UNDENSENSUS TESTIS
Oleh :
M.fadhli abdullah
1010070100166
Pembimbing :
dr.Abdul Raziq Jamil Sp.B
BAB I
PENDAHULUAN
Undescended testis (UDT) atau biasa disebut kriptorkismus adalah satu atau kedua testis
2
tidak berada di dalam kantung skrotum, tetapi masih berada di salah satu tempat sepanjang jalur
desensus normal.1,2,5,6. Kriptorkismus berasal dari kata cryptos (Yunani) yang berarti tersembunyi
dan orchis yang dalam bahasa latin disebut testis. Sekitar 3-5% bayi baru lahir yang cukup bulan
mengalami undesensus testis. Insiden meningkat pada bayi yang lahir prematur dan bayi berat
lahir rendah. Prevalensi menurun menjadi 0,8 % pada umur 1 tahun dan bertahan pada kisaran
angka tersebut pada usia dewasa.1,2
Beberapa faktor penyebabnya antara lain kelainan gubernakulum, kelainan intrinsik testis,
kelainan endokrin, atau kelainan bawaan lainnya. Diagnosis dan terapi dini diperlukan pada
kasus ini mengingat terjadinya peningkatan risiko infertilitas, keganasan, torsio testis, jejas testis
pada trauma pubis, dan stigma psikologis akibat skrotum yang 'kosong'. Esensi terapi rasional
yang dianut saat ini adalah memperkecil terjadinya risiko komplikasi tersebut dengan melakukan
reposisi testis kedalam skrotum baik dengan menggunakan terapi hormonal ataupun dengan cara
pembedahan (orchidopexy)dan detorsi testis bila terjadi komplikasi torsio testis.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Undescended testis (UDT) atau biasa disebut kriptorkismus adalah satu atau kedua testis
tidak berada di dalam kantung skrotum, tetapi masih berada di salah satu tempat sepanjang jalur
desensus normal.1,2,5,6. Kriptorkismus berasal dari kata cryptos (Yunani) yang berarti tersembunyi
dan orchis yang dalam bahasa latin disebut testis. Harus dijelaskan lagi apakah yang dimaksud
sebagai kriptorkismus murni, testis ektopik ataupun pseudo kriptorkismus. Testis yang berlokasi
di luar jalur desensus yang normal disebut sebagai testis ektopik, sedangkan testis yang terletak
tidak di dalam skrotum tetapi dapat didorong masuk ke dalam skrotum dan menaik lagi bila
dilepaskan dinamakan pseudokriptorkismus atau testis retraktil.5,6
2.2. EPIDEMIOLOGI
undensensus testis merupakan kelainan genitalia kongenital tersering pada anak laki-laki.
Pada bayi prematur sekitar 30,3% dan sekitar 3,4% pada bayi cukup bulan. Bayi dengan berat
lahir < 900 gram seluruhnya mengalami undensensus testis, sedangkandengan berat lahir < 1800
gram sekitar 68,5 % undensensus testis. Dengan bertambahnyaumur menjadi 1 tahun, insidennya
menurun menjadi 0,8 %, angka ini hampir sama dengan populasi dewasa.5,6,11
Dua pertiga kasus mengalami undensensus testisunilateral dan sisanya undensensus testis
bilateral.Dengan bertambahnya usia, testis mengalami desensus secara spontan sekitar 70-77%
biasanya pada usia 3 bulan, sehingga pada saat usia 1 tahun angkakejadian UDT turun menjadi
1% dibandingkan saat lahir 3,7%. Setelah usia 1tahun, testis yang letaknya abnormal jarang
dapat mengalami desensus testissecara spontan.1,2,5,6
2.3. EMBRIOLOGI DAN PROSES PENURUNAN TESTIS
Pada minggu keenam umur kehamilan primordial germ cells mengalami migrasi dari
yolk sac kegenital ridge. Dengan adanya gen SRY ( sex deter mining region Y) , maka akan
berkembang menjadi testis pada minggu ke-7. Testis yang berisi prekursor sel-sel Sertoli besar
(yang kelak menjadi tubulus seminiferous dan sel-sel Leydig kecil) dengan stimulasi FSH yang
dihasilkan pituitary mulai aktif berfungsi sejak minggu ke-8 kehamilan dengan mengeluarkan
MIF(Mller ian Inhibiting Factor ), yang menyebabkan involusi ipsilateral dari duktus mullerian.
MIF juga meningkatkan reseptor androgen pada membran sel Leydig . Pada minggu ke-10 dan
11 kehamilan, akibat stimulasi chorionic gonadotropinyang dihasilkan plasenta dan LH dari
pituitary sel-sel Leydig akan mensekresitestosteron yang sangat esensial bagi diferensiasi duktus
Wolfian menjadiepididimys, vas deferens, dan vesika seminalis.5,11,12
Faktor yang mempengaruhi penurunan testis adalah :
1)
2)
3)
Penurunan testis dimulai pada sekitar minggu ke-10. Walaupun mekanismenya belum
diketahui secara pasti, namun para ahli sepakat bahwa terdapat beberapa faktor yang berperan
penting, yakni: faktor endokrin, mekanik(anatomik), dan neural. Terjadi dalam 2 fase yang
dimulai sekitar minggu ke-10 kehamilan segera setelah terjadi diferensiasi seksual. Fase
transabdominal dan fase inguinoscrotal . Keduanya terjadi dibawah kontrol hormonal yang
berbeda. 1,9,10,11
Fase transabdominal terjadi antara minggu ke-10 dan 15 kehamilan, dimana testis
mengalami penurunan dari urogenital ridge ke regio inguinal. Hal initerjadi karena adanya
regresi ligamentum suspensorium cranialis dibawahpengaruh androgen (testosteron), disertai
5
pemendekan gubernaculums (ligament yang melekatkan bagian inferior testis ke segmen bawah
skrotum) di bawahpengaruh MIF. Dengan perkembangan yang cepat dari region abdominopelvic
maka testis akan terbawa turun ke daerah inguinal anterior. Pada bulan ke-3kehamilan terbentuk
processus vaginalis yang secara bertahap berkembang ke arah skrotum. Selanjutnya fase ini akan
menjadi tidak aktif sampai bulan ke-7 kehamilan.1,2,10,11
Fase inguinoscrotal terjadi mulai bulan ke-7 atau minggu ke-28 sampaidengan minggu
ke-35 kehamilan. Testis mengalami penurunan dari region inguinal ke dalam skrotum dibawah
pengaruh hormon androgen. Mekanismenyabelum diketahui secara pasti, namun diduga melalui
mediasi pengeluaran calcitonin generelated peptide(CGRP). Androgen akan merangsang nervus
genitofemoral untuk mengeluarkan CGRP yang menyebabkan kontraksi ritmis dari
gubernaculum.Faktor mekanik yang turut berperan pada fase ini adalahtekanan abdominal yang
meningkat yang menyebabkan keluarnya testis daricavum abdomen, di samping itu tekanan
abdomen akan menyebabkan terbentuknya ujung dari processus vaginalis melalui canalis
inguinalis menuju skrotum.Proses penurunan testis ini masih bisa berlangsung sampai bayi usia
9-12 bulan.5,10,11
2.4. ETIOLOGI
Mekanisme
terjadinya
undensensus
testisberhubungan
dengan
banyak
faktor
sering
mengalamiundensensus
testis.Sekitar
4,0
anak-anak
undensensus
yang
tidak
turun
menyebabkan
perkembangan
tubulus
skrotum yang suhunya 1,5-2 0C lebih rendah dibanding abdomen dan juga
undesensus meningkatkan resiko karsinoma testis4,7.
Terdapat beberapa teori yang mencoba menjelaskan patofisiologi
cryptorchidism, diantaranya; abormalitas gubernacular, penurunan tekanan
intracranial, abnormalitas testikuler intrinsic dan/atau epididymis, dan
abnormalitas endokrin serta anomaly anatomi (misalnya, pita fibrous dalam
canal inguinal atau susunan abnormal dari serat-serat otot kremaster).4
Gubernaculum testis adalah struktur yang melekat pada bagian bawah
tunica vaginalis di dasar skrotum.
oleh
karena
itu,
anomali
perlekatan
dapat
menyebabkan
cryptorchidism.4
9
Berbagai
studi
memperlihatkan
bahwa,
secara
histologi,
aksis
hipotalamus-pituitary-gonadal
mungkin
bisa
abnormal.
Studi
endokrin
hewan
dan
manusia
tidak
bisa
2.7. DIAGNOSIS
ANAMNESIS 5,10
a. Tentukan apakah testis pernah teraba di skrotum
b. Riwayat operasi daerah inguinal
c. Riwayat prenatal: terapi hormonal pada ibu untukreproduksi, kehamilan kembar,
prematuritas
d. Riwayat keluarga: undensensus testis, hipospadia, infertilitas, intersex,
pubertas prekoks
10
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan di ruangan yang tenang dan hangat.Pemeriksaan secara
umum harus dilakukan dengan mencari adanya tanda-tandasindrom tertentu,dismorfik,
hipospadia, atau genitalia ambigua.1,5,10
Saat pemeriksaan fisik kondisi pasien harus dalam keadaan relaksasi dan posisi seperti
frog-leg atau crosslegged.Pada pasien yang terlalu gemuk, dapat dilakukan dalam posisi sitting
cross-legged atau baseball catchers.Tangan pemeriksa harus dalam keadaan hangat untuk
menghindari tertariknya testis ke atas.
undensensus testis dapat diklasifikasiberdasarkan lokasinya menjadi:
1. Skrotum atas
2. Intrakanalikuler (Inguinal)
3. IntraAbdomen
11
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Pada
anak
dengan
undensensus
testis
unilateral
tidak
memerlukan
12
USG hanya dapat membantu menentukan lokasi testis terutama didaerah inguinal, di
mana hal ini akan mudah sekali dilakukan perabaan dengantangan. 3Pada penelitian terhadap 66
kasus rujukan dengan undensensus testis tidak terabatestis, USG hanya dapat mendeteksi 37,5%
(12 dari 32) testis inguinal; dan tidak dapat mendeteksi testis intraabdomen.5,11
Hal ini tentunya sangat tergantung daripengalaman dan kualitas alat yang digunakan. 1,6,9
CT scan dan MRI mempunyai ketepatan yang lebih tinggi dibandingkanUSG terutama
diperuntukkan testis intra-abdomen (tak teraba testis). MRI mempunyai sensitifitas yang lebih
baik untuk digunakan pada anak-anak yanglebih besar (belasan tahun).7,8,9MRI juga dapat
mendeteksi kecurigaan risiko keganasan testis.9
Dengan ditemukannya metode-metode yang non-invasif makapenggunaan angiografi
(venografi) untuk mendeteksi testis yang tidak terabamenjadi semakin berkurang. Metode ini
paling baik digunakan untuk menentukan vanishing testis ataupun anorchia. Dengan metode ini
akan dapat dievaluasipleksus pampiniformis, parenkim testis, dan blind-ending dari vena testis
(pada anorchia).5Kelemahannya selain infasif, juga terbatas pada umur anak-anakyang lebih
besar mengingat kecilnya ukuran vena-vena gonad.5,10,
Laparoskopi
Metode laparoskopi pertama kali digunakan untuk mendeteksi undensensus testis
tidakteraba testis pada tahun 1976. Metode ini merupakan metode infasif yang cukupaman oleh
ahli yang berpengalaman. Sebaiknya dilakukan pada anak yang lebihbesar dan setelah
pemeriksaan lain tidak dapat mendeteksi adanya testis diinguinal.5,9Beberapa hal yang dapat
dievaluasi selama laparoskopi adalah: kondisicincin inguinalis interna, processus vaginalis
( patent atau non-patent), testis danvaskularisasinya serta struktur wolfiannya. 9Tiga hal yang
13
sering
dijumpai
saatlaparoskopi
adalah:
blind-ending
pembuluh
darah
testis
yang
terapi
undensensus
testis
yang
utama
dan
dianut
hingga
saat
ini
adalahmemperkecil risiko terjadinya infertilitas dan keganasan dengan melakukan reposisi testis
kedalam skrotum baik dengan menggunakan terapi hormonalataupun dengan cara pembedahan
(orchiopexy).Penatalaksanaan yang terlambat pada undensensus testisakan menimbulkan efek
pada testis di kemudian hari. Dengan asumsi bahwa jika dibiarkan testis tidak dapatturun sendiri
setelah usia 1 tahun, sedangkan setelah usia 2 tahun terjadikerusakan testis yang cukup
bermakna, maka saat yang tepat untuk melakukanterapi adalah pada usia 1 tahun. Pada
prinsipnya testis yang tidak berada diskrotum harus diturunkan ke tempatnya, baik dengan cara
medikamentosamaupun pembedahan.6,10
14
denganandrogen. Tingkat
testosteron
lebih
tinggi
bila
diberikan
hCG
Pembedahan
Apabila hormonal telah gagal, terapi standar pembedahan untuk kasusudensensus testis
adalahorchiopexy . Keputusan untuk melakukan orchiopexy harusmempertimbangkan berbagai
faktor, antara lain teknis, risiko anastesi, psikologisanak, dan risiko bila operasi tersebut ditunda..
Tujuan operasi pada kriptorkismus adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
mempertahankan fertilitas
mencegah timbulnyadegenerasi maligna
mencegah kemungkinan terjadinya torsio testis
melakukan koreksi hernia
secara psikologis mencegah terjadinya rasarendah diri karena tidak mempunyai testis.
16
Berbagai teknik operasi pada testis yang tidak terabadapat dilakukan, seperti berikut (Tabel 2.):
Tabel. 2 Jenis Tindakan Pembedahan pada Kelaianan UDT dan TingkatKeberhasilannya
Gambar 6. Orchiopexy
17
Keterangan gambar:
Orchiopexy digunakan untuk memperbaiki undensensus testis pada anak-anak. Satu insisidibuat
pada abdomen yang merupakan lokasiundensensus testis dan insisi lain dibuat padaskrotum (A).
Testis dipisahkan dari jaringan sekitarnya (B) dan dikeluarkan dariinsisi abdomen menempel
pada spermatic cord (C). Testis kemudian dimasukkanturun ke dalam skrotum (D) dan dijahit
(E).
Komplikasi Orchiopexy
Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat tindakan pembedahan Orchiopexy antara lain:5,10
1.Posisi testis yang tidak baik karena diseksi retroperitoneal yang tidakkomplit
(10%kasus)
2. Atrofi testis karena devaskularisasi saat membuka funikulus (5%kasus)
3.Trauma pada vas deferens ( 12% kasus)
4.Pasca-operasi torsio
5.Epididimoorkhitis
6.Pembengkakan skrotum
2.10. KOMPLIKASI UDT
Telah lama diketahui bahwa komplikasi utama yang dapat terjadi padaundensensus testis
adalah keganasan testis dan infertilitas akibat degenerasi testis. Di sampingitu disebut juga
terjadinya torsi testis, dan hernia inguinalis.5,10
18
A. Risiko Keganasan
Terdapat hubungan yang erat antara undensensus testis dan keganasan testis.
Insidenkeganasan testis sebesar 1-6 pada setiap 500 laki-laki undensensus testis di Amerika.
Risikoterjadinya keganasan testis yang tidak turun pada anak dengan undensensus testis
dilaporkanberkisar 10-20 kali dibandingkan pada anak dengan testis normal. Makin tinggilokasi
undensensus testis makin tinggi risiko keganasannya, testis abdominal mempunyai risikomenjadi
ganas 4x lebih besar dibanding testis inguinal.5,10,11
Orchiopexy sendiri tidak akan mengurangi risiko terjadinya keganasan,tetapi akan lebih
mudah melakukan deteksi dini keganasan pada penderita yangtelah dilakukan orchidopexy .5,10,11
B. Infertilitas
Penderita undensensus testis bilateral mengalami penurunan fertilitas yang lebih
beratdibandingkan penderita undensensus testis unilateral, dan apalagi dibandingkan
denganpopulasi normal. Penderita undensensus testis bilateral mempunyai risiko infertilitas 6x
lebihbesar
dibandingkan
populasi
normal
(38%
infertil
pada
undensensus
testis
19
Biopsi testis pada anak dengan undensensus testis unilateral yangdilakukan sebelum umur 1
tahun menunjukkan gambaran yang tidak berbedabermakna dengan testis yang normal. 5,10,11
Perubahan gambaran histologis yang bermakna mulai tampak setelahumur 1 tahun,
semakin memburuk dengan bertambahnya umur. Tidak seperti risiko keganasan, penurunan testis
lebih dini akan mencegah proses degenerasi lebih lanjut.5,10,11
BAB III
PENUTUP
Undescended testis(UDT) adalah suatu kondisi dimana testis tidakdijumpai pada tempat
yang semestinya yaitu di dalam skrotum. undensensus testis juga dapat terjadi karena adanya
kelainan pada (1) gubernakulumtestis, (2) kelainan intrinsik testis, atau (3) defisiensi hormon
gonadotropin yangmemacu proses desensus testis.Penegakkan diagnosis undensensus testis harus
dapat dilakukan lebih awal sehinggapenatalaksanaan baik hormonal atau pembedahan dapat
dilakukan lebih awal.Dengan penatalaksanaan lebih awal, diharapkan terjadi penurunan risiko
yangterjadi pada testis terutama risiko infertilitas.Esensi terapi rasional yang dianut hingga saat
ini adalah memperkecilterjadinya risiko komplikasi dengan melakukan reposisi testis kedalam
skrotumbaik
dengan
menggunakan
terapi
hormonal
ataupun
dengan
cara
pembedahan(orchiopexy).
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Moh. Adjie Pratignyo. 2011. Bedah Saluran Cerna Anak. Edisi 1. SAP Publish Indonesia:
2.
3.
4.
5.
Tangerang
Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC
Seymour, Schwartz. 2000. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. Jakarta : EGC
Purnomo BB.Dasar -dasar urologi . Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto; 2003.h.137-40.
Schneck FX, Bellinger MF. Abnormalities of the testes and scrotum and their surgical
management. Dalam: Walsh PC. Campbells Urology Vol 1. 8thedition. Philadelphia:
22