Anda di halaman 1dari 39

TETANUS

DISUSUN

Anatomi dan Fisiologi


Organisasi Struktural Sistem Saraf
a.Sistem saraf pusat (SSP) Terdiri dari otak
dan medulla spinalis yang dilindungi tulang
kranium dan kanal vertebral
b.Sistem saraf perifer terdiri dari saraf
cranial dan saraf spinal yang
menghubungkan otak dan medulla spinalis
dengan reseptor dan efektor.

Secara fungsional sistem saraf perifer terbagi


menjadi sistem aferen dan
sistem eferen :
a) Saraf aferen (sensorik) mentransmisi informasi
dari reseptor sensorik ke SSP
b) Saraf eferen (motorik) mentransmisi informasi
dari SSP ke otot dan kelenjar.

Sistem eferen dari sistem saraf perifer memiliki


dua sub divisi :
a. Divisi somatic (volunter) berkaitan dengan
perubahanlingkungan eksternal dan pembentukan
respons motorik volunteer pada otot rangka.
b.Divisi otonom (involunter) mengendalikan seluruh
respon involunter pada otot polos, otot jantung dan
kelenjar dengan cara mentransmisi impuls saraf
melalui dua jalur yaitu :
1. Saraf simpatis
2. Saraf parasimpatis

Medula Spinalis

Medulla spinalis mengendalikan berbagai aktivitas refleks dalam


tubuh. Bagian ini mentransmisi impuls ke dan dari otak melalui
traktus asenden dan desenden.

Definisi

Tetanus adalah penyakit neurologis dengan tanda


utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai
gangguan kesadaran.
Gejala ini bukan secara langsung, tetapi sebagai
dampak eksotoksin (tetanospasmin), suatu toksin
protein yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium
tetanipada sinaps ganglion sambungan tulang
belakang, sambungan neuro muscular (neuro
muscular junction) dan saraf otonom.

Etiologi
Kuman yang menghasilkan toksin adalah
Clostridridium tetani, kuman ini berbentuk
batang dengan ukuran panjang 25 m dan
lebar 0,30,5 m memiliki sifat:

Mikroskopis Clostridium tetani

Kuman Memiliki Sifat


Basil Gram-positif dengan spora pada
pada salah satu ujungnya sehingga
membentuk gambaran khas seperti
pemukul genderang(drum stick).
Obligat anaerob (berbentuk vegetatif
apabila berada dalam lingkungan anaerob)
dan dapat bergerak dengan menggunakan
flagella.

Menghasilkan eksotoksin yang kuat.

Mampu membentuk spora dan mampu


bertahan dalam suhu tinggi (dalam
autoklaf pada suhu 121C selama 1015
menit)
Clostridium tetani menghasilkan 2
eksotosin yaitu tetanospamin dan
tetanolisin
Kuman hidup di tanah, debu, dan di dalam
usus binatang.
Umumnya, spora bakteri ini terdistribusi
pada tanah dan saluran pencernaan serta
feses dari kuda, domba, anjing, kucing,
tikus, babi, dan ayam.

Epidemiologi

Tetanus

terjadi diseluruh dunia dan endemik pada 90


negara yang sedang berkembang, tetapi insidensinya
sangat bervariasi.

Bentuk

yang paling sering, tetanus neonatorum (umbilicus),


membunuh sekurang-kurangnya 500.000 bayi setiap tahun
karena ibu tidak terimunisasi, lebih dari 70% kematian ini
terjadi pada sekitar 10 negara Asia dan Afrika tropis.

diperkirakan

15.000 30.000 wanita yang tidak


terimunisasi di seluruh dunia meninggal setiap dengan
C.tetani luka pascapartus, pascaabortus, atau pascabedah

Tetanus

pada anak tersebar di seluruh dunia, terutama


pada daerah risiko tinggi dengan cakupan imunisasi DTP
yang rendah angka kejadian pada anak laki-laki lebih tinggi,
akibat perbedaaan aktivitas fisiknya.

Grafik 1. Data Insiden Tetanus Menurut WHO

Di negara berkembang seperti Indonesia,


insiden dan angka kematian akibat
tetanus masih cukup tinggi, hal ini
disebabkan karena tingkat kebersihan
masih sangat kurang..

Port dentre tak selalu dapat diketahui dengan


pasti, namun
diduga Melalui :

Luka tusuk (paku, serpihan kaca, injeksi tidak steril,


injeksi obat, tindik), patah tulang komplikasi
kecelakaan, gigitan binatang, luka bakar yang luas.

Luka operasi (benang terkontaminasi), luka yang tak


dibersihkan (debridement) dengan baik.

Otitis media, karies gigi, abses gigi, luka kronik (ulkus


kronik), gangren.

Pemotongan tali pusat yang tidak steril,menyebabkan


terjadinya kasus tetanus neonatorum.

Patogenesis

MEDULA SPINALIS

Manifestasi Klinis
Variasi masa inkubasi sangat lebar berkisar
5-14 hari.Makin lama masa inkubasi, gejala
yang timbul makin ringan.Derajat berat
penyakit selain berdasarkan gejala klinis yang
tampak juga dapat diramalkan dari lama
masa inkubasi atau lama period of onset.
Gejala Berupa :
Kekakuan dimulai pada otot setempat atau
trismus
Kaku kemudian menjalar ke seluruh tubuh,
tanpa disertai gangguan kesadaran.

Kekakuan tetanus sangat khas, yaitu fleksi


kedua lengan dan ekstensi pada kedua
kaki, fleksi pada kedua kaki, tubuh kaku
melengkung bagai busur.
Kesukaran menelan

gelisah, mudah terangsang

nyeri anggota badan sering merupakan


gejala dini

Ada 4 bentuk klinik dari tetanus, yaitu:


1. Localized tetanus
Pada tetanus lokal dijumpai adanya kontraksi otot
yang persisten, pada daerah tempat dimana luka
terjadi.Hal ini tanda dari tetanus lokal.Kontraksi otot
tersebut biasanya ringan, bisa bertahan dalam
beberapa bulan tanpa progres dan biasanya
menghilang secara bertahap.
2. Chepalic Tetanus
Cephalic tetanus adalah bentuk yang jarang dari
tetanus.Masa inkubasi berkisar 1-2 hari, yang berasal
dari otitis media kronik (seperti dilaporkan di India),
luka pada daerah muka dan kepala, termasuk adanya
benda asing dalam rongga hidung.Tetanus sefalik
dicirikan oleh lumpuhnya saraf kranial VII yang paling
sering terlibat.

3.Generalized tetanus
a. Ini bentuk yang sering, sering
menyebabkan komplikasi yang tidak dikenal
beberapa tetanus lokal oleh karena gejala
timbul secara diam-diam.
b. Trismus merupakan gejala utama dan
bersamaan dengan kekakuan otot leher
yang menyebabkan kaku kuduk dan
kesulitan menelan.

c. Gejala lain berupa :


risus sardonicus
opistotonus dan kejang dinding perut.
Spasme dari laring dan otot-otot
pernafasan bisa menimbulkan sumbatan
saluran nafas, sianosis, dan asfiksia.

4. Tetanus neonatorum

Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan


adanya infeksi tali pusat, umumnya karena teknik
pemotongan tali pusat yang aseptik dan ibu yang tidak
mendapat imunisasi yang adekuat.

Gejala yang sering timbul adalah ketidakmampuan untuk


menetek, kelemahan, irritable diikuti oleh kekakuan dan
spasme.Posisi tubuh klasik yaitu trismus, opistotonus yang
berat dengan lordosis lumbal.

Bayi mempertahankan ekstremitas atas fleksi pada siku


dengan tangan mendekap dada, pergelangan tangan fleksi,
jari mengepal, ekstremitas bawah hiperekstensi dengan
dorsofleksi pada pergelangan dan fleksi jari-jari kaki.

Kematian biasanya disebabkan henti nafas, hipoksia,


pneumonia, kolaps sirkulasi, dan kegagalan jantung paru. 11

Klasifikasi Ablett untuk Derajat


Manifestasi Klinis Tetanus
Derajat

Manifestasi Klinis

I: Ringan

Trismus ringan sampai sedang (3 cm); spastisitas


umum
tanpa
spasme
atau
gangguan
pernapasan;tanpa disfagia atau disfagia ringan.

II: Sedang

Trismus sedang (3 cm atau lebih kecil); rigiditas


dengan spasme ringan sampai sedang dalam
waktu singkat; laju napas>30x/menit; disfagia
ringan.

III: Berat

Trismus berat (1 cm); spastisitas umum;


spasmenya lama; laju napas>40x/menit; laju nadi
> 120x/menit disfagia berat.

IV: Sangat berat

(Derajat III + gangguan sistem otonom termasuk


kardiovaskular) Hipertensi berat dan takikardia
yang dapat diselang-seling dengan hipotensi
relatif dan bradikardia, dan salah satu keadaan
tersebut dapat menetap.

Diagnosis
Ditegakan berdasarkan :
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisis
3. Pemeriksaan Penunjang

Anamnesis
Anamnesis yang dapat membantu diagnosis
antara lain:1
Apakah dijumpai luka, luka tusuk, luka
kecelakaan/patah tulang terbuka, luka dengan
nanah atau gigitan binatang
Apakah pernah keluar nanah dari telinga
Apakah menderita gigi berlubang
Apakah sudah pernah mendapat imunisasi DT
atau TT, kapan imunisasi yang terakhir
Selang waktu antara timbulnya gejala klinis
pertama (trismus atau spasme lokal) dengan
kejang yang pertama (period of onset)

Pemeriksaan Fisik
Penyakit ini biasanya terjadi mendadak
dengan ketegangan otot yang makin
bertambah terutama pada rahang dan leher.
Dalam waktu 48 jam penyakit ini menjadi
nyata dengan :
1.Trismus
Adalah kekakuan otot maseter sehingga
sukar membuka mulut. Pada neonates
kekakuan ini menyebabkan mulut mencucu
seperti mulut ikan sehingga bayi tidak dapat
menetek. Secara klinis untuk menilai
kemajuan kesembuhan, lebar bukaan mulut
diukur setiap hari.

2. Risus sardonikus
Akibat spasme otot muka, sehingga tampak
dahi mengkerut, alis tertarik ke atas, mata
agak tertutup, sudut mulut tertarik ke luar
dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi.

3. Opistotonus
Adalah kekakuan otot yang menunjang
tubuh seperti otot punggung, otot leher
(kaku kuduk), otot badan, .Kekakuan yang
sangat berat dapat menyebabkan tubuh
melengkung seperti busur.
hhhhhhhh
Hhhhh, mafnCS<m>HH

4. Ketegangan otot dinding perut sehingga


dinding perut seperti papan.
5. Kejang umum
6. Asfiksia dan sianosis
7. Gangguan saraf autonom

Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang
khas untuk tetanus.
Pemeriksaan biakan pada luka perlu dilakukan
pada kasus tersangka tetanus.
Namun demikian, kuman C. tetani dapat
ditemukan di luka orang yang tidak mengalami
tetanus, dan seringkali tidak dapat dikultur
pada pasien tetanus.
Biakan kuman memerlukan prosedur khusus
untuk kuman anaerobik. Selain mahal, hasil
biakan yang positif tanpa gejala klinis tidak
mempunyai arti

Nilai

hitung leukosit dapat normal atau


tinggi.

Kadar

antitoksin di dalam darah 0,01 U/mL


atau lebih, dianggap sebagai imunisasi dan
bukan tetanus.

Kadar

enzim otot (kreatin kinase, aldolase)


di dalam darah dapat meningkat.

Diagnosis Banding
1.
2.
3.

Meningitis
Abses Submandibula
Abses Peritonsi

Komplikasi
1.Sistem saluran pernafasan
karena spasme otot-otot pernapasan dan
spasme otot laring dan seringnya kejang
menyebabkan terjadinya asfiksia.Karena
akumulasi sekresi saliva serta sukar menelan
air liur, makanan, dan minuman sehingga
sering terjadi pneumonia aspirasi.
2. Sistem kardiovaskular
Komplikasi berupa aktivitas simpatis
meningkat antara lain berupa takikardia,
hipertensi, vasokonstriksi periferdan
rangsangan miokardium.

3.Sistem muskuloskeletal
Pada otot karena spasme yang berkepanjangan
bisa terjadi perdarahan dalam otot.Pada tulang
dapat terjadi fraktur columna vertebralis akibat
kejang yang terus menerus terutama pada
anak dan orang dewasa.
Komplikasi yang lain :
Laserasi lidah akibat kejang
Dekubitus
Penyebab kematian pada tetanus ialah akibat
komplikasi berupa bronkopneumonia, cardiac
arrest, septicemia, dan pneumotoraks

Penatalaksanaan umum
Penderita

perlu dirawat dirumah sakit,


diletakkan pada ruang yang tenang pada
unit perawatan intensif
Menjaga saluran nafas tetap bebas, kalau
berat perlu trakeostomi
Memberikan tambahan oksigen
Mengurangi spasme dan mengatasi kejang
Diazepam merupakan golongan
benzodiazepin yang sering. Dosisnya0,1-0,3
mg/kgBB.

Penatalaksanaan khusus
1.Antibiotik
Antibiotik ini hanya bertujuan membunuh
bentuk vegetatif dari C.tetani, bukan untuk
toksin yang dihasilkannya.
Antibiotik lini pertama yang diberikan adalah
metronidazole IV/oral dengan dosis awal secara
loading dose 15 mg/kgBB dalam 1 jam.
dilanjutkan 30 mg/kgBB/hari selama 1 jam
perinfus setiap 6 jam selama 7-10 hari.

Lini kedua dapat diberikan penisilin prokain


50.000-100.000/kgBB/hari selama 7-10 hari.

2.Anti serum
Dosis ATS yang dianjurkan adalah 100.000 IU
dengan 50.000 IU IM dan 50.000 IU IV.
Pemberian

ATS harus berhati-hati akan


terjadinya reaksi anafilaksis.

Pada

tetanus anak pemberian anti serum


dapat disertai imunisasi aktif DT setelah
anak pulang dari rumah sakit.Bila fasilitas
tersedia dapat diberikan HTIG (Human
Tetanus Immune Globulin) 3.000-6000 IU IM.

Pencegahan
1.Perawatan luka
Perawatan

luka harus segera dilakukan


terutama pada luka tusuk, luka kotor atau
luka yang diduga tercemar dengan spora
tetanus.

Luka

dibersihkan atau dilakukan


debridement.Terutama perawatan luka guna
mencegah timbulnya jaringan anaerob.

2.Pemberian ATS dan Toksoid Tetanus pada


luka
Profilaksis dengan pemberian ATS hanya
efektif pada luka baru (kurang dari 6 jam)
dan harus segera dilanjutkan dengan
imunisasi aktif.
3. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif yang diberikan yaitu DPT, dT,
atau Toksoid Tetanus.Jenis imunisasi
tergantung dari jumlah golongan umur dan
jenis kelamin.

Vaksin DPT diberikan sebagai imunisasi dasar


sebanyak 3 kali
DPT IV pada usia 18 bulan dan
DPT V pada usia 5 tahun
saat usia 12 tahun diberikan dT.
Toksoid tetanus diberikan pada wanita usia
subur, perempuan usia 12 tahun, dan ibu hamil.

DPT/dT diberikan setelah pasien sembuh


dilanjutkan imunisasi ulangan diberikan sesuai
jadwal, oleh karena tetanus tidak menimbulkan
kekebalan yang berlangsung lama.

Prognosis
Prognosis tetanus pada anak dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Jika masa inkubasi
pendek (kurang dari 7 hari), usia yang
sangat muda (neonatus), period of onset
yang pendek (jarak antara trismus dan
timbulnya kejang kurang dari 48 jam),
frekuensi kejang yang tinggi, pengobatan
terlambat, adanya komplikasi terutama
spasme otot pernapasan dan obstruksi jalan
1,9,10
napas, semua ini prognosisnya buruk.1,9,10

Anda mungkin juga menyukai