan diperoleh (ekstrak), melainkan mula-mula hanya terjadi pengumpulan
ekstrak (dalam pelarut). Suatu proses ekstraksi biasanya melibatkan tahaptahap seperti : mencanpur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya
saling kontak. Dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi
pada bidang antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian terjadi
ekstraksi yang sebenarnya, yaitu pelarut ekstrak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut dalam proses ekstraksi :
1. Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan
komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Pada ekstraksi bahanbahan alami, sering terjadi bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut
dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu
larutan ekstrak tercemar, larutan ekstrak tersebut harus dibersihkan,
misalnya diekstrak lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
2. Kelarutan
Pelarut hendaknya memilikinya kemampuan melarutkan ekstrak yang
besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).
3. Kemampuan tidak saling tercampur
Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh larut dalam bahan ekstraksi.
4. Kerapatan
Untuk ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan
yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar
kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran
(pemisahan dengan gaya berat).
5. Reaktivitas

Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia


pada komponen-komponen bahan ekstraksi. Seringkali ekstraksi juga
disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan
mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
6. Titik didih
Pemisahan ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara
penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka kedua bahan itu tidak boleh
terlalu dekat dan keduanya tidak membentuk aseotrop.
Faktor-faktor yang lain :
-

murah

tersedia dalam jumlah besar

tidak beracun

tidak dapat terbakar

tidak eksplosif bila bercampur dengan udara

tidak korosif

tidak menyebabkan terbentuknya emulsi

stabil secara kimia dan termis

Setiap proses ekstraksi harus dicari pelarut yang paling sesuai.


Beberapa pelarut yang penting adalah air, asam-asam organik dan anorganik,
hidrokarbon jenuh, toluene, karbon disulfit, eter, aseton, hidrokarbon yang
mengandung klor, isopropanol, etanol.
Dengan satu tahap ekstraksi tunggal, yaitu mencampur bahan
ekstraksi dengan pelarut satu kali, umumnya tidak seluruh ekstrak terlarutkan.
Hal ini disebabkan adanya kesetimbangan antara ekstrak yang terlarut dan
ekstrak yang masih tertinggal dalam bahan ekstraksi (hukum distribusi).
Pelarutan lebih lanjut hanya mungkin dengan cara memisahkan larutan ekstrak
dari bahan ekstraksi dan mencampur bahan ekstraksi tersebut dengan pelarut
baru. Proses ini dilakukan berulang-ulang hingga derajat ekstraksi yang
diharapkan tercapai.
Ekstraksi akan lebih efisien jika dilakukan dalam jumlah tahap yang
banyak. Setiap tahap menggunakan pelarut yang sedikit. Kerugiannya adalah

konsentrasi larutan ekstrak makin lama makin rendah dan jumlah total pelarut
yang dibutuhkan menjadi besar.
Efisien ekstraksi juga dapat menggunakan proses aliran yang
berlawanan. Bahan-bahan ekstraksi mula-mula dikontakkan dengan pelarut
yang sudah mengandung ekstrak (larutan ekstrak) dan pada tahap akhir proses
dikontakkan dengan pelarut yang segar. Metode ini, pelarut dapat dihemat dan
konsentrasi larutan ekstrak yang lebih tinggi dapat diperoleh.
Permukaan, yaitu bidang antar muka untuk perpindahan massa antara
bahan ekstraksi dengan pelarut harus besar pada ekstraksi padat-cair. Hal
tersebut harus dicapai dengan memperkeccil ukuran bahan ekstraksi, dan pada
ekstraksi cair-cair dengan mencerai-beraikan salah satu cairan menjadi tetestetes.
Tahanan yang menghambat pelarut ekstrak seharusnya bernilai kecil.
Tahanan tersebut terutama tergantung pada ukuran dan sifat partikel dari
bahan ekstraksi. Semakin kecil partikel ini, semakin pendek jalan yang harus
ditempuh pada perpindahan massa dengan cara difusi, sehingga rendah
tekanannya.
Suhu. Semakin tinggi suhu, semakin kecil viskositas fasa cair dan
semakin besar kelarutan ekstrak dalam pelarut. Selain itu, kecenderungan
pembentukan emulsi berkurang pada suhu tinggi.

Ekstraksi padat cair


Pada ekstraksi padat cair, satu atau beberapa komponen yang dapat
larut dipisahkan dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Proses ini
digunakan secara teknis dalam skala besar dibidang industri bahan alam.
Proses ekstraksi padat cair merupakan ekstraksi yang digabungkan
dengan reaksi kimia. Dalam hal ini ekstrak, dengan bantuan suatu asam
anorganik misalnya, dikonversikan terlebih dahulu ke dalam bentuk yang
larut.
Pada ekstraksi, yaitu ketika bahan ekstraksi dicampur dengan
pelarut, maka pelarut, maka pelarut menembus kapiler-kapiler dalam bahan
padat dan melarutkan ekstrak. Larutan ekstrak dengan konsentrasi tinggi
terbentuk dibagian dalam bahan ekstrak. Untuk memperoleh efisiensi yang
tinggi pada tiap tahap ekstraksi, perlu diusahakan agar kuantitas cairan yang
tertinggal sekecil mungkin.

Untuk mencapai kecepatan ekstraksi yang tinggi pada ekstraksi padat


cair, syarat-syarat yang harus dipenuhi.
1. memperluas permukaan tahan
Karena perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara fasa
padat dan fasa cair, maka bahan itu perlu sekali memiliki permukaan yang
seluas mungkin. Ini dapat dicapai dengan memperkecil ukuran bahan
ekstraksi.
2. kecepatan alir pelarut
kecepatan alir pelarut sedapat mungkin besar dibanding dengan laju alir
bahan ekstraksi, agar ekstrak yang terlarut dapat segera diangkut keluar
dari permukaan padat.
3. suhu
suhu yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan ekstrak
lebih besar) pada umumnya menguntungkan kerja ekstraksi.

Ekstraksi cair cair


Pada ekstraksi cair cair, suatu komponen bahan atau lebih dari
suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini misalnya untuk
memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan penyedap, produk-produk
minyak bumi, dan garam-garam logam. Ekstraksi cair cair terutama
digunakan bila pemisahan campuran dengan cara distilasi tidak mungkin
dilakukan. Ekstraksi cair cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap yaitu
pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan
kedua fasa cair itu sempurna.
Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak
meninggalkan pelarut yang pertama (media pembawa) dan masuk ke dalam
pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi
dan pelarut tidak saling melarut. Agar terjadi performansi ekstraksi yang besar
(pemisahan massa yang baik) diharuskan agar bidang kontak yang seluas
mungkin diantara kedua cairan.
Pada saat pemisahan cairan yang telah terdistribusi menjadi tetestetes harus menyatu kembali menjadi fasa homogen dan berdasarkan
kerapatan cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain. Kuantitas

pemisahan per satuan waktu dalam hal ini semakin besar jika permukaan
lapisan antar fasa semakin luas.

Ekstraktor Cair Cair Tak Kontinu


Dalam hal yang paling sederhana, bahan ekstraksi yang cair
dicampur berulang kali dengan pelarut segar dalam sebuah tangki pengaduk.
Larutan ekstrak yang dihasilkan tiap kali dipisahkan dengan cara penjernihan.
Untuk konstruksi yang lebih menguntungkan bagi proses pencampuran dan
pemisahan adalah tangki yang bagian bawahnya runcing (yang dilengkapi
dengan perkakas pengaduk, penyalur ke bawah, maupun kaca intip yang
tersebar pada seluruh ketinggiannya. Alat tak kontinu yang sederhana itu
digunakan untuk mengelola bahan dalam jumlah kecil atau sekali-kali
dilakukan ekstraksi.

Ekstraktor Cair Cair Kontinu


Operasi kontinu pada ekstraksi cair cair dapat dilakasanakan
dengan sederhana, karena tidak saja pelarut, melainkan juga bahan ekstraksi
cair secara mudah dapat dialirkan. Bahan ekstraksi berulang kali dicampurkan
dengan pelarut atau larutan ekstrak dalam arah berlawanan yang
konsentrasinya semakin meningkat. Setiap kali kedua fasa dipisahkan dengan
cara penjernihan. Bahan ekstraksi dan pelarut terus menerus diumpankan ke
dalam alat. Sedangkan refinat dan larutan ekstrak dikeluarkan secara kontinu.
Ekstraktor yang sering digunakan adalah kolom-kolom ekstraksi. Alat ini,
disamping digunakan sebagai perangkat pencampur pemisah, juga
digunakan bila bahan ekstraksi yang harus dipisahkan berada dalam kuantitas
besar atau bahan tersebut diperoleh dari proses-proses sebelumnya secara
terus-menerus.

Koefisien Distribusi (KD)


Menurut hokum distribusi Nerst, bila ke dalam dua pelarut yang
tidak saling tercampur dimasukkan solute yang dapat larut ke dalam kedua
pelarut tersebut, maka akan terjadi pembagian solutedengan perbandingan
tertentu. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air.
Perbandingan konsentrasi solute di dalam kedua pelarut tersebuttetap, dan

merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan
distribusi atau koefisien distribusi.

atau

..(1)

Co = konsentrasi fase organic


CA = konsentrasi fase air
Jika harga KD besar, solute secara kuantitatif akan cenderung
terdistribusi lebih banyak ke dalam pelarut organic. Jika harga K D kecil, solute
secara kuantitatif akan cenderung terdistribusi lebih sedikit ke dalam pelarut
organic.
Besarnya KD yang dihitung berdasarkan persamaan (1) hanya berlaku
bila :
1.

Solut tidak terionisasi dalam satu pelarut.

2.

solute tidak berasosiasi dalam salah satu pelarut.

3.

zat terlarut tidak bereaksi dengan salah satu pelarut atau reaksireaksi lain.

Angka Banding Distribusi (D)


Jika solute terionisasi, berasosiasi dan bereaksi dengan salah satu
pelarut maka kondisi demikian harga KD tidak dapat lagi menggambarkan
distribusi solute diantara kedua fasa pelarut. Karena solute tidak berada dalam
rumus molekul yang sama didalam kedua fasa pelarut. Oleh karena itu, perlu
didefnisikan suatu besaran baru, yang dinamakan angka banding distribusi
(D).
Angka banding distribusi menyatakan perbandingan konsentrasi total
zat terlarut dalam pelarut organic (fasa organic) dan pelarut air (fasa air). Jika
zat terlarut itu adalah senyawa (X), maka rumus angka banding distribusi
dapat ditulis :
D = konsentrasi total senyawa X dalam fasa organic
Konsentrasi total senyawa X dalam fasa air

Pada kondisi ideal dan tidak terjadi asosiasi, disosiasi atau


polimerasi, maka KD=D.
Harga D tidak konstan Karena tergantung dari reaksi antara lain pH
fasa air, konsentrasi pengompleks.
Harga D semakin kecil dengan berkurangnya keasaman larutan.
Berdasarkan definisi harga D diatas, dapat didimpulkan bahwa jumlah total
solute dalam pelarut organic semakin berkurang dengan berkurangnya
keasaman larutan.
Salah satu contoh ekstraksi sederhana adalah ekstraksi iod. Larutan
iod fasa air sebelumnya diasamkan dengan H2SO4 agar iod mengoksidasi
Na2S2O3 menjadi ion tetraionat dengan reaksi :
I2 + 2S2O322I- + S4O52Apabila tidak diasamkan, maka pH > 9, sehingga tiosulfat teroksidasi
secara parsial dengan sulfat dengan reaksi:
4I2 + S2O32- + 5H2O
8I- + 2SO42- + 10H+
IV. Alat dan Bahan :
a. Alat
- Labu ukur 100 mL
- Pipet tetes
- Corong pisah
- Erlenmeyer
- Buret
- Pipet gondok
- Gelas ukur
- Gelas kimia
- Statif dan klem
- Pro pipet
b. Bahan
- Larutan iod 0,1 M
- Aquades
- Kloroform
- Larutan asam sulfat 2M
- Larutan Kanji 0,2 %
- Larutan natrium tiosulfat
V. ALUR KERJA
1. Pembuatan Sampel
10 mL larutan iod 0,1M
Diencerkan dgn air pada labu ukur 100mL
Larutan sampel

2. Penentuan konsentrasi iod awal


Larutan sampel
Dipipet 20mL dengan pipet gondok
Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
+ 2mL H2SO4 2M + 3 tetes lar.kanji 0,2%
Dititrasi dgn Na2S2O3 0,01M sampai warna
biru tepat hilang
Diulang sebanyak 3 kali

Warna biru tepat hilang + volum Na2S2O3


3. Proses Ekstraksi
Larutan sampel
Dipipet 10mL dgn pipet gondok
Dipindahkan ke dalam corong pisah
+ 5mL kloroform
Dikocok dgn sesekali membuka kran corong
pisah
Setelah dikocok beberapa kali, diamkan
sampai kedua lapisan terpisah dgn baik
Lapisan atas

Lapisan bawah

(iod dlm fasa air)

(iod dlm fasa organik)

dipisahkan
Dipindahkan ked lm Erlenmeyer
+ 2mL H2SO4 2M + 3 tetes lar. Kanji 0,2%
Dititrasi dgn larutan Na2S2O3 0,01M sampai
warna biru tepat hilang
Diulangi sebanyak 3 kali
Warna biru tepat hilang + volume Na2S2O3

No.
1.

Alur Kerja
Pembuatan sampel
10 mL larutan iod 0,1M
Diencerkan dgn air pada labu ukur 100mL
Larutan sampel

Hasil Pengamatan
- Larutan iod berwarna coklat
kemerahan
- sesudah diencerkan larutan
berwarna coklat kemerahan

Dugaan /Reaksi
3 aspek didalam proses ekstraksi :
a. distribusi zat terlarut di dalam
pelarut
b. interaksi kimia didalam fasa air
(disosiasi, pembentukan
kompleks)
c. interaksi kimia didalam fasa
organic; asosiasi (dimer, polimer)

Kesimpulan
Hasil KDyang
diperoleh yakni 9,20

VI. DATA PENGAMATAN

2.

Konsentrasi iod awal


Larutan sampel
Dipipet 20mL dengan pipet gondok
Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
+ 2mL H2SO4 2M + 3 tetes lar.kanji 0,2%
Dititrasi dgn Na2S2O3 0,01M sampai warna
biru tepat hilang
Diulang sebanyak 3 kali

Warna biru tepat hilang + volum Na2S2O3

Mencari konsetrasi iod awal


- Sebelum=
H2SO4 2M= TB
larutan kanji=TB
Na2S2O3=TB
- Sesudah=
Larutan sampel + H2SO4 coklat
kemerahan
- Larutan sampel + H2SO4+ kanji
coklat kehitaman
- Analit ditritasi dengan Na2S2O3=
jernih (warna biru tepat hilang)
- V1=16,8 ml
- V2=17,1 ml
- V3=16,7 ml

dimana KD =

fase air yang telah ditambahkan


H2SO4 dan larutan kanji dititrasi
dengan Na2S2O3 sehingga reaksinya
adalah

3.

Proses ektraasi

Proses ekstraksi
Larutan sampel
Dipipet 10mL dgn pipet gondok
Dipindahkan ke dalam corong pisah
+ 5mL kloroform
Dikocok dgn sesekali membuka kran corong
pisah
Setelah dikocok beberapa kali, diamkan
sampai kedua lapisan terpisah dgn baik
Lapisan atas

Lapisan bawah

(iod dlm fasa air)

(iod dlm fasa organik)

dipisahkan
Dipindahkan ked lm Erlenmeyer
+ 2mL H2SO4 2M + 3 tetes lar. Kanji 0,2%
Dititrasi dgn larutan Na2S2O3 0,01M sampai
warna biru tepat hilang
Diulangi sebanyak 3 kali
Warna biru tepat hilang + volume Na2S2O3

- Sebelum=
H2SO4 2M=TB, ehcl3=TB,
Larutan kanji= TB,
Na2S2O3=TB
- Sesudah =
Terbentuk 2lapisan
Lapisan atas = air (kuning
kecolokan)
Lapisan bawah = CHCl3 (ungu)
- Lapisan atas = (iod dalam fasa air)
+ H2SO4 2M = kuning kecoklatan
- Iod dalam fasa ai + H2SO4 + lar.
Kanji = coklat kehitaman
- Analit dititrasi dgn Na2S2O3 =
jernih (warna biru tepat hilang)
- V1= 2,7ml
- V2= 3mL
- V3 = 3,3mL

I2 + 2S2O32-2I-+ S4O2-

VII. ANALISIS PERCOBAAN


Pada percobaan ini, langkah pertama kami yaitu membuat sampel 10mL
larutan iod 0,1M yang diencerkan dengan air dalam labu ukur 100mL. Larutan iod
berwarna coklat kemerahan, dan sesudah diencerkan larutan tetap berwarna coklat
kemerahan.
Kemudian langkah selanjutnya langkah kedua, penentuan konsentrasi iod
awal, dengan menggambil larutan sampel 20mL dengan menggunakan pipet
gondok di masukkan kedalam Erlenmeyer, direaksikan dengan H2SO4 2M
sebanyak 2mL. Dengan warna larutan H2SO4 tidak berwarna, larutan kanji 0,2%
tidak berwarna, saat direaksikan warna larutan menjadi coklat kemerahan. Dan
saat direaksikan dengan larutan kanji 0,2% sebanyak 3 tetes warna larutan
menjadi coklat kehitaman. Setelah itu larutan sampel di titrasi dengan Na2S2O3
0,01M (tidak berwarna). Setelah dititrasi larutan menjadi tidak berwarna (warna
biru tepat hilang). Perlakuan ini dilakukan sebanyak 3 kali, diperoleh volum
Na2S2O3 0,01M sebanyak: V1=16,8 mL ;V2=17,1mL ;V3=16,7mL.
Pada langkah ketiga, kami melakukan proses ekstraksi. Larutan sampel
dipipet dengan pipet gondok sebanyak 10mL, dipindahkan kedalam corong pisah
dengan direaksikan dengan 5mL kloroform (tidak berwarna). Kemudian dikocok
dengan sesekali membuka kran pada corong pisah agar gas yang ada didalam
keluar, setelah dikocok beberapa kali sampai larutan benar-benar terpisah dengan
baik. Dihasilkan lapisan atas berupa iod dalam fasa air, dan lapisan bawah iod
dalam fasa organic. Setelah itu lapisan atas dan bawah dipisahkan dengan corong
pisah. Diperoleh lapisan atas, dipindahkan ke dalam Erlenmeyer, direkasikan
dengan 2ml H2SO4 2M + larutan kanji 0,2% sebanyak 3 tetes, kemudian langsung
dititrasi dengan menggunakan larutan Na2S2O3 0,01M, sampai warna biru tepat
hilang. Perlakuan ini diulangi sebanyak 3 kali. Diperoleh volum Na2S2O3 0,01M
sebanyak: V1= 2,7mL; V2= 3mL; V3=3,3mL.

VIII. PEMBAHASAN
1. Pembuatan Sampel
Pada tahap pertama dari percobaan Koefisien Distribusi Iod ini yakni
pembuatan sampel. Sebelum diencerkan larutan iod coklat kemerahan,
Sedangkan setelah diencerkan larutan iod berwarna coklat kemerahan. Fungsi
dari pengenceran ini agar ketika dilakukan titrasi, titran yang dibutuhkan tidak
terlalu banyak karena konsentrasi dari larutan iod sendiri pun berkurang.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
I2 (l) + H2O (aq) I2 (aq)

2. Penentuan Konsentrasi Awal Iod


Tahap kedua yakni menentukan konsentrasi iod awal. Mengambil 10 mL
larutan sampel yang berwarna merah kecoklatan dengan menggunakan pipet
gondok, kemudian ditambahkan dengan H2SO4 (tidak berwarna) menghasilkan
warna merah kecoklatan. Fungsi H2SO4 disini yakni untuk mengasamkan
larutan Selanjutnya yakni menambahkan larutan kanji (tidak berwarna),
menghasilkan larutan berwarna cokal kehitaman. Perubahan warna menjadi
coklat kehitaman menunjukkan bahwa larutan tersebut mengandung iod.
Larutan kanji disini berfungsi sebagai indikator untuk menentukan perubahan
warna yang terjadi ketika analit dititrasi menggunakan titran berupa Na 2S2O3.
Dengan penambahan kanji dilakukan sebelum titrasi agar titran yang
dibutuhkan ketika titrasi tidak terlalu banyak. Kemudian analit dititrasi dengan
Na2S2O3 dan menghasilkan larutan jernih (warna biru tepat hilang) , warna biru
tepat hilang menunjukkan bahwasannya pada larutan tersebut telah tercapai
titik ekuivalen, dimana antara mmol eq analit = mmol eq titran. Atau bisa juga
digunaka persamaan mmol eq I2=mmol eq Na2S2O3. Proses titrasi ini dilakukan
pengulangan sebanyak 3 kali. Dan diperoleh dengan volume titran yakni
sebesar V1=16,8 mL, V2=17,1 mL, V3=16,7 mL. Sehingga diperoleh mmol
rata-rata awal dari I2 yakni 0,084 mmol.
Dengan reaksi sebagai berikut:
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O623. Penentuan KD Iod dalam fasa cair dan fasa organik
Tahap ketiga yakni menentukan KD Iod dalam fasa cair dan fasa organic.
Mengambil 10 mL larutan sampel yang berwarna merah kecoklatan dengan
menggunakan pipet gondok. Kemudian ditambahkan dengan 5 mL kloform
(CHCl3) ke dalam larutan sampel. Iod mampu larut dalam air dan juga dalam
kloroform, akan tetapi perbedaan kelarutannya dalam kedua pelarut tersebut
cukup besar.Sehingga iod tersebut dapat dipisahkan antara fasa cair (air) dan
fasa organik (kloform) dengan persamaan reeaksi sebagai berikut:
3I2(aq) + 2CHCl3(aq) 2CHI3(aq) + 3Cl2(g)
Setelah penambahan kloroform, larutan dikocok dengan kuat dan
arah yang searah. Pengocokan yang kuat berfungsi untuk menghasilkan hasil
ekstrak yang lebih baik. Setelah pengocokan yang cukup lama, agar tidak
terjadi letusan, gas Cl2 yang dihasilkan kemudian dikeluarkan dengan cara
membuka kran pada corong pemisah. Pengocokan dilakukan berulang kali agar
zat yang terekstrak (pada fasa organik) semakin banyak.Selanjutnya corong
pisah diletakkan di statif ring hingga kedua lapisan terpisah dengan baik.

Dimana, pada lapisan bawah yakni lapisan io dalam fasa organik berwarna
ungu dan pada lapisan atas yakni lapisan iod pada fasa air yang berwarna
kuning kecoklatan. Setelah lapisan terpisah dengan sempurna, kran pada
corong pemisah dibuka dan lapisan organik ditampung dalam gelas kimia
dengan hati-hati agar tidak bercampur dengan lapisan air. Selanjutnya lapisan
atas yakni larutan iod pada fasa air ditambahkan dengan H 2SO4 yang berfungsi
untuk mengasamkan larutan. Selanjutnya yakni menambahkan larutan kanji
(tidak berwarna), menghasilkan larutan berwarna cokal kehitaman. Perubahan
warna menjadi coklat kehitaman menunjukkan bahwa larutan tersebut
mengandung iod. Larutan kanji disini berfungsi sebagai indikator untuk
menentukan perubahan warna yang terjadi ketika analit dititrasi menggunakan
titran berupa Na2S2O3. Dengan penambahan kanji dilakukan sebelum titrasi
agar titran yang dibutuhkan ketika titrasi tidak terlalu banyak. Kemudian analit
dititrasi dengan Na2S2O3 dan menghasilkan larutan jernih (warna biru tepat
hilang) , warna biru tepat hilang menunjukkan bahwasannya pada larutan
tersebut telah tercapai titik ekuivalen, dimana antara mmol eq analit = mmol eq
titran. Atau bisa juga digunaka persamaan mmol eq I2=mmol eq Na2S2O3.
Proses titrasi ini dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Dan diperoleh dengan
volume titran yakni sebesar V1=2,7 mL, V2=3 mL, V3=3,3 mL. Sehingga
diperoleh mmol rata-rata awal dari I2 yakni 0,015 mmol.
Dengan reaksi sebagai berikut:
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62-

IX. DISKUSI
Dari percobaan yang telah kami lakukan, diperoleh harga KD Yakni sebesar
9,20. Hal tersebut dikarenakan ekstraski yang kami lakukan hanya ekstraksi satu
kali. Selain itu, pada corong pemisah, terjadi kebocoran pada kran. Sehingga
membuat larutan iod pada fasa air keluar. Yang berpengaruh terhadap proses titrasi
yang membutuhkan volume titran lebih banyak dari yang lain. Selain itu, karena
kocokan yang kurang kuat sehingga menyebabkan fasa organik tidak dapat
bercampur dengan baik terhadap fasa air. Sehingga menyebabkan adana larutan
iod pada fasa air yang tidak tertitrasi

X. KESIMPULAN
Dengan mengekstraksi iod yang ada dalam fasa air ke dalam pelarut
kloroform. Kemudian larutan iod pada fasa air dititrasi dengan Na 2S2O3 0,01 M

maka dapat ditentukan mmol iod mula mula sebesar 0,084 mmol, dan mmol iod
dalam fasa air sebesar 0,015 mmol, sehingga dapat dicari mmol iodin yang
terdistribusi dalam fasa organik, sebesar 0,069 mmol, sehingga dapat dihitung K D
iod yaitu sebesar 9,20.
XI. DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN FOTO

1. Pembuatan Sampel
`

Larutan I2 diencerkan
berwarna coklat kemerahan

Larutan I2 diambil 10
mL.menggunakan pipet gondok

2. Penentuan konsentrasi awal iod

10 mL larutan I2 yang dimasukkan pada labu


Erlenmeyer 1, 2 dan 3

Larutan I2 ditambahkan
dengan H2SO4 berwarna
coklat kemerahan

Larutan I2 ditambahkan
dengan lart.kanji berwarna
coklat kehitaman

Dititrasi dengan menggunakan Na2S2O3 hingga tidak


berwarna dengan volume masing-masing:
V1=16,8 mL: V2= 17,1 mL: V3= 17,7 mL

3. Proses Ekstraksi

10 mL laruran I2 yang diambil dan


ditambahkan dengan kloroform, serta
dlakukan pengocokan secara kuat

Sisa Larutan iod pada fasa air setelah


zat terekstrak ditampung pada gelas
kimia.

Sisa Larutan iod pada fasa air


dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer,
ditambahkan dengan H2SO4 , berwarna
kuning kecoklatan

Larutan ditambahkan dengan larutan


kanji menjadi berwarna coklat
kehitaman

Dititrasi dengan menggunakan Na2S2O3 hingga tidak


berwarna dengan volume masing-masing:
V1=2,7 mL: V2= 3 mL: V3= 3,3 mL

LAMPIRAN
PERHITUNGAN KOEFISIEN DISTRIBUSI IOD
Larutan Standar
I2 + 2e 2I2S2O32 S4O62- + 2eI2 + 2S2O32- 2I- + S4O62-

1. Penentuan Konsentrasi Iod mula-mula


a. Titrasi I
V Na2S2O3 = 16,8 mL
mmoleq I2 = mmoleq S2O32mmol I2 = V Na2S2O3 x N S2O322 eq. mmol I2 = 16,8 mL x 0,01 mmoleq/mL
mmol I2 = 0,168/2 mmol
mmol I2 = 0,084 mmol
b. Titrasi II
V Na2S2O3 = 17,1 mL
mmoleq I2 = mmoleq S2O32mmol I2 = V Na2S2O3 x N S2O322 eq. mmol I2 = 17,1 mL x 0,01 mmoleq/mL
mmol I2 = 0,171/2 mmol
mmol I2 = 0,0855 mmol
c. Titrasi III
V Na2S2O3 = 16,7 mL
mmoleq I2 = mmoleq S2O32-

mmol I2 = V Na2S2O3 x N S2O322 eq. mmol I2 = 16,7 mL x 0,01 mmoleq/mL


mmol I2 = 0,167/2 mmol
mmol I2 = 0,0835 mmol
Jadi, I2 rata-rata = (0,084 + 0,0855 + 0,0835) mmol
3
Mmol I2 rata-rata = 0,084 mmol

2. Setelah diekstraksi
a. Titrasi I
V Na2S2O3 = 2,7 mL
mmoleq I2 = mmoleq S2O32mmol I2 = V Na2S2O3 x N S2O322 eq. mmol I2 = 2,7 mL x 0,01 mmoleq/mL
mmol I2 = 0,027/2 mmol
mmol I2 = 0,0135 mmol
b. Titrasi II
V Na2S2O3 = 3 mL
mmoleq I2 = mmoleq S2O32mmol I2 = V Na2S2O3 x N S2O322 eq. mmol I2 = 3 mL x 0,01 mmoleq/mL
mmol I2 = 0,03/2 mmol

mmol I2 = 0,015 mmol


c. Titrasi III
V Na2S2O3 = 3,3 mL
mmoleq I2 = mmoleq S2O32mmol I2 = V Na2S2O3 x N S2O322 eq. mmol I2 = 3,3 mL x 0,01 mmoleq/mL
mmol I2 = 0,033/2 mmol
mmol I2 = 0,0165 mmol
Jadi, I2 rata-rata = (0,0135 + 0,015 + 0,0165) mmol
3
Mmol I2 rata-rata (a) = 0,015 mmol
Sehingga,
mmol I2 (o) = mmol I2 larutan standar - mmol I2 (a)
= 0,084 mmol 0,015 mmol
= 0,069 mmol
[I2]a= 0,015 mmol
10ml
= 0,0015 M

[I2]o = 0,069 mmol


5ml
= 0,0138 M

KD = [I2]a
[I2]o
= 0,0138 M
0,0015M
= 9,20

Anda mungkin juga menyukai