CASE REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
JUNI 2016
FIBROADENOMA MAMMAE
Disusun Oleh :
Andres Rizaldy Kehi
1108012030
Pembimbing :
dr. Laurens David Paulus, Sp.OG (K).Onk
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Case Referat ini diajukan oleh :
Nama
: Andres Rizaldy Kehi
NIM
: 1108012030
Bagian
: Obstetri dan Ginekologi RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes - Kupang
Laporan Case Referat ini disusun dan dilaporkan dalam rangka memenuhi salah
satu persyaratan yang diperlukan untuk mengikuti ujian komprehensif di bagian
Obstetri dan Ginekologi RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
Pembimbing Klinik
1. dr. Laurens David Paulus, Sp.OG. (K) Onk
1. .
Pembimbing Klinik
Ditetapkan di
: Kupang
Waktu
: Juni 2016
BAB 1
Pendahuluan
1. Latar belakang
Fibroadenoma mammae (FAM) merupakan tumor payudara jinak yang
sering ditemui pada perempuan. Tumor ini terutama dialami perempuan muda
dengan insiden terutama pada usia 15 sampai 25 tahun. Fibroadenoma teraba
sebagai benjolan bulat atau berbenjol dengan simpai licin, bebas digerakan, dan
konsistensinya kenyal sampai padat. FAM berawal dari hiperplasia lobulus
mammae yang dapat berkembang progresif mencapai ukuran 1-3cm. Banyak
benjolan payudara tak berubah ukurannya, tetapi beberapa dapat mencapai ukuran
lebih dari 5cm. FAM multiple dapat terjadi pada payudara sesisi ataupun bilateral.
Selain itu, kurang lebih 10-15% lesi dapat menyusut dalam 6-60 bulan. (1,2)
Insiden FAM pada populasi umum tidak terdata secara jelas. Suatu
penelitian memperkirakan kejadian FAM pada perempuan yang menjalani
pemeriksaan di klinik payudara sekitar 7-13%, serta 9% pada penelitian otopsi
lainnya. Hasil biopsi payudara menunjukan 50% merupakan FAM dan meningkat
menjadi 75% pada perempuan dibawah 20 tahun. Penelitian di Yaman pada tahun
2006 sampai 2009 ditemukan sebanyak 635 kasus yang didiagnosis sebagai tumor
payudara, dimana 493 diantaranya (77.6%) merupakan tumor payudara jinak dan
kejadian yang paling sering terjadi adalah fibroadenoma mammae 40,5% dengan
rentang usia 20-29 tahun. Di Arab Saudi pada tahun 2006 sampai 2013, dari 1005
biopsi payudara, 603 kasus (60%) merupakan tumor jinak dimana fibroadenoma
mammae peringkat pertama dengan 44,3% dari tumor jinak tersebut. Di Indonesia
data penyakit FAM masih belum lengkap, namun diperkirakan tiap tahun
mengalami peningkatan.(3,4,5)
Diagnosis FAM melalui manifestasi klinis maupun pemeriksaan
penunjang, radiologi dan pemeriksaan secara histologi. Penanganan FAM
dilakukan dengan pengangkatan massa tersebut. Pengetahuan akan FAM ini
penting diketahui sehingga deteksi dini diwujudkan dan penanganan lebih
maksimal.(3)
BAB 2
Case Referat_Fibroadenoma Mammae | SMF Bagian Obstetri dan
Ginekologi
Page 2
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang terbentuk dari sel sel epitel dan
jaringan ikat, dimana komponen epitelnya menunjukkan tanda tanda aberasi dari
komponen epitel normal.(6)
2.2 Anatomi
Payudara terdiri dari jaringan kelenjar, fibrosa, dan lemak. Jaringan ikat
memisahkan payudara dari otot otot dinding dada, otot pektoralis dan seratus
anterior. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat puting (papila
mamaria), tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh areola. Puting mempunyai
perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus
laktiferosa. Tuberkel tuberkel Montgomery adalah kelenjar sebasea pada
permukaan areola.(7)
Jaringan kelenjar membentuk 12 hingga 25 lobus yang tersusun radier di
sekitar puting dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya,
yang mengelilingi jaringan ikat (stroma) di antara lobus lobus. Setiap lobus
berbeda, sehingga penyakit yang menyerang satu lobus tidak menyerang lobus
lainnya. Drainase dari lobus menuju sinus laktiferosa, yang kemudian berkumpul
di duktus pengumpul dan bermuara ke puting. Jaringan ikat di banyak tempat
akan memadat membentuk pita fibrosa yang tegak lurus terhadap substansi lemak,
mengikat lapisan dalam dari fasia subkutan payudara pada kulit. Pita ini, yaitu
ligamentum Cooper merupakan ligamentum suspensorium payudara. Jika dilihat
melalui potongan sagital, maka struktur payudara terdiri atas beberapa lapisan,
dari luar ke dalam, yaitu : kulit, jaringan lemak subkutaneus, stroma (jaringan
fibroglandular) yang di dalamnya terdapat pula duktus laktiferus, fascia
pektoralis, m. pektoralis dan tulang iga. (7)
2.3 Fisiologi
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipegaruhi oleh
hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas,
pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh ovarium dan juga
hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. (1)
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari
ke 8 haid, payudara jadi lebih besar dan beberapa hari sebelum haid berikutnya
terjadi pembesaran maksimal. Kadang kadang timbul benjolan yang nyeri dan
tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan
nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan.
Pada waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras
kelenjar terlalu besar. Begitu haid mulai, semuanya berkurang. (1)
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. (1)
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui
duktus ke puting susu.(1)
Case Referat_Fibroadenoma Mammae | SMF Bagian Obstetri dan
Ginekologi
Page 4
2.4 Etiologi
Penyebab pasti fibroadenoma tidak diketahui. Namun, terdapat beberapa
faktor yang dikaitkan dengan penyakit ini, antara lain peningkatan mutlak
aktivitas estrogen, yang diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Selain itu,
diperkirakan terdapat prekursor embrional yang dormant di kelenjar mammaria
yang dapat memicu pembentukan fibroadenoma yang akan berkembang
mengikuti aktivitas ovarium.(6,8)
2.5 Patofisiologi
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu proses
hiperplasia dan proliferasi pada satu duktus terminal, perkembangannya
dihubungkan dengan suatu proses aberasi perkembangan normal. Penyebab
proliferasi
duktus
tidak
diketahui,
diperkirakan
sel
stroma
neoplastik
a. Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa
lapis.
b. Fibroadenoma intracanaliculare
Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar
berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau
menghilang. Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit
dan pada saat menopause terjadi regresi.
2.7.2 Faktor Risiko Fibroadenoma Mammae
Sampai saat ini penyebab FAM masih belum diketahui secara pasti, namun
berdasarkan
hasil
penelitian
ada
beberapa
faktor
risiko
yang
a. Umur
Umur merupakan faktor penting yang menentukan insiden atau frekuensi
terjadinya FAM. Fibroadenoma biasanya terjadi pada wanita usia muda < 30
Case Referat_Fibroadenoma Mammae | SMF Bagian Obstetri dan
Ginekologi
Page 6
tahun, terutama terjadi pada wanita dengan usia antara 15-25 tahun. Berdasarkan
data dari penelitian di Depatemen Patologi Rumah Sakit Komofo Anyoke
Teaching di Ghana dilaporkan bahwa rata-rata umur pasien yang menderita
fibroadenoma adalah 23 tahun dengan rentang usia 14-49 tahun.
b. Riwayat Perkawinan
Riwayat perkawinan dihubungkan dengan status perkawinan dan usia perkawinan,
paritas dan riwayat menyusui anak. Berdasarkan penelitian Bidgoli di Iran
menyatakan bahwa tidak menikah meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=6.64,
CI 95% 2.56-16.31) artinya penderita FAM kemungkinan 6,64 kali adalah wanita
yang tidak menikah. Hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa menikah
<21 tahun meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=2.84, CI 95% 1.23-6.53)
artinya penderita FAM kemungkinan 2,84 kali adalah wanita yang menikah pada
usia < 21 tahun.
c. Paritas dan Riwayat Menyusui Anak
Penurunan paritas meningkatkan insiden terjadinya FAM, terutama meningkat
pada kelompok wanita nullipara. Pengalaman menyusui memiliki peran yang
penting dalam perlindungan terhadap risiko kejadian FAM.
d. Penggunaan Hormon
Diperkirakan bahwa fibroadenoma mammae terjadi karena kepekaan terhadap
peningkatan hormon estrogen. Penggunaan kontrasepsi yang komponen utamanya
adalah estrogen merupakan faktor risiko yang meningkatkan kejadian FAM.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Department of Surgery, University of
Oklahoma Health Sciences Center (Organ, 1983), dilaporkan proporsi penderita
FAM yang menggunakan kontrasepsi dengan komponen utama estrogen adalah
sekitar 60%.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebihan (obesitas) dan IMT yang lebih dari normal
merupakan faktor risiko terjadinya FAM. Hal ini dikaitkan dengan jaringan lemak.
Jaringan lemak merupakan sumber untuk memproduksi estrogen sebagai akibat
adanya proses aktifitas aromatase yang akan mengkonversi androgen menjadi
estron, dan dikonversi menjadi 17-estradiol yang merupakan bentuk estrogen
Case Referat_Fibroadenoma Mammae | SMF Bagian Obstetri dan
Ginekologi
Page 7
h. Faktor Lingkungan
Tinggal di dekat pabrik yang memproduksi Polycyclic aromatic hydrocarbons
(PAHs) juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya FAM. Berdasarkan penelitian
Case Referat_Fibroadenoma Mammae | SMF Bagian Obstetri dan
Ginekologi
Page 8
Bidgoli, et all pada tahun 2011 di Iran dilaporkan 38% dari penderita FAM
memiliki riwayat tinggal di dekat pabrik yang memproduksi PAHs. Penelitian
tersebut menggunakan desain case control dimana diketahui OR=3.7,CI95%1.617.94 yang artinya orang yang tinggal didekat pabrik yang memproduksi zat PAHs
memiliki risiko 3,7 kali menderita FAM. PAHs adalah salah satu pencemar
organik yang paling luas. PAHs dibentuk oleh pembakaran tidak sempurna dari
karbon yang mengandung bahan bakar seperti kayu, batu bara, diesel, lemak,
tembakau, dan dupa. Banyak senyawa-senyawa aromatik, termasuk PAHs, yang
bersifat karsinogenik. Hal ini berdasarkan sifatnya yang hidrofobik (tidak suka
akan air), dan tidak memiliki gugus metil atau gugus reaktif lainnya untuk dapat
diubah menjadi senyawa yang lebih polar. Akibatnya senyawa PAHs sangat sulit
diekskresi dari dalam tubuh dan biasanya terakumulasi pada jaringan hati, ginjal,
maupun adiposa atau lemak tubuh. Dengan struktur molekul yang menyerupai
basa nukleat (adenosin, timin, guanin, dan sitosin), molekul PAHs dapat dengan
mudah menyisipkan diri pada untaian DNA. Akibatnya fungsi DNA akan
terganggu dan apabila kerusakan ini tidak dapat diperbaiki dalam sel, maka akan
menimbulkan penyakit kanker.
2.8 Diagnosis
2.8.1 Diagnosis Klinik
2.8.1.1 Gambaran Klinik
Fibroadenoma pada sebagian besar penderita tidak menunjukkan gejala
dan terdeteksi setelah dilakukan pemeriksaan fisik. Pertumbuhan fibroadenoma
relatif lambat dan hanya menunjukkan sedikit perubahan ukuran dan tekstur
dalam beberapa bulan. Fibroadenoma memiliki gejala berupa benjolan dengan
permukaan yang licin dan merah. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, tetapi
kadang dirasakan nyeri bila ditekan.(1,8)
2.8.1.2 Pemeriksaan Fisik.
Secara klinik, fibroadenoma biasanya bermanifestasi sebagai massa soliter,
diskret, dan mudah digerakkan, selama tidak terbentuk jaringan fibroblast di
sekitar jaringan payudara, dengan diameter kira-kira 1 3 cm, tetapi ukurannya
Case Referat_Fibroadenoma Mammae | SMF Bagian Obstetri dan
Ginekologi
Page 9
histopatologi
merupakan
gold
standard
penegakkan
diagnosis FAM. Pemeriksaan ini didapat melalui biopsi. Melalui biopsi jaringan
patologis maupun normal disekitarnya dapat dinilai. Biopsi dapat dilakukan
melalui:(9)
a. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
Jaringan tumor diaspirasi dengan jarum halus lalu diperiksa di bawah
mikroskop. Kekurangan FNAB ini kadang tidak dapat menentukan
grade tumor dan kadang tidak memeberikan diagnosis yang jelas,
sehingga dibutuhkan biopsi lainnya.
b. Core Biopsy
Dengan menggunakan jarum yang ukurannya cukup besar, lalu diambil
spesimen silinder jaringan tumor. Kelebihan dari core biopsi adalah
dapat membedakkan non-invasif dan invasif serta grade tumor.
c. Biopsi terbuka
Indikasi dilakukan biposi terbuka, jika pada mammography terlihat
adanya kelainan yang mengarah ke keganasan, hasil FNAB atau core
biopsi yang meragukan. Biopsi terbagi 2, yaitu biopsi eksisional dan
insisional. Biopsi eksisional merupakan pengangkatan seluruh massa
tumor dan menyertakan sedikit jaringan sehat di sekitar massa tumor
Case Referat_Fibroadenoma Mammae | SMF Bagian Obstetri dan
Ginekologi
Page 10
yang digunakan untuk kasus yang masih operable atau stadium dini.,
sedangkan biopsi insisional hanya mengambil sebagian massa tumor
yang sudah inoperable yang selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan
patologi anatomi.
d. Sentinel Node Biopsy
Biopsi ini dilakukan untuk menentukan keterlibatan dari kelenjar lmfe
axila dan parasternal.
Secara makroskopis, semua tumor teraba padat dengan warna cokelat
putih pada irisan, dengan bercak bercak kuning merah muda yang
mencerminkan daerah kelenjar.(6)
Secara histologis, tumor terdiri atas jaringan ikat dan kelenjar dengan
berbagai proporsi dan variasi. Tampak storma fibroblastik longgar yang
mengandung rongga mirip duktus berlapis sel epitel dengan ukuran dan bentuk
yang beragam. Rongga yang mirip duktus atau kelenjar ini dilapisi oleh satu atau
lebih lapisan sel yang reguler dengan membran basal jelas dan utuh. Meskipun di
sebagian lesi duktus terbuka, bulat hingga oval dan cukup teratur (fibroadenoma
perikanalikularis), sebagian lainnya tertekan oleh proliferasi ekstensif stroma
sehingga pada potongan melintang rongga tersebut tampak sebagi celah atau
struktur ireguler mirip bintang (fibroadenoma intrakanalikularis).(6)
3 tempat dengan kocher, lalu dilakukan eksisi tumor sesuai tuntunan kocher.
Rawat perdarahan lagi, orientasi seluruh bed tumor lalu dipasang redon drain
dengan lubang di kuadran lateral bawah (bila menggunakan penrose drain, darin
dikeluarkan di garis insisi). Jahit subkutan fat dengan plain cat gut 3.0. Jahit kulit
dengan prolene 4.0. Luka operasi ditutup dengan kasa betadine. Dilakukan
dressing luka operasi dengan teknik suspensi payudara (BH buatan) tanpa
mengganggu gerakan sendi bahu. (8)
2.11. Pencegahan
2.11.1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat
agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Konsep dasar dari
pencegahan primer adalah untuk menurunkan insiden penyakit. Cara yang
dilakukan adalah dengan menghindari faktor-faktor tertentu yang dapat
merangsang pertumbuhan sel-sel tumor antara lain: (4)
a. Mencegah terpaparnya dengan zat atau bahan yang dapat memicu
berkembangnya sel-sel tumor fibroadenoma, seperti mengkonsumsi makanan
yang terkontaminasi dengan bahan atau zat-zat hormonal, menghindari pemakaian
pil kontrasepsi dengan komponen utama estrogen. Penggunaan zat tersebut jika
dipakai terus menerus akan menyebabkan terjadinya perubahan jaringan pada
payudara yang meningkatkan angka kejadian FAM.Selain itu menghindari
terpapar dengan zat Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) yang bersifat
karsinogenik.
b. Menggunakan atau mengkonsumsi zat dan bahan yang dapat menurunkan
kejadian FAM antara lain dengan mengkonsumsi buah dan sayuran. Penggunaan
alat kontrasepsi oral juga dapat menurunkan risiko terjadinya FAM.
c. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Pemeriksaan terhadap payudara sendiri dilakukan setiap bulan secara teratur.
Dengan melakukan pemeriksaan sendiri secara teratur maka kesempatan untuk
menemukan tumor dalam ukuran kecil lebih besar, sehingga dapat dengan cepat
dilakukan tindakan pengobatan. SADARI dapat dilakukan dengan cara:
c.1. Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal, ukuran
payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan ukuran
antara payudara kiri dan kanan dan perubahan pada puting susu (misalnya tertarik
ke dalam) atau keluarnya cairan dari puting susu. Perhatikan apakah kulit pada
puting susu berkerut.
c.2. Masih berdiri di depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di belakang
kepala dan kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi seperti ini maka akan
lebih mudah untuk menemukan perubahan kecil akibat tumor. Perhatikan
perubahan bentuk dan kontur payudara, terutama pada payudara bagian bawah.
c.3. Kedua tangan diletakkan di pinggang dan badan agak condong ke arah
cermin, tekan bahu dan sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan ukuran dan
kontur payudara.
c.4. Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri
payudara kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara memutar (membentuk lingkaran
kecil) di sekeliling payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah
dalam sampai ke puting susu. Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan atau
massa di bawah kulit. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan
cara mengangkat lengan kanan dan memeriksanya dengan tangan kiri. Perhatikan
juga daerah antara kedua payudara dan ketiak.
c.5. Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan dari
puting susu. Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan.
c.6. Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu kiri dan
lengan kiri ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan menggunakan jari-jari
tangan kanan. Dengan posisi seperti ini, payudara akan mendatar dan
memudahkan pemeriksaan. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan
dengan meletakkan bantal di bawah bahu kanan dan mengangkat lengan kanan,
dan penelusuran payudara dilakukan oleh jari-jari tangan kiri.
c.7. Pemeriksaan no. c.5. dan c.6. akan lebih mudah dilakukan ketika mandi
karena dalam keadaan basah tangan lebih mudah digerakkan dan kulit lebih licin.
SADARI secara visual dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 5. SADARI
BAB 3
Case Referat_Fibroadenoma Mammae | SMF Bagian Obstetri dan
Ginekologi
Page 18
Laporan Kasus
3.1 Identitas Pasien
Nama
: Ny.VS
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 23 tahun
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Perumnas
Agama
: Katholik
Status
: Belum Menikah
MRS
: 1. aterm/sectio/RS/dokter/laki-laki/2800gr/2 hari
Menarche
: 14 tahun
Riwayat Haid
Riwayat Persalinan
: -.
Riwayat Kebiasaan
:
Pasien tidak merokok, tidak minum minuman ber-alkohol.
Riwayat Keluarga
Tanda Vital
: TD 120/80 mmHg
Temperatur 36,8 oC
Nadi 82x/menit
Pernapasan 20 x/menit
BB
: 59 kg
TB
: 149 cm
Mata
Kulit
Kepala
Telinga
Mulut
Leher
Cor
Auskultasi
Pulmo
Auskultasi
Pulmo Posterior
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Mammae
Inspeksi
Palpasi
: - Sinistra
(-), pembesaran
axilla (-).
Abdomen
Inspeksi
: cembung
Auskultasi
Palpasi
Ekstremitas
: 9,6 g/dL
HCT
: 29.5 (%)
WBC
: 11,67 x 10^3/uL
PLT
: 243 x 10^3/uL
Waktu Koagulasi
PT
:9,4 detik
APTT
:19 detik
: 11,6 g/dL
HCT
: 33,9 %
WBC
: 18,2 x 10^3/uL
PLT
: 314x 10^3/uL
Diagnosis
Therapi
- Amoxycilin 3x500 mg
- Asam mefenamat 3x500 mg
- B comp 2x1
3.3 Follow up pasien
Tanggal 18/7/2016
S
: nyeri bekas operasi berkurang, kentut (+), BAK (+), BAB (-).
: 110/70 mmHg,
Suhu : 37.2
Nadi : 88x//menit,
Pernapasan : 19x/menit
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/Case Referat_Fibroadenoma Mammae | SMF Bagian Obstetri dan
Ginekologi
Page 22
Palpasi
: - Sinistra
ASI (+).
- Dextra
tegas,
papil
mammae
retraksi
(+),
: - Amoxycilin 3x500 mg
- Asam mefenamat 3x500 mg
- B comp 2x1
BAB 4
Pembahasan
Case Referat_Fibroadenoma Mammae | SMF Bagian Obstetri dan
Ginekologi
Page 23
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang terbentuk dari sel sel epitel dan
jaringan ikat, dimana komponen epitelnya menunjukkan tanda tanda aberasi
yang sama dengan komponen epitel normal. Fibroadenoma umumnya terjadi pada
wanita muda, terutama dengan usia di bawah 30 tahun dan relatif jarang
ditemukan pada payudara wanita postmenopause.
Diagnosis fibroadenoma mammae ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis pada sebagian besar
pasien fibroadenoma, didapatkan benjolan dengan perubahan ukuran dan tekstur
dalam yang lambat dengan permukaan yang licin dan merah serta biasanya tidak
nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan. Hasil anamnesis pada pasien ini
didapatkan adanya benjolan pada payudara kanan yang timbul sejak 5 tahun lalu
yang semakin membesar, berwarna kemerahan dan pasien tidak merasakan nyeri
pada benjolan tersebut.
Selain anamnesis, pemeriksaan fisik membantu menegakkan diagosis
fibroadenoma mammae. Secara klinik, fibroadenoma biasanya bermanifestasi
sebagai massa soliter, diskret, dan mudah digerakkan, selama tidak terbentuk
jaringan fibroblast di sekitar jaringan payudara, dengan diameter kira-kira 1 3
cm, tetapi ukurannya dapat bertambah sehingga membentuk nodul dan lobus.
Fibroadenoma dapat ditemukan di seluruh bagian payudara, tetapi lokasi tersering
adalah pada quadran lateral atas payudara. Tidak terlihat perubahan kontur
payudara. Penarikan kulit dan axillary adenopathy yang signifikan pun tidak
ditemukan. Pemeriksaan pada payudara pasien didapatkan payudara kanan teraba
massa pada sentral mammae sampai daerah peripapilla mammae, bentuk bulat,
ukuran 4x3 cm, permukaan licin, konsistensi padat, berbatas tegas,nyeri(-), papil
mammae retraksi (+),pengeluaran discharge (-), pembesaran axilla (-).
Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan patologi
anatomi (PA), maupun radiologi. Pemeriksaan PA, secara histologis tumor terdiri
atas jaringan ikat dan kelenjar dengan berbagai proporsi dan variasi. Tampak
storma fibroblastik longgar yang mengandung rongga mirip duktus berlapis sel
epitel dengan ukuran dan bentuk yang beragam. Rongga yang mirip duktus atau
kelenjar ini dilapisi oleh satu atau lebih lapisan sel yang reguler dengan membran
Case Referat_Fibroadenoma Mammae | SMF Bagian Obstetri dan
Ginekologi
Page 24
basal jelas dan utuh. Meskipun di sebagian lesi duktus terbuka, bulat hingga oval
dan cukup teratur (fibroadenoma perikanalikularis), sebagian lainnya tertekan oleh
proliferasi ekstensif stroma sehingga pada potongan melintang rongga tersebut
tampak sebagi celah atau struktur ireguler mirip bintang (fibroadenoma
intrakanalikularis). Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan PA karena
penolakan keluarga untuk dilakukannya biopsi, padahal pemeriksaan PA
merupakan gold standard.
Pemeriksaan radiologik juga dapat membantu sebagai pemeriksaan
penunjang. Salah satunya dengan ultrasonography (USG). Dalam pemeriksaan
USG, fibroadenoma terlihat rata, berbatas tegas, berbentuk bulat, oval atau berupa
nodul dan lebarnya lebih besar dibandingkan dengan diameter anteroposteriornya.
Internal echogenicnya homogen dan ditemukan gambaran dari isoechoic sampai
hypoechoic. Gambaran echogenic kapsul yang tipis, merupakan gambaran khas
dari fibroadenoma dan mengindikasikan lesi tersebut jinak. Fibroadenoma tidak
memiliki kapsul, gambaran kapsul yang terlihat pada pemeriksaan USG
merupakan pseudocapsule yang disebabkan oleh penekanan dari jaringan di
sekitarnya. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan USG dan didapatkan massa
hipoechoic yang rata, batas tegas solid dengan tepi yang rata pada mammae
bagian media dengan diameter 37,4x27mm yang memberikan kesimpulan tumor
solid mamme dextra cenderung jinak. Berdasarkan penjabaran diatas, maka
diagnosis FAM belum dapat ditegakkan, sehingga pasien masih suspek FAM
Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebab
sesungguhnya dari fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruh
hormonal sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari fibroadenoma mammae,
hal ini diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada siklus
menstruasi atau pada saat kehamilan. Perlu diingat bahwa tumor ini adalah tumor
jinak, dan fibroadenoma ini sangat jarang atau bahkan sama sekali tidak dapat
menjadi kanker atau tumor ganas. Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada
wanita usia muda, yaitu pada usia sekitar remaja atau sekitar 20 tahun.
Berdasarkan laporan dari NSWBreats Cancer Institute, fibroadenoma umumnya
terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di
Case Referat_Fibroadenoma Mammae | SMF Bagian Obstetri dan
Ginekologi
Page 25
BAB 5
Penutup
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R., De Jong Wim. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2010. Hal. 471 477.
2. Pasta V, Dinicola S, Giuliani A, Harrath A, Alwasel S, Tartaglia F, Cucina A.
A Randomized Trial of Boswellia in Association with Betaine and
Myoinositol in Management of Breast Fibroadenomas. European Review for
Medical and Phaarmacological Sciencea. Italy.2016. Hal 1860-1865.
3. Greenberg R, Skornick Y, Kaplan O. Management of Breast Fibroadenomas.
Department of Surgery A, Tel-Aviv Medical Center. Tel-Aviv. 1998. Hal 640645.
4. Sidauruk H Rasmaliah, Hiswan. Karakteristtik Penderita Fibroadenoma
Mammae (FAM) Rawat inap di RS Santa Elisabeth Medan. Universitas
Sumatera Utara. Sumatera Utara. 2013
5. Albasri A. Profile of Benign Breast Disesase in Western Saudi Arabia. Saudi
Med. Madinah. 2014. Hal 1517-1520.
6. Crum Christoper P., Lester Susan C., Cotran Ramzi S. Sistem Genitalia
Perempuan dan Payudara. Dalam : Robbins, Stanley L., Kumar Vinay.,
Cotran Ramzi S. Robbins Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2007. Hal. 793 794.
7. Hillegas Kathleen Branson. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. Dalam
: Anderson, Sylvia Price., Wilson Lorraine McCarty. Patofisiologi, Konsep
Klinis Proses Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2006. Hal. 1301 1302.