Anda di halaman 1dari 26

1

MODEL MANAJEMEN KAJIAN KEISLAMAN (HALAQAH) DALAM


MENINGKATKAN KEDISIPLINAN GURU DALAM MENGAJAR DI
SMA ARRISALAH LUBUKLINGGAU
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran akan terlaksana dengan baik ketika semua komponen
pendidikan mampu memunuhi tugas masing masing. Dalam pelaksanaan tugas
sangat diperlukan kedisiplinan baik oleh kepala sekolah, guru dan siswa.
Terciptanya situasi yang disiplin, dapat menimbulkan jalannya proses pendidikan,
sehingga berpengaruh terhadap pencapaian tujuan. Demikian pula bagi seorang
guru yang dalam pelaksanaan tugasnya harus memiliki rasa tanggung jawab agar
secara efektif dapat dicapai suatu etos kerja yang semaksimal mungkin dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Dalam rangka peningkatan kualitas manusia, pembangunan dalam bidang
pendidikan adalah melalui proses peningkatan mutu pendidikan. Dalam hal ini
pemerintah telah melakukan berbagai upaya atau kebijaksanaan seperti
pembaharuan kurikulum, penataran-penataran bagi para guru, pengadaan sarana
dan prasarana yang lebih baik bagi keberhasilan suatu cita-cita pendidikan.
Dalam pelaksanaan tugas seorang guru sangat diperlukan kedisiplinan,
karena akan selalu mentaati standar operasional prosedur kerja, sehingga akan
menjadi suatu kebiasaan yang melekat pada dirinya. Dengan demikian kebiasaan
yang baik akan dapat dicapai suatu hasil atau prestasi yang memuaskan di dalam

proses belajarnya. Dalam Islam sendiri bahwa Allah berfirman, surat An Nisa ayat
59 yang artinya adalah hai orang orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah
dan taatlah kepada rasulNya dan kepada ulil Amri dari kalangan kamu. Artinya
kedisiplinan dalam bekerja merupakan manifestasi dari ketaatan seorang muslim
kepada Rabbnya dan hal ini merupakan wujud dari tingkat keimanan itu sendiri
kepada Rabbnya. Sifat bertanggung jawab dan disiplin dalam melaksanakan tugas
merupakan suatu amal soleh yang akan melekat di setiap muslim yang merasa
selalu diawasi oleh Rabbnya dalam aktifitasnya sehari hari baik bekerja maupun
hubungan terhadap diri sendiri. Sedangkan menurut Nasin Ibnu Suwandi daan
Anno D. Sanjari (1997:12) sebagai berikut: Disiplin adalah kepatuhan untuk
menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang tunduk
pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku.
Disiplin dalam melaksanakan tugas harus diterapkan. Keterangan dan
kedisiplinan dalam menggunakan waktu kehadiran, ketertiban, keaktifan dan
kerapian melaksanakan tugas mengajar merupakan kunci utama untuk
memperoleh prestasi bagi kompetensi guru akan menjadi baik. Oleh karena itu
kedisiplinan yang timbul dari dalam diri guru harus lebih ditingkatkan dan digali
sehingga dapat menunjang pencapaian tujuan yang diinginkan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan, bahwa kedisiplinan dalam
melaksanakan tugas sangat perlu ditingkatkan dalam upaya peningkatan kualitas
pendidikan. Sehubungan dengan itu, penulis selaku observer dan kepala sekolah
tertarik untuk mengadakan penelitian

tentang apakah ada hubungan antara

kedisiplinan guru dalam melaksanakan tugas dengan tingkat keimanan dan

pemahaman tentang tanggung jawab dalam bekerja yang dimiliki oleh guru
menurut pandangan Islam di SMA Arrisalah Lubuklinggau.

2. Rumusan Masalah dan Rencana Pemecah Masalah


a. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis selaku observer
dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Model Manajemen Kajian Keislaman (Halaqah) kepada guru SMA
Arrisalah Lubuklinggau?
2. Bagaimana Model Manajemen Kajian Keislaman (Halaqah) yang dapat
meningkatkan kedisiplinan guru dalam mengajar di SMA Arrisalah
Lubuklinggau?
b. Rencana Pemecah Masalah
Penelitian

ini dilaksanakan dengan menerapkan Kajian Keislaman

(Halaqah) pada guru SMA Arrisalah Lubuklinggau.

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian


a. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari penerapan Kajian
Keislaman (Halaqah) dalam meningkatkan kedisiplinan guru dalam
mengajar di SMA Arrisalah Lubuklinggau.
b. Manfaat Penelitian

1.

Bagi Guru
Untuk memberi gambaran bahwa tingkat keimanan dan pemahaman

tentang tanggung jawab dalam bekerja sangatlah penting dan memiliki pengaruh
besar terhadap kualitas kedisiplinan guru dalam melaksanakan tugas di kelas.
2.

Bagi Penulis sekaligus Kepala Sekolah


Sebagai Tindakan supervisi terhadap kinerja guru selama ini, dimana

aspek disiplin mengajar perlu pembinaan tersendiri dan bagian tugas pokok
supervisi kependidikan, agar pelaksanaan proses belajar mengajar dapat berjalan
dengan baik.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Landasan Teori
A. Manajemen
Manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Definisi Mary Parker Follet ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur
dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin
mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara
efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara
benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Manajemen belum memiliki definisi
yang mapan dan diterima secara universal.
Jadi manajemen adalah suatu kelompok kegiatan yang terdiri dari
perencanaan, pengkorrdinasian, dan pengontrolan yang terorganisasi dengan baik
dan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
B. Tinjauan Tentang Halaqah
1. Sejarah Awal Penggunaan Metode Halaqah
Pada awal Islam diturunkan, bangsa Arab dikenal dengan sebutan kaum
jahiliyah. Kaum Quraisy penduduk Mekah sebagai bangsawan di kalangan bangsa
Arab hanya memiliki 17 orang yang pandai baca tulis. Suku Aus dan khozroj
penduduk Yastrib (Madinah) hanya memiliki 11 orang yang pandai membaca.
Hal inilah yang menyebabkan bangsa Arab sedikit sekali yang mengenal

ilmu pengetahuan. Hidup mereka dipenuhi dengan sifat kebengisan dan kenistaan,
mereka hanya mengikuti hawa nafsu, yang kuat menindas yang lemah, yang kaya
memeras yang miskin, yang kuasa menginjak-injak yang disukainya, hingga
persaudaraan menjadi permusuhan, mereka menyembah berhala, api, binatang dan
lain-lainnya.Menghadapi kenyataan itu Rasulullah, diutus Allah dengan tujuan
memperbaiki akhlak, baik akhlak untuk berhubungan dengan Tuhan maupun
sesama manusia.
Dalam masalah ilmu pengetahuan Rasulullah sangat besar pengaruhnya.
Pola pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah yaitu dengan dua tahap, yaitu:
a. Tahap rahasia dan perseorangan.
Hal tersebut dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi dengan memulai
dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik
istrinya, khadijah untuk beriman kemudian diikuti oleh anak angkatnya Ali bin
Abi Thalib dan Said bin Haritsah selanjutnya diikuti oleh sahabat-sahabat karib
Rasullulah. Sebagai lembaga pendidikan dan pusat pendidikan Islam yang
pertama pada era awal ini adalah, rumah
b. Tahap terang-terangan
Perintah dakwah secara terang-terangan tersebut seiring dengan jumlah
sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan saluran
dakwah, di samping itu keberadaan rumah Arqam bin Arqam sebagai pusat
lembaga pendidikan Islam sudah diketahui oleh Quffar Quraisy.

2. Pengertian Halaqah
Menurut bahasa, halaqah merupakan yang berarti lingkaran. Namun
menurut istilah, sebagai media untuk merealisasikan kurikulum tarbiyah. Sarana
utama berupa halaqah tersebut masih harus dilengkapi dengan sarana-sarana
tambahan agar sasaran tarbiyah yakni pencapaian atau karakteristik di jenjangjenjang tersebut dapat tercapai secara optimal.
Dalam masalah ini, penulis melihat bahwa kegiatan halaqah akan berjalan
secara efektif jika dilengkapi dengan piranti-piranti di dalamnya, misalnya tutor
yang bisa diandalkan keilmuannya, sarana dan prasarana yang memadai serta
pengekelasan peserta halaqah dilihat dari intensitas ilmu yang mereka serap dari
tutor. Selain merupakan salah satu sarana tarbiyah, halaqah juga dapat
didefinisikan sebagai satu proses kegiatan tarbiyah dalam dinamika kelompok
dengan jumlah anggota maksimal 12 orang.
Melalui proses interaksi tersebut diharapkan terjadi proses saling
bercermin, mempengaruhi dan berpacu ke arah yang lebih baik serta melatih
kebersamaan dalam ruang lingkup amal jamai. Artinya bahwa fastabiqul khoirot
menjadi hidup dan berkembang. Abdullah Qadiri menegaskan bahwa sasaran
utama belajar mengajar dalam sebuah halaqah haruslah bertujuan akhir
mengokohkan hubungan dengan Allah dan mampu beribadah kepada-Nya, dengan
cara yang diridhai-Nya. Karena beribadah kepada Allah adalah tujuan asasi
diciptakan-Nya manusia.
Sangat penting bagi kita dalam memahami satu kegiatan tertentu, karena
jika apa yang dilakukan bisa menjadikan seseorang jauh dari Allah, maka sia-sia.

Namun jika sebaliknya, semakin menambah keimanan kepada Allah, maka


sangatlah bermanfaat majelis tersebut.
3. Tujuan Halaqah dalam Model Manajemen ini
Semua tugas dan hak murobbi tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan
halaqah, yakni membentuk pribadi Islami dan daiyah (Syakhsiyah Islamiyah wad
daiyah). Tujuan tersebut dijabarkan dalam empat sasaran halaqah, yaitu;
1. Tercapainya 10 muwashofat (sifat-sifat) tarbiyah:
a) Aqidah yang bersih

f) Tubuh yang kuat

b) Ibadah yang benar

g) Mampu memerangi hawa nafsu

c) Akhlaq yang kokoh

h) Mampu mengatur segala urusan

d) Penghasilan yang baik dan cukup

i) Mampu memelihara waktu

e) Pikiran yang berwawasan

j) Bermanfaat bagi orang lain

Secara menyeluruh akan membuat setiap manusia mampu untuk bekerja


semaksimal mungkin, bertanggung jawab dan akhirnya menumbuhkan rasa
disiplin dikarenakan keimanan yang kuat.
2. Tercapainya ukhuwah Islamiyah.
3. Tercapainya produktifitas dakwah (berupa tumbuhnya dai dan murobbi
baru).
4. Tercapainya pengembangan potensi madu
C. Disiplin Melaksanakan Tugas di Sekolah
1. Pengertian Disiplin
Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu
sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan
peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap menaati peraturan
dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih.
Dalam ajaran Islam, banyak ayat al-Qur`an dan hadist, yang
memerintahkan disiplin dalam arti ketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan.
Antara lain disebutkan dalam surah an-Nis` ayat 59, Wahai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian
jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (al-Qur`an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. (Qs. an-Nis` [4]: 59)
Di samping mengandung arti taat dan patuh pada peraturan, disiplin juga
mengandung arti kepatuhan kepada perintah pemimpin, perhatian dan kontrol
yang kuat terhadap penggunaan waktu, tanggungjawab atas tugas yang

diamanahkan, serta kesungguhan terhadap bidang keahlian yang ditekuni.


Islam

mengajarkan

kita

agar

benar-benar

memperhatikan

dan

mengaplikasikan nilai-nilai kedisplinan dalam kehidupan sehari-hari untuk


membangun kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Perintah untuk menekuni bidang tertentu hingga menghasilkan karya atau
keahlian tertentu sesuai potensi yang dimiliki. Masing-masing orang dengan
keahliannya, diharap dapat saling bekerjasama dan bahu-membahu menghasilkan
buah karya yang bermanfaat bagi banyak orang. Tiap-tiap orang berbuat menurut
keadaannya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih
benar jalannya. (Qs. al-Isr` [17]: 84)
Pesan-pesan moral yang terkandung dalam ajaran Islam, memberi
interpretasi yang lebih luas dan jelas kepada umatnya untuk berlaku dan bertindak
disiplin. Bahkan dari beberapa rangkaian ibadah, seperti shalat, puasa, zakat
maupun haji, terkandung perintah untuk berlaku disiplin.
Dengan demikian, nilai-nilai moral ajaran Islam diharapkan mampu
menjadi energi pendorong pelaksanaan kedisplinan. Dalam skala lebih luas, untuk
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
Berdasar dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin yang
baik adalah disiplin diri atau self discipline, segala peraturan atau norma yang ada
baik untuk kepentingan dunia maupun akhirat. Sehingga dengan demikian akan
bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun untuk kepentingan bangsa dan negara.
2. lndikator Tentang Disiplin Mengajar di Sekolah.
Guru dikatakan mengajar dengan disiplin apabila telah mentaati semua

peraturan atau tata tertib di sekolah, suatu sikap yang meliputi :


1. Keaktifan masuk sekolah.
Aktif masuk sekolah berarti aktif atau rajin masuk sekolah, sepanjang,
dalam keadaan sehat atau tidak sakit.

Guru yang aktif akan mementingkan

sekolahnya walaupun ada kepentingan keluarga sekalipun, sikap ini didasari oleh
disiplin diri dan tidak menyiakan waktu sehingga tidak merugi.
2. Ketertiban di dalam kelas
Di dalam tata tertib sekolah telah disebutkan bahwa kewajiban

guru

adalah ikut membantu agar tata tertib sekolah dapat berjalan dari ditaati juga
disebutkan dalam larangan guru yaitu mengganggu jalannya kegiatan belajara
mengajar dalam kelasnya maupun terhadap kelas lain. Dengan sikap ini maka
pengajaran tidak akan terhambat, karena guru tidak mengganggu jalannya proses
kegiatan belajar mengajar dan dengan kesadaran akan selalu menciptakan
ketertiban di dalam kelas maupun sekolahnya. Hal ini berpengaruh terhadap
kelancaran proses belajar mengajar.
3. Keaktifan Administrasi Pembelajaran
Guru akan selalu memberikan materi ajar sesuai dengan jam dan jadwal
pelajaran di kelas sejak awal sampai berakhir jam pelajaran. Dengan demikian
tidak satupun materi ajar yang diabaikan, sehingga prestasi mengajar juga akan
dapat dicapai secara menyeluruh dengan mutu yang baik.
B. Guru
Peran Guru dalam proses kemajuan pendidikan sangatlah penting. Guru
merupakan salah satu faktor utama bagi terciptanya generasi penerus bangsa yang

berkualitas, tidak hanya dari sisi itelektulitas saja melainkan juga dari tata cara
berperilaku dalam masyarakat. Oleh karena itu tugas yang diemban guru tidaklah
mudah. Guru yang baik harus mengerti dan paham tentang hakekat sejati seorang
guru, hakekat guru dapat kita pelajari dari definisi atau pengertian dari istilah guru
itu sendiri. Maka pada kesempatan kali ini admin akan membahas pengertian guru
menurut para ahli pendidikan maupun dari literature terkait antara lain :
Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Guru
adalah

pendidik

profesional

dengan

tugas

utama

mendidik,

mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik


pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan
pendidikan menengah. Pengertian guru diperluas menjadi pendidik yang
dibutuhkan secara dikotomis tentang pendidikan. Pada bab XI tentang pendidik
dan tenaga kependidikan. Dijelaskan pada ayat 2 yakni pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran. Hasil motivasi berprestasi, melakukan bimbingan dan pelatihan
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi.
Husnul Chotimah (2008) Guru dalam pegertian sederhana adalah orang
yang memfasilitasi proses peralihan ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke
peserta didik.
Dri Atmaka (2004: 17) pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung
jawab memberikan pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan baik
jasmani maupun rohaninya. Agar tercapai tingkat kedewasaan mampu berdiri

sendiri memenuhi tugasnya sebagai mahluk Tuhan, mahluk sosial dan mahluk
individu yang mandiri.
E. Mulyasa (2003: 53) pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional.
Ahmadi (1997: 109) pendidik adalah sebagai peran pembimbing dalam
melaksanakan proses belajar mengajar. Menyediakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan siswa merasa aman dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan
prestasi yang dicapai mendapat penghargaan dan perhatian sehingga dapat
meningkatkan motivasi berprestasi siswa.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993: 288) guru adalah orang yang
pekerjaannya, mata pencahariannya, dan profesinya mengajar.
Drs. Moh. Uzer Usman (1996: 15) guru adalah setiap orang yang bertugas
dan berwenang dalam dunia pendidikan dan pengajaran pada lembaga pendidikan
formal. Guru sekolah dasar adalah guru yang mengajar dan mengelola
administrasi di sekolah itu. Untuk melaksanakan tugasnya prinsip-prinsip tentang
tingkah laku yang diinginkan dan diharapkan dari semua situasi pendidikan adalah
berjiwa Pancasila. Berilmu pengetahuan dan keterampilan dalam menyampaikan
serta dapat dipertanggungjawabkan secara didaktis dan metodis.
Sebagai profesi, guru memenuhi ciri atau karakteristik yang melekat pada
guru, yaitu:
c. Memiliki fungsi dan signifikasi sosial bagi masyarakat, dirasakan
manfaatnya bagi masyarakat.
d. Menurut ketrampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan

yang dapat dipertanggungjawabkan.


e. Memiliki kompetensi yang didukung oleh suatu disiplin ilmu tertentu (a
sytenatic bady of knowledge).
f. Memiliki kode etik yang dijadikan sebagai satu pedoman perilaku
anggota beserta saksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggaran kode eti
tersebut.
g. Sebagai konsekwensi dari layanan dan prestasi yang diberikan kepada
masyarakat, maka anggota profesi secara perorangan atau kelompok
berhak memperoleh imbalan finansial atau material.
C. Mengajar
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan
kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk
berlangsungnya proses belajar. Jika belajar dikatakan milik siswa, maka mengajar
sebagai kegiatan guru. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak
didik. Menurut pengertian ini berarti tujuan belajar dari siswa itu hanya sekedar
ingin mendapatkan atau menguasai pengetahuan. Sebagai konsekuensi pengertian
semacam ini dapat membuat suatu kecenderungan anak menjadi pasif, karena
hanya menerima informasi atau pengetahuan yang diberikan oleh gurunya.
Sehingga pengajarannya bersifat teacher centered, jadi gurulah yang memegang
posisi kunci dalam proses belajar mengajar di kelas. Guru menyampaikan
pengetahuan agar anak didik mengetahui tentang pengetahuan yang disampaikan
oleh guru.
Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar
mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha
mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan

pengajaran yang menimbulkan proses belajar mengajar. Pengertian ini


mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator
kegiatan belajar mengajar siswa dan juga hendaknya mampu memanfaatkan
lingkungan, baik yang ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, yang
menunjang kegiatan belajar-mengajar.
Senada dengan pendapat Sardiman AM (2004:48), menyebutkan bahwa :
Mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi
proses belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang
kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu
diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara
optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental.
Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2001:44-53), mengemukakan,
bahwa: Mengajar dapat diartikan sebagai : 1) Menyampaikan pengetahuan kepada
siswa didik atau murid di sekolah, 2) mewariskan kebudayaan kepada generasi
muda melalui lembaga pendidikan sekolah, 3) usaha mengorganisasi lingkungan
sehinggamenciptakan kondisi belajar bagi siswa, 4) memberikan bimbingan
belajar kepada murid, 5) kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga
negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat, 6) suatu proses membantu
siswa menghadapi kehidupan sehari-hari.
Pendapat lain juga menjelaskan yaitu menurut Dadang Suhardan
(2006:53), bahwa : Mengajar pada dasarnya merupakan kegiatan akademik yang
berupa interaksi komunikasi antara pendidik dan peserta didik.

Selain itu mengajar menurut Burton yang dikutip oleh Syaiful Sagala
(2003:61), yaitu : Mengajar Merupakan upaya memberikan stimulus, bimbingan
pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar adalah
aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan
kepada siswa, sehingga terjadi proses belajar. Aktivitas kompleks yang dimaksud
antara lain adalah mengatur kegiatan belajar siswa, memanfaatkan lingkungan
(baik yang ada di kelas maupun di luar kelas), dan memberikan stimulus,
bimbingan pengarahan serta dorongan kepada siswa. Lebih rinci, menurut
Nasution (2010:80), mengajar terdiri atas sejumlah kegiatan tertentu, yaitu :
a. Membangkitkan dan memelihara perhatian.
b. Menjelaskan kepada murid hasil apa yang diharapkan.
c. Merangsang murid untuk mengingat kembali konsep, aturan, dan
keterampilan yang merupakan prasyarat agar memahami pelajaran yang
akan diberikan.
d. Menyajikan simulasi yang berkenaan dengan bahan pelajaran.
e. Memberikan bimbingan kepada murid dalam proses belajar mengajar.
f. Memberikan feedback atau balikan dengan memberitahukan kepada murid
apakah hasil belajarnya benar atau tidak.
g. Menilai hasil belajar dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk
mengetahui apakah ia telah benar menguasai bahan pelajaran itu dengan
memberikan soal.
h. Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh tambahan
untuk menggeneralisasikan apa yang telah dipelajari itu sehingga ia dapat
menggunakannya dalam situasi-situasi lain.
i. Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan
untuk menerapkan apa yang telah dipelajari itu.

BAB III
METODE PENELITIAN

1. Setting dan Subjek Penelitian


Sekolah yang dijadikan tempat penelitian adalah SMA Arrisalah
Lubuklinggau dengan subjek penelitian 3 orang guru. Penelitian ini dilaksanakan
pada tahun ajaran 2016/2017, yang bersifat kolaboratif dengan Kepala Sekolah.
Pelaku tindakan adalah guru-guru dan observer adalah Kepala Sekolah
(peneliti).
2. Faktor yang diamati
Untuk menjawab pertanyaan yang dirumuskan dalam penelitian ada
beberapa faktor yang kan diteliti, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Faktor materi Kajian Keislaman (Halaqah)


Faktor ibadah wajib dan sunah para guru
Faktor kehadiran saat halaqah
Faktor hasil kegiatan berupa absensi guru di sekolah.
Faktor guru, mengamati aktifitas guru-guru selama melaksanakan tugas

mengajar.
3. Alat Pengumpulan Data
1. Lembar observasi, digunakan untuk mencatat aktivitas yang berkaitan
2.
4.
1.
2.
No

dengan kompetensi dan motivasi kerja guru.


Lembar analisis hasil kegiatan guru di sekolah.
Teknik Pengumpulan Data
Kualitatif, pengamatan kompetensi dan motivasi kerja guru.
Kuantitatif, analisis hasil kegiatan guru di sekolah.
Sumber

Jenis

Teknik

Data

Data

Pengumpulan

Instrumen

Waktu

1
2

Administrasi
Murobbi

Absensi
Materi

Data
Analisis
Analisis

Format Ananlisi
Format Analisis

3
4

Guru
Guru

Halaqah
Ibadah
Aktivitas

Analisis
Observasi

Format Analisis
Format
Observasi Guru

5. Teknik Pengolahan Data


Data yang diperoleh dianalisis dengan merujuk pada teknik analisis yaitu
interpretasi hasil observasi, hasil absensi guru dan kelengkapan administrasi
mengajar.
Rentang Nilai
80 %
60 79,9 %
40 59,9 %
20 39,9 %
20 %
6. Prosedur Penelitian

Kualifikasi
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang

Langkah awal adalah observasi untuk mencari sumber permasalahan yang


terjadi di lapangan, kemudian mengidentifikasi masalah yang selanjutnya
dirumuskan menjadi permasalahan penelitian yang spesifik. Setelah itu
selanjutnya adalah tahap Penelitian yaitu:
a. Kegiatan awal
Pengumpulan data, untuk mengumpulkan data permasalahan melalui
observasi dan wawancara terhadap pengetahuan guru tentang disiplin, ibadah
wajib dan sunah, dan aktifitas guru selama beberapa minggu yang lalu.
b. Siklus pertama
1. Perencanaan

Merumuskan tindakan untuk mengetahui masalah


Mengumpulkan data tentang aktifitas ubudiyah para guru selama satu

minggu
Mewawancarai guru tentang kendala yang dihadapi dalam menjalankan

tugasnya terutama yang berkaitan dengan kedisiplinan


2. Treatment
- Memberikan treatment berupa Kajian Keislaman (Halaqah) selama 2 kali
dalam satu minggu
- Mengawasi kegiatan ibadah melalui laporan harian
- Mengobservasi aktifitas guru selama kegiatan
3. Refleksi
- Melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilaksanakan di siklus
pertama.
c. Siklus kedua
1.
Perencanaan
Merumuskan tindakan untuk mengetahui masalah yang telah terjadi dan
-

yang baru muncul di siklus pertama


Mengumpulkan data tentang aktifitas ubudiyah para guru selama satu

minggu
Mewawancarai guru tentang kendala yang dihadapi dalam menjalankan

2.
-

tugasnya terutama yang berkaitan dengan kedisiplinan


Treatment
Memberikan treatment berupa Kajian Keislaman (Halaqah) selama 2 kali

3.
-

dalam satu minggu


Mengawasi kegiatan ibadah melalui laporan harian
Mengobservasi aktifitas guru selama kegiatan
Refleksi
Melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilaksanakan di siklus kedua.
Tabel : Observasi Oleh Kepala Sekolah
No

Nama guru

Check Point Kedisipinan

(Samaran)
Ketepatan

Kerapian

Kerajinan

Pelaksanaan

waktu

seragam

Penyusunan

RPP pada

mengajar

guru

RPP

PBM

1
2
3
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Setting Lokasi
Penelitian

ini dilaksanakan di SMA Arrisalah Lubuklinggau dengan

subjek guru kelas, yang terdiri dari 4 guru perempuan dan 2 orang guru laki laki.
Dengan daftar sebagai berikut:
Tabel 1
No

Nama Guru

Wali Kelas

Yunita Prapti, S. Pd

XII A

Futriati, S.Pd

XII B

Rahmad Isza Hendani, S.Pd

XI A

Kurniawati, S.Pd

XI B

Iwan Kusnadi, S.Pd

XA

Yesi Ulmag, S.Pd

XB

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dimana setiap siklus terdiri
dari tahapan-tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Pada

setiap

siklus

akan

diadakan

evaluasi

untuk

mengetahui

perkembangan tingkat kedisiplinan guru, kemudian data yang ada di analisis


untuk melihat seberapa jauh perkembangan yang telah dicapai guru dalam

meningkatkan kedisiplinan dengan adanya kajian keislaman (halaqah) yang


dilakukan kepala sekolah secara kelompok maupun individu.

B.

Uraian Penelitian Secara Umum-Keseluruhan


Dalam melakukan penelitian

ini peneliti bekerjasama dengan teman

sejawat pada saat siklus berlangsung dengan mengadakan pengamatan secara


bersama-sama terhadap perkembangan kedisiplinan guru, maupun pada saat
analisis data hasil pengamatan.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan tiap siklus terdiri dari
empat tahap, yaitu sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
C.

Penjelasan Persiklus

1.

Prasiklus
Kondisi awal sebelum dilaksanakannya penelitian

ini, tingkat

kedisiplinan guru masih kurang. Hal ini sebabkan oleh beberapa alasan, yaitu
rumah yang jauh dan medan ke sekolah yang sulit dilalui, guru hanya mengajar
satu mata pelajaran saja, dan guru merasa terbebani dengan tugas lain.
Dari hasil analisis data, maka dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2
Kategori Kedisiplinan Guru Prasiklus
N
o
1

Kategori

Sangat
Baik
Baik

3
4

Cukup
Kurang

Rentan
g Nilai
85-100

Frekeuens Persentas
i
e
0
0

75-84

60-74
00-59

2
4

33.33%
66.66%

Hasil
Kuran
g

Jumlah

2.

Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data, diperoleh data bahwa

tingkat kedisiplinan guru mengalami peningkatan yang menggembirakan


walaupun belum seluruh guru. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 3
Kategori Kedisiplinan Guru Siklus 1
N
o
1

Kategori

Sangat
Baik
Baik

3
4

Cukup
Kurang

Rentan
g Nilai
85-100

Frekeuens Persentas
i
e
0
0

75-84

33.33%

60-74
00-59

2
2

33.33%
33.33%

Hasil
Cukup

Jumlah

3.

Siklus II
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat

pada siklus II ini, diperoleh data, dan setelah dianalisi mendapat hasil seperti

dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4
Kategori Kedisiplinan Guru Siklus 1
N
o
1

Kategori

Sangat
Baik
Baik

3
4

Cukup
Kurang

Rentan
g Nilai
85-100

Frekeuens Persentas
i
e
2
33.33%

75-84

60-74
00-59

0
0

Hasil
Baik

66.66%

Jumlah

D.

Pembahasan
Berdasarkan analisis data di atas terlihat adanya kenaikan nilai rata-rata

tingkat kedisiplinan guru dari prasiklus sampai dengan siklus II, seperti diuraikan
berikut ini:
1. Pada prasiklus tingkat kedisiplinan guru mencapai nilai berkategori
kurang, dengan rincian berikut ini:
a)
b)

ada dua guru memiliki tingkat kedisiplinan dengan kategori cukup;


sementara empat guru lainnnya memiliki tingkat kedisiplinan dengan
kategori kurang

2. Setelah diadakan penelitian, pada siklus I ini mengalami kenaikan yang


menggembirakan yaitu dengan kategori cukup, dapat dilihat dalam rincian seperti
di bawah ini:
a)
b)
c)

ada dua guru yang dari awal memiliki tingkat kedisiplinan dengan kategori baik;
dua guru lainnya memiliki tingkat kedisiplinan dengan kategori cukup;
dua orang guru lainyamemiliki tingkat kedisiplinan dengan kategori kurang;
3. Sedangkan pada pelaksanaan siklus II, diperoleh rata-rata kedisiplinan guru

yaitu dengan kategori baik. Dengan rincian sebagai berikut:


a)

ada dua guru yang dari awal memiliki tingkat kedisiplinan dengan kategori sangat

b)

baik;
empat guru lainnya memiliki tingkat kedisiplinan dengan kategori baik;
dengan melihat analisis data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kajian
keislaman (halaqah) yang telah dilakukan dapat meningkatkan kedisiplinan guru
dan memotivasi guru untuk lebih aktif dalam meningkatkan kedisiplinannya
sesuai dengan harapan peneliti.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa :
1. tingkat kedisiplinan guru pada prasiklus mencapai nilai dengan kategori
kurang, pada siklus I mengalami kenaikan menjadi kategori cukup, dan pada
siklus II menjadi kategori baik,
2. dengan dilakukannya kajian keislaman (Halaqah) dapat meningkatkan
kedisiplinan guru di SMA Arrisalah Lubuklinggau.

B. Saran
1. Kepala sekolah yang baik harus cepat tanggap terhadap permasalahan yang
terjadi.
2. Bersikap terbuka terhadap bawahan.
3. Memahami tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

Al Quran Karim, Surah Annisa (4) Ayat 59.


Usman, Nurdin (2002). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum: Bandung.
Pustaka
Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen
Sardiman, A.M. (2004). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Suhardan, D. (2006). Supervisi Bantuan Profesional (Layanan dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah). Bandung.
Alfabeta CV.
Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Nasution, S. (2010). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar & Mengajar.
Bandung: Bumi Aksara.
Ahmadi Abu, 1997, StrategiBelajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia
Usman, Moh Uzer, 1991. Profesionalisme Guru, Bandung:Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai