Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Femur


Tulang dibagi menjadi 4 bagian yaitu epifisis, lempeng pertumbuhan, metafisis, dan
diafisis. Masing-masing bagian tersebut memiliki karakteristik yang menentukan
kelainan apa yang sering pada daerah tersebut. Epifisis adalah bagian tulang yang
terletak di dalam artikulasi. Lempeng pertumbuhan berfungsi sebagai pusat
pertumbuhan tulang yang hilang pada usia + 15 tahun, cidera pada bagian ini pada
masa kanak-kanak dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tulang. Metafisis
adalah daerah yang kaya akan pembuluh darah (end artery) sehingga rawan terjadi
infeksi. Diafisis adalah bagian tengah dari sebuah tulang panjang yang tersusun dari
tulang kortikal yang biasanya berisi sumsum tulang dan jaringan adiposa1.
-

Epiphysis Proksimalis
Ujung membuat bulatan 2/3 bagian bola disebut caput femoris yang punya facies
articularis untuk bersendi dengan acetabulum ditengahnya terdapat cekungan
disebut fovea capitis. Caput melanjutkan diri sebagai collum femoris yang
kemudian disebelah lateral membulat disebut throcantor major ke arah medial juga
membulat kecil disebut trochantor minor. Dilihat dari depan, kedua bulatan major
dan minor ini dihubungkan oleh garis yang disebut linea intertrochanterica (linea
spiralis). Dilihat dari belakang, kedua bulatan ini dihubungkan oleh rigi disebut
crista intertrochanterica. Dilihat dari belakang pula, maka disebelah medial
trochantor major terdapat cekungan disebut fossa trochanterica2.

Diaphysis
Merupakan bagian yang panjang disebut corpus. Penampang melintang
merupakan segitiga dengan basis menghadap ke depan. Mempunyai dataran yaitu
facies medialis, facies lateralis, facies anterior. Batas antara facies medialis dan
lateralis nampak di bagian belakang berupa garis disebut linea aspera, yang

dimulai dari bagian proximal dengan adanya suatu tonjolan kasar disebut
tuberositas glutea. Linea ini terbagi menjadi dua bibit yaitu labium mediale dan
labium laterale, labium medial sendiri merupakan lanjutan dari linea
intertrochanrterica. Linea aspera bagian distal membentuk segitiga disebut planum
popliseum. Dari trochantor minor terdapat suatu garis disebut linea pectinea. Pada
dataran belakang terdapat foramen nutricium, labium medial lateral disebut juga
supracondylaris lateralis atau medialis1.
-

Epiphysis distalis
Merupakan bulatan sepasang yang disebut condylus medialis dan condylus
lateralis. Disebelah proximal tonjolan ini terdapat lagi masing-masing sebuah
bulatan kecil disebut epicondylus medialis dan epicondylus lateralis. Epicondylus
ini merupakan akhir perjalanan linea aspera bagian distal dilihat dari depan
terdapat dataran sendi yang melebar disebut facies patelaris untuk bersendi dengan
os. patella. Intercondyloidea yang dibagian proximalnya terdapat garis disebut
linea intercondyloidea1,2.

2.2 Definisi Fraktur Femur


Fraktur adalah hilangnya atau terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi,
tulang rawan epifisis, baik bersifat total maupun parsial 2,3. Fraktur femur adalah

terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung
(kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh
laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup
banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok. Kebanyakan fraktur terjadi
karena kegagalan tulang menahan tekanan membengkok, memutar dan tarikan akibat
trauma yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Trauma langsung
menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan.
Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami
kerusakan sedangkan trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan ke daerah
yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan extensi dapat
menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap
utuh4.
Tekanan pada tulang dapat berupa: (1) tekanan berputar yang dapat menyebabkan
fraktur bersifat spiral atau oblik, (2) tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur
transversal, (3) tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur
impaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasi, (4) kompresi vertikal dapat menyebabkan
fraktur komunitif atau memecah misalnya pada vertebra, (5) trauma langsung disertai
dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan menyebabkan fraktur oblik atau fraktur
Z, (6) trauma karena tarikan pada ligamen atau tendo akan menarik sebagian tulang5.
2.3 Etiologi
Penyebab fraktur adalah trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut
kekuatannya melebihi kekuatan tulang, dan mayoritas fraktur akibat kecelakaan lalu
lintas. Trauma-trauma lain adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja, cidera olah
raga. Trauma bisa terjadi secara langsung dan tidak langsung. Dikatakan langsung
apabila terjadi benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu, dan
secara tidak langsung apabila titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur
berjauhan5.
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a) Cedera traumatik
- Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang
dan kerusakan pada kulit diatasnya.

Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur

klavikula.
Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang
kuat.

b) Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma
minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan
berikut :
- Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak
-

terkendali dan progresif.


Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit

nyeri.
Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D
yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh
defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi
vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.

c) Secara spontan : Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya
pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran2,3.
2.4 Klasifikasi Fraktur Femur
Femur adalah tulang terkuat dan terpanjang pada tubuh manusia, fraktur dapat terjadi
baik dari distal sampai ke proksimal femur5,6. Fraktur femur secara umum dibedakan
atas: fraktur leher femur, fraktur daerah trokanter, fraktur subtrokanter, fraktur diafisis
femur, dan fraktur suprakondiler femur3.
Fraktur leher femur
Fraktur leher femur terjadi pada proksimal hingga garis intertrokanter pada regio
intrakapsular tulang panggul7. Fraktur ini seirng terjadi pada wanita usia di atas 60
tahun dan biasanya berhubungan dengan osteoporosis5. Fraktur leher femur
disebabkan oleh trauma yang biasanya terjadi karena kecelakaan, jatuh dari ketinggian
atau jatuh dari sepeda dan biasanya disertai trauma pada tempat lain. Jatuh pada
daerah trokanter baik karena kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari tempat yang tidak
terlalu tinggi seperti terpeleset di kamar mandi di mana panggul dalam keadaan fleksi
dan rotasi dapat menyebabkan fraktur leher femur3.

Berikut ini adalah klasifikasi fraktur leher femur berdasarkan Garden5,8


Stadium I adalah fraktur yang tak sepenuhnya terimpaksi.
Stadium II adalah fraktur lengkap tetapi tidak bergeser.
Stadium III adalah fraktur lengkap dengan pergeseran sedang.
Stadium IV adalah fraktur yang bergeser secara hebat.
Gambar 2. Klasifikasi fraktur leher femur menurut Garden3

A. Stadium I
B. Stadium II

C. Stadium III
D. Stadium IV

Fraktur leher femur harus ditatalaksana dengan cepat dan tepat sekalipun merupakan
fraktur leher femur stadium I. Apabila fraktur femur ini tidak ditatalaksana dengan
cepat, maka akan berkembang dengan cepat menjadi fraktur leher femur stadium IV5.
Selain Garden, Pauwel juga membuat klasifikasi berdasarkan atas sudut inklinasi
leher femur seperti yang tertera pada gambar 3 yaitu sebagai berikut: 3

Tipe I, yaitu fraktur dengan garis fraktur 30.


Tipe II, yaitu fraktur dengan garis fraktur 50.
Tipe III, yaitu fraktur dengan garis fraktur 70.

Gambar 3. Klasifikasi fraktur leher femur menurut Pauwel3


A. Tipe I

B. Tipe II

C. Tipe III

Anamnesis biasanya menunjukkan adanya riwayat jatuh dari ketinggian disertai nyeri
panggul terutama daerah inguinal depan. Tungkai pasien dalam posisi rotasi lateral
dan anggota gerak bawah tampak pendek. Pada foto polos penting dinilai pergeseran
melalui bentuk bayangan yang tulang yang abnormal dan tingkat ketidakcocokan garis
trabekular pada kaput femoris dan ujung leher femur. Penilaian ini penting karena
fraktur yang terimpaksi atau tak bergeser (stadium I dan stadium II berdasarkan
Garden) dapat membaik setelah fiksasi internal, sementara fraktur yang bergeser
sering mengalami non-union dan nekrosis avaskular5.
Pengobatan fraktur leher femur dapat berupa konservatif dengan indikasi yang sangat
terbatas dan terapi operatif. Pengobatan operatif hampir selalu dilakukan baik pada
orang dewasa muda ataupun pada orang tua karena perlu reduksi yang akurat dan
stabil dan diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk mencegah
komplikasi. Jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu pemasangan pin, pemasangan
plate dan screw, dan artroplasti yang dilakukan pada penderita umur di atas 55 tahun,
berupa: eksisi artroplasti, herniartroplasti, dan artroplasti total3.
Komplikasi tergantung dari beberapa faktor, yaitu:3

Komplikasi yang bersifat umum: trombosis vena, emboli paru, pneumonia,

dekubitus
Nekrosis avaskuler kaput femur
Komplikasi ini biasanya terjadi pada 30% pasien fraktur leher femur dengan
pergeseran dan 10% pada fraktur tanpa pergeseran. Apabila lokasilisasi fraktur
lebih ke proksimal maka kemungkinan untuk terjadi nekrosis avaskuler menjadi

lebih besar.
Nonunion
Lebih dari 1/3 pasien fraktur leher femur tidak dapat mengalami union terutama
pada fraktur yang bergeser. Komplikasi lebih sering pada fraktur dengan lokasi
yang lebih ke proksimal. Ini disebabkan karena vaskularisasi yang jelek, reduksi
yang tidak akurat, fiksasi yang tidak adekuat, dan lokasi fraktur adalah
intraartikuler. Metode pengobatan tergantung pada penyebab terjadinya nonunion
dan umur penderita.

Osteoartritis sekunder dapat terjadi karena kolaps kaput femur atau nekrosis

avaskuler
Anggota gerak memendek
Malunion
Malrotasi berupa rotasi eksterna

Fraktur intertrokanter
Fraktur intertrokanter menurut definisi bersifat ekstrakapsular 3,5. Seperti halnya
fraktur leher femur, fraktur intertrokanter sering ditemukan pada manula atau
penderita osteoporosis. Kebanyakan pasien adalah wanita berusia 80-an5.
Fraktur terjadi jika penderita jatuh dengan trauma lansung pada trokanter mayor atau
pada trauma yang bersifat memuntir. Fraktur intertrokanter terbagi atas tipe yang
stabil dan tak stabil. Fraktur yang tak stabil adalah fraktur yang korteks medialnya
hancur sehingga terdapat fragmen besar yang bergeser yang mencakup trokanter
minor; fraktur tersebut sangat sukar ditahan dengan fiksasi internal3,5.
Gambaran klinik fraktur intertrokanter biasanya pada pasien tua dan tak sehat. Setelah
jatuh, pasien tidak dapat berdiri. Pada pemeriksaan didapatkan pemendekkan anggota
gerak bawah dan berotasi keluar dibandingkan pada fraktur servikal (karena fraktur
bersifat ekstrakapsular) dan pasien tidak dapat mengangkat kakinya. Fraktur tanpa
pergeseran yang stabil pada foto polos dapat terlihat sebagai tidak lebih dari retakan
tipis di sepanjang garis intertrokanter5. Fraktur tanpa pergeseran dapat dilakukan
terapi konservatif dengan traksi. Pemasangan fiksasi interna dilakukan dengan tujuan
untuk memperoleh fiksasi yang kuat dan untuk memberikan mobilisasi yang cepat
pada orang tua3.
Fraktur batang femur
Fraktur batang femur merupakan fraktur yang sering terjadi pada orang dewasa muda.
Jika terjadi pada pasien manula, fraktur ini harus dianggap patologik sebelum terbukti
sebaliknya. Fraktur spiral biasanya disebabkan oleh jatuh dengan posisi kaki tertambat
sementara daya pemuntir ditransmisikan ke femur. Fraktur melintang dan oblik
biasanya akibat angulasi atau benturan lansung. Oleh karena itu, sering ditemukan
pada kecelakaan sepeda motor. Pada benturan keras, fraktur mungkin bersifat
kominutif atau tulang dapat patah lebih dari satu tempat5.

Femur diliputi oleh otot yang kuat dan merupakan proteksi untuk tulang femur, tetapi
juga dapat berakibat jelek karena dapat menarik fragmen fraktur sehingga bergeser.
Femur dapat pula mengalami fraktur patologis akibat metastasis tumor ganas. Fraktur
femur sering disertasi dengan perdarahan masif yang harus selalu dipikirkan sebagai
penyebab syok. Klasifikasi fraktur femur dapat bersifat tertutup atau terbuka, simpel,
komunitif, fraktur Z, atau segmental3.
Gambaran klinik sebagian besar pasien adalah orang dewasa muda. Terjadi syok
hebat, dan pada fraktur tertutup emboli lemak sering ditemukan. Ditemukan
deformitas pada tungkai atas berupa rotasi eksterna dan pemendekkan tungkai. Paha
membengkak dan memar3,5. Pada foto polos fraktur dapat terjadi pada setiap bagian
batang, tetapi yang paling sering terjadi adalah sepertiga bagian tengah. Fraktur dapat
berbentuk spiral atau melintang. Pergeseran dapat terjadi pada setiap arah. Pelvis
harus selalu difoto dengan sinar X untuk menghindari terlewatkannya cedera panggul
atau fraktur pelvis yang menyertai5.
Pengobatan dapat berupa terapi konservatif, yaitu:3

Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan terapi definitif

untuk mengurangi spasme otot.


Traksi tulang berimbang dengan bagian Pearson pada sendi lutut. Indikasi traksi

terutama fraktur yang bersifat komunitif dan segmental.


Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah terjadi union fraktur secara
klinis.

Terapi operatif yang dapat dilakukan:3

Pemasangan plate dan screw terutama pada fraktur proksimal dan distal femur.
Mempergunakan K-nail, AO-nail atau jenis-jenis lain baik dengan operasi

tertutup ataupun terbuka. Indikasi K-nail, AO-nail terutama pada fraktur diafisis.
Fiksasi ekterna terutama pada fraktur segmental, fraktur komunitif, infected
pseudoartrosis atau fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat.

Komplikasi dini yang dapat terjadi adalah syok, emboli lemak, trauma pembuluh
darah besar, trauma saraf, trombo-emboli, dan infeksi.2
Komplikasi lanjut dapat berupa:2

a. Delayed union, fraktur femur pada orang dewasa mengalami union dalam 4
bulan.
b. Nonunion, apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik dicurigai
adanya nonunion dan diperlukan fiksasi interna dan bone graft.
c. Malunion, bila terjadi pergeseran kembali kedua ujung fragmen, maka
diperlukan pengamatan terus-menerus selama perawatan. Angulasi lebih sering
ditemukan. Malunion juga menyebabkan pemendekan pada tungkai sehingga
diperlukan koreksi berupa osteotomi.
d. Kaku sendi lutut, setelah fraktur femur biasanya terjadi kesulitan pergerakan
pada sendi lutut. Hal ini disebabkan oleh adanya adhesi periartikuler atau adhesi
intramuskuler. Hal ini dapat dihindari apabila fisioterapi yang intensif dan
sistematis dilakukan lebih awal.
e. Refraktur, terjadi apabila mobilisasi dilakukan sebelum terbentuk union yang
solid.
b. Fraktur suprakondiler femur2
Daerah suprakondiler adalah daerah antara batas proksimal kondilus femur dan batas
metafisis dengan diafisis femur. Fraktur terjadi karena tekanan varus atau valgus disertai
kekuatan aksial dan putaran. Klasifikasi fraktur suprakondiler femur terbagi atas: tidak
bergeser, impaksi, bergeser, dan komunitif, yang dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Klasifikasi fraktur suprakondiler2


A. Fraktur tidak bergeser
B. Fraktur impaksi

C&D. Fraktur bergeser


E. Fraktur komunitif

Gambaran klinis pada pasien ditemukan riwayat trauma yang disertai pembengkakan
dan deformitas pada daerah suprakondiler. Krepitasi mungkin ditemukan.
Pengobatan dapat dilakukan secara konservatif, berupa: traksi berimbang dengan
mempergunakan bidai Thomas dan penahan lutut Pearson, Cast-bracing, dan spika panggul.

Terapi operatif dapat dilakuan pada fraktur terbuka atau adanya pergeseran fraktur yang tidak
dapat direduksi secara konservatif. Terapi dilakukan dengan mempergunakan nail-plate dan
screw dengan macam-macam tipe yang tersedia.
Komplikasi dini yang dapat terjadi berupa: penetrasi fragmen fraktur ke kulit yang
menyebabkan fraktur menjadi terbuka, trauma pembuluh darah besar, dan trauma saraf.
Komplikasi lanjut dapat berupa malunion dan kekakuan sendi lutut.

c. Fraktur subtrokanter
Fraktur ini dapat terjadi pada setiap umur dan biasanya akibat trauma yang hebat.
Gambaran klinisnya berupa anggota gerah bawah keadaan rotasi eksterna, memendek, dan
ditemukan pembengkakan pada daerah proksimal femur disertai nyeri pada pergerakan. Pada
pemeriksaan radiologis dapat menunjukkan fraktur yang terjadi di bawah trokanter minor.
Garis fraktur bisa bersifat tranversal, oblik, atau spiral dan sering bersifat kominutif. Fragmen
proksimal dalam keadaan posisi fleksi sedangkan distal dalam keadaan posisi abduksi dan
bergeser ke proksimal. Pengobatan dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna dengan
menggunakan plate dan screw. Komplikasi yang sering timbul adalah nonunion dan
malunion. Komplikasi ini dapat dikoreksi dengan osteotomi atau bone grafting.2

2.5 Cccc
2.6 Ccc
2.7 Ccc
2.8 Ccc
2.9 Ccc
2.10
Ccc
2.11
Ccc

Anda mungkin juga menyukai