Disusun Oleh :
1. Aswin Imam Ashidiqi
H2A011010
H2A011014
3. Rizki Amalia
H2A011039
4. Tuti Hadiyanti
H2A011045
H2A011049
6. Fitriyani
H2A010020
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Sindrom mata kering adalah suatu gangguan pada permukaan mata
yang ditandai dengan ketidakstabilan produksi dan fungsi dari lapisan air
mata. Mata kering dapat disebabkan oleh penyakit yang berkaitan dengan
defisiensi komponen komponen film air mata (akueosa, musinosa, atau
lipid), kelainan permukaan palpebra, ataupun kelainan kelainan epitel.1
Pasien dengan mata kering paling sering mengeluh tentang sensasi
gatal atau berpasir. Gejala umum lainnya adalah gatal, sekresi mukus
berlebihan, tidak mampu menghasilkan air mata, sensasi terbakar,
fotosensitivitas, merah, sakit, dan sulit menggerakkan palpebra. 2 Pada
kebanyakan pasien, ciri paling luar biasa pada pemeriksaan mata adalah
tampilan yang nyata-nyata normal. Ciri yang paling khas pada
pemeriksaan slitlamp adalah terputus atau tiadanya meniskus air mata di
tepian palpebra inferior. Benang-benang mukus kental kekuning-kuningan
kadang-kadang terlihat dalam fornix conjungtivae inferior. Pada
konjungtiva bulbi tidak tampak kilauan yang normal dan mungkin
menebal, edema dan hiperemik.1
Angka kejadian Sindroma Mata Kering ini lebih banyak pada
wanita dibandingkan pada laki-laki dan cenderung meningkat sesuai
dengan peningkatan usia. Banyak diantara penyebab sindrom mata kering
mempengaruhi lebih dari satu komponen film air mata atau berakibat
perubahan permukaan mata yang secara sekunder menyebabkan film air
mata menjadi tidak stabil.
Ciri histopatologik termasuk timbulnya bintik-bintik kering pada
kornea dan epitel konjungtiva, pembentukan filamen, hiangnya sel goblet
konjungtiva, pembesaran abnormal sel epitel non-goblet, peningkatan
stratifikasi sel, dan penambahan keratinasi.1
BAB II
KASUS
Catatan Medik
Mahasiswa Kepaniteraan Umum
Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
PENYUSUN LAPORAN
Nama :
NIM
Tanda tangan :
PENGESAHAN
Nama Dosen : dr. Wahyu Ratna Sp. M
Tanda tangan :
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Alamat
Agama
Pekerjaan
Status
Pendidikan Terakhir
No. CM
Tanggal datang
II. ANAMNESE
Anamnese dilakukan secara autoanamnese pada tanggal 30 Maret 2015
pukul 12.00 WIB di Poli Mata RS Roemani
Keluhan utama
: Mata kanan dan kiri nerocos
Riwayat Penyakit Sekarang
:
Seorang pasien laki-laki berusia 70 tahun datang ke Poli Mata RS
Roemani dengan keluhan mata kanan dan kirinya nerocos sudah sejak 4 bulan
yang lalu. Mata kanan dan kiri nerocos secara tiba-tiba. Selama 4 bulan
terakhir tidak ada perbaikan dari gejala yang dirasakan pasien. Pasien
3
mengkonsumsi obat CTM ketika mata dirasakan gatal. Mata kanan dan kiri
tidak merah, pasien merasa gatal pada kedua mata, pasien merasa ada sekret
pada kedua mata, silau jika terkena sinar matahari, pasien merasakan ada yang
mengganjal pada kedua mata, pandangan tidak kabur, ada pusing jika lama
membaca, mata cekot-cekot jika membaca lama, tidak ada demam
Riwayat Penyakit Dahulu
:
- Riwayat sakit serupa
: disangkal
- Riwayat tekanan darah tinggi
:+
- Riwayat penyakit gula
: disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
:
- Riwayat sakit serupa
: disangkal
- Riwayat penyakit gula
: disangkal
Riwayat Pribadi
- Riwayat pemakaian kacamata
: mulai usia 40 tahun dengan
kacamata sferis +1,00
Riwayat Sosial Ekonomi
- Pasien berobat dengan biaya BPJS
III.PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 30 Maret 2015 pukul 12.00 WIB
di Poli Mata RS. Roemani.
1 Keadaan Umum
: Baik
2 Kesadaran
: compos mentis
3 TANDA VITAL
- Tekanan darah : - Nadi
:- Respiratory rate : - Suhu
:4 STATUS GIZI
- Berat badan
:- Tinggi badan
:5 STATUS GENERALIS
a Kepala
:
kesan mesosefal
b Hidung
: sekret (-), deformitas (-), hiperemis (-),
massa (-)
c Mulut : mukosa kering (-), mukosa hiperemis (-), Tonsil
T1-1 tidak
hiperemis (-).
4
d Telinga
ketok
mastoid
(-/-),pembesaran
nodilimfe
f Thorax
Pulmo
Dextra
Sinistra
Diameter Lateral>Antero
Diameter
posterior.
posterior.
Dinamis.
Stem fremitus normal kanan
Dinamis.
Stem fremitus normal kanan
Perkusi
Auskultasi
Palpasi
Lateral>Antero
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba tak kuat angkat
Perkusi :
Batas atas jantung
: ICS II Linea parasternal sinistra
Pinggang jantung
: ICS III Linea parasternal sinistra
Batas kiri bawah jantung: ICS V 1cm medial Linea mid clavicula
sinistra
Batas kanan bawah jantung : ICS V Linea sternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I & II normal & murni, bising (-), gallop (-)
g Abdomen
Inspeksi : Permukaan cembung tidak mengkilat, warna sama seperti
kulit di sekitar, ikterik (-)
Auskultasi : Bising usus (14x/menit) normal
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, pekak sisi (+) normal,
Palpasi
Inferior
Akral hangat
+/+
+/+
Oedem
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
-/-
-/-
Capillary Refill
Bintik merah di kulit
STATUS OFTALMOLOGIS
Visus
Visus koreksi
Sensus Coloris
Pergerakan bola
OD
20/25
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Bebas segala arah
OS
20/20
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Bebas segala arah
mata
Kedudukan bola
Ortoforia
Ortoforia
Madarosis (-)
Tumbuh penuh normal
Entropion (-)
Ektropion (-)
Trikiasis (-)
Madarosis (-)
Tumbuh penuh normal
Entropion (-)
Ektropion (-)
Trikiasis (-)
mata
Suprasilia
Silia
Palpebra superior
Fisura Palpebra
Palpebra inferior
Konjungtiva
palpebra superior
Konjungtiva
palpebra inferior
Konjungtiva forniks
dan bulbi
Sklera
Kornea
COA
Iris
Pupil
Lensa
Distrikiasis (-)
Oedem (-)
Hiperemis (-)
Nyeri tekan (-)
Sekret (-)
Ulkus (-)
Vesikel (-)
Skuama (-)
Pseudoptosis (-)
Normal
Nyeri tekan (-)
Hiperemis (-)
Spasme (-)
Massa (-)
Sekret (-)
Hiperemis (-)
Folikel (-)
Cobble stone (-)
Giant papil (-)
Udem (-)
Corpus alienum (-)
Sekret (-)
Hiperemis (-)
Folikel (-)
Cobble stone (-)
Giant papil (-)
Udem (-)
Corpus alienum (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi silier (-)
Sekret (-)
Corpus alienum (-)
Ikterik (-)
Sklerektasis (-)
Jernih
Infilrat (-)
Ulkus (-)
Sensibilitas kornea (+)
Udem (-)
Neovaskularisasi (-)
Jernih
Tindal efek (-)
Kedalaman bagian bayangan pada
Distrikiasis (-)
Oedem (-)
Hiperemis (-)
Nyeri tekan (-)
Sekret (-)
Ulkus (-)
Vesikel (-)
Skuama (-)
Pseudoptosis (-)
Normal
Nyeri tekan (-)
Hiperemis (-)
Spasme (-)
Massa (-)
Sekret (-)
Hiperemis (-)
Folikel (-)
Cobble stone (-)
Giant papil (-)
Udem (-)
Corpus alienum (-)
Sekret (-)
Hiperemis (-)
Folikel (-)
Cobble stone (-)
Giant papil (-)
Udem (-)
Corpus alienum (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi silier (-)
Sekret (-)
Corpus alienum (-)
Ikterik (-)
Sklerektasis (-)
Jernih
Infilrat (-)
Ulkus (-)
Sensibilitas kornea (+)
Udem (-)
Neovaskularisasi (-)
Jernih
Tindal efek (-)
Kedalaman bagian bayangan pada
iris
Kripte tidak melebar
Neovaskularisasi (-)
Sinekia anterior (-)
Udem (-)
Bulat, Sentral, Reguler
Isokor
Diameter 3 mm
Refleks direk/indirek (+/+) N
Kekeruhan (-)
Bentuk bikonveks
iris
Kripte tidak melebar
Neovaskularisasi (-)
Sinekia anterior (-)
Udem (-)
Bulat, Sentral, Reguler
Isokor
Diameter 3 mm
Refleks direk/indirek (+/+) N
Kekeruhan (-)
Bentuk bikonveks
Fundus Refleks
Lapang pandang
Tekanan bolamata
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
digital
Tes Fluorescein
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
IV.
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
RESUME :
Seorang laki-laki berusia 70 tahun datang ke poli mata RS.
Roemani dengan keluhan kedua mata nrocos sejak 4 bulan yang lalu.
Kedua mata nrocos secara tiba-tiba, selama 4 bulan terakhir tidak ada
perbaikan dari gejala yang dirasakan pasien. Selain keluhan nrocos pasien
mengeluhkan gatal, silau, merasa ada yang mengganjal dan merasa ada
sekret pada kedua mata, pusing, kedua mata tidak kabur, tidak merah dan
tidak ada demam. Pasien mengkonsumsi obat CTM ketika mata gatal.
Pasien mempunyai riwayat hipertensi.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan Tanda vital, status general, dan
status lokalis dalam batas normal
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Anatomi
Kompleks lakrimalis terdiri atas glandula lakrimalis, glandulae lakrimalis
aksesori, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis.1
Glandula lakrimalis terdiri atas struktur dibawah ini:
1. Bagian orbita
Berbentuk kenari yang teretak didalam foss lakrimalis di segmen
temporal atas anterior dari orbita, dipisahkan dari bagian palpebra oleh
kornu lateralis dari muskulus levator palpebrae. Untuk mencapai bagian ini
dari kelenjar secara bedah, harus diiris kulit, muskulus orbikuaris okuli,
dan septum orbitale.1,2
2. Bagian Palpebrae
Bagian palpebrae yang lebih kecil terletak tepat di atas segmen
temporal dari forniks konjungtivae superior. Duktus sekretorius lakrimalis,
yang bermuara kira-kira sepuluh lubang kecil, menghubungkan bagian
orbital dan palpebrae glandula lakrimalis dengan forniks konjungtivae
superior. Pembuangan bagian palpebrae dari kelenjar memutuskan semua
saluran penghubung dan dengan demikian mencegah kelenjar itu
bersekresi.1,2
Glandula lakrimalis aksesori (glandula Krause dan Wolfring) terletk di
dalam substansia propia di konjungtiva palpebrae.
Air mata mengalir dari lakuna lakrimalis melalui punktum superior
dan inferior dan kanalikuli ke sakus lakrimalis, yang terletak di dalam
fossa lakrimalis. Duktus nasolakrimalis berlanjut kebawah dari sakus dan
bermuara ke dalam meatus inferior dari rongga nasal, lateral terhadap
turbinatum inferior. Air mata diarahkan kedalam punktum oleh isapan
kapiler dan gaya berat dan berkedip. Kekuatan gabungan dari isapan
kapiler dan gaya berat berkedip. Kekuatan gabungan dari isapan kapiler
dalam kanalikuli, gaya berat dan dan kerja memompa dari otot Horner,
yang merupan perluasan muskulus orbikularis okuli ke titik di belakang
sakus lakrimalis, semua cenderung meneruskan aliran air mata ke bawah
melalui duktus nasolakrimalis ke dalam hidung. 1,2
3. Pembuluh Darah dan Limfe
B. Fisiologi
1. Sistem Sekresi Air Mata1
Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis yang
terletak di fossa glandulae lacrimalis yang terletak di kuadran temporal
atas orbita. Kelenjar yang berbentuk kenari ini dibagi oleh kornu lateral
aponeurosis levator menjadi lobus orbita yang lebih besar dan lobus
palpebra yang lebih kecil, masing-masing dengan sistem duktulus yang
10
permukaan
anterior
kornea
memiliki
mekanisme
untuk
gambaran
yang
didapatkan
retina.
Oleh
karena
merupakan
itu,
penyebab
150 dyne/cm yang mempengaruhi tear film. Lapisan musin pada tear
film dapat mengurangi efek yang dapat mempengaruhi epitel
permukaan. Pada keratokonjungtivitis, perubahan lapisan musin
menyebabkan epitel permukaan semakin mudah rusak akibat gaya
tersebut yang menyebabkan deskuamasi epithelial dan menginduksi
apoptosis.
3. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan pembilasan
mekanik dan efek antimikroba. Permukaan okuler adalah permukaan
mukosa yang paling sering terpapar lingkungan. Bagian ini selalu
terpapar suhu yang ekstrim, angin, sinar UV, alergen dan iritan. Tear
film harus memiliki stabilitas untuk menghadapi paparan lingkungan
tersebut. Komponen
komponen
akuos
akibat
perubahan
lingkungan.
12
Keadaan epitel
13
untuk
mempertahankan
potensial
membran
saraf,
14
kelenjar
lakrimal.
Pada
keadaan
alergi
tertentu,
seperti
gammaglobulin
dan
faktor
antibakteri
non-lisozim
lain,
15
17
18
BAB IV
PEMBAHASAN
Koretokonjungtivitis sika adalah penyakit mata dimana jumlah
atau kualitas produksi air mata berkurang atau penguapan air mata film
meningkat. Pada kasus ini ditemukan gejala yang mengarah pada
keratokonjungtivitis sicca, yaitu nerocos, silau, gatal, mata terasa
mengganjal, dengan tampilan mata yang normal. Gejala pada kasus
tersebut sesuai dengan gejala pada kerotonjungtivitis sika diantaranya
sensasi gatal atau berpasir (benda asing), sekresi mukus berlebihan, tidak
mampu menghasilkan air mata, sensasi terbakar, fotosensitivitas, merah,
sakit, dan sulit menggerakkan palpebra. Pada kebanyakan pasien, ciri
paling luar biasa pada pemeriksaan mata adaah tampilan yang nyata-nyata
normal.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis
Keratokonjungtivitis sicca. Penyakit ini disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya faktor usia dan konsumsi antihistamin.
Penatalaksanaan yang diberikan yaitu gentamisin tetes 5ml,
tetrasiklin oral yang dikonsumsi sekali sehari dan kompres air hangat
selama 15 menit.
BAB V
RINGKASAN
a. Kasus
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaugan, Daniel, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva; alih bahasa : Jan
Tamboyang, Braham U. Pendit; editor Y. Joko Suyono. Palpebra dan
Apparatus lakrimalis dalam Oftalmologi Umum, edisi 14. Jakarta: 2000.
Hal 94. Widya Medika
2. Skuta, Gregory L et al. American Academy of Ophtalmology : Orbit
Eyelids and Lacrimal System . San Fransisco: 2011 . American Academi
of Ophtalmology
3. Plugfelder, Stephen C et al. Dry Eye and Ocular Surface Disorders. New
york : 2004. Marcell Decker.
20
4. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ketiga. Jakarta: 2008. Balai
Penerbit FKUI.
21