PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam mengajarkan manusia agar selalu menuntut ilmu. Banyak
ayat dalam alquran yang menjelaskan agar manusia terus menuntut ilmu sejak ia
dini, sampai menghembuskan nafas terakhir dalam keadaan berilmu. Bahkan
disebutkan tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina. Pernyataan tersebut berartian
bahwa kita harus menuntut ilmu sampai sejauh apapun ilmu tersebut berada.
Ada banyak hadits yang menunjukkan keutamaan orang berilmu, salah
satunya disebutkan bahwa orang berpengetahuan melebihi orang yang senang
beribadah, yang berpuasa, dan yang menghabiskan waktu malamnya untuk
mengerjakan shalat, bahkan melebihi orang yang berperang di jalan Allah.
Sedangkan
orang
berpengetahuan
yang
mau
mengajarkan
dan
mengamalkan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain itu lebih utama, karena
tugas yang diembannya hampir sama seperti tugas yang diemban seorang rasul.
Seseorang tersebut dapat disebut sebagai pendidik.
Dalam pandangan islam, seorang pendidik juga disebut sebagai
murabi, muallim, muaddib, ataupun mursyid, dan terkadang diberi gelar sebagai
seorang ustadz, syekh, dan kiyai. Dalam konteksnya, seorang pendidik memiliki
syarat sebagai pendidik dan tugas-tugasnya yang telah diatur yang kemudian akan
kita bahas dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Tugas Pendidik
1. Pengertian Pendidik
Dalam pandangan islam, pendidik ialah mereka yang bertanggungjawab
terhadap perkembangan anak didik. Pendidik adalah setiap orang dewasa yang
karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan dirinya dan orang
lain.
Disini yang dimaksud dengan mereka yang bertanggung jawab adalah kedua
orang tua peserta didik. Orang tua peserta didik adalah orang yang paling
bertanggung jawab atas pendidikan peserta didik tersebut. Ini disebabkan oleh dua
hal yaitu, pertama adalah karena kodrat orang tua yang dititipi seorang anak dari
Allah SWT, maka mereka harus bisa mengasuh anaknya dan bertanggung jawab
atas pendidikan anaknya sehingga anak-anak mereka tidak tersesat dalam
kehidupannya. Kedua, karena kepentingan kedua orang tua itu sendiri. Sebagai
orang tua pasti mengharapkan anak-anaknya dapat menjalani hidup dengan
sukses, sehingga para orang tua harus mendidik anaknya agar dapat menghadapi
peradaban zaman.
Namun, pada zaman sekarang ini bukanlah hal yang efektif jika
pendidikan kepada anak hanya dilakukan oleh orang tua. Ini akan membutuhkan
biaya yang lebih besar, dan para orang tua hanya mempunyai waktu untuk
mendidik sang anak saja. Padahal mereka juga harus bekerja untuk menghidupi
keluarga. Maka disinilah peran sekolah sangat penting untuk peserta didik. Orang
tua menitipkan anaknya untuk dididik di lingkungan sekolah dengan
mengeluarkan biaya yang lebih ringan dan orang tua dapat bekerja untuk
memenuhi kebutuhan yang lainnya.
Dalam konteks pendidikan Islam pendidik sering disebut dengan
murabbi, muallim, muaddib, mudarris, dan mursyid.[3] Menurut peristilahan
yang dipakai dalam pendidikan dalam konteks Islam, kelima istilah ini
mempunyai makna yang berbeda. Murabbi adalah orang yang mendidik dan
menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi serta mampu mengatur dan
memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya,
masyarakat dan alam sekitarnya. Muallim adalah orang yang menguasai ilmu
dan mampu mengembangkannya sertamenjelaskan fungsinya dalam kehidupan,
menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, sekaligus melakukan transfer ilmu
pengetahuan,internalisasi serta implementasi. Muaddib adalah
orang
yang
Tugas Pendidik
Para ahli pendidikan islam dan ahli pendidikan barat mengartikan bahwa
tugas seorang pendidik adalah mendidik. Mendidik dapat dijabarkan dalam bentuk
mengajar, memberikan dorongan atau motivasi, memuji, menghukum, memberi
contoh ataupun dalam bentuk pembiasaan diri. Dari segala bentuk mendidik
tersebut akan menghasilkan pengaruh positif bagi pendewasaan anak.
Menurut al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan,
membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Karena tujuan pendidikan Islam yang utama adalah upaya
untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Dalam literatur barat, selain mengajar seorang guru atau pendidik memiliki
tugas lain yaitu membuat persiapan mengajar, mengevaluasi hasil belajar, dan
lain-lain yang bersangkutan dengan pencapaian tujuan mengajar.
Tugas-tugas pendidik tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
a.
Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak didik dengan berbagai
g.
peserta didiknya, sekalipun keaktifan itu akibat dari motivasi dan pemberian
fasilitas dari pendidiknya. Seorang pendidik juga harus mampu memainkan
peranan dan fungsinya dalam menjalankan tugas keguruannya. Hal ini
menghindari adanya benturan fungsi dan perannya, sehingga pendidik bisa
menempatkan kepentingan sebagai individu, anggota masyarakat, warga Negara,
dan pendidik sendiri. Jadi, antara tugas keguruan dan tugas lainnya harus
ditempatkan menurut proporsinya. Oleh karena itu, fungsi dan tugas pendidik
dalam pendidikan dapat disimpulkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1.
sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah
yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrol,
dan partisipasi atas program pendidikan yang dilakukan.
2.2 Peran Pendidik Dalam Perspektif Islam
Dalam perspektif Islam keberadaan, peranan, dan fungsi guru merupakan
keharusan yang tidak bisa diingkari. Tidak ada pendidikan tanpa "kehadiran"
guru. Guru merupakan penentu arah dan sistematika pembelajaran mulai dari
kurikulum, sarana, bentuk pola sampai kepada usaha bagaimana anak didik
seharusnya belajar dengan baik dan benar dalam rangka mengakses diri akan
pengetahuan dan nilai-nilai hidup. Guru merupakan resi yang berperan sebagai
"Pemberi Petunjuk" kearah masa sepan anak didik yang lebih baik.
Peran dan tanggung jawab guru dalam proses pendidikan sangat berat.
Apalagi dalam konteks pendidikan Islam, dimana semua aspek kependidikan
dalam Islam terkait dengan nilai-nilai (value bound), yang melihat guru bukan
hanya pada penguasaan material-pengetahuan, tetapi juga pada investasi nilai-nilai
moral
dan spiritual
yang
diembannya
untuk
ditransformasikan
kearah
fasilitator, guru
hendaknya
dapat
menyediakan
fasilitas
yang
Jenis Pendidik
Sudah dewasa, yaitu orang dewasa yang dapat diberi tanggung jawab. Di
negara kita, seseorang dianggap dewasa sejak umur 18 tahun atau dia sudah
kawin. Menurut ilmu pendidikan, umur 21 tahun adalah tahun laki-laki dan
tahun perempuan cukup dewasa.
b.
Sehat jasmani dan rohani. Jika seorang pendidik tidak sehat jasmani atau
sakit, akan mengganggu kegiatan mengajar. Bahkan dapat menularkan
penyakitnya kepada peserta didik. Dan jika seorang itu tidak sehat rohani,
maka akan sangat berbahaya pada perkembangan peserta didik. Bagaimana
mungkin seorang peserta didik yang meniru pendidik yang sakit rohaninya
akan berhasil.
c.
Harus ahli.
b.
c.
Keahlian, harus ahli dalam bidang yang diajarkannya dan menguasai ilmu
mendidik (termasuk ilmu mengajar).
10
b.
c.
Sehat jasmaninya.
d.
e.
11
dari belajar dan mengajar. Yang belajar adalah calon guru dan yang mengajar
adalah guru. Maka tidak boleh tidak, Islam pasti memuliakan guru. Tak
terbayangkan terjadinya perkembangan pengetahuan tanpa adanya orang belajar
dan mengajar dan tak terbayangkan pula adanya belajar dan mengajar tanpa
adanya guru.
Tingginya keudukan guru dalam islam masih dapat disaksikan secara
nyata pada zaman sekarang. Itu dapat kita lihat terutama di pesantren-pesantren di
Indonesia. Santri bahkan tidak berani menantang sinar mata kyainya. Sebagian
lagi membungkukkan badan tatkala mengahadap rumah kyainya. Bahkan, konon
ada santri yang tidak berani kencing menghadap rumah kyai sekalipun berada
dalam kamar yang tertutup. Betapa tidak, mea silau oleh tingkah laku kyai yang
begitu mulia, sinar matanya yang menembus, ilmunya yang luas dan dalam,
doanya yang diyakini mujarab.
Ada penyebab khas mengapa orang Islam amat menghargai guru, yaitu
pandangan bahwa ilmu itu semuanya bersumber pada Tuhan.
Oleh sebab itu, Allah azza wa jalla berfirman:
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana." (Al-Baqarah: 32)
Sebenarnya terjemahan Hakim dengan Maha Bijaksana kurang tepat,
Karena arti Hakim ialah: yang mempunyai hikmah. hikmah ialah penciptaan dan
penggunaan sesuatu sesuai dengan sifat, guna dan faedahnya. di sini diartikan
dengan Maha Bijaksana Karena dianggap arti tersebut hampir mendekati arti
Hakim.
Ilmu datang dari Tuhan. Guru pertama adalah Tuhan. Pandangan yang
menembus langit ini tidak boleh tidak telah melahirkan sikap pada orang Islam
bahwa ilmu itu tidak terpisah dari Allah, ilmu tidak terpisah dari guru. Maka
kedudukan guru amat tinggi dalam Islam.
Pandangan ini selanjutnya akan menghasilkan bentuk hubungan antara guru dan
murid. Hubungan guru-murid dalam Islam tidak berdasarkan hubungan untungrugi dalam arti ekonomi yang menyebabkan pernah muncul pendapat di kalangan
12
ulama Islam bahwa guru haram mengambil upah (gaji) dari pekerjaan mengajar.
Hubungan murid-murid dalam Islam pada hakekatnya adalah hubungan
keagamaan, suatu hubungan yang mempunyai niali kelangitan.
Kedudukan guru yang demikian tinggi dalam Islam kelihatannya memang
berbeda dari kedudukan guru di dunia Barat. Perbedaan itu jelas karena di Barat
kedudukan itu tidak memiliki warna kelangitan. Hubungan guru-murid juga
berbeda. Perbedaan itu juga karena hubungan guru-murid di Barat tidak lebih dari
sekedar orang yang pengetahuannya lebih banyak daripada murid. Hubungan
guru-murid juga tidak lebih dari sekedar pemberi dan penerima. Karenanya maka
wajarlah bila di Barat hubungan guru-murid adalah hubungan kepentingan antara
pemberi dan penerima jasa (dalam hal ini pengetahuan). Karena itu, hubungan
juga dilihat oleh pembayaran yang dilakukan berdasarkan perhitungan ekonomi.
Dalam sejarah, hubungan guru-murid dalam Islam ternyata sedikit demi sedikit
berubah.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam pandangan islam, pendidik ialah mereka yang bertanggungjawab
terhadap perkembangan anak didik. Pendidik adalah setiap orang dewasa yang
karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan dirinya dan orang
lain.
Menurut al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan,
membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Karena tujuan pendidikan Islam yang utama adalah upaya
untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi ajaran Islam
itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan; pengetahuan itu didapat dari belajar
dan mengajar. Yang belajar adalah calon guru dan yang mengajar adalah guru.
Maka tidak boleh tidak, Islam pasti memuliakan guru. Tak terbayangkan
terjadinya perkembangan pengetahuan tanpa adanya orang belajar dan mengajar
dan tak terbayangkan pula adanya belajar dan mengajar tanpa adanya guru.
3.1 Saran
Penulis masih menyadari akan ketidak sempurnaan pembuatan makalah ini,
maka dari itu penulis meminta saran dan kritik yang mendukung untuk makalah
ini, agar dalam pembuatan makalah yang berikutnya bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
14
http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/03/pendidik-dalam-perspektifislam.html
http://003saleha.blogspot.com/2013/10/makalah-pendidik-dalam-perspektif.html
http://mininoton.blogspot.com/2013/05/makalah-kedudukan-guru-dalamislam.html
15