BAB I
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama
: Tn. AR
Umur
: 18 tahun
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Status
: Belum menikah
Tanggal Masuk
: 1 Mei 2016
Tanggal Anamnesis
: 10 Mei 2016
Dirawat yang ke
: 1 (satu)
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Kejang berulang
pasien sering merasa nyeri pada seluruh bagian kepala. Riwayat pasien
mengalami luka dan demam disangkal. Keluarga pasien menyatakan bahwa
pasien sebelumnya belum pernah mengalami kejang seperti ini. Keluhan
muntah, mual, demam, dan riwayat trauma kepala sebelumnya disangkal oleh
pasien. Nafsu makan baik, menelan, buang air kecil, dan buang air besar tidak
ada gangguan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami kejang sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien menyatakan bahwa paman pasien juga memiliki keluhan serupa.
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah mendapatkan pengobatan.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Ibu pasien tidak memiliki riwayat penyakit dan penyulit lainnya selama
kehamilan. Pasien dilahirkan cukup bulan dari ibu secara normal pervaginam.
Menurut orang tua pasien, saat dilahirkan bayi menangis kuat, gerak aktif,
badan bayi tidak biru dan tidak ada kelainan bawaan.
Riwayat Sosio ekonomi
Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya. Pasien tinggal di daerah yang
padat penduduk. Riwayat minum alkohol disangkal.
C. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
: E4V5 M6 = 15
Vital sign
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 90 x/menit
RR
: 20 x/menit
Suhu
: 36,5 o C
Gizi
: Baik
Status Generalis
-
Kepala
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Pembesaran KGB
JVP
Trakhea
: di tengah
Toraks
(Cor)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
(Pulmo)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Datar
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Extremitas
Superior
Inferior
Status Neurologis
-
Saraf Kranialis
N.Olfactorius (N.I)
Daya penciuman hidung
: normal
N.Opticus (N.II)
- Tajam penglihatan
: 6/60 . 6/60
- Lapang penglihatan
- Tes warna
: normal
- Fundus oculi
: tidak dilakukan
: (-/-)
- Endophtalmus
: (-/-)
- Exopthalmus
: (-/-)
Pupil
- Ukuran
: (3 mm / 3 mm)
- Bentuk
: (Bulat / Bulat)
- Isokor/anisokor
: Isokor
- Posisi
: (Sentral / Sentral)
: (+/+)
: (+/+)
: normal
- Lateral
: normal
- Superior
: normal
- Inferior
: normal
- Obliqus superior
: normal
- Obliqus inferior
: normal
: normal / normal
: normal / normal
N.Trigeminus (N.V)
Sensibilitas
- Ramus oftalmikus
: normal
- Ramus maksilaris
: normal
- Ramus mandibularis
: normal
Motorik
- M. masseter
: normal
- M. temporalis
: normal
- M. pterygoideus
: normal
Refleks
- Refleks kornea
: (+/+)
- Refleks bersin
: Sulit dinilai
N.Fascialis (N.VII)
Inspeksi Wajah Sewaktu
- Diam
: simetris
- Tertawa
: simetris
- Meringis
: simetris
- Bersiul
: simetris
- Menutup mata
: simetris
: simetris
: simetris
- Mengembungkan pipi
: simetris
Sensoris
- Pengecapan 2/3 depan lidah
: normal
N.Acusticus (N.VIII)
N.cochlearis
- Ketajaman pendengaran
: tidak dilakukan
- Tinitus
: tidak dilakukan
N.vestibularis
- Test vertigo
: tidak dilakukan
- Nistagmus
: (-)
: (-)
- Posisi uvula
: normal
- Palatum mole
: normal
- Arcus palatoglossus
: normal
- Arcus palatoparingeus
: normal
- Refleks batuk
: tidak dilakukan
- Refleks muntah
: tidak dilakukan
- Peristaltik usus
: Normal
- Bradikardi
: (-)
- Takikardi
: (-)
N.Accesorius (N.XI)
- M.Sternocleidomastodeus
: normal
- M.Trapezius
: normal
N.Hipoglossus (N.XII)
- Atropi
: (-)
- Fasikulasi
: (-)
- Deviasi
: -
: (-)
Kernig test
: (-/-)
Laseque test
: (-/-)
Brudzinsky I
: (-/-)
Brudzinsky II
: (-/-)
Sistem Motorik
Superior ka/ki
Inferior ka/ki
(aktif/aktif)
(aktif/aktif)
Gerak
Kekuatan otot
5/5
5/5
Klonus
(-/-)
(-/-)
Atropi
(-/-)
(-/-)
Biceps (+/+)
Pattela (+/+)
Triceps (+/+)
Achiles (+/+)
Refleks fisiologis
Refleks patologis
Babinsky (-/-)
Chaddock (-/-)
Oppenheim (-/-)
Schaefer (-/-)
Gordon (-/-)
Gonda (-/-)
Sensibilitas
Eksteroseptif / rasa permukaan
- Rasa raba
: normal
- Rasa nyeri
: normal
: normal
: normal
: normal
- Rasa gerak
: normal
- Rasa getar
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: normal
Koordinasi
Tes telunjuk hidung
: normal
: normal
: Normal
Defekasi
: Normal
Fungsi Luhur
Fungsi bahasa
: baik
Fungsi orientasi
: baik
Fungsi memori
: baik
Fungsi emosi
: baik
D. Resume
Pasien datang dengan keluhan kejang 2 hari SMRS. Kejang dialami sebanyak
2x selama 15 menit, kejang seperti kaku dan kelonjotan pada seluruh
anggota gerak, mata mendelik ke atas, tampak pucat dan berkeringat, lidah
tidak tergigit dan tidak keluar busa dari mulut. Pada saat kejang pasien dalam
keadaan berbaring, tidak sadar dan tidak dapat berkomunikasi, setelah kejang
pasien merasa lemas pada seluruh tubuh lalu tertidur, setelah pasien bangun,
pasien tampak bingung selama beberapa saat kemudian kembali sadar dan
dapat kembali berkomunikasi seperti biasa. Sebelum mengalami kejang
pasien sering merasa nyeri pada seluruh bagian kepala. Riwayat pasien
mengalami luka dan demam disangkal. Keluarga pasien menyatakan bahwa
pasien sebelumnya belum pernah mengalami kejang seperti ini. Keluhan
muntah, mual, demam, dan riwayat trauma kepala sebelumnya disangkal oleh
pasien. Nafsu makan baik, menelan, buang air kecil, dan buang air besar tidak
ada gangguan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, GCS E4V5M6 = 15. Tanda vital didapatkan tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 90 x/menit reguler, RR 20 x/menit, suhu 36,5oC.
Pada status generalis dalam batas normal. Hasil pemeriksaan Nervus
Kranialis dalam batas normal. Refleks patologis Babinski (-/-), Chadock (-/-),
Schaefer (-/-) dan Gonda (-/-) H. Trommer (-/-). Rangsang meningeal Kaku
kuduk (-), Burdzinsky sign I (-), Burdzinsky sign II (-), Kernigs sign (-),
Laseque sign (-).
E. Diagnosis
Diagnosis klinis
: Konvulsi tipe umum tonik klonik
Diagnosis topik
: Cerebri
Diagnosis etiologi : Epilepsi idiopatik
F. Penatalaksanaan
1. Umum
-
Tirah baring,
2. Medikamentosa
-
IVFD RL XV gtt/menit
Phenytoin 3x200 mg/hari
G. Pemeriksaan Penunjang
EEG (10 Mei 2016)
10
11
12
CT Scan Kepala
Kesan : Subdural hygroma di regio frontalis sinistra
H. Prognosa
-
Quo ad vitam
= dubia ad bonam
Quo ad functionam
= dubia ad bonam
Quo ad sanationam
= dubia ad bonam
13
Follow Up :
Rabu, 11 Mei 2016
S
O
GCS
E4V5M6
TD
T
HR
RR
92 kali/menit
20 kali/menit
120/80 mmHg
36,5 0C
Extremitas
Superior kanan/kiri
Inferior kanan/kiri
Gerak
(aktif / aktif)
(aktif/ aktif)
Kekuatan otot
5/5
5/5
Atrofi
-/-
-/-
Refleks
fisiologis
Biceps +/+
Triceps +/+
Patella +/+
Achilles +/+
Reflek patologis
Analisis
Planning
IVFD RL XV gtt/menit
Phenytoin 3x200mg
14
BAB II
ANALISIS KASUS
bangkitan
epileptik,
perubahan
neurobiologis,
kognitif,
15
otomatisme,
inkontinensia,
lidah
tergigit,
pucat,
16
17
Diperkirakan
mempunyai
predisposisi
2. Kriptogenik
3. Simtomatik
diketahui.
: Bangkitan epilepsi disebabkan oleh kelainan/lesi
struktural pada otak, misalnya cedera kepala, infeksi
SSP, kelainan kongenital, lesi desak ruang, gangguan
18
Kejang umum
a. Trauma kepala
b. Stroke
c. Infeksi
d. Malformasi vaskuler
e. Tumor (Neoplasma)
f. Displasia
g. Mesial Temporal Sclerosis
a. Penyakit metabolic
b. Reaksi obat
c. Idiopatik
d. Faktor genetik
e. Kejang fotosensitif
Epilepsi yang dialami pasien ini termasuk dalam epilepsi idiopatik dan
defisit neurologis karena pada pasien tidak didapatkan adanya kelainan
struktural pada otak.
Setelah dilakukan anamnesis, penegakan diagnosis epilepsi dilanjutkan
dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang dilakukan berupa
pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan neurologi.
1. Pemeriksaan fisik umum
Pada dasarnya adalah mengamati adanya tanda-tanda dari gangguan yang
berhubungan dengan epilepsi, seperti trauma kepala, infeksi telinga atau
sinus, gangguan kongenital, kecanduan alkohol atau obat terlarang,
kelainan pada kulit, kanker dan devisit neurologik fokal atau difus.
2. Pemeriksaan neurologik
Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan neurologi sangat tergantung dari
interval antara saat dilakukanya pemeriksaan dengan bangkittan terakhir.
Jika dilakukan pada beberapa menit atau jam setelah bangkitan maka
akan tampak tanda pasca iktal terutama tanda vokal seperti todds
paresis, transient aphasic syimptoms, yang tidak jarang jadi petunjuk
lokalisasi.
19
20
atau bila timbul gejala toksisitas, bila akan dikombinasi dengan obat
lain, atau saat melepas kombinasi dengan obat lain, bila terdapat
fisiologi pada tubuh pasien.
kemungkinan efek
samping obat.
2. Terapi dimulai dengan mono terapi, penggunaan OAE pilihan sesuai
dengan jenis bangkitan dan jenis sindrom epilepsi.
3. Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikan bertahap sampai
dosis efektif tercapai atau timbul efek samping.
4. Bila dengan penggunaan dosis maksimum OAE tidak dapat mengontrol
bangkitan, ditambahkan OAE kedua. Bila OAE kedua telah mencapai
kadar terapi, maka OAE pertama diturunkan bertahap perlahan-lahan.
5. Penambahan OAE ketiga baru dilakukan setelah terbukti bangkitan tidak
dapat diatasi dengan penggunaan dosis maksimal kedua OAE pertama.
21
TIPE
BANGKITAN
OAE LINI
PERTAMA
OAE LINI KE
DUA/
TAMBAHAN
OAE LINI
KETIGA/
TAMBAHAN
LENA
Valproat
Lamotrigin
Valproat
Etosuksimid
Levetiracetam
Zonisamid
MIOKLONIK
Valproat
Topamax
Levetiracetam
Zonizamid
Lamotrtgin
Klobazam
Klonazepam
Fenobarbital
TONIK KLONIK
Karbamazepin
Fenitoin
Fenobarbital
Lamotrigin
Oxcarbazepin
Topamax
Levetiractam
Zonisamid
Pirimidon
ATONIK
Valproat
Felbamat
PARSIAL
Karbamazepin
Fenitoin
Fenobarbital
Oxkarbazepin
Lamotrigin
Topamax
Gabapentin
Valproat
Lamotrigin
Topamax
Valproat
Levetiracetam
Zonizamid
Pregabalin
Lamotrigin
TIDAK
TERKLASIFIKASI
Tiagabin
Vigabatrin
Felbamat
Pirimidon
Topamax
Levetiractam
Zonizamid
22
Dosis pemberian OAE pada pasien ini sudah tepat. Dosis awal phenytoin
200-300mg/ hari dan dosis rumatan 200-400/ hari. (PERDOSSI, 2011).
DAFTAR PUSTAKA