Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

ATELEKTASIS

Disusun Oleh :
Erika Anggraini
110 2011 088

Konsulen Pembimbing
dr. Ida Widayanti, Sp. Rad

Kepaniteraan Klinik Bag. Departemen Radiologi


Periode Juli Agustus 2016
RSUD dr. Dradjat Prawiranegara, Serang
0

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan referat dengan judul ATELEKTASIS untuk memenuhi tugas
Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Dr. Drajat Prawiranegara Serang.
Penulis menyadari sepenuhnya, dalam penyusunan referat ini masih jauh dari
sempurna, tetapi penulis mencoba untuk memberikan yang terbaik dengan segala
keterbatasan yang penulis miliki. Dalam kesempatan kali ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr. Ida Widayanti, Sp. Rad dan dr.
Indra Kelana, Sp. Rad Selaku perceptor yang telah bersedia meluangkan waktunya
untuk membimbing penulis selama mengikuti kepaniteraan klinik radiologi.
Kritik dan saran penulis harapkan guna memperoleh hasil yang lebih baik
dalam menyempurnakan referat ini. Semoga referat ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Serang, Agustus 2016
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang
Istilah atelektasis berasal dari bahasa yunani, ateles dan ektasis, yang
berarti pengembangan tidak sempurna. Atelektasis merupakan suatu keadaan
dimana sebagian atau seluruh paru tidak dapat berkembang secara sempurna,
hal ini mengakibatkan udara dalam alveoli akan berkurang atau menghilang
sama sekali pada bagian yang tidak berkembang tersebut atau sering juga
disebut kolaps paru (lung collaps).1
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru-paru yang tidak
sempurna dan menerangkan arti bahwa alveolus pada bagian paru-paru yang
terserang tidak mengandung udara dan kolaps. Penyebab tidak masuknya udara
ke dalam paru disebabkan oleh sumbatan lumen saluran pernafasan maupun
terhimpit dari luar yang mengakibatkan tertutupnya saluran pernafasan. 1,2
Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru. Kolaps ini
dapat meliputi sub segmen paru atau seluruh paru. Stenosis dengan
penyumbatan efektif dari suatu bronkus lobar mengakibatkan atelektasis
(kolaps) dari suatu lobus, dan radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang
homogen dengan tanda pengempisan lobus. 3

BAB II
2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Anatomi dan Fisiologi Paru


Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan terletak dalam
rongga dada atau toraks. Jaringan paru terdiri dari serangkaian saluran napas yang
bercabang-cabang, yaitu alveolus, pembuluh darah paru, dan sejumlah besar
jaringan ikat elastik. Satu-satunya otot di dalam paru adalah otot polos di dinding
arteriol dan bronkiolus. Tidak terdapat otot di dalam dinding alveolus yang dapat
menyebabkan alveolus mengembang atau menciut selama proses bernapas.
Perubahan volume paru ditimbulkan oleh perubahan dimensi-dimensi toraks. 2

Dinding toraks dibentuk oleh dua belas pasang iga yang melengkung dan
menyatu di sternum di sebelah anterior dan vertebra torakalis di posterior.
Diafragma, yang membentuk dasar (lantai) rongga toraks, adalah lembaran besar
otot rangka berbentuk kubah yang memisahkan secara total rongga toraks dari
rongga abdomen. Diafragma hanya di tembus oleh esofagus dan pembuluh darah
yang melintas di antara rongga toraks dan-abdomen. Rongga toraks ditutup di
daerah leher oleh otot-otot dan jaringan ikat. Satu-satunya komunikasi ( antara
toraks dan atmosfer adalah melalui saluran pernapasan ke dalam alveolus. Seperti
paru, dinding dada mengandung sejumlah besar jaringan ikat elastik.2,4

Alveolus adalah kantung udara berdinding tipis, dapat mengembang, dan


berbentuk seperti anggur yang terdapat di ujung percabangan saluran pernapasan.
Dinding alveolus terdiri dari satu lapisan sel alveolus Tipe I yang gepeng.
Jaringan padat kapiler paru yang mengelilingi setiap alveolus juga hanya setebal
satu lapisan sel. Ruang interstisium antara alveolus dan jaringan kapiler di
sekitarnya membentuk suatu sawar yang sangat tipis, dengan ketebalan hanya 0,2
m yang memisahkan udara di dalam alveolus dan darah di dalam kapiler paru.
(Selembar kertas minyak tipis untuk menjiplak yang tebalnya lima puluh kali
dibandingkan ketebalan sawar udara-ke-darah ini.) Ketipisan sawar tersebut
mempermudah pertukaran gas. 2,4
Selain itu, pertemuan udara-darah di alveolus membentuk permukaan yang
sangat luas untuk pertukaran gas. Di paru terdapat sekitar 300 juta alveolus,
masing-masing bergaris tengah sekitar 300 m (1/3 mm). Sedemikian padatnya
jaringan kapiler paru, sehingga setiap alveolus dikelilingi oleh suatu lapisan
darah yang hampir kontinu. Dengan demikian, luas permukaan total yang
terpajan antara udara alveolus dan darah kapiler paru adalah sekitar 75 meter
persegi (seukuran lapangan tenis). Sebaliknya, apabila paru terdiri dari hanya
sebuah ruang berongga dengan ukuran sama dan tidak terbagi-bagi menjadi
satuan-satuan alveolus yang sangat banyak tersebut, luas permukaan totalnya
hanya akan mencapai 1/100 meter persegi. 2,4
Di dinding alveolus terdapat pori-pori Kohn berukuran kecil yang
memungkinkan aliran udara antara alveolus-alveolus yang berdekatan, suatu
proses yang dikenal sebagai ventilasi kolateral. Saluran-saluran ini penting untuk
mengalirkan udara segar ke suatu alveolus yang salurannya tersumbat akibat
penyakit. Terdapat kantung tertutup berdinding ganda, yang disebut kantung
pleura, yang memisahkan tiap-tiap paru dari dinding toraks dan struktur di
sekitarnya. Permukaan pleura mengeluarkan cairan intrapleura encer, yang
membasahi permukaan pleura sewaktu kedua permukaan saling bergeser satu
sama lain saat gerakan bernapas.2,4

2.2.

Definisi Atelektasis
Atelektasis adalah keadaan ketika sebagian atau seluruh paru mengempis atau
tidak mengandung udara. Tidak adanya udara didalam paru terjadi karena seluruh
pernafasan tersumbat sehingga udara dari bronkus tidak dapat masuk kedalam
alveolus, sedangkan udara yang sebelumnya berada di alveolus diserap habis oleh
dinding alveolus yang banyak mengandung kapiler darah.2

2.3 Etiologi Atelektasis


Ateleksasis dapat disebabkan oleh berbagai macam kelainan disekitar paru,
yaitu :5,6
1. Penyumbatan/obstruksi pada bronkus
Penyumbatan dapat terjadi secara intrinsik (tumor pada bronkus, benda
asing, cairan sekresi yang massif) ataupun penyumbatan pada bronkus
akibat penekanan dari luar bronkus (tumor di sekitar bronkus,ataupun
pembesaran kelenjar limfe)
2. Tekanan ekstra pulmoner
Biasa diakibatkan oleh karena pneumothoraks, adanya cairan pleura,
peninggian diafragma, herniasi organ abdomen ke rongga thoraks,dan
tumor intra thoraks tapi ekstra-pulmoner (tumor mediastinum)
3. Paralisis atau paresis gerakan pernafasan
Hal ini akan menyebabkan perkembangan paru yang tidak sempurna,
misalnya pada kasus poliomyelitis, dan kelainan neurologil kalinnya.
Gerak

napas

yang

terganggu

akan

mempengaruhi

kelancaran

pengeluaran sekret dalam bronkus dan akhirnya akan memperberat


keadaan atelektasis. Hambatan gerakan pernafasan oleh kelainan pleura
atau trauma thoraks yang menahan rasa sakit. Keadaan ini juga akan
menghambat pengeluaran sekret bronkus yang dapat memperhebat
terjadinya atelektasis.
4. Adhesif atelectasis
Hal ini merujuk pada atelektasis non-obstruktif, dapat terjadi apabila
permukaan luminal dinding alveoli melekat satu dengan lain.
5

Merupakan komponen penting pada khususnya respiratory distress


syndrome pada bayi baru lahir (HMD), dan emboli paru, namun dapat
pula terjadi akibat pneumoitis akibat radiasi.
5. Sikatriks atelectasis
Merupakan akibat utama dari fibrosis dan pembentukan jaringan parut
(infiltrasi) di dalam ruang intraalveolar dan intersisialis (pneumonitis
intersisialis), umumnya berhubungan dengan tuberkulosis paru.
2.4 Patofisiologi Atelektasis
Terdapat tiga mekanisme yang dapat menyebabkan atau memberikan
kontribusi terjadinya atelektasis, diantaranya adalah:

Obstruksi saluran

pernapasan, kompresi jaringan parenkim paru pada bagian ekstratoraks,


intratoraks, maupun proses pada dinding dada , penyerapan udara dalam alveoli,
dan gangguan fungsi dan defisiensi surfaktan. Ketiga penyebab ini dapat
menjelaskan dasar fisiologis penyebab atelektasis.2
1. Atelektasis Resorpsi
Terjadi akibat adanya udara di dalam alveolus. Apabila aliran masuk udara
ke dalam alveolus dihambat, udara yang sedang berada di dalam alveolus
akhirnya berdifusi keluar dan alveolus akan kolaps.2

Penyumbatan aliran udara biasanya akibat penimbunan mukus dan


obstruksi aliran udara bronkus yang mengaliri suatu kelompok alveolus
tertentu. Setiap keadaan yang menyebabkan akumulasi mukus, seperti :
fibrosis kistik, pneumonia, atau bronkitis kronik yang meningkatkan resiko
atelektasis resorpsi. Obstruksi saluran napas menghambat masuknya udara ke
6

dalam alveolus yang terletak distal terhadap sumbatan. Udara yang sudah
terdapat dalam alveolus tersebut diabsorpsi sedikit demi sedikit ke dalam
aliran darah dan alveolus menjadi kolaps.4
Atelektasis absorpsi dapat disebabkan oleh obstruksi bronkus intrinsik
atau ekstrinsik. Obstruksi bronkus intrinsik paling sering disebabkan oleh
sekret atau eksudat yang tertahan. Tekanan ekstrinsik pada bronkus biasanya
disebabkan oleh neoplasma, pembesaran kelenjar getah bening, aneurisma
atau jaringan parut. Tirah baring yang lama setelah pembedahan
meningkatkan resiko terbentuknya atelektasis resorpsi karena berbaring
menyebabkan pengumpulan sekret mukus di daerah dependen paru sehingga
ventilasi di daerah tersebut berkurang. Akumulasi mukus meningkatkan resiko
pneumonia karena mukus dapat berfungsi sebagai media perkembangbiakan
mikroorganisme. Atelektasis resorpsi juga dapat disebabkan oleh segala
sesuatu yang menurunkan pembentukan atau konsentrasi surfaktan. Tanpa
surfaktan tegangan permukaan alveolus sangat tinggi, meningkatkan
kemungkinan kolapsnya alveolus. 4,7
2. Atelektasis Kompresi
Terjadi bila rongga pleura sebagian atau seluruhnya terisi dengan
eksudat,darah, tumor,atau udara. Kondisi ini ditemukan pada pneumotoraks,
efusi pleura, atau tumor dalam toraks. Keadaan ini terjadi ketika sumber dari
luar alveolus menimpakan gaya yang cukup besar pada alveolus sehingga
alveolus menjadi kolaps.

Atelektasis tekanan lebih jarang terjadi dibandingkan dengan atelektasis


absorpsi. Bentuk atelektasis kompresi biasanya dijumpai pada penyakit payah
jantung, penyakit peritonitis atau abses diafragma yang dapat menyebabkan
7

diafragma terangkat keatas dan mencetuskan terjadinya atelektasis. Pada


atelektasis kompresi diafragma bergerak menjauhi atelektasis.4
3. Atelektasis Kontraksi
Terjadi akibat perubahan perubahan fibrotik jaringan parenkim paru lokal
atau menyeluruh, atau pada pleura yang menghambat ekspansi paru secara
sempura. Atelektasis kontraksi bersifat irreversible.8

4. Mikroatelektasis
Mikroatelektasis (atelektasis adhesive) adalah berkurangnya ekspansi
paru-paru yang disebabkan oleh rangkaian peristiwa kompleks yang paling
penting

yaitu

hilangnya

surfaktan.

Surfaktan memilki

phospholipid

dipalmitoyl phosphatidylcholine yang mencegah kolaps paru dengan


mengurangi tegangan permukaan alveolus. Berkurangnya produksi atau
inaktivasi surfaktan, keadaan ini biasanya ditemukan pada NRDS (Neonatal
Respiratory Distress Syndrome), ARDS (Adult Respiratory Distress
Syndrome), dan proses fibrosis kronik.9

2.5 Klasifikasi Atelektasis


Berdasarkan lokasi Atelektasi dapat dibagi menjadi :
1. Atelektasis lobaris bawah: bila terjadi dilobaris bawah paru kiri, maka akan
tersembunyi dibelakang bayangan jantung dan pada foto thorak PA hamya
memperlihatkan diafragma letak tinggi.
2. Atelektasis lobaris tengah kanan (right middle lobe). Sering disebabkan
peradangan atau penekanan bronkus oleh kelenjar getah bening yang
membesar.
3. Atelektasis lobaris atas (upper lobe): memberikan bayangan densitas tinggi
dengan tanda penarikan fissure interlobaris ke atas dan trakea ke arah
atelektasis.
4. Atelektasis segmental: kadang-kadang sulit dikenal pada foto thoraj PA, maka
perlu pemotretan dengan posisi lain seperti lateral, miring (obligue), yang
memperlihatkan

bagian

uang

terselubung

dengan

penarikan

fissure

interlobularis.
5. Atelektasis lobularis (plate like/atelektasis local). Bila penyumbatan terjadi
pada bronkus kecil untuk sebagian segmen paru, maka akan terjadi bayangan
horizontal tipis, biasanya dilapangan paru bawah yang sering sulit dibedakan
dengan proses fibrosis. Karena hanya sebagian kecil paru terkena, maka
biasanya tidak ada keluhan.

2.6 Manifestasi Klinis Atelektasis


Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas
yang ringan. Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami gejala
sama sekali, walaupun banyak yang menderita batuk-batuk pendek. Gejalanya bisa
berupa:
gangguan pernafasan
nyeri dada
batuk
Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung,
kadang-kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).
Gejala klinis sangat bervariasi, tergantung pada sebab dan luasnya atelektasis.
Pada umumnya atelektasis yang terjadi pada penyakit tuberculosis, limfoma,
neoplasma, asma dan penyakit yang disebabkan infeksi misalnya bronchitis,
bronkopmeumonia, dan pain-lain jarang menimbulkan gejala klinis yang jelas,
kecuali jika ada obstruksi pada bronkus utama. Jika daerah atelektsis itu luas dan
terjadi sangat cepat akan terjadi dipsneu dengan pola pernapasan yang cepat dan
dangkal, takikardi dan sering sianosis, temperatur yang tinggi, dan jika berlanjut akan
menyebabkan penurunan kesadaran atau syok. Pada perkusi redup dan mungkin pula
normal bila terjadi emfisema kompensasi. Pada atelektasis yang luas, atelektasis yang
melibatkan lebih dari satu lobus, bising nafas akan melemah atau sama sekali tidak
terdengar, biasanya didapatkan adanya perbedaan gerak dinding thorak, gerak sela iga
dan diafragma. Pada perkusi mungkin batas jantung dan mediastinum akan bergeser,
letak diafragma mungkin meninggi.2,4,8

2.7 Diagnosis Atelektasis


Diagnosis atelektasis ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda yang didapatkan, serta
pemeriksaan radiografi .
Gambaran Klinis

10

Sebagian besar berhubungan dengan kelainan yang mendasarinya, sebagian tampak


seperti keadaan normal, namun pada sejumlah kasus, terutama kasus akut dapat
berupa :5,8
1. Batuk non produktif
2. Nyeri dada
3. Sianosis
4. Hipotensi
5. Takikardi
6. Demam
7. Syok
Pemeriksaan Fisik5
1. Inspeksi : tampak cekungan atau bagian yang tertinggal pada daerah yang sakit
2. Palpasi : penurunan fremitus, trakea, dan jantung mengalami shift ke daerah
yang sakit
3. Perkusi : suara lebih redup
4. Auskultasi : menghilangnya bunyi nafas.
Pemeriksaan Penunjang
Foto radiografi dada digunakan untuk konfirmasi diagnosis. CT scan digunakan untuk
memperlihatkan

lokasi obstruksi. Foto radigrafi dada dilakukan dengan

menggunakan proyeksi anterior-posterior dan lateral untuk mengetahui lokasi dan


distribusi atelektasis. Pada foto thoraks dan CT-Scan yang menunjukkan tanda-tanda
atelektasis dapat bersifat langsung maupun tidak langsung, seperti tertera di bawah
ini: 2,5,8
Direct Sign :

Indirect Sign :

Vascular crowding

Peningkatan

densitas

Pergeseran hilus

Pergeseram mediastinum ke

(opasifikasi)

Berpindahnya
Paru

arah paru yang kollaps.


posisi

Fisura

Perubahan Volume paru

Diagfragma terangkat secara


ipsilateral pada hemitoraks

Penyempitan ICS
11

Radiologi Konvensial
Pemeriksaan rontgen thoraks adakalanya dapat memberikan petunjuk untuk
mendiagnosis atelektasis. Bentuk-bentuk kolaps pada atelektasis secara klinis dan
radiologi, sebagai berikut:

12

13

Kolaps lobus paru. Tampak variasi perpindahan fisura. Warna hitam dan
panah merupakan posisi kolap. A) Kolap lobus superior kanan, B) Kolap lobus
medial kanan, C) Kolap lobus inferior kanan, D) Kolap lobus superior kiri, E) Kolap
lobus inferior kiri10
Kolaps paru menyeluruh
Opasifikasi hemithoraks
Pergeseran mediastinum ke sisi yang terkena (membedakan atelektasis

Kolaps

dari efusi pleura massif)


Hiperinflasi kompensasi pada paru kontralateral
Diafragma terangkat

lobus
pada

kanan atas10
Penurunan volume
lobus kanan atas

paru
14

Peningkatan densitas pada bagian kanan atas paru disebabkan oleh

kolapsnya lobus kanan atas


Penurunan volume menyebabkan trakea tertarik ke arah kanan dan fisura

horizontal bagian lateral tertarik ke atas


Peninggian letak hilus sebelah kanan, dimana terlihat gambaran hilus

sebelah kanan sejajar dengan sebelah kiri


Elevasi hemidiafragma kanan (Juxtaphrenic peak)
Kolaps lobus kanan atas paru jarang disebabkan oleh penyumbatan mukus
atau benda asing, sehingga dapat dicurigai adanya proses keganasan pada
bronkhus sisi kanan

Kolaps lobus tengah kanan


Lobus tengah kanan lebih rentan terhadap atelektasis disebabkan oleh

diameter bronkus yang lebih sempit.


Fisura horizontal dan bagian bawah dari fisura obliq bergerak saling
mendekati satu sama lain. Hal ini lebih mudah dinilai dengan pemeriksaan

radiologi dengan posisi lateral.


Dapat menyebabkan elevasi pada hemidiafragma kanan
Proyeksi Lordotik AP memperlihatkan pergeseran fisura.

15

Kolaps lobus bawah kanan10


Opasitas terlihat pada proyeksi frontal
Perubahan posisi fisura
Trachea deviasi ke arah kanan
Penurunan volume pada hemithoraks kanan, dibandingkan dengan

hemithoraks kiri
Mediastinum tertarik ke arah kanan
Gambaran mediastinal wedge (densitas berbentuk segitiga di sudut
costovertebral)

16

This
shows
the
no
le ft,
loss

Mediastinal
Wedge

the

chest X-ray
tracheal
deviation to
right. There is
pleural
effusion on the
and there is
overall volume
of the right
hemithorax,
compared with
left. The
mediastinum

is therefore PULLED to the right.


Bronchoscopy showed a cancer occluding the right lower
lobe bronchus. The X-ray shows right lower lobe collapse
(ringed). Although the mass itself is not seen clearly,
collapse of a lung lobe in an adult should raise the
suspicion of a malignant process.

Kolaps lobus kiri atas10


Terlihat jelas pada proyeksi frontal
Trakhea deviasi ke arah kiri
Bayangan kanan jantung tidak jelas (menandakan mediastinum berdegeser

ke kiri)
Penurunan volume pada hemithoraks kiri

17

Veil like, opasifikasi pada hemithorax kiri menutupi bayangan jantung

kiri (karakteristik kolaps lobus kiri atas)


Luftsichel sign (Air crescent sign), volume lobus kiri bawah meningkat
sebagai kompensasi dari penurunan volume hemithoraks kiri, dapat
terlihat membungkus sisi medial dari lobus kiri atas yang kolaps

VV

Kolaps lobus kiri bawah10


Trachea deviasi ke arah kiri
Double left heart border (sail sign), batas kedua bayangan jantung
disebabkan oleh peningkatan densitas pada paru kiri bawah yang kolaps

18

Secara singkat, tanda-tanda radiografi adanya kolap lobaris adalah dengan singkatan
HE DROVE ME, yaitu:11
Hilar displacement (pergeseran hilus)
Elevated hemidiaphragm (Elevasi hemidiafragma)
Displaces fissura (Pergeseran fisura)
Rib crowding (Costae yang merapat)
Opacity of lung tissue (Opasitas pada jaringan paru)
Vascular and bronchial stretching in non collapsed lobes (Vaskular dan bronkhial
yang melurus pada lobus yang tidak kolaps)
Emphysema (Emfisema sebagai kompensasi lobus yang tidak kolaps)
Mediastinal shift (pergeseran mediastinum)
CT Scan
Radiografi

konvensional pada umumnya

cukup untuk mendiagnosis atlektasis

lobaris ataupun atelektasis komplit. Namun, dalam beberapa situasi, temuan


radiografi konvensional mungkin memiliki kesulitan untuk mendiagnosis ketika
terdapat cairan pleura bersamaan dengan adanya massa yang besar, maka dari itu
computed tomography (CT) scan adalah pencitraan yang dapat digunnakan untuk
kasus seperti ini. CT scan digunakan untuk menilai atelektasis obstruktif, dan juga
membantu dalam mengevaluasi mediastinum, dinding dada, hilus, pleura, dan paruparu yang berdekatan. Efusi pleura, massa pleura, paru-paru atau massa yang besar
dapat membatasi kegunaan radiografi konvensional dalam mendiagnosis atelektasis.
Bila terdapat gambaran radiopak pada daerah basal paruatau hemithorax, dan tandatanda atelektasis tidak jelas untuk menentukan gambaran tersebut, dalam hal ini CTscan berperan besar.5
Hal-hal utama yang terlihat pada CT scan pada atelektasis lobaris adalah:
Penyempitan irreguler atau oklusi bronkus pada atelektasis lobaris obstruktif
Lobus menjadi seperti pie shaped bukan hemispherical pada cross sectional
19

Proyeksi lobus dapat berbentuk V atau V shaped pada daerah apeks paru

pada bronkus yang terkena


Gambaran radioopak yang meningkat pada seluruh lobus
Gambaran massa yang menghasilkan tonjolan pada celah atau fisura
Pola dari kolaps dipengaruhi oleh perlekatan pleura sebelumnya dan cairan

atau udara di ruang pleura.


Kemungkinan terdapat infiltrasi pada seluruh lobus oleh tumor, memberikan
gambaran lobular (bulat) daripada berbentuk seperti baji (wedge-shape)

Contoh CT Scan dari kolaps lobus kiri atas paru10:

Disebabkan oleh oklusi bronkus pad lobus kiri atas (panah putih)
Penurunan volume pada hemithorax kiri
Mediastinum deviasi ke arah kiri

2.8 Diagnosis banding Atelektasis


1. Pneumonia lobaris
Pneumonia adalah bayangan opak rongga udara pada suatu lobus paru.
Rongga udara alveolar terisi dengan eksudat inflamatorik, sementara bronkus
dan bronkiolus tetap terbuka. Pola yang harus dikenali adalah bayangan opak
lobus paru dengan adanya air bronchogram yang tampak seperti cabang pohon
yang tidak berdaun. Air bronchogram adalah udara yang terdapat pada
percabangan bronkus yang dikelilingi oleh bayangan opak rongga akibat
proses peradangan. Ketika terlihat adanya air bronchogram, hal ini bersifat
diagnostik untuk pneumonia.
Pada pneumonia tidak terdapat penambahan ataupun pengurangan volume
paru, hal ini dapat membedakan pneumonia dengan atelektasis dimana terjadi
tarikan pada sisi yang sakit dan efusi pleura dimana terjadi pendorongan
20

mediastinum ke sisi yang sehat. Hal ini berguna untuk menegakan diagnosis
terutama untuk membedakan atelektasis masif, pneumonia dan efusi pleura
masif.
Foto thoraks proyeksi PA
Tampak gambaran perselubungan tidak homogen pada lobus atas sebelah kanan
dengan gambaran air bronchogram.

2. Efusi pleura masif


Cairan pleura pertama kali
dideteksi di sudut kostoprenikus
dan rongga pleura subpulmonal.
Cairan
radiologis,

terdeteksi
jika

secara

kemunginan

terdapat cairan lebih dari 250 ml. Untuk menegakkan diagnosis, foto thoraks
dekubitus akan mendeteksi pengumpulan subpulmonal.
Jika pada rontgen dada ditemukan adanya daerah radioopak atau putih pada
basal paru, maka dapat dipikirkan kemungkinan adanya efusi pleura,
konsolidasi, peninggian hemidiafragma dan atelektasis paru.
Berdasarkan radiografi dada :
1. Adanya gambaran radioopak luas yang homogen terlihat pada hemithoraks.
2. Lihatlah batas atas radioopak. Perhatikan bahwa batas tersebut naik ke atas
lateral membentuk meniskus (cekung). Ini adalah akibat pengumpulan cairan
pada rongga pleura.
3. Terdapat pergeseran mediastinum dan bergeser manauhi sisi lesi.
4. Sudut costophrenicus tumpul atau menghilang.
5. Kadang-kadang efusi pleura lebih jelas diinterpretasikan pada pandangan
lateral.

21

3. Pancoast tumor (tumor sulcus apical)


Tumor yang terdapat di apeks paru sulit untuk dideteksi. Petunjuk
diagnosis adalah adanya erosi atau destruksi tiga kosta pertama dan adanya
suatu penonjolan yang cembung di sebelah inferior tepi massa. Proyeksi apeks
atau lordotik sangat bermanfaat untuk memperlihatkan daerah ini. Pasien
mungkin mengeluhkan rasa nyeri yang menjalar ke lengan akibat terkenanya
pleksus brakialis dan atau terkenanya jaras simpatik denga sindrom horner
pada pemeriksaan klinisnya.

2.9 Terapi Atelektasis


Tujuan utama dari pengobatan adalah untuk mengeluarkan dahak dan kembali
mengembangkan jaringan paru yang kolaps. Terapi bisa dimulai dengan fisioterapi
thoraks agresif, tetapi mungkin memerlukan bronkoskopi untuk melepaskan
22

sumbatan pada paru dan reekspansi segmen paru yang kolaps. Jika penyebab
atelektasis adalah obstruksi parsial, maka langkah pertama adalah menghilangkan
obstruksinya. Sebuah benda asing dapat dihilangkan dengan cara membuat pasien
batuk, dengan suction, dan bronkoskopi. Sumbatan lendir dapat di dilakukan dengan
cara 'drainase postural', yaitu cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru
dengan mempergunakan gaya berat dan sekret itu sendiri. Drainase postural dapat
dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran nafas dan
mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi ateletaksis. Selain itu, pasien
juga dianjurkan untuk berbaring pada sisi normal sehingga paru-paru yang kolaps
mendapat kesempatan untuk kembali berkembang. Pasien dapat melakukan
pernapasan yang dalam dengan tujuan agar paru dapat mengembang. Dalam kasus
atelektasis yang dikarenakan oleh pengumpulan cairan di rongga pleura dilakukan
drainase interkostalis. Jika alveoli mengalami kompresi karena beberapa tumor di
rongga dada, maka pengangkatan tumor dengan operasi harus dilakukan. Tetapi jika
jaringan paru-paru yang rusak diperbaiki dan tidak dapat dikembalikan secara normal
maka satu-satunya jalan untuk jenis atelektasis adalah lobektomi.2
2.10
1.

Komplikasi Atelektasis
Pnemonia. Keadaan ini diakibatkan oleh berkurangnya oksigen dan
kemampuan paru untuk mengembang sehingga secret mudah tertinggal dalam
alveolus dan mempermudah menempelnya kuman dan mengakibatkan

2.

terjadinya peradangan pada paru.


Hypoxemia dan gagal napas. Bila keadaan atelektasis dimana paru tidak
mengembang dalam waktu yang cukup lama dan tidak terjadi perfusi ke
jaringan sekitar yang cukup maka dapat terjadi hypoxemia hingga gagal napas.
Bila paru yang masih sehat tidak dapat melakukan kompensasi dan keadaan

3.

hipoksia mudah terjadi pada obstruksi bronkus.


Sepsis. Hal ini dapat terjadi bila penyebab atelektasis itu sendiri adalah suatu
proses infeksi, dan bila keadaan terus berlanjut tanoa diobati maka mudah
terjadi sepsis karena banyak pembuluh darah di paru, namun bila keadaa segera
ditangani keadaan sepsis jarang terjadi.
23

4.

Bronkiektasis. Ketika paru paru kehilangan udara, bentuknya akan menjadi


kaku

dan

mengakibatkan

dyspnea,

jika

obstruksi

berlanjut

dapat

mengakibatkan fibrosis dan bronkiektasis.2


2.11

Prognosis Atelektasis

Prognosis sangat bergantung pada penyebab yang mendasari, dan luasnya paru-paru
yang kolaps. Jika hanya sebagian kecil daerah paru-paru yang kolaps, prognosis
sering sangat baik. Di sisi lain, atelektasis bisa menjadi kondisi yang mengancam
hidup jika sebagian besar paru-paru terlibat, atau gejala-gejala muncul dengan cepat.2

24

DAFTAR PUSTAKA

1. Khatri Sunita. Atelectasis Sign and Symptoms. Available from :


http://steadyhealth.com/.../Atelectasis_SignansSymptoms_a1354.html. Last Update Juni
21,2010.

2. Djojodibroto, Darmanto., 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Price, Sylvia A. 2006. Gangguan Sistem pernapasan : Penyakit paru restriktif
dalam Patofisologi dan konsep klinis penyakit Edisi 6 vol.2. Jakarta: EGC.
4. Mayo., 2010. Dasar-dasar Atelektasis. Mayo Foundation untuk Pendidikan dan
Penelitian Medis. Available from : www.mayo.com
5. Madappa Tarun. Atelectasis. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/296468-overview
6. Sivagnanam Gurusamy. Atelectasis. Available from
http://www.pharmpedia.com/Atelectasis.

7. Soeparman, Sarwono Waspadji., 1998. Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, Balai
penerbit FKUI
8. Rasad Sjahriar., 2009. Radiologi Diagnostik. Jakarta: balai penerbit FKUI
9. James D. Crapo, MD, Jeffrey Glassroth, MD, Joel B. Karlinsky, MD, MBA,
Talmadge E. King, Jr, MD,. 2004. Baums Textbook of Pulmonary Disease,
seventh edition, Lippincott Williams Wilkins.
10. http://www.radiologymasterclass.co.uk/gallery/chest/airways/airways_h
11. Wijaya, I Made. 2012. Gambaran Atelektasis Paru.
http://imadewijaya20.blogspot.sg/2012/09/gambaranatelektasis-paru-padafoto.html

25

Anda mungkin juga menyukai