Anda di halaman 1dari 33

1

REFERA
ENDOFTALMITIS

PEMBIMBING:
dr. Arief, Sp.M

OLEH:
Lulu Dhiyaanty K

2011730055

Putri Rafika Z

2011730080

A.M.F Faidzin A

2011730121

Annisa Anggraini

2011730012

Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta
Rumah Sakit Umum Daerah Syamsudin, S.H. Sukabumi
Periode 25 Juli 2016 28 Agustus 2016

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
1. Anatomi Bola Mata......................................................................................... 3
1.1.1 Konjungtiva.......................................................................... 3
1.1.2 Kelopak Mata....................................................................... 3
1.1.3 Tunika Fibrosa..................................................................... 4
1.1.4 Tunika Vaskulosa................................................................. 7
1.1.5 Lensa ................................................................................... 8
1.1.6 Kamera Okuli....................................................................... 9
1.1.7 Aqueous Humor................................................................... 10
1.1.8 Sinus Venous Sklera............................................................. 10
1.1.9 Trabekula Meshwork........................................................... 11
1.1.10 Badan Vitreous..................................................................... 11
1.1.11 Retina................................................................................... 11
2 Definisi Endoftalmitis...................................................................................... 14
3 Epidemiologi.................................................................................................... 14
4 Etiologi............................................................................................................. 15
5 Klasifikasi........................................................................................................ 17
5.1 Endoftalmitis Eksogen.............................................................. 17
5.2 Endoftalmitis Endogen.............................................................. 18
5.3 Endoftalmitis Fakoanafilaktif................................................... 19
6 Patogenesis....................................................................................................... 19
7 Manifestasi Klinis, Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang............... 21
8 Diagnosis dan Diagnosis Banding................................................................... 25
9 Tatalaksana....................................................................................................... 27
9.1 Nonfarmakologi........................................................................ 27
9.2 Farmakologi ............................................................................. 28
9.3 Operatif..................................................................................... 31
9.4 Pencegahan............................................................................... 32
10 Komplikasi.................................................................................................... 33
11 Prognosis....................................................................................................... 33
KESIMPULAN.................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 35

TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Anatomi Bola Mata
2.1.1

Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis dan transparan


yang melapisi bagian yang paling anterior dari sklera dan melapisi
permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtiva dibagi menjadi
daerah limbal, bulbar, forniks, dan palpebra. Sel yang terkait dengan
konjungtiva adalah sel goblet yang menghasilkan lendir dan kelenjar yaitu
kelenjar konjungtiva (Krause) dan kelenjar lakrimal aksesorius (Wolfring).
Kelenjar konjungtiva (Krause) terkonsentrasi di fornix atas, sedangkan
kelenjar lakrimal aksesorius (Wolfring) berhubungan dengan tarsus. (2)
2.1.2

Kelopak Mata
Kelopak mata yang dirancang untuk melindungi, memelihara, dan

mempertahankan kornea dan sklera anterior. Secara anatomis, kelopak


mata dibagi menjadi 2 lamellae, anterior dan posterior, yang dibatasi oleh
alinea alba. Lamellae anterior terdiri dari epitel dan otot orbicularis oculi,
sedangkan tarsus dan konjungtiva palpebra membentuk lamellae posterior.
(2)

Gambar 2.1 Anatomi konjungtiva dan kelopak mata


2.1.3

Tunika Fibrosa

1) Sklera
Sklera adalah jaringan fibrosa padat yang membentuk lapisan
terluar mata. Sklera melindungi mata dan memberikan tempat
perlekatan otot ekstraokuler. Pada daerah posterior, bagian sklera yang
berlubang akan dilewati oleh saraf optik di lamina cribrosa.(2)
Ketebalan sklera tidak seragam. Pada daerah anterior, ketebalan
sklera adalah 0,6mm; 0,3mm pada tempat melekatnya otot rektus;
0,5mm di ekuator bola mata dan 1,0mm di kutub posterior. Secara
eksternal, sklera ditutupi oleh episklera, yang berisi pembuluh
episklera, dan pleksus anterior serta posterior.(2)

Iris

Gambar 2.2 Gambaran luar dari sklera, kornea, iris dan pupil
2) Kornea

Kornea merupakan lapisan yang jernih dan transparan yang


berada dibagian depan mata. Kornea merupakan media refraksi utama
pada bola mata. Lapisan kornea merupakan lapiran avaskular yang
terdiri dari 5 lapis.(2)
a. Lapisan epitel merupakan lapisan yang tersusun atas epitel
skuamosa bertingkat non-keratinosa (5-6 lapis sel). Lapisan ini
memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap beberapa serabut akhir
saraf dan memiliki kemampuan regenerasi yang baik.
b. Membrane Bowman merupakan membran yang astruktural dan
aselular.
c. Substansi propia (stroma) membentuk 90% dari total ketebalan
kornea. Jaringan ikat penyusun lapisan ini membentuk struktur
yang saling menyilang dengan sudut 90 o. Jaringan ikat pada stroma
merupakan fibrin tipe I, III, V, dan VII serta jaringan ikat kolagen.
d. Membran Descement merupakan lapisan astruktural, homogen dan
memiliki ketebalan sekitar 3-12 mikron. Lapisan ini tersusun atas
zona band anterior dan zona non-band posterior. Membran
Descement kaya akan jaringan ikat kolagen tipe IV.
e. Endothelium merupakan satu lapis sel kuboid dan hexagonal
simpleks yang tersusun pada permukaan bagian dalam kornea.
Endothelium terbentuk dari sel ke stroma. Karena kornea
merupakan struktur avaskular maka untuk nutrisi kornea berasal
dari difusi pada lapisan endothelium.

Gambar 2.3 Lapisan kornea


2.1.4

Tunika Vaskulosa

1) Koroid
Koroid merupakan membran berbentuk spons berwarna coklat
dengan pleksus vena yang luas, yang memiliki 4 lapisan berikut:(2)
a. Lapisan epikoroid menjembatani ruang antara sklera dan koroid.
b. Lapisan pembuluh darah membentuk sebagian besar lapisan koroid
dan mengandung melanosit.
c. Koriokapilaris adalah lapisan kapiler dilapisi oleh endothelium
fenestratum tipe II yang memasok nutrisi ke bagian luar retina.
d. Membran Bruch adalah membran mengkilap dan homogen yang
terletak di antara koriokapilaris dan retina.

Gambar 2.4 Anatomi koroid


2) Iris
Iris merupakan bagian paling anterior dari uvea. Memiliki
apertura sentralis dan membentuk pupil. Pada daerah perifer, iris yang
melekat pada badan silia, dan pada bagian anterior, bersandar terhadap
permukaan anterior lensa, sehingga memisahkan ruang anterior dari
ruang posterior. Permukaan anterior tidak teratur dengan kriptus dan
alur-alur, sedangkan pada bagian posterior, permukaan menunjukkan
alur dangkal dan warna hitam seragam karena 2 lapisan epitel
berpigmen.(2)
Iris memiliki otot sfingter dan dilator pupil. Otot sfingter
pupillae terletak sebagai cincin halus pada margin pupil dan disuplai
oleh serabut parasimpatis dari CN III. Otot dilator pupillae tipis dan
berorientasi radial; otot ini diinervasi oleh saraf simpatis.(2)
2.1.5

Lensa

Lensa adalah struktur kristal, cembung pada kedua sisi, dan


ditutupi oleh kapsul lensa. Lensa melekat pada serat zonula yang
menempel ke badan siliar sebagai ligamentum suspensorium. Lensa
avaskular dan nutrisi untuk lensa berasal dari aqueous humor. Lensa
bersifat elastic dan transparan.(2)

Gambar 2.5 Anatomi Lensa


2.1.6

Kamera Okuli
Ruang anterior atau kamera okuli anterior adalah ruang yang

dibatasi oleh permukaan anterior posterior (endothelium) kornea, dan


posterior oleh lensa, iris, dan permukaan anterior korpus siliaris. Kamera
okuli anterior melingkar dengan batas lateral dari ruang anterior ditempati
oleh trabecular meshwork, dimana humor aqueous di drainase ke dalam
sinus vena skleral (kanal Schlemm).(2)
Ruang posterior dibatasi pada daerah anterior oleh iris dan
posterior oleh serat lensa dan serta zonula, dan perifer oleh prosesus
siliaris.(2)

Gambar 2.6 Gambaran kamera okuli, kanal Schlemm dan trabecular meshwork
2.1.7

Aqueous Humor
Aqueous humor adalah cairan yang mengisi kedua kamera okuli

anterior dan posterior mata. Aqueous humor disekresi sebagian oleh epitel
silia dan sebagian oleh difusi dari kapiler dalam prosesus siliaris. Aqueous
humor mengandung bahan plasma darah diffusable namun memiliki
kandungan protein yang rendah.(2)
2.1.8

Sinus Venous Sklera


Sinus vena skleral, atau kanal Schlemm, adalah pembuluh darah

melingkar mengelilingi mata. Kanal ini dibatasi oleh endothelium dan


fungsinya adalah untuk mengalirkan aquoer humor.(2)

2.1.9

Trabekula Meshwork

10

Trabecular meshwork adalah jaringan seperti spons yang berada


disela antara kamera okuli anterior dan sinus vena skleral. Trabekula yang
terdiri dari inti serat kolagen yang ditutupi oleh endothelium.(2)
2.1.10 Badan Vitreous
Badan vitreous adalah gel transparan dan jernih yang mengisi
ruang antara retina dan lensa yang melekat ke retina. Fungsinya adalah
untuk

mempertahankan

bentuk

dan

turgor

mata

serta

untuk

memungkinkan lewatnya sinar cahaya ke retina.(2)

Gambar 2.7 Badan Vitreus


2.1.11 Retina
Retina adalah lapisan terdalam dari bola mata, yang terdiri dari selsel fotoreseptor, di kutub posterior, depresi dangkal disebut fovea sentralis.
Daerah ini adalah titik ketajaman visual terbesar. Daerah ini terdiri dari
hanya sel kerucut. Sekitar fovea merupakan daerah yang mengandung
pigmen kuning disebut macula lutea.(2)
Lapisan retina adalah sebagai berikut:(2)
1) Epitel pigmen (lapisan yang paling dekat ke lapisan koroid)

11

2) Lapisan sel batang dan kerucut


3) Membrane limiting eksternal
4) Lapisan nuclear eksterna
5) Lapisan plexiform eksterna
6) Lapisan nuclear interna
7) Lapisan plexiform interna
8) Lapisan sel ganglion
9) Lapisan serat saraf optic
10) Membrane limiting internal (lapisan yang paling dekat dengan tubuh
vitreous)

Gambar 2.8 Lapisan Retina

12

Gambar 2.9 Gambaran funduskopi mata

2.2 Definisi Endoftalmitis


Endoftalmitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada seluruh
jaringan intraokular. Endoftalmitis mengenai dua dinding bola mata yaitu
retina dan koroid namun tanpa melibatkan sclera dan kapsula tenon.(3)
Endoftalmitis merupakan peradangan supuratif di bagian dalam bola
mata yang meliputi uvea, vitreus dan retina dengan aliran eksudat ke dalam
kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior. Peradangan supuratif ini
juga dapat membentuk abses di dalam badan kaca.(4)
2.3 Epidemiologi
Angka kejadian endoftalmitis di Amerika serikat akibat operasi terbuka
bola mata sebesar 5-14%, sedangkan yang disebabkan oleh trauma sekitar 10-

13

30% dan akibat oleh reaksi antibodi terhadap pemasangan lensa yang
dianggap sebagai benda asing oleh tubuh sebesar 7-13%.(3)
Banyak hal yang dapat menyebabkan endoftalmitis, namun penyebab
tersering adalah post operasi intraokular (62%), cedera karena benda tajam
(20%), komplikasi setelah operasi glaukoma (10%), serta setelah melakukan
operasi lain berupa keratoplasti, vitrektomi, ataupun implantasi intraokular
lensa, dan akibat bakteri dan jamur terjadi sekitar (2-8%).(3)
Kejadian endoftalmitis di Rumah Sakit Umum Daerah Tgk Chik Ditiro
Sigli periode Agustus 2014 sampai Desember 2014 adalah sebanyak 2 kasus.
Sedangkan untuk periode Januari 2015 sampai dengan pertengahan bulan
April 2015 adalah sebanyak 6 kasus. Ini menunjukkan kejadian endoftalmitis
cenderung meningkat diwilayah tersebut. (Sumber: Data masuk pasien di
ruang rawat inap mata di RSUD Tgk. Cik Ditiro Sigli)
2.4 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, endoftalmitis dapat dibedakan menjadi
endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi dan endoftalmitis yang disebabkan
oleh imunologis atau autoimun (non infeksi).(3)
Endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi dapat dibagi menjadi
endoftalmitis endogen dan endoftalmitis eksogen. Endoftalmitis endogen
diakibatkan penyebaran bakteri, jamur ataupun parasit dari fokus infeksi yang
terdapat didalam tubuh, yang menyebar secara hematogen ataupun akibat
penyakit sistemik lainnya, seperti endokarditis.(3)

14

Endoftalmitis eksogen terjadi akibat trauma tembus bola mata atau


adanya infeksi sekunder akibat komplikasi yang terjadi pada tindakan
membuka bola mata dan reaksi terhadap benda asing.(3)
Endoftalmitis fakoanafilaktik adalah suatu penyakit autoimun terhadap
jaringan tubuh sendiri yang diakibatkan jaringan tubuh tidak mengenali
jaringan lensa yang tidak terletak didalam kapsul. (3)
Berdasarkan

masa

inkubasi

mikroorganismenya,

penyebab

endoftalmitis dibagi atas:(1, 5, 6)


1. Bakteri-Post Operasi
a. Akut
Endoftalmitis terjadi 1-42 hari setelah operasi

Staphylococcus epidermidis

Staphylococcus aureus

Bakteri gram negatif : Pseudomonas, Proteus, Escherichia coli dan


Miscellaneous (Serratia, Klebsiella, Bacillus)

Streptococcus sp

b. Kronis
Endoftalmitis terjadi 6 minggu 2 tahun setelah operasi

Staphylococcus epidernidis

Propionibacterium acnes

2. Bakteri Post Trauma

Bacillus cereus

15

Staphylococcal sp

Streptococcal sp

3. Bakteri Endogen

Streptococcus sp (pneumococcus, viridens)

Staphylococcal sp

4. Fungal Post Operatif

Volutella

Neurospora

Fusarium

Candida

5. Fungal Endogen

Candida

6. Fungal Trauma

Fusarium

Aspergilus

2.5 Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, secara umum endoftalmitis diklasifikasikan
sebagai berikut:(5-7)
Post Operatif
Eksogen
Post Trauma

16

Endoftalmitis

Endogen

Fakoanafilatik

2.5.1

Endoftalmitis eksogen
Pada endoftalmitis eksogen organisme yang menginfeksi mata

berasal dari lingkungan luar. Endoftalmitis eksogen dikategorikan


menjadi:(5)

Endoftalmitis Post Operatif


Pada endoftalmitis post operatif, bakteri penyebab tersering merupakan
flora normal pada kulit dan konjungtiva. Endoftalmitis ini sering
terjadi setelah operasi katarak, implantasi IOL, glaucoma, keratoplasti,
eksisi pterigium, pembedahan strabismus, parasintesis, pembedahan
vitreus, dan lain-lain.

Endoftalmitis Post Trauma


Endoftalmitis paling sering terjadi setelah trauma mata, yaitu trauma
yang menimbulkan luka robek pada mata.

2.5.2

Endoftalmitis Endogen
Pada endoftalmitis endogen, organisme disebarkan melalui aliran

darah. Endoftalmitis endogen beresiko terjadi pada:(5)

17

Memiliki faktor predisposisi, seperti diabetes melitus, gagal ginjal,


penyakit jantung rematik, sistemik lupus eritematous, AIDS dan lainlain.

Invasif prosedur yang dapat mengakibatkan bakteremia seperti


hemodialisis, pemasangan kateter, total parenteral nutrisi dan lain-lain.

Infeksi pada bagian tubuh lain, seperti: endokarditis, infeksi saluran


kemih, artritis, pielonefritis, faringitis, pneumonia dan lain-lain.

Pada endoftalmitis endogen kuman penyebabnya sesuai dengan focus


infeksinya seperti Streptococcus Sp (endokarditis), Stapylococcus
aureus (infeksi kulit) dan Bacillus (invasif prosedur). Sementara
bakteri Gram negatif misalnya Neisseria gonorrhoe, H influenza dan
bakteri enterik seperti Escherichia colli dan Klebsiella.

2.5.3

Endoftalmitis Fakoanafilaktik
Endoftalmitis fakoanafilaktik merupakan endoftalmitis unilateral

ataupun bilateral yang merupakan reaksi uvea granulomatosa terhadap


lensa yang mengalami ruptur. Merupakan suatu proses autoimun terhadap
jaringan tubuh yaitu lensa, akibat lensa yang tidak terletak didalam kapsul
(membran basalis lensa). Pada endoftalmitis fakoanafilaktik, lensa
dianggap sebagai benda asing oleh tubuh, sehingga terbentuk antibodi
terhadap lensa yang menimbulkan reaksi antigen antibodi.(4)
Bila lensa keluar dari kapsul lensa pada katarak hipermatur, lensa
yang keluar ini menimbulkan reaksi makrofag dan mengakibatkan
tertutupnya saluran keluar cairan mata yang akan menimbulkan glaukoma
maka akan terjadi glaukoma fakolitik. Kadang-kadang penyakit ini

18

berjalan bersama trauma lensa yang menimbulkan uveitis fakoanafilaktik


sehingga terjadi uveitis simpatika.(4)
2.6 Patogenesis
Dalam keadaan normal, sawar darah-mata (blood-ocular barrier)
memberikan ketahanan alami terhadap serangan dari mikroorganisme.
Masuknya bakteri ke dalam mata terjadi karena rusaknya rintangan-rintangan
okular. Ini bisa disebabkan oleh invasi langsung (misalnya, emboli septik) atau
oleh perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan oleh substrat
yang dilepaskan selama infeksi. Penetrasi melalui kornea atau sklera
mengakibatkan gangguan eksogen pada mata. Jika masuknya lewat sistem
vaskular, maka jalur endogen akan terbentuk. Setelah bakteri-bakteri
memperoleh jalan masuk ke dalam mata, proliferasi akan berlangsung dengan
cepat. Kerusakan jaringan intraokular dapat juga disebabkan oleh invasi
langsung oleh mikroorganisme dan atau dari mediator inflamasi dari respon
kekebalan.(4)
Vitreus bertindak sebagai media yang sangat bagus bagi pertumbuhan
bakteri.

Bakteri

yang

sering

menyebabkan

endoftalmitis

adalah

staphylococcus, streptococcus, pneumococcus, pseudomonas dan bacillus


cereus. Bakteri sebagai benda asing, memicu suatu respon inflamasi.
Masuknya produk-produk inflamasi menyebabkan tingginya kerusakan pada
rintangan okular-darah dan peningkatan rekrutmen sel inflamasi.(4)
Kerusakan pada mata terjadi akibat rusaknya sel-sel inflamasi yang
melepaskan enzim proteolitik serta racun yang dihasilkan oleh bakteri.

19

Kerusakan terjadi disemua level jaringan yang berhubungan dengan sel-sel


inflamasi dan racun-racun.(8)
Endoftalmitis dapat terlihat nodul putih yang halus pada kapsul lensa,
iris, retina, atau koroid. Hal ini juga dapat timbul pada peradangan semua
jaringan okular, mengarah kepada eksudat purulen yang memenuhi bola mata.
Selain itu, peradangan dapat menyebar ke jaringan lunak orbital. Setiap
prosedur operasi yang mengganggu integritas bola mata dapat menyebabkan
endoftalmitis eksogen.(8)
2.7 Manifestasi Klinis, Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis endoftalmitis dapat ditegakkan dengan anamnesis yang
lengkap meliputi adanya riwayat tindakan bedah mata, trauma tembus bola
mata disertai dengan atau tanpa adanya penetrasi benda asing perlu
diperhatikan karena adanya kemungkinan penyebab eksogen. Mengenai
penyebab endogen maka penderita perlu dianamnesis mengenai ada atau
tidaknya penyakit sistemik yang dideritanya. (9-11) Untuk endoftalmitis
fakoanafilaktik, dapat dinyatakan tentang adanya riwayat gejala subjektif
katarak yang diderita pasien sebelumnya. Adapun gejala yang dikeluhkan
pasien (gejala subjektif) dan gejala yang didapatkan melalui pemeriksaan fisik
dapat mengarahkan pada diagnosis endoftalmitis.(3, 10)
Gejala subjektif:(3, 10, 11)

Mata merah dan nyeri pada bola mata

Penurunan tajam penglihatan

Fotofobia

20

Nyeri kepala

Mata terasa bengkak

Kelopak mata bengkak, kadang sulit dibuka

Gambar 2.10 Endoftalmitis


Pada pemeriksaan luar mata, funduskopi dan slit lamp dapat ditemukan
gejala objektif:(3, 9-11)

Edema palpebra superior

Kemosis dan hiperemi konjungtiva

Kornea keruh

Hipopion

Kekeruhan badan kaca (vitreus)

Injeksi silier dan injeksi konjungtiva

Keratik presipitat

Proptosis

21

Penurunan refleks fundus dengan gambaran warna yang agak pucat


ataupun hilang sama sekali

Pada endoftalmitis yang disebabkan jamur, didalam badan kaca ditemukan


masa putih abu-abu, hipopion ringan, bentuk abses satelit didalam badan
kaca dengan proyeksi sinar yang baik.
Manifestasi klinis berdasarkan etiologinya, yaitu:(3,8)

1. Bakteri

Onset cepat (1-7 hari post operatif)

Nyeri, mata merah dan kemosis

Edem palpebra dan spasme otot palpebra

Visus menurun dengan cepat

Hipopion

Diffuse glaucoma

2. Fungi

Onset terlambat (8-14 hari atau lebih)

Sedikit nyeri dan merah

Transient hipopion

Lesi satelit

Puff ball opacities pada vitreus

Visus tidak begitu menurun

22

Pemeriksaan penunjang:(3, 9, 10)

Pemeriksaan darah lengkap, LED, gula darah

Foto rontgen thoraks

USG jantung

Kultur urin, darah, LCS, sputum dan tinja

Funduskopi untuk menilai ada tidaknya kekeruhan media refraksi

Ultrasonografi (B Scan) dan Ct- Scan


Ini adalah pemeriksaan dengan melakukan ultrasound terhadap kutub
posterior jika pandangan fundus buruk. Biasanya, penebalan koroidal dan
gema-gema ultrasound dalam vitreus anterior dan posterior akan
membantu diagnosis. Ultrasound juga penting sebagai landasan sebelum
intervensi intraokular dan untuk menilai tampak vitreus posterior dan
daerah-daerah traksi yang mungkin. Retina yang robek jarang terlihat
bersama-sama dengan endoftalmitis.(5, 6)

23

Gambar 2.11 B Scan endoftalmitis


CT scan jarang dilakukan kecuali terjadi trauma. Penebalan sklera dan
jaringan-jaringan uveal yang berhubungan dengan berbagai tingkatan
densitas yang tinggi dalam vitreus dan struktur-struktur jaringan lunak
periokular mungkin terlihat.(5, 6)

Pengambilan sampel aqueos dan vitreus untuk analisis mikrobiologi.


Melakukan kultur dan sensitivitas terhadap sampel aqueos dan sampel
vitreus untuk menentukan jenis organisme dan sensitivitas antibiotik. Yaitu
dengan aspirasi 0,5-1 ml korpus vitreus dengan anestesi lokal melalui
sklerotomi pars plana dengan menggunakan jarum 20-23, kemudian
aspirat diperiksa secara mikroskopis.(5, 6)

2.8 Diagnosis dan Diagnosis Banding


Endoftalmitis yang disebabkan oleh bakteri dan jamur seringkali sulit
untuk dibedakan dengan peradangan intraokular lainnya. Peradangan
berlebihan tanpa endoftalmitis sering ditemui pasca operasi yang rumit, uveitis
yang sudah ada sebelumnya dan keratitis, diabetes, terapi glaucoma, dan
bedah sebelumnya. Toxic anterior segment syndrome (TASS) juga termasuk
dalam diagnosis diferensial endoftalmitis. TASS disebabkan oleh pengenalan
substansi zat beracun selama operasi yang umumnya disebabkan oleh
instrumen, cairan, atau lensa intraokular. Keratitis dan infeksi pasca operasi
sering disertai dengan hipopion tanpa infeksi intraokular. Ini penting untuk
menghindari memperkenalkan infeksi eksternal (seperti dalam kasus keratitis
bakteri) ke mata dengan melakukan paracentesis yang tidak perlu. Sel tumor
dari limfoma mungkin menumpuk di vitreous, atau sel retinoblastoma dapat

24

terakumulasi di ruang depan, simulasi perandangan intraokular. Pada


retinoblastoma intraokular biopsi merupakan kontraindikasi. Karakteristik
yang paling membantu untuk membedakan endoftalmitis yang benar adalah
bahwa vitritis ini progresif dan keluar dari proporsi lain temuan segmen
anterior. Jika ragu, dokter harus menangani kondisi ini sebagai suatu proses
infeksi.(8)
Berikut ini merupakan perbedaan endoftalmitis dan panoftalmitis:(4)
Tabel 2.1 Perbedaan endotalmitis dan panoftalmitis
Gambaran Klinis

Endoftalmitis

Panoftalmitis

Radang

Intraokuler

Intraokuler, Intraorbita

Demam

Tidak nyata

Nyata

Ada

Berat

Masih dapat bergerak

Sakit, tidak dapat bergerak

Eksoftalmus

Tidak ada

Mata menonjol

Bedah

Eviserasi

Enukleasi

Sakit bola mata


Pergerakan bola mata

Gambar 2.12 Panoftalmitis

2.9 Tatalaksana

25

Pengobatan tergantung pada penyebab yang mendasari endoftalmitis.


Hasil akhir ini sangat tergantung pada penegakan diagnosis dan pengobatan
tepat waktu tujuan dari terapi endoftalmitis adalah untuk mensterilkan mata,
mengurangi kerusakan jaringan dari produk bakteri dan peradangan, dan
mempertahankan penglihatan. Dalam kebanyakan kasus terapi yang diberikan
adalah antimikroba jika penyebabnya jamur dan antibiotic jika penyebabnya
bakteri secara intravitreal, periokular, dan topical. Sedangkan dalam kasus
yang parah, dilakukan vitrectomy.(12)
2.9.1

Nonfarmakologi
Perlu dijelaskan bahwa:(12)

a. Penyakit yang diderita memiliki prognosa yang buruk yang


mengancam bola mata dan nyawa apabila tidak tertangani.
b. Penyakit tersebut dapat mengenai mata satunya, sehingga perlu
dilakukan pengawasan yang ketat tentang adanya tanda-tanda
inflamasi pada mata seperti mata merah, bengkak, turunnya tajam
penglihatan, kotoran pada mata untuk segera diperiksakan ke dokter
mata.
c. Penderita menderita diabetes yang memerlukan pengontrolan yang
ketat baik secara diet maupun medikamentosa. Hal ini disebabkan oleh
karena kondisi hiperglikemia akan meningkat resiko terjadinya
bakteremia yang dapat menyerang mata satunya, atau bahkan dapat
berakibat fatal jika menyebar ke otak.
d. Perlunya menjaga kebersihan gigi mulut, sistem saluran kencing yang
memungkinkan menjadi fokal infeksi dari endoftalmitis endogen.

26

2.9.2

Farmakologi
Endoftalmitis diobati sesuai dengan mikroorganisme penyebab.
Antibiotik

atau

antifungi

diberikan

melalui

periokular

atau

subkonjungtiva. Antibiotik topical dan sistemik ampisilin 2 gram/hari


dan kloramfenikol 3 gram/hari sebagai antibiotic empiris yang harus
diberikan secepatnya. Antibiotik dapat diberikan secara tunggal
ataupun kombinasi. Jika penyebabnya jamur diberikan Amphotericin B
150 g subkonjungtiva, variconazole, Ketokonazole, Fluconazole, dan
Itraconazole.(3)
Sikloplegik diberikan 3 kali sehari tetes mata atropine 1% atau
bisa juga hematropine 2% untuk mengurangi rasa nyeri, stabilisasi
aliran darah pada mata, mencegah atau melepaskan sinekia serta
mengistirahatkan iris dan badan siliar yang sedang mengalami infeksi.
Namun obat ini bisa memicu glaukoma sehingga dapat diberikan obat
antiglaukoma

disarankan

untuk

pasien

adalah

acetozolamide

(3x250mg) atau timolol (0,5%) 2 kali sehari. (3)

Terapi steroid untuk mengurangi inflamasi yang disertai


eksudasi dan untuk mengurangi granulasi jaringan. Pemberian
deksametason diduga dapat menghambat reaksi inflamasi dan reaksi
imun abnormal yang dapat menimbulkan kerusakan luias pada mata.
Deksametason dapat diberikan secara intravitreal dengan dosis 400g
dan 1mg secara intraokular sebagai profilaksis. (10) Bila terapi tidak

27

berhasil maka dilakukan eviserasi untuk mencegah komplikasi lebih


lanjut.(13)
Tabel 2.2 Penggunaan dan dosis antibiotik empiris untuk endoftalmitis.(9)
Route of Administration

Drug

Dose

Intravitreal

Ceftazidime

2.25mg in 0.1ml

Vancomycin

1.0mg in 0.1ml

Dexamethasone

400.0g in 0.1ml

Vancomycin

25.0mg in 0.5ml

Ceftazidime

100.0mg in 0.5ml

Dexamethasone

6.0mg

Vancomycin

50.0mg/ml drops every hour

Ceftazidime

100.0mg/ml drops every hour

Ceftazidime

1.0g intravenously
hours

Vancomycin

1.0g intravenously every 12


hours

Prednisone

1.0mg/kg (5-10 days)

Subconjunctival

Topical

Systemic

every

a. Vancomycin (Vancocin, Vanloled, Lyphocin)


Antibiotik yang ampuh untuk melawan bakteri gram positif dan
efektif untuk melawan spesies Enterococcus. Diindikasikan untuk para
pasien yang tidak bisa mendapat atau gagal merespon penisilin serta
cephalosporin dan yang mengalami infeksi dengan staphylococci yang
resisten.(14)
b. Ceftazidime (Ceptaz, Fortaz, Tazicef, Tazidime)

28

Pilihan utama untuk mengatasi intravitreal bakteri gramnegatif. Cephalosporin generasi ketiga dengan spectrum luas, aktivitas
gram-negatif; kurang ampuh melawan bakteri gram positif; lebih
efektif melawan bakteri yang resisten atau kebal. Menghambat
pertumbuhan bakteri dengan mengikat satu atau lebih protein pengikat
penisilin.(14)
c. Prednisolone acetate (pred Forte)
Mengobati inflamasi-inflamasi akut setelah operasi mata atau
jenis gangguan-gangguan pada mata lainnya. Mengurangi inflamasi
dan neovaskularisasi kornea. Menghambat migrasi leukosit-leukosit
polymorphonuclear dan menghentikan kebocoran pembuluh kapiler.
Dalam kasus infeksi-infeksi bakteri, penggunaan berbarengan obatobat anti infeksi dilakukan; jika tanda-tanda dan gejala tidak membaik
setelah 2 hari, periksa kembali pasien.(14)

d. Dexamethasone (Ocu-Dex)
Untuk bermacam-macam penyakit alergi dan inflamasi.
Mengurangi peradangan dengan cara menghambat perpindahan
leukosit-leukosit polymorphonuclear dan mengurangi kebocoran
(permeabilitas) pembuluh kapiler. Opsional; data klinis masih
bertentangan mengenai manfaatnya.(14)
2.9.3

Operatif
Vitrectomy adalah tindakan bedah dalam terapi endoftalmitis.
Bedah debridemen rongga vitreus terinfeksi menghilangkan bakteri,

29

sel-sel inflamasi, dan zat beracun lainnya untuk memfasilitasi difusi


vitreal, untuk mencegah ablasio retina, dan membantu pemulihan
penglihatan. Vitretomi juga memainkan peran penting dalam
pengelolaan endoftalmitis yang tidak responsif terhadap terapi
medikamentosa.(15)

Gambar 2.13 Vitrektomi

Gambar 2.14 Perbedaan sebelum dan sesudah dilakukannya vitrektomi

30

2.9.4
a.

Pencegahan
Identifikasi keadaan pasien yang memiliki faktor resiko sebelum
operasi (blepharitis, kelainan drainase lakrimal, adanya infeksi yang
aktif).(15)

b.

Persiapan operasi, termasuk:(15)

Pov. Iodine 5-10%

Sarung tangan steril

Profilaksis topikal / periokular antibiotik

Profilaksis intravitreal (pada kasus-kasus trauma)

2.10Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi jika proses peradangan mengenai ketiga
lapisan mata (retina, koroid dan sklera) dan vitreus dapat menyebabkan
panoftalmitis. Panoftalmitis merupakan radang supuratif intraokular disertai
dengan radang jaringan ekstraokular atau kapsul tenon dan jaringan ikat jarang
didalam rongga orbita. Penyebabnya terutama akibat perforasi operasi yang
disertai infeksi. Pasien dengan panoftalmitis akan terlihat sakit, mengggigil
disertai demam, sakit kepala berat. Pada mata akan terlihat kornea yang sangat
keruh dan berwarna sangat keruh dan berwarna kuning, hipopion, badan kaca
dengan massa purulen massif disertai reflex kuning didalamnya, konjungtiva
dan kelopak mata kemotik dan hiperemis.(3, 4)
2.11Prognosis

31

Endoftalmitis endogen lebih buruk daripada endoftalmitis eksogen


karena berhubungan langsung dengan tipe organism, tingkat virulensi, daya
tahan tubuh penderita dan keterlambatan diagnosis. Endoftalmitis yang
diterapi dengan vitrektomi, 74% pasien mendapat perbaikan visus sampai
6/30.(10, 11)

KESIMPULAN

Endoftalmitis adalah adanya peradangan hebat intraocular, terjadi yang


diakibatkan dari bakteri, jamur, atau keduanya. Tanda dan gejala yang ditunjukkan
antara lain adanya penurunan visus, hiperemi konjungtiva, nyeri, pembengkakan,
dan hipopion. Konjungtiva kemosis dan edema kornea. Sedangkan jenis dari
endoftalmitis ini sendiri terbagi atas endoftalmitis eksogen, endoftalmitis endogen
dan endoftalmitis fakoanafilaktik. Pemeriksaan penunjang untuk endoftalmitis
adalah vitreus tap untuk mengetahui organism penyebab sehingga terapi yan
diberikan sesuai. Terapi operatif (vitrectomy) dilakukan pada endoftalmitis berat.
Prognosis dari endoftalmitis sendiri bergantung durasi dari endoftalmitis, jangka
waktu infeksi sampai penatalaksanaan, virulensi bakteri dan keparahan dari
trauma. Diagnosa yang tepat dalam waktu cepat dengan tatalaksana yang tepat
mampu meningkatkan angka kesembuhan endoftalmitis.

32

DAFTAR PUSTAKA

1) Shceidler V, Scott IU, Flun HW. Culture-proven endogenous endoftalmitis:


Clinical features and visual acuity outcomes. Am J Ophtalmol 2004; 137:4.
2) Drake R, Vogi AW, Mitchell AW. Grays anatomy for students: Elsevier Health
Sciences; 2014.
3) Rao N, Cousins S, Forster D, Meisler D, Opremcap E, Turgeon P. intraocular
inflammation and uveitis. Basic and Clinical Science Course (San Francisco:
American Academy of Ophthalmology, 1997-1998), Section. 1997;9:57-80.
4) Sidarta I. Ilmu penyakit mata, edisi ke 4, cetakan ke 2. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 2012
5) Graham, R, 2006, Endoftalmitis Bacterial, www.Emedicine//emerg.2006htm .
Diakses tanggal 29 juli 2016
6) Trattler,

W,

2006,

Endofftalmitis

Post

www.Emedicine//emerg.2006htm . Diakses tanggal 1 Agustus 2016

Operatif,

33

7) Bobrow JC, dkk, 2008. Lens and cataract. Singapore: American Academy of
Ophthalmology)
8) Riordan-Eva P, Whitcher J. Vaughan & Asburys general ophthalmology:
Wiley Online Library; 2008.
9) Jackson TL, Eykyn SJ, Graham EM, Stanford MR. Endogenous bacterial
endophtalmitis: a 17-year prospective series and review of 267 reported cases.
Survey of ophthalmology. 2003;48(4):403-23.
10) Veselinovi D, Veselinovi A. Endopthalmitis. Acta Medica Medianae.
2009;48(1):56-62.
11) Olver J, Cassidy L, Jutley G, Crawley L. Ophtalmology at a Glance: John
Wiley & Sons; 2014.
12) Gordon Y. Vancomycin

prophylaxis

and

emerging

resistence:

Are

opthtalmologists the villiaris? The heroes? Am J Ophtalmol 2001; 131:3:3716.


13) Phan LT, Hwang TN, McCulley TJ. Eviceration in the modern age. Middle
East African journal of ophthalmology. 2012;19(1):24.
14) CMPMedica. MIMS edisi bahasa Indonesia, volume 9. Jakarta: PT. Info
Master. 2008
15) Gran IM, Ugahary LC, Van Dissel JT, Feron E, Peperkamp E, Veckeneer M et
al. intravitreal dexamethasone as adjuvant in the treatment of post operative
endophtalmitis: a prospective randomized trial. Grafes Arch Clin Exp
Ophtalmol. 2005; 243(12):1200-5.

Anda mungkin juga menyukai