BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap makhluk hidup mempunyai bau yang berasal dari proses dalam
tubuhnya. Bau tersebut biasanya khas sehingga berguna untuk identifikasi
terhadap lingkungannya. Tumbuhan tertentu mempunyai bau yang berasal dari
akar, batang, daun, maupun bunganya yang karena baunya menyenangkan,
manusia membuatnya sebagai wewangian (parfum, fragrance). Bau tumbuhan
yang tidak menyenangkan manusia misalnya kentut-kentutan, tentu saja tidak
digunakan. Binatang tertentu mempunyai bau khas yang menjadi daya tarik
seksual lawan jenisnya. Berbeda dengan tumbuhan maupun hewan, bau badan
manusia umumnya justru bukan menjadikan daya tarik terhadap orang lain,
sehingga tidak disukai dan harus dihilangkan.
Indonesia merupakan suatu negara tropis yang selalu disinari matahari,
sehingga berkeringat tidak dapat dihindari. Bagi seseorang keluarnya keringat
yang berlebihan dapat menimbulkan masalah, seperti misalnya menimbulkan
bau badan yang kurang sedap. Bau badan sangat berhubungan dengan sekresi
keringat seseorang dan adanya pertumbuhan mikroorganisme, serta makanan
dan bumbu-bumbuan yang berbau khas seperti bawang-bawangan (1).
Berbagai macam aktivitas baik ringan maupun berat akan memicu sekresi
keringat dalam badan. Sekresi keringat merupakan metabolisme yang normal.
Keringat dihasilkan oleh kelenjar keringat yang bernama kelenjar ekrin dan
apokrin. Kelenjar ekrin terdapat di hamper seluruh permukaan kulit. Kelenjar
ekrin sudah ada sejak kecil di mana keringat yang dihasilkannya tidak hanya
berfungsi sebagai alat pengeluaran sisa metabolism tubuh namun juga berguna
untuk mengatur suhu tubuh. Kelenjar apokrin terletak di daerah ketiak,
payudara, daerah anus dan kemaluan. Kelenjar apokrin akan berfungsi aktif
setelah remaja dan keringat yang dihasilkan dipengaruhi oleh rangsangan
emosi. Keringat apokrin mengandung banyak lemak dan protein, yang apabila
diuraikan oleh bakteri akan menimbulkan bau yang tidak enak. Bau inilah
yang kemudian dikenal sebagai bau badan, dan masalah bau badan dapat
dialami oleh setiap orang.
Keringat merupakan hasil sekresi dari kelenjar-kelenjar yang bermuara
pada kulit berupasebum, asam lemak tinggi, dan debris (pigmen yang
terkumpul; sisa hasil metabolisme pada kulit), oleh karena itukeringat dapat
membantu terbentuknya produk yang berbau hasil dekomposisi atau
penguraian oleh bakteri. Bau badan lebih tercium pada daerah dengan kelenjar
apokrin lebih banyak, seperti pada ketiak (aksila) dan daerah genital (2,3).
Penggunaan sabun dan air sebagai pencuci badan pada waktu mandi
relatif kurang efektif untuk mencegah bau badan. Untuk maksud tersebut dapat
dilakukan beberapa alternatif tindakan lain, seperti menggunakan sediaan
kosmetikanti bau badan (4).
Ada banyak cara untuk mengatasi bau badan. Cara yang paling umum
digunakan adalah menggunaan deodoran dan antiperspiran. Deodoran
mengandung antiseptik yang menekan pertumbuhan bakteri, sedangkan
antiperspiran mengandung bahan yang dapat mengurangi keringat yang keluar.
Sekarang tersedia banyak produk yang sekaligus mengandung deodoran dan
antiperspiran. Selain itu terdapat pula berbagai macam pilihan aroma wangi
dari masing-masing deodoran dan antiperspiran yang mampu menjadikan kita
lebih semakin percaya diri. Hal yang perlu diperhatikan adalah memilih produk
yang cocok dan aman bagi kulit.
Bau badan ketiak berasal dari proses dekomposisi protein yang terdapat
dalam keringat ekrin dan terutama apokrin oleh mikroba yang terdapat pada
temapt tersebut. Bau badan yang terjadi bervariasi jenis dan intensitasnya
sesuai dengan jenis dan jumlah hasil dekomposisi tersebut, yaitu golongan
amino acid urea, misalnya trimetil aminuria menimbulkan bau ikan. Banyak
individual yang telah menggunakan produk deodoran antiperspiran untuk
mengontrol pengeluaran keringat dan bau di ketiak, faktanya lebih dari 90%
populasi di dunia ini telah menggunakannya (5).
Sediaan kosmetik deodoran antiperspiran mempunyai beberapa bentuk,
seperti serbuk, krim, lotion, batang (deo-stick), aerosol (spray). Bentuk batang
atau deodorant stick adalah suatu sediaan antibau badan yang sangat disukai
karena mudah dan praktis digunakan, serta mudah dibawa kemana-mana (6).
Sediaan kosmetik antibau badan biasanya mengandung deodoran dan
antiperspiran.
Bahan aktif yang dipakai dalam deodoran dapat berupa pewangi; untuk
menutupi bau badan yang tidak disukai, dengan adanya pewangi maka
deodoran dapat digolongkan dalam kosmetik pewangi (perfumery). Beluntas
merupakan pewangi tradisional indonesia yang dapat dipergunakan.Daun
beluntas berbau khas aromatis dan rasanya getir. Menurut Ferdian (2008), daun
beluntas berkhasiat untuk meningkatkan nafsu makan (stomatik), membantu
pencernaan, peluruh keringat (difoterik), pereda demam (antipiretik), dan
penyegar. Daun beluntas mengandung alkaloid, flavonoida, tannin, minyak
atsiri, asam klorogenik, natrium, kalium, aluminium, kalsium, magnesium, dan
fosfor. Sedangkan menurut data pada TanamanObat.org (2008), daun dan
bunga beluntas mengandung saponin, flavonoida dan polivenol,Daun beluntas
berkhasiat sebagai obat penurun panas, obat batuk dan penghilang bau
keringat. Namun meskipun demikian daun beluntas tetap memiliki kandungan
untama yaitu seperti flavonoida, saponin, polivenol, minyak atsiri, etanol,
dimana semuanya berperan sebagai senyawa antioksidan untuk menangkal
radikal bebas. Daun sirih sudah sejak lama dikenal sebagai antiseptik alami
yang mengandung senyawa aktif yang membantu menghilangkan bau badan.
Daun sirih dikenal bisa membantu mengatasi bau badan apalagi penyebabnya
adalah karena bakteri dan juga jamur. Kandungan kimia yang da didalamnya
adalah kandungan minyak atsiri dan kandungan lainya seperti kadinen, kavikol,
sineol, eugenol, karvakol, dan juga kandungan zat samak. Dengan
menggunakan bahan alami yang banyak disekitar kita. Selain murah, bahan
alami juga tidak berbahaya bagi kesehatan kita.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat diambil
perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan antiperspiran.
2. Bagaimana karakteristik, komponen dan metode antiperspiran yang baik.
3. Bagaimana karakteristik, komponen, metode dan evaluasi dari sediaan
antiperspiran yang dibuat.
C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami mengenai antiperspiran.
D. MANFAAT
1. Memberikan informasi mengenai antiperspiran.
2. Sebagai dasar dalam formulasi antiperspiran stik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
KULIT
1. Struktur dan Fungsi Kulit
a. Gambaran umum kulit
Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan
memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan
dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah
mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus
menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi
dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan
pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar
ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap
tekanan dan infeksi dari luar. Selain itu, kulit merupakan suatu kelenjar
holokrin yang besar (Montagna, Renault, Debreuil). Luas kulit pada
manusia rata-rata 2 m2, dengan berat 10 kg jika dengan lemaknya atau
4 kg jika tanpa lemak. Kulit terbagi atas 2 lapisan utama yaitu:
1) Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan yang paling luar.
2) Dermis (korium, kutis, kulit jangat).
Di bawah dermis terdapat subkutis atau jaringan lemak bawah kulit. Para
ahli histologi membagi epidermis dari bagian terluar hingga ke dalam
menjadi 5 lapisan, yakni:
1)
2)
3)
4)
b. Epidermis
Dari sudut kosmetik, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik
karena kosmetik dipakai pada epidermis itu. Meskipun ada beberapa
jenis kosmetik yang digunakan sampai ke dermis, namun tetap
penampilan epidermis yang menjadi tujuan utama. Dengan kemajuan
teknolohi, dermis menjadi tujuan dalam kosmetik medik. Ketebalan
epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal
berukuran 1mm, misalnya pada telapak kaki dan telapak tangan, dan
lapisan yang tipis 0,1mm terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan
perut. Sel-sel epidermis ini disebut keratosit.
1) Lapisan tanduk (stratum corneum)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti,
tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat
sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin,
jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap
bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk
memproteksi tubuh dari pengaruh luar. Secara alami, sel-sel yang
sudah mati dipermukaan kulit akan melepaskan diri untuk bergenerasi.
Permukaan stratum corneum dilapisi oleh suatu lapisan pelindung
lembab tipis yang bersifat asam, disebut mantel asam kulit.
B.
disebabkan oleh beberapa hal, seperti faktor genetik, kondisi kejiwaan, faktor
makanan, faktor kegemukan dan bahan pakaian yang dipakai. Keringat yang
dikeluarkan seseorang sangat terlibat dalam proses timbulnya bau badan,
dimana kelenjar apokrin yang menghasilkannya telah terinfeksi oleh bakteri
10
yang berperan dalam proses pembusukan (8). Beberapa bakteri yang diduga
menjadi penyebab bau badan tersebut diantaranya ialah Staphylococcus
epidermidis,
Corynebacterium
acne,
Pseudomonas
aeruginosa
dan
C.
ANTIPERSPIRAN (7)
Antiperspiran adalah bahan astringent yang digunakan pada kulit untuk
mengurangi keringat., sedangkan deodoran adalah zat yang digunakan pada
tubuh terutama untuk mengurangi bau badan yang disebabkan oleh bakteri
pengurai. Deodoran digunakan pada tubuh untuk mengurangi bau badan yang
disebabkan oleh bakteri pengurai keringat. Food Drug Administration (FDA)
menggolongkan dan mengatur deodoran sebagai kosmetik OTC (Over-TheCounter). Antiperspiran adalah bahan astringent yang digunakan pada kulit
untuk mengurangi keringat. Di Amerika (FDA), antiperspirant dikategorikan
sebagai obat sebab cara kerjanya mempengaruhi fungsi tubuh yaitu kelenjar
keringat. Antiperspiran biasanya dipakai pada ketiak, sementara deodorant
dapat juga digunakan pada kaki dan daerah lain dalam bentuk semprot tapi
seiring dengan perkembangan jaman, saat ini antiperspirant juga digunakan
pada kaki untuk mengurangi keringat berlebih di daerah kaki.
D.
11
kompleks
dengan
12
5. Bahan pensuspensi.
G.
13
alum
menghambat
dapat
digunakan
pertumbuhan
sebagai
bakteri
deodorant
penyebab
bau
dengan
badan
cara
sekaligus
zirconium
chloride
hydroxide;
Aluminum
zirconium
zirconium
tetrachlorohydrex
gly
bersifat
H.
14
Produk kosmetika dalam bentuk gel dapat berkisar mulai dari lotion yang
kental seperti misalnya roll-ball antiperspirant sampai ke gel thiksotropik yang
sangat kental dan tidak bisa mengalir, yang dapat digunakan sebagai kosmetika
hairdressing dan hair setting.
1. Lotion kental lebih mudah dibuatnya, yaitu dengan menambahkan sedikit
demi sedikit gellant padat ke dalam fase cair yang diaduk terus menerus
dengan cepat memakai propeller yang digerakkan turbin.
2. Gel kental yang tidak bisa mengalir cara pembuatannya lebih sulit, karena
pada produk akhirnya udara tidak bisa melarikan diri dari dalamnya seperti
pada lotion kental. Gel kental harus dibuat dalam ruang tanpa udara atau
perlu diadakan proses pembuangan udara yang rumit. Pemakaian
carboxyvinyl polymers (misalnya karbopol) mempermudah pengeluaran
udara dari dalam gel.
3. Deodorant stik. Agak berbeda cara pembuatannya daripada lipstik karena
merupakan gel sabun dan pembuatannya mirip dengan pembuatan emulsi,
suatu fase minyak (fatty acid) diadukkan ke dalam suatu fase larutan dalam
air pada suhu sekitar 70oC. Gel panas yang terbentuk diisikan ke dalam
cetakan pada suhu sekitar 60-65oC dan dibiarkan memadat.
I.
15
dibalut dengan kain kassa. Salutan berubah menjadi biru dengan sedikit
keringat, kepekatan warna yang dihasilkan menunjukkan kecepatan sekresi
ketiak.
2. Metode Pencatatan Kontinyu dan Gravitasi
a. Metode gravitasi
Metode ini lebih baik untuk mengevaluasi efektivitas antiperspirant.
Dalam metode ini bahan absorben yang telah mengabsorbsi keringat
ditimbang, sebagai bahan absorben digunakan kain kassa yang telah
ditarra.
b. Metode pencatatan kontinyu
Metode ini paling teliti karena menggunakan higrometer elektronik.
Prinsip yang digunakan adalah sama, yakni dengan membuang terus
menerus uap lembab yang dihasilkan oleh bagian kulit yang tertutup
dengan menggunakan aliran udara kering. Tiap metode mempunyai
perbedaan dalam menggunakan tipe detektor uap lembab. Beberapa
metode menggunakan Higrometer resistan dan kapasitan, lainnya ada
yang menggunakan analisa gas infra merah, dan analisa air elektrolit.
Detektor analisa air elektrolit terdiri dari ukuran aliran dan gulungan
salisan fosforpentoksida. Sewaktu gas kering dialirkan melalui gulungan
air yang dibebaskan diabsorbsi oleh fosforpentoksida. Arus yang melalui
gulungan diukur terus menerus dan harus sesuai dengan jumlah air yang
diabsorbsi oleh gulungan.
J.
DAUN SIRIH
1. Klasifikasi Ilmiah Daun Sirih (13)
Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari daun sirih adalah sebagai berikut:
16
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Kingdom
Division
Class
Ordo
Family
Genus
Species
: Plantae
: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
: Piperales
: Piperaceae
: Piper
: P. Betle
17
seperti
kavikol,
kavibetol,
karvakrol,
eugenol,
dan
18
K.
DAUN BELUNTAS
1. Klasifikasi Ilmiah Daun Beluntas (13)
Klasifikasi ilmiah dari tumbuhan Beluntas (Pluchea indica (L.) Less):
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Kingdom
Super divisi
Divisi
Kelas
Sub Kelas
Ordo
Family
Genus
Species
: Plantae (tumbuhan)
: Spermatophyta (menghasilkan biji)
: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
: Asteridae
: Astelares
: Asteraceae
: Pluchea
: Pluchea indica (L.) Less
19
20
menjaga kulit agar tetap segar berubah menjadi lipid peroksida karena
bereaksi dengan radikal bebas sehingga mempercepat penuaan. Dengan
adanya zat antioksidan dalam suatu makanan atau minuman dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan-kerusakan oleh radikal
bebas yang dapat membahayakan tubuh.
Secara umum mekanisme kerja antioksidan dalam tubuh adalah
dengan menghambat terjadinya proses oksidasi lemak. Proses oksidasi
lemak diakibatkan adanya kinerja dari radikal bebas yang pada prinsip
kerjanya dapat merusak molekul makro pembentuk sel, yaitu protein,
karbohidrat (polisakarida), lemak, dan deoxyribo nucleic acid (DNA),
sehingga mengakibatkan sel menjadi rusak, mati, dan bermutasi.
Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik.
Hal ini disebabkan karena adanya proses otooksidasi radikal lemak tidak
jenuh dalam minyak. Otooksidasi dimulai dengan faktor-faktor yang dapat
mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, peroksida lemak, atau
hidroperoksida, logam-logam berat, dan enzim-enzim lipoksidase. Pada
industri makanan ketengikan tersebut dapat membahayakan karena akan
berpengaruh pada nilai gizi dari makanan tersebut. Begitu pula didalam
tubuh kita, proses oksidasi lemak dapat membahayakan kesehatan, dan bau
tengik yang dihasilkan dari proses oksidasi lemak dapat dinetralisir oleh zat
antioksidan dalam tubuh dari makanan dan minuman yang kita konsumsi.
Dari penjabaran diatas dapat dikatakan bahwa antioksidan selain
berfungsi sebagai penangkal radikal bebas, juga berperan dalam mengurangi
bau yang diakibatkan oleh adanya proses oksidasi lemak oleh radikal bebas.
Sehingga daun beluntas yang mengandung begitu banyak senyawa
antioksidan dapat menghilangkan atau mengurangi bau badan / keringat
yang diekskresikan oleh tubuh melalui kulit, dimana keringat itu sendiri
merupakan hasil pembakaran dari lemak/oksidasi dalam tubuh yang
diakibatkan oleh tidak seimbangnya suhu dalam tubuh (adanya panas),
selain itu juga mengeluarkan zat-zat sisa seperti urea dan zat yang sudah
tidak dibutuhkan lagi dalam tubuh, jika zat-zat tersebut tidak dikeluarkan
maka akan menyebabkan keracunan dalam tubuh sehingga ekskresi keringat
perlu dilakukan.
21
L.
MONOGRAFI
1. Propilenglikol (Propanediol) (15,16)
Rumus molekul
: CH3CH(OH)CH2OH
Berat molekul
: 76, 09
Pemerian
Kelarutan
BJ
: 1,038 g/cm3
OTT
Konsentrasi
: 10-25%
Stabilitas
Kegunaan
Penyimpanan
: H(O-CH2-CH2)nOH.
Berat molekul
: 380-420.
Pemerian
Kelarutan
Titik beku
: 40 C sampai 80 C
Khasiat
: Basis stik
Konsentrasi
OTT
22
Stabilitas
Penyimpanan
3. Aquadest (12)
Pemerian
: Cairan jernih
Warna
: Tidak berwarna
Bau
: Tidak Berbau
Rasa
: Tidak Berasa
Kelarutan
BM
: 18,02
Kegunaan
Stabilitas
Inkompatibilitas
:-
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2009. Formulasi deodoran bentuk batang stick dengan lendir daun
lidah
buaya.
Diunduh
dari
ttp://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/04/formulasi_deodoran_bentuk_batang_stick_dengan_le
ndir_daun_lidah_buaya.pdf. Diakses pada tanggal 13 April 2016.
2. Mutschler, Ernest. 1991. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi. Edisi
Keenam. ITB Press: Bandung.
3. Rikowski, A., And Grammer K. 1999. Human Body Odour, Symmetry and
Attractiveness. Proceedings of the Royal Society of London. Series B, 266: 899.
4. Harry, R. G. 1982. Harrys Cosmeticology. 7th ed. Chemical Publishing
Company Inc: New York. Hal. 314-333.
5. Swaile, D. F., Elstun L. T., and Benzing K. W. 2011. Clinical StudiesOf sweat
rate reduction by an over-the-counter soft-solid antiperspirant and comparison
with a prescription antiperspirant product in male panelists. British Journal of
Dermatology. British Association of Dermatologist. 166(1): 22-26.
24
25
16. Rowe, R.C., Sheckey, P.J., and Quinn, M.E., 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipients. Sixth Edition. Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Association. London.