Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap makhluk hidup mempunyai bau yang berasal dari proses dalam
tubuhnya. Bau tersebut biasanya khas sehingga berguna untuk identifikasi
terhadap lingkungannya. Tumbuhan tertentu mempunyai bau yang berasal dari
akar, batang, daun, maupun bunganya yang karena baunya menyenangkan,
manusia membuatnya sebagai wewangian (parfum, fragrance). Bau tumbuhan
yang tidak menyenangkan manusia misalnya kentut-kentutan, tentu saja tidak
digunakan. Binatang tertentu mempunyai bau khas yang menjadi daya tarik
seksual lawan jenisnya. Berbeda dengan tumbuhan maupun hewan, bau badan
manusia umumnya justru bukan menjadikan daya tarik terhadap orang lain,
sehingga tidak disukai dan harus dihilangkan.
Indonesia merupakan suatu negara tropis yang selalu disinari matahari,
sehingga berkeringat tidak dapat dihindari. Bagi seseorang keluarnya keringat
yang berlebihan dapat menimbulkan masalah, seperti misalnya menimbulkan
bau badan yang kurang sedap. Bau badan sangat berhubungan dengan sekresi
keringat seseorang dan adanya pertumbuhan mikroorganisme, serta makanan
dan bumbu-bumbuan yang berbau khas seperti bawang-bawangan (1).
Berbagai macam aktivitas baik ringan maupun berat akan memicu sekresi
keringat dalam badan. Sekresi keringat merupakan metabolisme yang normal.
Keringat dihasilkan oleh kelenjar keringat yang bernama kelenjar ekrin dan
apokrin. Kelenjar ekrin terdapat di hamper seluruh permukaan kulit. Kelenjar
ekrin sudah ada sejak kecil di mana keringat yang dihasilkannya tidak hanya

berfungsi sebagai alat pengeluaran sisa metabolism tubuh namun juga berguna
untuk mengatur suhu tubuh. Kelenjar apokrin terletak di daerah ketiak,
payudara, daerah anus dan kemaluan. Kelenjar apokrin akan berfungsi aktif
setelah remaja dan keringat yang dihasilkan dipengaruhi oleh rangsangan
emosi. Keringat apokrin mengandung banyak lemak dan protein, yang apabila
diuraikan oleh bakteri akan menimbulkan bau yang tidak enak. Bau inilah
yang kemudian dikenal sebagai bau badan, dan masalah bau badan dapat
dialami oleh setiap orang.
Keringat merupakan hasil sekresi dari kelenjar-kelenjar yang bermuara
pada kulit berupasebum, asam lemak tinggi, dan debris (pigmen yang
terkumpul; sisa hasil metabolisme pada kulit), oleh karena itukeringat dapat
membantu terbentuknya produk yang berbau hasil dekomposisi atau
penguraian oleh bakteri. Bau badan lebih tercium pada daerah dengan kelenjar
apokrin lebih banyak, seperti pada ketiak (aksila) dan daerah genital (2,3).
Penggunaan sabun dan air sebagai pencuci badan pada waktu mandi
relatif kurang efektif untuk mencegah bau badan. Untuk maksud tersebut dapat
dilakukan beberapa alternatif tindakan lain, seperti menggunakan sediaan
kosmetikanti bau badan (4).
Ada banyak cara untuk mengatasi bau badan. Cara yang paling umum
digunakan adalah menggunaan deodoran dan antiperspiran. Deodoran
mengandung antiseptik yang menekan pertumbuhan bakteri, sedangkan
antiperspiran mengandung bahan yang dapat mengurangi keringat yang keluar.
Sekarang tersedia banyak produk yang sekaligus mengandung deodoran dan
antiperspiran. Selain itu terdapat pula berbagai macam pilihan aroma wangi
dari masing-masing deodoran dan antiperspiran yang mampu menjadikan kita
lebih semakin percaya diri. Hal yang perlu diperhatikan adalah memilih produk
yang cocok dan aman bagi kulit.
Bau badan ketiak berasal dari proses dekomposisi protein yang terdapat
dalam keringat ekrin dan terutama apokrin oleh mikroba yang terdapat pada

temapt tersebut. Bau badan yang terjadi bervariasi jenis dan intensitasnya
sesuai dengan jenis dan jumlah hasil dekomposisi tersebut, yaitu golongan
amino acid urea, misalnya trimetil aminuria menimbulkan bau ikan. Banyak
individual yang telah menggunakan produk deodoran antiperspiran untuk
mengontrol pengeluaran keringat dan bau di ketiak, faktanya lebih dari 90%
populasi di dunia ini telah menggunakannya (5).
Sediaan kosmetik deodoran antiperspiran mempunyai beberapa bentuk,
seperti serbuk, krim, lotion, batang (deo-stick), aerosol (spray). Bentuk batang
atau deodorant stick adalah suatu sediaan antibau badan yang sangat disukai
karena mudah dan praktis digunakan, serta mudah dibawa kemana-mana (6).
Sediaan kosmetik antibau badan biasanya mengandung deodoran dan
antiperspiran.
Bahan aktif yang dipakai dalam deodoran dapat berupa pewangi; untuk
menutupi bau badan yang tidak disukai, dengan adanya pewangi maka
deodoran dapat digolongkan dalam kosmetik pewangi (perfumery). Beluntas
merupakan pewangi tradisional indonesia yang dapat dipergunakan.Daun
beluntas berbau khas aromatis dan rasanya getir. Menurut Ferdian (2008), daun
beluntas berkhasiat untuk meningkatkan nafsu makan (stomatik), membantu
pencernaan, peluruh keringat (difoterik), pereda demam (antipiretik), dan
penyegar. Daun beluntas mengandung alkaloid, flavonoida, tannin, minyak
atsiri, asam klorogenik, natrium, kalium, aluminium, kalsium, magnesium, dan
fosfor. Sedangkan menurut data pada TanamanObat.org (2008), daun dan
bunga beluntas mengandung saponin, flavonoida dan polivenol,Daun beluntas
berkhasiat sebagai obat penurun panas, obat batuk dan penghilang bau
keringat. Namun meskipun demikian daun beluntas tetap memiliki kandungan
untama yaitu seperti flavonoida, saponin, polivenol, minyak atsiri, etanol,
dimana semuanya berperan sebagai senyawa antioksidan untuk menangkal
radikal bebas. Daun sirih sudah sejak lama dikenal sebagai antiseptik alami
yang mengandung senyawa aktif yang membantu menghilangkan bau badan.
Daun sirih dikenal bisa membantu mengatasi bau badan apalagi penyebabnya

adalah karena bakteri dan juga jamur. Kandungan kimia yang da didalamnya
adalah kandungan minyak atsiri dan kandungan lainya seperti kadinen, kavikol,
sineol, eugenol, karvakol, dan juga kandungan zat samak. Dengan
menggunakan bahan alami yang banyak disekitar kita. Selain murah, bahan
alami juga tidak berbahaya bagi kesehatan kita.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat diambil
perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan antiperspiran.
2. Bagaimana karakteristik, komponen dan metode antiperspiran yang baik.
3. Bagaimana karakteristik, komponen, metode dan evaluasi dari sediaan
antiperspiran yang dibuat.

C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami mengenai antiperspiran.

2. Mengetahui dan memahami formulasi antiperspiran stik yang baik.


3. Mengetahui cara pembuatan sediaan antiperspiran stik.

D. MANFAAT
1. Memberikan informasi mengenai antiperspiran.
2. Sebagai dasar dalam formulasi antiperspiran stik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.

KULIT
1. Struktur dan Fungsi Kulit
a. Gambaran umum kulit
Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan
memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan
dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah
mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus
menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi
dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan
pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar
ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap
tekanan dan infeksi dari luar. Selain itu, kulit merupakan suatu kelenjar
holokrin yang besar (Montagna, Renault, Debreuil). Luas kulit pada
manusia rata-rata 2 m2, dengan berat 10 kg jika dengan lemaknya atau
4 kg jika tanpa lemak. Kulit terbagi atas 2 lapisan utama yaitu:
1) Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan yang paling luar.
2) Dermis (korium, kutis, kulit jangat).
Di bawah dermis terdapat subkutis atau jaringan lemak bawah kulit. Para
ahli histologi membagi epidermis dari bagian terluar hingga ke dalam
menjadi 5 lapisan, yakni:
1)
2)
3)
4)

Lapisan Tanduk (Stratum corneum), sebagai lapisan paling atas.


Lapisan Jernih (Stratum lucidum), disebut juga lapisan barrier.
Lapisan berbutir-butir (stratum granulosum).
Lapisan Malpighi (stratum spinosum) yang selnya seperti berduri.

5) Lapisan Basal (Stratum germinativum) yang hanya tersusun oleh satu


lapis sel-sel basal.

Gambar II.1. Struktur kulit

b. Epidermis
Dari sudut kosmetik, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik
karena kosmetik dipakai pada epidermis itu. Meskipun ada beberapa
jenis kosmetik yang digunakan sampai ke dermis, namun tetap
penampilan epidermis yang menjadi tujuan utama. Dengan kemajuan
teknolohi, dermis menjadi tujuan dalam kosmetik medik. Ketebalan
epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal
berukuran 1mm, misalnya pada telapak kaki dan telapak tangan, dan
lapisan yang tipis 0,1mm terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan
perut. Sel-sel epidermis ini disebut keratosit.
1) Lapisan tanduk (stratum corneum)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti,
tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat
sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin,
jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap
bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk
memproteksi tubuh dari pengaruh luar. Secara alami, sel-sel yang
sudah mati dipermukaan kulit akan melepaskan diri untuk bergenerasi.
Permukaan stratum corneum dilapisi oleh suatu lapisan pelindung
lembab tipis yang bersifat asam, disebut mantel asam kulit.

2) Lapisan jernih (stratum lucidum)


Terletak tepat dibawah stratum corneum, merupakn lapisan yang tipis,
jernih, mengandung eleidin, sangat tampak jelas pada telapak tangan
dan telapak kaki. Antara stratum lucidum dan stratum granulosum
terdapat lapisan keratin tipis yang disebut reins barrier (szakali) yang
tidak bisa ditembus (impermeable).
3) Lapisan berbutir-butir (stratum granulosum)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir
kasar, berinti mengkerut. Stoughton menemukan bahwa di dalam butir
keratohyalin itu terdapat bahan logam, khususnya tembaga yang
katalisator proses pertandukan kulit.
4) Lapisan malphigi (stratum spinosum atau malphigi layer)
Memliki sel yang berbentuk kubus dan seoerti berduri. Intinya besar
dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas
serabut protein. Cairan limfe masih ditemukan mengitari sel-sel dalam
lapisan malphigi ini.
5) Lapisan basal (stratum germinativum atau membran basalis)
Lapisan basal adalah lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum
germinativum juga terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak
mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen
melanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit melalui
dendrit-dendritnya. Satu sel melanosit melayani sekitar 36 sel
keratinosit. Kesatuan ini diberi nama unit melanin epidermal.
c. Dermis
Berbeda dengan epidermis yang tersusun oleh sel-sel dalam berbagai
bentuk dan keadaan, dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut
kolagen dan elastin, yang berada di dalam substansi dasar yang bersidat
koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Serabut kolagen dapat
mencapai 72% dari keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak. Di
dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut,
papila rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebase, otot
penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian
serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit
(subkutis/hipodermis).

d. Kelenjar keringat dan perspirasi


Ada dua jenis kelenjar keringat, yaitu:
1) Kelenjar keringat ekrin mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang
mengandung 95 -97 persen air dan mengandung beberapa mineral,
seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida, dan
sampingan dari metabolisme seluler. Kelenjar ini terdapat di seluruh
kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki sampai kulit kepala.
Jumlahnya diseluruh badan sekitar 2 juta, menghasilkan 4liter keringat
dalam waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuknya langsing,
bergulung-gulung dan salurannya bermuara langsung pada permukaan
kulit yang tidak ada rambutnya.
2) Kelenjar keringat aprokin lebih besar daripada ekrin, hanya terdapat di
daerah-daerah ketiak, puting susu, daerah kelamin, dan manghasilkan
cairan yang agak kental serta berbau khas pada setiap orang.
Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran
folikel rambut. Kelnjar keringat aprokin jumlahnya tidak terlalu
banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini.

B.

PENYEBAB BAU BADAN


Mengeluarkan keringat merupakan cara yang alami untuk mendinginkan tubuh.
Dengan berkeringat maka akan terbentuk lingkungan yang sempurna bagi
pertumbuhan bakteri karena bakteri berkembang dengan baik di lingkungan
panas dan lembab seperti ketiak manusia. Pada dasarnya, keringat hanya terdiri
dari air dan garam, sehingga tidak mempunyai bau yang istimewa. Bau dari
badan kita sebenarnya disebabkan oleh bakteri yang menguraikan keringat
dengan melepaskan asam 3-methyl-2-hexenoic, yang mempunyai bau yang
sangat kuat (7).
Masalah bau

badan dapat dialami oleh setiap orang dan dapat

disebabkan oleh beberapa hal, seperti faktor genetik, kondisi kejiwaan, faktor
makanan, faktor kegemukan dan bahan pakaian yang dipakai. Keringat yang
dikeluarkan seseorang sangat terlibat dalam proses timbulnya bau badan,
dimana kelenjar apokrin yang menghasilkannya telah terinfeksi oleh bakteri

10

yang berperan dalam proses pembusukan (8). Beberapa bakteri yang diduga
menjadi penyebab bau badan tersebut diantaranya ialah Staphylococcus
epidermidis,

Corynebacterium

acne,

Pseudomonas

aeruginosa

dan

Streptococcus pyogenes (9). Penggunaan antibiotik yang tidak benar biasanya


akan membuat bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap memperbanyak diri
dalam inangnya. Menurut Bartlett (2007) bakteri S. epidermidis umumnya
telah resisten terhadap antibiotik penisilin dan metisilin, sehingga perlu
diketahui bahan alternatif yang dapat membasmi atau menghambat
pertumbuhan bakteri tersebut (10). Bau badan muncul karena penguraian
lemak sebum pada kulit menjadi asam lemak bebas (9).

C.

ANTIPERSPIRAN (7)
Antiperspiran adalah bahan astringent yang digunakan pada kulit untuk
mengurangi keringat., sedangkan deodoran adalah zat yang digunakan pada
tubuh terutama untuk mengurangi bau badan yang disebabkan oleh bakteri
pengurai. Deodoran digunakan pada tubuh untuk mengurangi bau badan yang
disebabkan oleh bakteri pengurai keringat. Food Drug Administration (FDA)
menggolongkan dan mengatur deodoran sebagai kosmetik OTC (Over-TheCounter). Antiperspiran adalah bahan astringent yang digunakan pada kulit
untuk mengurangi keringat. Di Amerika (FDA), antiperspirant dikategorikan
sebagai obat sebab cara kerjanya mempengaruhi fungsi tubuh yaitu kelenjar
keringat. Antiperspiran biasanya dipakai pada ketiak, sementara deodorant
dapat juga digunakan pada kaki dan daerah lain dalam bentuk semprot tapi
seiring dengan perkembangan jaman, saat ini antiperspirant juga digunakan
pada kaki untuk mengurangi keringat berlebih di daerah kaki.

D.

MEKANISME KERJA ANTIPERSPIRAN (7)


Untuk mengerti bagaimana mekanisme kerja deodorant antiperspiran, kita
harus mengerti kenapa kita memerlukan deodorant atau antiperspiran.

11

Seseorang membeli deodorant atau antiperspirant bertujuan untuk mengurangi


atau menutupi bau badan yang tidak enak. Deodoran bekerja dengan cara
menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang ditemukan pada axial
sedangkan antiperspirant bekerja dengan cara membatasi jumlah sekresi
kelenjar keringat yang dikirim ke permukaan kulit melalui pembentukan
halangan atau sumbatan pada saluran keringat. Sebagai akibatnya, mekanisme
kerjanya akan mengurangi produksi keringat pada kelenjar keringat. Perbedaan
antara antiperspiran dan deodoran yaitu:
1. Deodoran membiarkan pengeluaran keringat tetapi mencegah bau melalui
cara melawannya dengan bahan antiseptik yang membunuh bakteri
penyebab bau juga menutup bau dengan bahan parfum.
2. Antiperspiran mengandung perfume dan bahan kimia yang menghambat
atau menyumbat pori-pori untuk menghentikan pengeluaran keringat.
E.

MACAM- MACAM SEDIAAN ANTIPERSPIRAN


1. Antiperspirant aerosol.
2. Antiperspirant bedak kompak.
3. Antiperspirant emulsi, merupakan larutan yang mengandung emulgator.
Untuk larutan yang mengandung kadar elektrolit tinggi diperlukan ketelitian
dalam memilih emulgator, agar tidak mudah rusak.
4. Antiperspirant krim.
5. Antiperspirant larutan.
6. Antiperpirant stik, dibuat menggunakan garam

kompleks

dengan

penambahan laktat ke dalam aluminium klorhidrat. Garam kompleks


natrium aluminium klorhidroksilaktat dapat campur dengan Natrium
Stearatatau sabun lain, karena ionisasi Aluminium dapat ditekan jika pH
larutan meningkat menjadi 8-8,5 , menyebabkan sangat mudah campur.
F.

KOMPONEN SEDIAAN ANTIPERSPIRAN (11).


Formulasi sediaan antiperspirant terdiri dari komponen sebagai berikut :
1. Zat Aktif, biasanya merupakan Alumunium Klorhidroksida atau garamgaram serupa.
2. Sistem cair untuk melarutkan zat aktif atau untuk mensuspensikan zat aktif
atau bagian dari emulsi air dalam minyak.
3. Zat tambahan, seperti talk.
4. Parfum.

12

5. Bahan pensuspensi.
G.

BAHAN-BAHAN DEODORAN DAN ANTIPERSPIRAN (7)


Bahan kosmetik yang sering digunakan sebagai deodoran yaitu:
1. Parfum
Campuran dari minyak esensial dan komponen aroma, fiksatif dan pelarut
digunakan untuk memberikan wangi yang menyenangkan pada tubuh
manusia.
2. Triclosan
Bahan antifungi dan antibakteri spektrum luas yang poten. Antibakteri ini
menghambat pertumbuhan bakteri gram (+) pada ketiak, yang menyebabkan
bau tak sedap. Triklosan digunakan pada sabun (0.1% - 1%), deodorant,
shaving creams, mouth

washes, dan peralatan kebersihan. Triklosan

menunjukan efektifitas dalam mengurangi dan mengontrol bakteri. Pada


konsentrasi yang lebih tinggi, Triklosan bekerja sebagai biosida sedangkan
pada kadar yang lebih rendah bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja
triklosan dalam membunuh bakteri terutama dengan cara menghambat
sintesis fatty acid. Beberapa spesies bakteri dapat membangun resistensi
dalam tingkat rendah terhadap triklosan, yaitu Escherichia coli and
Staphylococcus aureus. Sedangkan bakteri yang mempunyai resistensi
bawaan terhadap triklosan yaitu Pseudomonas aeruginosa.
Beberapa bahan antiperspirant yang biasa digunakan dalam sediaan kosmetik
diantaranya yaitu:
1. Aluminium chlorohydrate
Alumunium chlorohydrate dalah kelompok garam yang mempunyai rumus
umum AlnCl(3n-m)(OH)m, biasa digunakan dalam deodorant dan
antiperspirant serta flokulan pada pemurnian air. Aluminium chlorohydrate
digunakan dalam antiperspirant dan pada treatment hyperhidrosis yaitu
kondisi yang ditandai oleh meningkatnya keringat,secara tidak normal lebih
dari yang diperlukan untuk pengaturan suhu tubuh.
2. Aluminium sulphate (Tawas)
Tawas adalah semacam batu putih agak bening yang bisa digunakan untuk
membeningkan air. Selain manfaatnya untuk menjernihkan air, ternyata

13

tawas juga dapat digunakan untuk menghilangkan bau badan khususnya


didaerah ketiak. Tawas merupakan salah satu bahan aktif dari antiperspirant,
walaupun demikian, awal tahun 2005 US Food and Drug Administration
tidak lagi mengakuinya sebagai pengurang keringat.
3. Potasium aluminium sulphate (Potasium alum)
Potassium aluminum sulfate adalah bahan kimia yang sesuai dengan rumus
kimia KAl(SO4)2. 12H2O, juga dikenal sebagai Aluminum potassium
sulfate. Potasium alum adalah astringent dan antiseptic, oleh karena itu
Potasium

alum

menghambat

dapat

digunakan

pertumbuhan

sebagai

bakteri

deodorant

penyebab

bau

dengan

badan

cara

sekaligus

mengurangi keluarnya keringat.


4. Aluminium zirconium tetrachlorohydrex gly
Anhydrous aluminium zirconium tetrachlorohydrex gly atau sinonimnya
Aluminum

zirconium

chloride

hydroxide;

Aluminum

zirconium

tetrachlorohydrate; Aluminum zirconium chlorhydrate; mempunyai dua


fungsi utama sebagai antiperspiran yaitu:
a. Ion aluminium dan zirconium membentuk gel yang menyumbat pori-pori
pada kulit, sumbatan yang mencegah keluarnya keringat dari pori-pori.
Kemampuan menyumbat ini biasa terjadi pada antiperspirant berbasis
aluminium.
b. Anhydrous aluminium

zirconium

tetrachlorohydrex

gly

bersifat

higroskopik sehingga menyerap keringat yang dihasilkan pori-pori yang


tidak tersumbat pada tempat pertama.
Kedua fungsi inilah yang dapat mengurangi keringat sehingga aluminium
zirconium tetrachlorohyderx gly dikatakan dapat mengurangi bau badan.
Dalam Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.42.1018 Tahun
2008, penggunaan Aluminium zirconium tetrachlorohyderx gly dalam
kosmetik dibatasi 20% sebagai anhydrous alumnium zirconium chloride
hydroxide atau 5.4% sebagai zirconium serta mencantumkan peringatan
Jangan digunakan pada kulit yang teriritasi/luka.

H.

METODE PEMBUATAN ANTIPERSPIRAN (11).

14

Produk kosmetika dalam bentuk gel dapat berkisar mulai dari lotion yang
kental seperti misalnya roll-ball antiperspirant sampai ke gel thiksotropik yang
sangat kental dan tidak bisa mengalir, yang dapat digunakan sebagai kosmetika
hairdressing dan hair setting.
1. Lotion kental lebih mudah dibuatnya, yaitu dengan menambahkan sedikit
demi sedikit gellant padat ke dalam fase cair yang diaduk terus menerus
dengan cepat memakai propeller yang digerakkan turbin.
2. Gel kental yang tidak bisa mengalir cara pembuatannya lebih sulit, karena
pada produk akhirnya udara tidak bisa melarikan diri dari dalamnya seperti
pada lotion kental. Gel kental harus dibuat dalam ruang tanpa udara atau
perlu diadakan proses pembuangan udara yang rumit. Pemakaian
carboxyvinyl polymers (misalnya karbopol) mempermudah pengeluaran
udara dari dalam gel.
3. Deodorant stik. Agak berbeda cara pembuatannya daripada lipstik karena
merupakan gel sabun dan pembuatannya mirip dengan pembuatan emulsi,
suatu fase minyak (fatty acid) diadukkan ke dalam suatu fase larutan dalam
air pada suhu sekitar 70oC. Gel panas yang terbentuk diisikan ke dalam
cetakan pada suhu sekitar 60-65oC dan dibiarkan memadat.
I.

EVALUASI EFEKTIVITAS SEDIAAN ANTIPERSPIRAN (12)


Evaluasi efektivitas antiperspirant dapat dilakukan dengan menggunakan dua
metode yaitu:
1. Metode Noda (Semi Kuantitatif Terbaik)
Berbagai metode noda telah dilakukan untuk mendeteksi dan mengukur
jumlah keringat yang keluar di permukaan kulit. Pada pemeriksaan klinik
dilakukan metode berdasarkan reaksi Iodum Pati. Di samping itu metode
yang sangat sederhana dan cepat berdasarkan reaksi biru Bromfenol yang
disuspensikan ke dalam minyak silikon, akan memberikan noda kebiruan
pada permulaan keluarnya keringat, yang dapat diamati pada tiap
terbukanya pembuluh keringat melalui lapisan transparan larutan indikator.
Dengan mengkombinasikan kedua metode tersebut di atas diperoleh catatan
permanen noda hitam biru pada kertas toilet yang telah mengabsorpsi
keringat. Kemudian dapat diulang dengan meletakkan pada ketiak bola
pingpong yang disalut dengan campuran serbuk Biru Bromfenol yang

15

dibalut dengan kain kassa. Salutan berubah menjadi biru dengan sedikit
keringat, kepekatan warna yang dihasilkan menunjukkan kecepatan sekresi
ketiak.
2. Metode Pencatatan Kontinyu dan Gravitasi
a. Metode gravitasi
Metode ini lebih baik untuk mengevaluasi efektivitas antiperspirant.
Dalam metode ini bahan absorben yang telah mengabsorbsi keringat
ditimbang, sebagai bahan absorben digunakan kain kassa yang telah
ditarra.
b. Metode pencatatan kontinyu
Metode ini paling teliti karena menggunakan higrometer elektronik.
Prinsip yang digunakan adalah sama, yakni dengan membuang terus
menerus uap lembab yang dihasilkan oleh bagian kulit yang tertutup
dengan menggunakan aliran udara kering. Tiap metode mempunyai
perbedaan dalam menggunakan tipe detektor uap lembab. Beberapa
metode menggunakan Higrometer resistan dan kapasitan, lainnya ada
yang menggunakan analisa gas infra merah, dan analisa air elektrolit.
Detektor analisa air elektrolit terdiri dari ukuran aliran dan gulungan
salisan fosforpentoksida. Sewaktu gas kering dialirkan melalui gulungan
air yang dibebaskan diabsorbsi oleh fosforpentoksida. Arus yang melalui
gulungan diukur terus menerus dan harus sesuai dengan jumlah air yang
diabsorbsi oleh gulungan.

J.

DAUN SIRIH
1. Klasifikasi Ilmiah Daun Sirih (13)
Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari daun sirih adalah sebagai berikut:

16

Gambar II.1. Daun Sirih

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Kingdom
Division
Class
Ordo
Family
Genus
Species

: Plantae
: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
: Piperales
: Piperaceae
: Piper
: P. Betle

2. Gambaran Umum Daun Sirih


Sirih merupakan tanaman menjalar dan merambat pada batang pokok di
sekelilingnya dengan daunnya yang memiliki bentuk pipih seperti gambar
hati, tangkainya agak panjang, tepi daun rata, ujung daun meruncing,
pangkal daun berlekuk, tulang daun menyirip, dan daging daun yang tipis.
Permukaan daunnya berwarna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya
berwarna hijau tembelek atau hijau agak kecoklatan dan permukaan kulitnya
kasar serta berkerut-kerut. Sirih hidup subur dengan ditanam di atas tanah
gembur yang tidak terlalu lembab dan memerlukan cuaca tropika dengan air
yang mencukupi. Sirih merupakan tumbuhan obat yang sangat besar
manfaatnya. Dalam farmakologi Cina, sirih dikenal sebagai tanaman yang
memiliki sifat hangat dan pedas. Di India, daun sirih memegang peranan
penting dalam kebudayaan pada masyarakat Hindu. Semua upacara
tradisional menggunakan daun sirih sebagai komponen dalam upacara
tersebut. Daun sirih juga sering digunakan dalam upacara. Adatperkawinan
di pulau Jawa. Dalam beberapa cara adat lain, daun sirih sering dihidangkan
untuk menyambut para tamu. Daun sirih juga dikunyah oleh sebagian

17

masyarakat, bahkan masyarakat Vietnam mengatakan bahwa daun sirih


mengawali percakapan yang mengacu pada kegiatan mengunyah daun sirih.
3. Kandungan Farmakologi Daun Sirih
Daun sirih memiliki aroma yang khas yaitu rasa pedas, sengak, dan tajam.
Rasa dan aroma yang khas tersebut disebabkan oleh kavikol dan
bethelphenol yang terkandung dalam minyak atsiri. Di samping itu, faktor
lain yang menentukan aroma dan rasa daun sirih adalah jenis sirih itu
sendiri, umur sirih, jumlah sinar matahari yang sampai ke bagian daun, dan
kondisi dedaunan bagian atas tumbuhan. Daun sirih mengandung minyak
atsiri di mana komponen utamanya terdiri atas fenol dan senyawa
turunannya

seperti

kavikol,

kavibetol,

karvakrol,

eugenol,

dan

allilpyrocatechol. Selain minyak atsiri, daun sirih juga mengandung


karoten, tiamin, riboflavin, asam nikot inat, vitamin C, tannin, gula, pati,
dan asam amino. Daun sirih yang sudah dikenal sejak tahun 600 SM ini
mengandung zat antiseptik yang dapat membunuh bakteri sehingga banyak
digunakan sebagai antibakteri dan anti jamur. Hal ini disebabkan oleh
turunan fenol yaitukavikol dalam sifat antiseptiknya lima kali lebih efektif
dibandingkan fenol biasa. Selain hasil metabolisme gula, glukan juga
merupakan salah satu komponen dari jamur. Dengan sifat antiseptiknya,
sirih sering digunakan untuk menyembuhkan kaki yang luka dan mengobati
pendarahan hidung atau mimisan. Pada pengobatan tradisional India, daun
sirih dikenal sebagai zat aromatik yang menghangatkan, bersifat antiseptik,
dan bahkan meningkatkan gairah seksual. Kandungan tannin pada daun sirih
dipercaya memiliki khasiat mengurangi sekresi cairan pada vagina,
melindungi fungsi hati, dan mencegah diare. Sirih juga mengandung
arekolin di seluruh bagian tanaman yang bermanfaat untuk merangsang
saraf pusat dan daya pikir, meningkatkan gerakan peristaltik, dan meredakan
dengkuran. Kandungan eugenol pada daun sirih mampu membunuh jamur
Candida albicans, mencegah ejakulasi dini, dan bersifat analgesik. Daun
sirih juga sering digunakan oleh masyarakat untuk menghilangkan bau
mulut, mengobati luka, menghentikan gusi berdarah, sariawan, dan

18

menghilangkan bau badan. Daun sirih memiliki efek antibakteri terhadap


Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus viridans,
Actinomyces viscosus, dan Staphylococcus aureus.

K.

DAUN BELUNTAS
1. Klasifikasi Ilmiah Daun Beluntas (13)
Klasifikasi ilmiah dari tumbuhan Beluntas (Pluchea indica (L.) Less):

Gambar II. 2. Daun beluntas

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Kingdom
Super divisi
Divisi
Kelas
Sub Kelas
Ordo
Family
Genus
Species

: Plantae (tumbuhan)
: Spermatophyta (menghasilkan biji)
: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
: Asteridae
: Astelares
: Asteraceae
: Pluchea
: Pluchea indica (L.) Less

2. Gambaran Umum Daun Beluntas


Tumbuhan Beluntas merupakan tumbuhan liar yang dapat hidup di
sembarang tempat kecuali tempat berair, yang tidak banyak orang kenal dan
tahu apa kegunaannya. Tumbuhan beluntas biasa dijadikan sebagai
pembatas pagar pekarangan, sebagai pembatas petakan sawah-sawah,
bahkan tidak terurus dan hanya sebagai semak belukar yang dapat
ditemukan di tempat-tempat lapang dan tanah kosong, padahal tumbuhan
beluntas jika dimanfaatkan dengan baik akan banyak memberi keuntungan,
karena tumbuhan beluntas merupakan salah satu tumbuhan yang
mempunyai begitu banyak khasiat khususnya dalam bidang kesehatan,
dengan merubah sajian dari tumbuhan beluntas menjadi lebih variatif dan

19

menarik merupakan suatu cara yang cukup baik untuk memaksimalkan


pemanfaatan tumbuhan beluntas.
3. Kandungan Farmakologi Daun Beluntas (14)
Daun beluntas mengandung beberapa senyawa yang pada dasarnya tidak
memiliki peran khusus dalam menghilangkan bau badan, seperti senyawa
polivenol, flavonoida, dan minyak atsiri yang merupakan senyawa
antioksidan yang baik bagi tubuh untuk menangkal radikal bebas. Tidak
dijelaskan secara rinci bahwa senyawa apa yang bisa menghilangkan atau
mengurangi bau badan tersebut, padahal berdasarkan berbagai sumber
ilmiah menyatakan bahwa daun beluntas memiliki khasiat salah satunya
sebagai penghilang bau keringat atau bau badan.
Jika dipahami satu persatu, antioksidan didefinisikan sebagai senyawa
yang dapat menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid.
Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau
mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid.
Sedangkan radikal bebas itu sendiri adalah bahan kimia yang secara alamiah
terdapat pada tanaman, binatang, dan manusia. Yang berfungsi mencegah
terjadinya kerusakan yang diakibatkan oleh virus, bakteri, serta bahan-bahan
lain (asing) yang menyerang sel tubuh, namun jika terjadi produksi yang
berlebihan akan menyerang sel tubuh sendiri dengan cara yang sama seperti
menyerang bakteri dan benda asing (Sitibaitul, 2010). Dapat disimpulkan
bahwa adanya kandungan antioksidan dalam suatu bahan makanan atau
minuman sangat menguntungkan karena dapat menangkal radikal bebas
sehingga tidak terjadi produksi yang berlebihan yang akan membahayakan
tubuh.
Radikal bebas memiliki efek yang berbahaya bagi kesehatan yang
berujung pada timbulnya suatu penyakit, hal ini disebabkan karena radikal
bebas adalah spesi kimia yang memiliki pasangan elektron bebas di kulit
terluar sehingga sangat reaktif dan mampu bereaksi dengan protein, lipid,
karbohidrat, atau DNA. Reaksi antara radikal bebas dan molekul itu
berujung pada timbulnya suatu penyakit, dan efek oksidatif radikal bebas
dapat menyebabkan peradangan dan penuaan dini. Lipid yang seharusnya

20

menjaga kulit agar tetap segar berubah menjadi lipid peroksida karena
bereaksi dengan radikal bebas sehingga mempercepat penuaan. Dengan
adanya zat antioksidan dalam suatu makanan atau minuman dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan-kerusakan oleh radikal
bebas yang dapat membahayakan tubuh.
Secara umum mekanisme kerja antioksidan dalam tubuh adalah
dengan menghambat terjadinya proses oksidasi lemak. Proses oksidasi
lemak diakibatkan adanya kinerja dari radikal bebas yang pada prinsip
kerjanya dapat merusak molekul makro pembentuk sel, yaitu protein,
karbohidrat (polisakarida), lemak, dan deoxyribo nucleic acid (DNA),
sehingga mengakibatkan sel menjadi rusak, mati, dan bermutasi.
Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik.
Hal ini disebabkan karena adanya proses otooksidasi radikal lemak tidak
jenuh dalam minyak. Otooksidasi dimulai dengan faktor-faktor yang dapat
mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, peroksida lemak, atau
hidroperoksida, logam-logam berat, dan enzim-enzim lipoksidase. Pada
industri makanan ketengikan tersebut dapat membahayakan karena akan
berpengaruh pada nilai gizi dari makanan tersebut. Begitu pula didalam
tubuh kita, proses oksidasi lemak dapat membahayakan kesehatan, dan bau
tengik yang dihasilkan dari proses oksidasi lemak dapat dinetralisir oleh zat
antioksidan dalam tubuh dari makanan dan minuman yang kita konsumsi.
Dari penjabaran diatas dapat dikatakan bahwa antioksidan selain
berfungsi sebagai penangkal radikal bebas, juga berperan dalam mengurangi
bau yang diakibatkan oleh adanya proses oksidasi lemak oleh radikal bebas.
Sehingga daun beluntas yang mengandung begitu banyak senyawa
antioksidan dapat menghilangkan atau mengurangi bau badan / keringat
yang diekskresikan oleh tubuh melalui kulit, dimana keringat itu sendiri
merupakan hasil pembakaran dari lemak/oksidasi dalam tubuh yang
diakibatkan oleh tidak seimbangnya suhu dalam tubuh (adanya panas),
selain itu juga mengeluarkan zat-zat sisa seperti urea dan zat yang sudah
tidak dibutuhkan lagi dalam tubuh, jika zat-zat tersebut tidak dikeluarkan
maka akan menyebabkan keracunan dalam tubuh sehingga ekskresi keringat
perlu dilakukan.

21

L.

MONOGRAFI
1. Propilenglikol (Propanediol) (15,16)
Rumus molekul

: CH3CH(OH)CH2OH

Berat molekul

: 76, 09

Pemerian

: cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas,


praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab

Kelarutan

: dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan


dengan kloroform, larut dalam eter dan beberapa
minyak essensial tetapi tidak dapat bercampur dengan
minyak lemak

BJ

: 1,038 g/cm3

OTT

: zat pengoksidasi seperti Pottasium Permanganat

Konsentrasi

: 10-25%

Stabilitas

: Higroskopis dan harus disimpan dalam wadah


tertutup rapat, lindungi dari cahaya, ditempat dingin
dan kering. Pada suhu yang tinggi akan teroksidasi
menjadi propionaldehid asam laktat, asam piruvat dan
asam asetat. Stabil jika dicampur dengan etanol,
gliserin, atau air

Kegunaan

: antimikroba, desinfektan, pelembab, pelarut

Penyimpanan

: disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari


cahaya , sejuk dan kering.

2. PEG 400 monolaurate (12,13)


Rumus molekul

: H(O-CH2-CH2)nOH.

Berat molekul

: 380-420.

Pemerian

: Cairan kental jernih; tidak berwarna atau praktis tidak


berwarna; bau khas lemah; agak higroskopis

Kelarutan

: Larut dalam air, dalam etanol 95%, dalam glikol lain

Titik beku

: 40 C sampai 80 C

Khasiat

: Basis stik

Konsentrasi

: Sampai 30% v/v

OTT

: Tidak bercampur dengan beberapa zat pewarna

22

Stabilitas

: Dapat disterilkan dengan autoklaf, filtrasi dan


penyinaran sinar gamma

Penyimpanan

: Wadah tertutup rapat

3. Aquadest (12)
Pemerian

: Cairan jernih

Warna

: Tidak berwarna

Bau

: Tidak Berbau

Rasa

: Tidak Berasa

Kelarutan

: Melarutkan semua zat yang sifatnya polar

BM

: 18,02

Kegunaan

: Sebagai larutan pembawa dalam injeksi.

Stabilitas

: Stabil dalam semua keadaan fisika (es,cair,dan uap)

Inkompatibilitas

:-

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2009. Formulasi deodoran bentuk batang stick dengan lendir daun
lidah
buaya.
Diunduh
dari
ttp://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/04/formulasi_deodoran_bentuk_batang_stick_dengan_le
ndir_daun_lidah_buaya.pdf. Diakses pada tanggal 13 April 2016.
2. Mutschler, Ernest. 1991. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi. Edisi
Keenam. ITB Press: Bandung.
3. Rikowski, A., And Grammer K. 1999. Human Body Odour, Symmetry and
Attractiveness. Proceedings of the Royal Society of London. Series B, 266: 899.
4. Harry, R. G. 1982. Harrys Cosmeticology. 7th ed. Chemical Publishing
Company Inc: New York. Hal. 314-333.
5. Swaile, D. F., Elstun L. T., and Benzing K. W. 2011. Clinical StudiesOf sweat
rate reduction by an over-the-counter soft-solid antiperspirant and comparison
with a prescription antiperspirant product in male panelists. British Journal of
Dermatology. British Association of Dermatologist. 166(1): 22-26.

24

6. Leon, A. G., dan David L. 1954. Handbook of Cosmetic Materials-The


Properties, Uses and Toxic and Dermatologic Actions. Interscience Publishes
Inc.: New York.
7. BPOM, 2009, Naturakos : Deodorant dan Antiperspirant, Vol. IV/No.12
November 2009, Badan POM: Jakarta.
8. Jacoeb, T.N.A. (2007). Bau Badan yang Bikin Tak Nyaman [Online]. Tersedia:
http://racik.wordpress.com/2007/06/15/bau-badan-yang-bikin-tak-nyaman/,
dalam, Hamdiyati Yanti, Kusnadi, Irman Rahadian, 2008, Aktivitas Antibakteri
Ekatrak Saun Patikan Kebo (Euphorbia hirta) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus epidermidis, Jurusan Biologi FPMIPA UPI : Bandung.
9. Endarti, Elin Yulinah Sukandar, .Iwang Soediro, 2004, Kajian Aktivitas Asam
Usnat Terhadap Bakteri Penyebab Bau Badan, Jurnal Bahan Alam Indonesia,
ISSN 1412-2855 Vol. 3, No. 1, Januari 2004, Depatemen Farmasi FMIPA ITB.
10. Hamdiyati Yanti, Kusnadi, Irman Rahadian. 2008. Aktivitas Antibakteri
Ekatrak Saun Patikan Kebo (Euphorbia hirta) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus epidermidis, Jurusan Biologi FPMIPA UPI : Bandung.
11. Jungerman, Eric. 1974. Antiperspirant: Ne w Trends in Formulation and
Testing Technology. Journal Soc. Cosmet. Chem., 25, 621-638 (November
1974) : New York.
12. Anonim. 1995. Formularium Kosmetika Indonesia. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta.
13. Plantamor. 2008. Plantamor Situs Dunia Tumbuhan, Informasi Spesies-Pala.
http://www.plantamor.com/index.php?plant=883. 13 April 2016.
14. Ardiansyah. 2007. Antioksidan Alami. http://ardiansyah.multiply.com/14. 13
April 2016.
15. Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.

25

16. Rowe, R.C., Sheckey, P.J., and Quinn, M.E., 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipients. Sixth Edition. Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Association. London.

Anda mungkin juga menyukai