Anda di halaman 1dari 75

Pembahasan Try Out

In House Tutorial UNSRAT


Dr. Khoirul A. Iriantoro

2. D. CAP
Tanda dan gejala pneumonia timbul <48 jam dari
waktu perawatan di RS
Didapat sebelum masuk RS (di komunitas)
Dx CAP, adanya infiltrat disertai min. 2 gejala:

Batuk progresif
Dahak purulen
Suhu >38
Leukositosis / leukopenia
Fisik: tanda konsolidasi, suara nafas bronkial, ronki

Ro: infiltrat, konsolidasi, air bronchogram (lusensi


pada bronkiolus yg tampak karena alveolus di
sekitarnya menjadi opak akibat inflamasi)

HCAP / Health Care Assoc Pneumoniae


Tinggal di panti / fasilitas ranap jangka panjang
Pasien hemodialisa / kemo (bolak balik ke RS)
Pernah dirawat di RS minimal 2 hari dalam waktu
3 bulan sebelum onset pneumonia

HAP / Hospital Acquired Pneumoniae


Terjadi setelah 48 jam di rawat di RS

VAP / Ventilator Acquired Pneumoniae


Terjadi setelah 48 jam pemasangan ventilator

4. C. Tipe C

8. A. SIRS

Bukti infeksi pada sepsis harus berupa tanda obyektif, misal


hasil pemeriksaan fisik (ronki, faring hiperremis), atau
penunjang (kultur, dll).

10. D. Membuang semua protein


darah dalam lambung
PECAHNYA VARISES ESOFAGUS (VE) PADA
SIROSIS HEPATIS
Protein dalam darah harus segera dibuang
karena dapat menjadi sumber ammonia tubuh
ensefalopati hepatikum

Talak Umum Pecahnya VE


ABC
Resusitasi cairan (NaCl/RL, koloid bila perlu)
Transfusi PRC setelah pemulihan cairan. Pertimbangkan FFP karena
defisiensi faktor pembekuan.
Bilas lambung dengan NaCl 0,9% untuk evakuasi darah mencegah
ensefalopati hepatikum.
Injeksi vit k & asam traneksamat untuk memperbaiki faal hemostasis
Pemberian antasid oral, sukralfat, & injeksi penyekat reseptor H2 dapat
diberikan untuk supresi asam lambung yang dapat melisis bekuan darah
Sterilisasi usus dengan neomisin & laktulosa oral serta tindakan dengan
klisma tingga untuk mencegah ensefalopai hepatik.
Pada awal perawatan, pasien dipuasakan (kecuali obat oral), realimentasi
segera setelah cairan lambung jernih & hemodinamik stabil.

Talak Khusus Pecahnya VE


Obat vasoaktif, seperti vasopresin,
somatostatin, dan octreotide.
Tamponade balon
Terapi endoskopik:
Skleroterapi,
Rubber band ligation

17. E. Endoskopi dalam 24 jam


Pasien meminum cairan kaustik (pemutih)
Perlu segera ditentukan apakah terjadi
perforasi atau tidak, karena hal tsb
menentukan talak selanjutnya.
Maka itu diperlukan endoskopi segera,

21. A. Nervus Optikus


Pasien ini mengalami Hemianopsia Dextra
Mata kanan tidak bisa melihat, sementara
mata kiri NORMAL
Defek visual terjadi di Nervus Optikus Dextra

25. A. Meningitis Viral


Dasar diagnosis:
Demam menggigil disertai nyeri kepala berat
Onset 3 hari lalu
Kaku kuduk (+), Brudzinski 1 (+)
LCS: Glukosa meningkat (N: 50-75 mg/dl), protein
normal (N: 15-40 mg/dl)

28. E. Cluster Headache


Nyeri kepala berat
Lokasi unilateral (orbita, supraorbita,
temporal)
Berlangsung 15-20 menit
Dapat muncul 1x-8x dalam sehari
Disertai injeksi konjungtiva, lakrimasi, kongesti
nasal, rinore, keringat, edema kelopak mata,
hingga ptosis

Tatalaksana Cluster Headache


Akut:

Oksigen
Triptan / Ergotamine
Ocreotide
Anastesi lokal (intranasal)

Preventif:

CCB (Verapamil)
Steroid
Litium karbonat
Blok nervus (dengan steroid atau anestetik)
Melatonin

30. E. Mild Cognitive Impairment


Pada MCI akan ditemukan:
Gangguan kognisi, namun tidak ada gangguan
long term memori.
Sering membuat keputusan yang salah
Aktivitas keseharian masih normal

Pada Pseudodementia akan ditemukan:


Gangguan kognisi
Gangguan memori

32. E. Bad Insight


Derajat tilikan diri:
1.
2.
3.
4.

Sangkal total
Ambivalensi
Salahkan faktor lain
Sadar bahwa dirinya sakit + butuh bantuan
namun tidak tahu penyebabnya
5. Sadar bahwa dirinya sakit + butuh bantuan +
tahu penyebabnya, namun perilakunya tetap
tidak sehat
6. Sadar penuh

35. C. Antiansietas
Gangguan ansietas ditandai dengan:
kecemasan (khawatir akan nasib buruk),
Sulit konsentrasi
ketegangan motorik,
gelisah, gemetar, renjatan
rasa goyah, sakit perut, punggung dan kepala
ketegangan otot, mudah lelah
Berkeringat
Insomnia

36. D. Skrofuloderma
Penjalaran perkontinuitatum dari organ dibawah
kulit yang terserang Tb (KGB, sendi, tulang)
Perjalanan penyakit:
Limfadenitis Tb: KGB membesar tanpa tanda radang
Periadenitis: Perlekatan kelenjar dengan jaringan
sekitar
Perlunakan Cold Abses Pecah
Fistel Memanjang, tidak teratur, pus
Sikatrik Skin bridge

37. C. Ektima
Salah satu jenis pioderma
Berupa ulkus superfisial dengan krusta
diatasnya KORENG / BOROK
Penyebabnya Streptococcus sp.
UKK: Krusta tebal, biasanya berwarna kuning.
Ketika krusta dikelupas, terdapat ulkus di
bawahnya.
Pengobatan: Antibiotik
Awam mengenalnya dengan Koreng

42. D. CT Scan Nasofaring


Diagnosis pasien ini Angiofibroma Juvenile, atas
dasar:
Sekret hidung bercampur darah
Massa pada kavum nasi
Usia muda

Tumor ini berasal dari kavum nasi posterior, dan


dapat meluas ke nasofaring, fossa
pterygopalatina, dan fossa infratemporal.
CT Scan untuk melihat ekstensi tumor

Tata laksana:
Reseksi dan kadang diperlukan radiasi untuk
kasus-kasus persisten
Reseksi meliputi rinotomi lateral dan maksilektomi
medial.

54. E. Pemberian bronkodilator + oksigen


Diagnosis pada pasien ini adalah Bronkiolitis, karena:
Usia <2tahun
Perkusi hipersonor, auskultasi mengi
Ro: gambaran hiperaerasi
Tanpa ada riwayat sesak sebelumnya
Tata laksana bronkiolitis yang utama ialah pemberian
oksigen.
Terapi tambahan lain yang dapat dipertimbangkan
menurut IDAI ialah bronkodilator / Steroid.
Antibiotik hanya diberikan jika memang terbukti ada
tanda infeksi sekunder.

71. D. Near Miss


Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian
akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang
dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi,
karena keberuntungan (misalnya,pasien terima suatu obat
kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan
(suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf
lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan),
dan peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan,
diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).

Adverse Event
Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD) merupakan suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan
pada pasien karena suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil (omission), dan
bukan karena underlying disease atau
kondisi pasien.

77. D. Kista ganglion


Kista ganglion merupakan tumor yang sangat sering muncul
pada tangan dan pergelangan tangan. Timbul pada daerah
yang berdekatan dengan sendi atau tendon.
Lokasi tersering: pergelangan tangan (top of the wrist)

78. D. Nonunion
Komplikasi setelah pemasangan ORIF
Early
Bengkak
Nyeri
Kaku sendi
Infeksi

Late delayed union, nonunion, malunion,


fibrous union, avascular necrosis

Delayed Union: Poor blood supply or infection.


Non-Union
Bone loss or wound contamination.
Type:
Atrophic non-union: Suplai darah kurang, tulang mengecil,
Radiologi: tampak atrofi tulang
Hypertrophic non-union: suplai darah cukup sehingga dapat
membentuk tulang baru, namun tidak menyatu akibat fiksasi yang
tidak baik, kedua fragmen tulang, sama-sama hipertrofik
(membesar
Oligotrophic non union: Posisi kedua fragmen tulang tidak baik
Malunion
Bone healed in a nonanatomic position
Can be angulated, rotated, or shortened
Fibrous Union
Improper immobilization

79. A. Expiratory Check Valve


Klasifikasi Jackson:
Sumbatan sebagian (bypass valve obstruction)
wheezing
Sumbatan seperti pentil / hambatan ekspirasi (exp
check valve) stridor inspirasi
Sumbatan seperti pentil / hambatan inspirasi (insp
check valve) stridor ekspirasi
Sumbatan total (stop valve) tidak terdengar
stridor

106. D. Angina Ludwig


Pada kasus ini sudah terdapat tanda selulitis
lokal (demam, PF teraba keras spt papan dan
trismus).
Abses Submandibula + tanda selulitis
LUDWIG ANGINA

113. C. Hiperparatiroid Primer

114. C. Amitriptilin

116. D. Pemberian Ca Gluconas

121. A. Dopamin

125. E.
Edema Paru Akut e.c STEMI
Klasifikasi Killip (derajat
keparahan):
1.
2.
3.
4.

Tidak ada gagal jantung


Suara S3 atau ronki basal
Edema pulmo
Syok kardiogenik

126. D.
Pasien ini mengalami ketoasidosis diabetik

135. D. Segera Dilakukan


Pasien ini mengalami katarak kongenital

Manajemen
Operasi Definitif
Harus segera dioperasi mencegah
ambliopia / deprivasi visual lainnya

137. C. Uveitis Anterior; 138. A. Sikloplegika

139. E. Hidradenitis Supuratif

152. E. Rencana imunisasi sesuai jadwal

156. B. tunda kehamilan, dan periksa 1 bulan Iagi


Dugaan infeksi TORCH dibuktikan melalui pemeriksaan darah
dengan pengukuran titer IgG, IgM, atau sekaligus keduanya.
Kalau IgM terdeteksi seminggu setelah infeksi akut dan menetap
selama bbrp minggu atau bulan, IgG bisa saja tidak muncul
sampai beberapa minggu kemudian setelah angka IgM
meningkat.
Bila diduga terinfeksi tetapi IgM negatif, maka pemeriksaan
laboratorium harus diulang 4 minggu kemudian, penting
dilakukan untuk memastikan adanya infeksi ataupun tidak. Bila
pada pemeriksaan ulang IgM tetap negatif, namun titer IgG
memperlihatkan kenaikan sebanyak 4 kali, kemungkinan yang
bersangkutan memang sedang terinfeksi.

159. A. Meningkatnya MSH

166. C; 167. B.
Patofis: Hidrops endolimfe pada koklea dan
vestibulum
Gejala: Trias Meniere (vertigo, tinitus, dan tuli
SN, terutama nada rendah). Serangan vertigo
pertama sangat berat. Serangan kedua, dst
dirasakan lebih ringan dan semakin mereda
Terapi: simtomatik (sedatif, antimuntah),
vasodilator perifer, shunt untuk menyalurkan
endolimfe

Hearing Loss Patof: Kerusakan Sel Rambut


Stereosilia
BPPV: Vertigo (dipengaruhi posisi), mualmuntah, nistagmus horizontal
Patof: Cupulolitiasis / Canalolitiasis

Meniere: Vertigo, Tinnitus, SNHL


Patof: Hidrops Endolimfe

Neuritis Vestibuler: Vertigo, Tinnitus


Patof: Peradangan sistem vestibuler

Labirinitis: Vertigo, SNHL


Patof: Infeksi perilimfe

171. B. OME

177. D. Sirosis Hepatis


Dekompensata
Secara klinis SirHep dibedakan menjadi 2
bentuk, bentuk laten dan dekompensata.
Laten: SGOT& SGPT, SGOT > SGPT, GGT
Dekompensata: SGOT, SGPT, ALP, GGT,
urobilinogen, hiperbilirubinemia, albumin

183. B. Katarak Hipermatur + Glaukoma Fakolitik

Glaukoma yang terjadi pada pasien ini ialah


glaukoma sekunder, penyebabnya ialah
katarak hipermatur.
Kelainan lensa dan glaukoma
Luksasi lensa anterior akibatkan gangguan
aliran cairan ke sudut bilik mata
Katarak imatur glaukoma fakomorfik
Katarak hipermatur glaukoma fakolitik (sudut
bilik mata anterior tertutup oleh bagian lensa yg
lisis)

186. D. Nervus Stapedius


Bells Palsy

Inervasi Nervus VII


Intracranial branches
Greater petrosal nerve - provides parasympathetic
innervation to several glands, including the nasal gland,
palatine gland, lacrimal gland, andpharyngeal gland. It
also provides parasympathetic innervation to the
sphenoid sinus, frontal sinus, maxillary sinus, ethmoid
sinus and nasal cavity.
Nerve to stapedius - provides motor innervation for
stapedius muscle in middle ear
Chorda tympani
Submandibular gland
Sublingual gland
Special sensory taste fibers for the anterior 2/3 of the
tongue.

Inervasi Nervus VII


Extracranial branches,
Distal to stylomastoid foramen, the
following nerves branch off the facial nerve:
Posterior auricular nerve - controls movements of some of the
scalp muscles around the ear
Branch to Posterior belly of Digastric muscle as well as the
Stylohyoid muscle
Five major facial branches (in parotid gland) - from top to bottom
(a helpful mnemonic being To Zanzibar By Motor Car):
Temporal branch of the facial nerve
Zygomatic branch of the facial nerve
Buccal branch of the facial nerve
Marginal mandibular branch of the facial nerve
Cervical branch of the facial nerve

190. D. Erupsi Akneiformis

192. D. Rujuk
Susp. Atresia Bilier, karena:
Ikterus muncul setelah minggu ke-3
Ikterus hingga tangan-kaki
ASI terus diberikan namun ikterik tak kunjung
hilang

Atresia bilier obstruksi aliran empedu


karena destruksi / hilangnya sebagian /
keseluruhan duktus biliaris.

Tipe atresia bilier:


Embrional (20% kasus)
Muncul bersama dengan anomali kongenital lain seperti
polisplenia, vena porta preduodenum, malrotasi usus,
situs inversus.
Ikterus dan faeces akolik sudah timbul pada 3 minggu
pertama kehidupan.

Perinatal (80% kasus)


Ikterus dan faeces akolik baru muncul pada minggu ke-2
hingga ke-4 kehidupan.

Laboratorium:
Peningkatan ALT/AST
Peningkatan GGT
Peningkatan alkali fosfatase

Diagnostik: USG
Terapi: Portoenterostomi (Kasai Procedure)
Komplikasi:
Progressive liver disease
Portal hypertension
Sepsis

Breastfeeding VS Breastmilk

193. B. Atresia Bilier tipe Perinatal


Tipe atresia bilier:
Embrional (20% kasus)
Muncul bersama dengan anomali kongenital lain
seperti polisplenia, vena porta preduodenum, malrotasi
usus, situs inversus.
Ikterus dan faeces akolik sudah timbul pada 3 minggu
pertama kehidupan.

Perinatal (80% kasus)


Ikterus dan faeces akolik baru muncul pada minggu ke2 hingga ke-4 kehidupan.

Laboratorium:
Peningkatan ALT/AST
Peningkatan GGT
Peningkatan alkali fosfatase

Diagnostik: USG
Terapi: Portoenterostomi (Kasai Procedure)
Komplikasi:
Progressive liver disease
Portal hypertension
Sepsis

Anda mungkin juga menyukai