Anda di halaman 1dari 3

Etiologi dan Faktor Risiko

Etiologi

Faktor risiko terdiri atas faktor endogen (riwayat keluarga, hormon, ras, usia
dan stress) dan faktor eksogen (faktor lingkungan).4 Perubahan gen pada
kromosom 1, 17 dan kromosom X dijumpai pada pasien-pasien dengan riwayat
keluarga kanker prostat. Gen hereditary prostate cancer 1 (HPC1) dan gen
predisposing for cancer of the prostate (PCAP) terdapat pada kromosom 1 sedang
gen human prostate cancer pada kromosom X. Sebagai tambahan, studi genetik
menduga adanya suatu predisposisi keluarga yang kuatpada 5-10% kasus kanker
prostat. Laki-laki dengan riwayat keluarga kanker prostat memiliki resiko yang lebih
tinggi untuk mendapat kanker prostat,

Laki-laki Afrika Amerika memiliki prevalensi kanker prostat yang lebih tinggi
dan lebih agresif dibanding dengan laki-laki berkulit putih. Laki-laki berkulit putih
memiliki prevalensi kanker prostat yang lebih tinggi dibanding dengan laki-laki Asia.
Studi menemukan bahwa kadar hormon testosteron pada laki-laki Afrika Amerika
lebih tinggi 15% dibanding dengan laki-laki berkulit putih. Selanjutnya terbukti juga
5-reduktase mungkin lebih aktif pada suku Afrika Amerika dibanding dengan yang
berkulit putih, dimana ini menunjukkan perbedaan hormonal mungkin berperan.
Diet tinggi lemak meningkatkan resiko terkena kanker prostat, sedangkan diet
tinggi kacang kedelai mungkin protektif. Observasi ini telah diutarakan sebagai
alasan rendahnya prevalensi kanker prostat di Asia. Studi kultur sel menunjukkan
asam lemak omega 6 positif dalam menstimulasi pertumbuhan sel-sel kanker
prostat,
sedangkan omega 3 negatif. Lemak ini memiliki efek pada perubahan hormon seks
atau faktor pertumbuhan atau berefek pada5-reduktase. Kacang kedelai
menurunkan pertumbuhan sel-sel kanker prostat pada tikus percobaan, akan tetapi
faktor epidemiologi menunjukkan tidak terbukti efek yang bermakna pada manusia.
Vitamin E memiliki efek protektif karena merupakan antioksidan. Penurunan kadar
vitamin A mungkin suatu faktor resiko karena dapat memicu differensiasi sel dan
sistim imun. Defisiensi vitamin D diduga juga suatu faktor resiko dan studi
menunjukkan hubungan terbalik antara paparan ultraviolet dengan angka kematian
kanker prostat. Selenium mungkin memiliki efek protektif berdasarkan studi
epidemiologi dan dipercaya melalui efeknya sebagai antioksidan.

Ablasi androgen menyebabkan regresi kanker prostat. Hsing dan Comstock


melakukan studi besar dengan membandingkan prevalensi kanker prostat pada
satu grup kontrol dengan satu grup yang
diberikan inhibitor 5-reduktase. Inhibitor 5-reduktase tersebut menunjukkan
penurunan prevalensi tumor. ASCO ( The American Society of Clinical Oncology )
merekomendasikan penggunaan inhibitor 5-reduktase sebagai chemoprevention
kanker prostat
Manifestasi Klinis

Gejala pembesaran prostat jinak dibedakan menjadi dua kelompok.


Gejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau
pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering
berkontraksi walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitas
otot detrusor dengan tanda dan gejala antara lain: sering miksi (frekwensi),
terbangun untuk miksi pada malam hari (nokturia), perasaan ingin miksi yang
mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat miksi (disuria) (Mansjoer,2000)
Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan cukup lama
dan kuat sehingga mengakibatkan: pancaran miksi melemah, rasa tidak puas
sehabis miksi, kalau mau miksi harus menunggu lama (hesitancy), harus
mengejan (straining), kencing terputus-putus (intermittency), dan waktu
miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen karena
overflow.
Derajat berat BPH menurut Sjamsuhidajat (2005) dibedakan menjadi 4 stadium:
1. Stadium I
Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai
habis.
2. Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine
walaupun tidak sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa
ridak enak BAK atau disuria dan menjadi nocturia.
3. Stadium III
Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
4. Stadium IV
Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, urine menetes
secara periodik (over flowin kontinen).
Menurut Smeltzer (2002) menyebutkan bahwa manifestasi dari BPH adalah
peningkatan frekuensi penuh, nokturia, dorongan ingin berkemih, anyang-
anyangan, abdomen tegang, volume urine yang turun dan harus mengejan saat
berkemih, aliran urine tak lancar, dribbing (urine terus menerus setelah
berkemih), retensi urine akut

Anda mungkin juga menyukai