Anda di halaman 1dari 16

BAB I

TINJAUAN TEORI
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
PASIEN DENGAN MASALAH HIPERTHERRMI
1.1. Definisi :
Hiperthermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas
kisaran normal. (NANDA ,2012 - 2014).
Hiperthermi merupakan keadaan

ketika

individu

mengalami atau beresiko mengalami kenaikan suhu tubuh


> 37,8o C (100oF) per oral atau 38,8oC (101oF) per rektal
yang sifatnya menetap karena faktor eksternal. (Lynda
Juall,2012).
1.2. Etiologi :
1.2.1. Anestesia
1.2.2. Dehidrasi
1.2.3. Pemajanan lingkungan yang panas (jangka panjang)
1.2.4. Penyakit
1.2.5. Pemakaian pakaian yang tidak sesuai dengan
lingkungan
1.2.6. Peningkatan laju metabolisme
1.2.7. Trauma
1.2.8. Aktifitas yang berlebihan
1.3. Patofisiologi :
Demam
timbul
sebagai

respon

suhu

terhadap

pembentukan interleukin-1 yang disebut pirogen andogen.


Interleukin-1 dibebaskan oleh neurofil aktif, makrofag, dan
sel sel yang mengalami cedera. Interleukin-1 tampakanya
menyebabkan panas dengan menghasilkan prostaglandin,
yang

merangsang

hipotalamus.

Dengan

adanya

peningkatan titik patokan (set point), maka hipotalamus


mengirim sinyal untuk menaikkan suhu tubuh. Tubuh
berespon dengan menggigil dan peningkatan metabolisme
basal.

Bagan patofisiologi hiperthermi :

Infeksi atau masuknya kuman di di


pembuluh darah
Pelepasan pirogen andogen

Pembentukan
prostaglandin otak

Merangsang hipotalamus
meningkatkan titik patokan suhu
(set point)
Menggigil , peningkatan suhu
basal

HIPERTERMI

1.4. Tanda dan Gejala :


1.4.1. Suhu tinggi 37,8o C (100oF) per oral atau 38,8oC (101oF) per
rektal
1.4.2. Takikardia
1.4.3. Hangat pada sentuhan
1.4.4. Menggigil
1.4.5. Dehidrasi
1.4.6. Kehilangan nafsu makan
1.5. Klasifikasi hiperthermi :
1.5.1. Hipertermia yang

disebabkan

oleh

peningkatan

produksi panas :
1.5.1.1. Hipertermia maligna
Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obatobatan anesthesia. Hipertermia ini merupakan
miopati akibat mutasi gen yang diturunkan secara
autosomal dominan. Pada episode akut terjadi
peningkatan
rangka

kalsium

sehingga

intraselular

terjadi

dalam

kekakuan

otot

otot
dan

hipertermia. Pusat pengatur suhu di hipotalamus


normal

sehingga

pemberian

antipiretik

tidak

bemanfaat.
1.5.1.2. Exercise-Induced hyperthermia (EIH)
Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak
besar/remaja

yang

melakukan

aktivitas

fisik

intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas.


Pencegahan dilakukan dengan pembatasan lama
latihan fisik terutama bila dilakukan pada suhu
300C atau lebih dengan kelembaban lebih dari
90%, pemberian minuman lebih sering (150 ml air
dingin tiap 30 menit), dan pemakaian pakaian
yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan
menyerap keringat.
1.5.1.3. Endocrine Hyperthermia (EH)
Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan
hipertermia lebih jarang dijumpai pada anak
dibandingkan

dengan

pada

dewasa.

Kelainan

endokrin

yang

sering

dihubungkan

dengan

hipertermia antara lain hipertiroidisme, diabetes


mellitus, phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal
dan Ethiocolanolone suatu steroid yang diketahui
sering berhubungan dengan demam (merangsang
pembentukan pirogen leukosit).
1.5.2. Hipertermia

yang

disebabkan

oleh

penurunan

pelepasan panas :
1.5.2.1. Hipertermia neonatal
Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari
kedua dan ketiga kehidupan bisa disebabkan oleh:
a.

Dehidrasi
Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh

kehilangan cairan atau paparan oleh suhu kamar


yang

tinggi.

Hipertermia

jenis

ini

merupakan

penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan


trauma lahir. Sebaiknya dibedakan antara kenaikan
suhu

karena

hipertermia

dengan

infeksi.

Pada

demam karena infeksi biasanya didapatkan tanda


lain dari infeksi seperti leukositosis atau leucopenia,
CRP

yang

tinggi,

tidak

berespon

baik

dengan

pemberian cairan, dan riwayat persalinan prematur


atau resiko infeksi.
b.
Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu
panas, atau bayi terpapar sinar matahari langsung
dalam waktu yang lama.
c.

Trauma lahir
Hipertermia yang berhubungan dengan trauma

lahir timbul pada 24%dari bayi yang lahir dengan


trauma. Suhu akan menurun pada1-3 hari tapi bisa
juga menetap dan menimbulkan komplikasi berupa
kejang. Tatalaksana dasar hipertermia pada neonatus

termasuk

menurunkan

suhu

bayi

secara

cepat

dengan melepas semua baju bayi dan memindahkan


bayi ke tempat dengan suhu ruangan. Jika suhu
tubuh

bayi

lebih

dari

390C

dilakukan tepid

sponged 350C sampai dengan suhu tubuh mencapai


370C.
d.

Heat stroke
Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh >

40.50C atau sedikit lebih rendah, kulit teraba kering


dan panas, kelainan susunan saraf pusat, takikardia,
aritmia, kadang terjadi perdarahan miokard, dan
pada saluran cerna terjadi mual, muntah, dan kram.
Komplikasi yang bisa terjadi antara lain DIC, lisis
eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia, gagal ginjal,
dan

perubahan

gambaran

EKG.

Anak

dengan

serangan heat stroke harus mendapatkan perawatan


intensif

di

ICU,

suhu

tubuh

segera

diturunkan

(melepas baju dan sponging dengan air es sampai


dengan suhu tubuh 38,50 C kemudian anak segera
dipindahkan ke atas tempat tidur lalu dibungkus
dengan selimut), membuka akses sirkulasi, dan
memperbaiki gangguan metabolic yang ada.
e.
Haemorrhargic Shock and Encephalopathy
(HSE)
Gambaran klinis mirip dengan heat stroke
tetapi tidak ada riwayat penyelimutan berlebihan,
kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang tinggi.
HSE diduga berhubungan dengan cacat genetic
dalam produksi atau pelepasan serum inhibitor alpha1-trypsin. Kejadian HSE pada anak adalah antara
umur 17 hari sampai dengan 15 tahun (sebagian
besar usia < 1 tahun dengan median usia 5 bulan).

Pada umumnya HSE didahului oleh penyakit


virus atau bakterial dengan febris yang tidak tinggi
dan sudah sembuh (misalnya infeksi saluran nafas
akut atau gastroenteritis dengan febris ringan). Pada
2 5 hari kemudian timbul syok berat, ensefalopati
sampai dengan kejang/koma, hipertermia (suhu >
410C), perdarahan yang mengarah pada DIC, diare,
dan

dapat

membutuhkan

juga

terjadi

transfusi.

anemia

Pada

berat

pemeriksaan

yang
fisik

dapat timbul hepatomegali dan asidosis dengan


pernafasan dangkal diikuti gagal ginjal..Pada HSE
tidak ada tatalaksana khusus, tetapi pengobatan
suportif

seperti

penanganan

heat

stroke

dan

hipertermia maligna dapat diterapkan. Mortalitas


kasus ini tinggi sekitar 80% dengan gejala sisa
neurologis yang berat pada kasus yang selamat. Hasil
CT scan dan otopsi menunjukkan perdarahan fokal
pada berbagai organ dan edema serebri.
f.

Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)


Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12

bulan) yang mendadak, tidak diduga, dan tidak dapat


dijelaskan. Kejadian yang mendahului sering berupa
infeksi saluran nafas akut dengan febris ringan yang
tidak fatal. Hipertermia diduga kuat berhubungan
dengan SIDS. Angka kejadian tertinggi adalah pada
bayi usia 2- 4 bulan. Hipotesis yang dikemukakan
untuk

menjelaskan

beberapa
maturitas

bayi
batang

berpengaruh

kejadian

ini

adalah

pada

terjadimal-development atau
otak

terhadap

yang

tertunda

sehingga

pusat chemosensitivity,

pengaturan pernafasan, suhu, dan respons tekanan


darah. Beberapa faktor resiko dikemukakan untuk

menjelaskan kerentanan bayi terhadap SIDS, tetapi


yang terpenting adalah ibu hamil perokok dan posisi
tidur

bayi

tertelungkup.

berhubungan

dengan

menyebabkan

hilangnya

Hipertermia
SIDS

diduga

karenadapat

sensitivitas

pusat

pernafasan sehingga berakhir dengan apnea.


1.6.
Penatalaksanaan
1.6.1. Penatalaksanaan medis yang diberikan yaitu :
Beri obat penurun panas seperti parasetamol,
asetaminofen.
1.6.2. Penatalaksanaan nonmedis yang diberikan yaitu :
Beri pasien banyak minum, pasien menjadi lebih
mudah dehidrasi pada waktu menderita panas.
Minum air membuat mereka merasa lebih baik

dan mencegah dehidrasi.


Beri pasien banyak istirahat, agar produksi panas

yang diproduksi tubuh seminimal mungkin.


Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh,
seperti ketiak, lipatan paha, leher belakang.

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MASALAH
HIPERTERMI
2.1. Pengkajian
Dimulai dari pengumpulan data, urut-urutannya adalah :
2.1.1. Identitas pasien
Meliputi nama , umur, alamat, jenis kelamin, pekerjaan
,pendidikan.
2.1.2. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL (11 POLA GORDON) :
1. Pola persepsi kesehatan / penanganan kesehatan
Keluhan Utama :
Meliputi keluhan yang paling dirasakan pasien saat
pengkajian.
Misalnya : DS : px mengatakan badan nya terasa
panas.

DO : Suhu tubuh 39oC


Mukosa bibir kering
Turgor kulit menurun
Badan teraba panas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Meliputi bagaimana kromnologi terjadi nya sakit
yang dialami px sampai bisa masuk rumah sakit.
Misalnya : px mengeluh pusing sejak 1 hari yang
lalu ,badan terasa lemas.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Data tentang kemungkinan adanya penyakit lain
yang

terdahulu

selain

pasien

masuk

ke

RS.

Misalnya : px mengatakan tidak pernah menglami


penyakit seperti ini.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Data tentang adanya penyakit yang menurun atau
genetic dari keluarga. Misalnya : px mengatakan di
dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menurun dan tidak ada yang menderita penyakit
menular.

2. Pola Nutrisi/ Metabolisme


Menggambarkan masukan nutrisi & keseimbangan cairan
Intake nutrisi ( frekuensi, jumlah & komposisi) : ( px makan
sehari berapa kali, jumlahnya berapa porsi dalam satu kali
makan, jenis makanan apa saja yang dimakan )
Intake cairan ( frekuensi,jumlah & jenis ) : ( px minum sehari
berapa kali, jumlahnya berapa porsi dalam satu kali minum,
jenis minum apa saja yang diminum )
Nafsu makan : (baik, tidak ada, berlebihan, kurang, atau sedang)
Masalah dengan makan : (ada atau tidak masalah dengan
makan)
Makanan kesukaan : ( jenis makanan yang disukai px )
Alergi makanan : (px mempunyai alergi pada makanan apa
tidak)
3. Pola Eliminasi
Eliminasl Uri
Pola BAK ( frekuensi, waktu, jumlah ) : ( px BAK sehari berapa
kali, kapan saja waktu px untuk BAK , jumlah BAK nya berapa
ml )
Karakteristik ( warna, kejernihan, bau, endapan ) : ( warna urin
px, jernih apa tidak, berbau apa tidak, ada endapan atau tidak )
Faktor yang mempengaruhi BAK : ( faktor yang mempengaruhi

px untuk BAK apa saja )


Masalah eliminasi uri : ( ada atau tidak )
Eliminasi alvi
Pola BAB ( frekuensi,waktu ) : ( px BAB sehari berapa kali,
kapan saja waktu px untuk BAB )
Karakteristik keluaran feses (bau , jumlah ) : ( berbau apa tidak,
jumlah BAB nya berapa )
Masalah dengan BAB : ( ada atau tidak )
Faktor yang mempengaruhi BAB : ( faktor yang mempengaruhi
px untuk BAK apa saja )
Penggunaan laksantif : ( menggunakan atau tidak )

4. Pola Aktlvitas Latihan


Pola aktivitas yang dilakukan
Aktivitas diwaktu luang : ( aktivitas yang dilakukan px di waktu
luang )
Masalah dalam aktivitas : ( ada masalah atau tidak dalam
beraktivitas )

Penggunaan alat bantu : ( px menggunakan alat bantu atau


tidak )
Aktivitas sejak sakit : ( apa saja aktivitas px sejak sakit )
5. Pola Istirahat Tidur
Kebiasaan pola tidur ( waktu, jumlah, kualitas ) : ( kapan saja px
tidur, px tidur berapa kali sehari, sering terbangun apa tidak )
Dampak pola istitrahat tidur terhadap aktivitas sehari hari :
( ada atau tidak dampak yang dialami px )
Kesulitan tidur : ( px merasa kesulitan tidur atau tidak )
Alat bantu tidur : ( px menggunakan alat bantu tidur atau tidak )
6. Pola Kognitif Perseptual
Kemampuan panca indra (pendengaran, penglihatan,
penghidu/penciuman) : ( mampu mendengar, melihat, mencium
bau secara normal apa tidak, )
Pemakaian alat bantu pendengaran, penglihatan : ( px
menggunakan alat bantu apa tidak )
Masalah sensori perseptual : ( px mempunyai masalah sensori
perseptual )
Perubahan memori : ( selama sakit px mengalami perubahan
memori atau tidak )
Presepsi Nyeri & penanganan nyeri ( P, Q, R, S, T ) : ( penyebab
nyeri nya apa, kualitas nyeri nya bagaimana,di bagian tubuh
mana yang mengalami nyeri, skala nyeri nya berapa, kapan saja
waktu yang dialami px ketika nyeri )

7. Pola Presepsi - Diri / Konsep Diri


Konsep diri
a. Body Image : ( merupakan gambaran tubuh atau diri px
ketika sakit )
b. Self Ideal : ( merupakan ideal diri px ketika sakit )
c. Self esteem : ( harga diri px ketika sakit )
d. Role : ( peran px selama sakit terganggu apa tidak )
e. Identitas : ( menjelaskan tentang identitas px )
8. Pola Peran hubungan
Keefektifan peran : ( selama sakit peran px efektif apa tidak )
Hubungan dengan orang terdekat : ( bagaimana hubungan px
dengan orang terdekat selama px sakit )

Efek perubahan peran terhadap hubungan : ( ada apa tidak efek


perubahan peran px terhadap hubungan px dengan orang
sekitar )
9. Pola Seksualitas - Reproduksi
Dampak sakit terhadap seksualitas : ( ada atau tidak dampak
sakit terhadap seksualitas px )
Riwayat haid : ( px masih mengalami haid apa tidak, kalau tidak
pada usia berapa berhenti haid )
Tindakan pengendalian kelahiran : ( ada atau tidak tidakan yang
dilakukan px untuk pengendalian kelahiran)
Riwayat penyakit hubungan seksual : ( px punya atau tidak
riwayat penyakit hubungan seksual )
10. Pola Koping - Toleransi Stress
Penggunaan sistem pendukung : ( sistem pendukung apa yang
px gunakan )
Stressor sebelum sakit : ( adakah stres atau penyebab lain yang
menyebabkan px sakit )
Metode koping yang biasa digunakan : ( metode apa yang
biasanya px gunakan )
Faktor faktor yg mempengaruhi koping : ( apa saja faktor
faktor yang dapat mempengaruhi koping px )
Efek penyakit terhadap tingkat stress : ( penyakit yang diderita
px menjadikan efek peningkatan stres px atau tidak )
Penggunaan alkohol & Obat lain untuk mengatasi stres :
( apakah px menggunaka alkohol dan obat lain untuk mengatasi
stres )
11. Pola Nilai Kepercayaan
Agama: spiritualitas : ( agama apa yang dianut oleh px)
Kegiatan keagamaan & budaya : ( bagaimana kegiatan px dalam
keagamaan dan budaya nya selama sakit )
2.1.3 Pemeriksaan Fisik
1. Kepala dan leher :
a) Rambut : rambut bersih atau tidak, warna
rambut nya apa, beruban atau tidak, rambutnya
rontok apa tidak,ada benjolan atau tidak.
b) Wajah : bentuk wajah nya simetris apa tidak, ada
luka apa tidak.
c) Mata : simetris atau tidak kanan dan kiri,
konjungtiva berwarna merah muda,pucat, atau

ikterus, sklera putih atau tidak, reaksi pupil baik


atau tidak.
d) Hidung : bersih atau tidak, terdapat serumen
atau tidak.
e) Telinga : simetris atau tidak, bersih atau tidak,
terdapat lesi atau tidak.
f) Mulut : mukosa bibir kering apa tidak, warna
bibir nya apa,ada sariawan apa tidak.
g) Gigi : ada gigi palsu apa tidak, jumlah gigi yang
masih ada berapa, ada karies apa tidak.
h) Leher : simetris atau tidak, ada pembesaran
kelenjar

limfe

apa

tidak,

ada

pembesaran

kelenjar tiroid apa tidak.


2. Pemerikasaan thorak :
a) Pulmonum :
Inspeksi : bentuk dada simetris apa tidak,
frekuensi pernapasan dalam batas normal
apa tidak (normal : 16-20 kali/menit) pola
pernafasan eupnea atau tidak,menggunakan

alat bantu pernapasan atau tidak.


Palpasi : tactil fremitus
Perkusi : suara paru sonor, redup, pekak
Auskultasi : suara napas ( vesikuler,
bronkoveskuler, bronkhial ) suara tambahan

(wheezing, ronkhi, dan lain-lain).


b) Jantung :
Inspeksi : ictus cordis
Palpasi : thrill
Perkusi : normal ( pekak ) atau tidak.
Auskultasi : suara jantung tambahan
c) Abdomen :
Inspeksi : bentuk abdomen simetris apa
tidak,

datar(flat),cekung,atau

buncit,

umbilicus keluar atau tidak, ada luka atau

tidak.
Auskultasi : peristaltik usus

Palpasi : ada nyeri tekan apa tidak, ada


pembesaran

hepar

atau

tidak,

terdapat

apendisitis atau tidak.


Perkusi : normal ( timpani ), pekak, atau

redup.
d) Genetalia anus :
Genetalia :
Pernah mengalami

atau

ada

kelainan

genetalia apa tidak, terpasang kateter apa

tidak.
Anus :
Pernah mengalami atau ada kelainan pada

anus apa tidak.


e) Ekstremitas
Kekuatan otot lemah apa tidak, kekuatan otot nya
pada skala berapa.
f) Integument
Turgor kulit baik apa tidak, sianosis apa tidak.
2.2 Diagnosa keperawatan
2.2.1 Analisa data
Sign & Symtom
Etiologi
DS
:
px Dehidrasi

Problem
Hipertermi

mengatakan
badan nya terasa
panas.
DO : Suhu tubuh
39oC

Mukosa

bibir

kering

Badan

teraba

hangat
2.2.2 Rumusan diagnosa
Hipertermi berhuungan dengan dehidrasi ditandai
dengan px mengatakan badan nya terasa panas, suhu
tubuh 39oC, mukosa bibir kering ,badan teraba hangat.

2.3 Intervensi keperawatan


Tujuan : setelah diberi askep selama 2x24 jam diharapkan
suhu tubuh pasien akan mencapai batas normal (36 oC
37,5oC).
Kriteria Hasil :
TTV dalam rentang normal :
TD : 120/80 110/70 mmHg
S
: 36,5OC 37OC
N
: 80 100 x/menit
RR : 15 20 x/menit
Px tidak mengeluh pusing
Tidak ada perubahan warna kulit dan kulit px tidak
teraba panas

Intervensi dan Rasional :

Mandiri :
Intervensi :
1. Pantau suhu pasien (derajat dan pola) ; perhatikan mengigil atau
diaforesis.
2. Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur,
sesuai indikasi.
3. Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alcohol.
Rasional :
1. Suhu 38,9-41,1oC menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
Pola demam dapat membantu dalam diagnosis : mis, kurva
demam lanjut berakhir lebih dari 24 jam menunjukkan pneumonia
pneumokokal, demam scarlet atau tifoid : demam remiten
(bervariasi

hanya

beberapa

derajat

pada

arah

tertentu)

menunjukkan infeksi paru : kurva intermiten atau demam yang


kembali normal sekali dalam periode 24 jam menunjukkan
episode septic, endokarditis septic, atau TB. Menggigilsering
mendahului puncak suhu. Catatan : penggunaan antipiretik

mengubah pola demam dan dapat dibatasi sampai diagnosis


dibuat atau bila demam tetap lebih besar dari 38,9oC.
2. Suhu
ruangan/jumlah
selimut
harus
diubah

untuk

mempertahankan suhu mendekati normal.


3. Dapat membantu mengurangi demam. Catatan : penggunaan air
es atau alkohol mungkin menyebabkan kedinginan, peningkatan
suhu secara aktual, selain itu alkohol juga dapat mengeringkan

kulit.
Kolaborasi :
Intervensi :
1. Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen
(tylenol).
2. Berikan selimut pendingin.
Rasional :
1. Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam
membatasi

pertumbuhan

organisme,

dan

meningkatkan

autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.


2. Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar dari
39,5-40oC pada waktu terjadi kerusakan atau gangguan pada otak.

Daftar Pustaka
Asmadi.2008.Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Carpenito , Lynda Juall.2000.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8 Definisi
dan Klasifikasi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Geissler, Alice C, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Herdman, T. Heather.2012.NANDA International Diagnosis Keperawatan 2012
2014.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Potter , Patricia A., dkk.2005.Fundamental Keperawatan.Edisi 4.Jakarta :
Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Sudarti

dan Afroh Fauziah.2013.Asuhan


Kegawatan.Yogyakarta:Nuha Medika.

Neonatus

Resiko Tinggi

dan

Anda mungkin juga menyukai