Anda di halaman 1dari 20

IMPLIKASI TUGAS -TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA

PADA PENDIDIKAN, PERSOALAN YANG DIHADAPI


REMAJA DALAM PENYESUAIAN DIRI, DAN CARA
MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA

TUGAS INDIVIDU PENGGANTI MID TES MATA KULIAH PERKEMBANGAN


PESERTA DIDIK

DEDI GUNAWAN SAPUTRA


125 104 2015

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015

A. Implikasi

Tugas-tugas

Perkembangan

Remaja

pada

Pendidikan
Remaja merupakan transisi antara masa kanak-kanak menuju masa
dewasa, masa setengah baya dan masa tua. Masa remaja memiliki
kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis. Remaja juga merupakan
tahapan perkembangan yang harus dilewati dengan berbagai kesulitan.
Remaja dalam tugas perkembangannya memiliki beberapa fase, dengan
melihat semakin rumit permasalahanya sehingga dengan mengetahui
tugas-tugas perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang
ditimbulkan oleh remaja dalam keseharian yang sangat menyulitkan
masyarakat, agar tidak salah persepsi dalam menangani permasalahan
tersebut.
Ada

hal

yang

diharapkan

dimiliki

oleh

remaja

dalam

mempersiapkan diri memasuki alam kehidupan masa dewasa, serta


memiliki kebutuhan pribadi dalam arti luas. Dari segi individu dikaitkan
dengan perkembangan pikir, sikap, perasaan, kemauan dan perlakuan
nyata. Dari segi lingkungan ada semacam tuntutan dari faktor sosial,
religius, nilai-nilai dan norma yang hidup di dalamnya. Tuntutan itu
dikenakan bagi individu sebagai bagian dari lingkungan itu juga.
Secara ekstrem dicontohkan, tentu tidak normal kalau ada remaja
yang masih digendong oleh orang tua mereka, selalu bergantung dan tidak
dapat menangani sendiri pekerjaan rumah dari sekolahnya.adalah tidak
wajar jika remaja tidak dapat atau tidak mau bergaul dengan teman
sebayanya, Ringkasnya remaja diharapkan dan dituntut untuk bersikap,
berpikir dan berperilaku yang sesuai atau cocok dengan tuntutan
lingkungannya, serta eksistensinya sebagai remaja.
Dalam penyelenggaraan pendidikan harus memperhatikan faktor
kehidupan di lingkungan remaja sekalipun penyelenggaraan pendidikan
diakui tidak mungkin memenuhi tuntutan dan harapan seluruh faktor yang
berlaku tersebut. Masing-masing tugas perkembangan itu membawa
implikasi yang berbeda dalam penyelenggaraan pendidikan, yaitu dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kegatan-

kegiatan nonakademik berkenaan dengan penyesuaian peran sosial,


pemahaman terhadap kondisi fisik dan psikologis, serta pemahaman dan
penghayatan peran jenis kelamin.
Tugas tugas perkembangan remaja harus dapat diselesaikan
dengan

baik,

karena

akan

membawa

implikasi

penting

bagi

penyelenggaraan pendidikan dalam membantu remaja tersebut, yaitu :


1. Sekolah dan perguruan tinggi perlu memberikan kesempatan
melaksanakan

kegiatan-kegiatan

non

akademik

melalui

berbagai

perkumpulan. Contoh: Perkumpulan olahraga, kesenian, dan lain-lain


2. Membantu remaja putra dan putri yang bertingkah laku tidak sesuai
dengan jenis kelaminnya, mereka perlu dibantu melalui bimbingan dan
konseling. Demikian juga, apabila seorang wanita lebih mementingkan
studi dan karirnya daripada menaruh perhatiannya menjadi ibu, hendaknya
sekolah turut membantunya agar mereka mampu menerima perannya
sebagai wanita.
3. Siswa yang lambat perkembangan jasmaninya diberi kesempatan
berlomba dalam kegiatan kelompoknya sendiri. Perlu diberikan penjelasan
melalui bidang studi biologi dan ilmu kesehatan bahwa pada diri remaja
sedang terjadi perubahan jasmani yang bervariasi. Kepada siswa juga
diberikan kesempatan untuk bertanya tentang perkembangan jasmani itu.
4. Pemberian bantuan kepada siswa untuk memilih lapangan pekerjaan
yang sesuai dengan minat dan keinginannya, sesuai dengan sistem
kemasyarakatan yang dianutnya, dan membantu siswa mendapatkan
pendidikan yang bermanfaat untuk mempersiapkan diri memasuki
pekerjaan. Semua ini hendaknya dilakukan oleh semua komponen sekolah,
terutama petugas bimbingan dan konseling, yaitu guru pembimbing atau
konselor sekolah.

B. Persoalan-persoalan

yang

Dihadapi

Penyesuaian Diri
C. a.

Permasalahan Kesehatan Anak Usia Sekolah

Remaja

dalam

D.

Usia anak adalah periode yang sangat menentukan kualitas masa


remaja dan dewasa nanti. Sampai sekarang masih terdapat perbedaan
dalam menentukan usia anak. Menurut UU No.20 tahun 2002 tentang
perlindungan anak dikatakan bahwa usia anak adalah sebelum usia 18 thun
dan belum menikah. American Academic of Pediabic tahun 1998
memberikan rekomendasi yang lain tentang batasan usia anak, yaitu mulai
dari fetus (janin) hingga usia 21 tahun. Batas usia anak tersebut ditentukan
berdasarkan pertumbuhan fisik dan psikososial, perkembangan anak, dan

E.

karakteristik kesehatannya.
Usia anak sekolah dibagi dalam usia prasekolah, usia sekolah,
remaja, awal usia dewasa hingga mencapai tahap proses perkembangan
yang sudah lengkap. Anak usia sekolah, baik tingkat prasekolah, sekolah
dasar, Sekolah Menengah Pertama, maupun Sekolah Atas adalah suatu
masa usia anak yang sangat berbeda dengan usia dewasa. Di dalam
periode ini, banyak permasalahan kesehatan yang sangat menentukan
kualitas anak dikemudian hari. Semua itu meliputi kesehatan umum,
gangguan perkembangan, gangguan perilaku, dan gangguan belajar.
Semua ini akan menghambat pencapaian prestasi anak di sekolah.
Sayangnya permasalahan tersebut kurang begitu diperhatikan baik oleh

orang tua maupun guru.


F.
Orang tua dan guru adalah sosok pendamping saat anak melakukan
aktivitas kehidupan setiap hari. Peran mereka sangat dominan dan
menentukan kualitas hidup anak di masa depan. Oleh karena itu, sangatlah
penting bagi mereka untuk mengetahui dan memahami permasalahan dan

gangguan kesehatan pada anak usia sekolah. Deteksi dini gagguan


kesehatan pada anak usia sekolah dapat mencegah atau mengurangi
komplikasi yang diakibatkan berbagai penyakit. Peningkatan perhatian
terhadap kesehatan anak usia sekolah diharapkan dapat tercipta anak usia
sekolah Indonesia yang cerdas, sehat, dan berprestasi.
G. 1) Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah
H.
Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, dan ukuran dan dimensi tingkat sel, organ maupun individu
yang bisa diukur dengan ukuran berat, panjang, umur tulang, dan
keseimbangan metabolik. Adapun perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses
pematangan. Hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk di
dalamnya adalah perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
I.
Pertumbuhan berdampak terhadap

aspek

fisik,

sedangkan

perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ individu. Kedua


kondisi tersebut terjadi sangat berkaitan dan sangat mempengaruhi setiap
anak.
J. a) Jasmani
K.
Adanya perubahan jasmani yang mendadak dan cepat iramanya
sehingga menimbulkan kebingungan dalam diri anak. Secara biologis, ia
telah matang dan siap untuk berperan sebagai pria atau wanita.
L. b) Jiwa

M.

Perkembangan kecerdasan berkembang secara pesat, berpikirnya


makin logis, dan kritis, fantasi makin kuat sehingga seringkali terjadi
konflik sendiri, penuh dengan cita-cita, mencari realita, kebenaran dan

tujuan hidup.
N. c) Rohani
O.
Kehidupan agamanya berada dalam persimpangan jalan, ada
perasaan tidak aman karena terjadi perubahan fisik, emosi, dan juga
berpengaruh pada imannya sehingga kadang-kadang kekuasaan tradisi
kepercayaan dianggap mempersempit kebebasan dirinya yang banyak
menuruti keinginan diri sendiri (suara hatinya).
P. d) Sosial
Q.
Pengaruh yang besar datang dari kelompoknya (teman sebaya),
perubahan perilaku berhubungan dengan kehidupan bersama, suka
berkelompok dan masyarakat, ingin maju, suka membantu, sopan dan
memperhatikan orang lain, dan sebaganya.
R. 2) Permasalahan Kesehatan Anak Usia Sekolah
S.
Secara epidermis, di Indonesia, penyebaran penyakit berbasis
lingkungan di kalangan anak sekolah masih tinggi. Kasus infeksi seperti
demam berdarah dengue, diare, cacingan, infeksi saluran pencernaan akut,
serta reaksi simpangan terhadap makanan akibat buruknya sanitasi dan
keamanan pangan. Selain itu, risiko gangguan kesehatan pada anak akibat
pencemaran lingkungan dari berbagai proses kegiatan pembangunan yang
semakin meningkat, seperti semakin meluasnya gangguan akibat paparan
asap, emisi gas buang sarana transportasi, kebisingan, limbah industri dan
rumah tangga, serta bencana. Selain lingkungan, masalah yang harus
diperhatikan adalah bentuk perilaku sehat pada anak sekolah.

T.

Permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia TK dan SD


biasanya berkaitan dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan
seperti gosok gigi yang baik dan benar, kebiasaan cuci tangan pakai sabun,
kebersihan diri. Pada anak usia SLTP dan SMU (Remaja), masalah
kesehatan yang dihadapi biasanya berkaitan dengan perilaku berisiko,
seperti merokok, perkelahian antar pelajar, penyalahgunaan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya), kehamilan yang tidak
diingini, abortus yang tidak aman, infeksi menular seksual termasuk

U.

HIV/AIDS.
Permasalahan yang lain yang belum begitu diperhatikan adalah
masalah gangguan perkembangan dan perilaku pada anak sekolah.
Gangguan perkembangan dan perilaku pada anak sekolah sangat
bervariatif. Bila tidak dikenali dan ditangani sejak dini, gangguan ini akan
mempengaruhi prestasi belajar dan masa depan anak. Selanjutnya, akan
dibahas tentang permasalahan kesehatan anak usia sekolah, diantaranya
adalah penyakit menular, penyakit noninfeksi, gangguan pertumbuhan,

gangguan perkembangan dan perilaku.


V. a) Penyakit menular pada anak sekolah
W.
Penyakit yang cukup mengganggu dan berpotensi mengancam jiwa
adalah penyakit menular pada anak sekolah. Sekolah merupakan tempat
yang paling memungkinkan sebagai sumber penularan penyakit infeksi
pada anak usia sekolah. Infeksi menular yang dapat menular di lingkungan
sekolah adalah: demam berdarah dengue, infeksi tangan mulut, campak,
rubela (campak jerman), cacar air, gondong dan infeksi mata
(konjungtivitas virus).

X. b) Penyakit noninfeksi
Y.
Penyakit noninfeksi

ini

tidak

bisa

menular

tapi

sangat

membahayakan bagi anak yang terjangkit, anak yang terjangkit penyakit


noninfeksi akan berakibat juga pada pertumbuahan anak sekolah. Penyakit
noninfeksi ini meliputi: Alergi, infeksi parasit cacing, dan gangguan
pertumbuhan.
Z. c) Gangguan perkembangan dan perilaku anak sekolah
AA.
Gangguan perkembangan dan perilaku pada anak sangatlah
luas dan bervaiasi. Gangguan yang dapat terjadi pada anak sekolah adalah
gangguan belajar, konsentrasi, bicara, emosi, hiperaktif, ADHD, hingga
autism.
AB.
3) Imunisasi Usia Sekolah
AC.
Menurut Program

Pengembangan

Imunisasi

yang

direkomendasikan Departemen Kesehatan Indonesia dan Ikatan Dokter


Anak Indonesia, Imunisasi wajib yang harus diberikan untuk anak usia
sekolah adalah DPT dan polio untuk anak kelas 1 SD, DT dan Tf untuk
anak kelas VI dan polio ulang saat anak 16 tahun dan imunisasi campak
ulang pada kelas 1 bila belum mendapatkan imunisasi MMR. Bila sebelum
usia sekolah belum melakukan imunisasi, program imunisasi yang
dilakukan adalah MMR dan cacar air.
AD.
4) Upaya Peningkatan Kesehatan Anak Sekolah
AE.
Untuk peningkatan kesehatan anak sekolah dengan titik
berat pada upaya promotif dan preventif didukung oleh upaya kuratif dan
rehabilitatif yang berkuasa, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) menjadi
sangat penting dan strategis; untuk mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. UKS bukan hanya dilaksanakan di Indonesia, tetapi
dilaksanakan diseluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah

mencanangkan konsep Sekolah Sehat atau Health Promoting School


(Sekolah yang mempromosikan kesehatan).
AF.5) Kesehatan Reproduksi Peserta Didik Usia Sekolah Menengah
AG.
Remaja adalah masa peralihan antara taap anak dan dewasa
yang jangka waktunya berbeda-beda. Cirinya adalah alat-alat reproduksi
mulai berfungsi, libido mulai muncul, intelegensi mencapai puncak
perkembangannya, emosi sangat labil, kesetiakwanan yang kuat terhadap
teman sebaya, dan belum menikah. Kurun usia remaja sering disebut
sebagai peralihan periode strum und drang, yaitu periode peralihan antara
anak-anak dan masa remaja dalam mempersiapkan diri menuju
kedewasaan

(mencari

identitas

diri,

memantapkan

posisi

dalam

masyarakat tersebut, dan sebagainya.) maupun oleh pertumbhan fisik


(perkembangan tanda-tanda seksual sekunder, pertumbuhan tubuh yang
tidak proporsional, dan sebaginya.) dan perubahan emosi (lebih peka, lebih
cepat marah, agresif, dan sebagainya), serta perkembangan intelegasinya
(makin tajam bernalar, makin kritis, dan sebagainya).
AH.
Kurun usia remaja ini berbeda-beda panjangnya dari waktu
ke waktu dan tempat ke tempat. Pada masyarakat primitif (pedesaan), usia
remaja relatif singkat. Karena pada waktu anak sudah menunjukkan tandatanda akhil balig, dilakukan upcara inisiasi dan setelah itu anak sudah
berstatus dewasa. Syaratnya pun tidak terlalu berat, asalkan bisa
membantu ayah di sawah atau membantu ibu di dapur. Adapun pada
masyarakat modern, kurun usia remaja bisa lebih panjang, antara 11-24
tahun. Penyebabnya adalah semakin awal tanda-tanda akil balig, maka

persyaratan untuk menjadi remaja semakin berat (harus sekolah dulu,


AI.

punya pekerjaan dulu).


Dengan panjangnya akil balig pertama sampai kematangan sosial
yang diharapkan, akan menimbulkan peluang lebih besar bagi hubungan
seks pranikah dengan segala akibatnya: kehamilan tanpa rencana, kawin
muda, aborsi, dikeluarkan dari sekolah, anak luar nikah dan penyakit
menular seksual, termasuk AIDS. Hal ini didorong oleh penyebaran
pornografi dan rangsangan seksual lainnya sehubungan makin canggihnya

teknologi media dan komunikasi massa.


AJ.
Cara-cara yang dapat diambil untuk mengurangi seks bebas adalah
agama, dan pendidikan seks. Apabila para remaja mengenal pendidikan
agama dan mempunyai iman yang kuat, agama akan dapat menjadi
benteng dari perbuatan-perbuatan maksiat. Cara lainnya adalah dengan
memberikan pendidikan seks, pendidikan seks bukan hanya penerangan
tentang seks, tetapi mengandung makna nilai-nilai (baik-buruk, benarsalah).
AK.
b. Masalah Remaja dan Rokok
AL.
Meskipun semua orang tau bahaya yang ditimbulkan akibat
merokok, akan tetapi para perokok tidak pernah surut dan tampaknya
dapat di tolerir oleh masyarakat. Hal yang paling memprihatinkan adalah
usia perokok yang setiap tahun semakin muda. Bila dulu orang mulai
berani merokok saat SMP, maka sekarang anak-anak SD kelas 5 sudah
merokok secara diam-diam.
AM.
1) Bahaya rokok
AN.
Rokok sangat merugikan bagi kesehatan, akan tetapi masih
banyak orang yang tetap memilih untuk menikmatinya. Racun dan

karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu


terjadinya kanker.
AO.
2) Tipe-tipe perokok
AP.
Seseorang dapat dikatakan sebagai perokok berat apabila
mengkonsumsi 31 batang rokok setiap harinya dan selang merokoknya 5
menit setelah bangun pagi. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang
sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit.
Perokok sedang menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu
31-60 menit setelah bangun pagi. Perokok ringan menghabiskan rokok
sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.
AQ.
Menurut Silvan Tomkins (dalam Al Bachri 1991), ada 4
tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory, keempat
type

tersebut

adalah:

a) Type perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif.


AR.
b) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif.
AS.
c) Perilaku merokok yang adiktif.
AT.d) Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan.
AU.
3) Penyebab remaja merokok
AV.a) Pengaruh orang Tua
AW.
b) Pengaruh teman
AX.
c) Faktor kepribadian
AY.d) Pengaruh iklan
AZ.
4) Upaya pencegahan
BA.
Dalam upaya prevensi, motivasi untuk menghentikan
perilaku merokok penting untuk dipertimbangkan dan dikembangkan.
Dengan menumbuhkan motivasi untuk berhenti atau tidak mencoba untuk
merokok akan membuat mereka tidak terpengaruh oleh godaan merokok
yang datang dari teman, media massa, atau kebiasaan keluarga atau orang
tua.
BB.

c. Remaja dan Perilaku Konsumtif

BC.

Belanja adalah kata yang sering digunakan sehari-hari

dalam konteks perekonomian, baik di dunia usaha maupun rumah tangga.


Namun kata ini telah berkembang artinya sebagai suatu cerminan gaya
hidup dan rekreasi pada masyarakat kelas ekonomi tertentu. Belanja juga
mempunyai

arti

tersendiri

bagi

remaja.

1) Pola hidup konsumtif


BD.
Kata konsumtif berarti keinginan untuk mengkonsumsi
barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan
dengan mencapai tujuan dengan kepuasan maksimal.
BE.
2) Perilaku konsumtif remaja
BF.
Bagi produsen, kelompok usia remaja merupakan salah satu pasar
yang potensial. Alasannya antara lain pola konsumsi seseorang terbentuk
pada usia remaja. Di samping itu, remaja biasanya mudah terbujuk rayuan
iklan, suka ikut-ikut teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam
menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja inilah yang dimanfaatkan oleh
sebagaian

produsen

untuk

memasuki

pasar

remaja.

d. Perkelahian Pelajar
BG.
Perkelahian atau yang sering disebut tawuran, sering terjadi
diantara pelajar. Bahkan, bukan hanya antarpelajar SMU, tetapi juga
sudah melanda kampus-kampus. Ada yang mengatakan bahwa berkelahi
adalah

hal

yang

wajar

pada

remaja.

1) Dampak perkelahian pelajar


BH.
Jelas bahwa perkelahian pelajar ini sangat merugikan
banyak pihak. Paling tidak ada 4 dampak negatif dari perkelahian pelajar.
Pertama, pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian jelas
mengalami dampak negatif apabila mengalami cedera atau bahkan tewas.

Kedua, rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya,
serta fasilitas pribadi seperti kaca toko dan kendaraan. Ketiga,
terganggunya proses belajar di sekolah. Terakhir, mungkin yang
dikhawatirkan para pendidik, adalah kurangnya penghargaan siswa
terhadap perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain.
BI. 2) Pandangan umum terhadap perkelahian pelajar
BJ.
Sering dituduhkan, pelajar yang berkelahi berasal dari sekolah
kejuruan, atau dari keluarga dengan ekonomi rendah. Data di Jakarta tidak
mendukung hal ini, Dari 275 sekolah yang sering terlibat perkelahian, 77
diantaranya adalah sekolah menengah umum. Begitu juga ekonominya,
sebagian pelajar yang sering berkelahi berasal dari keluarga yang mampu
secara ekonomi.
BK.
Padahal penyebab perkelahian pelajar tidaklah sesederhana
itu. Terutama dikota besar, masalahnya begitu kompleks, meliputi faktor
psikologis, budaya, sosiologis, juga kebijakan pendidikan dalam arti luas
(kurikulum yang padat misalnya), seta kebijakan publik lainnya seperti
angkutan umum dan tata kota.
BL.
3) Tinjauan psikologi penyebab remaja terlibat perkelahian
BM.
Dalam pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan
interaksi antara kecenderungan di dalam individu (sering disebut
kepribadian, walaupun tidak selalu tepat) dan kondisi eksternal. Begitu
pula dalam hal perkelahian pelajar. Bila dijabarka, terdapat sedikitnya 4
faktor

psikologis

yang

menyebabkan

perkelahian

pelajar.

a) Faktor Internal
BN.
Remaja yabf terlibat perkelahian biasanya kurang mampu
melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks

disini berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat


ekonomi, dan semua rangsangan dari lingkungan yang semakin lama
semakin beragam dan banyak. Situasi ini akan menimbulkan tekanan pada
setiap orang.
BO.
b) Faktor keluarga
BP.
Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orangtua atau
pada anaknya) jelas berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat
remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga
wajar apabila dia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orangtua yang
terlalu melindungi anaknya, menyebabkan si anak ketika remaja akan
tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani
mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan temantemannya,

ia

akan

menyerahkan

dirinya

secara

total

terhadap

kelompoknya sebagai identitas yang dibangunnya.


BQ.
c) Faktor sekolah
BR.
Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebgai lembaga
yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu, tetapi terlebih dahulu
harus dinilai dari kualitas mengajarnya. Karena itu, lingkungan sekolah
yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas
yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak
adanya fasilitas praktikum, dsb) akan menyebabkan siswa lebih senang
melakukan kegiatan diluar sekolah bersama teman-temannya. Setelah itu,
masalah pendidikan, dan guru jelas memainkan peranan yang penting.
Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan,

serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya jega menggunakan kekerasan


dalam mendidik siswanya.
BS.d) Faktor lingkungan
BT.
Lingkungan diantara rumah dan sekolah sehari-hari dialami
remaja, juga membawa dampak terhadap munclnya perkelahian. Misalnya
dilingkungan rumag yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan
yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula sarana
transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga
lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semua itu dapat
merangsang remaja erbuat sesuatu dari lingkungannya, kemudian reaksi
emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku
berkelahi.
BU.
5) Faktor penyebab perilaku agresi
BV.
Bagi warga jakarta, aksi-aksi kekerasan, baik individual
maupun massa, mungkin merupakan berita harian. Saat ini beberapa
televisi, bahkan membuat program-program khusus yang menyiarkan
berita-berita tentang kekerasan. Hal-hal yang terjadi pada saat tawuran
sebenarnya adalah perilaku agresi dari seorang individu atau kelompok.
Agresi itu sendiri oleh Murray (dalam Hall & Lindzey, psikologi
Kepribadian, 1993) didiefinisikan sebagai suatu cara melawan dengan
sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum
orang lain atau secara singkatnya agresi adalah tindakan yang
dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain.
Faktor-faktor yang dapat menadi pemicu perilaku agresi tersebut antara
lain:
BW.

1) Amarah

BX.
BY.
BZ.
CA.
CB.
CC.

2) Faktor biologis
3) Kesenjangan generasi
4) Lingkungan
5) Peran belajar model kekerasan
6) Frustasi
7) Proses kedisiplinan yang keliru.
Untuk

karakteristik

memahami
atas

masalah-masalah

masalah

tersebut

remaja

Santrock

dan

(2007)

menggunakan 2 pendekatan. Berikut penjelasan mengenai


pendekatan tersebut.
a. Pendekatan Biopsikososial
Pendekatan ini menekankan pengaruh interaktif dari faktorfaktor

biologis,

psikologis,

dan

sosial

terhadap

berkembangnya masalah remaja dan orang-orang yang


berasal dari berbagai usia lainnya.
b. Pendekatan Psikopatologi
Pendekatan ini berfokus pada upaya mendeskripsikan dan
mengeksplorasi jallur perkembangan masalah. Menurut
Chang & Gjerde dalm Satrock (2000) memaparkan bahwa
jalur perkembangan yang mendeskripsikan kesinambungan
dan transformasi yang sedang berlangsung di dalam faktorfaktor yang mempengaruhi dampaknya.
Berbicara mengenai maslah yang dihadapi remaja,
tentunya

mencakup

tentang

apa

saja

yang

mempengaruhinya. Adapun masalah atau gangguan utama


yang dihadapi remaja menurut Satrock (2007) secara garis
besar dibagi atas 5:
a. Pendidikan/ Sekolah
Berbicara mengenai maslah pendidikan tentunya sangat
luas.

Ada

beberapa

masalah

menyakngut

masalah

pendidikan yakni, kurang sesuainya kebutuhan siswa/

remaaja dengan kesempatan yang diberikan oleh sekolah,


tekanan untuk harus berprestasi, masalah ekonomi yang
rendah, dan lain-lain.
b. Masalah Seksual
Masalah seksual inipun juga merupakan masalah yang
sangat parah dialmi oleh siswa.
c. Penyalahgunaan Obat
Berdasarkan penelitian yang yang dilakukan oleh Hops
(2002) ; Petraitis, Fray & Miller (1995) menyimpulkan
bahwa faktor yang berkaitan dengan penyalahgunaan obat
di masa remaja adalah termasuk lingkungan sekitarnya,
orang tua, kawan-kawan sebaya, dan sekolah.
Di suatu masa dalam perkembangannya, sebagian
besar remaja pernah menjadi pengguna obat, terlepas dari
apakah penggunaanya itu terbatas pada alkohol, kafein,
rokok, atau kemudian melepas ke maryuana, kokain, dan
obat-obatan
diperhatikan

keras
secara

lainnnya.
khusus

Satu
adalah

hal

yang

remaja

perlu
mulai

menggunakan obat di awal masa remaja atau bahkan di


masa kanak-kanak.
d. Kenakalan remaja
Merujuk kepada berbagai perilaku mulai dari perilaku
yang dapat diterima secara sosial (seperti acting out di
sekolah) hingga status pelanggaran (melarikan diri dari
rumah) ke tindakan kriminal (seperti pencurian).

Jenis

kenakalan inipun, dibagi atas 2 berdasarkan keperluan


hukum, antara lain:
1. Indeks pelanggaran (index offenses): tindakan kriminal
yang memang dilakukan oleh remaja dan orang dewasa.

2.

Status pelanggaran (offenses status) : tindakan ini


ditampilkan oleh anak-anak muda dibawah umur yang
diklasifikasi sebgai pelanggar remaja. Berdasarkan hasil
studi yang dlakukan oleh Bongers dkk (2004) dalam
Satrock menemukan bahwa suatu pelanggaran cenderung
meningkat di masa remaja.

e. Depresi dan bunuh diri


Faktor genetik merupakan salah satu penyebab depresi
dan bunuh diri. Remaja mungkin memiliki sejarah keluarga
yang tidak stabil dan bahagia. Sama halnya dengan kurang
afeksi dan kurang dukungan emosional, kendali yang
tinggi, dna tekanan untuk berprestasi oleh orang tua di
masa kanak-kanak pun berkaitan dengan depresi remaja,
kombinasi dari pengalaman keluarga

juga cenderung

tampil sebagai faktor terpendam yang berperan dalam


upaya bunuh diri.

CD.

Cara-cara Meningkatkan Penyesuaian Diri Remaja

DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, Salito W. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

http://ainurrasyidaira.blogspot.com/2010/10/implikasi-tugas-tugas
perkembangan.html (online) diakses pada hari Jumat, 10 April 2015 Pukul 15.30
WITA.
https://arihdyacaesar.wordpress.com/2010/04/02/makalah-tugas-perkembanganmasa-remaja-dan-pengukurannya/ (online) diakses pada hari Sabtu, 11 April 2015
Pukul 10.00 WITA.
http://wajahpengetahuan.blogspot.com/2013/10/penyesuaian-diri-padaremaja.html (online) diakses pada hari Ahad, 12 April 2015 Pukul 8.00 WITA.
http://elektrohalima206.blogspot.com/2013/02/kkonsep-penyesuaian-diri-pesertadidik.html (online) diakses pada hari Ahad, 12 April 2015 Pukul 8.30 WITA.

Anda mungkin juga menyukai