Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH IPS

PERLAWANAN RAKYAT ACEH


DI
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK II
IIN ANGGERAINI
VINA MARIANA BATTI
NUR AINUN
FADLUN H POLONE
HASDIANA
RAHMAN M JABIR

SMK NEGERI 1 TOLITOLI


TAHUN AJARAN 2013/2014
KATA PENGANTAR

uji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT , Tuhan Yang Maha Esa.
Berkat limpahan karunia-Nya , kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini .
Tanpa ridha dan kasih sayang serta petunjuk dari-Nya mustahil tugas ini dapat

terselesaikan . Kami tidak hanya bersyukur kepada-Nya saja tetapi kami mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu kami .
Kami membuat makalah ini bertujuan untuk menyelasaikan tugas yang diberikan .
Dari pembuatan makalah ini tidak hanya menyelesaikan tugas , tetapi bertujuan menambah
pengetahuan dan wawasan kita yang berkaitan dengan Pertumbuhan dan Perkembangan
Manusia .
Kiranya makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi pembaca . Meski begitu ,
penulis sadar bahwa makalah ini perlu untuk dilakukan perbaikan dan penyempurnaan .
Untuk itu , saran dan kritik yang membangun dari pembaca akan kami terima dengan
senang hati.

TOLITOLI, september 2013


Penulis
KELOMPOK II

DAFTAR ISI
SAMPUL

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I
A .PENDAHULUAN
B.URAIAN MATERI (PERLAWANA RAKAT ACEAH )

BAB II
PENUTUP
A.KESIMPULAN
B.SSRAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
TUJUAN

Setelah membaca dan mempelajari isi makalah ini, maka pembaca mampu :
Menjelaskan definisi perlawanan rakyat aceh terhadap bangsa belanda
Menjelaskan proses perlawanan rakyat aceh terhadap bangsa asing
Menyebutkan proses ketika belanda dan inggris membawah masalah aceh ke meja perundingan

Perang Bone
Perang Bone pertama

Pasukan Belanda sedang menyerbu Bone.


Pada tahun 1824, serbuan oleh KNILBelanda ke Kesultanan Bone di Sulawesi
Selatan pada tahun 1824 diluncurkan.
Setelah jatuhnya Kesultanan Gowa, Kesultanan Bone menjadi yang terkuat di
seantero Sulawesi; sejak awal telah merdeka dan menyebarkan pengaruh ke
seluruh negeri di Sulawesi; Kesultanan Luwu dan sejumlah negara kecil lain
bersekutu dengan Bone, begitupun Kesultanan Soppeng. Setelah peralihan
kekuasaan dari Inggris ke Belanda, suasana masih tetap damai, namun setelah
Sultan Bone meninggal pada tahun 1823, dan digantikan oleh saudarinyaAru Datu
(bergelar I-Maneng Paduka Sri Ratu Sultana Salima Rajiat ud-din), pemerintah
kesultanan mencoba merevisi Perjanjian Bongaya, beserta semua anggota
persekutuan itu, yang jatuh atas pemerintahan itu, hukum yang sama harus
diberlakukan. Antara tanggal 8 Maret sampai 21 September1824, GubJend.
G.A.G.Ph. van der Capellen mengadakan lawatan ke Sulawesi dan Kepulauan
Maluku; semua penguasa datang memberikan penghormatan (juga perwakilan Ratu
Bone), kecuali penguasa Suppa dan Tanete. Van der Capellen berharap bahwa
perundingan dengan negara-negara tersebut tidak akan membawa keuntungan
apapun; sekembalinya ke Batavia, sebuah ekspedisi dipersiapkan dan sekitar 500
prajurit diberangkatkan dengan membawa 4 meriam, 2 howitzer, beserta 600
prajurit pembantu pribumi untuk menghukum Bone.
Pasukan tersebut dipimpin oleh letnan kolonelHubert Joseph Jean Lambert de
Stuers, yang tiba di Tanete pada tanggal 15 Juli 1824; pasukan laut dipimpin oleh

kapten letnan Buys. Meskipun telah mencoba mendekati kerajaan, pasukan tersebut
masih saja gagal ketika mendarat dan Tanete mengadakan gerakan perlawanan.
Sebelum penyerbuan ke ibukota dilakukan, Hubert de Stuers dapat mendekati
musuh kembali yang penduduk dan penguasanya dijatuhkan dan di tempat itu, Aru
Datu menyerahkan diri.
Sultan yang kini terguling lari ke pedalaman dan penduduk tetap melancarkan
serangan atas Belanda namun masalah di Tanete cepat dibereskan dengan baik.
Meskipun Suppa masih kuat; LetKol. Reeder melancarkan serangan bersama 240
prajurit yang dipersenjatai sejumlah moncong senjata; pada tanggal 14 Agustus
serangan diperbaharui: orang Bugis membiarkan pasukan Belanda mendekat tanpa
ancaman apapun hingga di kaki sebuah bukit dan barulah mereka melancarkan
serangan; setelah kehilangan sepertiga pasukannya, Belanda harus mundur. De
Stuers menyerbu bersama komisaris pemerintahan Tobias ke Suppa dan makin
mendekat; pada pagi hari tanggal 30 Agustus, operasi itu berhasil diselesaikan,
setelah tembakan meriam peringatan ke benting musuh, namun kekuatan yang
dibawa De Stuers tak cukup kuat. Dengan korban tewas sebanyak 14 jiwa dan 60
korban luka-luka, pasukan Belanda harus kembali dan harus melancarkan ekspedisi
lain.
Perang Bone kedua

Pasukan Belanda di Celebes.


Perang Bone adalah operasi militer yang dilakukan Belanda atas Kesultanan Bone
pada bulan Januari1825, dan dilaksanakan oleh Koninklijk Nederlandsch-Indisch
Leger.
Gubernur JenderalG.A.G.Ph. van der Capellen baru meninggalkan Celebes (sekarang
Sulawesi) setelah ekspedisi terdahulu atas Bone dilancarkan secara besar-besaran
atas batas pemerintahan Hindia-Belanda, di mana pasukan Belanda menaklukkan
Pangkajene dan Labakkang, menduduki Tanete dan mengembalikan penguasa
terguling ke atas tahta. Dengan 25.000 orang, mereka mengendalikan wilayah
subur antara Tanete-Maros dan juga menduduki Bantaeng dan Bulukumba di bagian
selatan; May. Wachs menaklukkan mereka di dataran Maros dan mengalahkan telak
orang Bone; di sisi lain benteng milik pemerintah Maros, Bantaeng dan Bulukumba
tak cukup kuat untuk mengalahkan serangan berdarah tersebut dan seluruh
Celebes terancam kalah.
Ekspedisi[sunting | sunting sumber]
Ekspedisi besar-besaran dilancarkan di bawah pimpinan MayJend.Jozef van Geen; di
saat bersamaan ia diangkat sebagai Komisaris Pertama Urusan Celebes dan Tobias
dan Van Schelle, pegawai negeri sipil, disertakan untuk membantunya. Pasukan
ekspedisi itu terdiri atas 4.100 orang, di mana 2.200 adalah serdadu, 1.100 pasukan
dari Sumenep dan 800 jiwa dari pasukan penolong dari sejumlah negeri di Celebes
yang menjadi antek Belanda; armada tersebut dipimpin oleh Kapt. Pietersen dan
terdiri atas 7 kapal perang, 3 perahu meriam dan perahu panjang bersenjata. Pada
tanggal 20 Januari1825, Van Geen menerima jabatan komando tinggi dan seminggu
kemudian tibalah kapalLouisa bersama komandan dan staf dari Makassar. Teluk
Bone dipelajari dengan baik dan pantainya dijelajahi; dengan letak seperti itu,
taruna kelas I Jan Carel Josephus van Speijk menandainya; ekspedisi berlanjut ke
Bantaeng dan Bulukumba dan semua benteng ditaklukkan; armada tersebut
melanjutkan perjalanan ke Bone, di mana angkatan Bone telah berkumpul di Sinjai;
sekarang serangan di sayap (dipimpin oleh May. Gey van Pittius) dilancarkan dan
orang Bone dihalau, namun berkelompok di mana-mana dan menebar ancaman

untuk memotong jalur pulang; barulah mereka dapat dihalau oleh panah api dari
perahu-perahu yang dipimpin oleh Zoutman.

Pendaratan di pantaiBajoe, 27 Maret1825.


Pada tanggal 15 Maret, pendaratan diakhiri, kerja lapangan dilakukan di pesisir dan
di sana berdiri 5.000 orang Bone yang siap menyerang pasukan tersebut. Van Geen
hanya mengizinkan roket ditembakkan ke arah para penunggang kuda Bone agar
menimbulkan kepanikan di antara mereka dan serangan dapat dilanjutkan. Musuh
menarik diri ke daerah pegunungan, yang di situ berdiri 7.500 pasukan cadangan,
dan serangan mendadak dengan kekuatan besar dilancarkan melalui garis tembak
melintasi rawa dan diusir. Van Geen mengizinkan husar Resimen VII menyerang di
sayap, sementara May. Gey van Pittius mencoba mengatur perhatian atas Bone, di
mana musuh menarik diri di daerah pegunungan itu. Mangara Bombang ditaklukkan
dan di hari berikutnya pusat kekuatan musuh di Sinjai Besar harus ditaklukkan
namun saat itu musuh sudah tidak ada. Pada tanggal 22 Maret, pasukan tersebut
naik kapal ke Bajoe dan Bone ditaklukkan.
Akhir perang

Bajoe dipertahankan, sejam berlalu, di mana pasukan Bajoe mengundurkan diri


dengan dikawal melalui kubu, bersandar menuju rawa tak tertembus itu dan di sana
dilakukan pertahanan dengan senjata berat. Setelah datang, pasukan Belanda
menyerbu Bajoe dan pasukan Bone dihalau dalam misi tersebut. Pada tanggal 30
Maret, pasukan Belanda mencapai kubu pertahanan Bone; kotanya sendiri sudah
ditinggalkan oleh penduduknya; sang Ratu juga telah melarikan diri dan di sana Van
Geen mengumandangkan proklamasi penguasaan kembali hingga perundingan
diselenggarakan. Le Bron de Vexela memimpin pasukan dalam jumlah besar ke
Makasaar untuk membantu kekuatan persenjataan Belanda. Pada tanggal 20 Juni,
armada tersebut berlayar ke Suppa, yang mempersiapkan diri untuk menyerang
dan sebuah pernyataan ditujukan pada sultan. Sultan Suppa menyerahkan diri,
senjatanya dilucuti dan ini menandai berakhirnya perang tersebut.

Refleksi:
Sikapoportunisiniharuskitahilangkan dalam membangun Negara
Indonesia.Oportunisme akan memecahbelah kita. BuktinyaBelandadan VOC dengan
mudah menggunakan oportunisme para elite politik kerajaan-kerajaan Nusantara
untuk meraih supremasi kekuasaan di Indonesia.
Manusia memang mendekati nikmat dan menjauhi sakit seperti kata Thomas
Hobbes. Kita menginginkanhal yang ternikmat bagi diri kita, termasuk bilahal itu
merugikan orang lain. Namun, saya rasa adabenarnyaapa yang
dikatakanAristotelesyaitubilakitahanyamendekatinikmatdanmenjauhisakit,
kitataklebihdaribinatang. Sebagaiseorangmanusiaadanilai-nilai yang
haruskitaperjuangkan,
meskiartinyadenganbegitukitamendekatisakitdanmenjauhinikmat.
Dalamhidupini, kitamungkinseringtergiurolehhal-hal yang baik yang
membuatkitakeluardarijalurkita.Misalnya, kitatergiurolehgaji yang lebihtinggi yang
ditawarkanperusahaan lain. Hal iniwajar,
karenamanusiamemangdiciptakanuntukmenikmatidanakanselalutergiurakankenikm
atan yang lebihmemuaskanTapi, sebagaimanusia, padatahaptertentu, adanilai-nilai
yang haruskitapertahankan,
meskimelaluinyakitamendekatisakitdanmenjauhinikmat.
Bilakitamenerobosdanmenolakmemertahankannilai-nilaitersebut,

artinyakitatidakbelajardarisejarah.Karenadarisejarahkitatahubahwaoportunismekera
jan-kerajaan di Indonesia tidakmemberikankontribusiapa-apabagikerajaan-kerajaan
di Indonesia selaintercapainyahegemonibagipihakasing.

BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sikapoportunisiniharuskitahilangkan dalam membangun Negara
Indonesia.Oportunisme akan memecahbelah kita. BuktinyaBelandadan
VOC dengan mudah menggunakan oportunisme para elite politik
kerajaan-kerajaan Nusantara untuk meraih supremasi kekuasaan di
Indonesia.
Dalamhidupini, kitamungkinseringtergiurolehhal-hal yang baik yang
membuatkitakeluardarijalurkita.Misalnya, kitatergiurolehgaji yang
lebihtinggi yang ditawarkanperusahaan lain. Hal iniwajar,
karenamanusiamemangdiciptakanuntukmenikmatidanakanselalutergiurak
ankenikmatan yang lebihmemuaskanTapi, sebagaimanusia,
padatahaptertentu, adanilai-nilai yang haruskitapertahankan,
meskimelaluinyakitamendekatisakitdanmenjauhinikmat.
Bilakitamenerobosdanmenolakmemertahankannilai-nilaitersebut,
artinyakitatidakbelajardarisejarah.Karenadarisejarahkitatahubahwaoportu
nismekerajan-kerajaan di Indonesia tidakmemberikankontribusiapaapabagikerajaan-kerajaan di Indonesia
selaintercapainyahegemonibagipihakasing.

B. SARAN
Manusia memang mendekati nikmat dan menjauhi sakit seperti kata Thomas
Hobbes. Kita menginginkanhal yang ternikmat bagi diri kita, termasuk bilahal
itu merugikan orang lain. Namun, saya rasa adabenarnyaapa yang dikatakan

Aristoteles yaitu bila kita hanya mendekati nikmat dan menjauhi sakit, kita
tak lebih dari binatang. Sebagai seorang manusiaa dan nilai-nilai yang harus
kita perjuangkan, meski artinya dengan begitu kita mendekati sakit dan
menjauhinikmat.

Daftar Pustaka
1900. W.A. Terwogt. Het land van Jan Pieterszoon Coen. Geschiedenis van
de Nederlanders in oost-Indi. P. Geerts. Hoorn
1900. G. Kepper. Wapenfeiten van het Nederlands Indische Leger; 18161900. M.M. Cuvee, Den Haag.
1876. A.J.A. Gerlach. Nederlandse heldenfeiten in Oost Ind. 3 bagian.
Gebroeders Belinfante, Den Haag.
1900. W.A. Terwogt. Het land van Jan Pieterszoon Coen. Geschiedenis van
de Nederlanders in oost-Indi. P. Geerts. Hoorn
1900. G. Kepper. Wapenfeiten van het Nederlands Indische Leger; 18161900. M.M. Cuvee, Den Haag.
1876. A.J.A. Gerlach. Nederlandse heldenfeiten in Oost Indi. Drie delen.
Gebroeders Belinfante, Den Haag.

Anda mungkin juga menyukai