Candida telah muncul sebagai salah satu infeksi nosocomial yang paling penting
di seluruh dunia dengan angka mordibitas, mortalitas dan pembiayaan kesehatan yang
bermakna. Penggunaan antinjamur sebagai profiolaksis dan infeksi Candida telah
mengubah epidemiologi dan penatalaksanaan infeksi ini. Penggunaan agen
terapeutik, imunosupressif, antibiotik spektrum luas, transplantasi organ, nutrisi
parenteral dan teknik bedah mutakhir juga telah berperan untuk mengubah
epidemiologi infeksi candida. Infeksi jamur muncul sebagai ancaman yang bermakna
pada individu yang immunocompromissed. Spesies Candida adalah pathogen jamur
yang paling sering. 1
Infeksi Candida pertama kali didapatkan di dalam mulut sebagai thrush yang
dilaporkan oleh Francois Valleix (1836), Langerbach (1839) menemukan jamur
penyebab thrush, kemudian Berhout (1923) memberi nama organisme tersebut
Candida.2
Candida adalah anggota flora normal terutama saluran pencernaan juga selaput
mukosa saluran pencernaan, vagina, uretra, kulit dan di bawah jari-jari kuku, tangan
dan kaki. Di tempat-tempat ini
keadaan-keadaan patologik ketika daya tahan menurun baik secara local maupun
sistemik. Kadang-kadang Candida dapat menyebabkan penyakit sistemik yang
progresif
imunitas berperan antara sel yang terganggu. Candida dapat menimbulkan invasif
dalam aliran darah , tromboflebitis, endocarditis atau infeksi pada mata dan organorgan lain
I. MORFOLOGI CANDIDA
Pada sediaan apus eksudat, Candida tampak sebagai ragi, lonjong, kecil,
berdinding tipis, bertunas, gram positif, yang memanjang menyerupai hifa
1
DEFINISI
Candidiasis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut disebabkan
oleh spesies Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans dan dapat mengenai
mulut, vagina, kulit, kuku, bronki atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan
septicemia, endocarditis atau meningitis.2
III.
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terdapat pada seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik
laki-laki maupun perempuan. Bayi dan usia >65 tahun paling mudah terinfeksi
Candidiasis. Penyebab terjadinya infeksi Candida biasanya disebabkan oleh pasien
imunocompromissed. Lebih dari 90% pasien yang terinfeksi HIV yang tidak diterapi
oleh antiviral menderita Candidiasis oropharyngeal dan 10% menderita candidiasis
esophageal. Spesies Candida sekarang merupakan penyebab tersering pada pasien
dengan penyakit sistemik yang didapatkan pada pemeriksaan kultur darah.3
IV.
ETIOLOGI
Penyebab tersering dari Candidiasis ialah Candida albicans yang dapat diisolasi
dari kulit, mulut, selaput mukosa vagina dan feses orang normal.2,5
V.
KLASIFIKASI 3,5
1. Candidosis Mucocutaneus
a. Candidosis oral (trush)
b. Candidosis vulvovaginalis
c. Balanitis dan balanopostitis
d. Candidosis mucocutaneus kronik
2. Candidiasis Cutaneus
a. Candidosis intertrgenosa
b. Candidosis perianal
c. Candidosis kutis generalisata
d. Paronikia dan onikomikosis
e. Diaper-rash
f. Candidosis granulomatosa
VI.
PATOGENESIS
Infeksi candida dapat terjadi apabila ada faktor prediposisi baik endogen mau
eksogen.2,6
Faktor endogen:
1. Perubahan fisiologik
a. Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina
b. Kegemukan, karena banyak keringat
c. Iatrogenic
d. Endokrinopati, gangguan gula darah kulit
e. Penyakit kronik: tuberculosis, lupus erimatous dengan keadaan yang
buruk
2. Umur: orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status
imunologiknya tidak sempurna.
3. Imunologik: penyakit genetik.
Faktor endogen:
1. Iklim, panas dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
2. Kebersihan kulit
3. Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan
maserasi dan memudahkan masuknya jamur
4. Kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis.
GEJALA KLINIS
1. Candidosis oral (thrush)
Biasanya mengenai bayi, tampak pseudomembran putih coklat muda kelabu
yang menutup lidah, palatum mole, pipi bagian dalam dan permukaan rongga
mulut yang lain. Lesi dapat terpisah-pisah dan tampak kepalan susu pada rongga
mulut. Bila pseudomembran terlepas dari dasarnya tampak daerah yang basah
dan merah. Faktor prediposisi terjadinya candidiasis oral ialah diabetes mellitus,
obat kortikosteroid sistemik dan penggunaan antibiotic, keganasan, radiasi pada
kepala dan leher dan imunodefisiensi. Pada pemeriksaan mikroskopik
didapatkan pseudohifa.2,3
Pada glositis kronik, lidah tampak halus dengan papilla yang atrofik atau
lesi berwarna putih di tepi atau di bawah permukaan lidah. Bercak putih ini
tidak tampak jelas bila penderita sering merokok.2,3
2. Candidosis vulvovaginalis
Biasanya sering terdapat pada penderita diabetes mellitus karena kadar gula
darah urin yang tinggi dan pada wanita hamil karena penimbunan glikogen
dalam epitel vagina.2,6
Keluhan utama ialah gatal di daerah vulva. Pada yang berat terdapat pula
rasa panas, nyeri sesudah miksi dan dispaneuria. Pada pemeriksaan yang ringan
tampak hiperemis di labia minora, introitus vagina dan vagina terutama 1/3
bagian bawah. Sering pula terjadi kelainan yang khas ialah bercak-bercak putih
kekuningan.2,6
Pada kelainan yang berat juga terdapat edema pada labia minora dan ulkusulkus yang dangkal pada labia minora dan sekitar introitus vaginal dan terdapat
lesi satelt. Flour albus pada candidosis vagina berwarna kekuningan. Tanda
yang khas ialah disertai gumpalan-gumpalan sebagai kepalan susu berwarna
putih kekuningan. Gumpalan tersebut berasal dari massa yang terlepas dari
dinding vulva atau vagina terdiri dari bahan nekrotik, sel-sel epitel dan jamur.
Pseudomembran berupa plak putih kekuningan yang terdiri dari matted mycelia,
leukosit dan sel epitel yang melekat pada dinding vagina dengan dasar
erimatous erosif.3,6
Gambar3.1 balanitis
4. Candidosis mucocutaneus kronik
Penyakit ini timbul karena adanya kekurangan fungsi leukosit atau sistem
hormonal, biasanya terdapat pada penderita dengan bermacam-macam
defisiensi yang bersifat genetic, umumnya terdapat pada anak-anak. Gambaran
klinisnya mirip penderita dengan defek poliendokrin. Candidiasis mucocutaneus
kronik merupakan candidiasis yang bersifat kronik, resisten terhadap
pengobatan Candidiasis, dan infeksi superfisil Candida pada kulit, rambut, kuku
dan membrane mukosa.2,3,5
5. Candidosis intertrigenosa
Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipatan payudara,
antara jari tangan atau kaki, glans penis dan umbilicus, berupa bercak yang
berbatas tegas, bersisik, basah dan erimatosa.2,6
Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustulepustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosi, dengan
pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.2,6,7
Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit ini
menimbulkan pruritus ani. Lesi awalnya eritema, nyeri dan ada iritasi.2,5
imunologi.2,3
rapuh, tetap berkilap dan tidak terdapat sisa jaringan di bawah kuku seperti pada
tinea unguium.2,3,8
9. Diaper-rash
Sering terdapat pada bayi yang popoknya selalu basah dan jarang diganti
yang dapat menimbulkan dermatitis iritan, juga sering diderita neonates sebagai
gejala sisa dermatitis oral dan perianal.2,3,7
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10%
atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora atau hifa semu.
2. Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dektrosa glukosa Sabouraud,
dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah
pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari
suhu 370 C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony.
Identifikasi Candida albicans dilakukan dengan membiakkan tumbuhan
tersebut pada corn meal agar.
IX.
DIAGNOSA BANDING 2
Candidosis kutis lokalisata dengan:
a. Eritrasma : lesi di lipatan, lesi lebih merah, batas tegas, kering tidak ada
satelit, pemeriksaan dengan sinar Wood positif.
b. Dermatitis intertrigenosa
c. Dermatofitosis (tinea)
Candisosis kuku dengan tinea ungium
Candidosis vulvovaginalis dengan:
a.
b.
c.
d.
X.
Trikomonas vaginalis
Gonore akut
Leukoplakia
Liken planus
PENATALAKSANAAN 2,4,8,9,10
1. Menghindari atau menghilangkan faktor prediposisi
2. Topikal :
a. Larutan ungu gentian -1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit,
dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari
b. Nistatin : krim, salep, emulsi
c. Amfoterisin B
d. Grup azol antara lain; mikonazole 2% berupa krim atau bedak,
klotrimazole 1% berupa bedak, larutan dank rim, tiokonazole, bonazole,
PROGNOSIS 2,6
Umumnya baik, bergantung pada berat ringan fraktor prediposisi.
XII.
KOMPLIKASI 6
1. Rekurens atau infeksi berulang candida pada kulit
2. Infeksi pada kuku yang mungkin berubah menjadi aneh
3. Disseminated candidiasis yang mungkin terjadi pada tubuh yang
immunosupresi
DAFTAR PUSTAKA
10
(online).
Tersedia:
http://www.emedicinehealth.com
(11/18/2015)
10. Pappas, Peter G. dkk. (2004) Guidelines for Treatment of Candidiasis. 161189.
11