Anda di halaman 1dari 7

Info Seputar Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kematian ibu dan balita.

Tertinggi adalah pendarahan. Kemudian, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, komplikasi


nifas, dan keguguran. Berdasarkan hasil survei demografi kesehatan 2007, angka kematian
ibu di Indonesia mencapai 228 per 100 ribu kelahiran hidup. Angka ini memang menurun
dibandingkan lima tahun sebelumnya. Pun begitu, semua masih jauh dari target Millenium
Development Goals (MDGs) tahun 2015 sebesar 102 per 100 ribu kelahiran hidup.
Begitupun dengan angka kematian bayi. Meski mengalami penurunan drastis sebesar 44
persen selama 18 tahun terakhir, angka itu juga belum mampu mencapai target MGDs sebesar
23 per 100 ribu kelahiran hidup.
Hal ini dijelaskan Bidan Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta utara Siti Khotijah
dalam kegiatan Penyuluhan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Balita di Aula RW 03,
Kelapa Gading Barat, Jumat (14/11). Dari 57 kematian per 100 ribu kelahiran hidup pada
periode 1990-1994 menjadi 32 kematian per 100 ribu kelahiran hidup pada periode 20082012. Memang masih jauh dari yang diharapkan, kata dia.
Itu sebabnya, untuk mengejar target, pihaknya akan terus berupaya memberikan edukasi
kepada masyarakat mengenai penyebab terjadinya kematian ibu dan bayi.
Menurut dia, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kematian ibu dan balita.
Tertinggi adalah pendarahan. Kemudian, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, komplikasi
nifas, dan keguguran. Risiko kematian ibu juga kian tinggi akibat adanya faktor
keterlambatan. Keterlambatan mengambil keputusan, terlambat mengenali tanda bahaya, dan
terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat keadaan darurat.
Sedangkan pada bayi, dua pertiga kematian terjadi pada masa neonatal atau 28 hari pertama
kehidupan. Penyebab tertinggi adalah bayi berat lahir rendah dan prematuritas, kegagalan
benafas spontan, infeksi, serta gizi buruk. Deteksi risiko tinggi dan pengenalan tanda bahaya
pada kehamilan, persalinan, nifas, dan tanda terjadinya gizi buruk pada balita perlu diketahui
dan dipahami oleh masyarakat. Sehingga, semua dapat dicegah sedari dini dengan
penanganan yang tepat. Semoga dengan langkah ini, kita mampu mencapai target MDGs
2015, ucapnya.
Wakil Lurah Kelapa Gading Barat Agus Fachruddin menambahkan, melalui kegiatan ini,
diharapkan masyarakat dapat lebih peduli terhadap kesehatan. Terlebih, bagi keluargakeluarga muda dan wanita yang sedang hamil. Sehingga, tidak ada lagi ibu dan bayi yang
meninggal karena kehamilan, persalinan, nifas, dan gizi buruk. Memang, hanya Tuhan yang
menentukan usia manusia. Namun, setidaknya, kita hanya melakukan pencegahan,
pungkasnya.

Angka kematian ibu merupakan angka yang didapat dari jumlah kematian ibu
untuk setiap 100.000 kelahiran hidup, sehingga berkaitan langsung dengan

kematian ibu. Kematian ibu adalah kematian wanita dalam kehamilan atau
sampai dengan 42 hari pasca-terminasi kehamilan, yang disebabkan kehamilan,
manajemen tatalaksana, maupun sebab lain. Penyebab kematian tersebut dapat
berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kehamilan, dan
umumnya terdapat sebab utama yang mendasari. Dalam upaya memudahkan
identifikasi kematian ibu, WHO telah menetapkan sejumlah sistem klasifikasi
kematian ibu. Dengan adanya sistem ini, diharapkan akan meningkatkan
kewaspadaan, perencanaan tindakan, dan pada akhirnya akan menurunkan
angka kematian ibu.
Di berbagai negara di dunia, upaya menurunkan angka kematian ibu telah
menunjukkan banyak keberhasilan. Negara-negara tersebut berhasil menekan
angka kematian ibu sedemikian rupa, karena adany kebijakan yang dilakukan
secara intensif, misalnya menambah subsidi masyarakat untuk pencegahan
penyakit, perbaikan kesejahteraan, dan pemeriksaan kesehatan ibu. Beberapa
masalah khusus, seperti tromboemboli, perdarahan, preeklampsia dan
eklampsia, dan sebab-sebab mayor lainnya mendapat prioritas utama, karena
persentase kematian ibu akibat masalah-masalah tersebut begitu tinggi. Sistem
administrasi klinis juga perlu dibina, yang meliputi akreditasi pelayanan,
manajemen risiko, peningkatan profesionalitas, dan pengaduan pasien.
Dengan mengenali berbagai masalah utama terkait angka kematian ibu dan
upaya-upaya potensial yang efektif dalam menurunkannya, maka secara
keseluruhan tidak hanya mengurangi jumlah kematian, tetapi juga menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Meskipun intervensi kesehatan yang
dilakukan hanya meliputi aspek yang terbatas, seperti pengadaan tenaga
terampil dalam pertolongan persalinan, tatalaksana gawat darurat obstetri yang
memadai, dan keluarga berencana. Namun, keberhasilan dalam upaya perbaikan
kesehatan maternal ini secara tidak langsung akan meningkatkan derajat
kesehatan bangsa.

Pengertian
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta
anak prasekolah.
Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk
membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari

aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan


Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk
masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon genggam, telpon
rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB.
Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka
masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di
taman kanak-kanak.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui
peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk atau
mempercepat pencapaian target Pembangunan Kesehatan Indonesia yaitu Indonesia Sehat
2010, serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang
optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam mengatasi
kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya
pembinaan kesehatan keluarga, Desa Wisma, penyelenggaraan Posyandu dan sebagainya.
b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di
dalam lingkungan keluarga, Desa Wisma, Posyandu dan Karang Balita, serta di sekolah TK.
c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas dan ibu menyusui.
d. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu
menyusui, bayi dan anak balita.
e. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya
untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui
peningkatan peran ibu dalam keluarganya.
Kegiatan
1. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita dan anak
prasekolah.
2. Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.
3. Pemantauan tumbuh kembang balita.

4. Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil serta BCG, DPT 3 kali, Polio 3 kali
dan campak 1 kali pada bayi.
5. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA.
6. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk macam-macam
penyakit ringan.
7. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan serta bayibayi yang lahir ditolong oleh dukun selama periode neonatal (0-30 hari)
8. Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi serta
kader-kader kesehatan.
Sistem kesiagaan di bidang KIA di tingkat masyarakat terdiri atas :
1. Sistem pencatatan-pemantauan
2. Sistem transportasi-komunikasi
3. Sistem pendanaan
4. Sistem pendonor darah
5. Sistem Informasi KB.
Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini tidak hanya proses memfasilitasi
masyarakat dalam pembentukan sistem kesiagaan itu saja, tetapi juga merupakan proses
fasilitasi yang terkait dengan upaya perubahan perilaku, yaitu:
Upaya mobilisasi sosial untuk menyiagakan masyarakat saat situasi gawat darurat, khususnya
untuk membantu ibu hamil saat bersalin.
2. Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menurunkan angka kematian
maternal.
3. Upaya untuk menggunakan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat dalam menolong
perempuan saat hamil dan persalinan.
4. Upaya untuk menciptakan perubahan perilaku sehingga persalinan dibantu oleh tenaga
kesehatan profesional.
5.Merupakan proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu mengatasi masalah
mereka sendiri.
6. Upaya untuk melibatkan laki-laki dalam mengatasi masalah kesehatan maternal.

7. Upaya untuk melibatkan semua pemanggku kepentingan (stakeholders) dalam mengatasi


masalah kesehatan.
Karena itu Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini berpijak pada konsep-konsep berikut
ini
Revitalisasi praktek-praktek kebersamaan sosial dan nilai-nilai tolong menolong, untuk
perempuan saat hamil dan bersalin.
2. Merubah pandangan: persalinan adalah urusan semua pihak, tidak hanya urusan
perempuan.
3. Merubah pandangan: masalah kesehatan tidak hanya tanggung jawab pemerintah tetapi
merupakan masalah dan tanggunjawab masyarakat.
4. Melibatan semua pemangku kepentingan (stakeholders) di masyarakat.
5. Menggunakan pendekatan partisipatif.
6. Melakukan aksi dan advokasi.
Siklus proses yang memberikan masyarakat kesempatan untuk memahami kondisi mereka
dan melakukan aksi dalam mengatasi masalah mereka ini disebut dengan pendekatan belajar
dan melakukan aksi bersama secara partisipatif (Participatory Learning and Action -PLA).
Pendekatan ini tidak hanya memfasilitasi masyarakat untuk menggali dan mengelola
berbagai komponen, kekuatan-kekuatan dan perbedaan-perbedaan, sehingga setiap orang
memiliki pandangan yang sama tentang penyelesaian masalah mereka, tetapi pendekatan ini
juga merupakan proses mengorganisir masyarakat sehingga mereka mampu untuk berpikir
dan menganalisa dan melakukan aksi untuk menyelesaikan masalah mereka. Ini adalah
proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu melakukan aksi untuk
meningkatkan kondisi mereka. Jadi, ini merupakan proses dimana masyarakat merubah diri
mereka secara individual dan secara kolektif dan mereka menggunakan kekuatan yang
mereka miliki dari energi dan kekuatan mereka (Hartock, 1981).
Didalam konteks pembentukan sistem kesiagaan, pertama-tama masyarakat perlu untuk
memahami dan menganalisa kondisi kesehatan mereka saat ini, seperti kondisi kesehatan ibu;
kesehatan bayi baru lahir, kesehatan bayi, pelayanan kesehatan, dan berbagai hubungan dan
kekuasaan yang memperngaruhi kondisi tersebut agar mereka mampu untuk melakukan aksi
guna memperbaiki kondisi tersebut berdasarkan analisa mereka tentang potensi yang mereka
miliki. Untuk memfasilitasi mereka agar berpikir, menganalisa dan melakukan aksi, proses
fasilitasi dan warga yang berperan melakukan fasilitasi sangat diperlukan. Selain itu, warga
yang berperan memfasilitasi masyarakatnya membutuhkan pemahaman tidak hanya tentang
konsep Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA tetapi juga membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan penggunaan metode dan alat-alat partisipatif. Jadi, pendekatan yang
diaplikasikan dalam Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini akan menentukan proses dan
kegiatan berikutnya dalam keseluruhan proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini.
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah

dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi,
penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa, kejadian
bencana, kecelakaan dan lain-lain dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong
royong.
Selain sebagai upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada
masyarakat, pengembangan Desa Siaga juga mencakup upaya peningkatan kewaspadaan dan
kesiapsiagaan masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan
masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Inti dari kegiatan Desa
Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat.
Memperhatikan tujuan dan ruang lingkup pengembangan Desa Siaga tersebut, maka
Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu
komponen yang penting dalam pencapaian tujuan Desa Siaga dalam hal penurunan Angka
Kematian Ibu dan Bayi.
Manajemen Kegiatan KIA
Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemantauan Wilayah Setempat KIA
(PWS-KIA) dengan batasan :
Pemantauan Wilayah Setempat KIA adalah alat untuk pengelolaan kegiatan KIA serta alat
untuk motivasi dan komunikasi kepada sektor lain yang terkait dan dipergunakan untuk
pemantauan program KIA secara teknis maupun non teknis.
Melalui PWS-KIA dikembangkan indikator-indikator pemantauan teknis dan non teknis,
yaitu :
1. Indikator Pemantauan Teknis :
Indikator ini digunakan oleh para pengelola program dalam lingkungan kesehatan yang
terdiri dari :
a. Indikator Akses
b. Indikator Cakupan Ibu Hamil
c. Indikator Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
d. Indikator Penjaringan Dini Faktor Resiko oleh Masyarakat
e. Indikator Penjaringan Faktor resiko oleh Tenaga Kesehatan
f. Indikator Neonatal.

2. Indikator Pemantauan Non teknis :


Indikator ini dimaksudkan untuk motivasi dan komunikasi kemajuan maupun masalah
operasional kegiatan KIA kepada para penguasa di wilayah, sehingga dimengerti dan
mendapatkan bantuan sesuai keperluan. Indikator-indikator ini dipergunakan dalam berbagai
tingkat administrasi, yaitu :
a.Indikator pemerataan pelayanan KIA
Untuk ini dipilih indikator AKSES (jangkauan) dalam pemantauan secara teknis
memodifikasinya menjadi indikator pemerataan pelayanan yang lebih dimengerti oleh para
penguasa wilayah.
b. Indikator efektivitas pelayanan KIA :
Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemantauan secara teknis dengan
memodifikasinya menjadi indikator efektivitas program yang lebih dimengerti oleh para
penguasa wilayah.
Kedua indikator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan, per desa serta dipergunakan
dalam pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk menunjukkan desa-desa mana yang masih
ketinggalan.
Pemantauan secara lintas sektoral ini harus diikuti dengan suatu tindak lanjut yang jelas dari
para penguasa wilayah perihal : peningkatan penggerakan masyarakat serta penggalian
sumber daya setempat yang diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai