Anda di halaman 1dari 23

Syarat dan Prosedur Tahanan Mendapatkan Rujukan Berobat ke Luar

Negeri

Teo Wijaya
102012121
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna Utara no 6, Jakarta Barat
teowijayaa@gmail.com

Pendahuluan
Forensikbiasanyaselaludikaitkandengantindakpinada(tindakmelawanhukum).
Dalambukubukuilmuforensikpadaumumnyailmuforensikdiartikansebagaipenerapan
dan pemanfaatan ilmu pengetahuan tertentu untuk kepentingan penegakan hukum dan
keadilan. Dalam penyidikan suatu kasus kejahatan, observasi terhadap bukti fisik dan
interpretasi dari hasil analisis (pengujian) barang bukti merupakan alat utama dalam
penyidikantersebut.
Kedokteran forensik klinik adalah bidang kedokteran forensik yang relatif baru
berkembang.DiIndonesiabahkanbarudalamtahappenerapanawalsetelahdiperkenalkan
sejak tahun 1998. Bidang ini melayani korban perkara kekerasan fisik (termasuk
penganiayaandankekerasandalamrumahtangga),pencederaandiri,cederanonaksidental
padaanak,perkosaandankejahatanseksuallainnya,kelayakandiperiksaatauditahan(fitness
tobeinterviewed,fitnesstobedetained).
EtikaProfesiKedokteran
Etika profesi kedokteran mulai dikenal sejak 1800 tahun sebelum Masehi dalam
bentukCode of HammurabidanCode of Hittites, yang penegakannya dilaksanakan oleh
penguasapadawaktuitu.Selanjutnyaetikkedokteranmunculdalambentuklain,yaitudalam
bentuksumpahdokteryangbunyinyabermacammacam,tetapiyangpalingbanyakdikenal

adalahsumpahHippocratesyanghidupsekitar460370tahunSM.Sumpahtersebutberisikan
kewajibankewajiban dokter dalam berperilaku dan bersikap, atau semacamcode of
conductbagidokter. WorldMedicalAssociationdalamDeklarasiGenevapadatahun1968
menelorkan sumpah dokter (dunia) dan Kode Etik Kedokteran Internasional. Kode Etik
Kedokteran Internasional berisikan tentang kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien,
kewajiban terhadap sesama dan kewajiban terhadap diri sendiri. Selanjutnya, Kode Etik
KedokteranIndonesiadibuatdenganmengacukepadaKodeEtikKedokteranInternasional.
SelainKodeEtikProfesidiatas,praktekkedokteranjugaberpegangkepadaprinsip
prinsip moral kedokteran, prinsipprinsip moral yang dijadikan arahan dalam membuat
keputusan dan bertindak, arahan dalam menilai baikburuknya atau benarsalahnya suatu
keputusan atau tindakan medis dilihat dari segi moral. Pengetahuan etika ini dalam
perkembangannya kemudian disebut sebagai etika biomedis. Etika biomedis memberi
pedomanbagiparatenagamedisdalammembuatkeputusanklinisyangetis(clinicalethics)
danpedomandalammelakukanpenelitiandibidangmedis.
Etikaadalahdisiplinilmuyangmempelajaribaikburukataubenarsalahnyasuatu
sikapdanatauperbuatanseseorangindividuatauinstitusidilihatdarimoralitas.Penilaian
baikburukdanbenarsalahdarisisimoraltersebutmenggunakanpendekatanteorietikayang
cukupbanyakjumlahnya.Terdapatduateorietikayangpalingbanyakdianutorangadalah
teori deontologi dan teleologi.1 Secara ringkas dapat dikatakan bahwa, Deontologi
mengajarkanbahwabaikburuknyasuatuperbuatanharusdilihatdariperbuatannyaitusendiri
(IKant),sedangkanteleologimengajarkanuntukmenilaibaikburuktindakandenganmelihat
hasilnya atau akibatnya (D Hume, J Bentham, JS Mills). Deontologi lebih mendasarkan
kepada ajaran agama, tradisi dan budaya, sedangkan teleologi lebih ke arah penalaran
(reasoning) dan pembenaran (justifikasi) kepada azas manfaat (aliran utilitarian). Etika
adalah cabang ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar salahnya suatu sikap atau
perbuatan dilihat dari moralitas. Etik profesi kedokteran adalah seperangkat prilaku para
dokter dan dokter gigi dalam hubungannya dengan pasien, keluarga, masyarakat teman
sejawatdantemansemitranya.2Etikasendiriterbagikepada:

Etikanormatif:Penegakanterhadapapayangbenarsecaramoraldanmanayang

salahsecaramoraldalamkaitannya.

Etika metaetik: Memperlihatkan analisis dari kedua konsep moral yang telah

disebutkan.1
Kaidah dasar (prinsip) Etika / Bioetik adalah aksioma yang mempermudah
penalaranetik.Suatuprinsipterkadangdapatsejalandenganprinsiplainnya,namunpada
beberapa kasus kita dapat mengutamakan suatu prinsip dari pada prinsip
lainnya.Beuchamp and childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai suatu
keputusanetikdiperlukan4kaidahdasarmoral,yaitu:
1. Beneficence
Berbuat baik (beneficence). Selain menghormati martabat manusia,
dokterjugaharusmengusahakanagarpasienyangdirawatnyaterjagakeadaan
kesehatannya (patient welfare). Pengertian berbuat baik diartikan bersikap
ramahataumenolong,lebihdarisekedarmemenuhikewajiban.Kaidahinisecara
amnya bermaksud melakukan yang terbaik untuk pasien. Apa sahaja yang
dilakukanadalahdemikebaikanpasien.Kebajikanpasienadalahyangpaling
utama. Beneficense juga membawa arti menyediakan kemudahan dan
kesenangankepadapasiensepertimengambillangkahpositifuntukmengelak
danmencegahkemusnahandaripadapasien.1
2. NonMaleficense
Tidak berbuat yang merugikan (nonmaleficence). Praktik Kedokteran
haruslah memilih pengobatan yang paling kecil risikonya dan paling besar
manfaatnya.Misalnyasegeramelakukanpemeriksaankarenakecurigaan.
Kaidahinipulapentingterutamasekaliketikawaktuwaktuemergensi
atau gawat darurat. Kaidah ini bermaksud tidak menimbulkan bahaya atau
kecederaan kepada pasien dari segi fisikal atau psikologis. Prinsip non
maleficenseinibolehdigambarkandengankatainiyaituprimumnonnocere
iaitupertamajanganmenyakiti.Prinsipinimenjadisatukewajibanapabila:
Tindakandoktertadiialahyangpalingefektifpadawaktuitu.
manfaatbagipasienadalahlebihberbandingmanfaatkepadadokter.
Pasienberadadalamkeadaanyangsangatberbahayaatauberisikokehilangan
sesuatuyangpentingspertinyawaatauanggotabadan.1
1

Autonomy

Menghormati martabat manusia (respect for person / autonomy).


Menghormati martabat manusia. Pertama, setiap individu (pasien) harus
diperlakukan sebagai manusia yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan
nasibdirisendiri),dankedua,setiapmanusiayangotonominyaberkurangatau
hilangperlumendapatkanperlindungan.
3. Justice
Keadilan (justice). Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi,
pandangan politik, agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan
kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan gender tidak boleh dan
tidakdapatmengubahsikapdokterterhadappasiennya.Tidakadapertimbangan
lainselainkesehatanpasienyangmenjadiperhatianutamadokter. Justicepula
adalahkaidahyangberartipelakuansamaratadanadilterhadappasienuntuk
kebahagiaandankenyamananpasientersebut.
Disiplin kedokteran
Disiplin

kedokteran

adalah

aturan-aturan

dan/atau

ketentuan

penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti


oleh dokter dan dokter gigi. Penegakan disiplin adalah penegakan aturanaturan dan atau ketentuan penerapan keilmuan dalam pelaksanaan
pelayanan yang harus diikuti oleh dokter dan dokter gigi. Aturan-aturan
tersebut tersebar dalam UU praktik kedokteran, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Menteri Kesehatan, Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia,
Ketentuan dan Pedoman Organisasi Profesi, Kode Etik Profesi dan juga
kebiasaan umum (common practice) di bidang kedokteran dan kedokteran
gigi. Pelanggaran disiplin adalah penyimpangan terhadap standar profesi
yang ditentukan oleh organisasi profesi dan prosedur professional yang
ditentukan oleh sarana pelayanan kesehatan setempat.

Pelanggaran

disiplinn kedokteran dapat dikelompokan dalam 3 hal, yaitu:


1. Melaksanakan praktik kedokteran dengan tidak kompeten
2. Tugas dan tanggung jawab profesional pada pasien tidak
dilaksanakan dengan baik

3. Berperilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan


profesi kedokteran Sesuai UU no 29 tahun 2004
MKDKI (Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia) adalah
Majelis yang berwewenang menentukan ada atau tidaknya kesalahan
yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu
kedokteran dan ilmu kedokteran gigi dan menetapkan sanksi.2
Bentuk pelanggaran disiplin kedokteran
1. Melakukan praktik kedokteran dengan tidak kompeten
2. Tidak merujuk pasien kepada dokter atau dokter gigi lain yang memiliki
kompetensi lain yang sesuai. (rujukan bisa tidak dilakukan bila: kondisi
pasien tidak memungkinkan untuk dirujuk, keberadaan tenaga medis
lain atau sarana kesehatan yang lebih tepat sulit dijangkau atau
didatangkan, atas kehendak pasien).
3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu yang
tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
(delegasi kepada tenaga kesehatan harus sesuai kompetensi dan
ketrampilan mereka, tanggung jawab tetap pada dokter).
4. Menyediakan dokter atau dokter gigi pengganti sementara yang tidak
memiliki

kompetensi

dan

kewenangan

yang

sesuai,

atau

tidak

melakukan pemberitahuan perihal penggantian tersebut.


5. Menjalankan praktik kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan fisik
ataupun mental sedemikian rupa sehingga tidak kompeten dan dapat
membahayakan pasien.
6. Dalam penatalaksanaan pasien, melakukan yang seharusnya tidak
dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai
dengan tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar atau
pemaaf yang sah, sehingga dapat membahayakan pasien.

7. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang tidak sesuai


dengan kebutuhan pasien.
8. Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis dan memadai (adequate
information) kepada pasien atau keluarganya dalam melakukan praktik
kedokteran.
9. Melakukan tindakan medik tanpa memperoleh persetujuan dari pasien
atau keluarga dekat atau wali atau pengampunya.
10. Dengan sengaja, tidak membuat atau menyimpan rekam medik,
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau etika
profesi.
11. Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan kehamilan
yang tidak sesuai dengan ketentuan, sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan dan etika profesi.
12. Melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien atas
permintaan sendiri dan atau keluarganya. (dalam kondisi sakit terminal,
dimana upaya kedokteran kepada pasien merupakan kesia-siaan/futile
menurut state of the art ilmu kedokteran, maka dengan persetujuan
pasien dan atau keluarga dekatnya, dokter dapat menghentikan
pengobatan, akan tetapi dengan tetapi memberikan perawatan yang
layak )
13. Menjalankan praktik kedokteran dengan menerapkan pengetahuan
atau ketrampilan atau teknologi yang belum diterima atau di luar
tatacara prektik kedokteran yang layak.
14. Melakukan penelitian dalam praktik kedokteran dengan menggunakan
manusia sebagai subjek penelitian, tanpa memperoleh persetujuan etik
dari lembaga yang diakui pemerintah.

15.Tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan,


padahal tidak membahayakan dirinya, kecuali bila ia yakin ada orang
lain yang bertugas dan mampu melakukannya.
16.Menolak atau menghentikan tindakan pengobatan terhadap pasien
tanpa alasan yang layak dan sah sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan atau etika profesi. (alasan dokter atau dokter gigi
untuk menolak atau mengakhiri pelayanan kepada pasien: pasien
melakukan intimidasi kepada dokter, pasien melakukan kekerasan
kepada dokter, pasien berperilaku merusak hubungan saling percaya
tanpa alasan)
17. Membuka rahasia kedokteran, sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan

atau

etika

profesi.

(alasan

pembenaran:

permintaan MKDKI, Majelis hakim dalam sidang pengadilan, sesuai


peraturan perundang-undangan)
18. Membuat keterangan medic yang tidak didasarkan kepada hasil
pemeriksaan yang diketahuinya secara benar dan patut.
19. Turut serta dalam perbuatan yang termasuk tindakan penyiksaan
(torture) atau eksekusi hukuman mati.
20. Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lainnya (NAPZA) yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan etika profesi.
21. Melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi atau tindakan
kekerasan terhadap
pasien di tempat praktek.
22. Menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan
haknya.
23.Menerima

imbalan

sebagai

hasil

dari

merujuk

atau

pemeriksaan atau memberikan resep obat/ alat kesehatan.

meminta

24.Mengiklankan kemampuan/ pelayanan atau kelebihan kemampuan/


pelayanan yang dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang tidak benar
atau menyesatkan
25. Ketergantungan pada narkotika, psikotropika, alcohol serta zat adiktif
lainnya.
26. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi (STR) atau
Surat Ijin Praktik (SIP) dan/ atau sertifikat yang tidak sah.
27. Ketidakjujuran dalam menentukan jasa medic.
28. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang
diperlukan

MKDKI

untuk

pemeriksaan

atas

pengaduan

dugaan

pelanggaran disiplin.
Sanksi disiplin yang diberikan MKDKI sesuai UU no 29 Tahun 2004 pasal 69
ayat (3):
1. Pemberian peringatan tertulis
2. Rekomendasi pencabutan STR atau SIP. (rekomendasi pencabutan
STR atau SIP sementara selama-lamanya 1 tahun, atau rekomendasi
pencabutan STR atau SIP tetap atau selama-lamanya)
3.

Kewajiban

mengikuti

pendidikan

atau

pelatihan

di

institusi

pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi. ( dapat berupa:


pendidikan

formal,

pelatihan

dalam

pengetahuan

dan

atau

ketrampilan, magang, sekurang-kurangnya 3 bulan dan paling lama


1 tahun).
BentukbakuVisumetRepertumPsyciatricum

I.Identitaspemeriksa
II.Identitaspeminta
II.Identitasterperiksa

Laporanhasilpemeriksaan
1.anamnesis
2.statusinternistik
3.statusneurologik
4.statuspsikiatrik
5.pemeriksaantambahan
6.diagnosis
IV.Kesimpulan
PemeriksaanuntukpembutanVetRPmerupakanpemeriksaanmedisumumyang
akanmemeriksaseluruhkeadaanfisikterperiksa,daripenampilanumumsampaipada
pemeriksaansistemorganseluruhnyayangmeliputi:
Sistem anggota gerak; organ pernafasan, organ pencernaan, organ kelamin, dan
peredaran darah, organ susunan saraf. Pemeriksaan fungsi psikomotor: sikap, kesadaran
tingkahlaku,kontakpsikisdll,pemeriksaanafektif,alamperasaandasar,stabilitasemosi,
ekspresidanemosional,empati,dsb,
Pemeriksaan kognitif antara lain tentang: persepsi dan gangguan persepsi, daya
ingat,dugaantarafkecerdasan,kemampuanmembatasidanmembedakandata,fakta,dan
idea(discriminativejudgment),kemampuanmemilihdirisendiri(discriminativeinsight),ada
tidaknyakelainanisipikiran,dankeadaanmutupikiran.Pemeriksaantambahan:evaluasi
psikologi,pemeriksaanlaboratori,pemeriksaanradiologi,EEG,CTScan
Yangdapatdisimpulkanpada VisumetRepertumPsychiatricum,diagnosis,yaitu
adatidaknyagangguanjiwapadaterperiksa.Kemampuanbertanggungjawabataukecakapan
bertindakdalamlalulintashukum,ygsebenarnyamerupakanistilahhukum,ygolehpembuat
VERdicobautkditerjemahkandanditetapkandlmpemeriksaanklinis.
DefinisiFitnesstobeDetention
Terdakwa harus memenuhi kriteria, salah satunya adalah kelayakan/ukuran
kemampuanseseorangsecaramedisuntukmenjalanipenahananyangdisebut fitnesstobe

detained. Penahanan menurut KUHAP hanya dapat dikenakan terhadap Tersangka atau
Terdakwayangmelakukantindakpidanadanataupercobaanmaupunpemberianbantuan
dalamtindakpidanatersebutdalamhal(Pasal21ayat(4)KUHAP).3
SyaratPenentuanPenahanan
Pada dasarnya penahanan merupakan salah satu bentuk pengekangan kebebasan
terhadapseseorangyangdidugatelahmelakukantindakpidana,sehinggapenahanadapat
dikategorikan sebagai pelanggaran Hak asasi manusia. Namun demikian dalam proses
peradilan pidana, penahanan boleh dilakukan oleh pejabat yang memiliki kewenangan
denganmemperhatikansyaratsahnyadanperlunyapenahananyangtelahditentukanoleh
Undangundang.Katakunci:PenahananPeradilanPidanaSuatupenahanandinyatakansah
apabiladipenuhisyaratsyarattertentu.3,4
Secarateoritis,dibedakanantarasahnyapenahanan(rechtsvaardigheid)danperlunya
penahanan(noodzakelijkheid).Sahnyapenahananbersifatobjektifdanmutlak,artinyadapat
dibaca di dalam undangundang tentang tindak pidana yang tersangkanya dapat ditahan.
Mutlak karena pasti, tidak dapat diaturatur oleh penegak hukum. Sedangkan perlunya
penahanan bersifat relatif (subyektif) karena yang menentukan kapan dipandang perlu
diadakanpenahanantergantungpenilaianpejabatyangakanmelakukanpenahanan(Andi.
Hamzah,1994:16).
Pasal 20 KUHAP menentukan: (1). Untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau
penyidikpembantuatasperintahpenyidiksebagaimanadimaksuddalamPasal11berwenang
melakukan penahanan; (2). Untuk kepentingan penuntutan, penuntut umum berwenang
melakukanpenahananataupenahananlanjutan;(3).Untukkepentinganpemeriksaanhakim
disidangpengadilandenganpenetapannyaberwenangmelakukanpenahanan.DidalamPasal
20KUHAPtersebut,ditentukanpejabatyangberwenangmelakukanpenahanan.
Pejabat yang dimaksud adalah penyidik atau penyidik Pembantu atas perintah
penyidik, Penuntut umum dan hakim pada setiap tingkat pengadilan. Ketentuan inipun
mempertegas tujuan penahanan yakni untuk kepentingan penyidikan, penuntutan dan
pemeriksaan di pengadilan. Aturan penahanan dalam Pasal 20 KUHAP (Andi Hamzah,
1994:17)digolongkansebagaisyaratobjektif.Artinya,penahananbarusah,jikapejabatyang
menahanberwenangmelakukanpenahanan.Apabilapenahananitudilakukanolehpejabat
yangtidakberwenang,makapenahananitutidaksah.

SelanjutnyasyaratpenahanandipertegasdalamPasal21KUHAPyangmenentukan:
(1)Perintahpenahananataupenahananlanjutandilakukanterhadapseorangtersangkaatau
terdakwa yang diduga keras melakukan tindakan pidana berdasarkan bukti yang cukup,
dalamhaladanyakeadaanyangmenimbulkankekhawatiranbahwatersangkaatauterdakwa
akanmelarikandiri,merusakataumenghilangkanbarangbuktidanataumengulangitindak
pidana;(2)penahananataupenahananlanjutandilakukanolehpenyidikatauPenuntutumum
terhadap tersangka atau terdakwa dengan memberikan surat perintah penahanan atau
penetapanhakimyangmencantumkanidentitastersangkaatauterdakwadanmenyebutkan
alasan penahanan serta uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan atau
didakwakansertatempatiaditahan.(3)Tembusansuratperintahpenahananataupenahanan
lanjutanataupenetapanhakimsebagaimanadimaksuddalamayat(2)harusdiberikankepada
keluarganya.(4)penahanantersebuthanyadapatdikenakanterhadaptersangkaatauterdakwa
yangmelakukantindakpidanadanataupercobaanmaupunpemberianbantuandalamtindak
pidanatersebutdalamhal:a.Tindakpidanaitudiancamdenganpidanapenjaralimatahun
ataulebih;b.tindakpidanasebagaimanadimaksuddalamPasal282ayat(3),Pasal296,Pasal
335ayat(1),Pasal351ayat(1),Pasal353ayat(1),Pasal372,Pasal378,Pasal379a,Pasal
453,Pasal454,Pasal455,Pasal459,Pasal480danPasal506.KitabUndangundangHukum
Pidana,Pasal25danPasal26RechtenOrdonnantieBeadanCukai,terakhirdiubahdengan
staatssbladTahun1931(Nomor471),Pasal1,Pasal2,Pasal3,danPasal4Undangundang
Imigrasi(UndangundangNomor8Drt.Tahun1955,LembaranNegaraTahun1955Nomor
8),Pasal36ayat(7),Pasal41,Pasal42,Pasal43,Pasal47danPasal48Undangundang
nomor9Tahun1976tentangNarkotika(LembaranNegaraTahun1976Nomor37Tambahan
LembaranNegaraNomor3086).HalpentingyangdiaturdalamPasal21ayat(1)KUHAP
adalah unsur perlunya penahanan dilakukan atau disebut juga syarat subjektif. Syarat
subjektifdiletakkanpadakeadaanyangmenimbulkanadanyakekhawatirantersangkaatau
terdakwamelarikandiri,merusakataumenghilangkanbarangbuktiataumengulangitindak
pidana.
Syaratsubjektifdanobjektifberlakujugaterhadapmekanismepenahananyangdiatur
dalam Undangundang khusus seperti Undangundang nomor 3 Tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak, Undangundang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM dan
Undangundang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Penahanan menurut Undang

undangNomor3Tahun1997tentangPengadilanAnak,dilakukanterhadapanakyangdiduga
kerasmelakukantindakpidanaberdasarkanbuktipermulaanyangcukup.
Namundalampelaksanaannya,pejabatyangberwenangmelakukanpenahananharus
memperhatikansyaratsubjektifdanobjektifsebagaimanadimaksuddalamPasal21ayat(4)
KUHAP.SyaratsubjektifmenurutPasal12ayat(3)tersebutadalahadanyakekhawatiran
tersangka atau terdakwa melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti atau
mengulangipelanggaranhakasasimanusiayangberat.Syaratobjektifadalahtersangkaatau
terdakwadidugamelakukanpelanggaranHAMyangberatyaknikejahatangenosidaatau
kejahatankemanusiaan.
TataCaraPenahanan
TatacarapenahananataupenahananlanjutanharusdidasarkanpadaPasal21ayat(2)
danayat(3)KUHAP.Meskipunpenahanantersebuttelahmemenuhisyaratsubjektifdan
objektif,tetapidalampelaksanaannyatidakdibolehkandilakukansecarasewenangwenang.
Penyidik atau penuntut umum harus menerbitkan surat perintah penahanan apabila
melaksanakanpenahananatausuratpenetapanpenahananapabilapenahananitudilakukan
olehhakim.
Surat perintah penahanan atau surat penetapan penahanan yang diterbitkan, harus
berisiempathalpokok.Pertama,identitastersangkaatauterdakwayangterdiriatas,nama
lengkap,umur,pekerjaan,jeniskelamindantempattinggal.Kedua,alasanhukumsehingga
tersangka atau terdakwa dikenakan penahanan misalnya untuk kepentingan penyidikan,
penuntutanataupemeriksaandipengadilan.Ketiga,uraiansecarasingkatdanjelastindak
pidanayangdisangkakanataudidakwakandankeempat,menyebutkansecarapastitempat
ataulokasipenahanan.5,6
Selanjutnya, surat perintah penahanan atau surat penetapan penahanan harus
ditembuskankepadapihakkeluargatersangkaatauterdakwayangdikenakanpenahanan.Hal
ini dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada keluarga tersangka atau terdakwa
mengenaipenahananyangdilakukandanmenjadialatkontroluntukmemastikankeberadaan
tersangka atau terdakwa, serta menjadi dasar untuk mengajukan keberatan melalui
praperadilan apabila penahanan tersebut dipandang tidak sah. Tata cara penahanan yang
dimaksudpadaPasal21ayat(2)danayat(3)KUHAPmerupakanupayamencegahterjadinya
penahanan yang sewenangwenang. penahanan yang sewenangwenang jelas merupakan

pelanggaranHAMyangtidakhanyadilarangolehKUHAP,tetapijugaolehKovenanICCPR
Pasal9ayat(1)kalimatkeduadanketigaICCPRmenentukanbahwatidakseorangpundapat
diketahuipenangkapanataupenahanansecarasewenangwenang.

AspekMedikolegal

SURATEDARAN
Nomor:SE001/A/J.A/03/2004
TENTANG
Jakarta,31Maret2004
PEMBERIANIJINBEROBATKELUARNEGERIBAGITERSANGKA
/TERDAKWAPERKARAPIDANA
Memperhatikansemakinbanyaktersangka/terdakwaperkarapidanaumummaupun
khusus)yangmengajukanijinberobatkeluarnegaridenganberbagaialasandanternyataijin
berobatkeluarnegaribanyakdisalahgunakanataudimanfaatkanolehtersangka/terdakwa
untukmenghindariprosespenyidikan,penuntutanataueksekusiputusanPengadilan:
MengingatPasal33UndangundangNo.5ITahun1991tentangKejaksaanRI,dan
untukmengantisipasihalhaldiatas,denganinidiberikanpetunjuksebagaiberikut:
1.Padaprinsipnyaseorangtersangka/terdakwaperkaratindakpidana(umum/khusus)
yang perkaranya sedang dalam proses penyidikan atau penuntutan tidak diijinkan
untukberobatkeluarnegeri,karenarumahsakitrumahsakitdiIndonesiapadaumumnya
telahdapatmengobatisemuajenispenyakit.Ijinberobatkeluarnegerihanyadapatdiberikan
terhadapkondisikondisidanjenispenyakittertentuyangbelumdapatdiobatidirumahsakit
rumahsakitdiIndonesia
2.Ijinberobatkeluarnegeribagitersangka/terdakwahanyadapatdiberikanoleh
JaksaAgungRI,setelahmemenuhisyaratsyarattertentu.
3.Ijinberobatkeluarnegeriharusdiajukanolehtersangka/terdakwaataukeluarganya
setelahmendapatkanrekomendasidariDoktersepesialispenyakityangbersangkutan,dan
dilengkapisuratketeranganresmidariRumahsakitPemerintahyangditunjukuntukdapat
memberikanrujukangunaberobatkeluarnegeri(RumahSakitUmumPusatCiptoMangun

Kusumo Jakarta) dengan penjelasan bahwa rumah sakit di Indonesia belum dapat
memberikan pelayanan medis / pengobatan terhadap penyakit yang diderita oleh
tersangka/terdakwa.
4. Ijin berobat ke luar negeri diajukan kepada Jaksa Agung Ri, melalui jalur
berjenjang(KejaksaanNegeri,KejaksaanTinggi,JaksaAgungMudayangbersangkutan)
denganmenjelaskannamadanalamatlengkaprumahsakitdiluarnegeriyangakanmerawat
tersangka/terdakwaagarsewaktuwaktudapatdihubungi.
5. Harus ada jaminan dari tersangka/terdakwa dan keluarganya bahwa
tersangka/terdakwayangbersangkutanakansegerakembalikeIndonesiasetelahrumahsakit
yangbersangkutanmemberikanketeranganbahwatersangka/terdakwadapatdirawatkembali
diIndonesia.
6.Kejaksaanyangmenanganiperkaratersangka/terdakwayangberobatkeluarnegeri
wajib memantau dan meminta perkembangan hasil pengobatan tersangka/terdakwa dari
rumahsakitdiluarnegeriyangbersangkutan,sekurangkurangnyaI(satu)bulansekali,dan
memintapenjelasanmasihperluatautidaknyatersangka/terdakwadirawatdirumahsakit
tersebut.LaporanhasilpemantauandikirimsetiapbulankepadaJaksaAgungRI.,tembusan
kepadaJaksaAgungMudaIntelijendanJaksaAgungMudayangbersangkutan.
SistemRujukan
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakanpelimpahanwewenangdantanggungjawabataskasuspenyakitataumasalah
kesehatanyangdiselenggarakansecaratimbalbalik,baikverticaldalamartidarisatustrata
saranapelayanankesehatankestratasaranapelayanankesehatanlainnya,maupunhorizontal
dalamartiantarastratasaranapelayanankesehatanyangsama.5
Rujukanupayakesehatanperorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit.Apabila
suatupuskesmastidakmampumenanggulangisatukasuspenyakittertentu,makapuskesmas
tersebutwajibmerujuknyakesaranapelayanankesehatanyanglebihmampu(baikhotizontal
maupunvertical).Sebaliknyapasienpascarawatinapyanghanyamemerlukanrawatjalan
sederhana,biasdirujukkembalikepuskesmas.

Rujukanupayakesehatanperorangandibedakanatastigamacam:
a.Rujukankasusuntukkeperluandiagnostik,pengobatan,tindakanmedik(missaloperasi)
danlainlain.
b. Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
c.Rujukanilmupengetahuanantaralainmendatangkantenagayanglebihkompetenatau
melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau menyelenggarakan pelayanan medik
spesialisdipuskesmas.

TataCaraPelaksanaanSistemRujukan
Pasienyangakandirujukharussudahdiperiksadanlayakuntukdirujuk.AdapunKriteria
pasienyangdirujukadalah
1.Hasilpemeriksaanfisiksudahdapatdipastikantidakmampudiatasi.
2.Hasilpemeriksaanfisikdenganpemeriksaanpenunjangmedisternyatatidak
mampudiatasi.
3.Memerlukanpemeriksaanpenunjangmedisyanglebihlengkap,tetapi
pemeriksaanharusdisertaipasienyangbersangkutan.
4.Apabilatelahdiobatidandirawatternyatamemerlukanpemeriksaan,
pengobatandanperawatandisaranakesehatanyanglebihmampu.
Dalamprosedurmerujukdanmenerimarujukanpasienadaduapihak
yangterlibatyaitupihakyangmerujukdanpihakyangmenerimarujukandengan
rincianbeberapaprosedursebagaiberikut:
1.prosedurstandarmerujukpasien
2.prosedurstandarmenerimarujukanpasien
3.prosedurstandarmemberirujukanbalikpasien
4.prosedurstandarmenerimarujukanbalikpasien
Prosedurstandarmerujukpasien
a.prosedurklinis
(1).Melakukananamesa,pemeriksaanfisikdanpemeriksaanpenunjangmedikuntuk
menentukandiagnosautamadandiagnosabanding.

(2).Memberikantindakanprarujukansesuaikasus
(3).Memutuskanunitpelayanantujuanrujukan
(4)untukpasiengawatdaruratharusdidampingipetugasmedis/paramedisyang
berkompetendibidangnyadanmengetahuikondisipasien
(5)apabilapasiendiantardengankendaraanpuskesmaskelilingatauambulans,agar
petugasdankendaraantetapmenunggupasiendiIGDtujuansampaiadakepastian
pasientersebutmendapatpelayanandankesimpulandirawatinapataurawatjalan.
b.ProsedurAdministratif
(1)dilakukansetelahpasiendiberikantindakanprarujukan
(2)membuatcatatanrekammedispasien
(3)memberiinformedconsent(persetujuan/penolakanrujukan)
(4)membuatsuratrujukanpasienrangkap2lembarpertamadikirimketempat
rujukanbersamapasienyangbersangkutan.Lembarkeduadisimpansebagaiarsip.
Mencatatidentitaspasienpadabukuregistrujukanpasien.
(5)menyiapkansaranatransportasidansedapatmungkinmenjalinkomunikasidengan
tempatrujukan.
(6)pengirimanpasiensebaiknyadilaksanakansetelahdiselesaikanadministrasiyang
bersangkutan
2.Prosedurstandarmenerimarujukanpasien
a.prosedurklinis
1.segeramenerimadanmelakukanstabilisasipasienrujukan.
2.Setelahstabil,meneruskanpasienkeruangperawatanelektifuntukperawatan
selanjutnyaataumeneruskankesaranakesehatanyang
lebihmampuuntukdirujuklanjut.

FitnesstoStandTrial.7
Sidangyangdilaksanakanpengadilan,harusberlangsungsecaratertib.orangorang
yangberadadiruangsidamgtanpaterkecuali,harusbersikaptenangdansopan,harusmampu
menaati peraturan yang berlaku. terperiksa, baik dalam kedudukan sebagai
terdaka,penggugat,saksi,ataupunkedudukanyanglainharuspulamampumenaatiperaturan
tersebut,dalamartididalamsidingterperiksaharusmampuuntukduduktenangdansopan

selamawaktuyangrelativelama,sertaharusmampuberkomunikasisecarabaikwajardan
sopan.
Sidang pengadilan merupakan tempat berkomunikasi dimana mereka yang terlibat saling
bertanya jawab. Tanya Jawab harus berlangsung tertib, dengan harapan hakim dapat
memperolehinformasisebanyakbanyaknyadansebaikbaiknyasehinggadapatmengambil
keputusanhukumyangtepat,objektif,danadil.Dilainpihak,dimaklumibahwasituasisiding
pengadilan bagi terperiksa sangan menekan. tidak diharapkan, selama siding atau setelah
siding,akibatrasatertekanterperiksamenjadisakitataupenyakitnyamenjadilebihberat
ataupenyakitnyayangsudahsembuhtimbulkembali.
denganuraiandiatas,apabilaseseorangakandiajukankesidingpengadilan,terlebihdahulu
harusdipenuhisyaratsyaratsebagaiberikut.
1. Apakah sidang dapat dilaksanakan (applicable) ? sidang dapat dilaksanakan apabila
terperiksadapatmenaatiperaturanketertibansiding.sidingtidakmungkindilaksanakan
apabila terperiksa gelisah tidak dapat duduk tenang, harus dalam posisi berbaring,
misalnyakarenacederatulangpunggungatauharusdiinfusatauterperiksaberbicaratidak
terkendali.
2. Apakahsidingbermanfaat?(beneficial)?sidangmerupakanarenaTanyajawabdimana
semua pihak berusaha mengemukakan informasi menurut visi mereka masingmasing
agardapatdipergunakanhakimuntukmengambilkeputusan.diharapkandalamTanya
jawab,terperiksadapatmengertiapayangditanyakanpadanyadandapatmengemukakan
pendapat yang dapat dipahami oleh orang lain. Dengan demikian, pemeriksaaan
mengenaikemampuanseseoranguntukdiajukandisidingpengadilan (fitnesstostand
trial) memerlukanpemeriksaantentangkemampuanterperiksauntukmenaatiperaturan
sidingdanbahwasidingtidakmembahayakanbagiterperiksa.
3. Penentuan mengnai kecakapan untuk bertanya jawab (competence to be interviewed)
dapatdinilaidarikemampuanterperiksamemahamikedudukandirinyadanmemahami
situasi lingkungannya. Ia harus mengetahui kedududkannya dalam siding(sebagai
saksi,sebagaiterdakwa,atausebagaipenggugat)iajugaharusmengetahuipersoalanyang
dihadapinya (perkaranya) dan mampu mengusahakan pembelaan atau mampu minta
pertolongan seseorang untuk minta pembelaan persoalannya. selain itu, ia harus

memahamisituasilingkungannya.Dalamartibahwaiamemahamiiaberadadiruang
sidingpengadilanberhadapandenganhakim,jaksa,penasihathukumdanlainlai
Dalam sidang terperiksa harus mampu berkomunikasi dengan baik. kemampuan
berkomunikasiinidapatkitanilaidengancarapenilaiankemampuanuntukmengemukakan
ideaataupendapatyangdapatdipahamiolehoranglain;sertadapatmemahamiideaatau
pendapatoranglaindenganwajardanbaik.Apabilaterperiksadapatmemenuhiketentuan
ketentuantersebutdiatas,iadianggapcakapdanlayakuntukdiajukankesidingpengadilan
(competence and fit to stand trial). Mungkin seseorang dianggap tidak cakap dan tidak
layak, yang dapat bersifat permanen atau temporer (sementara) maka terperiksa dapat
terlebih dulu di terapi dan diajukan ke siding pengadilan setelah sembuh. sering pula
terperiksatidakmenjadisakit,tetapididalamsidingmenjadisangattertekansehinggatidak
dapatberkomunikasidenganbaik.dalamkeadaansepertiiniterperiksadapatdidampingioleh
seseorangyangditunjukdandisetujuiolehhakim.
Pemeriksaantentangkecakapanuntukbertanyajawandankelayakanuntukdiajukan
disidingdapatmerupakanpemeriksaansatupaket,dapatpulamerupakanduapemeriksaan
sendirisendiri.
Pemeriksaanpemeriksaan lain; ada beberapa pemeriksaan yang dering diperlukan
untukpembuatan VisumetrepertumPsychiatrum. pemeriksaantersebutantaralainadalah
halhalyangmenyangkutperceraianatautalak,adopsi,danlainlain.Modelpemeriksaan
untukhaltersebutmasihperludikembangkanlebihlanjut.

VisumetRepertumPsychiatrium.7
Seorang ahli penyakit dalam menegakkan diagnosis pada pasiennya berdasarkan
pemeriksaanklinis.Diagnosistersebutdibuktikansecaralebihpastiolehhasilpemeriksaan
laboratorium. Dalam kasuskasus psikiatri sering suatu gejala pada suatu saat ditemukan
denganpasti,tetapidilainsaatgejalatersebutdalampemeriksaanklinistidakditemukan.N
Dapat disimpulkan, walaupun terdapat faktafakta dalam pemeriksaan klinis, tidak dapat
diingkaribahwainterpretasidaripemeriksamasihmempengaruhikesaksianahli.

Walaupun hukum di pengadilan menuntut secara langsung terhadap suatu


pembuktian, tuntutan ini tidak dapat memberikan jawaban yang pasti yang bersifat
menghakimi atau memastikan suatu putusan. Dalam hal demikian, kepastian hukum
ditentukan hakim sedangkan Visum et Repertum sebagai kesaksian ahli tertulis tetap
merupakanbahan(yangpenting)untukpengambilankeputusanhukum.
UmumnyaVisumetRepertumPsychiatriumdibuatsetelahseorangdoktermemeriksa
obyek (pasien, terperiksa, orang, dan barang bukti). Pemeriksaan ini dilakukan setelah
seseorangmengalamisuatuperistiwaatausengketahukum,jadibersifatpostfacto.Darihasil
pemeriksaan ini kemudian dilakukan semacam rekonstruksi ilmiah untuk mengusahakan
kemungkinankorelasiantarakeadaanterperiksadenganperistiwahukumnya.Namun,tidak
jaranghasilpemeriksaandipakaiuntukmembuatgambarantentangkemungkinanhubungan
antarakeadaanterperiksadenganperistiwahukumataukeadaanlalulintashukumdimasa
mendatang. Jadi, ini merupakan prediksi tentang suatu keadaan yang belum terjadi (pre
facto).
VisumetRepertumPsychiatrium diterbitkanhanyaatassuatupermintaandanyang
berhakmemintaadalahhakim,jaksa,polisi,danyangbersangkutan(pelaku,korban,atau
walinya).
VisumetRepertumdibuatolehdokteryangmempunyaihakuntukmenerbitkanyaitu
dokteryangmempunyaiwewenangatauizinyangberpraktikdiwilayahIndonesia.
Dokteryangmempunyaikaitankeluargadenganyangterperiksa,mempunyaikaitan
dengansengketahukumyangsedangterjadiataupernahmempunyaisengketahukumdengan
terperiksa,atauyangpernahmempunyaikaitanhubungandokterpasiendenganterperiksa,
dapat mengajukan keberatan untuk membuat Visum et Repertum Psychiatrium atau
memberikankesaksianahli.
Persyaratanuntukkelengkapanpembuatan VisumetRepertumPsychiatrium,selain
surat permintaan pembuatan surat Visum et Repertum Psychiatrium, adalah berita acara.
Apabilakelengkapaninitelahdipenuhimakaterdakwaatautergugatdsb.,setelahmemenuhi
persyaratanperawatandirumahsakitdapatdimasukkankedalamruangperawatanuntuk
diobservasi.Dalamhalini,statusterdakwa,tergugatdst.berubahmenjaditerperiksa.Dalam
ruangobservasiinilahterperiksaakandiperiksadandiobservasiuntukjangkawaktutertentu.

PedomanpembuatanVisumetRepertumPsychiatriumdariDirektoratKesehatanJiwa
menyebutkanjangkawaktuobservasiadalah14hari.Jangkawaktuinidenganseizinpeminta
pembuatan VisumetRepertum, dapatdiperpanjang14harilagi.Setelahjangkawaktuini
VisumetRepertumharussudahditerbitkan,walaupunbarangkalibelumdapatdiambilsuatu
kesimpulan.
UU Kesehatan Jiwa tahun 1965 menyebutkan jangka waktu observasi antara 3
minggu sampai 6 bulan, yang didasarkan pada kemungkinan penyesuaian diri (adaptasi)
terperiksapadalingkunganbaruyaituruangperawatan.
KUHAP berdasarkan atas hak asasi manusia yang masa penahanan tidak dapat
melebihi 90 hari maka jangka waktu observasi harus sependek mungkin. Pedoman
pembuatan VisumetRepertumPsychiatrium dariDirektoratKesehatanJiwamenyesuaikan
jangkawaktuobservasidenganyangditentukanolehKUHAP.
Selamaobservasiterperiksatidakdiberiterapikecualidalamkeadaantertentuyang
bersifat darurat, seperti keadaan agresif, destruktif, kecenderungan bunuh diri, sakit fisik
yanggawat,dll.Pemberianterapiiniharusdilaporkankepadapihakyangmemintavisum,
dandilaporkanpuladidalamVisumetRepertumPsychiatrium.
Visum et Repertum Psychiatrium mempunyai bentuk baku sesuai dengan yang
ditetapkanolehpedomanpembuatanVisumetRepertumPsychiatriumDirektoratKesehatan
JiwaDepartemenKesehatan.
YangberhakmenjadipemohonVERPsychadalah:
1.Penyidik(KUHPpasal120)
2.Penuntutummumdalamhaltindakpidanakhusus(KUHAPpasal120,pasal184)
3.Hakimpengadilan(KUHAPpasal180ayat1)
4.Tersangka/terdakwamulaipejabat(KUHAPpasal65)
5.Penasehathukum/pengacaramelaluipejabat(KUHPpasal80ayat1&2)
Yang berhak memohon keterangan ahli kedokteran jiwa lain dibidang pengadilan
adalahhakimpengadilan,ditujukankepadapsikiaterdiwilayahhukumdaripengadilanyang
bertugas

Yangboleh/WajibmenerbitkanVERPSYCHIATRICUM:
1.Dokterahlikedokteranjiwa
2.Jika1tidakadaDimungkinkandokterumumdenganpenetapanSKMenkes.Ex:
KepalakantorwilayahDepkesRI
Haktersangka/terdakwaada.TerterajelasdalamKUHP
Bilaobservasi,izintertulispadainstansisetempatobservasidandidampingidokter
yangsudahditunjuk,iniberlakubagi:
Pengacara
Penasehathukum
Dokterpribadi
Keluarga
Rohaniawan
BentukKeteranganAhliKedokteranJiwa:
1.VERyangdidahuluisebutandemikeadilan(Projustisia)
2. Keterangan ahli kedokteran jiwa Lisan yang dinyatakan dalam sidang
pengadilandibawahsumpah
PemberianObatobatan
Dapatdiberikansetelahdiagnosisdapatditegakkan
JangkaWaktuPemeriksaan:
Sudahdapatdiberikansuratketeranganahlikedokteranjiwadalamwaktu14hari
Apabilabelumdapatdisebutkanolehkarenaobservasibelumselesaijuga Psychiater
wajibsecaratertulismemberitahukepadainstansipemohon
Apabilaobservasisudahhabistapibelumdapatdipastikan DokterIKJ Melakukan
pemeriksaanlebihlanjutpadatingkatpemeriksaanyanglain(lebihtinggi)
Selam2x14haribelumselesaitetapmemberikanketegasan
Pembiayaan
Menjadibebaniinstansidaripejabatpemohon(No.1993/KDJ/U/70&pasal18ayat2)
AspekMedikolegalFitnesstoStandTrial
Dasarhukumnyayangpertamaadalahpasal44(1)KUHP,yangberbunyi:Barang
siapamelakukanperbuatanyangtidakdapatdipertanggungjawabkankepadanyadisebabkan

karena jiwanya cacat dalam tubuhnya (gebrekkige ontwikkeling) atau terganggu karena
penyakit(ziekelijkestoring)tidakdipidana.Jadiyangdapatdikenakanpasalinitidakhanya
orang yang menderita penyakit jiwa (psikosis) tetapi juga yang retardasi mental. Yang
dimaksudpelayanankesehatanjiwa/RSJadalahRSJpemerintahpusat/daerah.Ternyata
perbuatantidakdapatdipertanggungjawabkanpadaseseorangkarenaayat1.Makahakim
dapatmemintauntukmendapatkanperawatandiRSJpalinglama1tahun.
DasarhukumyangkeduaadalahUUKesehatannomor36tahun2011,pasal150(1)
pemeriksaan kesehatan jiwa untuk kepentingan penegakan hukum (visum et repertum
psychiatricum)hanyadapatdilakukanolehdokterspesialiskedokteranjiwapadafasilitas
pelayanan kesehatan. (2) Penetapan status kecakapan hukum seseorang yang diduga
mengalamigangguankesehatanjiwadilakukanolehtimdokteryangmempunyaikeahlian
dankompetensisesuaidenganstandarprofesi.

Kesimpulan
Membuatsuratrujukanberobatkeluarnegeriuntuktahananharusdiperhatikansurat
keteranganmedis,dandilakukanpemeriksaanfisikdanpenunjangyangdicatatdalamVisum
etRepertumyangmempunyaidasarhukumyaitupasal44(1)KUHP,UUKesehatannomor
36tahun2011pasal150,Pasal33UndangundangNo.5ITahun1991.

DaftarPustaka
1. SampurnaB,SyamsuZ,SiswajaTD.Bioetikdanhukumkedokteranpengantarbagi
mahasiswakedokterandanhukum.Jakarta:Pustakadwipar;2007.h.301
2. Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran dan hukumkesehatan. Edisi 4. Jakarta :
EGC;2008.h216dan3940 NotoadmojoS.IlmuKesehatanMasyarakat.Jakarta:
RinekaCipta,2007.h.2659,2747.

3. CicconeJR.Competencetostandtrial:effortstoclarifytheconceptandimprove
clinicalevaluationsofcriminaldefendants.CurrentOpinioninPsychiatry1999,12:
647651.
4. Budiyanto arif,Widiatmaka Wibisana,dkk .Peraturan PerundangUndangan Bidang
Kedokteran edisi 2. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
UniversitasIndonesia;1994h2036
5. WWilkins.Adamsdiagnosisfisik.Edisi17.Jakarta:EGC;2005.h.2134.
6. DaveyP.Ataglancemedicine.Jakarta:Erlangga;2006.h.393
7. DarmabrataW.Psikiatriforensik.Jakarta:EGC,2003.h.1729,132,133,137,139.

Anda mungkin juga menyukai