Pembimbing :
dr. Yusnita, M.Kes, Dipl DK
BAB I
LATAR BELAKANG
Batas batas wilayah Desa X adalah sebagai berikut (RPJM Desa Pangkalan, 2015):
1) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Y
2) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Z
3) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa XX
4) Sebelah barat berbatasan dengan Desa YY
15%
35%
50%
1.1.2.3 Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan dalam membentuk
sikap dan perilaku masyarakat terhadap program kesehatan, sehingga
pendidikan sangat berperan dalam pembangunan kesehatan.Tingkat pendidikan
di Desa X masih tergolong rendah. Dari 16.247 jiwa penduduk Desa X, hanya
sedikit yang menyelesaikan jenjang pendidikan sarjana.
Tabel 1.2 Tingkat Pendidikan di Desa X
Tidak Tamat SD
SD
SMP
SMA
Sarjana
672
1.820
879
231
15
Jumlah
Apotek
1 Unit
Balai Pengobatan
2 Unit
Klinik Khitan
1 Unit
Poliklinik
3 Unit
Praktik Bidan
3 Unit
Praktik Dokter
2 Unit
1.2 Puskesmas X
1.2.1 Visi dan Misi
Dalam Mendukung terwujudnya Visi Kabupaten Z dan pembangunan
Pemerintah Z dan khususnya Kecamatan Y dalam bidang kesehatan maka
dirumuskannya Visi Pembangunan Kesehatan Puskesmas X yaitu:
MEMBERIKAN PELAYANAN OPTIMAL
Untuk mewujudkan hal tersebut
pembangunan kesehatan sebagai berikut:
diatas,
ditetapkan
Misi
2) Penyehatan Perumahan
Rumah merupakan tempat berkumpul dan beristirahat bagi semua
anggota keluarga dan untuk menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga
kondisi kesehatan perumahan dapat berperan sebagai media penularan
penyakit diantara anggota keluarga atau tetangga sekitarnya.
Rumah sehat adalah rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan,
hasil pemantauan selama tahun 2015 menunjukkkan dari 390 rumah yang
diperiksa sebanyak 33,85% yang memenuhi syarat kesehatan. Hal ini
menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang ada di wilayah
Puskesmas X mempunyai rumah yang tidak sehat, hal ini dikarenakan tingkat
ekonomi dan pendidikan yang masih rendah, pengetahuan tentang rumah sehat
yang kurang. Perlu kerjasama lintas sektoral untuk meningkatkan jumlah
rumah sehat.
Column1
5000
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
Column1
Tn. A
Tn.
B
Rawa- rawa
Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
Usia
Pendidikan
Pekerjaan Penghasilan
Tn.A
Suami
Laki laki
52 tahun
3 SD
Pemulung
Ny.A
Istri
Perempuan
46 tahun
3 SD
Buruh
Rp.
/hari
40.000
Rp.1.200.000
/bulan
3
Ny. 1
Anak
Perempuan
26 tahun
2 SMP
Tn. 1
Mantu
Laki laki
34 tahun
4 SD
Buruh
Rp.1.000.00/
bulan
Nn. 2
Anak
Perempuan
19 tahun
2 SMP
Tidak
bekerja
Nn. 3
Anak
Perempuan
13 tahun
2 SMP
Tidak
bekerja
An. 4
Laki - laki
6 tahun
8
9
An. 5
An. 6
Anak
Cucu
Cucu
Perempuan
Perempuan
4 tahun
1 tahun
Masalah Medis
1. Demam tinggi selama 3 hari
Nama
Status
Keluar
ga
Jenis
Kelamin
Usia
Pendidika
n
Pekerjaa
n
Penghasilan
Tn. B
Suami
Laki laki
60 tahun
SD
Montir
Rp3.000.000
Per bulan
Ny. B
Istri
Perempuan 50 tahun
Juru
masak
Rp.
3.000.000
Per bulan
Tn. 1
Anak
Laki laki
28 tahun
SMP
Buruh
pabrik
Rp.
1.000.000
Per bulan
Tn. 2
Anak
Laki laki
25 tahun
SMP
Supir
Rp. 500.000
Per bulan
Tn. 3
Anak
Laki laki
21 tahun
SMA
Buruh
pabik
Rp.
1.000.000
Per bulan
Kamar mandi berdinding semen berwarna abu-abu dengan 1 bak mandi tanpa
penutup.
Rumah keluarga Tn. B terletak di daerah yang padat penduduk, sebelah
kiri menempel dengan rumah tetangga dan sebelah kanan berjarak 3 meter
dengan tetangga. Di rumah Tn. B terdapat ventilasi jendela namun tidak
pernah dibuka dan cahaya masuk hanya bila pintu terbuka. Untuk siang hari
hingga malam keluarga Tn. B menggunakan lampu sebagai penerangan.
u
T
Masalah Medis
Nama
Status
Keluar
ga
Jenis
Kelamin
Usia
Ny. C
Istri
Perempuan 40 tahun
Pendidika
n
Pekerjaa
n
Penghasilan
Pemulung
Rp 20.000
Per hari
Tn. X
Anak
Laki-laki
25 tahun
SD
Ny. X
Anak
Perempuan 23 tahun
SD
Ibu
Rumah
Tangga
4
Ny. X
Anak
Perempuan 20 tahun
SD
Ibu
Rumah
Tangga
Tn. X
Anak
Laki-laki
19 tahun
SMK
Pegawai
Swasta
Tn. X
Anak
Laki-laki
7 tahun
Masalah Medis
1 ISPA
1.2.1
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga tersebut, maka diputuskan
untuk mengangkat permasalahan Pengetahuan tentang menutup penampungan air
pada Keluarga Binaan RT 003/ RW 004, Desa X, Kecamatan X, Kabupaten Y,
Provinsi Z.
Dalam pengambilan sebuah masalah digunakan Metode Delphi. Metode
Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh suatu
kelompok, di mana anggotanya terdiri dari para ahli atas masalah yang akan
diputuskan. Proses penetapan Metode Delphi dimulai dengan identifikasi masalah
yang akan dicari penyelesaiannya.
1.2.2
Gambar.1.1
0 Prinsip
Metode Delphi
Pemilihan area masalah ini didasarkan atas metode delphi dan melalui
berbagai pertimbangan yaitu :
Dalam kunjungan beberapa kali ke rumah keluarga binaan, ditemukan bahwa
ketiga keluarga binaan memiliki masalah tentang pengetahuan menutup
penampungan air. Dari ketiga domain pembentuk perilaku, yaitu knowledge,
attitude, dan practice, ketiga keluarga binaan memiliki masalah pada
knowledge nya. Sehingga, selama kunjungan dengan waktu yang berbeda dan
diobservasi, didapatkan bahwa kurangnya pengetahuan tersebut yang
berdasarkan dari hasil quesioner observasi. Pada hasil presurvey dari 10
responden, terdapat 10 responden yang pengetahuannya kurang mengenai
pengetahuan menutup tempat penampungan air.
Kurangnya pengetahuan ini dapat menjadi salah satu sebab timbulnya penyakit
seperti demam berdarah.
2.1 PENGETAHUAN
2.1.1
PENGERTIAN
Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan merupakan hasil Tahu
dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
subyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu
indra penglihatan, pendengaran penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat berperan untuk
terbentuknya suatu tindakan seseorang.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita
dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki.
Selain pengalaman, kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu oleh
orang lain. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang
berasal dari berbagai macam sumber seperti, media poster, kerabat dekat,
media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, dan
sebagainya. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu, sehingga
seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinannya tersebut (Istiari,
2000).
2.1.2
TINGKAT PENGETAHUAN
Pengetahuan yang
dicakup di
dalam domain
menurut Notoatmodjo (2007) mempunyai 6 tingkat, yakni :
kognitif
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Contoh, dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan
protein pada anak balita.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
2.1.3
SUMBER PENGETAHUAN
Menurut Istiarti (2000), pengetahuan seseorang biasanya diperoleh
dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik,
buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan
sebagainya. Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin- pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal ahli agama, pemegang
peerintahan, dan sebagainya (Notoatmojo, 2007).
2.1.4
yaitu :
1.
1)
2)
2.1.6
PENGUKURAN PENGETAHUAN
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket (kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur
dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang
ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatantingkatan di atas. Pengukuran tingkat pengetahuan dimaksudkan untuk
mengetahui status pengetahuan seseorang dan disajikan dalam tabel
distribusi frekuensi. Selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap
jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 jika salah
diberi nilai 0 (Notoatmodjo, 2007).
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor
jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan
100% dan hasilnya berupa persentasi dengan rumus yang digunakan
sebagai berikut:
: 79-100 %
2) Kategori Cukup
: 56-78 %
2.2.2. Epidemiologi
Di Indonesia, pertama sekali dijumpai di Surabaya pada tahun 1968 dan
kemudian disusul dengan daerah-daerah yang lain. Jumlah penderita menunjukkan
kecenderungan meningkat dari tahun ketahun, dan penyakit ini banyak terjadi di
kota-kota yang padat penduduknya. Akan tetapi dalam tahun tahun terakhir ini,
penyakit ini juga berjangkit di daerah pedesaan.
Berdasarkan penelitian di Indonesia dari tahun 1968-1995 kelompok umur
yang paling sering terkena ialah 5 14 tahun walaupun saat ini makin banyak
kelompok umur lebih tua menderita DBD. Saat ini jumlah kasus masih tetap
tinggi rata-rata 10-25/100.000 penduduk, namun angka kematian telah menurun
bermakna < 2%.
2.2.3. Cara Penularan
Virus yang ada di kelenjar ludah nyamuk ditularkan ke manusia melalui
gigitan. Kemudian virus bereplikasi di dalam tubuh manusia pada organ targetnya
seperti makrofag, monosit, dan sel Kuppfer kemudian menginfeksi sel-sel darah
putih dan jaringan limfatik. Virus dilepaskan dan bersirkulasi dalam darah. Di
tubuh manusia virus memerlukan waktu masa tunas intrinsik 4-6 hari sebelum
menimbulkan penyakit. Nyamuk kedua akan menghisap virus yang ada di darah
manusia. Kemudian virus bereplikasi di usus dan organ lain yang selanjutnya akan
menginfeksi kelenjar ludah nyamuk.
Virus bereplikasi dalam kelenjar ludah nyamuk untuk selanjutnya siap-siap
ditularkan kembali kepada manusia lainnya. Periode ini disebut masa tunas
ekstrinsik yaitu 8-10 hari. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak dalam
tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya.
2.2.4. Ciri - Ciri Nyamuk Penyebab Penyakit DBD
Ciri-ciri
nyamuk
Aedes
Aegypti
berikut
ini
:
a. Berwarna hitam dengan belang-belang putih (loreng) seluruh tubuhnya.
b. Mampu
terbang
hingga
ketinggian
100
meter.
c. Berumur rata-rata 14 hari dan mampu hidup 2-3 bulan.
d. Menggigit dalam posisi mendatar, biasanya pagi dan sore hari.
e. Siklus hidupnya dari telur-jentik-kepompong-nyamuk dewasa 9 10 hari.
f. Sekali bertelur mencapai 100 butir, warna hitam dan berukuran 0.80mm.
g. Telur mampu bertahan hidup hingga 6 bulan tanpa air dan menetas 2 hari
setelah terendam air.
h. Suka hidup disekitar rumah tangga dan tempat-tempat umum (rumah sakit,
hotel, masjid, mushola, sekolah, terminal, bandara, pelabuhan, pondok
pesantren, kampus, kantor, pasar, mall, dll) menyenangi tempat
penampungan air jernih seperti; bak mandi, drum, kaleng bekas, tandon
air,gentong, vas bunga, ban bekas, potongan bambu, tempayan dll.
i. Suka hidup di tempat agak gelap, pakaian yang digantung dikamar.
j. Hanya nyamuk betina yang mengigit manusia.
2.2.5. Gejala Utama
1. Demam
Demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung selama 2 7
hari, naik turun (demam bifosik). Kadang kadang suhu tubuh sangat tinggi
sampai 400C dan dapat terjadi kejan demam. Akhir fase demam merupakan
fase kritis pada demam berdarah dengue. Pada saat fase demam sudah mulai
menurun dan pasien seakan sembuh hati hati karena fase tersebut sebagai
awal kejadian syok, biasanya pada hari ketiga dari demam.
3-8 sejak timbulnya demam. Hemokonsentrasi dapat mulai dijumpai mulai hari
ke 3 demam.
Pada DBD yang disertai manifestasi perdarahan atau kecurigaan terjadinya
gangguan koagulasi, dapat dilakukan pemeriksaan hemostasis (PT, APTT,
Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP). Pemeriksaan lain yang dapat dikerjakan adalah
albumin, SGOT/SGPT, ureum/ kreatinin. Hasil laboratoris berikut yang
merupakan faktor resiko terjadinya DSS: Peningkatan hematokrit >20%, platelet
<40000/mm3, aPTT >44 detik, PT >14 detik, TT > 16 detik. Pemeriksaan lain
yang dapat dikerjakan adalah albumin, SGOT/SGPT, ureum/ kreatinin.
Untuk membuktikan etiologi DBD, dapat dilakukan uji diagnostik melalui
pemeriksaan isolasi virus, pemeriksaan serologi atau biologi molekular. Di antara
tiga jenis uji etiologi, yang dianggap sebagai baku emas adalah metode isolasi
virus. Namun, metode ini membutuhkan tenaga laboratorium yang ahli, waktu
yang lama (lebih dari 12 minggu), serta biaya yang relatif mahal. Oleh karena
keterbatasan ini, seringkali yang dipilih adalah metode diagnosis molekuler
dengan deteksi materi genetik virus melalui pemeriksaan reverse
transcriptionpolymerase chain reaction (RT-PCR). Pemeriksaan RT-PCR
memberikan hasil yang lebih sensitif dan lebih cepat bila dibandingkan dengan
isolasi virus, tapi pemeriksaan ini juga relatif mahal serta mudah mengalami
kontaminasi yang dapat menyebabkan timbulnya hasil positif semu. Pemeriksaan
yang saat ini banyak digunakan adalah pemeriksaan serologi, yaitu dengan
mendeteksi IgM dan IgG-anti dengue. Imunoserologi berupa IgM terdeteksi
mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke 3 dan menghilang setelah 60-90
hari. Pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14, sedangkan pada
infeksi sekunder dapat terdeteksi mulai hari ke 2.
Salah satu metode pemeriksaan terbaru yang sedang berkembang adalah
pemeriksaan antigen spesifik virus Dengue, yaitu antigen nonstructural protein 1
(NS1). Antigen NS1 diekspresikan di permukaan sel yang terinfeksi virus
Dengue. Masih terdapat perbedaan dalam berbagai literatur mengenai berapa
lama antigen NS1 dapat terdeteksi dalam darah. Sebuah kepustakaan mencatat
dengan metode ELISA, antigen NS1 dapat terdeteksi dalam kadar tinggi sejak
hari pertama sampai hari ke 12 demam pada infeksi primer Dengue atau sampai
hari ke 5 pada infeksi sekunder Dengue. Pemeriksaan antigen NS1 dengan
metode ELISA juga dikatakan memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi
(88,7% dan 100%). Oleh karena berbagai keunggulan tersebut, WHO
menyebutkan pemeriksaan deteksi antigen NS1 sebagai uji dini terbaik untuk
pelayanan primer.
Pemeriksaan radiologis (foto toraks PA tegak dan lateral dekubitus kanan)
dapat dilakukan untuk melihat ada tidaknya efusi pleura, terutama pada
hemitoraks dan pada keadaan perembesan plasma hebat, efusi dapat ditemukan
pada kedua hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan USG.
Pemeriksaan laboratorium yang sering ditemukan pada pasien DHF adalah
trombositopenia (< 100.000/ul) dan hemokonsentrasi (kadar Ht lebih 20% dari
normal). Trombositopenia umumnya dijumpai pada hari ke 3-8 sejak timbulnya
demam. Hemokonsentrasi dapat mulai dijumpai mulai hari ke 3 demam.
2.2.7. Patofisiologi
a. Sistim vaskuler
Patofisiologi primer DBD dan DSS adalah peningkatan akut permeabilitas
vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler,
sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Volume
plasma menurun lebih dari 20% pada kasus-kasus berat, hal ini didukung
penemuan post mortem meliputi efusi pleura, hemokonsentrasi dan
hipoproteinemi. Tidak terjadinya lesi destruktif nyata pada vaskuler,
menunjukkan bahwa perubahan sementara fungsi vaskuler diakibatkan suatu
mediator kerja singkat. Jika penderita sudah stabil dan mulai sembuh, cairan
ekstravasasi diabsorbsi dengan cepat, menimbulkan penurunan hematokrit.
Perubahan hemostasis pada DBD dan DSS melibatkan 3 faktor: perubahan
vaskuler, trombositopeni dan kelainan koagulasi. Hampir semua penderita
DBD mengalami peningkatan fragilitas vaskuler dan trombositopeni, dan
banyak diantaranya penderita menunjukkan koagulogram yang abnormal.
b. Sistim respon imun
Setelah virus dengue masuk dalam tubuh manusia, virus berkembang biak
dalam sel retikuloendotelial yang selanjutnya diikuiti dengan viremia yang
berlangsung 5-7 hari. Akibat infeksi virus ini muncul respon imun baik
humoral maupun selular, antara lain anti netralisasi, antihemaglutinin, anti
komplemen. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada
infeksi dengue primer antibodi mulai terbentuk, dan pada infeksi sekunder
kadar antibodi yang telah ada meningkat (booster effect).
infeksi akibatnya terjadi lisis sel yang telah terinfeksi virus tersebut melalui
aktifitas netralisasi atau aktifasi komplemen. Akhirnya banyak virus
dilenyapkan dan penderita mengalami penyembuhan, selanjutnya terjadilah
kekebalan seumur hidup terhadap serotip virus yang sama tersebut, tetapi
apabila terjadi antibodi yang nonnetralisasi yang memiliki sifat memacu
replikasi virus dan keadaan penderita menjadi parah; hal ini terjadi apabila
epitop virus yang masuk tidak sesuai dengan antibodi yang tersedia di hospes.
Pada infeksi kedua yang dipicu oleh virus dengue dengan serotipe yang
berbeda terjadilah proses berikut : Virus dengue tersebut berperan sebagai
super antigen setelah difagosit oleh monosit atau makrofag. Makrofag ini
menampilkan Antigen Presenting Cell (APC). Antigen ini membawa muatan
polipeptida spesifik yang berasal dari Mayor Histocompatibility Complex
(MHC II). Antigen yang bermuatan peptida MHC II akan berikatan dengan
CD4+ (TH-1 dan TH-2) dengan perantaraan TCR ( T Cell Receptor ) sebagai
usaha tubuh untuk bereaksi terhadap infeksi tersebut, maka limfosit T akan
mengeluarkan substansi dari TH-1 yang berfungsi sebagai imuno modulator
yaitu INF gama, Il-2 dan CSF (Colony Stimulating Factor). Dimana IFN
gama akan merangsang makrofag untuk mengeluarkan IL-1 dan TNF alpha.
IL-1 sebagai mayor imunomodulator yang juga mempunyai efek pada
endothelial sel termasuk di dalamnya pembentukan prostaglandin dan
merangsang ekspresi intercellular adhesion molecule 1 (ICAM 1).
yang akan mempengaruhi oksigenasi pada mitochondria dan siklus GMPs. Akibatnya
endothel menjadi nekrosis, sehingga terjadi kerusakan endothel pembuluh darah yang
mengakibatkan terjadi gangguan vaskuler sehingga terjadi syok. Antigen yang
bermuatan MHC I akan diekspresikan dipermukaan virus sehingga dikenali oleh
limfosit T CD8+, limfosit T akan teraktivasi yang bersifat sitolitik, sehingga semua
sel mengandung virus dihancurkan dan juga mensekresi IFN gama dan TNF alpha.
d. Patogenesis
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes
aegypti atau Aedes albopictus. Organ sasaran dari virus adalah organ RES meliputi
sel kupffer hepar, endotel pembuluh darah, nodus limfaticus, sumsum tulang serta
paru-paru. Data dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa sel-sel monosit dan
makrofag mempunyai peranan besar pada infeksi ini. Dalam peredaran darah, virus
tersebut akan difagosit oleh sel monosit perifer. Virus DEN mampu bertahan hidup
dan mengadakan multifikasi di dalam sel tersebut. Infeksi virus dengue dimulai
dengan menempelnya virus genomnya masuk ke dalam sel dengan bantuan organelorganel sel, genom virus membentuk komponen-komponennya, baik komponen
perantara maupun komponen struktural virus. Setelah komponen struktural dirakit,
virus dilepaskan dari dalam sel. Proses perkembangan biakan virus DEN terjadi di
sitoplasma sel. Semua flavivirus memiliki kelompok epitop pada selubung protein
yang menimbulkan cross reaction atau reaksi silang pada uji serologis, hal ini
menyebabkan diagnosis pasti dengan uji serologi sulit ditegakkan. Kesulitan ini
dapat terjadi diantara ke empat serotipe virus DEN. Infeksi oleh satu serotip virus
DEN menimbulkan imunitas protektif terhadap serotip virus tersebut, tetapi tidak ada
cross protektif terhadap serotip virus yang lain. Secara in vitro antibodi terhadap
virus DEN mempunyai 4 fungsi biologis: netralisasi virus; sitolisis komplemen;
Antibody Dependent Cell-mediated Cytotoxity (ADCC) dan Antibody Dependent
Enhancement.
Virion dari virus DEN ekstraseluler terdiri atas protein C (capsid), M
(membran) dan E (envelope), sedang virus intraseluler mempunyai protein premembran atau pre-M. Glikoprotein E merupakan epitop penting karena : mampu
membangkitkan antibodi spesifik untuk proses netralisasi, mempunyai aktifitas
hemaglutinin, berperan dalam proses absorbsi pada permukaan sel, (reseptor
binding), mempunyai fungsi biologis antara lain untuk fusi membran dan perakitan
virion. Antibodi memiliki aktifitas netralisasi dan mengenali protein E yang berperan
sebagai epitop yang memiliki serotip spesifik, serotipe-cross reaktif atau flaviviruscross reaktif. Antibodi netralisasi ini memberikan proteksi terhadap infeksi virus
DEN. Antibodi monoclonal terhadap NS1 dari komplemen virus DEN dan antibodi
poliklonal yang ditimbulkan dari imunisasi dengan NS1 mengakibatkan lisis sel yang
terinfeksi virus DEN. Antibodi terhadap virus DEN secara in vivo dapat berperan
pada dua hal yang berbeda :
a. Antibodi netralisasi atau neutralizing antibodies memiliki serotip spesifik
yang dapat mencegah infeksi virus.
b. Antibodi non netralising serotipe memiliki peran cross-reaktif dan dapat
meningkatkan infeksi yang berperan dalam patogenesis DBD dan DSS.
Penegakan Diagnosis
Berdasarkan kriteria WHO 2009, diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal ini
terpenuhi:
a. Klinis
Gejala klinis yang harus ada yaitu :
1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas berlangsung terus
menerus selama 2-7 hari.
2. Terdapat manifestasi perdarahan yang meliputi : uji bendung
positif; petekie, ekimosis, atau purpura; perdarahan mukosa,
epistaksis dan perdarahan gusi; hematemesis dan melena.
3. Pembesaran hati
4. Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba,
penyempitan tekanan nadi 20 mmHg, hipotensi sampai tidak
terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, waktu pengisian
kapiler memanjang atau lebih dari 2 detik dan pasien tampak
gelisah.
b. Laboratorium
1. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ ml).
2. Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler,
dengan manifestasi berikut :
a. Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai umur
dan jenis kelamin.
b. Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.
c. Tanda kebocoran plasma seperti:
hipoproteinemia, hiponatremia.
efusi
pleura,
asites,
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu kriteria laboratorium ( atau hanya
peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan diagnosis DBD.
Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD (WHO, 1997), yaitu:
-
2.2.9.
Diagnosis Banding
DBD
ISK
Malaria
Faringitis
2.2.10.
Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan meliputi: atasi segera hipovolemi, lanjutkan
penggantian cairan yang masih terus keluar dari pembuluh darah selama 12-24
jam , atau paling lama 48 jam, koreksi keseimbangan asam-basa, beri darah
segar bila ada perdarahan hebat.
-
2.2.11.
Prognosis
Tergantung dari beberapa faktor seperti, lama dan beratnya renjatan,
waktu, metode, adekuat tidaknya penanganan; ada tidaknya rekuren syok yang
terjadi terutama dalam 6 jam pertama pemberian infus dimulai, panas selama
renjatan, tanda-tanda serebral.
d. Belum tentu efektif (lokasi, waktu, dosis, alat, kondisi setempat) dan
tdk efisien (mahal)
e. Hanya membunuh nyamuk dewasa, bila masih ada jentik / pupa, maka
keesokan hari akan muncul nyamuk baru
2.3 KERANGKA TEORI
3.
4.
Variabel
Variabel
Independent
Dependent
5.
6.
7.
8.
Umur
9.
10.
11.
12. Pendidikan
13.
14.
15.
16.
Paparan
Media Massa
17.
18.
19.
20.
21.
Sosial Ekonomi
22.
Pengetahuan
(Pendapatan)
2.4. KERANGKA
KONSEP
Hubungan
Sosial
Variabel
Variabel
Independent
Dependent
Pendidikan
Hubungan
Sosial
Pengalaman
Ekonomi
Sosial
(Pendapatan)
Pengetahuan tentang
menutup
penampungan air
1.
VARIABEL
Pengetahuan
tentang
menutup
penampunga
n air
DEFINISI
ALAT
CARA
OPERASIONAL UKUR
UKUR
Wawancara
Pengetahuan
Kuesioner
HASIL
Baik,
SKALA
jika Ordinal
responden
tentang
Buruk, jika
penampungan
<9
air
Pengetahuan
cara menutup
penampungan
air
Pengetahuan
tentang akibat
tidak
ditutupnya
tempat
penampungan
air
Pengetahuan
tentang
efek
menutup
tempat
penampungan
2.
Pendidikan
air
Jenjang
Kuesioner
Wawancara
Tinggi
: Ordinal
pendidikan
SMA
formal terakhir
Menengah :
yang ditamatkan
SMP
oleh responden.
Rendah :
SD/Tidak
Sekolah
3.
Ekonomi
Pendapatan
Kuisioner
Wawancara
Tinggi:
responden setiap
Rp
bulan
2.000.000/
> Ordinal
bulan
Menengah:
Rp.1.500.00
02.000.000/
bulan
Rendah
:<
Rp.1.500.00
0/ bulan
4.
Hubungan
Interaksi antara
Kuesioner
Wawancara
Baik,
jika Ordinal
Sosial
responden dengan
keluarga lain di
Buruk, jika
lingkungan
<4
sekitar berupa
ajakan oleh
tetangga kepada
responden dan
ajakan responden
kepada tetangga
dalam
menginformasika
n tentang
menutup tempat
penampungan air
5.
Pengalaman
Sesuatu yang
Kuesioner
Wawancara
Baik,
jika Ordinal
pernah dirasakan,
didengarkan, dan
Buruk, jika
dialami oleh
<4
responden dalam
hal pentingnya
menutup tempat
penampungan air
LAMPIRAN 2
KUESIONER
PENGETAHUAN
KELUARGA
BINAAN
Usia
Jenis Kelamin :
Pekerjaan
Pengetahuan
1. Apa saja yang disebut pemberantasan sarang nyamuk (4M) itu?
a. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
b. Menggunakan obat nyamuk seperlunya
c. Tidak tahu
2. Apakah penting untuk menutup penampungan air?
TENTANG
a. Penting
b. Tidak penting
c. Tidak tahu
3. Apakah anda tahu akibat dari tidak menutup penampungan air dengan baik
dan benar?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
4. Apakah dampak dari menutup penampungan air dapat mencegah timbulnya
penyakit (contohnya: demam berdarah)?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
Pendidikan
5. Apakah pendidikan terakhir anda?
a. Tidak sekolah / SD
b. SMP
c. SMA
Ekonomi
6. Berapakah penghasilan anda perbulan?
a. > Rp 2.000.000
b. Rp 1.500.000 Rp 2.000.000
c. < Rp 1.500.000
d. Tidak bekerja
Hubungan Sosial
7. Bagaimana hubungan anda dengan tetangga sekitar?
a. Baik
b. Kurang baik
c. Tidak baik
8. Menurut anda, adakah tetangga anda yang mengerti tentang pentingnya
menutup penampungan air?
a. Ada
b. Tidak ada
c. Tidak tahu
9. Adakah tetangga anda yang pernah memberitahu anda tentang penting nya
menutup penampungan air?
a. Ada
b. Tidak ada
10. Menurut anda, adakah tetangga anda yang menutup penampungan airnya?
a. Ada
b. Tidak ada
c. Tidak tahu
Pengalaman
11. Apakah anda mengetahui dampak dari tidak menutup tempat penampungan
air?
a. Tahu
b. sedikit
c. Tidak tahu sama sekali
12. Menurut anda, dampak negatif apa yang dapat ditimbulkan dari tidak menutup
tempat penampungan air?
a. Mencret
b. Demam
c. Gatal-gatal
13. Pernahkah anggota keluarga anda mengalami hal-hal seperti yang disebutkan
pada pilihan no.12?
a. Pernah dan sering
b. Pernah dan jarang
c. Tidak pernah
SKORING KUESIONER
Variabel
Soal No.
Pengetahuan
1
2
a.
b.
c.
a.
Skor
Penilaian
1
2
0
2
3
4
5
6
7
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
Total Skor
Pendidikan
a.
b.
c.
Total Skor
Ekonomi
9
Total Skor
a.
b.
c.
d.
1
0
2
1
0
2
1
0
2
1
0
3
2
1
3
2
1
16
1
2
3
3
3
2
1
0
3