Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


1

Gambaran Umum Wilayah


1

Keadaan Geografis
Daerah Khusus Ibukota Jakarta mempunyai luas wilayah 661,52 km 2
atau 65.000 km2 termasuk wilayah daratan Kepulauan Seribu yang
tersebar di teluk Jakarta.Secara geografis wilayah DKI Jakarta terletak
antara 106 48 BT dan 6 12 LS.Batas-batas wilayah DKI Jakarta, sebelah
utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Bekasi, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor,
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang.
Berdasarkan Pasal 6 UU No. 5/1974 dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 25 tahun 1978 wilayah DKI Jakarta dibagi dalam 5 wilayah
kota yang setingkat dengan Kotamadya Daerah Tingkat II dan berada
langsung di bawah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang terdiri dari 44
Kecamatan dan 267 Kelurahan.
Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah Kotamadya dan satu
Kabupaten administratif, yakni Kotamadya Jakarta Pusat dengan luas 48,17
km2, Kotamadya Jakarta Utara dengan luas 142,20 km2, Kotamadya Jakarta
Barat dengan luas 126,15 km2, Kotamadya Jakarta Selatan dengan luas
145,73 km2 dan Kotamadya Jakarta Timur dengan luas 187,73 km2 serta
Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dengan luas 11,81 km2.
Keadaan topografi wilayah DKI Jakarta dikategorikan sebagai daerah
datar dan landai. Ketinggian tanah dari pantai sampai ke banjir kanal
berkisar antara 0 m sampai 10 m di atas permukaan laut diukur dari titik nol
Tanjung Priok. Sedangkan dari banjir kanal sampai batas paling Selatan dari
wilayah DKI antara 5 m sampai 50 m di atas permukaan laut. Daerah pantai
merupakan daerah rawa atau daerah yang selalu tergenang air pada musim
hujan. Di daerah bagian selatan banjir kanal terdapat perbukitan rendah
1

dengan ketinggian antara 50 m sampai 75 m. Sungai-sungai yang ada di


wilayah DKI Jakarta antara lain,Sungai Grogol, Sungai Krukut, Sungai
Angke, Sungai Pesanggrahan dan Sungai Sunter.
Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara mempunyai luas 155,01 km2.
Berdasarkan posisi geografisnya, Kota Administrasi Jakarta Utara memiliki
batas-batas, di sebelah utara membentang pantai Laut Jawa dari Barat
sampai

ke

Timur

sepanjang

35

km,

sementara

di

sebelah

selatan berbatasan dengan wilayah Jakarta Barat, Jakarta Pusat dan Jakarta
Timur, di sebelah timur berbatasan dengan Jakarta Timur dan Kabupaten
Bekasi, sebelah barat dengan Kabupaten Tangerang dan Jakarta Barat.
Ketinggian wilayah dari permukaan laut antara 0 sampai dengan 2
meter, pada beberapa tempat tertentu berada di bawah permukaan laut yang
sebagian besar terdiri dari rawa-rawa atau empang air payau.

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kecamatan Jakarta


Utara
Luas wilayah daratan Jakarta Utara saat Ini mencapai 155,01 km2 dan
secara administratif dibagi menjadl 6 Wilayah Kecamatan, yaitu
Penjaringan, Tanjung Priuk, Pademangan, Cilincing, Kojadan Kelapa
Gading serta 31 Wilayah Kelurahan.

Batasan wilayah Kecamatan Koja adalah sebagai berikut :


a

Sebelah Utara : Laut Jawa / Kecamatan Cilincing dan Kabupaten


Administrasi Pulau Seribu.

Sebelah Selatan :Jl.Raya Pegangsaan Dua/Kecamatan Kelapa


Gading

Sebelah Barat : Jl. Sulawesi/Jl. Yos Sudarso / Kecamatan Tanjung


Priok.

Sebelah Timur : Jl. Kramat Jaya / Kali Cakung Lama, Kecamatan


Cilincing.

Kali Sunter adalah sebuah kanal yang mengalir ke laut melalui Koja,
dengan

muara

yang

terletak

di

perbatasan

antara

Kecamatan

Kojadan Kecamatan Cilincing.


Koja terdiri dari 6 kelurahan antara lain Koja, Lagoa, Tugu Utara, Tugu
Selatan, Rawa Badak Utara dan Rawa Badak Selatan.

Keadaan Demografi
Kecamatan Koja Jakarta Utara memiliki luas 1.224,62Ha, yang terbagi
dalam 6 Kelurahan, 82 RW, 905 RT dengan total jumlah penduduk 323.925
jiwa, dan dengan kepadatan penduduk 192.200 jiwa/km2.
Tabel 1.1 : Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, RW dan RT di
wilayah Puskesmas Kecamatan Koja tahun 2016.
No

Kelurahan

Luas
Wilayah

RW

RT

Jumlah
Penduduk
(Jiwa)

Koja

327,50

13

146

35.499

Lagoa

157,99

18

222

71.298

Tugu Utara

236,65

19

214

81.736

Tugu Selatan

268,00

95

43.831

Rawa Badak Utara

133,38

14

119

41.833

Rawa Badak Selatan

101,10

11

109

49.728

JUMLAH

1.224,62

82

905

323.925

(Sumber: Data Laporan Kependudukan Kelurahan Se-kecamatan Koja Kota


Administrasi Jakarta Utara Januari 2016).
Tabel 1.3 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan di Kecamatan Koja
Tahun 2016
NO

MATA PENCAHARIAN

PROSENTASE

Pegawai/karyawan

27.02%

Buruh

45.12%

TNI
Tani/ Nelayan
Sektor Informal/ Lain-lain

10.10%

2.39%

5
15.37%
(Sumber: Data Laporan Kependudukan Kelurahan Se-kecamatan Koja Kota
Administrasi Jakarta Utara Januari 2016)

Berdasarkan tabel 1.3 penduduk kecamatan Koja banyak bekerja


sebagai buruh yaitu sebanyak 146.154 orang. Disusul kemudian dengan
pekerjaan sebagai pegawai atau karyawan yaitu sebanyak 87.524 orang.
1.1.2 Gambaran Umum Puskesmas
A. Definisi Puskesmas
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
(Kurikulum & Modul pelatihan Manajemen Puskesmas, Departemen Kesehatan
RI, tahun 2000).
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah salah satu sarana
pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia. Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya di wilayah kerjanya (Permenkes No. 75 tahun 2014).
4

B. Tujuan Pembangunan Kesehatan Oleh Puskesmas


Tujuan pembangunan kesehatan yang di selenggarakan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan Nasional yakni
meningkatkan kesehatan, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat
2025.

C. Fungsi Puskesmas
Fungsi dari Puskesmas antara lain :
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sector termasuk oleh masyarakat dan
dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung
pembangunan kesehatan. Disamping itu Puskesmas juga aktif memantau dan
melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggara setiap program
pembangunan di wilayah kerjanya.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas selalu berupaya supaya perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat dunia usaha memiliki kesadaran,
kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup
sehat.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab
puskesmas, meliputi :
a. Pelayanan Kesehatan Perorangan
Pelayanan ini bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utamanya
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan.
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan ini bersifat public (public goods) yang bertujuan memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan dan pemulihan kesehatan.

D. Kondisi Geografi dan Demografi


5

Kecamatan Koja Jakarta Utara memiliki luas 1.224,62 Ha, yang terbagi dalam 6
kelurahan, 82 RW, 905 RT, 1 Puskesmas Kecamatan, 7 Puskesmas Kelurahan
dengan total jumlah penduduk 319.886 jiwa, dan dengan kepadatan penduduk
26.121 jiwa/km2.
Batasan wilayah Kecamatan Koja adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara
Administrasi
b. Sebelah Selatan
c. Sebelah Barat
d. Sebelah Timur
Cilincing.

: Laut Jawa/Kecamatan Cilincing dan Kabupaten


Pulau Seribu.
: Kali Betik/Kecamatan Kelapa Gading.
: Jl. Sulawesi/Jl. Yos Sudarso/ Kecamatan Tanjung Priok.
: Jl. Kramat Jaya/Kali Cakung Lama, Kecamatan

Rincian luas wilayah RT, RW dan kepadatan penduduk perkelurahan di


Kecamatan Koja tampak pada table berikut ini :
Tabel 2.1:
No

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, RW dan RT di wilayah Puskesmas


Kecamatan Koja tahun 2015.

Kelurahan

Luas
Wilayah

RW

RT

Jumlah
Penduduk
(Jiwa)

1
2
3
4

Koja
Lagoa
Tugu Utara
Tugu Selatan

327,50
157,99
236,65
268,00

13
18
19
7

146
222
214
95

35.595
71.470
81.912
43.795

Rawa BadakUtara

133,38

14

119

40.600

Rawa Badak Selatan

101.10

11

109

46.514

1.224,62

82

905

319.886

JUMLAH

Puskesmas Kecamatan Koja yang berlokasi di Jl. Mahoni No.9 Kelurahan Tugu
Utara adalah Puskesmas tingkat Kecamatan di wilayah Kecamatan Koja yang
membawahi 7 Puskesmas Kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Koja dan
memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat di wilayah Kecamatan
Koja.
Nama dan alamat Puskesmas-Puskesmas di wilayah Kecamatan Koja terdapat
pada table berikut ini :

Tabel 2.2 : Nama dan alamat Puskesmas se-Kecamatan Koja.


No
1
2

Alamat
Jl. Mahoni No.9
Jl. Kramat Jaya Gg 8 RT
001/018
Jl.Bendungan
Melayu
Selatan RT 001/05
Jl. Rawa Badak Barat No.37

No. Telp
021- 43905753
021- 440 3913

Jl. Rawabinangun I

021- 43908520

Nama Puskesmas
Puskesmas Kecamatan Koja
Puskesmas Kelurahan Tugu
Utara III
Puskesmas Kelurahan Tugu
Selatan
Puskesmas Kelurahan Rawa
Badak Utara I
Puskesmas Kelurahan Rawa
Badak Utara II
Puskesmas Kelurahan Rawa
Badak Selatan
Puskesmas Kelurahan Lagoa

Puskesmas Kelurahan Koja

Jl. Deli Gg 28 No.2

3
4
5
6

021- 439 08519


021- 439 33827

Plumpang B Jl. K II No. 7 021- 439 36751


RT.009/005
Jl. Menteng No.1
021- 4302114
021- 43908462

Dari tahun ke tahun pelayanan Puskesmas-Puskesmas di wilayah Kecamatan


Koja semakin baik apalagi didukung oleh sarana, prasarana dan pelayanan di
bidang manajemen yang semakin memadai. Perbaikan sarana, prasarana dan
manajemen tersebut ditunjukkan dengan bangunan dan peralatan kesehatan
Puskesmas yang semakin memenuhi syarat serta SDM yang berkualitas.
Selain itu dibidang manajemen, Puskesmas Kecamatan Koja menerapkan Pola
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) sesuai dengan SK
Gubernur No. 237 tahun 2012 tentang :
Penetapan Puskesmas Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara
Sebagai Unit Kerja Dinas Kesehatan Yang Menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah Secara Penuh
Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD) memiliki 5 pola kinerja yang
harus disinkronisasi dengan Kegiatan Pelayanan bidang Kesehatan Puskesmas
antara lain:

Pola Perhitungan Satuan Biaya


Pola Standard Pelayanan Minimal
Pola Tata Kelola
Pola Rencana Bisnis Anggaran
Pola Pemunerasi (gaji dan tunjangan)

E. Profil Puskesmas Kecamatan Koja

Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Koja pada tahun 2015 memiliki 1


Sub-bagian Tata Usaha dan 2 Koordinator yang berperan dalam pelaksanaan pelayanan
kepada pelanggan internal dan pelanggan eksternal sesuai Pergub No.4 tahun 2011
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas.
1. Koordinator Penunjang dan Kesmas
Penunjang dan Kesmas yang dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Koja
tahun 2015 meliputi kegiatan:
a. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Penyakit Menular (PM)
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Penyakit Tidak Menular (PTM)
c. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Penyehatan Lingkungan dan Kesehatan
Kerja
d. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Gizi Komunitas & Peningkatan Peran Serta
Masyarakat (PPSM)
e. Promosi Kesehatan (Promkes)
f. Pelayanan Laboratorium
g. Pelayanan Gizi
h. Pelayanan Farmasi

Kegiatan-kegiatan tersebut harus mengacu pada Pola Standard Pelayanan


Minimal sesuai dengan Permenkes No. 1457 tentang Standard Pelayanan
Kesehatan dan SK Gubernur Nomor 12 Tahun 2012 tentang Standard Pelayanan
Minimal daerah Khusus Ibukota Jakarta.
2. Koordinator Yankes
Pelayanan kesehatan dalam gedung yang dilaksanakan oleh Puskesmas
Kecamatan Koja meliputi:
a. Pelayanan Kesehatan Dasar
1. Poli Umum
2. Poli Gigi
3. Poli MTBS
4. Layanan 24 Jam

b. Pelayanan Kesehatan Penunjang Medik


1. Laboratorium
2. USG (Ultra Sono Grafi)
3. ECG (Electro Cardio Gram)
4. Ambulance
5. Klinik Gizi
6. Apotek / Depo Obat

c. Pelayanan Kesehatan Keluarga Berencana dan Kesehatan Ibu dan Anak


1. Klinik KI dan KA
2. Klinik KB
3. Klinik Imunisasi

d. Pelayanan Kesehatan Rumah Bersalin (RB)

e. Pelayanan Kesehatan Lain Lain


1. Pelayanan Kesehatan BPJS
2. Klinik Jiwa dan NAPZA
3. Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM)

f. Pelayanan Kesehatan Gadar Berencana


1. Gadar Banjir
2. Gadar Kebakaran dan Bencana Lain
3. Gadar Hari Besar

3. Subbagian Tata Usaha dan Keuangan

a. Kepegawaian dan Umum

b. Keuangan
c. Mutu
d. Pemegang / Pengurus & Pemeliharaan Barang Inventaris
e. Administrasi Perkantoran
f. Pengadaan Barang dan Jasa
g. Pendidikan dan Pelatihan
h. Perencanaan dan Pelaporan
Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan pada masyarakat, am kerja
Puskesmas dibagi 2 sesuai dengan SK. Kepala Dinas tentang pengaturan jam kerja
Pusekesmas dilingkungan Dinas Kesehatan DKI Jakarta sebagai berikut:
a) Untuk Puskesmas Kecamatan
Pelayanan Puskesmas Kecamatan Koja dimulai dari jam 07.30 s/d jam 16.00
dari hari Senin hingga Kamis, Jumat jam 07.30 s/d 16.30, untuk layanan sore
dari jam 16.00 s/d 20.00. Dan untuk layanan 24 jam dilaksanakan oleh Unit
Layanan 24 Jam.
b) Untuk Puskesmas Kelurahan
Pelayanan Puskesmas Kelurahan di mulai dari jam 07.30 s/d jam 16.00 dan di
hari Sabtu pelayanan dimulai dari jam 07.30 s/d jam 12.00.
Pasien yang dilayani di Puskesmas Kecamatan Koja dan di Puskesmas
Kelurahan, antara lain :
a) Pasien Umum
b) Pasien BPJS
Selain itu Puskesmas Kecamatan Koja juga menjalin mitra dengan layanan
kesehatan lainnya baik negeri maupun swasta yang ada di wilayah Kecamatan Koja
untukmemudah kan pasien jika harus mendapatkan pelayana kesehatan yang lebih
memadai (harus di rujuk), mitra tersebut antara lain:
a) Rumah Sakit Umum Daerah Koja
b) Rumah Sakit Umum Pelabuhan (RS Tugu)
c) Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Suroso
d) Rumah Sakit Mulyasari
e) Rumah Sakit Royal Progress
10

f) Rumah Sakit Atmajaya


g) Rumah Sakit Firdaus
h) Rumah Sakit Puri Medika
i) Rumah Sakit Hermina Podomoro
j) Rumah Sakit Ibu dan Anak Budi Kemulyaan
k) Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng
l) Rumah Sakit Islam Jakarta Utara
m) Rumah Sakit Sukmul Sisma Medika
n) Rumah Sakit Medical Center
Dalam Melaksanakan pelayanan kesehatan di PuskesmasKecamatan Koja,
tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas pelayanan tersebut merupakan faktor
utama yang memegang peranan, karena itu tenaga kesehatan di Puskesmas
Kecamatan Koja dituntut memiliki kemampuan dan keahlian yang professional.
Berikut adalah komposisi tenaga kesehatan tahun 2015 yang ada di Puskesmas
Kecamatan Koja dan di Puskesmas Kelurahan yaitu:
Struktur Organisasi Puskesamas KecamatanKoja Jakarta Utara disajikan secara lengkap
dalam bagian 1.1 dibawah ini, sebagai berikut :

STRUKTUR ORGANISASI
PUSKESMAS KECAMATAN KOJA

11

Tabel 2.3 : Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Se-Kecamatan Koja tahun


2015.
No

Jenis Tenaga Kesehatan


PNS

1
2

3
4

Pasca Sarjana
Sarjana Kesehatan
Dokter Umum
Dokter Gigi
SKM
Apoteker
Keperawatan
Sarjana Umum
Ekonomi / Hukum / Adm
Paramedis

3 orang
12 orang
4 orang
3 orang
1 orang
2 orang
1 orang

Jumlah
NON PNS
3 orang
5 orang
2 orang

12

5
6
7
8
9

Bidan D3
Bidan (Non Akbid)
Perawat D3
Perawat (SPK)
Perawat Gigi
Analis
Farmasi (D3)
Sanitarian (D3)
Sarjana Gizi (S1)
Gizi (D3)
Gizi (D1)
SAA
Tekniker Gigi
Fisioterapis (D3)
Akademi Komputer (D3)
Akademi Rekam Medik (D3)
Informatika (D1)
SLTA Sederajat
Lain lain ( Juru Masak RB,
Juru Cuci RB, Sopir)
TOTAL

13 Orang
2 Orang
14 Orang
3 Orang
3 Orang
2 Orang
2 Orang
1 Orang
2 Orang
5 Orang
-

17 Orang
7 Orang
1 Orang
10 Orang
1 Orang
1 Orang
7 Orang
1 Orang
8 Orang
6 Orang

73 Orang

69 Orang

Pembagian tenaga Kesehatan ini diatur pula dalam Struktur Organisasi


Puskesmas Kecamatan Koja untuk memudahkan koordinasi dan pendelegasian serta
pembagian tugas dan tanggung jawab sehingga nilai nilai organisasi tetap berlaku
dan terkendali.
Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Koja Jakarta Utara disajikan secara
lengkap dalam lampiran.

F. VISI, MISI & MOTTO PUSKESMAS KECAMATAN KOJA


1. VISI
Terwujudnya Puskesmas Kecamatan Koja yang Memberikan Pelayanan
Prima, Berorientasi Pada Kepuasan Pelanggan Menuu Masyarakat Sehat dan
Mandiri.
2. MISI
a. Memberikan Pelayanan Kesehatan Prima dan Merata
b. Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kesehatan Medis dan Non Medis
Puskesmas

13

c. Menggalang Kemitraan Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja


Puskesmas
d. Menggembangkan Upaya kemandirian Masyarakat Dalam Bidang
Kesehatan.

3. MOTTO
Motto Puskesmas Kecamatan Koja adalah:
PRIMA SEHAT MANDIRI UNTUK SEMUA
Diharapkan masyarakat di wilayah Kecamatan Koja dapat menjadikan
Puskesmas Kecamatan Koja sebagai pilihan dan dambaan dalam mengatasi
masalah keseatan di wilayah Kecamatan Koja.
Untuk mengevaluasi upaya yang telah dilakukan oleh Puskesmas
Kecamatan Koja dan jajarannya di bidang pelayanan kesehatan maka
dibutuhkan data data pencapaian pelayanan kesehatan selama kurun waktu 1
(satu) tahun dari kegiatan pelayanan kesehatan baik yang bersifat Publik
maupun Perorangan.

Program Kesehatan Lingkungan Yang Diselenggarakan Di Kecamatan


Koja
Kesehatan lingkungan masuk ke dalam program dasar puskesmas atau
yang dikenal dengan basic seven dikarenakan kesehatan lingkungan
mempunyai daya ungkit yang tinggi terhadap penyelesaian masalah-masalah
kesehatan masyarakat. Dan juga masih terdapat penyakit-penyakit yang
berbasis lingkungan. Pengendalian faktor lingkungan yang baik sangat
berguna dalam upaya penurunan angka kesakitan (morbidity rate) maupun
menurunkan angka kematian (mortality rate) yang berhubungan dengan
penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan.
Puskesmas Kecamatan Koja merupakan salah satu Puskesmas yang
memasukkan kesehatan lingkungan ke dalam program wajib puskesmas dan
melaksanakan kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif masalah
kesehatan lingkungan yang terdapat di wilayah kerjanya.

14

Program kesehatan lingkungan di Puskesmas Kecamatan Koja tahun


2016 meliputi:
a
b
c
d
e

Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu.


Pemantauan dan Pemeriksaan Kepemilikan Sanitasi Dasar.
Pembinaan Tempat Tempat Umum (TTU).
Pemeriksaan Instalasi Pengelolaan Makanan.
Pemeriksaan Sarana Pendidikan

Dari lima program kegiatan tersebut, satu program yaitu program


pembinaan tempat-tempat umum, menjadi program yang tidak dijalankan
oleh puskesmas kecamatan koja, dikarenakan tidak adanya sumber daya
manusia yang memadai sehingga pengumpulan data dan evaluasi program
selama periode Januari Oktober 2016 tidak dapat dilakukan. Dari kelima
program tersebut, empat program yang dapat dijalankan adalah:
a. Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu.
Pengendalian vektor dapat dilakukan melalui Pemeriksaan Jentik
Berkala (jumantik) dan PSN (pemberantasan sarang nyamuk). Kegiatan
program Pengendalian Vektor ini meliputi :
1

Program

Pemberantasan

Sarang

Nyamuk

(PSN)
Pemberantasan sarang nyamuk ke pemukiman penduduk kecamatan
Koja setiap hari Jumat serta dilakukan pemeriksaan jentik.
Pemeriksaan jentik yang dilakukan oleh kader jumantik dilakukan
setiap minggu untuk mendapatkan data ABJ (angka bebas jentik).
Kader jumantik bekerja di bawah pengawasan kelurahan dan
bertanggung jawab ke kelurahan. ABJ
menggambarkan

persentase

jumlah

adalah angka yang

bangunan

yang

bebas

jentik.Indikator Puskesmas Kecamatan Koja untuk Angka Bebas


Jentik (ABJ) yaitu >95 %.
2

Pemeriksaan jentik berkala dan abatisasi


a Target kegiatan
Pemeriksaan jentik berkala dan abatisasi, dengan pemeriksaan
jentik berkala pada hari jumat di bulan ketiga pada masingmasing triwulan yang dilakukan oleh petugas kesehatan
lingkungan puskesmas Kecamatan Koja beserta beberapa staff
15

perawat dari puskesmas Kelurahan. Pemeriksaan ini dilakukan


dengan mengambil sampel 100 bangunan secara acak. Pemberian
larvasida dikhususkan untuk bangunan-bangunan yang memiliki
tempat penampungan air yang sulit untuk dikuras, seperti
bangunan yang memiliki torrent.
b Pembahasan hasil kegiatan.
Jika terjadi peningkatan jumlah kasus, maka hal tersebut
merupakan tanggung jawab tujuh tatanan, yaitu :
1 Fasilitas kesehatan
2 Institusi pendidikan
3 Pemukiman
4 Industri dan perkantoran
5 Tempat-tempat umum (TTU)
6 Tempat pengelolaan makanan (TPM), Fasilitas olahraga.
Tabel 1.7 Persentase rata-rata Angka Bebas Jentik Nyamuk dari Hasil
Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) Triwulan (April Juni 2016) Puskesmas
Kecamatan Koja (Dalam Persen)

Puskesmas

Kumulatif

Sasaran
100

Cakupan
%
92

Target
%
95

Puskesmas Kelurahan Koja

92

Puskesmas Kelurahan Lagoa

88

100

88

95

Puskesmas Kelurahan Rawabadak Utara

91

100

91

95

Puskesmas Kelurahan Rawabadak Selatan

89

100

89

95

Puskesmas Kelurahan Tugu Utara

85

100

85

95

Puskesmas Kelurahan Tugu Selatan

95

100

95

95

Puskesmas Kecamatan Koja

540

600

90

95

Sumber : Laporan Bulanan Program Kesehatan Lingkungan Periode April Juni 2016
Dari tabel 1.8 dapat disimpulkan bahwa ABJ dari hasil PBJ dari
kelurahan Koja, Lagoa, Rawabadak Utara, Rawabadak Selatan dan Tugu Utara
tidak mencapai 95%. Namun, kelurahan Tugu Selatan dapat mencapai target
ABJ yaitu 95%.
Hasil kegiatan

program-program

ini

diarahkan

kepada

upaya

pelaksanaan Dokumen Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD)


pada program pemantauan jentik berkala, dan program Non DPA-SKPD dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk 30 menit.
16

b. Pemantauan dan Pemeriksaan Kepemilikan Sanitasi Dasar.


Program Pemeriksaan Kepemilikan sanitasi dasar dijalankan oleh
petugas kesehatan lingkungan dari puskesmas kecamatan dibantu oleh
petugas kesehatan lingkungan dari puskesmas kelurahan. Program ini
dijalankan setiap 3 bulan sekali. Variabel yang diperiksa dalam program ini
adalah kepemilikan air bersih, kepemilikan jamban sehat dan kepemilikan
rumah sehat. Dikatakan program ini berhasil jika persentasenya mencapai
80%.
Untuk mencapai indikator keberhasilan program ini, maka program ini
memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi dari setiap bangunan yang
diperiksa. Syarat- syarat yang diperiksa antara lain :
1 Kepemilikan Air bersih yang memenuhi syarat.
Diantara kegunaan kegunaan air tersebut yang sangat penting
adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan
minum (termasuk masak) air harus mempunyai persyaratan khusus
agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit, yaitu berupa :
a Syarat fisik
Air bening (tidak berwarna), tidak berbau dan tidak berasa.
b Syarat Bakteri
Cara mengetahui air bebas dari kontaminasi bakteri yaitu
dengan cara diambil air sample kemudian diperiksa di
laboratorium. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat
kurang dari 4 bakteri E.Coli maka air tersebut sudah memenuhi
c

syarat kesehatan.
Syarat Kimia
Air yang sehat harus mengandung zat zat tertentu dalam
jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah
satu zat kimia dalam air, akan menyebabkan gangguan
fisiologis pada manusia. Zat kimia yang terdapat dalam air yang
ideal antara lain, Flour (F) : 1 1,5 ; Chlor (Cl) : 250; Arsen
(As) : 0,05 ; Tembaga (Cu) : 1 ; Besi (Fe) : 0,3 ; Zat Organik :

10 ; Ph (keasamaan) : 6,5 9,0 ; CO2 : 0.


Kepemilikan Jamban Sehat yang memenuhi syarat.
a Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.
b Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.
c Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.
d Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan
binatang binatang lainnya.
17

e
f
g
h
i

Tidak menimbulkan bau.


Mudah digunakan dan diperlihara.
Sederhana desainnya.
Murah.
Dapat diterima oleh pamakainya.
Agar persyaratan persyaratan ini dapat dipenuhi, maka perlu

diperhatikan antara lain :


1 Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban
terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang
binatang lain, terlindung dari pandangan orang (privacy) dan
2

sebagainya.
Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat

tempat berpijak yang kuat, dan sebagainya.


Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi
yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau,

dan sebagainya.
Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau
kertas pembersih.

Kepemilikan Rumah sehat yang memenuhi syarat.


Syarat - syarat rumah yang sehat yaitu :
a Bahan Bangunan
i Lantai berupa Ubin atau Semen. Tidak berdebu pada musim

kemarau dan tidak basah pada musim hujan.


ii Dinding yang digunakan berupa tembok.
iii Atap berupa genteng.
Ventilasi
Memiliki ventilasi alami (baik jendela, pintu, lubang angin,
lubang-lubang pada dinding) ataupun ventilasi buatan (kipas

angin atau AC [air conditioner]).


Cahaya
Cahaya yang masuk harus cukup ke dalam rumah. Baik cahaya
alamiah, yaitu matahari yang umumnya didapatkan dari jendela
yang sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai
yang terdapat di dalam rumah maupun cahaya buatan seperti

lampu atau lampu minyak tanah.


Luas bangunan rumah.
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni
di dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus
disesuasikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang
18

optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 x 3 m untuk


e

tiap orang (tiap anggota keluarga)


Fasilitas-fasilitas dalam rumah
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas fasilitas sebagai
berikut :
i Penyediaan air bersih yang cukup.
ii Pembuangan tinja.
iii Pembuangan limbah.
iv Pembuangan sampah.
v Fasilitas dapur.
vi Ruang berkumpul keluarga.

Tabel 1.8 Persentase rata-rata Kepemilikan Sanitasi Dasar (Akses air bersih) per
Tiga Bulan Puskemas Kecamatan Koja Periode April Juni 2016 Puskesmas
Kecamatan Koja (Dalam Persen)
Puskesmas

Kumulatif

Sasaran
100

Cakupan
%
96

Target
%
80

Puskesmas Kelurahan Koja

91

Puskesmas Kelurahan Lagoa

94

100

98

80

Puskesmas Kelurahan Rawabadak Utara

92

100

95

80

Puskesmas Kelurahan Rawabadak Selatan

94

100

98

80

Puskesmas Kelurahan Tugu Utara

89

100

96

80

Puskesmas Kelurahan Tugu Selatan

91

100

96

80

Puskesmas Kecamatan Koja

551

600

97

80

Sumber : Laporan Bulanan Program Kesehatan Lingkungan Periode April


Juni 2016

Tabel 1.8 Persentase rata-rata Kepemilikan Sanitasi Dasar (Jamban Sehat) per
Tiga Bulan Puskemas Kecamatan Koja Periode April Juni 2016 Puskesmas
Kecamatan Koja (Dalam Persen)
Puskesmas

Kumulatif

Sasaran
100

Cakupan
%
96

Target
%
80

Puskesmas Kelurahan Koja

91

Puskesmas Kelurahan Lagoa

94

100

98

80

Puskesmas Kelurahan Rawabadak Utara

96

100

100

80
19

Puskesmas Kelurahan Rawabadak Selatan

94

100

98

80

Puskesmas Kelurahan Tugu Utara

92

100

100

80

Puskesmas Kelurahan Tugu Selatan

94

100

100

80

Puskesmas Kecamatan Koja

551

600

99

80

Sumber : Laporan Bulanan Program Kesehatan Lingkungan Periode April


Juni 2016
Tabel 1.8 Persentase rata-rata Kepemilikan Sanitasi Dasar (Rumah Sehat) per
Tiga Bulan Puskemas Kecamatan Koja Periode April Juni 2016 Puskesmas
Kecamatan Koja (Dalam Persen)
Puskesmas

Kumulatif

Sasaran
100

Cakupan
%
91

Target
%
80

Puskesmas Kelurahan Koja

91

Puskesmas Kelurahan Lagoa

94

100

94

80

Puskesmas Kelurahan Rawabadak Utara

96

100

96

80

Puskesmas Kelurahan Rawabadak Selatan

94

100

94

80

Puskesmas Kelurahan Tugu Utara

92

100

92

80

Puskesmas Kelurahan Tugu Selatan

94

100

94

80

Puskesmas Kecamatan Koja

551

600

93

80

Sumber : Laporan Bulanan Program Kesehatan Lingkungan Periode April


Juni 2016
Dari tabel 1.10 dapat disimpulkan bahwa seluruh kelurahan dari
kecamatan Koja memenuhi target yaitu 80%.
c. Pemeriksaan Instalasi Pengelolaan Makanan
Tabel 1.9 Persentase rata-rata Pemeriksaan Instalasi Pengelolaan Makanan
per Tiga Bulan Puskemas Kecamatan Koja Periode April Juni 2016
Puskesmas Kecamatan Koja (Dalam Persen)
Puskesmas

Kumulatif

Sasaran

Puskesmas Kelurahan Koja

50

Cakupan
%
33

Puskesmas Kelurahan Lagoa

49

33

Target
%

20

Puskesmas Kelurahan Rawabadak Utara

31

66

Puskesmas Kelurahan Rawabadak Selatan

17

100

Puskesmas Kelurahan Tugu Utara

30

14

Puskesmas Kelurahan Tugu Selatan

33

33

Puskesmas Kecamatan Koja

210

35

Sumber : Laporan Bulanan Program Kesehatan Lingkungan Periode April Juni 2016
d. Pemeriksaan Sarana Pendidikan
Tabel 1.10 Persentase rata-rata Pemeriksaan Sarana Pendidikan per
Tiga Bulan Puskemas Kecamatan Koja Periode Januari - Maret 2016
Puskesmas Kecamatan Koja (Dalam Persen)
Puskesmas

Kumulatif

Sasaran

Puskesmas Kelurahan Koja

14

Cakupan
%
40

Puskesmas Kelurahan Lagoa

64

42

Puskesmas Kelurahan Rawabadak Utara

11

38

64

Puskesmas Kelurahan Rawabadak Selatan

23

16

Puskesmas Kelurahan Tugu Utara

16

57

69

Puskesmas Kelurahan Tugu Selatan

24

16

Puskesmas Kecamatan Koja

40

220

48

Target
%

Sumber : Laporan Bulanan Program Kesehatan Lingkungan Periode Januari Maret


2016

1.2 Identifikasi Masalah


Dari berbagai hasil pencapaian program kegiatan kesehatan lingkungan yang
dievaluasi di Puskesmas Kecamatan Koja Periode Januari September 2016,
program-program yang tidak memenuhi standar yaitu kurang atau lebih dari target
selanjutnya akan dilakukan evaluasi. Program dievaluasi karena adanya masalah
pada program tersebut yaitu belum mencapai target yang sudah ditetapkan. Adapun
identifikasi masalah yang didapatkan antara lain :

21

Presentase Angka Bebas Jentik Nyamuk yang diperiksa oleh jumantik pada
keluarga di Wilayah Kelurahan Koja bulan April Juni 2016 adalah
sebesar 92%

Presentase Angka Bebas Jentik Nyamuk yang diperiksa oleh jumantik pada
keluarga di Wilayah Kelurahan Lagoa bulan April Juni 2016 adalah
sebesar 88%

Presentase Angka Bebas Jentik Nyamuk yang diperiksa oleh jumantik pada
keluarga di Wilayah Kelurahan Rawabadak Utara bulan April Juni 2016
adalah sebesar 91%

Presentase Angka Bebas Jentik Nyamuk yang diperiksa oleh jumantik pada
keluarga di Wilayah Kelurahan Rawabadak Selatan bulan April Juni
2016 adalah sebesar 89%

Presentase Angka Bebas Jentik Nyamuk yang diperiksa oleh jumantik pada
keluarga di Wilayah Kelurahan Tugu Utara bulan April Juni 2016 adalah
sebesar 85%

....

....

....

....

1.3 Rumusan Masalah


Setelah identifikasi masalah dari Angka Bebas Jentik pada Pemeriksaan Sarang
Nyamuk di wilayah puskesmas kecamatan Koja periode April 2016 Juni 2016
terdapat 5 cakupan program yang menjadi masalah. Kemudian dilakukan
perhitungan dan pembandingan nilai kesenjangan antara apa yang diharapkan
(expected) dengan apa yang telah terjadi (observed), dilakukan perumusan masalah
untuk membuat perencanaan yang baik sehingga masalah yang ada dapat
diselesaikan.
Rumusan masalah dari program kesehatan lingkungan di puskesmas kecamatan
Koja adalah sebagai berikut :

22

1. Cakupan Angka Bebas Jentik Nyamuk yang diperiksa oleh jumantik pada
keluarga di Wilayah Kelurahan Koja bulan April Juni 2016 sebesar 92%
kurang dari target 95%.
2. Cakupan Angka Bebas Jentik Nyamuk yang diperiksa oleh jumantik pada
keluarga di Wilayah Kelurahan Lagoa bulan April Juni 2016 sebesar 88%
kurang dari target 95%.
3. Cakupan Angka Bebas Jentik Nyamuk yang diperiksa oleh jumantik pada
keluarga di Wilayah Kelurahan Rawabadak Utara bulan April Juni 2016
sebesar 91% kurang dari target 95%.
4. Cakupan Angka Bebas Jentik Nyamuk yang diperiksa oleh jumantik pada
keluarga di Wilayah Kelurahan Rawabadak Selatan bulan April Juni
2016 sebesar 89% kurang dari target 95%.
5. Cakupan Angka Bebas Jentik Nyamuk yang diperiksa oleh jumantik pada
keluarga di Wilayah Kelurahan Tugu Utara bulan April Juni 2016 sebesar
85% kurang dari target 95%.
6. ....
7. ....
8. ....
9. ....

BAB II
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB
MASALAH
23

2.1 MENETAPKAN PRIORITAS MASALAH


Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan
apa yang aktual terjadi (observed). Pada laporan ini, yang diharapkan merupakan
target pada kegiatan dan yang aktual terjadi merupakan data cakupan yang telah
dilaporkan. Perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas karena keterbatasan
sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat
dipecahkan sekaligus. Setelah pada tahap awal merumuskan masalah, maka
dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang harus dipecahkan.
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan
pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu
dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara
menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan
mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan
dalam penetapan prioritas masalah meliputi:
1 Menetapkan kriteria
2 Memberikan bobot masalah
3 Menentukan skoring tiap masalah

2.2 Non-Scoring Technique


Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang lazim
digunakan adalah teknik non skoring. Dengan menggunakan teknik ini, masalah
dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu juga disebut Nominal Group
Technique (NGT). NGT terdiri dari dua, yaitu:
A Metode Delbecq
Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini dilakukan melalui
diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama
keahliannya. Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan
penjelasan terlebih dahulu untuk memberikan pengertian dan pemahaman
peserta diskusi, tanpa mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini adalah
prioritas masalah yang disepakati bersama.
B Metode Delphi
Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang
mempunyaikeahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta diskusi
diminta untuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah pokok.
24

Masalah yang terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi


prioritas masalah.
2.3 Scoring Technique
Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan teknik
skoring antara lain:
A Metode Bryant
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu :
1 Prevalence
Besarnya masalah yang dihadapi
2 Seriousness
Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam masyarakat
dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka kematian akibat
masalah kesehatan tersebut.
Manageability
Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber daya
4 Community concern
Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah Kesehatan tersebut
Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari
3

prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu
sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan sesuai baris untuk tiap masalah.
Kemudian dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai kolom untuk
masing-masing masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai
tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga
memiliki kelemahan yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah terlalu
berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah yang akan
diambil.
B Metode Matematik PAHO
Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalah-masalah
yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan digunakan kriteria
untuk penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria
yang dipakai ialah :
1 Magnitude
Berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit yang
2

ditunjukkan dengan angka prevalens.


Severity
Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case fatality rate
masing- masing penyakit.
Vulnerability
25

Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif untuk mengatasi
4

masalah tersebut.
Community and political concern
Menunjukkan sejauh mana masalah tersebut menjadi concern atau

kegusaran masyarakat dan para politisi.


Affordability
Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia.

C Metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)


Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan
prioritas masalah adalah :
1 Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga
menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam
kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai
berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain,
maka digunakan parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun
2

angka kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut.


Greatest member
Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang
terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa
penyakit, maka parameter yang digunakan adalah prevalence rate.
Sedangkan untuk masalah lain, maka greatest member ditentukan dengan
cara melihat selisih antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah program

kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.


Expanding Scope
Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap
sektor lain diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan
adalah seberapa luas wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah
penduduk di wilayah tersebut, serta berapa banyak sektor di luar sektor

kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut.


Feasibility
Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa
mungkin masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah
ketersediaan sumber daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan,
fasilitas terkait dengan kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta

ada tidaknya anggaran untuk kegiatan tersebut.


5. Policy
26

Berhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan


adalah masalah kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai
apakah masyarakat memiliki kepedulian terhadap masalah tersebut serta
apakah kebijakan pemerintah mendukung terselesaikannya masalah
tersebut.
Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian
masalah dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk
dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih
obyektif. Pada metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot
yang akan digunakan.
Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu
dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot
yang lebih tinggi. Setelah dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang
mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima,
dimana nilai yang tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.
a. Bobot 5 : paling penting
b. Bobot 4 : sangat penting sekali
c. Bobot 3 : sangat penting
d. Bobot 2 : penting
e. Bobot 1 : cukup penting
Dari teknik skoring yang ada ditetapkan untuk digunakan teknik MCUA
atas alasan agar dapat menilai prioritas masalah secara lebih sensitive dengan
mengatur nilai bobot untuk setiap kriteria.
2.3.1 Emergency
Menunjukkan besar kerugian yang timbul. Ini ditunjukkan dengan
CFR masing-masing penyakit. Proxy CFR adalah suatu angka yang
digunakan untuk masalah-masalah yang tidak berhubungan secara
langsung dengan penyakit, tetapi dapat mempengaruhi terjadinya suatu
penyakit. Nilai proxy CFR ditentukan berdasarkan hasil diskusi,
argumentasi, serta justifikasi. CFR DBD di Indonesia pada tahun 2014

27

ditemukan sebesar 0,91% yaitu sebanyak 910 orang per 100 000 orang
penduduk.
Dari jumlah penduduk tersebut berdasarkan CFR, ditentukan
skoring berdasarkan skala per 100 000 penduduk seperti yang dapat
terlihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Penentuan Score Emergency dari nilai Proxy

28

Total Nilai

Score

0 30

31 60

Tabel 2.2 Penentuan


Score Emergency Masalah
Program Kesehatan
Lingkungan berdasarkan
proxy CFR pada
Puskesmas

Kecamatan Koja Periode April Juni 2016

Tabel 2.2 Penentuan Score Emergency Masalah Program Kesehatan Lingkungan


berdasarkan proxy CFR pada Puskesmas
Kecamatan Koja Periode April Juni 2016
Besar Masalah
(Target (%) Pencapaian (%))

No.

Masalah

1.

Cakupan ABJ pada Kelurahan Rawabadak


Utara Periode April Juni 2016 dengan
ABJ sebesar 91% kurang dari target 95%.
Cakupan ABJ pada Kelurahan Tugu Utara
Periode April Juni 2016 dengan ABJ
sebesar 85% kurang dari target 95%.
Cakupan ABJ pada Kelurahan Lagoa
Periode April Juni 2016 dengan ABJ
sebesar 88% kurang dari target 95%.
Cakupan ABJ pada Kelurahan Rawa Badak
Selatan April Juni 2016 dengan ABJ
sebesar 89% kurang dari target 95%.
Cakupan ABJ pada Kelurahan Koja April
Juni 2016 dengan ABJ sebesar 92% kurang
dari target 95%.

2.

3.

4.

4%

10%

7%
6%

3%

Proxy
Persentase
CFR DBD
0,91%
Persentase
CFR DBD
0,91%
Persentase
CFR DBD
0,91%
Persentase
CFR DBD
0,91%
Persentase
CFR DBD
0,91%

Total Nilai
(Besar
Masalah +
Proxy)

Score

4,91%

10,91%

7,91%

6,91%

3,91%

2.3.2 Greatest Member


29

Greatest member menunjukkan berapa banyak penduduk yang


terkena masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan jumlah penduduk.
Tabel 2.3 Skala Score Greatest Member
Skor

Range
0 20.000

>20.000

Tabel 2.4 Penentuan Score Greatest Member Program Kesehatan Lingkungan pada
Puskesmas Kecamatan Koja Periode April Juni 2016

N
o.

1.

2.

3.

Masalah

Cakupan ABJ
pada Kelurahan
Rawabadak
Utara Periode
April Juni 2016
dengan ABJ
sebesar 91%
kurang dari
target 95%.
Cakupan ABJ
pada Kelurahan
Tugu Utara
Periode April
Juni 2016
dengan ABJ
sebesar 85%
kurang dari
target 95%.
Cakupan ABJ
pada Kelurahan
Lagoa Periode
April Juni 2016
dengan ABJ
sebesar 88%
kurang dari
target 95%.
Cakupan ABJ

Besar
Masalah
(Target (%)
Pencapaian
(%))

Jumlah
pendudu
k

Total Nilai
(Besar
masalah x
jumlah
penduduk)

Score

4%

40.600

1.624

10%

81.192

8.119,2

7%

71.470

5.200,9

3%

35.592

1.067,76

1
30

N
o.

Besar
Masalah
(Target (%)
Pencapaian
(%))

Masalah

pada Kelurahan
Koja Periode
April Juni 2016
dengan ABJ
sebesar 92%
kurang dari
target 95%.
Cakupan ABJ
pada Kelurahan
Rawa Badak
Selatan Periode
April Juni 2016
dengan ABJ
sebesar 89%
kurang dari
target 95%.

6%

Jumlah
pendudu
k

46.514

Total Nilai
(Besar
masalah x
jumlah
penduduk)

Score

2.790,84

2.3.3 Expanding Scope


Expanding Scope menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu
permasalahan terhadap sektor lain diluar kesehatan, berapa banyak jumlah
penduduk di wilayah tersebut, serta ada tidaknya sektor di luar sektor
kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut.
Untuk keterpaduan lintas program dan sektor diberi nilai 4 karena
pada masalah tersebut dapat menimbukan masalah pada lintas program
dan sektor secara langsung. Keterpaduan lintas sektoral saja diberikan
nilai 3 karena masalah tersebut hanya menimbulkan masalah sektoral
secara langsung tanpa keterkaitan lintas program. Keterpaduan lintas
program saja diberikan nilai 2 karena masalah tersebut hanya
menimbulkan masalah antar program secara langsung tanpa keterkaitan
lintas sektoral. Tidak terdapatnya keterpaduan lintas program dan sektor
diberi nilai 1.
Tabel 2.5 Penentuan Score Pengaruh Sektor

31

Score

Keterpaduan

Tidak ada keterpaduan


lintas program dan sektor
Ada keterpaduan lintas
program

Tabel 2.6. Skoring

2
3

Ada keterpaduan lintas


sektor

Terhadap Program

Ada keterpaduan lintas


program dan sektor

Expanding Scope
Kesehatan Lingkungan di
Kecamatan Koja Periode
Januari-April 2016

No.
1.
2.
3.
4.
5.

Masalah

Score

Cakupan ABJ pada Kelurahan Rawabadak Utara Periode April Juni 2016 dengan ABJ sebesar
91% kurang dari target 95%.
Cakupan ABJ pada Kelurahan Tugu Utara Periode April Juni 2016 dengan ABJ sebesar 85%
kurang dari target 95%.
Cakupan ABJ pada Kelurahan Lagoa Periode April Juni 2016 dengan ABJ sebesar 88% kurang
dari target 95%.
Cakupan ABJ pada Kelurahan Rawa Badak Selatan April Juni 2016 dengan ABJ sebesar 89%
kurang dari target 95%.
Cakupan ABJ pada Kelurahan Koja April Juni 2016 dengan ABJ sebesar 92% kurang dari
target 95%.
2.3.4 Feasibility
Feasibility merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai
seberapa mungkin suatu masalah dapat diselesaikan. Pada dasarnya,
kriteria ini adalah kriteria kualitatif. Oleh karena itu, perlu dibuat
parameter kuantitatif sehingga penilaian terhadap kriteria ini menjadi
objektif. Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu
masalah dapat diselesaikan meliputi :
1

Rasio tenaga kerja puskesmas terhadap jumlah penduduk (Sumber


Daya Manusia). Semakin banyak jumlah tenaga kesehatan terhadap
jumlah

penduduk,

maka

kemungkinan

suatu

permasalahan

terselesaikan akan semakin besar. Oleh karena itu, dilakukan


penghitungan rasio tenaga kesehatan di setiap puskesmas kelurahan
terhadap jumlah penduduk yang menjadi sasaran program kesehatan di
32

4
4
4
2
2

masing-masing wilayah puskesmas. Karena pada masalah yang


ditemukan adalah masalah kecamatan maka penentuan skoring rasio
tenaga kerja tidak disertakan. Karena tidak ada perbedaan skor masalah
pada Kecamatan Koja.
2

Ketersediaan fasilitas (material), fasilitas juga merupakan hal yang


dibutuhkan untuk menjalankan suatu kegiatan dan menyelesaikan suatu
masalah dan cakupan kegiatan tersebut. Namun, fasillitas yang
dibutuhkan oleh setiap kegiatan berbeda-beda. Oleh karena itu,
dibuatkan kategori untuk fasilitas yang dibutuhkan oleh kegiatankegiatan tersebut. Kategori fasilitas digolongkan menjadi dua yaitu
ketersediaan alat/obat dan ketersediaan tempat. Penilaian berdasarkan
ada dalam jumlah mencukupi, ada namun kurang mencukupi dan tidak
ada sama sekali. Digolongkan cukup bila dari kegiatan pelaksanaan
program tidak ada masalah yaitu selalu tersedia dan diberi nilai dua.
Digolongkan kurang bila tersedia namun jumlah kurang, atau terlambat
datang, atau ada namun tidak layak pakai dan diberi nilai satu. Dan
tidak ada bila tidak tersedia dan diberi nilai nol.

Tabel 2.7. Penentuan Scoring Ketersediaan Fasilitas Terhadap Kegiatan di


Puskesmas Kecamatan Koja Periode April Juni 2016
No

Kategori

Ketersediaan

Score

Tempat

Ada dan memadai

Ada tetapi kurang


memadai

Tidak ada

Ada dan lengkap

Ada tetapi kurang

Tidak ada

Alat/ Obat

3. Ketersediaan dana, Scoring ketersediaan dana terhadap setiap kegiatan Puskesmas


penilaian dibagi tiga yaitu tidak ada, kurang dan cukup. Penilaian berdasarkan
wawancara dengan pemegang program dan kepala Puskesmas terkait.
33

Tabel 2.8. Penentuan Scoring Ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan di Puskesmas


Kecamatan Koja Periode Januari-April 2016
Dana

Score

Ada dan cukup

Ada tetapi kurang

Tidak ada

34

No
1.

Fasilitas

Masalah
Cakupan

ABJ

pada

April Juni 2016 dengan ABJ sebesar

Juni 2016 dengan ABJ sebesar 91,33%


kurang dari target 95%.
Cakupan
ABJ
pada

Alat/Obat

Puskesmas

Kelurahan Lagoa Periode April Juni


2016 dengan
4.

Tempat

89,97% kurang dari target 95%.


Cakupan
ABJ
pada
Puskesmas
Kelurahan Tugu Utara Periode April

3.

Total

Puskesmas

Kelurahan Rawabadak Utara Periode

2.

Dana

ABJ sebesar 87,20%

kurang dari target 95%.


Cakupan jumlah tempat depot air minum
isi ulang yang dilakukan pemeriksaan
pada

Puskesmas

Kecamatan

Koja

periode April Juni 2016 sebesar 35%,


5.

kurang dari target 80%.


Cakupan jumlah air minum rumah yang
diperiksa pada Kecamatan Koja periode
April Juni 2016 sebesar 35% kurang
dari target 80 %.
Tabel 2.9. Penentuan Score Feasibility Program Kesehatan Lingkungan Terhadap
Kegiatan di Wilayah Puskesmas Kecamatan Koja Periode Januari-April 2016
Secara keseluruhan Skor Feasibility pada program Kesehatan Lingkungan

Puskesmas Kelurahan Rawabadak Utara, Tugu Utara, dan Lagoa di Kecamatan Koja
pada periode April Juni 2016 sama besarnya yaitu memiliki total skor 3.
2.3.5

Policy
Untuk dapat diselesaikan, aspek lain yang harus dipertimbangkan
dari suatu masalah kesehatan adalah apakah pemerintah memiliki concern
terhadap masalah tersebut. Parameter yang digunakan untuk menilai
seberapa concern pemerintah adalah kebijakan pemerintah yang concern
35

terhadap permasalahan tersebut, serta

apakah masalah tersebut

terpublikasi di berbagai media.


Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang
paling mungkin sampai ke masyarakat. Publikasi suatu isu kesehatan di
media cetak memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan
penyuluhan. Maka skor tanpa adanya iklan di media cetak dan elektronik
diberikan 1. Sedangkan untuk iklan di media cetak diberikan nilai 2.
Begitupun dengan media elektronik yang memiliki jangkauan yang lebih
luas dibandingkan dengan media cetak. Maka untuk adanya publikasi
masalah kesehatan tersebut di media elektronik diberikan nilai 3.
Tabel 2.10. Penentuan Scoring Kebijakan Pemerintah Terhadap Program
Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Kecamatan Koja Periode JanuariApril 2016
Parameter

Score
1
2

Tidak ada kebijakan


Publikasi kebijakan di media
cetak (poster, majalah, koran)
Publikasi kebijakan di media

elektronik (TV, radio, internet)


Setelah

diklasifikasikan

berdasarkan

lima

kriteria

di

atas,

keseluruhan hasil penghitungan dari kriteria-kriteria tersebut dimasukan


ke dalam tabel penentuan masalah program Kesling menurut metode
MCUA untuk dikalikan dengan bobot masing-masing kriteria. Kemudian
hasil perkaliannya dijumlahkan.

36

Tabel 2.11. Penentuan Score Policy Program Kesehatan Lingkungan Terhadap Kegiatan di
Puskesmas Kecamatan Koja
Periode April Juni 2016
No

Masalah

Score

1.

Cakupan ABJ pada Kelurahan Rawabadak Utara Periode April Juni 2016
dengan ABJ sebesar 91% kurang dari target 95%.

2.

Cakupan ABJ pada Kelurahan Tugu Utara Periode April Juni 2016 dengan
ABJ sebesar 85% kurang dari target 95%.

3.

Cakupan ABJ pada Kelurahan Lagoa Periode April Juni 2016 dengan ABJ
sebesar 88% kurang dari target 95%.

4.

Cakupan ABJ pada Kelurahan Rawa Badak Selatan April Juni 2016 dengan
ABJ sebesar 89% kurang dari target 95%.

Cakupan ABJ pada Kelurahan Koja April Juni 2016 dengan ABJ sebesar
92% kurang dari target 95%.

5.

Setelah diklasifikasikan berdasarkan lima kriteria di atas, keseluruhan hasil


penghitungan dari kriteria-kriteria tersebut dimasukan ke dalam tabel penentuan masalah
program Kesling menurut metode MCUA untuk dikalikan dengan bobot masing-masing
kriteria. Kemudian hasil perkaliannya dijumlahkan.

Tabel 2.12. Penentuan Masalah Program Kesehatan Lingkungan Menurut Metode MCUA MS
1-MS 5 di Puskesmas Kecamatan Koja Periode April Juni 2016
No.

KRITERIA

BOBOT

1
2
3
4
5

Expanding scope
Feasibilty
Policy
Greatest Member
Emergency
Total

5
4
3
2
1

MS 1
MS 2
MS 3
MS 4
N
BN
N BN N BN
N BN
4 20 4 20 4 20 2 10
5 20 3 12 5 20 4 16
3
9
3
9
3
9
2
6
1
2
1
2
1
2
2
4
1
1
1
1
1
1
2
2
52
52
44
38

MS 5
N BN
2 10
4 16
2
6
2
4
2
2
38

37

MS

1.

2.

3.

4.

5.

Cakupan ABJ pada Kelurahan Rawabadak Utara Periode April Juni


2016 dengan ABJ sebesar 91% kurang dari target 95%.
Cakupan ABJ pada Kelurahan Tugu Utara Periode April Juni 2016
dengan ABJ sebesar 85% kurang dari target 95%.
Cakupan ABJ pada Kelurahan Lagoa Periode April Juni 2016
dengan ABJ sebesar 88% kurang dari target 95%.
Cakupan ABJ pada Kelurahan Rawa Badak Selatan April Juni 2016
dengan ABJ sebesar 89% kurang dari target 95%.
Cakupan ABJ pada Kelurahan Koja April Juni 2016 dengan ABJ
sebesar 92% kurang dari target 95%.

Berdasarkan perhitungan tabel MCUA dari 5 masalah di atas didapatkan prioritas


masalah sebagai berikut:
1.

Cakupan ABJ pada Kelurahan Tugu Utara Periode Januari-April 2016 dengan
ABJ sebesar 85% kurang dari target 95%.

3.

Cakupan ABJ pada Kelurahan Lagoa Periode Januari-April 2016 dengan ABJ
sebesar 88% kurang dari target 95%.

2.4 Menentukan Kemungkinan Penyebab Masalah


Setelah dilakukan penetapan prioritas terhadap masalah yang ada, selanjutnya
ditentukan kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan penyelesaian yang ada
terlebih dahulu. Pada tahap sebelumnya telah dicoba mencari apa yang menjadi akar
permasalahan dari setiap masalah yang merupakan prioritas. Pada tahap ini digunakan
diagram sebab-akibat yang disebut juga dengan diagram tulang ikan (fishbone) atau
diagram ishikawa. Dengan memanfaatkan pengetahuan dan dibantu dengan data yang
tersedia, dapat disusun berbagai penyebab masalah secara teoritis.
Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input, yaitu
sumber daya atau masukan oleh suatu sistem. Sumber daya antara lain man (sumber daya
manusia), money (dana), material (sarana), method (cara). Sedangkan proses merupakan
kegiatan sistem. Melalui proses, input akan diubah menjadi output, yang terdiri dari:
a

Planning (perencanaan)
38

Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi sampai dengan
menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya.
b

Organizing (pengorganisasian)
Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi)
yang dimiliki organisasi dan memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan organisasi.

Actuating (pelaksanaan)
Proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal
menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang telah dimiliki
dan dukungan sumber daya yang tersedia.

Controlling (monitoring)
Proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi (evaluating) jika terjadi
penyimpangan.

39

Diagram 2.1 Fishbone Cakupan ABJ pada Kelurahan Rawabadak Utara Periode Januari-April 2016 dengan ABJ sebesar 89,97%,
dengan target 95%

Method

Money

Material

Man
Petugas yang kurang
memperhatikan daerah binaannya

Metode penyuluhan yang belum


efektif oleh petugas puskesmas
Metode penyuluhan petugas yang
kurang membangun kesadaran warga

Alat penunjang program


tidak tersedia

Keterbatassan waktu untuk


menjalankan program

Cakupan ABJ
pada Kelurahan

Kurangnya pelatihan penyuluhan


dan motivasi yang baik

Perencanaan
pemantauan yang
kurang matang

Produksi barang
yang belum tersedia

Rawabadak Utara
Periode April
Juni 2016 dengan
ABJ sebesar

Musim penghujan yang


masih berlangsung

Banyaknya jumlah jentik


yang belum terdeteksi

Banyaknya tempat

Environ

Koordinasi dan evaluasi


program yang kurang
lancar

Kurangnya komunikasi
dalam pembagian tugas

Kurangnya koordinassi
petugas kesehatan yang
bertanggung jawab untuk
program tersebut

89,97% kurang
dari target 95%

Kurang teraturnya jobdesk


petugas puskesmas

Pengontrolan kurang
dilakukan dengan maksimal

Controlli

Actuatin

Organizi

Planning
40

Diagram 2.2 Fishbone Cakupan ABJ pada Puskesmas Kelurahan Lagoa Periode Januari-April 2016 dengan ABJ sebesar 91,33% dengan
target 95%.

Material

Method

Man

Money

Pelaksana program tidak fokus


bekerja

Pengalokasian dana yang tidak


merata

Kuranga efektifnya cara penyuluhan petugas


pelaksana program

keterbatasan dana untuk


pelaksanaan program.

Kurang pengetahuan dan motivasi petugas


mengenai tatacara penyuluhan yang baik

Pelaksana program melaksanakan


seluruh program sendiri

Cakupan ABJ
pada Kelurahan

Jumlah petugas kesehatan


untuk melaksanakan
program tidak memadai

Anggaran yang turun tidak


tepat waktu untuk
pelaksanaan program

Tidak adanya panduan dan pelatihan


tatacara penyuluhan yang efektif

Lagoa periode
April Juni
2016 sebesar

Musim penghujan yang


masih berlangsung

Keterbatasan anggaran
untuk pembiayaan
penambahan petugas

87,20% kurang
dari target
95%

Banyaknya jumlah jentik


yang belum terdeteksi

Kurangnya jumlah
anggota kesling yang
berkompetensi

Banyaknya tempat
menggenangnya air

Environm
ent

Jumlah tugas yang


terlalu banyak pada
program kesling

Controllin
g

Actuating

Organizin

Planning
41

Cakupan ABJ pada Kelurahan Rawabadak Utara Periode April Juni 2016 dengan
ABJ sebesar 89,97% kurang dari target 95%.
1. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah :
a. Man
Jumlah petugas kesehatan untuk melaksanakan program tidak memadai.
b. Material
Produksi barang yang belum tersedia.
c. Method
Kurangnya pelatihan penyuluhan dan motivasi yang baik.
2. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah :
a Organizing
Koordinasi dan evaluasi program yang kurang lancar.
b

Controlling
Kurangnya komunikasi dalam pembagian tugas.

3. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada lingkungan adalah:


a Environment
Musim penghujan yang masih berlangsung
Dari akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan dua akar penyebab masalah yang
paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung juga pemahaman yang
cukup. Dua akar penyebab masalah yang paling dominan tersebut yang didapatkan dari
wawancara penanggung jawab program kesehatan lingkungan di Puskesmas Kelurahan
Rawabadak Utara. Masalah tersebut berupa:
1. Perencanaan pemantauan yang kurang matang (Man).
2. Koordinasi dan evaluasi program yang kurang lancar (Organizing).
Cakupan ABJ pada Kelurahan Lagoa Periode April Juni 2016 dengan ABJ sebesar
87,20%, kurang dari target 95%.
1. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah :
a. Man
Jumlah petugas kesehatan untuk melaksanakan program tidak memadai.
b. Method
Tidak adanya panduan dan pelatihan tatacara penyuluhan yang efektif.
c. Money
Anggaran yang turun tidak tepat waktu untuk pelaksanaan program.
2. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah :
42

Organizing
Keterbatasan anggaran untuk pembiayaan penambahan petugas.

3. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada lingkungan adalah:


b

Environment
Musim penghujan yang masih berlangsung.
Dari akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan dua akar penyebab masalah yang

paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung juga pemahaman yang
cukup. Dua akar penyebab masalah yang paling dominan tersebut yang didapatkan dari
wawancara penanggung jawab program kesehatan lingkungan di Puskesmas Kelurahan
Lagoa. Masalah tersebut berupa:
1. Jumlah petugas kesehatan untuk melaksanakan program tidak memadai (Man).
2. Keterbatasan anggaran untuk pembiayaan penambahan petugas (Organizing).

43

Anda mungkin juga menyukai