PEDAHULUAN
1. Latar Belakang
Mikroba adalah kelompok jasad hidup berukuran kecil dengan kisaran ukuran sel
sekitar 0,1 -10 m ( 1 m = 10-6 m), meskipun ada suatu bakteri berukuran raksasa
sekitar 750
tingkat tinggi karena satu sel mikroba adalah satu individu, sedangkan pada jasad tingkat
tinggi (manusia, hewan, tumbuhan) satu individu terdiri atas banyak sekali sel. Mikroba
dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok besar, yaitu (1) prokaryot, (2) eukaryot, dan
(3) archea. Dalam bidang bioteknologi banyak digunakan adalah kelompok prokaryot
dan mikroba eukaryot, misalnya baktei Esherichia coli (prokaryot) dan khamir
Saccharomyces cerevisiae (mikroba eukaryot). (Yuwono, Triwibowo. 2006)
Makanan terfermentasi didefinisikan sebagai makanan hasil produksi yang
melibatkan peran esensial aktivitas mikroba dalam perubahan stabilitas, keamanan, dan
sifat sensoris yang dibutuhkan pada produk. Fermentasi adalah suatu proses terjadinya
perubahan kimia pada suatu substrat organik melalui aktivitas energi yang dihasilkan
mikroba. Perkembangan fermentasi diawali saat Pasteur melakukan penelitian mengenai
penyebab perubahan sifat bahan yang difermentasi, sehingga dihubungkan dengan
mikroorganisme dan akhirnya dengan enzim. Dan dilanjutkan oleh, Eduard Buchner,
pemenang Nobel Kimia tahun 1907, menunjukkan bahwa fermentasi dapat berlangsung
dalam larutan gula dengan menggunakan cairan yang diekstraksi dari sel sel khamir
yang telah mati.
Sehingga dalam pembuatan makalah ini, kami akan membahas contoh kegunaan
teknologi fermentasi apa saja yang dapat digunakan untuk mengolah bahan makanan.
2. Manfaat Pembuatan Makalah
a. Agar pembaca dapat menambah ilmu serta wawasan mengenai fermentasi dalam
pegolahan bahan makanan
b. Guna menambah ilmu serta wawasan aplikasi teknologi fermentasi dalam
pengolahan makanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PERANAN MIKROORGANISME DALAM
TEKNOLOGI FERMENTASI
arti
yang
berbeda
bagi
energi
industri, fermentasi mempunyai arti yang lebih luas, yang menggambarkan setiap proses
untuk menghasilkan produk dari pembiakan mikroorganisme. (Suprihatin, 2010)
Fermentasi bahan pangan adalah hasil kegiatan dari beberapa spesies mikroba
seperti bakteri, khamir dan kapang. Mikroba yang melakukan fermentasi dengan
memberikan hasil yang dikehendaki dapat dibedakan dari mikroba-mikroba penyebab
penyakit dan penyebab kerusakan. Mikroba fermentasi mendatangkan hasil akhir yang
dikehendaki, misalnya bakteri akan menghasilkan asam laktat, khamir menghasilkan
alkohol, kapang menghasilkan tempe (Muchtadi, 1989).
Bakteri Asam Laktat
Dari kelompok ini termasuk bakteri yang menghasilkan sejumlah besar asam laktat
sebagian hasil akhir dari metabolisme gula (karbohidrat). Asam laktat yang dihasilkan
dengan cara tersebut akan menurunkan nilai pH dari lingkungan pertumbuhannya dan
menimbulkan rasa asam. Ini juga menghambat pertumbuhan dari beberapa jenis
mikroorganisme lainnya. Dua kelompok kecil mikroorganisme dikenal dari kelompok ini
yaitu organisme-organisme yang bersifat hemofermentative dan heterofermentative.
positf berbetuk bulat yang terdapat secara berpasangan atau rantai pendek. Bakteri
ini berperan dalam perusakan larutan gula dengan produksi pertumbuhan dekstran
berlendir. Walaupun demikian, bakteri-bakteri ini merupakan jenis yang penting
dalam permulaan fermentasi sayuran dan juga ditemukan dalam sari buah, anggur,
dan bahan pangan lainnya.
4) Lactobacillus lactis, Lactobacilluc
acidophilus,
Lactobacillus
bulgaricis,
yang
termasuk
kelompok
ini
ditemukan
dalam
golongan
Propionibacterium berbentuk batang dan merupakan gram positif. Bakteri ini berperan
penting dalam fermentasi bahan pangan karena kemampuannya memfermentasi
karbohidrat dan juga asam laktat dan menghasilkan asam-asam propionat, asetat, dan
karbondioksida. Jenis-jenis ini penting dalam fermentasi keju Swiss.
Bakteri Asam Asetat
Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif dan ditemukan dalam golongan
Acetobacter sebagai contoh Acetobacter aceti. Metabolismenya lebih bersifat aerobik
(tidak seperti spesies tersebut di atas), tetapi peranannya yang utama dalam fermentasi
Dalam industri fermentasi diperlukan substart yang murah, mudah tersedia dan
efisien penggunaanya. Usaha selalu dilakukan untuk menemukan substart baru
yang lebiih mudarh dan lebih baik, tetapi kadang-kadang timbul masalah baru
dalam hal cara penyimpanannya, kemudahannya untuk disterilisasi atau komposisi
yang berbeda. Dalam industri fermentasi dimana produk-produknya juga dapat
dihasilkan secara sintetis atau dengan cara lainnya, pemilihan substrat merupakan
hal yang kritis. Sebagai contoh misalnya produksi asam-asam amino (glutamat,
lisin, metiamin, dan sebagainya) serta PST (Protein Sel Tunggal). Pemilihan
substrat untuk fermentasi produk-produk tersebut harus sedemikian rupa sehingga
harga produknya dapat bersaing dengan harga produk yang diproduksi dengan cara
lain.
b. Persyaratan Umum Substart Fermentasi
Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan substrat untuk fermentasi
adalah :
1) Tersedia dan mudah didapat.
2) Sifat fermentasi.
3) Harga dan faktor harga.
Substart untuk fermentasi harus tersedia sepanjang tahun. Substart yang
berasal dari limbah tanaman musiman tidak mudah didapat, terutama bila periode
pemanenannya pendek dan bahan tersebut mudah terkontaminasi dan menjadi
buruk. Substart yang baik untuk industri adalah relatif stabil dan dapat disimpan
selama beberapa bulan. Jika sebagai substrat digunakan bahan buangan atau limbah
suatu industri, mutu dan komposisinya sering bervariasi tergantung dari proses
yang digunakan sebelumnya.
c. Substart Sumber Karbon
Molase
Karbohidrat merupakan sumber energi tradisional dalam industri fermentasi.
Glukosa dan Sukrosa jarang digunakan sebagai satu-satunya sumber karbon karena
harganya mahal, sedangkan limbah industri gula yaitu molase merupakan sumber
karbohidrat termurah. Disamping mengandung sejumlah gula, molase juga
mengandung senyawa bernitrogen, vitamin dan elemen terbatas. Komposisi molase
bervariasi tergantung bahan mentah yang digunakan untuk produksi gula, misalnya
molase gula bit dan gula tebu. Perbedaan mutu molase juga dipengaruhi oleh
lokasi, kondisi iklim dan proses produksi pada masing-masing pabrik. Selain
molase, residu dari sakarifikasi pati yang terkumpul setelah kristalisasi gula juga
Minyak Nabati
Minyak nabati seperti minyak kedelai, minyak biji kapas dan minyak palem
digunakan sebagai substrat tambahan, yaitu ditambahkan kedalam medium dimana
karbohidrat merupakan sumber energi.
Metanol
Jika dilihat dari kandungan karbonnya, metanol merupakan substrat fermentasi
yang termurah, tetapi hanya dapat dipecah oleh beberapa bakteri dan khamir
Metanol sering digunakan sebagai substrat untuk produksi protein sel tunggal.
Produk-produk yang diproduksi dari fermentasi metanol misalnya asam sitrat dan
fumarat, valin, lysin dan threonin. Produksi asam sitrat oleh Aspergillus niger dapat
dirangsang dengan penambahan metanol. Metanol dapat diperoleh dari oksidasi
matana atau gas alam.
2.3 Keuntungan dan kerugian teknologi fermentasi
Keuntungan :
1) Nilai gizi lebih baik daripada bahan asalnya, karena terjadi pemecahan zat
makanan yang tidak dapat dicerna oleh manusia, misalnya serat akan diuraikan
oleh enzim yang dihasilkan oleh kapang. Mikroba akan memecah senyawa
kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana.
2) Makanan hasil fermentasi lebih mudah dikonsumsi.
3) Makanan hasilk fermentasi mempunyai citarasa yang lebih baik.
4) Beberapa hasil fermentasi seperti alcohol dan asam dapat menghambat
pertumbuhan mikroba patogen di dalam makanan.
Kerugian :
Kapang dengan miselianya masuk ke dalam makanan, sehingga tekstur berubah, dan
lebih permeabel terhadap air pengolahan. Kemungkinan terjadi keracunan, misalnya
keracunan karena mengkonsumsi tempe bongkrek. (lukman, 2011)
2.4 Contoh Pembuatan Keju Melalui Fermentasi Bakteri
Pembuatan keju adalah proses yang dilakukan untuk mengolah susu hingga
menjadi berbagai jenis keju. Pembuatan keju pada dasarnya sama walaupun ada
ratusan jenis keju yang diproduksi di seluruh dunia.Keju memiliki gaya dan rasa yang
berbeda-beda, tergantung jenis air susu yang digunakan, jenis bakteri atau jamur yang
dipakai
dalam
fermentasi,
lama
proses
fermentasi
maupun
penyimpanan
1) Pengasaman
Dalam pembuatan keju, setelah air susu diperoleh, susu kemudian di pasteurisasi.
Susu dipanaskan agar bakteri asam laktat, yaitu Streptococcus and Lactobacillus
dapat tumbuh. Bakteri-bakteri ini memakan laktosa pada susu dan merubahnya
menjadi asam laktat. Saat tingkat keasaman meningkat, zat-zat padat dalam susu
(protein kasein, lemak, beberapa vitamin dan mineral) menggumpal dan
membentuk dadih. Ada pula beberapa produsen yang membuat keju dari susu
mentah, dengan pemanasan 40 C berulang-ulang, namun banyak produsen
yang menyangsikan proses ini karena alasan higiene. Jika non-pasteurisasi susu
yang digunakan, keju harus dimatangkan (dengan cara diperam) paling sedikit
selama 60 hari pada suhu tidak kurang dari 4 C untuk memastikan keamanan
melawan organisme yang membahayakan (patogen). Pasteurisasi harus cukup
untuk membunuh bakteri yang dapat mempengaruhi kualitas keju, misalnya
coliforms, yang bisa membuat blowing (perusakan tekstur) lebih dini dan rasa
tidak enak. Pateurisasi reguler pada 72 73C selama 15 20 detik paling sering
dilakukan.
Meskipun demikian,
mikroorganisme
pembentuk
spora
(spore-forming
microorganism) yang dalam bentuk spora, tahan terhadap pasteurisasi dan dapat
menyebabkan masalah serius selama proses pematangan. Salah satu contohnya
adalah Clostridium tyrobutyricum, yang membentuk asam butirat dan volume gas
hidrogen yang besar dengan memfermentasi asam laktat. Gas ini menghancurkan
tekstur keju sepenuhnya (blowing), selain itu asam butirat juga tidak enak
rasanya. Perlakuan panas yang lebih sering akan mengurangi risiko seperti
tersebut di atas, tetapi juga akan merusak sifat-sifat umum keju yang terbuat dari
susu, sehingga digunakan cara lain untuk mengurangi bakteri tahan panas.
Secara tradisional, bahan-bahan kimia tertentu telah ditambahkan dalam susu keju
sebelum produksi. Hal ini untuk mencegah blowing dan perkembangan rasa
tidak enak yang disebabkan oleh bakteri tahan panas dan pembentuk spora
(terutama Clostridium tyrobutyricum). Bahan kimia yang paling sering digunakan
adalah sodium nitrat (NaNO3), tetapi pada produksi keju Emmenthal , hidrogen
peroksida (H2O2) juga digunakan. Meskipun demikian, karena penggunaan
bahan kimia telah banyak dikritik, maka cara mekanis untuk mengurangi jumlah
mikroorganisme yang tidak diinginkan telah diadopsi, terutama di negara-negara
dimana penggunaan inhibitor kimia dilarang.
2) Pengentalan
membantu
menghilangkan
air
berlebih,
mengeraskan
permukaan,
melindungi keju agar tidak mengering serta mengawetkan dan memurnikan keju
ketika memasuki proses maturasi.
4) Pematangan
Pematangan (ripening) adalah proses yang mengubah dadih-dadih segar menjadi
keju yang penuh dengan rasa.Pematangan disebabkan oleh bakteri atau jamur
tertentu yang digunakan pada proses produkso. Karakter akhir dari keju banyak
ditentukan dari jenis pematangannya. Selama proses pematangan, keju dijaga
agar berada pada temperatur dan tingkat kelembaban tertentu hingga keju siap
dimakan. Waktu pematangan ini bervariasi mulai dari beberapa minggu untuk
keju lunak hingga beberapa hari untuk keju keras seperti Parmigiano-Reggiano.
5) Teknik Khusus
Beberapa teknik dapat dilakukan sebelum proses pematangan untuk
mempengaruhi tekstur dan rasa akhir keju:
Peregangan (Stretching)
Keju yang sudah disusun lalu diadoni dalam air panas untuk menghasilkan tekstur
yang berserabut. Contoh keju yang melewati proses ini adalah keju Mozzarella
dan Provolone.
Cheddaring
Keju yang sudah dipotong kemudian ditumpuk untuk menghilangkan
kelembaban. Dadih tersebut lalu digiling untuk waktu yang cukup lama. Contoh
keju yang mengalami proses ini adalah keju Cheddar dan Keju Inggris lainnya.
Pencucian
Keju dicuci dalam air hangat untuk menurunkan tingkat keasamannya dan
menjadikannya keju yang rasanya lembut. Contoh keju melewati proses
pencucian adalah keju Edam, Gouda, dan Colby.
Pembakaran
Bagi beberapa keju keras, dadih dipanaskan hingga suhu 35 C (95 F)-56 C
(133 F) yang kemudian mengakibatkan butiran dadih kehilangan air dan
membuat keju menjadi lebih keras teksturnya. Proses ini sering disebut dengan
istilah pembakaran (burning). Contoh keju yang dipanaskan ulang adalah
Emmental, Appenzell dan Gruyer.
DAFTAR PUSTAKA
Suprihatin, 2010, Teknologi Fermentasi. Universitas Sebelas Maret, Jakarta
Yuwono, Triwibowo, 2006, Bioteknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Ebook Pangan, 2006. Proses dan Produk Fermentasi Pangan.
Lestari, Pembuatan Keju Melalui Fermentasi Bakteri. Askes online, 12 oktober 2015
pukul, 21:49 WIB. https://ptdiahlestari.wordpress.com/category/pembuatan-kejumelalui-fermentasi-bakteri/
Lukman, 2011. Keuntungan dan Kerugian Fermentasi. Askes online, 13 Oktober 2015.
Pukul 21: 25 WIB. http://luqmanmaniabgt.blogspot.co.id/2011/11/keuntungan-dankerugian-fermentasi.html