TINJAUAN TEORI
2.1 Lansia
2.1.1 Definisi
Pengertian lanjut usia (lansia) ialah manusia yang berumur di atas usia 60
tahun dan masih hidup. Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang
berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999 dalam Wijayanti,
2008). Menurut WHO, batas usia untuk kategori lanjut usia berdasarkan tingkat
usia yaitu:
1.
2.
3.
4.
Kesehatan Lansia
Faktor kesehatan meliputi keadaan fisik dan keadaan psikis lanjut usia.
Keadaan fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan manusia. Kekuatan fisik,
pancaindera, potensi dan kapasitas intelektual mulai menurun pada tahap-tahap
tertentu (Prasetyo,1998 dalam Wijayanti 2008). Dengan demikian orang lanjut
usia harus menyesuaikan diri kembali dengan ketidak berdayaannya. Kemunduran
fisik ditandai dengan beberapa serangan penyakit seperti gangguan pada sirkulasi
darah, persendian, sistem pernafasan, neurologik, metabolik, neoplasma dan
mental. Sehingga keluhan yang sering terjadi adalah mudah letih, mudah lupa,
gangguan saluran pencernaan, saluran kencing, fungsi indra dan menurunnya
konsentrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Joseph J. Gallo (1998) dalam
Wijayanti (2008) mengatakan untuk mengkaji fisik pada orang lanjut usia harus
dipertimbangkan keberadaannya seperti menurunnya pendengaran, penglihatan,
gerakan yang terbatas, dan waktu respon yang lamban.
Pada umumnya pada masa lanjut usia ini orang mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotorik. Menurut Zainudin (2002) fungsi kognitif meliputi
proses belajar, persepsi pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain yang
menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia menjadi semakin lambat. Fungsi
psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak
seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat bahwa lanjut usia kurang
cekatan.
Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan
akibat penurunan fungsi sistem tubuh. Salah satu perubahan tersebut adalah
perubahan kejiwaan dan fisik. Masalah kesehatan jiwa lansia yang sering muncul
adalah gangguan proses pikir yang ditandai dengan lupa, pikun, bingung, dan
curiga, dan gangguan perasaan ditandai dengan perasaan kelelahan, acuh tak
acuh, tersinggung, sedangkan gangguan fisik/somatik meliputi gangguan pola
tidur, gangguan makan dan minum, gangguan perilaku yang ditandai dengan
enggan berhubungan dengan orang lain, dan ketidakmampuan merawat diri
sendiri.
Badan manusia menua kurang lebih 1% setiap tahun. Meskipun orang yang
segar jasmaninya,akan menua pula. Untungnya orang-orang yang kesegaran
jasmaninya baik, proses menuanya lebih lambat. Bila seseorang menjadi lebih
segar jasmaninya,maka fungsi badannya akan lebih baik.(Sadoso S,1993 dalam
Sriwahyuniati, 2008). Proses menua adalah masalah yang akan selalu dihadapi
oleh semua manusia. Dalam tubuh terjadi perubahan- perubahan structural yang
merupakan proses degeneratif. Misalnya sel-sel mengecil atau menciut, jumlah sel
berkurang, terjadi perubahan isi atau komposisi sel, pembentukan jaringan ikat
baru meggantikan sel-sel yang menghilang atau mengecil dengan akibat timbulya
kemunduran fungsi organ tubuh
sehingga
Klasifikasi Hipertensi
IDH
(Isolated
Diastolic
dewasa tua (>50 tahun), ISH adalah bentuk utama dari hipertensi.
Bagaimanapun juga, berbeda dengan kondisi pada individu yang lebih
muda, pengerasan pembuluh darah adalah penyebab gangguan
hemodinamik.
2. Isolated office (white-coat) hypertension
Isolated office (white-coat) hypertension adalah kondisi dimana
pasien dengan tekanan darah yang secara konsisten meningkat tetapi
normal pada lain waktu. Isolated office hypertension kira-kira diderita
oleh 10-15% pasien hipertensi. Tenaga kesehatan harus menentukan
tujuan untuk mengidentifikasi peningkatan tekanan darah yang terjadi
dengan menggunakan pengukuran di rumah. Ada juga dampak
potensial dari fenomena ini pada biaya pengobatan anti-hipertensi. Hal
ini
masih
diperdebatkan
apakah
Isolated
office
(white-coat)
risiko
kardiovaskular.
Keputusan
untuk
memulai
JNC 7
Sistolik/Diastolik (mmHg)
Optimal
<120/80
Normal
120-129/80-84
130-139/85-89
Borderline
Hipertensi
140/90
Stage 1: hipertensi
140-159/90-99
Stage 2: hipertensi
160-179/100-109
Stage 3: hipertensi
180/110
Normal
Prehipertensi
Hipertensi
Stage 1: hipertensi
Stage 2: hipertensi
Normal (mmHg)
Hipertensi (mmHg)
Bayi
80/40
Normal
100/60
120/80
115/70
130/80
120-125/75-80
135-140/85
150/85
135/90
140/90-160/95
160/95
Penyebab Hipertensi
Institut Jantung, Paru dan Darah memperkirakan separuh orang yang
ini
dapat
diperbaiki
dengan
pembedahan
atau
dilatasi
(melebarkan arteri).
B. Gagal ginjal
Penderita gagal ginjal biasanya juga membutuhkan perawatan tekanan
darah tinggi. Tekanan darah yang tinggi pada penderita ini terutama
disebabkan oleh kegagalan ginjal dalam mengatur jumlah garam dan air
dalam tubuh. Apabila penderita menjalankan dialisis, penderita masih tetap
harus minum obat untuk menjaga tetap normal.
C. Kelebihan noradrenalin
Penyebab tekanan darah tinggi lainnya adalah gangguan kelenjar
adrenal. Penyebab ini jarang dijumpai. Namun, bila ada kasus, termasuk
gangguan yang dapat disembuhkan. Kelenjar adrenal terdapat tepat di atas
tiap-tiap ginjal. Kelenjar adrenal mempunyai lapisan dalam dan luar yang
dapat mengeluarkan berbagai hormon ke dalam aliran darah. Bagian
dalam kelenjar disebut medula yang mengeluarkan adrenalin atau hormon
yang dihasilkan sebagai rasa takut, marah, dan latihan. Adrenalin dapat
meningkatkan denyut jantung. Selain itu, medula juga menghasilkan
hormon noradrenalin yang juga menyebabkan kontraksi otot arteri dan
meningkatkan tekanan darah. Hipertensi akibat terlalu banyak noradrenalin
dapat dikendalikan dengan obat, tetapi untuk kesembuhannya diperlukan
tindakan bedah.
D. Sindroma cushing dan aldosteronisme
Sindrom ini merupakan keadaan yang sangat jarang terjadi. Keadaan ini
sebagai akibat adanya tumor atau pertumbuhan yang berlebihan dari
lapisan luar kelenjar adrenal. Pada keadaan ini, dihasilkan hormon stres
lain yaitu kortisol atau hormon lain yang disebut aldosteron hormon yang
mengakibatkan ginjal menahan garam (atau sodium) dan melepaskan
kalium.
E. Alkohol
riwayat
hipertensi
maka
sepanjang
hidup
kita
memiliki
metabolik.
Sensitivitas terhadap natrium
Natrium (Na) atau yang biasa disebut juga sodium tidak hanya terdapat
pada garam dapur. Terdapat juga pada minuman bersoda, penyedap rasa
(vetsin), dan bahan pengawet pada produk makanan kaleng. Sensitivitas
terhadap sodium tidak sama untuk semua orang. Kurang lebih 30% orang
Amerika yang menderita hipertensi disebabkan oleh tingginya konsumsi
sodium. Oleh karena itu, dianjurkan bagi orang dewasa untuk membatasi
konsumsi sodium, yaitu tidak lebih 2.400 mg sehari atau setara dengan 5
gram (1 sendok teh) garam dapur. Terjadinya hipertensi karena konsumsi
Na juga mungkin dipengaruhi oleh genetik individu dan kerusakan
fisiologis. Individu yang peka terhadap hipertensi mempunyai risiko tinggi
jika mengkonsumsi Na berlebihan. Orang yang ginjalnya sudah tidak
berfungsi normal lebih peka terhadap hipertensi karena tidak dapat
mengatur kadar Na dalam tubuh. Dengan kata lain, Na tidak dapat
diekskresikan dalam jumlah normal oleh ginjal. Akibatnya, Na di dalam
tubuh dan volume intravaskuler meningkat sehingga terjadi hipertensi. Hal
ini biasanya umumnya terjadi pada manula (Julianti, 2007).
Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi
yang rendah jika asupan garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi
hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap
timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan volume plasma, curah
jantung dan tekanan darah (Basha, 2004).
Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-orang peka
sodium lebih mudah meningkat sodium, yang menimbulkan retensi cairan
dan peningkatan tekanan darah (Sheps, 2000). Garam berhubungan erat
dengan terjadinya tekanan darah tinggi gangguan pembuluh darah ini
hampir tidak ditemui pada suku pedalaman yang asupan garamnya rendah.
Jika asupan garam kurang dari 3 gram sehari prevalensi hipertensi
presentasinya rendah, tetapi jika asupan garam 5-15 gram perhari, akan
meningkat prevalensinya 15-20% (Wiryowidagdo, 2004).
J. Aktivitas kurang gerak
Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana pada
orang yang kurang aktvitas atau kurang gerak akan cenderung mempunyai
frekuensi denyut jantung yang lebih tingi sehingga otot jantung akan harus
bekerja lebih keras pada tiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung
memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri ( Amir,
2002 ).
K. Stress
Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya
hipertensi dimana hubungan antara stress dengan hipertensi diduga
melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan
darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan
dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini
belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih
tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan
dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di
kota (Dunitz, 2001).
a.2.5
Patofisiologi Hipertensi
(Terlampir)
a.2.6
dengan
pheochromocytomas
yang
mungkin episodik. Serangan khas berlangsung dari menit sampai jam dan
berhubungan dengan sakit kepala, kecemasan, palpitasi, keringat banyak,
pucat, tremor, dan mual dan muntah. Tekanan darah meningkat, dan angina
atau edema paru akut dapat terjadi. Dalam aldosteronisme primer, pasien
mungkin memiliki kelemahan otot, poliuria, dan nokturia karena hipokalemia,
hipertensi maligna jarang terjadi. Hipertensi kronis sering menyebabkan
hipertrofi ventrikel kiri, yang mungkin berhubungan dengan diastolik atau,
dalam tahap akhir, disfungsi sistolik.
Penyebab keterlibatan serebral (1) stroke akibat trombosis atau (2)
perdarahan
Optalmologi
Ginjal
Kardiovaskular
Hematologi
a.2.7
Manifestasi Klinis
Perubahan status mental
Kejang
Cerebrovascular accident
Sakit kepala
Perdarahan intrakranial
Penglihatan kabur
Diplopia
Perdarahan retina
Papilledema
GGA dan hematuria
Angina (nyeri dada)
Congestive heart failure
Pulmonary edema
Aortic dissection
Microangioplasthic hemolytic anemia
data
dari
studi
cross-sectional
menunjukkan
bahwa
natrium
dalam
hipertensi
dapat
bervariasi. Subyek lansia lebih sensitif terhadap asupan natrium. Ratarata, pengurangan 4 mmHg sistolik dan diastolik 2 mmHg dicapai
dengan pembatasan natrium. Konsumsi <100 mmol natrium atau 6g
natrium klorida sehari dianjurkan (setara dengan <1/4 sendok teh
garam atau 3 sendok teh monosodium glutamat).
3. Menghindari konsumsi alkohol berlebihan
tekanan
darah
tinggi
dan
mengurangi
penyakiit
gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium
dan natrium (Gunawan, 2001).
Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda
kue, baking powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet
makanan atau natrium benzoat (Biasanya terdapat didalam saos,
kecap, selai, jelly), makanan yang dibuat dari mentega serta obat yang
mengandung natrium (obat sakit kepala). Bagi penderita hipertensi,
biasakan penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih
dahulu. ( Hayens, 2003 ).
Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di dalam tubuh
terdapat tiga bagian lemak yaitu: kolestrol, trigeserida, dan fospolipid.
Tubuh memperoleh kolestrol dari makanan sehari hari dan dari hasil
sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih
banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol
dapat terjadi karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang
mengandung kolestrol tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25
50 % dari setiap makanan (Amir, 2002 ).
Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat
terdiri dari dua jenis yaitu serat kasar (Crude fiber) dan serat kasar
banyak terdapat pada sayuran dan buahbuahan, sedangkan serat
makanan terdapat pada makanan karbohidrat yaitu : kentang, beras,
singkong dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah
penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat
kolestrol maupun asam empedu dan selanjutnya membuang bersama
kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi
mengandung serat kasar yang cukup tinggi ( Mayo, 2005 ).
6. Berhenti merokok
Hal ini penting dalam manajemen keseluruhan dari pasien
dengan hipertensi dalam mengurangi risiko kardiovaskular. Dengan
berhenti merokok tekanan darah akan turun secara perlahan ,
disamping itu jika masih merokok maka obat yang dikonsumsi tidak
akan bekerja secar optimal dan dengan berhenti merokok efektifitas
obat akan meningkat ( Santoso, 2001 ).
7. Lainnya
Ini termasuk managemen stres, perubahan mikronutrien dan suplemen
makanan dengan minyak ikan, kalium, kalsium, magnesium dan serat
(Rahman et al., 2008).
Rekomendasi
Penurunan TD
Sistolik
5-20 mmHg/10 kg
Diet DASH
8-14 mmHg
konsumsi
sodium/natrium
dengan
penurunan
2-8 mmHg
Olahraga
sodium chloride)
Aktivitas aerobik biasa seperti
4-9 mmHg
seseorang
yang
di
sentral
simpatolitik),
Komplikasi Hipertensi
A. CVA (Cerebrovascular Attack)
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteriarteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin,
2000). Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti,
orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah
satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah,
mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta
tidak sadarkan diri secara mendadak (Santoso, 2006).
B. IMA (Infark Miokard Akut)
Infark Miokard dapat
terjadi
apabila
arteri
koroner
yang
ii. Pathway
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
ix.
x.
xi.
xii.
xiii.
xiv.
xv.
xvi.
Hilangnya elastisitas
xvii.
ateroskeloris
jaringan ikat
xviii.
Menurunnya
relaksasi otot polos
pembuluh darah
xix.
Mual, muntah
Kurang informasi
Intake inadekuat
xx.
Kurang
xxi.
xxii.
Penurunan
cardiac output
Kelemaha
xxiii.
Penurunan
volume extrasel
xxiv.
dan perfusi renal
xxv.
Mekanisme
koping,
harapan tidak terpenuhi,
persepsi tidak realistik
xxvi. ginjal
Iskemik
xxvii.
Intoleransi aktivitas
Renin
xxviii.
Deficit motorik
Koping
efektif
individu
tidak
xxix.
Angiotensin
xxx.
Angiotensin
I
xxxi.
xxxii.
ACE
xxxiii.
Angiotensin
Gangguan
rasa nyaman
II
(vasokontriksi)
xxxiv.
xxxv.
Sekresi aldosteron
xxxvi.
Ion exchange
tubulus ginjal
Reabsorbsi Na
dan air Sekresi
K dan H
Tekanan intravascular
meningkat
Tekanan intraocular
meningkat
Gangguan
penglihatan
di
Tekanan darah meningkat
Peningkatan
volume
cairan ekstrasel
Deficit lapang
pandang
Resiko cedera