Anda di halaman 1dari 18

Sejarah Perbankan -Pengertian, Asas,

Fungsi, dan Tujuan


Usaha perbankan dimulai dari zaman Babylonia, dilanjutkan ke zaman Yunani Kuno dan
Romawi. Pada saat itu, kegiatan utama bank hanya sebagai tempat tukar menukar uang.
Selanjutnya, kegiatan bank berkembang menjadi tempat penitipan dan peminjaman uang. Uang
yang disimpan oleh masyarakat, oleh bank dipinjamkan kembali ke masyarakat yang
membutuhkannya.
Sementara itu, mengenai sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan
Hindia Belanda. Pada saat itu terdapat beberapa bank yang memegang peranan penting di Hindia
Belanda antara lain: De Javasche NV, De Post Paar Bank, De Algemenevolks Crediet Bank,
Nederland Handles Maatscappij (NHM), Nationale Handles Bank (NHB), dan De Escompto
Bank NV.
Di samping itu, terdapat pula bank-bank milik pribumi, Cina, Jepang, dan Eropa lainnya. BankBank tersebut antara lain: Bank Nasional Indonesia, Bank Abuah Saudagar, NV Bank Boemi,
The matsui Bank, The Bank of China, dan Batavia Bank.
Di zaman kemerdekaan perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa
bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia. Bank-bank yang ada di zaman awal
kemerdekaan, antara lain:
a. Bank Negara Indonesia yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 kemudian menjadi BNI 1946.
b. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini berasal dari DE
ALGEMENE VOLKCREDIET bank atau Syomin Ginko.
c. Bank Surakarta MAI (Maskapai Adil Makmur) tahun 1945 di Solo.
d. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.
e. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.
f. Indonesia Banking Corporation tahun 1946 di Yogyakarta, kemudian menjadi Bank Amerta.
g. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.
h. Bank Dagang Indonesia NV di Banjarmasin tahun 1949.

Pengertian Bank

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang


Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Berdasarkan pengertian di atas, bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.

Asas, Fungsi, dan Tujuan Perbankan Indonesia

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, perbankan Indonesia


dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehatihatian. Demokrasi ekonomi itu sendiri dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan asas yang digunakan dalam perbankan, maka tujuan perbankan Indonesia adalah
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan
pembangunan dan hasilhasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998, fungsi bank di Indonesia adalah:
a. Sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat Bank bertugas mengamankan uang
tabungan dan deposito berjangka serta simpanan dalam rekening koran atau giro.
Fungsi tersebut merupakan fungsi utama bank.
b. Sebagai penyalur dana atau pemberi kredit Bank memberikan kredit bagi masyarakat yang
membutuhkan terutama untuk usaha-usaha produktif.

PERBANKAN
Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga
intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan yang tidak kalah
pentingnya adalah lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan
pemerintah yaitu kebijakan moneter. Karena fungsi-fungsinya tersebut, maka
keberadaan bank yang sehat, baik secara individu maupun secara keseluruhan
sebagai suatu sistem, merupakan prasyarat bagi suatu perekonomian yang sehat.
Untuk menciptakan perbankan yang sehat antara lain diperlukan pengaturan dan
pengawasan bank yang efektif. Kebijakan perbankan dirumuskan dan dilaksanakan

oleh BI pada dasarnya merupakan bagian dari upaya untuk menciptakan, menjaga,
dan memelihara sistem perbankan yang sehat.

:: Ikhtisar Perbankan :

Edukasi Masyarakat
Kerjasama
Bank Indonesia
dengan
Pokja Edukasi Masyarakat di Bidang Perbankan
Visi : mewujudkan masyarakat yang memiliki pengetahuan dan informasi yang memadai,
percaya diri, memahami fungsi dan peran, serta manfaat dan risiko produk jasa bank sehingga
dapat mengelola keuangan secara bijaksana untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di
masa datang. (Cetak Biru Edukasi Masyarakat di Bidang Keuangan)
:: BIDANG PERBANKAN
1. Kelembagaan

Perbankan Syariah Indonesia


Biro Informasi Kredit

Pendirian BPR

Perkembangan Sejarah BPR

2. Pengaduan Nasabah dan Mediasi Perbankan

Tatacara Mengajukan Pengaduan Transaksi Keuangan


Empat Langkah Mudah Mediasi Perbankan

Panduan Singkat Penyelesaian Permasalahan Anda dengan Bank

Pelaksanaan Fungsi Mediasi Perbankan

3. Simpanan dan Investasi

Perhitungan Bunga Kredit dengan Angsuran


Mengetahui Perhitungan Bunga Tabungan

Mengenal Tabungan

Nabung Yuk

Mengenal Bancassurance

Deposito : Tumbuh Dengan Terencana

Tabungan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Mengenal Kartu Debit dan Kartu ATM

Deposito : Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Mengenal Reksa Dana

Mengenal Rekening Giro

4. Perkreditan

Kredit Usaha Bank Umum


Kredit BPR

Geseklah Dengan Bijak

Biro Informasi Kredit

Kredit Tanpa Jaminan

Memiliki Rumah Sendiri dengan KPR

Kredit Kepemilikan Kendaraan

Cara Aman menggunakan Kartu Kredit

Memahami Bunga Kredit

5. Jasa Perbankan

Pusing dengan Perubahan Nilai Tukar?


Safe Deposit Box

Apa yang Anda Ketahui dengan Sistem BI-RTGS ?

Mengenal Bank Garansi

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

Perhitungan Bunga Kredit dengan Angsuran

6. Aneka Info

Kiat Menyikapi Kondisi Keuangan Global

Mekanisme Pengaduan Nasabah

Mengenal BPR Syariah

Mengenal BPR

Bagaimana Anda dikenal baik oleh Bank Anda

Waspada dengan penawaran yang menggiurkan

Mediasi Perbankan

Istilah Populer Perbankan Syariah

Istilah Populer Perbankan

Mengenal Electronic Banking

Kenali Call Center Bank Anda

Mengenal Anti Pencucian Uang


:: BIDANG SISTEM PEMBAYARAN
Instrumen non tunai (Kartu, Cek, Bilyet Giro, Nota Debet)
Instrumen tunai (Gambar Uang, Data Uang, Security Features, Uang Yang Dicabut, Uang
Khusus)

INDIKATOR PERBANKAN NASIONAL


dalam Triliunan Rupiah
No
1

Items
Penghimpunan Dana

Apr 2009 May 2009 Jun 2009

Jul 2009 Aug 2009 Sep 2009 Graph

1,946.70

1,949.20

1,989.20

1,969.30

2,012.10

2,013.40

1 Pinjaman yang
Diterima

10.80

10.40

12.50

10.30

11.90

17.10

2 Surat Berharga yang


Diterbitkan

14.50

15.30

16.60

17.10

17.30

13.90

3 Dana Pihak Ketiga


(DPK)

1,780.90

1,783.60

1,824.30

1,806.60

1,847.00

1,857.30

a dalam Rupiah

1,486.10

1,490.50

1,532.50

1,516.10

1,544.80

1,553.60

b dalam Valas

294.80

293.20

291.70

290.50

302.20

303.70

4 Antar Bank Pasiva

140.50

139.90

135.70

135.20

135.80

125.20

1,844.40

1,848.84

1,888.13

1,871.46

1,922.60

1,923.84

Penyaluran Dana

1 Sertifikat Bank
Indonesia

211.20

195.40

204.20

194.40

193.20

182.40

2 Surat Berharga
Lainnya **)

71.10

73.60

78.40

78.00

83.40

79.10

223.40

233.80

229.50

220.00

236.30

252.90

6.70

6.90

7.00

8.90

9.40

9.60

1,332.10

1,339.20

1,368.90

1,370.20

1,400.40

1,399.90

a dalam Rupiah

1,091.00

1,108.10

1,136.40

1,141.00

1,164.60

1,181.20

b dalam Valuta
Asing

241.20

231.10

232.50

229.20

235.70

218.70

2,327.40

2,309.80

2,354.30

2,331.40

2,384.60

2,388.60

363.70

319.40

321.90

324.80

324.40

334.80

61.70

63.10

61.70

63.30

63.30

60.10

4.60

4.70

4.50

4.60

4.50

4.30

21.10

26.20

31.50

36.60

41.70

46.30

11.30

15.70

18.80

22.50

25.90

28.20

b Non Operasional

9.80

10.50

12.70

14.10

15.80

18.00

3 Net Interest Margin

10.50

10.80

10.80

10.60

10.80

9.80

122.00

122.00

122.00

122.00

122.00

121.00

3 Antar Bank Aktiva


4 Penyertaan
5 Kredit *)

Asset

Permodalan

Kinerja
1 Non Performing Loan
a Nilai
b Ratio terhadap
total kredit (%)
2 Laba/Rugi
a Operasional

Catatan
1 Jumlah Bank
2 Jumlah Kantor Bank

12,201.00 12,500.00 12,556.00 12,571.00 12,616.00 12,652.00

*) Termasuk kredit penerusan


**) Tidak termasuk obligasi pemerintah dalam rangka rekapitalisasi

ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA


Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan
Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri
perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Arah kebijakan
pengembangan industri perbankan di masa datang yang dirumuskan dalam API dilandasi oleh visi
mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem
keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Berpijak dari adanya kebutuhan blue print perbankan nasional dan sebagai kelanjutan dari
program restrukturisasi perbankan yang sudah berjalan sejak tahun 1998, maka Bank Indonesia
pada tanggal 9 Januari 2004 telah meluncurkan API sebagai suatu kerangka menyeluruh arah

kebijakan pengembangan industri perbankan Indonesia ke depan. Peluncuran API tersebut tidak
terlepas pula dari upaya Pemerintah dan Bank Indonesia untuk membangun kembali
perekonomian Indonesia melalui penerbitan buku putih Pemerintah sesuai dengan Inpres No. 5
Tahun 2003, dimana API menjadi salah satu program utama dalam buku putih tersebut.
Bertitik tolak dari keinginan untuk memiliki fundamental perbankan yang lebih kuat dan dengan
memperhatikan masukan-masukan yang diperoleh dalam mengimplementasikan API selama dua
tahun terakhir, maka Bank Indonesia merasa perlu untuk menyempurnakan program-program
kegiatan yang tercantum dalam API. Penyempurnaan program-program kegiatan API tersebut
tidak terlepas pula dari perkembangan-perkembangan yang terjadi pada perekonomian nasional
maupun internasional. Penyempurnaan terhadap program-program API tersebut antara lain
mencakup strategi-strategi yang lebih spesifik mengenai pengembangan perbankan syariah,
BPR, dan UMKM ke depan sehingga API diharapkan memiliki program kegiatan yang lebih
lengkap dan komprehensif yang mencakup sistem perbankan secara menyeluruh terkait Bank
umum dan BPR, baik konvensional maupun syariah, serta pengembangan UMKM.

PERBANKA SYARIAH INDONESIA

AKAD
Ikatan atau kesepakatan antara nasabah dengan
bank yakni pertalian ijab (pernyataan melakukan
ikatan) dan kabul (pernyataan penerimaan ikatan)
sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh
pada obyek perikatan, misalnya akad pembukaan
rekening simpanan atau akad pembiayaan.
PRINSIP SYARIAH
Aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara
bank dan nasabah untuk penyimpanan dana dan
atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah.
DISTRIBUSI BAGI HASIL
Pembagian keuntungan bank syariah kepada
nasabah simpanan berdasarkan nisbah yang
disepakati setiap bulannya. Bagi hasil yang diperoleh
tergantung jumlah dan jangka waktu simpanan serta
pendapatan bank pada periode tersebut. Besarnya
bagi hasil dihitung berdasarkan pendapatan bank
(revenue) sehingga nasabah pasti memperoleh bagi
hasil dan tidak kehilangan pokok simpanannya.
DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)
Dewan yang bertugas memantau kepatuhan
penerapan prinsip syariah pada operasional
perbankan syariah. DPS terdiri dari alim ulama yang
ditunjuk Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis
Ulama Indonesia, dan atas persetujuan Bank
Indonesia.
MARGIN
Besarnya keuntungan yang disepakati antara bank
dan nasabah atas transaksi pembiayaan dengan
akad jual beli (murabahah). Margin pembiayaan
bersifat tetap (fixed) tidak berubah sepanjang
jangka waktu pembiayaan.
NISBAH
Porsi bagi hasil antara nasabah dan bank atas
transaksi pendanaan dan pembiayaan dengan akad
bagi hasil (mudharabah dan musyarakah).
BAI ALMUTHLAQ
Jual beli biasa, yaitu pertukaran barang dengan
uang. Uang berperan sebagai alat tukar. Bai al
Muthlaq dilakukan untuk pelaksanaan jual beli
barang keperluan kantor (fixed assets). Jual beli
seperti ini menjiwai semua produk yang didasarkan
pada transaksi jual beli.
MUQAYYAD
Jual beli di mana pertukaran terjadi antara barang
dengan barang (barter). Jual beli semacam ini
dilakukan sebagai jalan keluar bagi ekspor yang
tidak bisa menghasilkan mata uang asing (valas).

SHARF
Jual beli mata uang asing yang saling berbeda,
seperti Rupiah dengan Dolar, Dolar dengan Yen;
Sharf dilakukan dalam bentuk Bank Notes dan
transfer, dengan menggunakan nilai kurs yang
berlaku pada saat transaksi.
MURABAHAH
Akad jual beli dimana harga dan keuntungan
disepakati antara penjual dan pembeli. Jenis dan
Jumlah barang dijelaskan dengan rinci. Barang
diserahkan setelah akad jual beli dan pembayaran
bisa dilakukan secara mengangsur/cicilan atau
sekaligus.
SALAM
Jual beli dengan cara pemesanan, di mana pembeli
memberikan uang terlebih dahulu terhadap barang
yang telah disebutkan spesifikasinya, dan barang
dikirim kemudian, Salam biasanya dipergunakan
untuk produk-produk pertanian jangka pendek.
Dalam hal ini lembaga keuangan bertindak sebagai
pembeli produk dan memberikan uangnya lebih dulu
sedangkan para nasabah menggunakannya sebagai
modal untuk mengelola pertaniannya.
ISTISHNA
Jual beli barang dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang berdasarkan persyaratan serta
kriteria tertentu, sedangkan pola pembayaran dapat
dilakukan sesuai dengan kesepakatan (dapat
dilakukan di depan atau pada saat pengiriman
barang).
MUDHARABAH
Akad yang dilakukan antara pemilik modal (shahibul
mal) dengan pengelola (mudharib) dimana nisbah
bagi hasil disepakati di awal, sedangkan kerugian
ditanggung oleh pemilik modal.
MUDHARABAH MUQAYYADAH
Akad yang dilakukan antara pemilik modal untuk
usaha yang ditentukan oleh pemilik modal (shahibul
mal) dengan pengelola (mudharib), dimana nisbah
bagi hasil disepakati di awal untuk dibagi bersama,
sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik modal.
Dalam terminologi perbankan syariah ini lazim
disebut Special Investment.
MUSYARAKAH
Akad antara dua pemilik modal atau lebih untuk
menyatukan modalnya pada usaha tertentu,
sedangkan pelaksananya bisa ditunjuk salah satu
dari mereka. Akad ini diterapkan pada usaha/proyek
yang sebagiannya dibiayai oleh lembaga keuangan
sedangkan selebihnya dibiayai oleh nasabah.
MUSYARAKAH MUTANAQISAH
Akad antara dua pihak atau lebih yang berserikat

atau berkongsi terhadap suatu barang dimana salah


satu pihak kemudian membeli bagian pihak lainnya
secara bertahap. Akad ini diterapkan pada
pembiayaan proyek yang dibiayai oleh lembaga
keuangan dengan nasabah atau lembaga keuangan
lainnya dimana bagian lembaga keuangan secara
bertahap dibeli oleh pihak lainnya dengan cara
mencicil. Akad ini juga terjadi pada mudharabah
yang modal pokoknya dicicil, sedangkan usaha itu
berjalan terus dengan modal yang tetap.
WADIAH
Akad yang terjadi antara dua pihak, dimana pihak
pertama menitipkan suatu barang kepada pihak
kedua. Lembaga keuangan menerapkan akad ini
pada rekening giro.
WAKALAH
Akad perwakilan antara satu pihak kepada yang lain.
Wakalah biasanya diterapkan untuk pembuatan
Letter of Credit, atas pembelian barang di luar negeri
(L/C Import) atau penerusan permintaan.
IJARAH
Akad sewa menyewa barang antara kedua belah
pihak, untuk memperoleh manfaat atas barang yang
disewa. Akad sewa yang terjadi antara lembaga
keuangan (pemilik barang) dengan nasabah
(penyewa) dengan cicilan sewa yang sudah
termasuk cicilan pokok harga barang sehingga pada
akhir masa perjanjian penyewa dapat membeli
barang tersebut dengan sisa harga yang kecil atau
diberikan saja oleh bank. Karena itu biasanya Ijarah
ini dinamai dengan al Ijarah waliqtina atau al Ijarah
alMuntahia Bittamliik.
KAFALAH
Akad jaminan satu pihak kepada pihak lain. Dalam
lembaga keuangan biasanya digunakan untuk
membuat garansi atas suatu proyek (performance
bond), partisipasi dalam tender (tender bond) atau
pembayaran lebih dulu (advance payment bond).
HAWALAH
Akad pemindahan utang/piutang suatu pihak kepada
pihak yang lain. Dalam lembaga keuangan hawalah
diterapkan pada fasilitas tambahan kepada nasabah
pembiayaan yang ingin menjual produknya kepada
pembeli dengan jaminan pembayaran dari pembeli
tersebut dalam bentuk giro mundur. Ini lazim
disebut Post Dated Check. Namun disesuaikan
dengan prinsip-prinsip Syariah.
RAHN
Akad menggadaikan barang dari satu pihak kepada
pihak yang lain, dengan uang sebagai gantinya.
Akad ini digunakan sebagai akad tambahan pada
pembiayaan yang berisiko dan memerlukan jaminan
tambahan. Lembaga keuangan tidak menarik

manfaat apapun kecuali biaya pemeliharaan atau


keamanan barang tersebut.
QARD
Pembiayaan kepada nasabah untuk dana talangan
segera dalam jangka waktu yang relatif pendek, dan
dana tersebut akan dikembalikan secepatnya
sejumlah uang yang digunakannya. Dalam transaksi
ini, nasabah hanya mengembalikan pokok.
Disebarkan sebagai bagian dari Program Edukasi
Masyarakat dalam rangka Implementasi Arsitektur
Perbankan Indonesia.

EKONOMI RAKYAT, PERBANKAN ETIK, DAN


KRISIS MONETER 1997/1998

IKA di media masa setiap hari diberitakan ekonomi Indonesia semakin terpuruk, dan tidak ada tandatanda akan mengalami pemulihan pada tahun 2002, maka data yang kami peroleh dari kantor daerah
BRI Yogyakarta 1997-2001 menarik untuk disimak. Data penabung dan nilai tabungan masyarakat pada
cabang BRI di seluruh DIY selama 5 tahun (1997-2001) menunjukkan kenaikan terus menerus, rata-rata
18,5 % dan 31,2 % (tabel 1)

Dari kenaikan jumlah penabung dan nilai tabungan setiap tahun yang cukup besar tersebut (lebih besar
dari laju inflasi tahunan (+ 20%) kiranya sulit untuk menyimpulkan telah terjadi resesi atau keterpurukan
ekonomi berkepanjangan yang selalu dilaporkan media masa. Memang laju kenaikan jumlah penabung
dan nilai tabungan menurun pada tahun 2000 (masing-masing 6% dan 7,1%) tetapi tahun 2001
meningkat kembali menjadi masing-masing 32,8 % dan 30,1%. Bahwa nilai tabungan meningkat luar
biasa yaitu 65,7% pada puncak krisis moneter tahun 1998, juga menunjukkan bahwa krismon
berdampak positif pada ekonomi rakyat di Yogyakarta antara lain karena harga-harga hasil-hasil
pertanian, perkebunan, dan perikanan, mengalami kenaikan lebih tinggi dari komoditi yang dibeli
petani/pekebun/nelayan sehingga surplus pendapatan mereka kemudian ditabung.
PERANAN EKONOMI RAKYAT

Buku Mystery of Capital karangan ekonom Peru Hernando de Soto yang terbit tahun 2000, selama tahun
2000-2001 diulas secara luas di kalangan internasional tetapi rupanya tidak cukup mendapat perhatian di
Indonesia. Buku ini menyingkap rahasia kemiskinan di negara-negara berkembang, dan menerangkan
mengapa (sistem ekonomi) kapitalisme yang memenangkan perang melawan sosialisme di dunia Barat,
membangkrutkan Soviet UNI tahun 1991, tidak berkembang atau akan selalu gagal berkembang di
negara-negara miskin seperti Peru atau Indonesia.
Adapun alasan utama kapitalisme (akan) gagal di dunia ketiga adalah bahwa sistem ekonomi modern ini
baru menyentuh sebagian kecil perekonomian, sedangkan sebagian besar yang merupakan sektor
ekonomi (perekonomian) rakyat berjalan dengan, pola kerja dan mekanisme sendiri terlepas dari apa
yang terjadi pada sebagian kecil sektor industri modern di kota-kota besar. Sektor ekonomi rakyat ini
dalam literatur disebut sektor informal, underground economy, atau extra legal economy, yang tak
pernah diperhitungkan peranannya. Bahkan jika pemerintah Indonesia kini menggunakan istilah
UKM(Usaha Kecil dan Menengah), sektor ekonomi rakyat yang sebagian besar tidak dapat
dikategorikan sebagai usaha tidak masuk dalam kelompok UKM.
PERBANKAN DAN EKONOMI RAKYAT
Jika dalam tabel 1 diperlihatkan hampir 30% penduduk propinsi DIY menjadi penabung di BRI dapat
diduga bahwa sebagian besar keluarga di DIY sudah menggunakan jasa perbankan dalam kehidupan
ekonominya, karena disamping BRI ada juga Bank BNI, BPD, dan sejumlah Bank Swasta yang
beroperasi di Yogyakarta sampai di ibukota kabupaten.
Kondisi yang amat berbeda ditemukan di kabupaten Lamongan propinsi Jawa Timur, yang hanya 45 km
dari Surabaya. Di desa Pucangro, kecamatan Kalitengah, 4 Kelompok Simpan Pinjam (KSP) dengan
anggota 255 anggota (232 wanita) mampu menyerap atau kredit sebesar Rp 238 juta, dan tidak
menggunakan jasa perbankan, karena saldo kasnya selalu dapat dibuat nol. Krisis moneter 1997-1998
lebih memperkecil lagi peranan Bank sehingga perhitungan PDRB kabupaten Lamongan menunjukkkan
sektor keuangan non-Bank menjadi 50 kali lebih besar nilainya dibanding sektor keuangan Bank,
masing-masing pada tahun 2000 mencapai Rp 9,9 milyar dan Rp 201 juta, sedangkan sebelum krismon
masing-masing Rp. 9,1 Milyar dan Rp. 729 juta untuk tahun 1997, dan Rp. 5,8 milyar serta Rp. 3,2 milyar
pada tahun 1995 (harga konstan 1993). Demikian kiranya jelas bahwa jika di DIY, Bank berperanan
sangat penting dalam ekonomi rakyat, di Lamongan sebaliknya, ekonomi rakyat menjauhi jasa
pelayanan perbankan. Data empirik dari lapangan ini perlu memperoleh perhatian besar dunia perbankan
yang rupanya sedang menghadapi masalah besar karena krismon. Krismon yang telah menghancurkan
sektor perbankan, sehingga sebagian besar Bank Swasta dirawat di rumah sakit Bank (BPPN), memang
mengharuskan dunia perbankan mengoreksi diri. Barangkali ada benarnya bahwa deregulasi atau
liberalisasi perbankan tahun 1983 dan 1988 telah kebablasan sehingga penciutan bank kembali ke
tingkat sebelum 1988 memang harus dilakukan. Perbankan sebagai urat nadi perekonomian (agent of
development) sejak krismon telah berubah menjadi beban perekonomian nasional. Sektor perbankan
telah menjadi korban konglomerasi ekonomi yang terlalu menekankan pada pertumbuhan sektor bisnis
modern yang sangat kapitalistik, sekaligus dengan mendesak peranan ekonomi rakyat. Sektor ekonomi
rakyat sesungguhnya dapat dibantu perkembangannya oleh sektor perbankan. Tetapi dalam kondisi
krismon yang melumpuhkan dunia perbankan, sektor ekonomi rakyat ternyata tidak ikut mati melainkan
menjadi lebih percaya diri, dan melalui daya tahan yang kuat kini justru lebih tumbuh dan berkembang.
PERBANKAN ETIK
Ace Partadiredja dalam pidato pengukuhan Guru Besar di UGM tahun 1981 yang berjudul Ekonomika
Etik mendambakan lahirnya ilmu ekonomi (ekonomika) yang tidak serakah dengan terlalu mementingkan
alam benda. Artinya ajaran Adam Smith tentang manusia yang homo ekonomikus (Wealth of Nations,
1776) perlu dikoreksi dengan ajaran sebelumnya (Theory of Moral Sentiments, 1759) yang menekankan
kecintaan manusia pada masyarakat tempat ia hidup. Itulah semangat tepa selira yang cukup dikenal
dan dihayati di Indonesia.

Salah satu pertimbangan etik yang penting dari perbankan di Indonesia mestinya diarahkan pada upaya
mengurangi kemiskinan sebagaimana sudah cukup lama dikumandangkan Bank Dunia (sejak 1975).
Meskipun dalam kenyataan slogan penanggulangan kemiskinan ini tidak mudah mewujudkannya, namun
perbankan di Indonesia perlu sungguh-sungguh menerapkannya dalam upaya pengembangan
perbankan etik.
Pengembangan Bank Syariah di Indonesia jelas bertujuan menerapkan perbankan etik yaitu tidak
sekedar menjual jasa atau produk perbankan dengan mengenakan bunga, tetapi bekerjasama dengan
klien untuk memperbaiki kesejahteraan atau meningkatkan kehidupan ekonomi klien. Di Indonesia Bankbank desa seperti BKK di Jawa Tengah atau Lumbung Piteh Nagari di Sumatera Barat, yang dibentuk
dari bawah besama klien, adalah Bank-bank etik yang dimaksud. Namun sayangnya sejak liberalisasi
perbankan 1983, 1988, dan 1992, Bank-bank yang demikian telah dimatikan atau dikerdilkan.
Pengalaman krisis perbankan 1997/1998 yang sampai kini belum teratasi telah memberikan pelajaran
pahit, mudah-mudahan berharga, bagi dunia perbankan Indonesia. Pelajaran berharga itu adalah tidak
lagi mengembangkan sistem perbankan kapitalistik yang mendahulukan kepentingan bisnis pemilik Bank,
bukan kepetingan klien dan masyarakat luas.
PENUTUP
David Cole yang bersama Betty Slate menulis buku Building A Modern Financial System: The Indonesia
Experience" (1996, 1998) pernah berkata bahwa di Indonesia sejak liberalisasi perbankan memang tidak
sekedar terlalu banyak Bank, tetapi terlalu banyak bank yang tidak dapat diawasi perkembangannya.
Meskipun mungkin artinya sama tetapi tidak dapat diawasinya perkembangan Bank secara baik jelas
mengakibatkan otoritas moneter kehilangan wibawa mengawasi kondisi dan praktek kegiatan ekonomi
keuangan secara keseluruhan. Jika ketelanjuran ini disadari kiranya tidak ada jalan lain pemerintah
bersama Bank Indonesia yang kini sudah independen harus mampu mengatur kembali. Artinya
suasana persaingan liberal dengan pemihakan pemerintah pada kelompok-kelompok konglomerat
tertentu harus di hentikan dan diganti pemihakan penuh pada ekonomi rakyat yang telah terbukti tahan
banting. Perbankan harus menyadari kekeliruannya yang selama ini telah tidak menomorsatukan
perkembangan ekonomi rakyat yang justru berakibat ditinggalkan oleh perlaku-pelaku ekonomi rakyat itu
sendiri (kasus Lamongan). Memang perubahan misi dan orientasi ini tidak akan mudah, namun harus
dilakukan.

Tinjauan Umum Tentang Bank


Secara etimologi bank berasal dari bahasa Italia yang berarti bantu atau pembantu.
Namun dalam perkembangannya, pengertian bank merupakan suatu pranata sosial
yang bersifat finansial, yang melaksanakan jasa-jasa keuangan.
Menurut kamus istilah hukum Fockema Andreae, bank adalah suatu lembaga atau
orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan
uang dari dan kepada pihak ketiga.
Secara otentik, pengertian bank diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Dalam Undang-undang No. 14 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan,
pengertian bank diatur dalam Psal 1 huruf a, yaitu bank adalah suatu lembaga
keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu
lintas pembayaran dan peredaran uang.
Dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pengertian bank

diatur dalam Pasal 1 angka 1. Bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1998 atau UU yang Diubah, pengertian bank
diatur dalam Pasal 1 angka 2. Bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk
kredit danatau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Sedangkan dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, pengertian bank
diatur dalam pasal 1 angka 5. Bank adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan
Rakyat, sebagaimana yang dimaksud dalam UU tentang Perbankan yang berlaku.
Pengaturan mengenai perbankan Indonesia, dapat diliat dalam:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan.
3. Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
4. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan.
5. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
Asas Perbankan Indonesia, diatur dalam Pasal 2 UU No. 7 Tahun 1992, yaitu:
"Perbankan Indonesia dalam menjalankan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi
dengan menggunakan prinsip kehati-hatian".
Dalam penjelasan-nya dikemukakan bahwa demokrasi ekonomi yang dimaksud
adalah demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Sedangkan, mengenai prinsip kehati-hatian tidak ada penjelasannya secara resmi.
Namun dalam praktek perbankan, kegiatan usaha tentunya dilakukan/dijalankan
oleh orang yang memiliki pengalaman dan profesionalitas dalam perbankan. Untuk
itu, diminta kehati-hatiannya dalam menjalankan tugas tersebut.
Mengenai fungsi perbankan Indonesia, secara umum diatur dalam Pasal 3 UU No. 7
Tahun 1992, yaitu: sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.
Adapun fungsi perbankan Indonesia secara luas adalah:
1. Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat atau penerima
kredit.
2. Bank sebagai penyalur dana kepada masyarakat atau sebagai lembaga pemberi
kredit.
3. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan
pembayaran.
Tujuan Perbankan di Indonesia diatur dalam pasal 4 UU No. 7 Tahun 1992.
"Perbankan Indonesia bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan

nasional dalam rangka menigkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan


stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak".
Jenis-jenis Perbankan di Indonesia diatur dalam Pasal 5 UU No. 7 Tahun 1992.
Dalam Pasal 5 ayat (1), berbunyi:
1. Bank Umum, adalah bank yang dapat memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
2. Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang menerima simpanan dalam bentuk
deposito berjangka dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Pasal 5 ayat (2): "Bank Umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan
suatu kegiatan tertentu dan memberikan perhatian yang lebih besar kepada
kegiatan tertentu".
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Perbankan di Indonesia hanya terdiri dari 2 jenis,
yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan saja, sedangkan Bank Sentral hanya
bertugas untuk menjaga kestabilan moneter dan melakukan pengawasan dan
pembinaan bank.
Sebagaimana yang telah ditentukan bahwa hanya ada 2 jenis Perbankan di
Indonesia, makan usaha-usaha Perbankan pun hanya di jalankan oleh 2 jenis bank
saja, yaitu:
1. Usaha Bank Umum, diatur dalam Pasal 6 UU No. 7 Tahun 1992. Namun setelah
adanya UU yang Diubah (UU No. 10 Tahun 1998) ketentuan dalam huruf m diganti,
dan berbunyi: "menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain
berdasarkan prinsip syari'ah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia".
2. Usaha Bank Perkreditan Rakyat, diatur dalam Pasal 13 Undang-Undang No. 7
Tahun 1992. Namun setelah diubah dengan UU No. 10 tahun 1998, ketentuan dalam
huruf c diganti, dan berbunyi: "menyediakan pembiyaan dan penempatan uang
berdasarkan prinsip Syari'ah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), dilarang
untuk:
1. menerima simpanan dalam bentuk giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran.
2. melakukan kegiatan valas (valuta asing).
3. melakukan usaha perasuransian.

Istilah Umum Perbankan


Dalam dunia perbankan banyak istilah-istilah yang kadang tak di mengerti oleh orang
kebanyakan. Agar kita tak buta financial, berikut adalah kamus dari A-Z tentang dunia keuangan.
Asuransi
Perjanjian yang menyebutkan seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung
dengan menerima premi sebagai pengganti apabila terjadi kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan yang kemungkinan akan dideritanya apabila terjadi suatu peristiwa
yang menimpanya.
Bea
Pajak tidak langsung atas barang impor dan ekspor dengan surat-surat sebagai bukti, dan lainlain menurut peraturannya masing-masing.
Cek
Surat perintah tidak bersyarat kepada bank untuk membayar sejumlah uang tertentu, pada waktu
surat tersebut diserahkan kepadanya, dan agar surat perintah itu berlaku sebagai cek, isinya harus
memenuhi syarat yang ditetapkan dalam undang-undang, antara lain memuat perkataan "cek".
Dividen
Bagian laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai pembagian keuntungan.
Endosemen Pinjam Nama
Endosemen yang dilakukan endosan dengan sekedar mengizinkan penggunaan namanya untuk
membantu pihak lain memperoleh dana melalui penjualan surat wesel, walaupun tidak
berkepentingan atas surat wesel tersebut, endosan tetap bertanggung jawab menurut hukum.
Fidusia
Orang atau badan yang mendapat kepercayaan menguasai barang untuk mengelolanya, misalnya
administratur, direktur, dan lain-lain.
Giro
Simpanan pada bank, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan mempergunakan
cek, surat perintah pembayaran yang lainnya, atau dengan cara pemindah bukuan.
Harga Pasar
Nilai pasaran sekuritas atau komoditas lainnya yang ditentukan berdasarkan permintaan dan
penawaran pasar.
Irrevocable Credit; Irrevocable-Letter of Credit
Surat kredit yang tidak dapat diubah atau ditarik kembali atau dibatalkan tanpa persetujuan dari
semua pihak yang berkepentingan.

Junior Security
Obligasi atau hipotek yang dijamin dengan harta benda yang telah dibebani satu atau lebih
obligasi yang telah diterbitkan lebih dahulu
Klausula Akselerasi
Pasal dalam kontrak yang menyatakan bahwa penjual dapat menuntut pembayaran penuh dengan
segera dari sisa yang belum dibayar jika pembeli gagal membayar angsuran yang masih
terhutang
Likuiditas
Kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera
harus dibayar dengan harta lancarnya
Modal
Harta yang dipergunakan untuk menghasilkan tambahan kekayaan
Nota Kontrak
Catatan atau memorandum yang diberikan pialang kepada orang yang menjual atau membeli
saham
Obligasi
Surat utang yang berjangka waktu lebih dari satu tahun dan bersuku bunga tertentu, yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk menarik dana dari masyarakat, guna pembiayaan perusahaan
atau oleh pemerintah untuk keperluan anggaran belanjanya
Pialang
Perantara dalam perdagangan yang diangkat dan disumpah; dalam mengadakan perjanjianperjanjian, perantara ini bertindak untuk dan atas nama pengamanat dengan menerima provisi.
Dengan pengamanat ia tidak mempunyai hubungan kerja yang tetap atau biasa disebut broker.
Reksa Dana
Wadah investasi yang berisi dana dari sejumlah investor dimana uang didalamnya diinvestasikan
ke dalam berbagai produk investasi oleh sebuah Perusahaan Manajemen Investasi
Saham
Surat bukti pemilikan bagain modal perseroan terbatas yang memberikan berbagai hak menurut
ketentuan anggaran dasar
Tingkat Bunga Efektif
Tingkat bunga yang sesungguhnya dibebankan dalam setahun, jika suku dibebankan sekali
setahun, maka tingkat bunga nominal sama dengan suku bunga efektif
Uang Muka
Pembayaran sebagian dari harga oleh pembeli kepada penjual sebagai tanda bahwa perjanjian
jual beli yang diadakan telah meningkat

Valuta Asing
Alat pembayaran dan alat-alat likuid luar negeri lainnya
Warkat Berharga
Warkat dengan nilai nominal tertentu yang berfungsi sebagai uang, seperti Sertifikat Bank
Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang, giro, cek, dan sebagainya
Yield
Penerimaan yang dinyatakan dengan persen yang diperoleh dari hasil investasi (FKW)

Anda mungkin juga menyukai