Anda di halaman 1dari 3

Dewasa ini, kaum LGBT telah menyaringkan suara

dan lantangannya kepada dunia secara terbuka. Para penganut penyimpangan orientasi
seksual ini tampaknya mulai semakin gencar untuk melapangkan jalan yang mereka
tempuh terkhusus ketika negara negara sekuler telah melegalkan pernikahan sesama
jenis. Dan seperti yang kita ketahui, fenomena ini membuat masyarakat luas telah
mengenal LGBT dan tampaknya menganggap hal ini adalah sesuatu yang biasa terjadi
di negara negara barat. Hal ini bisa terjadi dikarenakan negara sekuler terus
menggencarkan kampanye LGBT dan juga lemahnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini.

Selain kelompok sekuler, kelompok lain yang tampak mendukung ide ini adalah kaum
liberalis. Isu ini sering dilempar ke publik sebagai topik utama dalam bahasan mereka.
Beberapa tahun silam, tokoh Lesbian Irshad Mandji diundang untuk menjadi
pembicara di kampus dan LSM di tanah Sir untuk mengkampanyekan LGBT.

Sejumlah negara seperti Amerika Serikat, termasuk beberapa anggota PBB sudah
tampak jelas menjadi penyokong jelmaan dari kaum Sodom ini. Pada Oktober 2015,
Sekjen PBB Ban Ki-Moon mengaku akan terus berupaya dalam memperjuangkan
persamaan hak hak LBGT. Namun, upaya tersebut tampaknya masih belum berhasil
lantaran beberapa negara PBB justru menentang hal ini.

Menristek Dikti Mohamad Nasir usai mengatakan bahwa kelompok LGBT dilarang
keras memasuki dunia kampus (Antara,23/1). Namun, ia akhirnya melunak dengan

mengatakan "Bukan berarti saya melarang kegiatan yang ada kaitannya dengan
LBGT. Mau menjadi Lesbian atau Gay itu menjadi hak masing masing individu, asal
tidak mengganggu kondusivitas akademik."

Jurus yang dilakukan kaum LGBT


Pertama, mereka selalu genjar dalam publishing di media. Dengan media sekuler
sebagai wadah, kaum LBGT berusaha menetralisir pandangan negatif publik tentang
LBGT. Mereka berusaha meyakinkan publik bahwa LGBT bukanlah ancaman
kemanusiaan. Aktor, Akademisi, Psikolog mereka gunakan sebagai corong dalam
membuat opini tersebut.

Kedua, Dukungan melalui pendekatan saintifik dan edukasi


LBGT menggunakan cara tersebut sebagai upaya untuk mengopinikan kepada publik
bahwa LGBT bukanlah penyimpangan dengan alasan dari berbagai pendekatan
saintifik seperti teori pseudo-sains. Selain itu, LGBT juga terjadi dengan faktor
gennetis dan sosial serta psikologis.
Ketiga, Legitimasi Hukum dan Dukungan Politik
Strategi akhir dari kaum inii adalah merongrong para penguasa untuk mengukuhkan
eksistensio mereka melaui perudang undangan. HIngga saat ini ada 23 negara yang
melegalkan pernikahan sejenis. Islandia, Prancis, Amerika Serikat adalah sebagian
kecil negara negara yang telah melegalkan pernikahan sesama jenis ini.

Menanggapi hal ini, kita yang beriman kepada Allah SWT sudah sepatutnya
memperhatikan ayat ini,
"Maka apakah orang yang dijadikan terasa indah (oleh setan) perbuatan buruknya,
lalu menganggap baik perbuatannya itu, (sama dengan orang yang diberi petunjuk
oleh Allah)? Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan
memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Maka jangan engkau

(Muhammad) biarkan dirimu binasa karena kesedihan kepada mereka[32].


Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat."(TQ Fathir (35):8)

LBGT telah menjadi suatu ancaman bagi umat manusia dengan menghambat laju
pertembahan penduduk, mengeliminasi hasrat untuk memiliki anak,
mengkampanyekan perilaku seks yang menjijikkan, membahayakan dari segi
kesehatan seperti kanker anus, dan HPV, dan membuat mereka kesulitan dalam
mengendalikan pengeluaran feses.

Praktik LGBT adalah haram dan tidak manusiawi dan enghasilkan dehumanisasi,
pemusnahan umat manusia secara perlahan. Tidak ada jalan lain untuk menghentikan
penyakit gila ini selain mengajak mereka untuk bertaubat, atau jika mereka menolak,
sanksi hukuman mati akan lebih pantas mereka dapatkan daripada pembiaran
pembiaran yang menyebabkan kehancuran. Wallahu a'lam bi ash-shawab. (disadur dan
diubah dari al wa'ie no 187 tahun XVI maret 2016 hal 9-13)

Anda mungkin juga menyukai