SKRIPSI
Disusun oleh:
RENHARD GULTOM
NIM. C2B009046
ii
PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Penyusun
Renhard Gultom
C2B009046
Fakultas / Jurusan
Judul Skripsi
ANALISIS
PENETAPAN
PEMBANGUNAN
DI
WILAYAH
KABUPATEN
SAMOSIR
Dosen Pembimbing
iii
Renhard Gultom
C2B009046
Fakultas / Jurusan
Judul Skripsi
ANALISIS
PENETAPAN
PEMBANGUNAN
DI
WILAYAH
KABUPATEN
SAMOSIR
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 21 Oktober 2013
Tim Penguji
1. Drs. R. Mulyo Hendarto, MSP
(...)
(...)
(...)
Mengetahui,
Pembantu Dekan I
iv
( Renhard Gultom )
NIM : C2B009046
vi
ABSTRACT
Samosir Regency is the one of regency which has seperated from Toba
Samosir Regency. As a new regency, Samosir must be need a structural, relevant, and
efficient development plan. Determining Development Area Unit is the one of
theoretical and practical concept which can be referenced in order to make
development policy
There are several aims of this research. They were to find out the economical
basics and potencies in Samosir Regency, to find out the economical potencies from
every subdistricts in Samosir, to find out which subdistricts that can be a growth pole
in Samosir, to find out the interactional strength among the districts, and to design a
Development Areal Units in Samosir Regency. To reach that aims, this study use
Location Quotient, Shift-share analysis, indirect method, Gravitation Analysi, and
Scalogram. The data that used in this study are provinces GDP, regencys GDP,
population quantities, distances among the districts capital and the quantities and
type of services facilities available in each subdistrict in Samosir Regency.
The result of the analysis showed that there were 3 Development Area Units
that is identified in Samosir Regency. They were Development Area Unit I (DAU I)
including Pangururan, Sianjurmulamula, Harian and Ronggurnihuta subdistricts,
Development Area Unit II (DAU II) including Simanindo subdistrict, Development
Area Unit III (DAU III) including Nainggolan, Palipi, Onanrunggu and Sitiotio
subdistrict.
Keywords : Development Area Unit, Location Quotient, Shift-share, Gravitation,
Scalogram, Samosir Regency
vii
ABSTRAKSI
Kabupaten Samosir adalah salah satu kabupaten yang baru saja berdiri setelah
berotonomi dan memisahkan diri dari Kabupaten induknya yaitu Kabupaten Toba
Samosir. Sebagai kabupaten yang baru berdiri, tentunya Kabupaten Samosir
membutuhkan perencanaan pembangunan yang terstruktur, relevan, dan tepat sasaran.
Penetepan Wilayah Pembangunan merupakan salah satu konsep yang secara teoritis
dan praktis dapat dijadikan acuan penetapan kebijakan pembangunan.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi Kabupaten Samosir
dilihat dari basis ekonomi, mengetahui potensi daerah yang dapat dikembangkan di
tiap-tiap kecamatan, mengetahui kecamatan yang dapat dijadikan pusat pertumbuhan,
mengetahui kekuatan interaksi antar kecamatan, dan mengetahui berapa banyak
wilayah pembangunan dan pusat pertumbuhan di kabupaten samosir serta wilayah
mana saja yang masuk ke dalamnya. Dalam pencapaian tujuan tersebut digunakan
metode analisis Location Quotient, analisis shift-share, penentuan sektor basis
dengan metode tidak langsung, analisis gravitasi dan analisis skalogram. Data yang
digunakan adalah data sekunder berupa PDRB provinsi, PDRB kabupaten, jumlah
penduduk, jarak antar ibukota kecamatan serta jumlah dan jenis fasilitas pelayanan
umum yang terdapat di tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Samosir
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 3 Wilayah Pembangunan yang
dapat ditetapkan di Kabupaten Samosir antara lain Wilayah Pembangunan I (WP I)
yang meliputi Kecamatan Pangururan, Kecamatan Sianjurmulamula, Kecamatan
Harian dan Kecamatan Ronggurnihuta, Wilayah Pembangunan II (WP II) yang
meliputi Kecamatan Simanindo, Wilayah Pembangunan III (WP III) yang meliputi
Kecamatan Nainggolan, Kecamatan Palipi, Kecamatan Onanrunggu dan dan
Kecamatan Sitiotio.
Kata Kunci : Wilayah Pembangunan, Location Quotient, shift-share, Gravitasi,
Skalogram, Samosir
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat kasih karunia yang
berlimpah penulis dapat menyelesaikan segala proses studi di Universitas Diponegoro
serta menyelesaikan skripsi dengan judul ANALISIS PENETAPAN WILAYAH
PEMBANGUNAN DI KABUPATEN SAMOSIR sebagai salah satu syarat
menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Diponegoro dengan baik.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, telah banyak pihak yang berperan
dalam memberikan bimbingan, dukungan, bantuan, kerja sama, dorongan dan
semangat kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Drs. Moh. Nasir., Akt., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Diponegoro.
2. Bapak Dr. Hadi Sasana, S.E., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan Universitas Diponegoro
3. Bapak Drs. R. Mulyo Hendarto., MSP., selaku dosen pembimbing yang telah
dengan sabar membimbing, mengarahkan, memberikan koreksi dan saran
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
ix
4. Bapak dan Ibu Dosen Penguji yang telah memberikan koreksi dan masukan
dalam skripsi ini.
5. Ibu Banatul Hayati, S.E., M.Si selaku dosen wali yang telah banyak
membantu dan membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di jurusan
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan.
6. Ibu Johanna Maria Kodoatie., S.E., M.Ec., Ph.D. untuk bimbingan, arahan,
dan motivasi yang diberikan.
7. Pak Dr. Nugroho SBM, MSP yang dengan senang hati memberikan masukanmasukannya yang berharga.
8. Para Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro yang
selama perkuliahan telah mengajar dan mendidik penulis.
9. Para Staf dan Tata Usaha Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro.
10. Keluargaku, Bapak (Gregorius B Gultom), Mama (Nurhati Sinaga) di
kampung, kedua adikku, Roy Hansend Gultom di Semarang dan Ramos
Mitrand Gultom di Pematangsiantar. Mereka dengan doa dan cintanya yang
luar biasa telah memberikan semangat kepada penulis.
11. Seluruh Keluarga besar Bapak (Op. Renhard Gultom) dan keluarga besar
Mama (Op. Bianto Sinaga) di Samosir.
12. Tulang A. Wina Sinaga dan keluarganya yang dengan semangat membantu
penulis selama penelitian di Kabupaten Samosir
13. Keluarga Bapak Tua Santi Sidauruk dan Keluarga Bapak Tua Hotland
Siallagan yang dengan senang hati menerima penulis untuk menginap di
rumahnya selama penelitian di Samosir
14. Bapak Hot Raja Sitanggang, S.T., M.M., dan Bapak Tommy Naibaho S.E.,
M.Ec.Dev dari BAPPEDA Kabupaten Samosir
15. Abang Darman Mikael Purba, S.ST dan Kakak Christiani Pandiangan dari
BPS Kabupaten Samosir yang dengan senang hati membantu penulis dalam
pengumpulan data.
16. BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara, dan BPS Provinsi Sumatera Utara.
17. Badan Lingkungan Hidup, Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Samosir
dan Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Kabupaten Samosir.
18. Seluruh Camat dan para staf kecamatan di Kabupaten Samosir secara khusus
kepada Bapak Drs. J Sihombing (Sianjurmulamula), Bapak Jhonner Sihoteng
(Harian), Bapak Paiman Sinaga S.Pd. (Sitiotio), Bapak Viktor Sitinjak S.E.
(Onanrunggu), Bapak Si Rambut Putih Sinaga (Nainggolan), Bapak J. Sinaga
(Palipi),
Bapak
Sitor
Silalahi
(Ronggurnihuta),
Ibu
Lince
Manalu
xi
xii
menjadi teman yang baik. Dan seluruh pihak yang terlibat yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Penulis sadar bahwa tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena
itu, penulis berharap saran dan kritik yang membangun dari siapapun yang membaca
tulisan ini. Hendaknya tulisan ini dapat bermanfaat dan dapat memperkaya khasanah
keilmuan yang terkait dengan topik skripsi ini.
Renhard Gultom
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERSETUJUAN SKRIPSI...... ii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI . iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ..... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN v
ABSTRACT vi
ABSTRAKSI vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR GAMBAR xvii
DAFTAR LAMPIRAN . xviii
BAB I PENDAHULUAN..
1.1
Latar Belakang Masalah .
1.2
Rumusan Masalah .
1.3
Tujuan dan Kegunaan
1.4
Sistematika Penulisan
1
1
15
16
17
39
39
39
39
40
40
40
42
42
42
xiv
3.4.2
3.4.3
3.4.4
3.4.5
Analisis Shift-Share
Metode Campuran...
Model Gravitasi ...
Analisis Skalogram...
44
47
47
48
119
123
124
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
LAMPIRAN.. .
125
129
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Luas Daerah menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara 2010
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 4.1 Letak Geografis, Ketinggian dan Luas Wilayah Daratan Kecamatan
di Kabupaten Samosir ........................................................................
Tabel 4.2 Banyaknya Desa/Kelurahan dan Dusun/Lingkungan di Kabupaten
Samosir Menurut Kecamatan
Tabel 4.3 Luas Wilayah, Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten
Samosir Menurut Kecamatan, 2011.
Tabel 4.4 Indeks LQ Kabupaten Samosir 201 .
Tabel 4.5 Analisis Shift-share Kabupaten Samosir 2010
Tabel 4.6 Produktivitas Tanaman Padi dan Tanaman Kopi Kecamatan SianjurMulamula 2011.....
Tabel 4.7 Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Lahan dan Desa di Kecamatan Harian
Tabel 4.8 Akses / Sarana Transportasi per Desa di Kecamatan Sitiotio..
Tabel 4.9 Produktivitas Pertanian Padi Sawah dan Kopi di Kecamatan Sitiotio
2011.
Tabel 4.10 Lahan Pertanian Padi Sawah dan Perkebunan Kopi Rakyat di Kecamatan Onanrunggu 2011..
Tabel 4.11 Produktivitas Pertanian Padi di Kecamatan Nainggolan 2011
Tabel 4.12 Penggunaan Lahan Untuk Perrkebunan Kopi Rakyat di Kecamatan
Nainggolan 2011..
Tabel 4.13 Produktivitas Pertanian Padi Kecamatan Palipi 2011 .
Tabel 4.14 Luas Lahan Perkebunan Kopi Kecamatan Palipi 2011
Tabel 4.15 Analisis LQ Komoditas Ternak Kecamatan Palipi 2011
Tabel 4.16 Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Padi Kecamatan
Ronggurnihuta 2011..
Tabel 4.17 Luas Tanaman Kopi per Desa di Kecamatan Ronggurnihuta 2011.
Tabel 4.18 Luas Area, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Menurut Desa/
Kelurahan di Kecamatan Pangururan 2011
Tabel 4,19 Perbandingan Produktivitas Pertanian Padi Kecamatan Pangururan
Terhadap Kabupaten Samosir 2011 .
Tabel 4.20 Jumlah Populasi Hewan Ternak Kecamatan Pangururan 2011
Tabel 4.21 Kontribusi Jumlah Populasi Ternak di Kecamatan Pangururan
Terhadap Kabupaten Samosir 2011
Tabel 4.22 Produktivitas Komoditas Kopi Kecamatan Pangururan 2011
Tabel 4.23 Analisis LQ Subsektor Peternakan di Kecamatan Simanindo 2011 .
8
32
53
54
57
59
63
66
70
72
73
75
78
79
81
82
83
84
85
88
90
91
92
95
96
xvi
Halaman
Tabel 4.24 Indeks Gravitasi Kabupaten Samosir.. 97
Tabel 4.25 Klasifikasi Kekuatan Interaksi Antar Kecamatan di Kabupaten
Samosir 99
Tabel 4.26 Interaksi Antar Kecamatan di Kabupaten Samosir 100
Tabel 4.27 Kekuatan Interaksi Antar Kecamatan di Kabupaten Samosir 102
Tabel 4.28 Analisis Skalogram (banyaknya jumlah fasilitas) .. 108
Tabel 4.29 Analisis Skalogram (banyaknya jenis fasilitas).. 110
Tabel 4.30 Analisis Skalogram Kabupaten Samosir 114
Tabel 4.31 Penetapan Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Samosir 116
Tabel 4.32 Penetapan Wilayah Pembangunan di Kabupaten Samosir 117
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1
Gambar 1.2
Gambar 1.3
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9
Gambar 4.10
Gambar 4.11
Gambar 4.12
Gambar 4.13
Gambar 4.14
Gambar 4.15
Gambar 4.16
Gambar 4.17
Gambar 4.18
Gambar 4.19
Gambar 4.20
Gambar 4.21
Gambar 4.22
Gambar 4.23
Gambar 4.24
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A
Lampiran B
Lampiran C
128
138
142
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia adalah negara dengan tingkat kemajemukan sosial yang amat
tinggi. Penduduk Indonesia berjumlah sekitar 237 juta jiwa pada tahun 2010 yang
tersebar di lima pulau besar dan sekitar 7.662 pulau-pulau kecil lainnya dari total
13.667 pulau di Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri atas lebih
dari 100 etnis dan subetnis, sekitar 1128 suku bangsa, dan sekitar 582 bahasa dan
dialek lokal dengan karakter, budaya, lingkungan, sumber daya alam dan sumber
daya manusia yang berbeda-beda. Fenomena kemajemukan seperti ini mengakibatkan
perbedaan keinginan dan kebutuhan (wants and needs) masing-masing wilayah.
Akibatnya lagi adalah akan ditemukannya perbedaan aktivitas perekonomian di
tempat tertentu pada waktu yang tertentu pula. Sebagai negara dengan tingkat
kemajemukan yang tinggi tersebut, Indonesia memiliki potensi yang besar akan
terjadinya ketimpangan antar-wilayah. Ketimpangan pembangunan antar wilayah ini
juga mempunyai implikasi terhadap formulasi kebijakan pembangunan yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah (Syafrizal, 2008)
pembangunan negara bersifat sentralisasi dan otonomi (desentralisasi). Pada saat pola
pemerintahan nasional sudah terdesentralisasi, maka urgensi dan peranan kebijakan
pembangunan wilayah menjadi lebih besar dan lebih penting dibanding dengan pada
saat pola pemerintahan masih bersifat sentralistik. Dalam kondisi demikian, daerah
dapat menetapkan kebijakan pembangunan yang berbeda-beda (tidak harus terpatok
pada kepentingan nasional) sesuai dengan kondisi, permasalahan dan potensi daerah
yang bersangkutan.
Penerapan konsep Wilayah Pembangunan merupakan sebuah media untuk
memperoleh rumusan strategi kebijakan dan perencanaan pembangunan yang
berbasis wilayah. Wilayah Pembangunan merupakan suatu konsep dengan
Utara. Kabupaten yang baru mekar ini kemudian disebut sebagai Kabupaten Toba
Samosir dengan kota Balige sebagai ibukota Kabupatennya. Seiring berjalannya
proses pemerintahan dan aktivitas ekonomi di Kabupaten Toba Samosir sebagai
kabupaten yang baru ditemukan pula ketimpangan pembangunan antara wilayah yang
dekat dengan ibukota Kabupaten dengan yang jaraknya jauh dari ibukota kabupaten.
Tomy Naibaho selaku Kepala Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
BAPPEDA Kabupaten Samosir pada wawancara tanggal 29 April 2013
mengungkapkan bahwa alokasi anggaran pemerintah daerah Kabupaten Toba
Samosir terhadap wilayah Samosir dan sekitarnya hanya mencapai maksimal 20%
dari total APBD. Karena pada waktu itu (pada tahun 1998-2003), sebagai kabupaten
yang baru mekar, pembangunan lebih terpusat di pusat ibukota kabupaten yaitu kota
Balige. Selain itu, akses pelayanan publik masih terpusat ke arah ibukota Kabupaten
yang tentunya kurang menjangkau daerah-daerah di pelosok kabupaten yang dapat
dikatakan terisolasi pada waktu itu (pada tahun 1998-2003).
Sesuai dengan pendapat Bapak Hot Raja Sitanggang (mantan kepala BAPPEDA
kabupaten Samosir) dengan alasan:
1. Mendekatkan Pelayanan Publik kepada Masyarakat (khususnya wilayah
Samosir)
2. Melakukan percepatan Pembangunan di wilayah Samosir yang terdiri dari 9
kecamatan (lihat tabel 1.1)
.. tahun 1964
Kabupaten Dairi
. tahun 1998
Kabupaten Tapanuli Utara
. tahun 2004
Kabupaten Toba Samosir
Kabupaten Samosir
Sibolga
Tanjungbalai
Pematangsiantar
Tebingtinggi
Medan
Binjai
Luas (km2)
-2
980,32
6620,70
4352,86
2158,00
3764,65
2352,35
2561,38
3675,79
4368,60
1927,80
2127,25
2486,14
6263,29
1625,91
2297,20
1218,30
2443,50
1913,33
904,96
3918,05
3892,74
3116,00
3545,80
1501,63
544,09
1,37
9,24
6,07
3,01
5,25
3,28
3,57
5,13
6,09
2,69
2,97
3,47
8,74
2,27
3,20
1,70
3,39
2,67
1,26
5,47
5,43
4,35
4,95
2,09
0,76
10,77
61,52
79,97
38,44
265,10
90,25
0,02
0,09
0,11
0,05
0,37
0,13
7
8
Padangsidimpuan
Gunung Sitoli
Sumatera Utara
114,65
469,36
0,16
0,65
71 680,68
100,00
10
2011-2015),
pembangunan
Kabupaten
Samosir
diarahkan
kepada
11
yang
dirasa
paling
tepat
adalah
pengembangan
destinasi
Ketarangan:
C
A
12
Gambar 1.3
Peta Triangle Pengembangan Wilayah Kabupaten Samosir
13
14
permasalahan,
potensi
dan
kewenangan
pemerintah
daerah
yang
bersangkutan.
Secara praktis, penetapan wilayah pembangunan di Kabupaten Samosir tentunya
akan dapat berguna sebagai acuan untuk perencanaan pembangunan di Kabupaten
Samosir. Penetapan wilayah pembangunan akan dapat menjadi masukan dan acuan
serta bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan pembangunan periode
berikutnya. Dalam amanah UU No.25 Tahun 2004 tentang sistem perencanaan
pembangunan nasional, ada yang disebut sebagai tahapan-tahapan pembangunan.
Dalam penyusunan RPJMD, hasil evaluasi RPJMD periode yang lalu tentunya akan
menjadi acuan. Selain itu pendekatan teknokrat yang mengedepankan aspek analitis
sangat diperlukan untuk kepentingan objektivitas kebijakan pembangunan. Oleh
karena itu, untuk digunakan sebagai penajaman-penajaman rencana aksi atas
penetapan wilayah pembangunan Kabupaten Samosir, maka judul penelitian ini
15
adalah
ANALISIS
PENETAPAN
WILAYAH
PEMBANGUNAN
DI
KABUPATEN SAMOSIR
1.2 Rumusan Masalah
Kabupaten Samosir memiliki bentang alam pegununan dan Danau Toba yang
sangat berpotensi pada bidang pariwisata. Oleh karena itu, RPJMD Kabupaten
Samosir pada tahun 2011-2015 mengacu pada pembangunan Kabupaten Samosir
yang diarahkan pada sektor jasa pariwisata. Namun, sebagian besar masyarakat di
Kabupaten Samosir sendiri masih bergantung pada sektor pertanian. Untuk itu,
diperlukan perencanaan pembangunan yang terstruktur, relevan, dan tepat sasaran
yang sesuai dengan kebutuhan, keadaan alam serta kondisi kemasyarakatan di
Kabupaten Samosir sendiri.
Secara teoritis
dan
praktis,
penting
16
2. Berdasarkan
basis
ekonomi,
apa
saja
potensi
daerah
yang
dapat
17
Apabila tujuan tersebut di atas tercapai, maka diharapkan penelitian ini dapat
berguna bagi semua pihak yang membaca maupun kepada pihak-pihak terkait di
dalamnya. Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan-masukan kepada para
pembuat kebijakan (policy makers) di Kabupaten Samosir dalam merumuskan
strategi dan kebijakan pembangunan khususnya kebijakan pembangunan
wilayah.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pendalaman teori ekonomi
wilayah. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan dan
tolok ukur untuk penelitian sejenis yang berikutnya.
18
yang dapat membantu penulisan. Dalam Bab ini juga dijelaskan kerangka
pemikiran atas permasalahan yang akan diteliti.
3. BAB III: METODE PENELITIAN
Berisi uraian mengenai langlah-langkah yang dilakukan dalam penelitian.
Bab ini juga berisi penjelasan variabel penelitian dan defenisi operasional
variabel yang diambil dalam penelitian, penentuan sampel, jenis data yang
dibutuhkan, metode pengumpulan data sampai dengan metode analisis.
19
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Sektor Basis
Dalam pengertian ekonomi regional, ekspor adalah menjual produk/jasa ke luar
wilayah baik ke wilayah lain dalam satu negara maupun ke wilayah lain di
negara lain. Pada dasarnya kegiatan ekspor adalah semua kegiatan baik penghasil
produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah karena
kegiatan basis. Semua kegiatan lain yang bukan kegiatan basis (temasuk ke dalam
kegiatan sektor jasa atau pelayanan) disebut sebagai sektor non basis.
Menurut Tarigan (2005), ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
menetapkan yang mana kegiatan basis dan non basis, yaitu:
1. Metode Langsung
Metode ini dilakukan dengan survei langsung langsung kepada pelaku usaha dan
kegiatannya. Survey yang dimaksud meliputi arus keluar masuk barang dan jasa
seperti kemana barang yang diproduksi dipasarkan dan darimana mereka membeli
bahan dasar produksi. Kemudian dapat ditentukan persentase produk yang dijual
ke luar wilayah dan yang dipasarkan ke dalam wilayah.
19
20
21
Y = B + S (2.1)
Dimana:
2.1.2
Interaksi Spasial
Interaksi spasial merupakan hubungan antara wilayah yang satu dengan yang lain.
Hubungan atau interaksi yang dimaksud dapat berupa interaksi tertentu dengan motif
tertentu pula. Misalnya interaksi perdagangan dengan motif ekonomi. Menurut
Hayness dan Fotheringham (1984) dalam jurnalnya yang berjudul Gravity and
Spatial Interaction Models mengungkapkan definisi interaksi spasial sebagai
berikut:
Spatial interaction is a broad term encompassing any movement over space that
results from a human process . It includes journey-to-work, migration, information and
commodity flows, student enrollments and conference attendance, the utilization of public
and private facilities, and even the transmission of knowledge
Dari pernyataan tersebut di atas, interaksi spasial adalah sesuatu yang mencakup
tentang semua pergerakan atau mobilitas pada suatu ruang atau wilayah yang
disebabkan oleh perilaku manusia seperti perjalanan menuju tempat kerja, migrasi,
aliran barang dan jasa serta informasi, pergerakan mahasiswa dengan alasan
pendidikan, dan kegiatan lainnya termasuk penggunaan fasilitas publik dan
persebaran ilmu pengetahuan.
22
2.1.3
Pusat Pertumbuhan
23
Usaha Terkait
Usaha Terkait
Usaha Terkait
Usaha Terkait
24
25
dapat
terjamin
pelaksanaannya
karena
sesuai
dengan
26
27
Untuk kepentingan penelitian, cara pandang yang paling sering digunakan adalah cara
pandang subjektif karena dapat disesuaikan dengan tujuan studi atau penelitian
tertentu.
2.1.6
Penataan Ruang
Tata ruang merupakan wujud struktur ruang dan pola ruang, Yang dimaksud
dengan struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Sedangkan yang
dimaksud dengan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budi daya.
Maka yang dimaksud dengan penataan ruang adalah suatu sistem proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang
(UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang).
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berjudul Analisis Penetapan Wilayah Pembangunan di
Kabupaten Toba Samosir ditulis oleh Laloria Pardede pada tahun 2009. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui potensi yang dapat dikembangkan di tiap-tiap
kecamatan di kabupaten Toba Samosir, mengidentifikasi kekuatan interaksi antar
28
kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir, mengetahui kecamatan apa saja yang
dapat ditetapkan sebagai pusat pertumbuhan, dan menetapkan wilayah pembangunan
berdasarkan potensi daerah, kekuatan interaksi antar kecamatan, dan pusat
pertumbuhan. Alat analisis yang dipakai pada penelitian ini adalah analisis LQ,
Analisis Gravitasi, dan Analisis Skalogram. Hasil penelitiannya adalah ada empat
wilayah pembangunan yang dapat ditetapkan di Kabupaten Samosir yaitu: Wilayah
Pembangunan I meliputi kecamatan Balige, Kecamatan Laguboti dan Kecamatan
Tampahan. Wilayah Pembangunan II meliputi kecamatan Porsea, Kecamatan Ajibata,
Kecamatan Lumbanjulu, Kecamatan Uluan, dan Kecamatan Pintu Pohan. Wilayah
Pembangunan III meliputi Kecamatan Silaen, Kecamatan Sigumpar, dan Kecamatan
Siantar Narumonda serta Wilayah Pembangunan IV yang meliputi kecamatan
Habinsaran, Kecamatan Nassau, dan Kecamatan Borbor.
Penelitian yang berjudul Analisis Pengembangan Pusat Pertumbuhan Ekonomi
di Kabupaten Banjarnegara ditulis oleh Refika Ardila pada tahun 2012. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui kecamatan-kecamatan pusat pertumbuhan, interaksi
antara kecamatan pusat pertumbuhan dengan kecamatan hinterlandnya, kondisi
perekonomian kecamatan dan sektor ekonomi potensial di setiap kecamatan di
Kabupaten Banjarnegara. Analisis yang digunakan adalah analisis skalogram dan
indeks sentralitas, metode gravitasi, analisis tipologi klassen dan analisis Location
Quotient. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh enam kecamatan yang termasuk
kecamatan
pusat
pertumbuhan
yaitu
Kecamatan
Banjarnegara,
Madukara,
29
interaksi
antara
kecamatan
pusat
pertumbuhan
dengan
kecamatan
30
sebagai pusat perdagangan dan jasa, pendidikan, pemukiman, dan kesehatan karenan
kelengkapan fasilitasnya, sedangkan Kelurahan Kalijaga berpotensi sebagai pusat
pelayanan pemerintah karena merupakan ibukota kecamatan, dan pusat pemukiman,
dan daerah wisata rohani. Kelurahan Harjamukti berpotensi sebagai pusat pelayanan,
perdagangan, dan lahan kosongnya berpotensi sebagai lahan peternakan. Kelurahan
Larangan berpotensi sebagai pusat pendidikan, kesehatan, pemukiman, dan
perdagangan jasa, karena jaraknya yang sangat dekat dengan Kelurahan Kecapi.
Kelurahan Argasunya berpotensi sebagai pusat pemukiman, lahannya berpotensi
untuk perkebunan dan peternakan.
Penelitian yang dilakukan oleh Andry Sujana pada tahun 2011 dengan judul
Analisis Penetapan Satuan Wilayah Pembangunan di Kabupaten Tegal. Tujuan
penelitian ini antara lain untuk mengetahui potensi ekonomi yang dapat
dikembangkan di tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Tegal, kekuatan interaksi antar
kecamatan tersebut, mengetahui kecamatan apa saja yang dapat ditetapkan sebagai
pusat pertumbuhan dan satuan wilayah pembangunan berdasarkan potensi daerah,
kekuatan interaksi, dan pusat pertumbuhan tersebut. Alat analisis yang digunakan
adalah Analisis Location Quotient (LQ), analisis gravitasi, dan analisis skalogram.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 4 satuan wilayah pembangunan yang
ditetapkan di Kabupaten Tegal antara lain SWP I meliputi Kecamatan Slawi,
Dukuhturi, Talang, Tarub, Adiwerna, Pangkah, Dukuhwaru, Lebaksiu, Jatinegara,
dan Kecamatan Kedungbanteng. SWP II meliputi kecamatan Kramat, Wrureja dan
31
32
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
1
Judul Penelitian
Tujuan Penelitian
ANALISIS
- Mengetahui potensi yang dapat 1.
PENETAPAN
dikembangkan di tiap-tiap
WILAYAH
kecamatan di Kabupaten Toba 2.
PEMBANGUNAN
Samosir
DI
KABUPATEN
3.
kekuatan
TOBA
SAMOSIR - Mengidentifikasi
oleh
Laloria
N interaksi antar kecamatan yang 4.
ada di Kabupaten Toba Samosir
Pardede. 2009
- Mengetahui kecamatan apa saja
yang dapat ditetapkan sebagai
pusat pertumbuhan
- Menetapkan
wilayah
pembangunan
berdasarkan
potensi
daerah,
kekuatan
interaksi antar kecamatan, dan
pusat pertumbuhan
Variabel
Penelitian
Potensi
Ekonomi
Kekuatan
Interaksi
Pusat
Pelayanan
Pusat
Pertumbuhan
Alat Analisis
1. Analisis LQ
2.Analisis
Gravitasi
3.Analisis
Skalogram
Hasil
Ada empat wilayah pembangunan
yang dapat ditetapkan di Kabupaten
Toba Samosir yaitu:
1. WP I meliputi Kecamatan
Balige Kecamatan Laguboti,
dan Kecamatan Tampahan
2. WP II meliputi Kecamatan
Porsea, Kecamatan Ajibata dan
Kecamatan
Lumbanjulu,
Kecamatan
Uluan
dan
Kecamatan Pintu Pohan
3. WP III meliputi Kecamatan
Silaen, Kecamatan Sigumpar
dan
Kecamatan
Siantar
Narumonda
4. WP IV meliputi Kecamatan
Habinsaran, Kecamatan Nassau
dan Kecamatan Borbor.
33
2.
PENGEMBANGAN 1. Mengetahui
KecamatanPUSAT
kecamatan yang menjadi pusat
PERTUMBUHAN
pertumbuhan
EKONOMI
DI 2. Mengetahui interaksi antara
kecamatan pusat pertumbuhan
KABUPATEN
dengan
kecamatan
BANJARNEGARA
hinterlandnya
oleh Refika Ardila.
3. Mengetahui
kondisi
2012
perekonomian kecamatan dan
sektor ekonomi potensial di
setiap kecamatan di Kabupaten
Banjarnegara
1. PDRB
2. Pusat
Pertumbuhan
3. PDRB
per
Kapita
4. Laju
Pertumbuhan
Ekonomi
1. Analisis
Skalogram
2. Indeks
Sentralitas
3. Metode
Gravitasi
4. Analisis
Tipologi
Klassen
5. Analisis LQ
34
3.
1. Menggambarkan
keadaan
ANALISIS
sekarang
pada
wilayah
pusat
PENETAPAN
pertumbuhan di Kecamatan
PUSAT-PUSAT
Harjamukti, Kota Cirebon.
PERTUMBUHAN
2. Mengetahui kekuatan interaksi
BARU
DI
antar daerah di Kecamatan
KECAMATAN
Harjamukti.
HARJAMUKTI,
3. Menganalisis
kebutuhankebutuhan yang diperlukan
CIREBON
dalam mengembangkan pusat
SELATAN
oleh
pertumbuhan di Kecamatan
Sasya Danastri. 2011
Harjamukti.
4. Mengetahui
wilayah
pembangunan mana saja yang
dapat ditetapkan sebagai kutub
pertumbuhan untuk mendorong
pembangunan
wilayah
di
Kecamatan Harjamukti.
Kekuatan
Interaksi
1. Ketersediaan
Fasilitas
2. Potensi
Ekonomi
35
4.
ANALISIS
1. Mengetahui potensi ekonomi 1. Potensi
PENETAPAN
yang dapat dikembangkan di
Ekonomi
SATUAN WILAYAH
tiap-tiap
kecamatan
di 2. Interaksi
PEMBANGUNAN
Kabupaten Tegal,
3. Pusat
DI
KABUPATEN 2. Mengetahui kekuatan interaksi
Pelayanan
TEGAL oleh Andry
antar kecamatan tersebut,
Sujana. 2011
3. Mengetahui kecamatan apa
saja yang dapat ditetapkan
sebagai pusat pertumbuhan
dan
satuan
wilayah
pembangunan
berdasarkan
potensi daerah, kekuatan
interaksi,
dan
pusat
pertumbuhan tersebut.
1. Analisis LQ
2. Analisis
Gravitasi
3. Analisis
Skalogram
1. Terdapat
4
satuan
wilayah
pembangunan yang ditetapkan di
Kabupaten Tegal antara lain:
a. SWP I meliputi Kecamatan
Slawi, Dukuhturi, Talang, Tarub,
Adiwerna, Pangkah, Dukuhwaru,
Lebaksiu,
Jatinegara,
dan
Kecamatan
b. Kedungbanteng. SWP II meliputi
kecamatan Kramat, Wrureja dan
Kecamatan Suradadi.
c. SWP III meliputi Kecamatan
Margasari, Pagerbarang dan
Kecamatan Balapulang.
d. SWP IV meliputi Kecamatan
Bumijaya
dan
Kecamatan
Bojong.
36
5.
1. Analisis LQ
2. Shift Share,
3. Klassen
Typologi,
4. Skalogram
5. Metode
Overlay
37
38
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Latar Belakang
Potensi Ekonomi
(Sektoral)
Untuk mengetahui kondisi basis ekonomi dan
potensi daerah yang dapat dikembangkan.
Interaksi Wilayah
(Spasial)
Untuk
mengetahui
kekuatan interaksi di
Kabupaten Samosir
Pusat Pelayanan
Untuk mengetahui pusat
pelayanan publik di
bidang sosial dan ekonomi
di Kabupaten Samosir
Variabel
Analisis LQ dan
Shift-Share untuk
Kabupaten Samosir
Metode Campuran
untuk 9 Kecamatan
di Kabupaten
Samosir
Analisis Gravitasi
Analisis Skalogram
Metode Analisis
Penetapan Pusat Pertumbuhan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel menunjukkan suatu arti yang dapat membedakan antara sesuatu dengan
yang lainnya (Kountur, 2004). Definisi operasional adalah petunjuk yang lainnya
tentang variabel-variabel yang diukur. Untuk mencapai tujuan penelitian, maka
variabel penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
3.1.1
Potensi Ekonomi
Interaksi Spasial
Interaksi Spasial adalah hubungan atau kontak yang terjadi antara daerah
perkotaan dengan pedesaan, beserta hasil hubungannya. Interaksi spasial antara
daerah yang satu dengan yang lainnya diukur dengan menganalisis data jumlah
39
40
penduduk kedua wilayah dan jarak antar wilayah tersebut dengan menggunakan
analisis gravitasi.
3.1.3
Pusat Pelayanan
Pusat Pertumbuhan.
41
42
Indeks LQ adalah salah satu alat analisis dasar yang dapat digunakan dalam
bidang ekonomi pembangunan, khususnya ekonomi pembangunan regional. Miller
dkk (1991) dalam jurnal yang berjudul Location Quotient: A Basic Tool for
Economic Development Analysis mendefinisikan tujuan dari penggunaan LQ
sebagai berikut.
The purpose of the location quotient technique is to yield a coefficient, or a
simple expression of how well represented a particular industry is in a given
study region.With this technique, we can determine whether or not the
study region has its fair shareof some industry, given the experience of
the reference region.
Dari pernyataan tersebut di atas dapat diketahui bahwa tujuan penggunaan LQ adalah
untuk menghasilkan sebuah koefisien yang dapat merepresentasikan suatu fakta
tentang industri dengan baik dalam kaitannya dengan studi kewilayahan. Oleh karena
43
.(3.1)
dengan :
PDRB sektor i
PDRB total
PNB sektor i
PNB total
44
3.4.2
Analisis Shift-Share
45
46
Pr, i, t =
:
N
:
r
:
E
:
i
:
t
:
E r, i, t-n (3.5)
pertambahan
Nasional
region atau wilayah analisis
Employement atau banyaknya tenaga kerja
sektor industri
tahun
47
t-n
Ns
Pr
Dr
:
:
:
:
tahun awal
National share
Proportional share
Differential share
3.4.3
Metode Campuran
Model Gravitasi
48
dasari oleh Hukum Gravitasi Newton (Sir Isaac Newton) yang berbunyi dua massa
yang berdekatan akan saling tarik menarik dan daya tarik masing-masing massa
adalah sebanding dengan bobotnya.
Aplikasi model Gravitasi biasanya bermanfaat dalam bidang analisis perencanaan
wilayah dengan anggapan dasar bahwa faktor aglomerasi penduduk, pemusatan
kegiatan atau potensi sumber daya alam yang dimiliki, mempunyai daya tarik yang
dapat dianalogikan sebagai daya tarik menarik antara 2(dua) kutub magnet.
Menurut Hayness dan Fotheringham (1984), Persamaan umum model gravitasi ini
adalah :
I12 = P1P2 / J12 (3.6)
dengan:
I12
P1
P2
J12
wilayah, maka semakin besar pula kekuatan interaksi antara kedua wilayah yang
dianalisis tersebut.
49
3.4.5
Analisis Skalogram
adalah
namun
50
.(3.8)
Dimana:
I : Interval Dimana
k : banyaknya kelas
n : banyaknya kecamatan
A : jumlah fasilitas tertinggi
B : Jumlah fasilitas terendah