Anda di halaman 1dari 8

PEMBAHASAN

Infeksi Nosokomial merupakan infeksi silang yang terjadi akibat perpindahan


mikroorganisme melalui petugas kesehatan dan alat yang dipergunakan saat melakukan tindakan.
Masalah Infeksi Nosokomial pada tahun terakhir ini telah menjadi topik pembicaraan di banyak
negara. Telah diketahui bahwa pengelolaan Infeksi Nosokomial menimbulkan biaya tinggi, baik
yang ditanggung pihak penderita maupun pihak Rumah Sakit. Bahkan di Amerika, Infeksi
Nosokomial termasuk dalam 10 besar penyebab kematian. Di negara maju, angka kejadian
Infeksi Nosokomial telah dijadikan salah satu tolok ukur mutu pelayanan rumah sakit. Izin
operasi suatu rumah sakit bisa dicabut karena tingginya angka kejadian infeksi nosokomial.
Infeksi Nosokomial dapat terjadi dimana saja diruang perawatan rumah sakit, kapan saja, tanpa
membedakan umur dan jenis penyakit.
Sehubungan dengan Infeksi Nosokomial ini, maka ada baiknya mengetahui hal-hal
sebagai berikut :
1. Secara umum Infeksi Nosokomial adalah infekksi yang didapatkan penderita selama dirawat
di rumah sakit.
2. Infeksi Nosokomial sukar diatasi karena sebagai penyebab Adalah mikrooraganisme / bakteri
yang sudah resisten terhadap antibiotika.
3. Bila terjadi Infeksi Nosokomial, maka akan terjadi penderitaan yang berkepanjangan serta
pemborosan waktu serta pengeluaran biaya yang bertambah tinggi kadang-kadang kualitas
hidup penderita akan menurun.
4. Infeksi Nosokomial disamping berbahaya bagi penderita, juga berbahya bagi lingkungan baik
selama dirawat dirumah sakit ataupun diluar rumah sakit setelah berobat jalan.
5. Dengan pengendalian Infeksi Nosokomial akan menghambat biaya dan waktu yang terbuang.
6. Dinegara yang sudah maju masalah ini telah diangkat menjadi masalah nasional, sehingga
bila angka Infeksi Noskomial disuatu rumah sakit tinggi, maka izin operasionalnya
dipertimbangkan untuk dicabut oleh istansi yang berwenang.

Batasan-batasan yang dipakai untuk Infeksi Nosokomial

Infeksi Nosokomial disebut juga dengan Hospital acquired infection apabila memenuhi
batasan / kriteria sebagai berikut :
1. Apabila pada waktu dirawat di RS, tidak dijumpai tanda-tanda klinik infeksi tersebut.
2. Pada waktu penderita mulai dirawat tidak dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut.
3. Tanda-tanda infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak mulai
dirawat.
4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari nfeksi sebelumya.
5. Bila pada saat mulai dirawat di RS sudah ada tanda-tanda infeksi, tetapi terbukti bahwa
infeksi didapat penderita waktu perawatan sebelumnya dan belum pernah dilaporkan
sebagai infeksi nosokommial.

Kita memahami pengertian sanitasi selama ini sebagai sebuah tindakan terkait dengan
lingkungan, sementara higiene terkait dengan tindakan kesehatan secara personal. Berikut
gambar tentang hubungan dari lingkungan fasilitas kesehatan dan faktor lain terhadap terjadinya
infeksi nosokomial.

PENYEBAB

1. Bakteri
Secara spesifik beberapa bakteri penyebab infeksi penyebab infeksi nosokomial
sebagaimana daftar berikut (Kusnanto, 1997)
Tempat Infeksi

Saluran pencernaan

Bakteri Penyebab

E.coli, Salmonella, Shigella,


Camphylobacter,

Saluran pernafasan atas

H. influenzae, S.pyogenes, S.pneumoniae

S. pneumoniae, P.aerugenosa, K.pneumoiae

Saluran pernafasan bawah

Septikemi

Luka bakar

Luka

Saluran kemih

dan L. pneumophila.

E.coli, P.aeruginosa, S.aureus.

P. aeruginosa, E.coli, Saureus, S.Pyogenes

S. aureus, S. epidermidis, Klebsiella,


Bacteroides,
P.mirabilis, S. marcescens

E.coli, P. aeruginosa, Proteus,


E.aerogenes,S.marcescens, Klebsiella,
S.faecalis

2. Virus
Banyak kemungkinan Infeksi Nosokomial disebabkan oleh berbagai macam virus,
termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari tranfusi, dialysis, suntikan

dan endoskopi. Respiratory Syncytial Virus (RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang
ditularkan dari kontak tangan ke mulut atau melalui rute faecal-oral. Hepatitis dan HIV
ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan tranfusi darah. Rute penularan untuk
virus sama seperti mikroorganisme lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus
respiratorius, penyakit kulit dan dari darah. Virus lain yang sering menyebabkan Infeksi
Nosokomial adalah Cytomegalovirus, Ebola, Influenza virus, Herpes Simplex Virus, dan
Varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan.
3. Parasit dan jamur
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan mudah ke orang dewasa
dan anak-anak. Banyak parasit dan jamur dapat timbul selama pemberian obat antibiotika
bakteri dan obat immunosupresan, contohnya infeksi dari Candida albicans, Aspergillus
spp, Cryptococcus neoformans, Cryptosporidium.
4. Faktor Alat
Dari suatu penelitian klinis, infeksi nosokomial pertama disebabkan infeksi dari kateter
urin, infeksi jarum infus, infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan
septicemia. Pemakaian infuse dan kateter urin lama yang tidak diganti-ganti. Diruang
penyakit dalam diperkirakan 20-25% pasien memerlukan terapi infuse. Komplikasi
kanulasi intravena ini dapat berupa gangguan mekanis, fisis dan kimiawi.

2.5 Proses penularan Infeksi Nosokomial


1. Langsung : antara pasien dan personel yang merawat atau menjaga pasien.
2. Tidak langsung :
Obyek tidak bersemangat atau kondisi lemah.
Lingkungan menjadi kontaminasi dan tidak didesinfeksi atau sterilkan (sebagai contoh

perawatan luka pasca operasi).


Penularan cara droplet infection di mana kuman dapat mencapai ke udara.
Penularan melalui vector, yaitu penularan melalui hewan atau serangga yang membawa kuman.

Selain itu penularan infeksi nosokomial yaitu :

1. Penularan secara kontak


Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung, droplet. Kontak
langsung terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung dengan pejamu misalnya, person to
person pada penularan infeksi virus hepatitis A secara fecal oral. Kontak tidak langsung terjadi
apabila penularan membutuhkan perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda
mati tersebut telah terkontaminasi oleh infeksi, misalnya kontaminasi peralatan medis oleh
mikroorganisme.
2. Penularan melalui Common Vehicle
Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat menyebabkan
penyakit pada lebih dari satu pejamu. Adapun jenis-jenis common vihecle adalah darah / produk
darah, cairan intra vena, obat-obatan dan sebagainya.
3. Penularan melalui udara dan inhalasi
Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga dapat
mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui saluran pernafasan. Misalnya
mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas (staphylococcus) dan
tuberculosis.
4. Penularan dengan perantara vector
Penularan ini dapat terjadi secara eksternal dan internal. Disebut penularan secara eksternal bila
hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganisme yang menempel pada tubuh
vector misalnya shigella dan salmonella oleh lalat. Penularan secara internal bila
mikroorganisme masuk kedalam tubuh vector dan dapat terjadi perubahan secara biologis,
misalnya parasit malaria dalam nyamuk atau tidak mengalami perubahan biologis, misalnya
yersenia pestis pada ginjal.

Pencegahan
Cara paling efektif untuk mengurangi infeksi nosokomial adalah petugas rumah sakit diwajibkan
untuk mencuci tangan secara rutin. Selain itu, mereka diharapkan memakai kain dan sarung
tangan pelindung saat bekerja dengan pasien. Pihak rumah sakit juga diharapkan untuk
mengontrol dan mengawasi kualitas udara di dalam rumah sakit.

Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencegah penularan infeksi nosokomial
adalah:

Mencuci tangan. Mencuci tangan secara rutin adalah tindakan terpenting untuk
mencegah penularan infeksi nosokomial, karena mampu mengurangi risiko penularan
mikroorganisme kulit dari satu orang ke orang lainnya.

Kebersihan ruangan. Kebersihan permukaan ruangan rumah sakit terkadang


diremehkan, namun penting. Metode kebersihan modern mampu membasmi virus
influenza, gastroenteritis, bakteri MRSA secara efektif.

Sistem isolasi. Sistem isolasi berfungsi untuk mencegah penyebaran organisme penyakit
ke bagian lain di dalam rumah sakit. Khususnya diberlakukan pada pasien yang berisiko
menularkan infeksi mereka.

Sterilisasi alat medis. Para staf rumah sakit juga harus mensterilkan peralatan medis
dengan cairan kimia, radiasi ion, pengeringan, atau penguapan bertekanan, untuk
membunuh semua mikroorganisme.

Penggunaan sarung tangan. Selain mencuci tangan, penting bagi staf rumah sakit untuk
menggunakan sarung tangan. Supaya risiko penularan mikroorganise kulit semakin kecil.

Lapisan antimikroba. Untuk meminimalisir risiko berkembangnya bakteri, ada baiknya


memilih perabotan dari bahan yang bisa mengurangi risiko berkembangnya bakteri
seperti tembaga atau perak.

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan dari informasi yang saya dapat mengenai Infeksi Nosokomial di dunia, bahkan di
Indonesia dapat disimpulkan bahwa Infeksi Nosokomial ini sangat perlu dikendalikan dan harus
diprioritaskan agar bisa memutus rantai infeksi. Apabila tidak maka semakin banyak orang yang
akan menderita penyakit ini, menurunkan derajat kesehatan, dan juga infeksi nosocomial akan
mencemari citra rumah sakit.
Saran
1.

Rumah Sakit
Perlu adanya tim pengendalian Infeksi Nosokomial. Harus ada pengawasan ketat untuk
pemberian antibiotika, diadakan pemeriksaan kultur ruangan secara berkala, disediakan alat
kesehatan yang dibutuhkan diruang-ruang perawatan yang menunjang untuk kejadian Infeksi
Nosokomial

2.

Staff Kesehatan
Manajer Staff

harus mampu memberikan support system

kepada staff

pelaksana agar

pelayanan tetap berkualitas sesuai dengan instruksi kerja. Bagi supervisor harus selalu ikut
survey terhadap pencegahan Infeksi Nosokomial. Setiap staff hendaknya memotivasi diri sendiri
serta belajar mandiri dalam melakukan pekerjaan sesuai SOP yang ada dan meningkatkan
personal hygiene dan turut serta dalam menjaga sanitasi lingkungan secara profesional.
3.

Pengunjung
Kepada Pengunjung, terutama kepada keluarga terdekat dari pasien diharapkan kesadaran dari
dalam dirinya sendiri untuk tetap mematuhi semua peraturan yang ada di rumah sakit,
berperilaku hygiene dengan tidak meludah sembarangan, membuang sampah pada tempatnya,
menjaga kebersihan diri maupun lingkungan yang ada disekitar di rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Andreas Budi K, Sri Seiyarini, Syahirul Alim. Gambaran Ketaatan Perawatan Jalan Nafas dan
kejadian Infeksi Nosokomial Saluran Pernafasan di ICU Rs. X Yogyakarta. Jurnal di Internet.
2009. www.pdii.lipi.go.id

2.

Pengendalian Infeksi Nosokomial di RS Persahabatan, Jakarta. H. Thamrin Hasbullah.


1993.www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_082_infeksi_nosokomial_(i).pdf

3.

Prevention of hospital-acquired infections A practical guide 2nd edition World Health


Organization Department of Communicable Disease, Surveillance and
Response.2002.http://www.who.int/emc.

4.

Mardan Ginting. Infeksi Nosokomial dan Manfaar Pelatihan Keterampilan Perawat Terhadap
Pengendaliannya di Ruang RAwat Inap Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2001. www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_082_infeksi_nosokomial_(i).pdf

5.

Parhusip. Factor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Nosokomial serta


Pengendaliannya di BHG UPF Paru RS. Dr. Pirngadi?Lab. Penyakit Paru FKUSU. 1993.www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_082_infeksi_nosokomial_(i).pdf

6.

Djoko Roeshadi, Alit Winarti. Pengendalian Infeksi Nosokomial di RSUD Dr. Soetomo,
Surabaya. 1993. www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_082_infeksi_nosokomial_(i).pdf

7.

7. Teresa C. Horan, M.P.H. John W. White, Ph.D. William R. Jarvis, M.D. T. Grace Emori,
R.N., M.S. David H. Culver, Ph.D. Van P. Munn, B.S. Clyde Thornsberry, Ph.D. David R. Olson,
Ph.D. James M. Hughes, M.D. Hospital Infections Program Center for Infectious
Diseases.Nosocomial Infection Surveillance,
1984.www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/00001772.htm

8. LiaNatalia.Pseudomonasaeruginosa,

Penyebab

Infeksi

Nosokomial.

mikrobia

.files.

wordpress.com/2008/05/lia-natalia078114123.pdf
9. Hendro

Wahjono.

Peran

Mikrobiologi

Klinik

2007. eprints.undip.ac.id/320/1/Hendro_Wahjono.pdf

Pada

Penaganan

Penyakit

Infeksi.

Anda mungkin juga menyukai