FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKAIRAAT
PALU
Laporan Kasus
23 Agustus 2016
Disusun Oleh:
Zakia Alwy Alaydrus, S.Ked (11 16 777 14 085)
Pembimbing :
dr. Patmawati. M.Kes., Sp.KJ
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA
RSD MADANI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Fakultas
: Kedokteran
Program Studi
: Pendidikan Dokter
Universitas
: Alkhairaat
Bagian
: Ny. D
: 31 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Pekerjaan
: IRT
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Cerai
Pendidikan
: SMA
Tanggal Pemeriksaan
: 22 Agustus 2016
Tempat Pemeriksaan
: Tn. H
Usia
: 34 Tahun
Pekerjaan
: PNS
: Sepupu
LAPORAN PSIKIATRIK
I.
RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama
Berbicara dan tertawa sendiri
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Seorang wanita usia 31 tahun yang merupakan rujukan dari RSUD
Mamuju masuk ke RSD Madani Palu diantar oleh sepupunya dengan
keluhan sering berbicara dan tertawa sendiri. Awalnya keluarga merasa
ada perubahan sikap pasien sejak pasien bercerai dengan suaminya
sekitar 7 tahun yang lalu. Semenjak perceraian tersebut, pasien mulai
mengalami perubahan sikap mulai dari pasien tampak gelisah, sering
tertawa, berbicara dan menangis sendiri. Pasien juga sering mengamuk
dan melempari serta memukuli orang. Pasien juga pernah memukuli
orang sampai orang tersebut meninggal. Pasien sering tidak
menggunakan pakaian (telanjang) dan selalu berjalan-jalan diluar
tanpa tujuan (pernah berjalan kaki dari Palu ke Pasangkayu). Pasien
Hendaya/ Disfungsi
Hendaya Sosial
(+)
Hendaya Pekerjaan
(+)
(+)
NAPZA
(-)
Merokok
(-)
Alkohol
(-)
Obat-obatan lainnya
(-)
Selamat siang bapak H perkenalkan saya Zakia, dokter muda yang dinas di
RS Madani khususnya di bagian jiwa, jadi pak saya ingin melengkapi status
Ny.Diana, jadi boleh saya wawancara ya pak ?
KP
Oh iya dok.
D
M
KP
D
M
Oh iya pak, Kalau boleh tahu ini Ny. Diana sdh berapa kali masuk ke
Madani ini pak ?
KP
Ini yang ke dua kalinya sudah dok. Waktu itu masuk 5 tahun yang lalu ,
Cuma pulang karena tidak ada biaya dok.
D
M
KP
Iya dok Cuma sudah 3 tahun ini sudah tidak lagi dok.
D
M
KP
Itu dok semenjak bercerai dengan suaminya, baru kayak berubah jadi begini
sifatnya Diana ini dok.
M
KP
Ada sekitar 7 tahun yang lalu dok, mulai itu sudah dia sering bicara sendiri,
ketawa sampai menangis sendiri. Baru suka ba pukul orang juga itu dok.
D
M
Oh jadi begitu pak ya. Terus selain itu apa lagi pak ?
KP
Susah tidur juga dok. Terus dok sampai ada satu tetangga nya meninggal
karena dia pukul dok. Terus suka telanjang-telanjang juga dok.
D
M
KP
Iya dok. Sebelum jadi begitu juga sering sekali bakalae dengan tetanggatetangga nya.
D
M
KP
Aduh kalau kecilnya saya tidak tahu juga dok , apa sy tidak tinggal sama
dia. Cuma setau saya tinggal dimakassar dok. Nanti pas sudah cewek begitu
habis SMA baru kembali ke mamuju dok terus menikah sudah di situ dia
dok.
D
M
KP
Oh kalau papanya sudah meninggal dok. Terus mama nya nikah lagi dok
terus tinggal sama suaminya dok.
D
M
KP
Ada 3 dok. Kan Diana ini anak pertama dok. Terus anak keduanya lagi
dipenjara. Anak ketiga nya itu di Makassar, ini saya sudah telfon dia suruh
jenguk Diana tapi belum ada dia jenguk-jenguk.
D
M
KP
D
M
Oh iya pak. Tapi memang ini ibu Diana sering mengamuk pak?
KP
Iya dok, terus kalo mengamuk pasti ba pukul orang dok jadi hati-hati dok.
D
M
D
M
KP
D
M
KP
D
M
Oh iya pak . Kalau begitu terima kasih banyak ini pak sudah bersedia di
wawancara.
KP
II.
STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
Penampilan:
Tampak seorang wanita dengan
menggunakan baju
: Labil
Afek
: Labil
Empati
: Terganggu
Tempat: Terganggu
Orang
: Terganggu
Daya ingat
Jangka Pendek
: Terganggu
Jangka sedang
: Terganggu
Jangka Panjang
: Terganggu
Pikiran abstrak
: Terganggu
Bakat kreatif
:-
Ilusi
: Tidak ada
Depersonalisasi
: Tidak ada
Derealisasi
: Tidak ada
E. Proses berpikir
Arus pikiran :
A.Produktivitas
: Cukup
B. Kontinuitas
: Asosiasi Longgar
C. Hendaya berbahasa
: tidak ada
10
Isi Pikiran
A. preokupasi
: tidak ada
: Waham Kejar
F. Pengendalian impuls
: Tidak Baik
G. Daya nilai
Norma sosial
: Terganggu
: Terganggu
Penilaian Realitas
: Terganggu
H. Tilikan (insight)
Derajat I: Pasien menyangkal dirinya sakit.
I. Taraf dapat dipercaya
Dapat dipercaya
III.
Tanda Vital
T 110/80 mmHg
N 80x/menit
P 20 x/menit
S 367C
11
Status Neurologis
GCS E4M6V5, pupil isokor, ukuran 3 mm, reflex cahaya +/+, reflex cahaya
tidak langsung +/+, Pemeriksaan kaku kuduk : (-), reflex fisiologis (+),
reflex patologis (-). Fungsi kortikal luhur dalam batas normal.
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
:
-
Pada
autoanamnesis
didapatkan
pada
pasien
ini
12
mental
dapat
disingkirkan
dan
didiagnosa
Aksis II
Z 03.2 Tidak ada diagnosis untuk aksis II
Aksis III
A00-B99 Penyakit Infeksi dan Parasit Tertentu (Demam Tifoid)
Aksis IV
Masalah dengan Primary Support Group dalam hal ini perceraian
dengan suaminya.
Aksis V
GAF scale 50-41 Gejala berat (serious), disabilitas berat.
VI.
DAFTAR MASALAH
Organobiologik
13
VII.
PROGNOSIS
Dubia ad malam
1. Faktor pendukung
:-
2. Faktor penghambat
Psikoterapi
-
Ventilasi
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan
pasien.
14
Sosioterapi
Menjelaskan kepada keluarga dan orang-orang disekitar pasien agar
menciptakan suasana kondusif untuk mempercepat pemulihan serta
melakukan kunjungan berkala untuk melihat perkembangan pasien.
Skizofrenia Paranoid
Gangguan Skizotipal
DISKUSI KASUS
a. Definisi
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, shizein yang berarti terpisah
atau pecah, dan phren yang artinya jiwa. Pada skizofrenia terjadi pecahnya
atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif, dan perilaku. Secara umum, gejala
skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu gejala positif, gejala negatif,
dan gangguan dalam hubungan interpersonal.
Berdasarkan PPDGJ III, skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom
dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak
selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang
tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada
umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari
pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul
(blunted), kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual
biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian.
15
b. Epidemiologi
John McGrath PhD dari Pusat Penelitian Kesehatan Mental Queensland,
Wacol, Australia, dalam simposium bertema Psychosis Round the World, yang
membahas data terbaru epidemiologi skizofrenia, memberikan presentasi
sistematik untuk memandang kejadian skizofrenia. Ia mengatakan, kejadian
skizofrenia pada pria lebih besar daripada wanita. Kejadian tahunan berjumlah
15,2% per 100.000 penduduk, kejadian pada imigran dibanding penduduk asli
sekitar 4,7%, kejadian pada pria 1,4% lebih besar dibandingkan wanita. Di
indonesia, menurut dr.Irmasyah, hampir 70% mereka yang dirawat di bagian
psikiatri karena skizofrenia. Angka di masyarakat berkisar 1-2% dari seluruh
penduduk pernah mengalami skizofrenia dalam hidup mereka.
c. Etiologi
Skizofrenia merupakan suatu bentuk psikosis yang sering dijumpai sejak
dulu.
Meskipun
demikian
pengetahuan
tentang
faktor
penyebab
dan
16
17
18
b.
c.
d.
e.
Waham kebesaran
Waham rujukan
Waham penyiaran pikiran
Waham penyisipan pikiran
2. Tilikan
Kebanyakan pasien skizofrenia mengalami pengurangan tilikan yaitu
pasien tidak menyadari
penyakitnya
serta
kebutuhannya
terhaap
pengobatan, meskipun gangguan yang ada pada dirinya dapat dilihat oleh
orang lain.
Gangguan Persepsi
-
Halusinasi
Halusinasi paling sering ditemui, biasanya berbentuk pendengaran tetapi bisa
juga
berbentuk
penglihatan,
penciuman,
dan
perabaan.
Halusinasi
pendengaran dapat pula berupa komentar tentang pasien atau peristiwaperistiwa sekitar pasien. Komentar-komentar tersebut dapat berbentuk
ancaman atau perintah-perintah langsung ditujukan kepada pasien (halusinasi
komando). Suara-suara sering diterima pasien sebagai sesuatu yang berasal
dari luar kepala pasien dan kadang-kadang pasien dapat mendengar pikiranpikiran mereka sendiri berbicara keras. Suara-suara cukup nyata menurut
-
e. Diagnosis
Skizofrenia ditandai adanya distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan
khas, dan adanya afek yang tidak wajar atau tumpul. Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ketiga (PPDGJ III) membagi simtom
skizofrenia dalam kelompok-kelompok penting, dan yang sering terdapat secara
19
lain
20
b. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), sikap tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas serea, negativisme, mutisme dan stupor;
d. Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodo (apatis), pembicaraan
yang terhenti, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
e. Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari
beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat,
tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self-absorbed attitude) dan
penarikan diri secara sosial.
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih. Kondisi-kondisi yang memenuhi persyaratan
gejala tersebut tetapi yang lamanya kurang dari satu bulan (baik diobati atau
tidak) harus didiagnosis pertama kali sebagai gangguan psikosis fungsional.
(waham kejar).
Arus pikir yang terputus yang berakibat pada inkoherensi.
Gejala tersebut dialami sudah lebih dari 1 bulan (sejak 5 tahun yang
lalu).
Skizofrenia Paranoid
Pedoman Diagnostik :
1) Memenuhi kriteria umum diagnostik skizofrenia
2) Gejala tambahan :
Halusinasi dan atau waham harus menonjol :
21
22
1.
2.
a)
Skizofrenia Katatonik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofenia
Satu atau lebih perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :
Stupor (amat berkurangnya dalam reaktifitas terhadap lingkungan dan dalam
23
24
f. Terapi
Terapi Farmakologis
Obat-obatan
yang
digunakan
untuk
mengobati
Skizofrenia
disebut
pertama
diperkenalkan
50
tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efektif untuk
mengobati Skizofrenia. Terdapat 2 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini,
yaitu antipsikotik konvensional dan newer atypical antipsycotics.
25
a. Antipsikotik Konvensional
Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik
konvensional.
Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek
samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain :
1. Haldol (haloperidol)
2. Mellaril (thioridazine)
3. Navane (thiothixene)
4. Prolixin (fluphenazine)
5. Stelazine (trifluoperazine)
6. Thorazine (chlorpromazine)
7. Trilafon (perphenazine)
Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik
konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical
antipsycotic. Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotik konvensional).
Pertama, pada pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat
menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti.
Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian antipskotik
konvensional. Kedua, bila pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler.
Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting)
dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot
formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan
secara perlahan-lahan. Sistem depot formulation ini tidak dapat digunakan pada
newer atypic antipsycotic.
b. Newer Atypcal Antipsycotic
Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip
kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan
dengan antipsikotik konvensional. Beberapa contoh newer atypical antipsycotic
yang tersedia, antara lain :
26
Risperdal (risperidone)
Seroquel (quetiapine)
Zyprexa (olanzepine)
Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani
Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling
percaya. Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok. Terapis
tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak boleh terusmenerus membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu,
jujur
dan membuat
perjanjian
seteratur
ECT
Selain anti psikosis, terapi psikososial ada juga terapi lainnya yang
dilakukan di rumah sakit yaitu Elektro Konvulsif Terapi (ECT). Terapi ini
diperkenalkan oleh Ugo Cerleti (1887-1963). Mekanisme penyembuhan
penderita dengan terapi ini belum diketahui secara pasti. Alat yang
digunakan adalah alat yang mengeluarkan aliran listrik sinusoid sehingga
27
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G, penyunting. Buku
ajar psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2010.h.170-94.
2. Amir N. Skizofrenia. Semijurnal farmasi & kedokteran Feb 2006;24:3140.
3. Muttaqin H, Sihombing RNE, penyunting. Skizofrenia. Dalam: Sadock
BJ, Sadock VA. Kaplan & sadocks concise textbook of clinical psychiatry.
Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2010.h.147-75.
4. Maramis WF. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Edisi ke-2. Surabaya:
Airlangga University Press; 2009.h.195-277.
5. Maslim. R: Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia, edisi 3, Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.