Hipertensi arteri pulmonalis (PAH) telah menyebabkan peningkatkan kadar aldosterone
dalam plasma dan jaringan paru. Keadaan ini mempunyai kolerasi dengan keadaan hemodinamik kardiopulmonal. PAH dapat menyebabkan pertukaran bentuk (remodelling) dari vaskularisasi pulmo yang dapat menyebabkan disfungsi endothelial, disregulasi proliferasi vaskularisasi otot polos dan inflamasi. Kejadian ini akhirnya dapat memacu terjadinya thrombosis. 1 Keadaan di atas akan menyebabkan terjadinya gangguan aktivitas pembuluh darah, peningkatan tekanan arteri pulmonalis, peningkatan resistansi pembuluh darah paru yang akhirnya memberi impak kepada paru dan jantung yaitu perubahan struktur ventricular kanan jantung. Karena itu, fungsi jantung dapat terganggu hinggakan bisa terjadi gagal jantung kanan (RHF). Jika pasien tidak ditangani dengan benar maka kematian dapat terjadi.1 Setelah kita mengetahui fisiologi dari RAAS, maka dapat diputuskan satu rantai untuk mengobati pasien yang mengalami gagal jantung. Spironolakton yang berperan sebagai antagonis mineralokortikoid dapat membantu menurunkan kembali tekanan arteri, menurunkan afterload dan volume darah serta dapat menghalang hipertrofi otot jantung terutama pada bagian jantung kanan. Mengikut kajian, pasien yang mengalami PAH, selepas 14 hari nilai ACE dapat meningkat tiga hingga empat kali lipat pada jantung yang mengalami miokard infarc dan hanya terlokalisir pada jantung kanan. Hal ini menunjukkan bahwa, spironolakton dengan efek antagonist mineralokortikoid dapat menghalang peningkatan kembali tekanan darah arteri dan sebagainya walaupun obat ACE-inhibitor lebih baik untuk digunakan pada kasus tersebut. Pengobatan dengan spironolakton dapat mengurangkan penebalan otot pembuluh darah, meningkatkan area luminal dan melimitasi pengendapan kolagen pada pembuluh darah, mengurangkan tekanan sistolik atrium kanan serta mengurangkan risiko terjadinya hipertrofi ventrikel kanan. 1 Penggunaan spironolakton dalam terapi gagal jantung telah lama dipakai. Namun, disebabkan sifatnya yang hemat kalium maka sebuah penelitian telah dilakukan untuk melihat efek pengobatannya. Menurut Randomized Aldactone Evaluation Study (RALES), walaupun spironolakton baik dalam mengobati gagal jantung namun kejadian hiperkalemia telah dicatat pada 24% pasien yang mengkonsumsi dosis 12,5-75 mg/dl. Insiden ini telah menyebabkan pemberian spironolakton haruslah dengan lebih berhati. 2 Menerusi RALES, maka ditetapkan bahwa spironolakton dapat diberi pada dosis rendah, 25 mg/dl setiap hari sekiranya terjadi hiperkalemia atau meningkatkan dosisnya menjadi 50 mg/dl setelah delapan minggu pada pasien yang mempunyai simptom perburukan gagal jantung. 2 1. Bradley AM, Jane AL. The role of the renin-angiotensin-aldosterone system in the pathobiology of pulmonary arterial hypertension (2013 Grover Conference series). Pulmonary Vascular Research Institute 2014; 4(2): 200-10.
2. Domenic AS. Aldosterone receptor antagonism: Interface with hypekalemia in heart
failure. LE JACQ Communications. 2004; 10: 259-64.