FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIV. AL-KHAIRAAT PALU
Refleksi Kasus
23 AGUSTUS 2016
Skizofrenia Paranoid
Disusun Oleh:
Azyan Ali
11 16 777 14 097
Pembimbing:
dr. Patmawati Sp.KJ
: Nn. DD
: 28 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
1
Alamat
Pekerjaan
:-
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Menikah
Pendidikan
: SD
Tanggal Pemeriksaan
: 20 Agustus 2016
Tempat Pemeriksaan
LAPORAN PSIKIATRIK
I.
RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan utama
Mengamuk
2. Riwayat Gangguan Sekarang (Hetero Anamesis)
Seorang laki-laki berusia 29 tahun datang kerumah sakit diantar
oleh keluarganya karena mengamuk sejak 1 hari yang lalu. Menurut
pengakuan istri pasien biasanya pasien di rumah merupakan sosok
2
pendiam. Semenjak kurang lebih 3 hari yang lalu pasien mulai marah.
Mendengar sesuatu dan memukul orang. Ada upaya untuk menyakiti
diri sendiri dengan cara mengiris-iris badan. Baru sekarang ini berobat
ke sini. Pasien sudah gagal menjalani pernikahan sebanyak 2 kali.
Pernikahan pertama berlangsung dengan penceraian setelah kurang
lebih 2 tahun mmenikah. Pernikahan kedua juga berakhir kegagalan
setelah istri pasien lari pergi ke jawa dan menikah kembali. Menurut
pengakuan istri ke 3 (Belum resmi menikah) seluruh harta pasien di
bawa lari termasuk sebuah motor ninja.
Semenjak saat itu pasien sering menyendiri dan sering merasa
dikhianati oleh istri keduanya dan merasa sakit hati. Kurang lebih 4
minggu yang lalu pasien mulai menunjukkan sikap yang aneh, berupa
sering bicara sendiri dan terus-menerus mengerjakan hal yang sama
(karoke menggunakan hp) sampai melupakan hubungan sosial dengan
istrinya. Hal tersebut dilakukan terus menurus meskipun istrinya
melarangnya dia terus menerus melakukan hal yang samaa.
Terus pasien mengaku mendapatkan uang senilai 300 juta di atm
yang bisa digunakan untuk membeli motor dan mobil, selanjutnya
pasien juga mengaku mendapatkan anugrah dari gusti Allah berupa
gelang yang tampak di layar Hpnya namun sang istri tidak
memercainya sehingga pasien mengamuk dan memukul istrinya.
Pasien juga sering mengatakan bahwa istrinya bumi, saya menjaga
bumi dan pengacau. Menurut pengakuan istrinya pasien juga sering
mengeluh merasakan jantung berdebar-debar dan keringat dingin.
3. Hendaya Disfungsi
Hendaya Sosial
Hendaya Pekerjaan
Hendaya penggunaan waktu luang
4. Faktor Stressor Psikososial
- Penceraian dengan istri pertama
- Di khianati istri kedua
(+)
(+)
(+)
bisa membaca
- Hubungan dengan ayah kurang baik
5. Riwayat gangguan sebelumnya
a. Riwayat Penyakit terdahulu
Pasien baru kali ini mengalami hal demikian
b. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Tidak ada
c.
Riwayat mengonsumsi Alkohol
Ada
6. Riwayat Gangguan Psikiatrik sebelumnya
Tidak ada
e. Riwayat Masa Dewasa
-
Riwayat Pekerjaan
Pernah memiliki kafe
Riwayat Pernikahan
Telah 2 kali bercerai.
Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, hubungan
dengan ayah pasien kurang baik karena dia menganggap
ayahnya sering bermain perempuan dan sering mabukmabukan.
Riwayat Kehidupan Sosial
Riwayat Agama
Pasien menganut ajaran agama islam
II.
STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
Penampilan:
Tampak seorang laki-laki mengunakan kaos hitam dengan
celana jeans sampai lutut, penampilan sesuai dengan
umur.
Kesadaran: Komposmentis
Perilaku dan aktivitas psikomotor : tenang
Pembicaraan : spontan dengan intonasi rendah menjawab sesuai
pertanyaan
Sikap terhadap pemeriksa : koperatif
B. Keadaan afektif
Mood
: Disforia
Afek
: sempit
Empati
: Tidak dapat diraba rasakan
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan :
Pengetahuan dan kecerdasan sesuai taraf pendidikannya.
Daya nilai
Norma sosial
Uji daya nilai
Penilaian Realitas
: Baik
: Baik
: Baik
I. Tilikan (insight)
Derajat I: penyangkalan total terhadap penyakitnya
Taraf dapat dipercaya
Dapat dipercaya
J. Emosi yang terkait
Kasus ini menarik untuk dibahas dimana pasien mengalami
gangguan jiwa setelah mengalami masalah dengan primary suport
group terutama setelah kegagalan rumah tangganya yang kedua
kali.
III.
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
:
Berdasarkan heteroanamesa didapatkan adanya gejala klinis yang
bermakna mengamuk, gelisah, susah tidur, halusinasi
auditorik, (distress) bagi pasien sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien mengalami Gangguan Jiwa.
Pada pasien tidak hendaya berat dalam menilai realita, terdapat
halusinasi ataupun waham dll, sehingga pasien didiagnosa sebagai
Gangguan Jiwa Psikotik.
Axis I : dari anamnesis dan status mental didapatkan pasien
memenuhi kriteria umum skizofrenia satu gejala: (1) halusinasi
auditorik, suara halusinasi yang berkomentar secara terus menurus
terhadap prilaku pasien. Sebagai tambahan halusinasi auditorik
tampa bentuk verbal berupa bunyi peluit, mendengung, atau bunyi
tawa. Sehingga di diagnosis dengan Skizofrenia YTT 20.9
Aksis II
Z 03.2 Tidak ada diagnosis untuk aksis II
Aksis III
Tidak ada diagnosis
Aksis IV
Masalah dengan primary suport group keluarga
Aksis V
GAF Scale 60-51gejala sedang moderate, disabilitas sedang
VI.
DAFTAR MASALAH
1. Organobiologi
Pada skizofrenia ditemukan adanya hiperaktivitas neurotransmiter
dopaminergik (aktivitas neurotransmitter abnormal) sehingga pasien
membutuhkan terapi farmakologi.
2. Psikologis
Terdapat malasah hubungan pasien dengan ayahnya dan lingkuan sekitar
dan hubungan dengan mantan istri sehingga pasien membutuhkan
psikoterapi
VII.
PROGNOSIS
Dubia at malam
1. Faktor pendukung
:
a. Adanya dukungan dari keluarga
b. Patuh dalam meminum obat
2. Faktor penghambat
:
a. Pasien tidak menyadari dirinya sakit, dan menyangkal penyakitnya
b. Berpendidikan rendah, terutama tidak bisa membaca.
PENATALAKSANAAN
1. Psikofarmakologi
Haloperidol 5mg (2x1)
2. Psikoterapi
Psikoterapi yang dapat diberikan yaitu cognitive behavioral therapy.
IX.
FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta
menilai efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan
munculnya efek samping obat yang diberikan.
ANALISA KASUS
Berdasarkan kasus Tn.DD diatas, dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami Gangguan Skizofrenia
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran jernih dan kemampuan
10
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada
secara jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari pancaindera apa saja, apabila baik disertai
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan, yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau
neologisme;
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah, posisi tubuh tertentu,
atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
d. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal itu tidak disebabkan
oleh depreesi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejal khas tersebut di atas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku, bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut
dalam diri sendiri, dan penarikan diri dari sosial.
Untuk terapi pilihan yang dapat diberikan pada pasien ini adalah :
Farmakologi
Dapat diberikan anti-psikotik yaitu golongan tipikal yaitu haloperidol dengan
dosis anjuran 5-15 mg/hari.
11
Non Farmakologi
Psikoterapi yang dapat diberikan yaitu cognitive behavioral therapy.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim R, 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya,
Jakarta.
2. Maslim R, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication). Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma
Jaya, Jakarta.
3. Elvira S, Hadisukanto G, 2013. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
4. Gunawan S, Setiabudy R, Nafrialdi, 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi
5. Departemen Farmakologi dan Terapetik. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta
12