Anda di halaman 1dari 89

1 - 'J ISs

TIDAK DIPERDAGANGKAN UNTUK UMUM

TAK TERTAKLUKKAN
(Sinrilik Kappalak Tallu'ng Baluwa)

Diceritakan kembali oleh:


Suyono Suyatno I I I ~/I I I I I I I
00002751

~
PERPIJ~TAK4 ~N
PUS A T P EM J I 'J \ ,\I
'1 ' j
PEN6ErM~ A r. G A ~J f1 ' II ' \
oAPA " Ttl : 'I r' ~ ! 1 J \
DA I ~ J t I . , .

D I A H
PUSAT PEMC ' : ~ '\,', ' 1 O"N pn:GEMBANGAN BAHAS/>\

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Jakarta

c'?-, 1992

-....
, "
PROYEK PENERBIT AN BUKU SASTRA INDONESIA

DAN DAERAH-JAKARTA

TAHUN 1991/1992

DEP ARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEB UDAYAAN

PUS AT PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA

Pemimpin Proyek : Dr. Nafron Hasjim


Bendahara P!:.0J£k : Suwanda
S,ekTytar2s PrQy'ck : .D~\\ Farid Hadi
POI pust aka<::l r .. :: .t... · Staf Proyek CipLodigiyarLo
Sujauno
No. Kllp~iasi \ " : ,. , Warno

3qf).~S qafa \ \
SUI l lid __ _ : . . . - - - ­

ISBN 979 459 230 7

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

lsi buku ini, baik sebagian maupun scluruhnya clilarang diperbanyak

daJam benLuk apa pun tanpa izin LerLulis dari penerbiL,

kecuali dalam hal penguLipan unLuk keperluan penulisan artikel

aLau karangan ilmiah.

11
( , ' I :; T '\ ( , , ' I
f l: E. ,L,. , .! \ I ., ; J
'; C[ ,'.~ d -, rJ GA N U 1/.., \
DA f A R IE MEN PEN 0 j U10< A 'v
DAN KEBUOA YAAN

KATA PENGANTAR

KEPALA PUSAT PEMBINAAN

DAN PENGEMBANGAN BAHASA

Usaha pelestarian sastra daerah perlu dilakukan karena di


dalam sastra daerah terkandung wari san budaya nenek moyang
bangsa Indonesia yang sangat tinggi nilainya. Upaya pelestarian
sepeni itu bubn hanya akan memperkaya khazanah sastra dan
budaya Indonesia, melainkan juga akan memperl uas wawasan
sastra dan buda ya masyaraka tnya. Dengan kara lain, upaya yang
dilakukan itu dupal dipandang sebagai dia log antarbudaya dan
antardaerah yang memungkinkan dap al digun akannya sastra da­
erah sebagai salah sa tu alar bantu unt uk mewujudkan man usia yang
berwawasan keindonesiaan.
Sehubu ngan dengan itu, san gat tepat kirany a usaha Departe­
men Pendidikan dan Kebudayaan melalui ProyekPenerbitan Buku
Sastra In donesia dan Daerah dalam menerbitkan buku sastra anak­
an ak ya ng bersumber pada sastra daerah. Cerita yang dapat mem­
bangkitkan kreativitas atau yang mengandung nilai, jiwa, dan
semangat kepahlawanan perlu dibaca dan diketahui secara meluas
oleh anak agar mereka dapat menjadikan kesemuanya itu sebagai
sesuatu yang parur diteladani.
Buku Tak Tertaklukkan (Sinrilik Kappalak Tallung Batuwa)
in i bersumber pada buku terbitan Proyek Penerbitan Buku Sastra

III
Indonesi3 dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Satu-satu;oya meriam yang dimiliki Kerajaan Gowa,
tahun 1988, yang berjuduI T ak Tertaklukkan (Sinrilik Kappalak yang dinamai Sinrilik Kappalak Tallung Batuwa, yang
Tallung Ba[uwa), berbahasa Makassar, karangan Siradjuddin selama ini bungkam dan tak pernah terlibat dalam pertem­
Bintang. puran apa pun, kali ini ikut unjuk gigi. Bunyinya-mengge­
Kepada Dr. Nafron Hasjim, Pemimpin Proyek Penerbitan
legar menggentarkan serdadu-serdadu Kompeni.
Buku Sastra Indonesia dan Daerah tahun 1991/1992, beserta staf­
Meskipun serdadu-serdadu Kompeni telah terdesak
nya (Drs. Farid Hadi, Suwanda, Ciptodigiyarto, Sujatmo, dan
Warno) saya ucapkan terima kasih atas penyiapan naskah buku ini.
mundur, serdadu-serdadu Gowa tetap menerjang maju
Ucapan terima kasih saya tujukan pula kepada Drs. M. Djamin dengan garang . .pasukan penyeIam yang dimi Ii ki Gowa
Nasution, sebagai penyunting dan Sdr. Badriesebagai ilustrator ikut dikerahkan. Tanpa diketahui lawan, para penyelam
buku ini. itu membocori kapal-kapal musuh. Dua kapal Kompeni
tenggelam karena tindakan para penyelam Gowa.
Gubernur lenderal Kompeni yang menyaksikan para
Jakarta, Maret 1992 Hasan Alwi serdadunya morat-marit segera memerintahkan untuk
mundur ke Batavia. Dengan perasaan hancur, para ser­
dadu Kompeni kembali ke Batavia.
Di . atas kapal ya:1g membawanya pulang ke Batavia,
Karaeng Andi Patunru yang masih penasaran dengan
kekalahan Kompeni bertanyakepada Gubernur lenderal,
"Gubernur, kapan kita kembali menyerbu Gowa?"
"Sabar saja. Kita tunggu barang seratus dua ratus
tahun lagi sampai diciptakan orang pesawat terbang yang
akan mengebom dan menghancurkan Gowa dari udara,"
kata Gubernur lenderal tak bersemangat.
"Kalau begitu, bisa-bisa aku duluan mati. Hanya
mayatku barangkali yang akan sempat kembali ke Gowa,
tanah kelahiranku."

IV 79

--
DAFTAR lSI

KATA PENGANTAR .......................................... III

DAFTAR lSI......................... ............................... y

1. Karaeng Tunisombaya ... ............................ .... 1

2. Karaeng Andi Patunru ................................... '21

3. Kompeni ......................................................... 59

Andi Patunru beserta sekutunya (Be/anda) terpukul mundur oleh

prajurit Gowa

78 y
batas waktu itu kalian langgar, aku akan mengerahkan
serdadu-serdadu yang berada di atas kapal ini untuk
menyerbu dan membumihanguskan Gowa. Wahai utusan,
segera sampaikan pesanku ini kepada raja Gowa."
Raja Gowa yang mendengar ancaman Karaeng Andi
Patumu dari utusan langsung memerintahkan para pang­
lima perang untuk bersiaga. "Percuma saja gertaknya itu,"
kata Karaeng Tunisombaya. "Dikiranya kita kanak-kanak
yang mudah digertak . Lihat saja, dia nanti akan termakan
gertakannya sendiri. Apalagi yang dia ajak bersekutu
bangsa penjarah."
Keesokan harinya serdadu-serdadu Kompeni mem­
banjiri tanah Gowa. Meriam-meriam kapal juga beraksi.
Pohon-pohon nyiur yang bertumbuhan di sepanjang pan­
tai sebagian tumbang diterjang peluru-peluru meriam.
Rumah-rumah penduduk banyak yang roboh kena hantam
peluru meriam. Korban bergelimpangan di mana-mana.
lerit tangis dan jerit ketakutan menggema di mana-mana.
Akan tetapi, serdadu-serdadu Gowa tak gentar meng­
hadapi semua itu. Berbondong-bondong mereka bergerak
maju menumpas serdaru Kompeni. Serdadu Kompeni
banyak juga yang tumbang. Mereka kewalahan meng­
hadapi balasan serdadu Gowa yang membabi buta.
Dengan tombak, golok, keris, dan pedang, serdadu­
serdadu Gowa membasmi lawan-lawannya. Mereka
bergerak dengan cepat, lincah, dan tak terduga. Tahu-tahu
mereka telah berada di hadapan serdadu-serdadu Kom­
peni dan langsung membabat habis serdadu-serdadu
Kompeni itu. Serdadu-serdadu Kompeni yang terdesak
akhirnya bergerak mundur ke pantai. Namun, para ser­
dadu Gowa tak memberi kesempatan mereka mundur.
Mereka terus dihajar.
77
Gowa tidak bersedia memenuhi permintaanku , aku akan
menjadi yatim piatu di Batavia, di tempat yang jauh dari
tanah kelahiranku. Aku tidak bersedia hidup sebatang kara
di tempat yang jauh."
"Karaeng," kata utusan itu melunakkan hati Karaeng
Andi Patunru, "kasihanilah ibumu yang berperasaan lem­
but. Ia akan jatuh sakit apabila kautetap ngotot me­
ngobarkan perang. Dan bapakmu yang berangkat tua akan 1. KARAENG TUNISOMBAYA
se maki n be rkeru t waj ah nya menghadapi kekerasan
hatimu."
"Sudahlah," kata Karaeng Andi Patunru, "segeralah
sampaikan permintaanku kepada Raja Gowa." Di Sulawesi ada Kerajaan Gowa yang terkenal arnat
Utusan segera kembali h~ istana kerajaan Gowa dan kuat. Tidak satu pun kerajaan lain yang berani melawan­
melaporkan kepada Karaeng Tunisombaya.· Begi tu nya. Dengan serdadu-serdadu yang bertubuh kekar, per­
mendengar dari utusan apa yang dimaui Karaeng Andi kasa, dan terlatih dalam berbagai pertempuran, Kerajaan
Patunru, Karaeng Tunisombaya langsung merah wajahnya Gowaamat diperhitungkan lawan-Iawannya. Lebih-Iebih
karena murka. "Aku sebagai Raja Gowa tak mungkin para serdadu itu umumnya berani mati, tak kenai takut
memenuhi permintaan gila macam itu. Suruh Andi akan bahaya yang datang. Dan, jumlah mereka pun sangat
Patunru angkat kaki sesegera mungkin! Suruh dia kem­ besar, puluhan ribu, bahkan ada yang mengatakan ratusan
bali ke Batavia! Hanya penyakit yang dia bawa! ," kata ribu. Jika serdadu musuh datang menyerbu, ten tara Kera­
Raja Gowa. jaan Gowa langsung bergerak bagai air bah yang menya­
Utusan kembali menemui Karaeng Andi Patunru. pu bersih lawan-Iawannya. Musuh terpaksa berpikir dua
"Raja Gowa telah menolak permintaanmu mentah-men­ tiga kaJ; <;ebelum memutuskan menyerbu Kerajaan Gowa.
tah," kata utusan kepada Andi Patunru. "Aku akan ber­ Di samp. •g itu, persenjataan ten tara Kerajaan Gowa yang
sujud di kakimu apabila kau bersedia meninggalkan amat lengkap juga menggentarkan lawan-lawannya.
Gowa dengan damai." Tentara Kerajaan Gowa tidak hanya jaya di daratan,
"Tak perlu kaulakukan itu," kata Andi Patunru. tetapi .mereka juga berkuasa di lautan. Kapal dan perahu
"Kalau Raja Gowa tak bersedia menyerahkan orang­ musuh yang mencoba-coba memasuki perairan Kerajaan
orang yang aku cintai, sekarang yangaku minta pada Raja Gowa harus bersiap-siap menyambut ajalnya karen a ten­
Gowa hanya benteng Ujungpandang. Aku tunggu dalam tara laut Kerajaan Gowa juga memiliki pasukan selarn
tempo satu hari satu malam terhitung mulai saat ini. Bila yang terampil dan sang at terlatih. Mereka sanggup .

76 1
menyelam selama belasan menit di perairan yang dalam. segera katakan pada Raja GoWa bahwa Karaeng Andi
Kapal musuh yang "nyasar" di perairan Gowa akan Patunru dan Patta Belo datang dari Batavia untuk kembali
mereka sabotase, dan bakal tenggelam tanpa musuh menetap di Tanah Gowa."
mengetahuinya. Tanpa banyak bicara utusan segera kembali ke istana
Bumi Kerajaan Gowa yang subur makmur juga meru­ Kerajaan Gowa untuk menyampaikan perkataan Karaeng
pakan pendukung bagi kekuatan perang Kerajaan Gowa. Andi Patunru kepada Raja Gowa. Karaeng "Tunisombaya
Kerajaan Gowa mampu berperang selama belasan tahun yang mendengar laporan utusannya naik darah. "Tak
karena perbekalan yang cukup dan melimpah. Padi dan mungkin ia kern bali ke Tanah Gowa! Ia surnber bencana
jenis-jenis pangan lain akan senantiasa mengalir dari dan penyakit. la hanya akan rnembawa malapetaka di
sawah-sawah Gowayang subur. Para serdadu yang kerajaan ini. Wahai utusan, suruh Karaeng Andi Panunru
sedang berperang dan rakyat yang bertahan di garis be­ dan Patta Belo kembali ke Batavia. Biar saja rnereka
lakang tidak akan kelaparan. berduamenjadi kaki tangan Kompeni."
Biarpun Kerajaan Qowa "amat kuat pertahannya dan Utusan kembali menemui Karaeng Andi Patunru.
disegani kerajaan-kerajaan di sekitarnya, Karaeng "Karaeng," katanya "hanya kau yang bisa mencegah
Tunisombaya sebagai yang dipertuan di Kerajaan Gowa pertumpahan darah dan perang saudara di kerajaan ini.
tidak pernah yakin akan kekuasaanya. Ia merasa khawatir Karena itu, kembalilah kau ke Batavia dan lupakan saja
kalau-kalau suatu waktu kekuasaannya tergoyahkan. Ia tanah kelahiranmu. Kelak anak cucumu yang akan kem­
juga takut kalau suatu saat musuh datang memorakpo­ bali ke Gowa."
randakan tahta dan kekuasaannya "yang begitu disegani "Tak mungkin lagi kau membujuk-bujuk," . kata
dan dihonnati. Karena itu, diperintahkannyapara abdi karaeng Andi Patunru. "Aku hanya bersedia kembali ke
kerajaannya untuk mendirikan benteng yang kokoh yang Batavia kalau bunda yang melahirkanku diserahkan
mengelilingi istananya. Maka dalam waktu singkat diba­ kepadaku untuk aku bawa ke Batavia. Ia telah menderita
ngunlah benteng yang tinggi, tebal, kuat,mengitari sewaktu mengandung diriku dan aku tak mungkin
istana kerajaan. Musuh yang memandang benteng itu melupakannya begitu saja. Ia juga telah berjuang mela­
akan tertegun dan akan rontok nyalinya karena wan maut pada saat melahirkanku. Selanjutnya, yang aku
bangunannya demikian perkasa dan sulit ditembus. minta diserahkan kepadaku adalah orang-orang yang
Namun, Karaeng Tunisombaya sebagai raja Kerajaan mengasuhku dengan sabar dan dengan rasa sayang yang
Gowa tetap tak pernah percaya akan kekuatan mendalam. Karena kebaikan mereka itulah aku bisa
kerajaannya. Untuk meyakinkan dirinya bahwa tak ada tumbuh dengan sehat dan kemudian beranjak dewasa.
lagi kekuatan yang mampu menandingi Kerajan Gowa, Wahai utusan, katakan pada Raja Gowa bahwa hanya itu
. dipangilnyalah salah seorang pembantu terdekatnya, yang aku harapkan dan yang aku minta. Apabila Raja

2 75
"Kalau kita telah berbulat tekad untuk menyarnbut Karaeng Botole mpangang . Karaeng Botolempangang
gernpuran musuh, kita tak perlu membuang-buang waktu adalah seorang juru ramal yang ampuh. Ramalan­
lagi. Siapkan para serdadu dan semua persenjataan yang ramalannya hampir selalu menjadi kenyataan di. kemu­
kita punya! Dan, barangkali lebih baik kita kirimkan dian hari. Ia pun mampu melihat dan membaca apa yang
utusan untuk rnenanyakan apa yang dimaui musuh," kata tak terlihat dan tak terbaca oleh orang lain. La adalah juru
Karaeng Tunisombaya. ramal yang paling disegani di Kerajaan Gowa.
Utusan pun datang rnenghadap Raja Gowa, Karaeng Kar3eng Botolempangang yang tengah berada di pera­
Tubisornbaya. "Hai utusan," kata Karaeng Tunisornbaya, duan bersama istrinya tercinta menjadi terperanjat
"segeralah kau ke kapal yang berada di pelabuhan itu. mendengar ketukan di pintu rumah di tengah malam buta.
Kau tanyai mereka apa rnaksud rnereka datang kernari, Ketika dibukanya pintu, dilihatnya utusan kerajaan yang
rnaksud rnereka menernbak-nembakkan peluru rneriam datang.
sehingga nelayan ketakutan dan tak ada lagi yang melaut. "Hai utusan, berita apa yang kaubawa di · tengah ma­
Jangan lupa mengatakan pada mereka, Gowa siapa lam buta begini, saataku sedang mereguk keba­
bangkit melawan seandainya mereka mengumumkan pe­ hagiaan bersama istri kesayanganku?" · sapa Karaeng
rang pada Gowa." Botolempangang.
Tanpa rnenunggu perintah lagi utusan segera Oe­ "Ampun Tuanku . Kedatangan hamba kemari adalah
rangkat ke kapal yang menernbak-nembakkan peluru perintah Raja Gowa yang tak bisa ditawar-tawar. Raja
meriam itu. Ternyata Karaeng Andi Patumu dan Patta meminta Tuanku datang ke istana malam ini juga," kata
Bole yang dilihatnya berada di ataskapal. utusan kerajaan.
"Wahai Karaeng," kata urusan, "mengapa kautembak­ "Malam ini juga?"
tembakkan peluru meriam? Mengapa kau takut-takuti "Ya. Begitu keinginan Raja."
rakyat Gowa? Kaupikir Gowa akan gentar dengan ger­ "Kalau begitu, aku akan segera berangkat."
takanmu itu?" Setelah merapikan diri dan meninggalkan ciuman
"Aku telah memperoleh sekutu yang tangguh untuk sayang di kening istrinya tercinta, Karaeng Botolempa­
memerangi keangkuhan Gowa," kata Karaeng Andi ngang segera bergegas melangkahkan kakinya ke istana.
Patumu. "Aku telah mendatangi kerajaan-kerajaan Bone, Di istana, Raja Gowa, Karaeng Tunisombaya tidak sabar
Buton, Bali, Solo, dan beberapa kerajaan lagi. Satu pun lagi menunggu kedatangan Karaeng Botolempangang.
tak ada yang berani berhadapan dengan Gowa. Namun, di Maka begitu dilihatnya sosok tubuh Karaeng Botolem­
Batavia aku rnenemukan sekutu yang tangguh, yang pangang berkelabat dalam cahaya bulan yang sedang pe­
sanggup menghadapi keangkuhan Gowa. Wahai utusan, nuh, Karaeng Tunisombaya langsung bergerak menyong­
song kedatangan Karaeng Botolempangang.

74 3
"Alhamdulillah," sambut Raja Gowa, Karaeng Tuni­ mau buka bicara jika ada peristiwa-peristiwa Iuar biasa.
sombaya. "Datang juga kau di tengah malam ini "me­ Dalam keadaan biasa ia selalu mengucilkan din dan sulit
menuhi panggilanku. Berarti kau termasuk orang yang dieari.
menjunjung kepentingan kerajaan di atas kepentingan "Pertanda apa ini semua?" tanya Karaeng Tunisom­
yang lain. Melupakan istri kesayangan untuk semen tara baya pada Tuan KadL
waktu, demi kejayaan kerajaan." "Sudah saatnya Gowa sakit dan pecah,' kata Tuan
"Paduka, demikian gawatkah keadaan kerajaan se­ Kadi parau.
hingga Paduka sampai hati memanggilku ditengah ma­ "Apa yang bisa kaukatakan untuk mencegah pecahnya
lam buta begini? Memaksaku meninggalkan istri tercinta Gowa?"
seorang diri di malam yang demikian dingin." "Tak ada lagi yang bisa dikatakan. Semuanya akan
"Ada satu yang membayang-bayangiku selalu. Musuh terjadi."
yang tak tampak, yang akan meruntuhkan kerajaan kita di Dengan perasaan runyam Karaeng Tunisombaya
kemudian hari. Biarpun telah aku bangun benteng meninggalkan Tuan Kadi. Ia segera menghimpun para
yang kokoh, yang menggentarkan lawan, dan sulit ditem­ panglima perangnya. Denganlantang ia berkata, "Kita
bus lawan, perasaanku tak pernah aman. Aku tak pernah tidak akan pemah kenai menyerah. Walaupun Tuan Kadi
merasa yakin akan keamanan kerajaan. Oleh karena itu, mengatakan bahwa kinilah saatnya Gowa pecah, kita akan
kedata"n ganmu kemari adalah untuk menjelaskan masih bertahan mati-matian dari serangan musuh. Lebih baik
adakah musuh yang mengancam kerajaan yang tangguh menumpahkan darah dan mengorbankan nyawa daripada
ini? Aku ingin mendengar dari telinga batinmu yang peka, mengorbankan kemerdekaan dan harga diri kita."
aku ingin melihat dari mata batinmu yang tajam. Aku Para panglima perang langsung terbakarucapan
ingin mendengar dan melihat segala bunyi dangerak yang Karaeng Tunisombaya. "Kami bukan serdadu kemarin
tak terdengar dan tak tampak, tetapi selalu kaudengar sore. Kami telah terbiasa dengan darah yang mengalir,
dan keulihat." melihat mayat bergelimpangan, mencium amisnya ge­
"Paduka, musuh yang tak tampak itu tidak akan da­ nangan darah, merasakan pedihnya luka tertikam," kata
tang dari luar kerajaan. Musuh yang tak tampak itu adalah salah satu panglima perang dengan berapi-api.
musuh dalam selimut, yang akan mengoyak kerajaan dari Panglima perang yang lain menimpali, "Pasti Karaeng
dalam kerajaan ini." Andi Patunru terkutuk itu yang datang menyerang.
"Kalau begitu, benar semua firasatku selama ini. Agaknya ia telah mendapatkan sekutu yang tangguh, yang
Musuh yang tak tampak itu bukan hanya bayangan, tetapi setanding dengan Gowa. Akan tetapi, Gowa tak akan per­
benar-benar ada. Karaeng, coba tunjukkan musuh yang nah gentar berhadapan dengan siapa pun! Apalagikerisku
kaumaksud itu!" telah haus darah dan kinilah saatnya memuaskan dahaga
itu! "
4 73
Pada hari yan g ditentukan berangkatla h seruaJu ­
serdadu Kompeni menuju Tanah Gowa. Dua puluh
empat ribu serdadu yang lengkap dipersenjatai diangkut
oleh dua kapal, sementara satu kapal lagi mengangkut
perbekalan. Meriam yang dibawa pasukan Kompeni itu
berjumlah seratus dua puluh, monir seratus, dan senapan
sebanyak serdadu yang berangkat. Peluru yang diangkut
juga disiapkan untuk perang selama berbulan-bulan . Jadi,
diperkirakan Ko.mpeni tidak akan kehabisan peluru
selama perang nanti. Sementara itu, di garis belakang
masih tinggal puluhan kapal dan puluhan ribu serdadu
yang siap diberangkatkan setiap saat sebagai bala ban­
tuan.
Pagi-pagi buta ketika cuaea masih gelap, kapal-kapal
Kompeni telah berada di perairan Gowa setelah menem­
puh pelayaran puluhan hari. Kapal-kapal itu langsung
menembak-nembakan peluru meriamnya untuk men­
ciutkan nyali prajurit dan rakyat Gowa. Penduduk yang
mengetahui adanya musuh yang muneul mend adak itu
menjadi panik. Perempuan dan kanak-kanak yang belum
terbangun dari tidurnya tersentak kaget mendengar bunyi
meriam yang menggelegar. Mereka segera mendekap
suami atau bapak dan ibunya masing-masing karen a
takut. Pagi yang semula sunyi telah peeah menjadi hingar­
bingar. Anak-anak menangis ketakutan, perempuan
menjerit panik, dan orang lari lintang-pukang menyela­
matkan diri.
~-~
Karaeng Tunisombaya yang sedang nyenyak di
~"i
t:=----_--;
~~
peraduannya juga terbangun mendengar gelegar meriam. _:....c=--­
Perasaannya porak-poranda karena peristiwa tak terduga Raja Karaeng Tunisombaya menyambut kedaiangan ahli ramal,
itu. Didatanginya Tuan Kadi, ahli nujum yang hanya Karaeng Boiolempangan

72 5
"Paduka, ia sekarang belum lahir di bumi Kerajaan "Baik, ka1au begitu," kata Andi Patumu. "Se­
Gowa. la masih berada dalam rahim ibunya, dan ibunya sunggllhnya aku teramat ingin untuk segera bisa mengin­
sedang mengidarnkannya." jakkan kaki kemba1i di tanah kelahiranku."
Begitu mendengar penjelasan Karaeng Botolempa­ "Karaeng, berapa panglima perang Kerajaan Gowa?'
ngang, Karaeng Tunisombaya sebagai Raja Gowa segera "Dua belas orang."
mengumpulkan para panglima perang. Dengan kesetiaan "Kira-kira kita akan berperang berapa lama untuk
dan ketaatan yang luar biasa, para panglima perang segera bisa mf';nundukkan Gowa?"
berkumpul memenuhi perintah Raja Gowa. Setelah semua "Dalam tempo tiga hari Gowa akan runtuh. Tidak
panglima itu mengisi daftar hadir yang disediakan Raja akan ada 1agi yang bisa disombongkannya. Si tua
Gowa, Karaeng Tunisombaya pun dengan mata berapi-api terkutuk, Karaeng Boto1empangang juga akan tumbang."
dan wajah yang garang memerintah dengan lantang: "Kerajaan mana yang akan membantu Gowa da1am
"Buru dan bunuh semua perempuan hamil di kerajaan ini! soa1 pangan apabi1a terjadi perang?"
langan pandang bulu! Tua, mud a, pangantin baru, pe­ "Sumbawa dan Dima karena hanya dua kerajaan itu
ngantin lama, termasuk Janda dan nenek-nenek yang yang menghasilkan beras. Akan tetapi, kita bisa
ketahuan hamil, harus kalian habisi nyawanya! langan mencegah Sumbawa dan Dima mengalirkan bantuannya
sampai ada yang tersisa! Satu pun tak boleh lolos!" ke Gowa. Kapal-kapal kita yang tangguh akan me­
"Paduka," kata salah satu panglima perang dengan niadakan kemungkinan bantuan itu."
wajah penuh duka, "Mengapa Paduka tega memerin­ "Tampaknya Gowa akan kita tundukkan tanpa banyak
tahkan kami membunhi para perempuan hamil di kera­ kesulitan."
jaan ini? Apa dosa mereka, Paduka?" Semangat berperang Batavia semakin hari semakin
"langan lagi mencoba-coba membela para perempuan mendidih. Gubemur lenderal telah bennimpi memperoleh
hamil di kerajaan ini," kata Raja Gowa dengan berang. daerah taklukan baru, yakni Gowa. Dan itu berarti wilayah
"Mereka adalah sumber bencana, yang akan menghancur­ kekuasaan Kompeni makin luas. Gubemur lenderal akan
kan kerajaan ini. Karena itu, jangan ambil resiko! Habisi makin disegani dan upeti yang diterirrianya dari raja-raja
mereka! Keselamatan dan kejayaan kerajaan adalah pa­ taklukan akan semakin banyak. Perutnya akan makin
ling utama dan harus kalian junjung tinggi." buncit saja. Namun, sebelum Gubernur lenderal sempat
"Dari mana Paduka tahu bahwa para perempuan hamil melanjutkan mimpinya ia dibangunkan oleh gemuruh
itu merupakan sumber bencana di kerajaan ini?" suara tembakan. Ternyata para serdadu Kompeni yang
"Karaeng Botolempangang yang mengatakannya. berada di sekelilingnya tengah berlatih perang. Peluru
Perkataan Karaeng Botolempangang selalu tepat, selalu senapan maupun peluru meriam ditembakan dalam la­
menjadi kenyataan di kemudian hari. Karena itu, jangan tihan itu. Suaranya menggelegar memekakkan telinga.
ambil resiko sedikit pun!"
6 71
"Kalau ternyata demikian keadaannya, bula t tekadku
untuk membinasakan para perempuan hamil di kerajaan
ini. Kami siap melaksanakan apa pun perintah Paduka,"
kata panglima perang itu.
"Kami para serdadu yang dipercaya membela dan
mempertahankan kerajaan ini dari ancaman apa pun, siap
ke medan lag a apa pun taruhannya. Nyawa dan jiwa kami
hanya untuk kejayaan kerajaan ini!" timpa panglima
perang yang lain.
Para panglima perang yang lain langsung berbulat
tekad untuk mengamankan kerajaan dari segala macam
bentuk ancaman, termasuk yang bersumber dari para
perempuan hamil itu. Para p<;l.nglima perang itu segera
mengerahkan para serdadunya. Para serdadu itu disebar
di seluruh pelosok kerajaan dengan tugas utama meng­
habisi perempuan-perempuan hamil.
Para serdadu yang mulai bergerak memburu para
perempuan hamil dengan tegar membantai perempuan­
perempuan yang ketahuan hamil, tanpa pandang bulu.
Ratap tangis, pandangan ·iba meminta belas kasihan , tak
lagi dihiraukan para serdadu Tak ada gunanya lagi
membujuk rayu para serdadu karena para serdadu itu
telah kehilangan perasaannya. Mereka bagaikan mesin
yang dikendalikan panglima perangnya. Dan sasaran yang
diperintahkan panglima perang, yaitu perempuan-perem­
puan hamil harus mereka gilas tanpa kompromi lagi. Para
serdadu membunuhi perempuan-perempuan hamil seperti
membantai tikus atau kecoak.
Pihak keamanan kerajaan juga tak tanggung-tanggung
dalam menghabisi para perempuan hamil. Telah bulat
Raja Pariaman dan seoran g wakil kompeni menandatan gani
sural perjanjian

70 7
tekad pihak keamanan kerajaan untuk tidak menyisakan menyerah. Serdadu Kompeni sibukmelueuti persenjatJan
satu pun perempuan hamil di kerajaan. Karena itu , pueuk­ yang dimil1ki serdadu Pariaman. Dan para serdadu Pari­
pueuk gunung, gua, dan hutan tak lolos dari perburuan aman tak mungkin berkutik lagi. Rakyat diam-diam
para serdadu. Bahkan serdadu-serdadu pilihan, yaitu para mensyukuri keadaan karena perang yang akan
serdadu yang biasa bertempur di malam hari, yang pan­ menumpahkan darah telah terhindarkan. Namun, rakyat
dang matanya mampu menembus kegelapan malam, ikut diam-diam juga keeewa karena wibawa rajanya telah
dikerahkan. Karena itu, sangat keeil kemungkinan untuk tumbang.
meloloskan diri dari perburuan para serdadu. Pura-pura Beberapa hari kemudian ditandatanganilah perjanjian
mati pun tak ada gunanya lagi karena para serdadu yang antara Kompeni dan Kerajaan Pariaman . Angkatan pe­
dikerahkan tidak mau dikibuli mentah-mentah. Bahkan rang kedua belah pihak tidak akan saling menyerang,
para serdadu akan berlaku lebih bengis terhadap mereka bahkan akan saling melindungi apabila salah satu pihak
yang ketahuan pura-pura mati. diserang pihak lain. Kedua belah pihak juga akan saling
Tidak ada lagi tempat bersembunyi karena kolong­ membantu dalam bidang pangan dan bidang-bidang lain
kolong tempat tidur pun tidak luput dari pemeriksaan para yang dianggap bermanfaat bagi kedua belah pihak.
serdadu. Lemari-Iemari yang dieurigai sebagai tempat Demikian isi perjanjian itu. Perjanjian itu juga menegas­
menyembunyikan perempuan hamil tidak luput dari kan bahwa Pariaman akan diperintah Raja Pariaman dan
penggeladahan. Perempuan-perempuan hamil yang sem­ seorang wakil dari Kompeni seeara berdampingan. Kedua
pat lolos untuk semen tara waktu beranggapan bahwa belah pihak berjanji tidak akan menodai persekutan yang
liang kuburlah tempat persembunyian yang paling aman. . mereka jalin itu.
Setelah gerakan perburuan . terhadap para perempuan Seminggu setelah memperoleh kemenangan di Pari­
hamil berjalan sepuluh hari dan diperkirakan tidak ada aman, Karaeng Andi Patunru, Patta Belo, dan Gubernur
lagi perempuan hamil yang lolos, perburuan itu dihenti­ lenderal meninggalkan Pariaman dan kern bali ke Batavia.
kan . Para suami yang kematian istrinya hanya bisa mera­ Namun, sebagian serdadu Kompeni dan beberapa orang
tapi nasib. Sebaliknya, para serdadu dengan bangga kolonel tetap tinggal di Pariaman. Bendera Kompeni juga
melaporkan hasil perburuannya kepada panglima per­ masih tetap berkibar di Pariaman berdampingan dengan
angnya. Para panglima perang dengan bangga juga bendera Kerajaan Pariaman.
melaporkan hasil perburuan serdadu kepada Raja Gowa, Sesampainya di Batavia dengan tak sabar lagi
Karaeng Tunisombaya. Para panglima perang dengan Karaeng Andi Patunru mendesak-desak Gubernur lenderal
yakin beranggapan bahwa tidak ada lagi perempuan hamil untuk segera menyerbu Tanah Gowa.
yang lolos karena setiap jengkal tanah telah dijelajah "Sabar," kata Gubernur lenderal. "Kita tunggu se­
oleh para serdadu. Hanya jin betina yang bisa lolos dari minggu dua minggu untuk persiapan."
perburuan para serdadu yang garang itu.
8 69
pendaratan. Bendera Keraj aan Gowa dan bendera Kom­ Biarpun para panglima perang telah yakin bahwa tak
peni merek a kibarkan di mana-mana. ada lagi perempuan hamil yang lolos, Karaeng Tunisom­
R aja Pariam an yang baru bangun dari tidurnya baya belumpercaya benar bahwa musuh telah benar­
terkejut bukan kepalang melihat kedatangan musuh yang benar lenyap. Oleh karena itu, dipanggilnya Karaeng
tiba-tiba dan tak diduga-duganya. Dengan rasa gug up Botolempangang menghadap.
yang tak dapat lagi disembunyikan, dipanggilnya pang­ "Hai Karaeng, masih adakah orang yang akan men­
lima perang Pariaman. Akan tetapi, semuanya telah ter­ jebol ~nteng pertahanan kerajaan?"
lamb at. Musuh telah menyebar di semua penjuru dan "Perburuan yang dilakukan para 'serdadu belum mem­
bendera Kerajaan Pariaman te lah digantikan bendera buahkan hasil yang sempurna," jawab Karaeng Botolem­
musuh. Bahkan Karaeng Andi patunru dan Patta Belo pangang. "Musuh yang berada dalam kandungan perem­
telah muncul di hadapannya dengansenapan yang siap puan itu sekarang .telah lahir ke bumi. Namun, ia belum
ditembakan. cukup kuat untuk berjalan. Ia masih dalam keadaan ter­
"Hari ini juga kalian harus . menyerah pada kami. baring-baring. "
Kalau kalian tidak bersedia menyerah, meriam dan Mendengar perkataan Karaeng Botolempangang itu,
senjata-senjata yang kami bawa siap membantai rakyat Karaeng Tunisombaya kembali memerintahkan para pang­
dan serdadu Pariaman ," kata Karaeng Andi Patunru lima perang membasrni bayi-bayi yang terdapat di kera­
mengancam. jaan Gowa. Para serdadu kembali bergerak menjalankan
Dengan muka pucat Raja Pariaman bertanyakepada perintah panglimanya. Tanpa ampun lagi semua bayi yang
Karaeng Andi Patunru, "Dari kerajaan manakah kalian ada langsung dibantai. Setiap terdengar erangan bayi,
sehingga pagi-pagi begini kalian datang menyerang kera­ serdadu-serdadu dengan segera mendatangi sumber suara
jaan kami yang tak pernah mengumumkan perang pada itu. Perempuan-perempuan yang berpayu dara besar kare­
siapa pun?" na di duga sedang menyusui bayi juga tidak luput dari
"Aku datang bersama Gubernur lenderal Batavia. Dan, perburuan yang dilakukan para serdadu. Mereka juga
aku yang berasal dari Kerajaan Gowa adalah putra ditanyai serdadu-serdadu itu, apakah mereka sedang
Karaeng Tunisombaya, raj a yang memerintah dan menyusui bayi atau mempunyai anak bayi . Seandainya
berkuasa di Kerajaan Gowa." ada perempuan yang dicurigai menjawab "tidak", para
"Kahan jangan sakiti rakyat yang tak berdosa. Aku serdadu itu · juga tidak langsung percaya begitu saja.
akan turuti apa kemauan kalian." Setiap sudut rumahnya langsung digeladah . Hampir tidak
"Kalau begitu, perintahkan para serdadu Pariaman ada lagi kesempatan untuk menyelamatkan bayi-bayi
untuk menyerahl" yang telanjur dilahirkan.
Bendera putih segera berkibar di mana-mana tanda

68 9
Genap sepuluh hari gerakan perburuan terhadap bayi­ ratus, senapan sepuluh ribu, dan banyak lagi yang kita
bayi yang belum bisa berjalan, gerakan itu dihentikan. punya. Semua itu amat memadai untuk menggempur
Para panglima berdasarkan laporan para serdadunya ber­ Gowa habis-habisan. Gowa akan bertekuk lutut di bawah
anggapan tidak ada lagi bayi yang lolos. Dengan segera hujan peluru."
para panglima melaporkan hasil perburuan itu kepada "Jadi kapan kita akan berangkat ke Gowa?" tanya
Raja Gowa, Karaeng Tunisombaya. Akan tetapi, Karaeng Andi Patunru tak sabar.
Tunisombaya belum merasa yakin sebelum mendengar "Kita tidak perlu terburu-buru. Sebelum menyerbu ke
perkataan Karaeng Botolempangang menghadap. Gowa masih ada satu daerah Jagi yang harus kita kuasai
"Hai Karaeng, telah binasa,kah bayi yang kau ramal­ untuk memperkuat kedudukan kita. Dengan menguasai
kan akan menghancurkan kerajaan ini?" daerah itu, kita tidak akan kekurangan pangan. Kita tidak
"Paduka, musuh agaknya sulit dibekuk dalam sekejab. perlu lagi mengkhawatirkan soal perbekalan selama ber­
Bayi yang dulu diburu-buru sekarang telah bertambah perang di Gowa nanti. Segalanya akan terjamin begitu
besar. Ia mulai bisa berjalan'," begitu penjelasan Karaeng kita berhasil menguasai daerah itu."
Botolempangang. "Daerah mana yang Gubernur maksud?" tanya Andi
"Berapa usianya kira-kira sekarang?" tanya Karaeng Patunru penasaran.
Tunisombaya. "Pariaman, Karaeng. Begitu kita berhasil menakluk­
"Sekitar setahun, Paduka," kata Karaeng Botolem­ kan Pariaman, maka kita akan sanggup berperang puluhan
pangang. tahun lamanya dengan Gowa. Kita tidak akan pusing lagi
"Akan kembali aku perintahkan para panglima perang berpikir soal perbekalan pangan yang ki ta perlukan
untuk mengenyahkan bocah yang bakal jadi penghancur selama berperang."
kerajaan ini." "Kalau menurut perhitungan Gubernur, langkah itu
Begitu mendengar perintah Raja Gowa, para panglima yang terbaik, aku akan setuju dengan apa yang Gubernur
perang kembali memerintahkan para serdadu untuk katakan."
memburu dan membunuh bocah-bocah usia sekitar se­ Serbuan ke Pariaman dipersiapkan dengan matang.
tahun yang ada dalam kerajaan Gowa. Tanpa ampun lagi Pada hari yang ditentukan berangkatlah dua belas kapal
para serdadu rnembasmi bocah-bocah usia satu tahun. menuju Pariaman. Dua kapal memuat senjata dan per­
Ratap tangis para ibu ' dan orang tua yang kematian bekalan, sepuluh kapal mengangkut dua puluh en am ribu
anaknya tak lagi digubris. Yang penting, bagi para ser­ serdadu Belanda yang berpengalaman perang.
dadu itu,bocah yang diramalkan akan menjadi musuh Setelah berlayar tujuh hari tujuh malam sampailah
kerajaan harus lenyap dari bumi Gowa. Tak boleh ada kapal-kapal Kompeni di perairan Pariaman. Para serdadu
kesempatan bernapas buat bocah yang akan menghancur­ langsung bergerak menuju pantai kemudian melakukan

10 67
Andi Patunru berangkat pulang ke Kerajaan Solo. Raja kan kerajaan . Demikian pendirian para panglima perang
Solo merasa telah terlalu lama meninggalkan rakyat dan dan para serdadu.
kerajaannya. Kali ini ha.ti para panglima perang dan serdadu benar­
Di Batavia Andi Patunru setiap hari dilatih perang. Ia benar panas. Mereka merasa kecolongan. Mereka telah
diajar menggunakan senapan dan meriam. Ia juga diajar mati-matian memburu musuh yang diramalkan Karaeng
menghindar dari tembakan lawan. Akhirnya, terarnpillah Botolempangang, tetapi ternyata musuh masih sempat
Andi Patunru menggunakan senapan dan meriam. Tem­ lolos. Padahal, setiap jengkal tanah, setiap sudut rumah,
bakannya tak pernah meleset, selalu tepat mengenai setiap kolong dipan dan kolong 'langit telah mereka
sasarannya. jelajah. Musuh ternyata benar-benar bagaikan siluman
Suatu hari, dengan tak sabar lagi Andi Patunru ber­ yang sulit diburu dan dibekuk batang hidungnya.
tanya kepada Gubernur lenderal, "Gubernur, kapan kita Kali ini para serdadu bergerak seperti macan keIa­
berangkat ke Tanah Gowa?" paran, yang mengaum dan menerkam begitu °menemukan
"Apa persenjataan Kerajaan Gowa?" tanya Gubemur mangsanya. Dan, seperti macam kelaparan yang ber­
lenderal. minggu-minggu tidak makan, para serdadu pan tang
"Persenjataan Kerajaan Gowa tidak sekuat menyerah dalam mencari ° dan menemukan buruannya.
persenjataan Batavia. Modal. Kerajaan Gowa yang utama akibat- perburuan besar-besaran itu tanah pemakaman
hanya modal nekad. Mereka memiliki banyak serdadu bertambah penuh sesak. Udaradiselimuti kabut duka,
berani mati yang tak segan-segan menantang maut kalau bendera-bendera tanda berkabung berkibaran diujung­
kerajaannya diserang." ujung gang, doa-doa kematian menggema setiap saat.
"Tak ada meriam?" Setelah pihak kearnanan kerajaan benar-benar yakin
"Hanya ada satu meriam yanR tersedia." bahwa buronan nomor satu kerajaan tak mungkin lagi
"Meriam itu selalu tepat sasaran kalau ditembakan?" lolos kali ini, gerakan perburuan pun °dihentikan. Para
"Tidak selalu." panglima perang dan para serdadu bernapas lega. Para
"Apa yang mereka jadikan sebagai perlindungan?" panglima pun segera melaporkan hasil perburuan kepada
"Banyak yang bisa dijadikan ~ebagai tempat perlin­ Raja Gowa, Karaeng Tunisombaya. Karaeng Tunisom­
dungan di sana karena di sana banyak terdapat hutan dan baya kali ini agak merasa puas dan merasa terbatas dari
semak belukar. Di samping itu, juga ada benteng yang ancaman yang akan menumbangkan kekuasaannya.Per­
dibangun di sekeliling istana." buruan terhadap musuh yang baru saja terjadi adalah
"Sesungguhnya aku tak gentar dengan kekuatan Go­ perburuan paling besar yang pernah terjadi di kerajaan.
wa. Kekuatan Gowa bukan apa-apa dibandingkan dengan Karena itu, ia yakin musuh tell;ib benar-benar tumpas dan
kekuatan Batavia. Batavia memiliki meriam seribu dua tak mungkin bernapas lagL

66 11
Karaeng Tunisombaya kini bisa tidur nyenyak dibuai "Aku mengharapkan bantu an Paduka untuk mengan­
mimpi-mimpi indah. Tak ada lagi musuh yang mengan­ tarku kembali ke Tanah Gowa. Hanya .Kerajaan Belanda
cam. Tak ada lagi musuh yang akan meruntuhkan mahko­ yang bisa aku harapkan. Kerajaan-kerajaan di Nusantara
tanya. Ia akan tetap berkuasa dan berjaya di singgasana­ yang telah aku datangi, satu pun tak ada yang berani
nya. mengangkat senjata melawan Gowa. Gowa terlalu di­
Karaeng Tunisombaya kini bisa bersanding dengan takuti kerajaan-kerajaan lain."
istrinya tercinta tanpa perasaan waswas.Berdua dengan "Kalau begitu keinginanmu, aku akan menulis surat
istrinya yang sangat" dikasihinya, tiap malam ia reg uk untuk Gubernur Jenderal di Batavia. Kekuasaan untuk
keindahan alam di sekitar istananya langit yang 'bersih memutuskan berperang ada padanya. Aku sebagai Rajatak
tanpa awan, bintang-bintang yang kemilau, bulan yang berhak mengumumkan perang tanpa persetujuannya.
memancarkan cahayanya yang lembut, angin yang Kekuatan perang yang lengkap juga adadi Batavia."
semilir. Raja Belanda pun menulis surat untuk Gubernur
"Dinda," kata Karaeng Tunisombaya pada istrinya, Jenderal di Batavia. Surat itu · kemudian diserahkannya
"tak ada yang lebih membahagiakanku daripada kepada Karaeng Andi Patimru untuk disampaikan kepada
kesetiaanmu mendampingiku menegakkan kekuasaan dan Gubemur Jenderal. Setelah berterima kasih dan berpamit
kebesaran kerajaan Gowa. Selama kau di -sisiku, aku akan pada Raja Belanda, berangkatlah Andi Patumu . beserta
pantang menyerah menghadapi tantangan dan ancaman Raja Solo ke Batavia.
yang bagaimanapun. Sebagai raja Gowa, aku bertekad Tibalah Karaeng Andi Patunru dan Raja Solo di Bata­
mewujudkan kebesaran kerajaan Gowa. Gowa harus jadi via setelah berlayar puluhan hari puluhan malam. Mereka
kerajaan yang disegani kerajaan-kerajaan lain. Kalau langsung menghadap Gubernur Jenderal untuk
mungkin, Gowa harus bisa mengungguli kebe.s aran yang menyerahkan surat dari Raja Belanda.
pernah dicapai Kerajaan Majapahit dan Kerajan Sri­ Gubernur Jenderal mengangguk-angguk selesai mem­
wijaya. " baca surat Raja Belanda. Dipandangnya Karaeng Andi
"Keinginanmu terlalu besar, Kanda. Aku khawatir Patunru dan Raja Solo bergantian. "T3k ada masalah bagi
rakyat harus memikul beban keinginanmu yang terlalu kami untuk membantumu. Kami akan menghadapi Kera­
besar." jaan Gowa dengan sepenuh tenaga," kata Gubernur
"Tidak apa. Keinginanku adalah keinginan yang Jenderal meyakinkan Andi Patunru. "Akan tetapi, linggal­
mulia. Dan rakyat berkewajiban menjunjung rajanya. lah kau di Batavia untuk sementara waktu. Tinggallah kau
Dengan demikian, rakyat juga berkewajiban menjunjung di sini barang setahun dua tahun."
dan mewujudkan semua cita-cita dan keinginanku. "Apa yang menurut Gubernur baik akan aku
Bukankah rakyat - juga akan bangga bila kerajaannya lakukan," kata Karaeng Andi Patunru. Semen tara itu, Raja
menjadi besar dan disegani kerajaan-kerajaan lain?" Solo yang merasa telah memenuhi keinginan Karaeng
12 65
"Tetapi, rakyat telah terl-alu banyak berkorban. Untuk
mengenyahkan musuh yang diramalkan Karaeng Boto­
lempangang, misalnya, berapa banyak wanita hamil yang
harus mati, suami yang kehilangan istri, ibu yang kehi­
langan anak?"
"Semua itu aku lakukan demi keselamatan kerajaan.
Aku tak ingin kerajaan yang dibangun dan dibesarkan
dengan susah payah haneur begitu saja hanya karena kita
mengabaikan ramal an Karaeng Botolempangang.
Bukankah apa yang diramalkan Karaeng Botolempangang
selalu menjadi kenyataan?"
"Tetapi, begitu banyak manusia yang terpaksa
menjadi korban; begitu banyak darah mengalir; begitu
banyak air mata meratapi kematian. Apakah sedikit pun
Kanda tak menaruh iba menyaksikan itu semua?"
"Jangan terus-terusan menyalahkan aku. ltu semua
terpaksa aku lakukan, demi keselamatan kerajaan."
"Dan demi nafsu kekuasaanmu yang membara," timpa
I Bajira Bajik Areng, istri Karaeng Tunisombaya, sambil
melinangkan air matanya. Sementara itu, Karaeng Tuni­
sombaya menatap istrinya dengan pandangan tajam.
Sebagai seorang wanita yang lembut perasaannya,
hati I Bajira Bajik Areng am at tersentuh menyaksikan
demikian banyaknya korban-korban yang bertumbangan.
Apalagi korban-korban itu adalah para wanita dan kanak­
kanak. Sebagai seorang wanita dan sebagai seorang ibu,
ia bisa merasakan penderitaan yang dialami para wanita
itu. Ia pun bisa merasakan pedihnya hati karena kehi­
langan dan kematian anak. Bagi dia dan kaum wanita,
anak adalah permata bunda yang amat disayangi. Anak
Andi Patunru dan Raja Solo menghadap Belanda lebih berharga daripada intan berlian.

64 13
Hati I Bajira Bajik Areng merasa terbelah. Sebagai Raja Solo, "Apa maksud kedatangan Tuan kemari,
seorang istri yang baik, ia harus tunduk pada semua meninggalkan rakyat Tuan, menempuh pelayaran berbu­
kemauan suaminya. Akan tetapi, hati kecilnya meratap lan-bulan lamanya?"
menyaksikan begit~ banyak wanita dan kanak-kanak yang "Aku hanya mengantarkan Karaeng Andi Patunru,
harus menjadi korban. Korban nafsu kekuasaan suaminya putra Karaeng Tunisombaya, raja yang memerintah dan
yang terlalu melambung. Namun, ia tidak berdaya sedikit berkuasa di Gowa."
pun. Ia tidflk memiliki kekuasaan untuk membela para Raj:l. Belanda pun bertanya kepada Karaeng Andi
wanita dan kanak-kanak itu. Ia hanya bisa menangis Patunru, "Apa maksud kedatanganmu kemari, Karaeng?"
melihat semua harus terjadi. "Aku datang kemari karena aku ingin bertemu dengan
Kekerasan hati Karaeng Tunisombaya akhirnya men­ Paduka," jawab Karaeng Andi Patunru. "Ada masalahku
cair juga menyaksikan air mata menggenang di mata is­ yang in gin aku sampaikan pada Paduka."
trinya. Mata istrinya yang biasanya bercahaya-cahaya kini "Masalah apa yang tengah menimpamu?" tanya Raja
tampak sayu berkabut duka.· Wajah istrinya yang cantik Belanda.
jelita, yang selalu memancarkan pesona, kini juga tampak "Aku diusir dan dikejar-kejar dari Kerajaan Gowa
kuyu. Tubuhnya yang penuh kini juga tampak mulai tanpa kesalahan apa pun."
susut. "Perbuatan apa yang telah kau lakukan sehingga kau
Karaeng Tunisombaya mulai cemas kalau-kalau diusir itu?"
penyakit bersarang di tubuh istrinya yang sangat dika­ "Aku tak berbuat kesalahan apa pun. Hanya karena
sihinya. Ia tiba-tiba mersa amat takut kehilangan istrinya. Karaeng Tunisombaya lebih percaya pada Karaeng Boto­
Istrinya, wanita yang menjadi sumber seman gat hioupnya lempan.gang yang telah memfitnahku. Oleh karena itu,
selama ini, yang menggerakkan kemauannya, yang me­ nasibku tidak lebih baik dari seorang budak. Aku diusir
lambungkan cita-citanya. Dan kini, tiba-tiba ia harus dari tanah kelahiran dan aku tak mempunyai hal lagi atas
menyaksikan istrinya tersuruk dalam duka yang me­ kerajaan. "
nyiksa. Karaeng Tunisombaya menjadi. tidak tega melihat "Apa yang dikatakan Karaeng Botolempangang pada
keadaan istrinya yang demikian itu. Karaeng Tunisombaya?"
"Dinda, sudahlah," bujuk Karaeng Tunisombaya pada "Ia meramalkan bahwa akulah orang yang akan
istrinya sambil mengusap linangan air mata di pipi is­ meruntuhkan Kerajaan Gowa. Akulah musuh Kerajaan
trinya. "Lupakan semua yang pernah terjadi di kerajaan Gowa menurut ramalan Karaeng Botolompangang.
ini. Lupakan nyawa yang terpaksa tumbang. Lupakan da­ Raja Gowa percaya saja pada ramalannya yang ngawur
rah yang pernah mengalir di kerajan ini. Lupakan saja." dan tak berdasar itu."
"Lalu apa maksud kedatanganmu kemari?"

14 63
"KapaJ ini memuat barang-barang dan per lengkapan Agaknya, kata-kata karaeng Tunisombaya tidak
yang sangat mahal, yang bernilai ratusan juta. Tanpa begitu mempan. Genangan duka di wajah istrinya belum
senjata, apa yang kami andalkan untuk perlindungan diri juga mau sumt. Bayangan bocah-bocah cilik yang harus
seandainya ada bajak laut yang ingin menjarah kapal ini mati, bayangan ibu-ibu yang kehilangan anaknya ternyata
dan isinya," kata juru mudi kapal menjelaskan. Pengawal lebih menghujam perasaannya. Ia membayangkan jika
istana mengangguk-angguk membenarkan penjelasan jum suatu saat anaknya harus menjadi tumba!. Tumbal nafsu
mudi kapa!. kekuasaan suaminya yang meledak-ledak dan tak terken­
"Lalu, siapa pula raja yang kau bawa itu?" pengawal dalikan. Padahal, baginya anak lebih berharga daripada
istana kembali bertanya. apa pun yang pemah dimilikinya. Ia tak ingin kehilangan
"Dia Raja Solo dan yang satu lagi putra mahkota anak yang teramat disayanginya. Lalu ia cepat-cepat
Kerajaan Gowa. Mereka berdua ingin bertemu dengan menghapus bayangan buruk yang sempat singgah di
Gubernur lenderal dan Raja Belanda." benaknya.
Selesai melakukan pemeriksaan pengawal istana se­ "Kanda, bagaimana perasaan Kanda seandainya anak
gera menghadap Raja Belanda untuk melapor. Mengetahui kita termasuk di antara para korban itu? Atau bagaimana
maksud kunjungan Raja Solo dan Karaeng Andi Patumu, perasaan Kanda apabila suatu saat anak kita harus
Raja Belanda langsung mempersiapkan pasukan kehor­ menjadi tumbal untuk kejayaan dan kebesaran kerajaan
matan yang akan menyambut kedatangan kedua tamu ini seperti yang Kanda katakan?" tanya I Bajira Bajik
kerajaan itu. Sementara itu, di kapal Raja Solo dan Areng pada suaminya.
Karaeng Andi Patunru tengah mengenakan pakaian ke­ Karaeng Tunisombaya bungkam seribu bahasa.
besarannya. Kegelapan memancar dari matanya. Pertanyaan istrinya
Setelah semua persiapan selesai , pas uk an kehormatan tak terjawab. Ia merasa tidak memiliki keberanian
Belanda menuju ke pelabuhan untuk menjemput Raja untuk menjawab pertanyaan istrinya.
Solo dan Andi Patumu. Pasukan kehormatan Belanda ber­ Terbayang pada Karaeng Tunisombaya mahkota yang
jajar rapi membentuk barisan yang memanjang, harus dipertahankan. Mahkota dan singgasa kekuasaan
sedangkan Raja Solo dan Karaeng Andi Patumu diiringi adalah segalanya bagi dirinya. Hal-hal lain baginya
barisan pendekar Kerajaan Solo . Raja Solo berjalan ber­ adalah nomor dua. Hal -hal lain hams dikalahkan untuk
dampingan dengan Raja Belanda dan Karaeng Andi kelestariankekuasaannya. Karena itu, ia tak bisa mem­
Patumu berdampingan dengan panglima tertinggi Kera­ bayangkan seandainya anaknya ternyata musuh yang
jaan Belanda. Mereka berjalan beriringan menuju istana diramalkan oleh Karaeng Botolempangang akan meng­
Kerajaan Belanda. hancurkan kerajaan Gowa. Sungguh, ia tak bisa memba­
Sesampainya di istana, Raja Belanda bertanya kepada yangkan. Karena itu pula, pertanyaan istrinya tak akan

62 15
pili han lagi untuk meruntuhkan Kerajaan Gowa. Kera­
jaan-kerajaan lain di Nusantara yang didatanginya, satu
pun tak ada yang berani berperang dengan Kerajaan
Gowa. Satu-satunya kerajaan yang bisa diharapkan ban­
tuannya hanya Kerajaan Belanda. Akan tetapi, itu berarti
menjadi pengkhianat bangs a, demikian pikir Andi Patunru
sedih.
Dendam kusumat yang membara telah menyalakan
api perang di ryati Andi Patunru. Ia ingin segera kembali
ke tanah kelahirannya, Gowa, dengan membawa laskar
perang yang tangguh untuk menyingkirkan Karaeng
Botolempengang. Karaeng Botolempangang yang telah
memfitnahnya dan menyebabkannya terusir dari Tanah
Gowa. Dendam kusumat juga telah membutakan mata
hati Karaeng Andi Patunru sehingga ia tidak berpikir lagi
siapa yang diajaknya bersekutu untuk menumbangkan
Gowa. Yang penting, Gowa harus tumbang sesegera
mungkin, demikian pikir Andi Patunru. Namun, Andi
Patunru juga berjanji dalam hati, "Aku akan segera
memutuskan persekutuanku dengan Kompeni begitu
Gowa tumbang dan namaku pulih di Kerajaan Gowa."
Semen tara itu, tibalah kapal yang membawa Andi
Patunru di pelabuhan kerajaan Belanda. Raja Belanda
yang sedang berangin-angin di singgasananya terkejut
melihat kedatangan kapal itu. Melalui teropongnya, ia
dapat melihat bahwa kapal itu dipersenjatai meriam dua
belas buah banyaknya. Ia segera memerintahkan pe­
ngawal istana untuk memeriksa kapal yang baru merapat
itu.
"Mengapa demikian banyak senjata kaubawa?" tanya
Karaeng Tunisombaya sedang membujuk istrinya yang sedang
pengawal istana pada juru mudi kapal.
menangis

16
61
halamannya y ang tak pernah sepi dari gelak dan canda. Ta perna h terjawa b o leh Karaen g Tuni som baya. Scandainya
terkenang akan bundanya, adik-adiknya, dan sanak sauda­ suatu ketika pertanyaan itu terjawab; barangkali hati I
ranya yang lain yang amat dicintainya. Bajira Bajik Areng akan remuk dibuatnya. Karaeng Tuni­
Dendamnya pada Karaeng Botolempangang yang te­ sombaya pasti lebih berat menumbangkan anaknya demi
lah memfitnahnya semakin membara. la ingin segera bisa enegakkan kekuasaannya.
kembali ke tanah kelahirannya untuk membalaskan sakit Selang beberapa tahun kemudian Karaeng Tunisom­
hatinya. Namun, Andi Patumu merasa makin sedih . Ke­ aya kC"mbali memanggil Karaeng Botolempangang.
pergiannya ke Kerajaan Belanda sekarang ini sama saja "Hai Karaeng, masih adakah musuh yang akan me­
dengan memberi angin kepada Belanda untuk mena­ umbangkan kekuasaan dan menghancurkan kerajaan
namkan kukunya di Nusantara. Kerajaan Belanda melalui ni?" tanya Karaeng Tunisombaya.
VOC yang bercokol di Batavia atau lebih dikenal sebagai "Paduka , musuh ternyata masih hidup," jawab
I
kompeni akan makin merajalela di bumi Nusantara. Lalu Karaeng Botolempangang.
Andi Patumu teringat akari cerita-cerita yang pernah "Bagaimana keadaan musuh sekarang ini?"
didengarnya. Ceri ta tentang keserakahan kompeni. Ceri ta "Paduka, gigi anak yang akan menghancurkan kera­
tentang bagaimana Kerajaan Belanda yang hidup makmur j ~ an ini sudah mulai tanggal."
dari keringat rakyat kerajaan-kerajaan diNusantara yang I
Karaeng Tunisombaya hanya diam terpaku. la tidak
berhasil dicaploknya. Kompeni, kata oran g , memang lr gi memerintahkan perburu~n dan pembunuhan. Wajah
unggul dan kuat dalam persenjataan. Mereka sulit di­ irtrinya yang muram blIenaperistiwa perburuan dan
tandingi. nembunuhan itu masih terbayang di benaknya. Karena
Andi Patumu membayangkan bagaimana Kompeni itu, kali ini ia bersikap menunggu. Menunggu perkem­
akan masuk ke Sulawesi karena ajakannya bersekutu de­ angan selanjutnya yang akan dikatakan Karaeng Boto­
ngan Kompeni. Kompeni pasti tidak menolak ajakannya lr, mpangang dan menunggu apa yan g akan dilakukan
bersekutu itu . Kompeni yang haus harta kekayaan, yang 0lleh mt - ' h.
selalu mengincar tiap wilayah di Nusantara, pasti akan I Bebelupa tahun berselang, Karaeng Botolempangang
menerima ajakannya dengan senang hati. Andi Patunru , embali dipanggil Karaeng Tunisombaya.
merasa sangatbersedih karena terpaksa harus mengun­ "Hai Karaeng, sekarang ini bagaimana keadaan
dang Kompeni untuk menumbangkan Kareng Botolem­ rtlUsuh yangakan menghancurkan Kerjaan Gowa?" tanya
pangang yang telah memfitnahnya habis-habisan. la ter­ Raja Gowa, Karaeng Tunisombaya.
paksa mengundang bangsa asing yang diketahuinya suka "Paduka, bocah yang akan menghancurkan kerajaan
menjarah harta kekayaan bangsanya. ini telah berangkat remaja, gagah perkasa, dan sering
Karaeng Andi Patumu merasa tidak mempunyai memakai keris di pinggangnya," jawab Karaeng Botolem­
pangang.
60. 17
"Baik. Saat ini aku masih bisa bersabar menghadapi
bocah yang akan menghancurkan kerajaan ini. Kita
tunggu saja beberapa tahun lagi, sampai bocah itu benar­
benar menjadi lawan yang setanding."
Beberapa tahun kemudian, seperti pernah diucapkan
Karaeng Tunisombaya, Karaeng Botolempangang kem­
bali dipanggil Raja Gowa, Karaeng Tunisombaya.
"Hai Karaeng, bagaimana keadaan bocahY'lng bakal 3. KOMPENI
menjadi musuh Kerajaan Gowa sekarang ini?" tanya
Karaeng Tunisombaya pada Karaeng Botolempangang.
"Paduka, bocah itu telah menanjak dewasa. Orangnya
tangkas, pemberani, dan tidak ada orang yang ditakuti­ Kapal yang ditumpangi Andi Patunru dan Raja Solo
nya." berlayar dengan laju mengarungi lautan yang dalam.
"Bagaimana perawakan orang itu? Coba kau jelaskan Gelombang besar terkadangmenghantam kapal itu;
selengkapnya! Sekarang aku tidak bisa bersabar lagi. Hari namun, karena ukurannya yang besar dengan mudah
ini juga aku ingin mengetahUl siapa orang yang akan kapal itu menghadapi gelombang lautan yang menghan­
menghancurkan kerajaan ini." tam. Kapal yang ditumpangi Andi Patunru juga
Menjawablah Karaeng Botolempangang dengan se­ dipersenjatai meriam sebanyak. dua belas buah, senapan
gera "Sebaiknya dibuatkan raga dan kemudian diadakan mesin selusin, dan senapan biasa tujuh buah. Bajak laut
permainan raga di muka istana. Dalampermainan raga itu yang ingin mendekati kapal itu jadi ciut hatinya melihat
akan muncul musuh yang aku maksud." persenjataan yang terpasang di kapal tersebut. Beras dan
Mendengar perkataan Karaeng Botolempangang itu, perbekalan pangan lainnya juga telah disiapkan di kapal
Karaeng Tunisombaya langsung memerintahkan membuat yang ditumpangi Andi Patunru dan Raja Solo itu, se­
raga saat itu juga. Raga · pun dibuat orang dalam waktu hingga mereka mampu berlayar selama berbulan-bulan
sekejap. Setelah raga itu selesai dibuat berkatalah lamanya tanpa takut kelaparan.
Karaeng Botolempangang, "Sebaiknya diundang raja-raja Selama pelayaran, Andi Patunru hanya menemukan
kecil dan para pemuka adat." Raja-raja dan pemuka adat kebiruan laut di sekitarnya. Langit yang hanya berdiam
pun diundang Raja Gowa, Karaeng Tunisombaya, untuk diri semakin melengkapi perasaan sepi yang dialami Andi
ikut serta ataupun menyaksikan pennainan raga itu. Istana Patunru selama pelayaran. Ia merasa makin terasing,
pun penuh sesak oleh hadirin, baik yang datang dari jauh makin jauh meninggalkan tanah kelahirannya. Air ma­
maupun dari dekat tanya menetes tanpa disadari. Ia terkenang akan kampung

18 59
ulig~aK~~~bdl)~~ 9k.~n ffite~~~ ~..s ana.lJ' imud ih 'ltSclellh. 8emUd:. unda;ngttn l\adirn diJntem pah p6nrJljd~
r1uq~ff\l n~rOOWri k~ ~fllQgi aij ~ijj l~W~~!l m ~ Iiagh-itu,Ladata pun -d iJJlrUllla~ ~djfuhlp BIll14a,ulredtang3h
cH~hJ~fi~rW#d::e~iJnufl.W1c nOO~tlr~tn.~~ t#i®~firnq a.m15dan '( pe~n~l Ldi~mt(hMfasi i1Woosi1iW'<P@h>~
yang demikian besar. II .U1nulsQ tbnA gn~£l£)l £bt:q a nii
mini ttlljUkk ~Il! fj \t,cettmaIllilJlDoon n¥ (lne1rmki m i ag.u;.l iMmri =I
-ib 1>0511;;1 u)jm;rru;lnrl gnuqrn6;.f n£;.fI£ggnin5m m[]>.." ll'@Bingl 1ler,\ll!S>'ah~c ~enlyeJ1>ak: !ray~ lsmnBgtrr mLI£gkQp ;.{d~
m;;.f J£mmib u:ilA .r!J.mJi'l,b rlLl~1 mlA .1.cl~;.I-l£l5Aib ,liw tiwggv (1<1 ate:nh .Jhlsn-lMk.14 adt-;g:u&in-'Jd
r~ruJ p 00;tfilTlutam b:til~
-m02[I,uT gnsJnfj){ ncb ,ljWog nl;t;Lcl!J)l nmlrlulf1uv-'rn rtllAH Di engah pertandingan i tu, Karaeng TtllIIlfitrimhaya
(v~ggnJ>ib u;'!A , Ull ndJ,rrlln nn;.!J; J;jc;l LJJig5d J.;'{JjJl:Jq J~'{f;d ¥ang ~udl'J kL JbeOOa:mpi~aM ~~tlJ JMiatJ'wgt rrBr~Mem­
u;.!n G grujJljb~;.1 ,IJ Ii /;(51»)[ .£wou nGtLt;l~)j riuwrrr l/;gJ.;d5._ prun g;alngl J g1 ~alI;pe~an i nM'ugub lj ¥<fh g£ '(hk'1t;;t~
-grr5m uqmr;m grrJ;'( UJu)f:;"2 jl1~::>n:;,m )/ulnu cfHli;b£ i l£m5x ItllJrae;mgJdfut,QlempOOgangr beI1Uffi\j u;ga . t~trlpakd tla ~tttril
",mln£lici£[:;,)j rlf;oliJ ,swot) rJ££L£15)f ~DI iI£dm5~ UX1£1n6 ffl'-IItm1dmgOO. ~*ad danirritw fia f eer~an~aJ;~piuH."K~g
.0102 cL£51 Gocq Ulflul£Q ibrrA gn~til£)I 1:)1s1 Botolempangang, "Hai Karaeri'g i lJ b ~.a;tm:u{ak~:Ihu~~:d
JJlfi51 £1£)1 ",0102 n1aiL[i1~)J il£b q£l£cil~d UiJ;i15t us)f" ~n ;,l obanlgfl!y.a!f,ll~ g~klffli1 unhatumuffical~ri~ a'l1lWe?..:iJ aan
0102 OCSLJj15)1 n£~I£bn£ib m;b bIilirnib gn,;,{ £qA" .0102 Gowa?" " .;gul im rUin D'{f1f1l;10 nlDli2;.fs,{n.5m ntl)/s
~' rl uggnJ.;J rIIjj.ilifll:Jb gnex DwoD nJ~JjlB1~)f Ud1~'{0:;,m ;.fulnu ClIg cf'iSu»ar,. ~~u)sM IitlA lt1ettJm; aam p.it1krih lid it Id~ ta~li " per­
,ini nJj/;i.J.;T';) ill iJ~bJ;rn5fTl gnt;\( riJjnwln~ll:;,q l;b£ ;.!jjbiT tan'Cfur§!1illlin:i, 't'~ qjaiYJ abi JKariengJi ~OO!empIfn gaflt!ud~all
xu 1rr U . £ '{ n uq :;./1;1 iml;;.{ .I£q£;.{ •rr£qsrr52 ,ffiI; !15M tan£in~ g nlc uJAL'.'1 ntdd) niil.L{ u;.[~\ .mlubtlQ .1nd62"
-l~d ut)/.£w fIjjAuh5qib J.;WOU n!;Llli1!»)i rr£xxubnuo!}m -g n ~iI4anllkM I cYt1JI\aaakw apatf~)ai ~:i'a1 £tal&Nrh~pl td iJ; ~Pat
imnl nt/J;!)f1£ jbJ~L flhlJ; grrLi'{ GqD nnl1;lI~dl-'Jq .nuri£l-fluriLll ini." ".L.ilub,,9 ,lg£1 J;fTl£l ;.{£bIT '.irri 'rrtl£ t£i1~;f ntl/hu::> f1 GrI
, quggnJj~ m;;.IJj :il£biJ imti)f ~rruri£1-flur/£l1~d gnJJl~q ;.{ulnu "Baik, Paduka."
fuDli£g£d 0102 f1ttLG15)f nnb nwot) nt.a;LJj1~)f .£luq igsJ Acara permainan raga itu terus berlangsung. Beberapa
,Ul1 t:051J;)f .nt;ilr/t;l.lql!3) il1.>1 grrr:'{ j~1£buL215d sub babak permainan telah berlalu. Akhirnya, setelah per­
mjtiltl'3)t !})/ umnfi.illlljnl;gn~m uil£ ni~gnum £rrLrnijjgIjd mainan raga berlangsung cukup lama, permainan dihenti­
" .!iwaD nl>gn!'Jb gnfi1!XI1~J lUl};rl uilt tlidLiq£ £woD kan untuk istirahat. Ketika beristirahat itu, raja-raja kecil
n£;f;.{ubn _flbffl quggnn2 XeJ 0102 nJ;Sltl::i)f slid£qA" dan para pemuka adat duduk bersama dengan tertib sesuai
-Lbm uqrnr:/Tl gnG'{ i.g£1 !i[u;m rrtJ;lln:;,il ,BWOt) rrt6l1i1!})f tingkat kedudukannya masing-masing. Hidangan makan ~
.UlnU/ti(! ibnA gn~fjlG)! £'{nGJ "~'nwoD nJjfjLJ)l~)l nsVl an dan minuman pun datang mengalir. Seratus dua puluh
-5rn gnL:'{ rWL;lIj1'<);.! (j'{nUl£~-UJfj7. £bn£i!lfi m::£lB15)[tt remaja putri yang merupakan abdi dalam istana mengan­
nlH; l £l!j)i rlfjil;.l U !ill; n~m q u .ggnnG u 1I1t;q sbn!1q J Ul u IT tarkan hidangan itu dengan penuh keramahan. Tidak ada
".1jWOt) undangan yang tidak kebagian hidangan, semuanya

~s (1)9
kebagian, dan semuanya dilayani dengan ramah. Setelah di bumi Solo. Apa gerangan yang kaucari dengan begitu
acara bersantap dihidangkan pula kue-kue oleh dara-dara jauh meninggalkan kampung halaman, menempuh
jelita yang berkain berbunga-bunga. Semuanya bersuka pelayaran puluhan hari puluhan malam?" tanya Raja Solo
ria menikmati makanan dan minuman yang disajikan. pada Karaeng Andi Patunru.
Baik para hamba maupun kaum bangsawan, semuanya "Aku meninggaikan kampung halamanku karena di­
beriang hati. Mabuk kegembiraan terasa sampai sudut­ usir, dikejar-kejar. Aku telah difitnah. Aku diramalkan
sudut istana. akan mp.runtuhkan Kerajaan gowa, dan Karaeng Tunisom­
Semen tara itu, ditengah-tengah suasana yang riang baya percaya begitu saja akan ratnalan itu. Aku dianggap
Raja Gowa, Karaeng Tunisombaya, tampak gelisah dan sebagai musuh Kerajaan Gowa. Karena itu, kedatanganku
tidak sabar lagi. Tanyanya pada Karaeng Botolempa­ kemari adalah untuk mencari sekutu yang mampu meng­
ngang, O"Hai Karaeng, mana musuh yang akan meng­ antarku kembali ke Kerajaan Gowa, tanah kelahiranku,"
hancurkan kerajaan ini?" kata Karaeng Andi Patunru pada Raja Solo.
"Sabar, Paduka. Perasaanku mengatakan Paduka pasti "Kau terlalu berharap dari Kerajaan Solo," kata Raja
akan menyaksikan orannya hari ini juga." Solo. "Apa yang dimiliki dan diandalkan Kerajaan Solo
"Tapi aku sudah tidak sabar lagi, Karaeng. Aku ingin untuk menyerbu Kerajaan Gowa yang demikian tangguh?
meremukkan musuh begitu aku tahu siapa orangnya." Tidak .ada persenjataan yang memadai di kerajaan ini .
"Sabar, Paduka. Aku yakin dalam waktu singkat. ini Meriam, senapan, kapal, kami tak punya. U ntuk
Paduka akan melihat siapa musuh yang akan meng­ menundukkan Kerajaan Gowa diperlukan waktu ber­
hancurkan kerajaan ini. Tidak lama lagi, Paduka." tahun-tahun. Perbekalan apa yang akan jadi andalan kami
untuk perang bertahun-tahun? Kami tidak akan sanggup.
Lagi pula, Kerajaan Gowa dan Kerajaan Solo bagaikan
dua bersaudara yang tak terpisahkan. Karena itu,
bagaimana mungkin aku mengantarkanmu ke Kerajaan
Gowa apabila aku harus berperang dengan Gowa."
"Apabila Kerajaan Solo tak sanggup menundukkan
Kerajaan Gowa, kerajaan mana lagi yang mampu mela­
wan Kerajaan Gowa?" tanya Karaeng Andi Patunru.
"Kerajaan Belanda satu-satunya kerajaan yang me­
nuru t pendapatku sanggup menakl ukkan Kerajaan
Gowa."

20 57
bunyiannya begitu serd adu- serdadu GO-wa me ninggalkan
tanah Buton. Ia tinggal beberapa saat di Buton kemudian
berpamit pada Raja Buton untuk melanjutkan perjalanan­
nya.
Andi Patunru berbulat tekad untuk mencari kerajaan
yang tangguh yang mampu melumpukan Kerajaan Gowa.
Didatanginya Kerajaan Dima, Sumbawa, dan Bali. Akan
tetapi, kerajaan-kerajaan yang didatangi Andi Patunru 2. KARAENG ANDI PATUNRU

terlalu kecil nyalinya untuk berhadapan dengan Kerajaan


Gowa. Kerajaan-kerajaan itu merasa bahwa mereka bukan
lawan Kerajaan Gowa yang setanding. Mereka gentar
berhadapan dengan angkatan perang Kerajaan Gowa yang Di tengah-tengah suasana istana yang meriah dan
terkenal tangguh, yang kuat di daratan dan berwibawa di penuh keramaian itu, istri Raja Gowa, I Bajira Bajik
lautan . Karena itu, Andi Patunru selalu memperoleh Areng tiba-tiba merasa gelisah . Dalam suasana yang
jawaban yang serupa setiap kali ia mengajak bersekutu ramai itu ia tidak menemukan wajah putra kandung yang
kerajaan-kerajaan itu. amat dicintainya, Karaeng Andi Patunru.
Akhirnya, Karaeng Andi Patunru memutuskan mend a­ Karena rindunya akan wajah anaknya, dalam suasana
tangi Kerajaan Solo. Setelah berlayar puluhan hari, sam­ yang hingar-bingar penuh manusia itu I Bajik Areng
pai juga ia di Kerajaan Solo. Raja Solo yang mengetahui berjalan Hilir mudik dengan kegelisahan yang tak kun­
ada perahu berlabuh di perarian Solo segera mengirimkan jung padam. Ia mencari ke depan, ke belakang, dite­
utusan untuk memeriksa perahu tersebut. ngoknya arah kiri dan kanan. Namun Karaeng Andi
"Paduka, perahu itu berpenumpang putra mahkota Patunru tak kunjung ditemukan. I Bajira Bajik Areng
Kerajaan Gowa," kata utusan yang dikirim kepada Raja makin gelisah saja . Tiba-tiba perasaan I Bajira Bajik
Solo. Areng menggerakkan langkah kakinya ke lantai atas. Ia
"Kalau begitu, minta dia datang kemari," perintah langsung menuju ke tempat peraduan anaknya dan di­
Raja Solo. dapatkannya Karaeng Andi Patunru sedang tidur dengan
Utusan segera menjemput Karaeng Andi Patunru dan pulasnya. Setelah terdiam beberapa lama dibangunkannya
mengantarkannya ke Istana Kerajaan Solo. Di istanaRaja Karaeng Andi Patunru, "Wahai anakku! Bangunlah kau.
Solo telah siap menyambut kedatangan tamunya. Andi Mengap~ kau tidur demikian pulas, semen tara kaum
Patunru disambut dengan ramah dan hangat. sebayamu telah datang dari berbagai penjuru dan berkum­
"Wahai anakku, baru kali ini kau menginjakkan kaki pUl di depan istana. Kaum sebayamu semuanya asik

56 21
bertanding di arena permainan raga. Hanya kau saja "Bagaimana mungkin aku berbohong, Karaeng," kata
yang tak tampak. Anakku, bangunlah kau! Sadar dan pedagang Rampegading itu, "st~dang aku yang diajaknya
bangkitlah kau dari tempatmu tidur!" Akan tetapi, bercakap-cakap ketika berada di v.anah B uton ini."
Karaeng Andi Patunru tak kunjung bangun. Tidurnya "Omong kosong saja perkataanmu. Kaukatakan Andi
makin pulas saja. Akhirnya, setelah tidak berhasil mem­ Patunru berada di sini, padahal sarna sekali tidak kami
bangunkan Karaeng Andi Patunru, I Bajira Bajik Areng temukan."
kembali menuju singgasana mendampingi Karaeng Kemudian berkata pula Raja! Buton, "Buton akan
Tunisombaya. diruntuhi gunung kalau Ka.raeng Andi Patunru berada di
Semen tara itu, Karaeng Andi Patunru terbenam dalam tanah Buton."
mimpi yang menakutkan. Seekor ular besar tiba-tiba saja "Raja Buton, lebih baik kau bersumpah bahwa
menyergapnya dari belakang dan melili t tubuhnya. Ia Karaeng Andi Patunru benar-benar· tidak berada di Tanah
tidak kuasa melepaskan diri. leritan minta tolong yang Buton ini," kata panglima Gowa minta diyakinkan.
keluar dari mulutnya sia-sia saja. Seorangdiri ia berusaha "Aku bersumpah, aIm akan terkena penyakit yang
melepaskan diri dari lilitan ular itu. Namun, ular itu tidak tersembuhkan apabila Karaeng Andi Patunru berada
makin kuat membelit tubuhnya. di tanah Buton."
Di arena permainan raga pertandingan makin seru. "Apa lagi yang akan menimpamu bila ternyata kau
Sorak-sorai penonton membahana memecah langit. menyembunyikan Karaeng Andi Pat~Jnru?"
Gemuruh suara menderu-deru di sekitar arena. Kegeli­ "Kerajaan Buton akan runtuh dan Raja Buton na­
sahan Karaeng Tunisombaya semakin memuncak. sibnya tidak akar.\ lebih baik dari seorang pengemis,"
Karaeng Botolempangang tak kunjung memberi isyarat Setelah Raja Buton menyatakan sumpahnya, para
siapa musuh yang akan menghancurkan Kerajaan Gowa. serdadu Gowa kembali ke kerajaannya. Beberapa hari
Maka dengan nada tak sabar ia bertanya pada Karaeng kemudian tibalah mereka di Tanah Gowa. Raja Gowa talc
Botolempangang, "Karaeng, mana musuh yang akan sabar lagi menunggu laporan panglima perangnya.
menghancurkan kerajaan ini?" Apakah ia telah hadir di "Hai Karaeng, apakah kalian temukan Andi Patunru
arena ini?" di tanah Buton?" tanya Raja Gowa.
"Belum, Paduka," jawab Karaeng Botolempangang. "Kami sarna sekali tidak menemukan Karaeng Andi
"Paduka, mana putra Paduka, Karaeng Andi Patunru? Patunru di Tanah Buton. Kami hanya menemukan orang
Agaknya ia belum tampak di arena permainan ini." yang mabuk laut selama perjalanan."
Dengan terburu-buru, Karaeng Tunisombaya. menuju Raja Gowa hanya bisa berdiam diri dengan hati
ke tempat peraduan anaknya. Didapatinya Karaeng Andi masgul mendegar laporan panglima perangnya. Semen­
Patunru sedang menggeletak tidur dengan pulasnya. tara itu, Karaeng Andi Patunm keluar dari tempat persem­

22 55
Darah Raja Gowa, Karaeng Tuni som baya naik ke ubun­
ubun menyaksikan anaknya tidur pulas, semen tara di
depan istana penuh sesak dengan manusia dari berbagai
penjuru. Pemuda-pemuda sebaya Karaeng Andi Patunrtl
juga telah hadir semuanya tanpa kecuali. Dengan nada
marah Karaeng Tunisombaya membangunkan Karaeng
Andi Patunru, "Hai anakku, bangunlah! Sadar dan
bangkitl ah dan tidurmu! Semua raja kedl dan semua
pemuka adat telah hadir di arena permainan raga. Hanya
kau saj a yang belum tampak."
Setelah dibangunkan berulang-ulang akhirnya
Karaeng Andi Patumu bangkit juga dari tidurnya. Dira­
pikannya rambutnya yang panjang terurai. Habis itu di­
pakainya pula perhiasan yang merupakan pusaka dari
neneknya. Kopiahnya memiliki hiasan emas yang melilit
di pinggir kopiah, yang hanya mungkin dipunyai oleh
seorang anak raja.
Selesai berdandan berdirilah Karaeng Andi Patumu.
Ia berjalan didampingi saudaranya seayah, tetapi berlainan
ibu, yaitu Patta Belo. Ibu Patta Belo merupakan orang
kebanyakan. Berdua dengan Patta Belo, Karaeng Andi
Patumu diapit o1eh empat orang yang berpakaian serba
putih, dua orang di sisi kanan, dua orang di sisi kiri.
Delapan orang abdi dalam berjalan mengiringi dari be­
lakang. Sesampai di tangga istana, duduklah Karaeng
Andi Patumu berdua dengan Patta Belo dikelilingi oleh
para pengawal dan hamba sahaya.
Semen tara itu permainan raga terus berlangsung de­
ngan seru. Raga di sepak kuat-kuat dan melambung tinggi.
Raja Buton sedang menanyakan seorang pang/ima perang dari
Salah satu raga yang melambung tinggi itu jatuh tepat di
Kerajaan Gowa depan Karaen g Andi Patunru, lalu menyusup masuk di

54 23

tidak bersedia menunjukkan, kami akan membumiha­


nguskan Kenijaan Buton, dan raja Buton beserta istrinya
akan karni tawan," kata panglima perang Kerajaan Gowa.
Setelah terdiam sejenak berkatalah Raja Buton,
"Kami tidak akan mengaku karena kami memang tidak
menyembunyikan Karaeng Andi Patunru. Biarpun kalian
tidak mengancam, kami akan memberitahukan tempat
persembunyian Andi Patunru jika memang ia berada di
Tanah Buton. Bagiku, persahabatan Kerajaan Buton de­
ngan Kerajaan Gowa adalah segalanya, dan aku tidak
in gin menodai persahabatan yang telah terjalin sekian
lama dengan menyembunyikan Karaeng AndiPatunru."
Akan tetapi, panglima perang Kerajaan Gowa belum
sepenuhnya percaya akan perkataan Raja Buton. Ia segera
memerintahkan para serdadunya, "Lebih baik kita cari
jejak Andi Patunru . Kita lacak jejaknya di tanah Buton
ini."
Para serdadu Gowa lang sung menyebar ke semua
pelosok Buton begitu mendengar perintah panglima pe­
rangnya. Mereka melacak dengan cermat setiap temp at
yang dicurigai sebagai persembunyian Andi Patunru. Para
serdadu Gowa bergerak siang malam tanpa mengenal
lelah. Butan rimba, gunung tinggi, gua yang terselip di
kaki gunung, mereka jelajah dan mereka daki. Namun,
para serdadu Gowa tak kunjung menemukan Karaeng
Andi Patunru. Andi Patunru seperti hilang ditelan bumi.
Seminggu berlalu dan para serdadu Gowa gagal
menemukan Karaeng Andi Patunru. Pencarian Andi
Patunru pun dihentikan. "Qmong kosong saja laporan
pedagang Rampegading pada Karaeng Tunisombaya,"
Karaeng Andi Patunru berjalan berdampingan dengan Patta Belo kata salah satu panglima perang Gowa dengan gusar.

24 53
"Lebih baik kau disembuny ikan. Kau akan dimasuk­ antara kedua pahanya seakan-akan raga yang lelab diman­
kan ke dalam sumur tua, kemudian ditimbuni dengan trai. Karaeng Andi Patunru segera menangkap raga itu,
tanah, dan di atasnya akan diletakkan onggokan daun menyepaknya kuat-kuat, dan raga itu pun melambung
kering. Kita tidak mungkin berperang sebab kita akan tinggi. Andi Patunru segera meloncat tinggi-tinggi meng­
hancur lebur melawan serdadu-serdadu Gowa." ikuti raga yang melambung. Beberapa kali ia melakukan
"Apa yang Paduka anggap baik akan aku turuti," kata gerakan demikian menyepak raga kuat-kuat kemudian
Andi Patunru dengan sedih. melompat tinggi-tinggi mengikuti raga yang melambung.
Andi Patunru segera masuk ke dalam sumur tua , Ketika ia menyepak raga untuk terakhir kalinya, raga
kemudian sumur itu ditimbun dan di atasnya ditutup yang disepak Andi Patunru jatuh di depan istana. Andi
dengan onggokan daun kering. Serdadu-serdadu Gowa Patunru segera menangkap dan kembali menyepak raga
telah menginjakkan kaki di Tanah Buton dan secepat kilat itu kuat-kuat sehingga mengenai tiang dan daun jendela
mereka mengepung istana Kerajaan Buton. Penjaga istana istana. Daun jendela istana menjadi pecah berantakan, dan
terkejut dan benanya pada para serdadu itu, "Dari mana salah satu pecahannya mengenai Raja Gowa, Karaeng Tu­
kalian dan apa maksud kalian mengepung istana Kerajaan nisombaya. Dalam keadaan demikian berkatalah Karaeng
Buton?" . Botolempangang pada Karaeng Tunisombaya, "Dialah
"Cepat beritahu rajamul Katakan p adanya bahwa musuh yang akan menghancurkan Kerajaan Gowa!"
serdadu-serdadu Gowa telah mendarat," kata para serdadu Tanpa berpikir panjang lagi Karaeng Tunisombaya
itu. langsung memerintahkan padapara serdadu yang berjaga­
Raja Buton yang dilapori penjaga istananya segera jaga di sekitar istana, "Tangkap dan bunuh dial "Jangan
menemui salah satu pang lima perang Kerajaan Gowa biarkan dia lolos!"
yang berada di depan istana. "Apa maksud kedatangan · Suasana sekitar istana pun mend adak menjadi ricuh.
Tuan kemari lengkap dengan bala ten tara dan Banyak serdadu yang langsung melaksanakan perintah
persenjataan?" tanyanya. Karaeng Tunisombaya. Akan tetapi, banyak pula serdadu
"lni perintah Raja Gowa, Karaeng Tunisor:nbaya. Kata yang membela dan berusaha melindungi Karaeng Andi
Raja Gowa, Raja Buton telah menyembunyikan Karaeng Patunru. Para serdadu yang berusaha menyelamatkan
Andi Patunru dan Patta Belo. Karena itu, Raja Gowa Karaeng Andi Patunru beranggapan bahwa tak ada dosa
memerintahkan kami untuk menjemput Andi Patunru dan Karaeng Andi Patunru. Karena itu, mereka merasa tidak
membawanya pulang ke Kerajaan Gowa. la akan dino­ pada tempatnya membunuh Andi Patunru.
batkan sebagai raja menggantikan ayahnya, tetapi ia gila Arena permaian raga yang semula meriah telah ber­
dan melarikan diri tak tentu rimbanya. Sebab itu, tunjuk­ ubah menjadi medan pertumpahan darah yang mengeri­
kanlah di mana Andi Patunru kausembunyikan. lika kau kan. Harah menetes dan mengalir di setiap tempat. lerit

52 25
-\ftIlgi& AlaS! i,trnit( ~Bllhltul-n1Jlleingge{ITa rlrl~ Fman-a-~a ., .mmpmi bhB1iUi.r. lrnk-'i y.aanflYBujim 2ihemah ~ rlMldidparu nru
,B1~~£to~ipe<!ang'3Saling.'ffi agal mrd.M~alf~erfga. rbIgadbl dmtBJUitmnb Alkibutetaj>i, skrclltJllll f.f\mtlirrRanin.IWf tidQi{
gil~~iftgl~ ~ ~lJtTI u'EialRga1 rmrr a s .-.1t>Eu Ili)(~~ '3\~~m­ rb.er~da.cdD~sna, dapf~arnlklaliafl~JlTlt:;~an l tse!aWu. rly,mg
~it~~ft i1 ~~~ il1oma1ohkannt~api V1paTta<Is~datll.ig~HAtg ~ru~nc®:baj;gm; iBqtorl.'h i){gnum )(sbi1 £lD{ , gnh~ )[
rtmliJ$ lemptraiigAtid:¢<r5l~ agrbiif !pllS1Jn:-g .gID~\o~~uffl Selan g. mwerapa6 ha'ri -~HV';JaruW rs;:enitdttl mvilrut
rfl11~r¢Wsa4ing "'gEtonllb~~lJ!Tengha'bjsiic~~nWtwu ­ eJ.i!e':Q~klap1tru:peJja~ny~f)f:i.ap:;gr$fl18nfg:llab~ gtm'1@l!tcpuion .
.~d~6rrP~\surgrlRm1pM~rmmkiwrg-~~1~Ht~{lfPM.~i Empat puluh dua perahu teJr3!li)~6i~1il uoonlItnadintr
a:Wn QJl\?aWIDtlU}'I;b{h~ rE'Btatap1.§ktri ~aqb ~{.N%~ I1Uif1tt8fa maSing !pmalm ntkh:n lJlite nlgwn:,grk ut ~a ttl SJ liimaBffu liltn &an g
itakA3.dn~i h~3Jny.~ cH ~dafi)OUtg~ ibnJN~z i:h~{a ~wall(i ffiI d<{mJgkap ite rrga-Ji1 nperootija trutn 1 U rri4m-i Sl,R poo-m:g\
d~~:t- ~ru-rtida-ldlht.hiihrtJiJDg gi~:fu;ttt~mlya d1{t,:~ad~lfiyWla trnlIIiIDlkI,l l'gilink, lda-rl) iam-~tri.l ~~ nUfib m;){o~gno nJ}gn~b
fl.{sjj~ atliadJ ti:kul:s. gncrt i£05g0")rrt n.!J~nirh;.> lfwil-lflU){ uti 1£[ iPml:fl5tl'Minyi:uTgJtiiieinlmafl i ber~kfa,'&la!ht, lfb~~ wtku.
n£b ~tut¢'1alhrl.OO'1Jge'JlilNiParrgaJil1fXtl~nf) h~y,nl1rrf';:(i!Qtu!mp-tik, flo/Ilk r~Rat'1'pml1lili u aunsJi;~~ld,?iuttJ1dipeaohq~~rP;I,3.ygr~
-bmigil$emlll'@YoOt ~ rJl:rmnTe"'d a x I®J111fh--W~~"Wltt.W1Uka ~.an i-ryfiIfg ulnenkl€frilban.!pnd:engaq £\U1egWtfnyab ~mhtij.
~mn}1~:tdrhuittoogJ~~muttJ1isjda!Iiaffi~arrg 6ff~l1r peL~trUl )S61ml1j'h.lg rrillq :J gm1ajU1 EtrleriUju ? lPiutDnqlj>la~l!atl ~7tl
rtGt~ i (jji'l ~ ,(manre PMol' ~!'Jm€lll1'mtiulk at! 'f.a8at itflO'frlJ 1otRil. penuh sesak dengan manusia yang ingin men).'ab,11«ti6
tetapHn ~'Dg~~)J ang>l·be.1iJi1'&n~gmehth4Im)1tlii'tad~.2LFa­ iri,rrgMlr,ingamJperahu ;.fi;tW )Perampi!ffi1 J@Ml iandk taq~O 'yang
~£~ rtt)1lD SghOO1\illW tr~ ~n.S1tlli ~ . lIl~~d~ ~1i'nen­ di:bibg.g,alklaq meil.gu8'a1'p [mlirrnnrwti~ kal1efl W w~illl o2 - ub1>b1~~
~1~ ~)i~.re-b bM%~I1JgnR}~B~ b~1MlS.ahal ~~QW~&llllyp.W~ Setelah berlayar tiga hari tiga malatn dengan lapm
a~~M!~ ~ [fpQnghlt1. rKf>j~rm-!@f~jart; d~~ IS&liQg:l Jl)1~by~ 8a~paila<!l.1qD:et ah ur~mjq}l i "Ki~rajaa g fl.~o~Qlltfl pifrgi ran
tak lagi terelakkan. Bunyi kaki yartg ? b~r[adranHt~tl1B1t BiU·to'l . nRati'ID ~:Bu tg>nf. ~l~ rfroil~(lhaJ rp~,'~..ahi&!peribw~~
*O~'gill!ltkrun ~,bn5rn f1U1 SnfiJ;r wi ~<t" rnfu;u2 bagyald itul thrracftarrdi E Rerairant;Dilt(Jilq~~cib ~btaam ~
rffu f12eqluHDtinn;gan I 1mtt~.rl ~~ 1 ~a~a~fli~ fAndilPla.trrafu K;waen~kndi Buntfruuo t'~i ~aut r:l4elfubnrun mtabdh (flnpat
rihngan lilliql bl f.i'v9'ffi1iteJil£tne~dar{IGtinri nsarIDetan ns--en~'dl puluh dua perahu. Menurut pel1{hqYJfttiol. u':\ ~tfli.o~;d!(tti
fuwAingrBmbudihri :gmaftruitombmtB¥mgI IiIileb~il);IDa[" lut:)lW~@ m.Ma .fit~Jmm02Inu r gn~(;1J;)[ (,;wo1) 1>1-,,51 rf.GJnil~q irrf"
tak41BMrut I ~JI1lIleng~ruli 5tbt?3)'hnO' aJbI& /}wan ~m aki mn druJti~ gn~ (;'-Mtfnru;Mt'( perlgliJh:8a-m.1kti ~ 1 1eml1u~(fIiaffi.I ,JimoSer4sat
ngm, s ffi}eRgao; ~nb h l;qmf.~n f.-mend"aulbtIrmsal1a gIJ'ltNl.5'.M­ d'MliIlKtni.ajflanuGO'WClIJJ :Bas tr !rnen.d{~; {J ar~llg L~~Mlafl. Iihtuk
lIabgd<al'l£~atifiyank~J :tiJhlUbl IKiraemgl1A<nd-b IPht gm:nti1dah nm:nCiaJ"li1Jtli'i{ikUIJ iP.l1kqlhrh,ngelldartg ubtis"ar unn'Jij(ulim8'ngumt­
A

Patta Belo. AkarnrtfJnapl, i(je:liilgan INllldOOa:lraJh i~gn!fu.17tWnt plTl14am,r:8JkyrJitillan ,ttl Il1lUmkanlah ;.lp~nnIg q M~'wa;dlmtl(fs
AmI irlRkttJ m!nlil~rirtUm bal\iaSI s@rnng~dB wamrrBeq:itHI~gan difglQtapi]ae-ngali{ !P"&hUilgtI-k-'atana!:akufltt!Ialt ja;qhdnrilKlijml.
-Rmgn11111 <g nira{brims kha mfl@1jI1l]l>ertat,.akah'JllI)'lliw alr6an,risdtm j~.owa~ MaJl''? m'v.tf€5k!anm2llSfIDl j ~gh rriteJ1l€>amJRib:?tn kWIa
p'eJl saaq rrm.1sqhi nw-kiapaij n:!j.mebasnpbda~~nym ri£T&G ,nn){ Lwhrmg Am'dii {la,tdnfItot'UG;l Ulnulf,q ibnA £omfT ib rlBlm~il

~6 !M
Tak pernah terbayang pada Andi Patunru untuk mela­
wan bapaknya sendiri. Namun , situasi telah memaksanya
sedemikian rupa. Mau tak mau ia harus mengangkat
senjata guna mempertahankan diri. Ia tak mau dirinya
menjadi tumbal yang sia-sia. Toh bapaknya, Raja Gowa ,
Karaeng Tunisombaya, lebih percaya pad a mulut Karaeng
Botolempangang daripada dirinya. Tak ada gunanya lagi
membela diri dari tuduhan dan ramal an Karaeng Boto­
lempangang . Satu-satunya jalan yang masih mungkin
adalah membela diri dengan mengangkat senjata.
Matahari telah bergerak ke arah barat dan senja telah
membayang, tetapi peperangan tak juga kunjung reda.
Pedang dan tombak yang haus darah berkelebat mencari
mangsa. Tanah di sekitar istana tak ada lagi yang kosong.
Mayat-mayat bergelimpangan memenuhi temp at.
Akhirnya, karena serdadu Kerajaan Gowa jauh lebih
besar dan jauh lebih kuat, Andi Patunru dan pembela­
pembelanya terpaksa bergerak mundur dari arena pertem­
puran . Serdadu-serdadu Kerajaan Gowa pun kembali ke
negerinya. Berdua dengan saudaranya, Patta B elo,
Karaeng Andi Patunru menyebrangi Takbua, Sungai
Kalibone, dan memotong jalan di Sungai Sangkarak.
Akhirnya, mereka berdua sampaidi rumah Karaeng
Bongorok. Karaeng Bongrok terkejut menerima keda­
tangan mereka yang tiba-tiba. Dipeluknya tubuh Karaeng
Andi Patunru sambil berlinang air mata dan katanya,
"Wahaianakku, Andi Patunru. Apa gerangan yang terjadi
sehingga kaudatang kemari? Sejak kau dilahirkan barn
kali ini kaumenginjakkan kaki di kerajaanku. Andi
Patunru, apa yang patut kuhadiahkan untukmu sebagai
Sea rang pedagang rolan sedang menghadap Raja Gowa tanda bahagiaku menerima kedatanganmu?"

50 27
mulutmu, kau akan melindungidan menyelamatkan
diriku," kata Andi Paturnru kepada pedagang itu.
"Baik, Paduka."
N amun, di kemudian hari ternyat mulut pedagang itu
tak sanggup memegang janji. Ia melaporkan Andi Patunru
yang berada di Buton kepada Karaeng Tunisombaya.
"Benar apa yang kaukatakan bahwa Andi Patunru
berada di Buton?" tanya Raja Gowa ketika menerima
laporan pedagang dari Rompegading itu.
"Benar, Paduka. Benar sungguh apa yang aku katakan
pada Paduka. Aku berbicara langsung dengan Karaeng
Andi Patunru ketika aku berada di Buton."
"Baiklah, aku percaya. Akan tetapi, kalau aku ke
Buton dan temyata aku tidak menemukan Andi Patunru di
sana, lehermu akan aku tebas sehingga terpisah dari tu­
buhmu," ancam Karaeng Tunisombaya pada pedagang itu.
"Aku rela dibunuh kalau laporanku tidak benar. Aku
relakan tubuhku dicincang sehingga tercerai-berai seperti
pasir di pantai. Paduka, aku benar-benar melihat Karaeng
Andi Patunru. Mukaku bertatap dengan mukanya, mataku
dengan matanya, dan mulutku dengan mulutnya."
"Kau lihat juga Patta Belo kakak Andi Patunru?"
"Aku lihat juga, Paduka."
Seusai mendengar laporan dari pedagang yang berasal
dari Rompegading itu, Raja Gowa segera mengadakan
rapat di antara para panglima perang. Rapat menyepakati
untuk menyerbu Kerajaan Buton. Raja Gowa pun ber­
pesan, "Berangkatlah ke Tanah Buton untuk membu­
mihanguskan Buton jika Karaeng Adi Patunru berada di
Andi Patunru dan Palla Bello bertempur melawan sana. Akan tetapi, jangan kalian bunuh Andi Patunru.
prajurit Kerajaan Gowa Kalian tawan saja Raja Buton bersama istrinya dan kalian

28 49
keluargaku. Apabila di suatu saat nanti yang aku inginkan "Aku tidak bersedia menerima hadiah kalau hanya
menjadi kenyataan, aku akan bernazar dengan berpesta di berupa kerbau, kuda, bahkan emas sekalipun. Aku ini,
benteng kerajaan. Akupun akan mengelilingi benteng tanpa salah sedikit pun diusir dari Kerajaan Gowa,
kerajaan tujuh kali berturut-turut dengan menunggang dikejar-kejar dari tanah kelahiranku. Tidak ada ke­
kerbau hitam yang bertanduk emas. Para serdadu pembe­ lakuanku yang buruk, tak ada cacad celaku, tetapi na­
rani yang tak takut mati yang akan menarik kerbau ber­ sibku lebih buruk daripada nasib seekor anjing. Karena
tanduk emas itu," ucap Karaeng Andi Patumu. itu, tunjukkanlah padaku jalan ke Lakbakkang."
"Semoga ucapanmu itu diterima dan dikabulkan oleh Setelah terdiam beberapa saat karena terharu akan
Allah Yang Mahakuasa. Aku rasa lebih baik kautinggal nasib Karaeng Andi Patunru, ditunjukkanlah oleh
untuk sementara waktu di Kerajaan Buton ini," kata Raja Karaeng Bongorok jaJan menuju ke Lakbakkang. Di
Buton. tengah perjalanan menuju Lakbakkang bertemulah
Andi Patunru menerima tawaran Raja Buton. Hari Karaeng Andi Patunru dengan Karaeng Lakbakkang.
berganti hari, bulan berganti bulan, sehingga tanpa terasa Berkatalah Karaeng Lakbakkang pada Andi Pantumu,
genaplah tiga tahun Andi Patumu berada di Tanah Buton. "Wahai anakku, Andi Patumu. Cobalah kemari, aku ingin
Lama-kelamaan Raja Gowa, Karaeng Tunisombaya bertanya padamu."
mengetahui juga bahwa Andi Patumu berada di Buton. Ia "Apa gerangan yang ingin ditanyakan?"
mengetahui hal ini dari berita yang disampaikan oleh "Apa sebabnya sehingga kalian berdua sampai di
seorang pedagang yang berasal dari Rompegading. Ketika tempat ini?"
ke Buton untuk berdagang rotan, pedagang itu sering "Aku telah diusir dari Kerajaan Gowa dan dikejar­
melihat Andi Patumu. Andi Patumu pun berpesan pada kejar dari tanah kelahiran. Padahal, aku tidak bersalah
pedagang itu, "Wahai kaupedagang yang berasal dari sedikit pun, tidak berbuat sesuatu yang buruk, tidak ber­
Rompegading! Kalau kaunanti kembali ke Tanah Gowa, buat sesuatu yang melanggar hukum dan adat, kata
jangan sampai Raja Gowa tahu bahwa aku berada di sini. Karaeng Andi Patumu dengan sedih .
Jika Karaeng Tunisombaya tahu bahwa saya berada di "Kalau demikian halnya," kata Karaeng Lakbakkang,
Buton, pasti Kerajaan Buton akan digempumya habis­ "tinggallah kalian berdua di Lakbakkang. Kalau orang­
habisan." orang Gowa masih juga kemari mencarimu, kita akan
"Saya berjanji dan bersumpah tidak akan mengabar­ lawan mati-matian."
kan kepada Karaeng Tunisombaya tentang Karaeng Andi "Jangan kau berkata begitu," kata Karaeng Andi
Patumu yang berada di Tanah Buton," janji pedagang itu Patumu pada Karaeng Lakbakkang. "Hanya aku saja yang
pada Karaeng Andi Patumu. tidak baik bagi Kerajaan Gowa. Aku tidak ingin meli­
"Jagalah mulutmu baik-baik! Karena dengan menjaga batkan orang lain." Namun, Karaeng Lakbakkang tidak

48 29
tega juga melihat keadaan Andi Patunru dua bersaudara.. yang berlaku di Tanah Gowa. Karena itu, amat remuk
Dibujuknya Andi Patunru untuk bermalam di perasaanku. Hanya Raja Butonlah tempatku mengadu dan
Lakbakkang. Andi Patunru pun memenuhi permintaan meminta bantuan. Mudah-mudahan Paduka bisa melepas­
Karaeng Lakbakkang dan bermalam tiga hari tiga malam kan diriku dari nestapa ini dan mengantarkan diriku
di Lakbakkang. Setelah itu mereka berdua meneruskan kembali ke Tanah Gowa," kat a Andi Patumu.
perjalanan. "Hatiku terharu mendengar nasibmu yang dirundung
Dengan hati gundah Andi Patunru berdua dengan' nestapa. Aku juga ingin melepaskan dirimu dari nasib
Patta Belo melangkahkan kaki menerjang semak belukar, malang yang mengelilingimu. Akan tetapi, apa dayaku?
merambah siang dan mal am dan menantang maut yang Apalagi Buton tunduk dan bertuan pada Gowa. Buton
mengintai di mana-mana selama perjalanan. Tiba-tiba saja juga tidak memiliki senjata dan ten tara yang banyak
Andi Patunru teringat akan mimpinya yang mencekam seperti Gowa. Buton pun terlalu miskin untuk me­
dan menakutkan. Ular yang membelitnya dalam mimpi­ nanggung biaya perang."
nya itu ternyata masih saja membelit nasibnya yang Mendengar perkataan Raja Buton itu, sedihlah
malang. Ia belum bisa membebaskan diri dari belitan perasaan Andi Patunru. Air matanya berlinang
nasib buruk yang kini membayanginya. Ia merasa mimpi menggenangi pelupuk matanya. Ia merenung-renung
buruk yang pernah singgah padanya kini telah menjadi dengan perasaan remuk redam. "Dosa apakah yang telah
kenyataan. Kenyataan pahit yang harus disandangnya aku perbuat sehingga Karaeng Botolempangang sampai
dalam perjalanan hidupnya. hati memfitnah diriku?" tanyanya dalam hati. "Aku ter­
Andi Patumu pun tiba-tiba terkenang pada tanah ke­ paksa harus terlunta-Iunta menanggung duka. Jauh dari
lahirannya yang damai dan serba kecukupan. Ia terkenang kampung halaman, jauh dari orang yang mencintaiku dan
pada orang-orang yang penuh sayang kepadanya. Namun, yang aku cintai."
mereka semua kini jauh dan hanya ada dalam bayangan. Raja Buton terharu meriyaksikan keadaan diri Andi
Ia teringat pada bundanya yang memanjakannya sewaktu Patumu. Ia berusaha menghibur. Katanya, "Aku ikut
ia kecil, pada inang pengasuh satu lagi yang selalu merasakan kesedihanmu. Akan tetapi, apa yang akan kita
menghiburnya kala ia menangis. Orang-orang yang perbuat untuk menghadapi Kerajaan Gowa. Berdoa
dikasihinya, yang mempunyai tempat yang dalam di sajalah! Semoga Allah Yang Mahakuasa dan Mahatahu
lubuk hatinya. Akan tetapi, mereka semua kini jauh dan akan membalas yang jahat. Mudah-mudahan di kemudian
tak tersapa. Hati Andi Patunru sungguh merasa tersiksa. hari ada sanak keluargamu yang datang mencari dan
Biarpun hati Andi Patumu tersayat-sayat mengingat menjemputmu."
nasibnya yang malang itu, bulat tekadnya untuk suatu saat "Semoga apa yang paduka ucapkan menjadi ke­
kembali ke tanah Gowa dan membalaskan sakit hatinya. nyataan. Aku ingin sekali berkumpul dengan sanak

30 47
Kerajaan Buton. Makanan dan minuman yang lezat-lezat Iamerasa amat sa.lci t hati pada Karaeng Botolempangang
disajikan kepada Andi Patunru dua bersaudara. Setelah yang telah memfitnah dirinya habis-habisan. Tak ada lagi
Andi Patunru selesai bersantap, bertanyalah Raja Buton kata maaf buat manusia terkutuk itu. Manusia yang hanya
kepadanya, "Wahai anakku, apa gerangan maksud keda­ bisa mencari muka dan tak segan-segan mencelakakan
tanganmu kemari sesungguhnya?" sesamanya. Manusia busuk macam Karaeng Botolempa­
"Aku hanya ingin melihat-lihat keadaan Kerajaan ngang!
Buton. Barangkali semua yang aku alami dan aku lihat di Hati kecil Andi Patunru juga menyesali bapaknya
Kerajaan Buton akan ada manfaatnya setelah aku kembali yang percaya penuh pada mulut Karaeng Botolempa­
ke kampung halamanku," kata Andi Patunru. ngang. Semua kata-kata Karaeng Botolempangan ditelan­
Beberapa waktu berlalu sehingga malam pun tiba nya begitu saja tanpa ditimbang lagi . Dan Karaeng Boto­
tanpa terasa. Menjelang peraduan, Raja Buton meng­ lempangang yang penjilat itu mendapat angin dengan
ungkapkan keinginan dan harapannya pada Andi Patunru. sikap bapaknya itu. Ia pikir bapaknya terlalu bodoh dan
Sesungguhnya Raja Buton ingi mengawinkan salah satl,l serakah. Demi tahta dan kekuasaan, bapaknya tak segan­
dari dua putrinya dengan Andi Patunru. Katanya, segan menghabisi anak kandungnya sendiri.
"Tinggallah kau di sini untuk beberapa lama. Aku ingin Dengan semangat yang tak kunjung padam, akhirnya,
sekali melihat kaukawin dengan salah satu putriku. Put­ Karaeng Andi Patunru sampai di Tanah Sidenreng setelah
riku yang pertama bernama Sitti Bayang ri Jekne, dan melewati Tanete, Tanah Baru, Takkalasi, Lipukassi, dan
putriku yang kedua Sitti Bayang ri Kilak, kau bisa Pare-Pare. Andi Patunru langsung menemui Raja Sinden­
memilih salah satu di antara keduanya, sehingga mudah­ reng. Ketika tahu bahwa tamu yang menemuinya adalah
mudahan ada turunanku dari Raja Gowa. Moga-moga putra Raja Gowa. Raja Sidenreng dengan penuh hormat
pula ada turunanmu yang diperhambakan oleh rakyat memeluk dan mencium Andi Patunru dan Patta Belo.
Buton siang dan malam." Keduanya disambut dan dilayani bagaikan pengantin.
"Aku bersedia menetap di Buton dan memperistri Dara-dara jelita yang berbaju sutera merah mengalungkan
putri Raja Buton. Akan tetapi, yang aku kehendaki seka­ karangan bunga ke leher Karaeng Andi Patunru. Air mata
rang ini adalah Paduka persedia mengantarkan diriku Andi Patunru berlinang terharu disambut begitu hangat
kembali ke Tanah Gowa." dan bersahabat.
"Mengapa hal itu yang kau kehendaki dari diriku?" .Setelah Andi Patunru dan Patta Belo cukup beristira­
tanya Raja Buton tak mengerti. hat, bertanyalah Raja Sidenreng pada Andi Patunru,
"Aku ini meninggalkan Tanah Gowa karena diu sir dan "Wahai anakku, mengapa kau berdua sampai di tempat
dikejar-kejar. Padahal, tak ada kesalahanku sedikit pun. ini, menempuh perjalanan jauh meninggalkan tanah ke­
Tak ada pula pelanggaranku terhadap hukum dan adat lahiranmu?"

46 31
Dengan sedih Andi Patunru menjawab, "Aku telah Patunru. Kaubujuk Andi Patunru datang kemari. Katakan
diusir dari Kerajaan Gowa, dikejar-kejar dari tanah ke­ padanya bahwa laksana zarnrud ia amat aku sukai, lak­
lahiranku. Padahal, sedikit pun aku tak berbuat salah. Tak sana emas ia amat aku sayangi, dan laksana intan ia selalu
ada kelakuanku yang buruk, tak ada tindakanku yang kusimpan dalam hati. Katakan padanya bahwa Raja Bu­
melanggar hukum dan adat. Hanya karena Raja Gowa ton sangat mengharapkan dan menunggu kedatangannya."
terlalu percaya pada perkataan Karaeng Botolempangang, Segeralah utusan Kerajaan Buton balik kembali
pembantu terdekatnya. Segala apa yang diucapkan oleh menuju perahu . yang ditumpangi Andi Patunru untuk
Karaeng Botolempangang dipercayainya begitu saja. menyampaikan amanat Raja Buton: Semen tara itu, Raja
Karaeng Botolempangang telah memfitnahku. Ia me­ Buton memerintahkan semua penghuni istana untuk ber­
ramalkan dan menuduh aku sebagai orang yang akan hias diri. Katanya,"Wahai kalian para penghuni istana
menghancurkan Kerajaan Gowa. Raja Gowa percaya Kerajaan Buton! Berhias dan berpakaianlah dengan rapi
saja akan ramalannya yang ngawur dan tanpa dasar itu." sekarang juga! ~enakanlah pakaian kebesaran kalian,
Berkatalah Raja Sidenreng dengan penuh haru, karena putra makhota Kerajaan Gowa akan datang kemari
"Kalau demikian keadaanmu, tinggallah di Sidenreng. bersama saudaranya. Sambut dan sanjung keduanya de­
Pilihlah gadis yang kausukai di kerajaan ini, lalu kawin­ ngan penuh hormat. Jangan sedikit pun kalian kecewakan
lah kau di kerajaan ini. Mudah-mudahan ada keturunan­ hati keduanya."
mu yang menjadi raja di Sidenreng. Dan, kelak anakmu Beberapa saat kemudian para penghuni istana telah
yang akan kembali ke tanah Gowa untuk menemui kakek­ rapi berhias diri. Yang laki-laki tampak tampan, yang
neneknya. Ibarat intan kau kusenangi dan ibarat emas perempuan tampak cantik molek. Semuanya berbondong­
kau kusimpan dalam hatL Kau sang at berkenan di hatiku.' bondong ke pantai untuk menyambut kedatangan Karaeng
"Tidak usah aku kawin dan bersanding dengan se­ Andi Patunru. Setelah ditunggu beberapa waktu ke­
derajatku," kata Karaeng Andi Patunru datar, "kalau lihatanlah sampan yang ditumpangi Andi Patunru. Sam­
Paduka tidak bersedia membawaku kembali ke Tanah pan Andi Patunru kemudian merapat ke pantai, dan Raja
Gowa." Buton pun segera menyambutnya. Dipeluk dan diciumnya
"B ukan orang semacam aku yang akan memerangi Andi Patunru berkali-kali. Kemudian dituntunnya Andi
Kerajaan Gowa," tukas Raja Sidenreng. "J angankan Patunru menuju istana kerajaan. Dara-dara jelita dengan
memerangi, menyebut akan mengangkat senjata untuk keramahan yang hangat mengiringi Andi Patunru dari
melawan Kerajaan Gowa pun aku tak sanggup dan tak belakang. Sepanjang perjalanan rakyat mengelu-elukan
berani." kedatangan Andi Patunru karena baru kali itu putra
Tujuh hari tujuh malam lamanya Andi Patunru dan mahkota Kerajaan Gowa berkunjung ke Tanah Buton.
Patta Belo bermalam di Sidenreng. Kedua putra raja itu Permadani merah telah menghampar di lantai istana

32 45
Apabila penumpang perahu ini ingin ber dagan gan , Raja pun berpamir diri pada R aj a Side nreng karena akan
buton mengatakan bahwasannya tidak ada yang patut meneruskan perjalanan untuk mencari dan menemukan
diperjualbelikan di Kerajaan Buton. Tidak ada pula gadis kerajaan yang sanggup memerangi Kerajaan Gowa.
yang patut diminati dan dipinang di Tanah Buton . Berucaplah Andi Patunru sebelum berangkat, "Ayam jago
Semuanya buruk rupa, dan Tuan-Tuan tidak akan berke­ dari Mangngasa yang telah disembelih akan kembali
nan memandangnya." bertengger dan berkokok di tempatnya," Itulah ucapan
Berkatalah Karaeng Andi Patunru, "Wahai utusan, yang menunjukkan kebulatan tekad Andi Patunru untuk
katakan pada Raja Buton bahwa perahu ini berasal dari kembali ke tanah kelahirannya.
Bira dan penumpangnya adalah Karaeng Tunisombaya, Raja Sidenreng pun berpesan pada karaeng Andi
Raja Gowa. Kedatangan kami kemari adalah dengan Patunru. Katanya, "Wahai anakku, hati -hatilah dalam
maksud damai. Hati yang bersar C\hat yan g kami bawa ke perjalanan. Jangan kaulengah dan lalai. Ingatlah selalu
Kerajaan Buton, bukan hati yang panas yang ingin tanah kelahiranmu. Moga-moga kaudapat kembali ke
menyulut api peperangan dengan Kerajaan Buton. Wahai kampung halamanmu seperti sediakala. Aku bersedia
utusan, sampaikan salam damai kami pada Raja Buton menemanimu kembali ke tanah Gowa. Namun,aku sangat
yang kami muliakan dan kami sanjung. Wahai utusan, takut mengangkat senjata melawan Gowa. Aku pun segan
jangan lupa menyampaikan pada Raja Buton bahwa di pada Kerajaan Gowa sebab hanya Gowa tempatku
dalam perahu berada putra mahkota Kerajaan Gowa." meminta ban'man dan tempatku mengadu. Apa pun kat a
Gowa, apa pun keinginan Gowa akan aku ikuti. Jadi,
Utusan Kerajaan Gowa dengan penuh hormat jlOgan kaubayangkan aku akan bangkit melawan Gowa.
meninggalkan perahu yang ditumpangi Karaeng Andi $ungguh, aku tak sanggup!"
Patunru. Ia segera menuju istana Kerajaan Buton untuk Setelah raja Sidenreng berkata demikian, berangkatiah
melapor kepada Raja Buton. Karaeng Andi Patunru berdua dengan Patta Belo menuju
• "Siapa penumpang perahu itu?" tanya Raja Buton tak Kerajaan Bone. Beberapa waktu kemudian, tibalah
sabar begitu dilihatnya pengawal istana yang diutusnya keduanya di Kerajaan Bone. Keduanya langsung me­
. tiba. masuki halaman istana Kerajaan Bone dan menemui
"Paduka, perahu berasal dari Bira. Penumpangnya pengawal yang berjaga di muka pintu istana. Pengawal
adalah putra mahkota Kerajaan Gowa, anak Karaeng istana segera menegur keduanya, karena kedua orang itu
Tunisombaya, cucu Somba Barombong." memasuki istana tanpa izin. "Hai anak muda! Dari mana
Begitu mendengar keterangan utusan, berkatalah Raja kauberdua datang sehingga menginjakkan kaki di hala­
Buton, "Kalau begitu, kembalilah kau ke perahu yang 1l1an istana Kerajaan Bone ini, dan apa pula perlumu
ditumpangi putra Raja Gowa. Kautemui Karaeng Andi sehingga kalian berdua datang dari jauh?"

44 33
"Kami berdua berasal dari Kerajaan Gowa," Jawab matahari terbit-setengah berlayar tiga hari tiga malam­
Andi Patunru dengan tenang. "Kami berdua putra Karaeng sampailah ketiga perahu itu di Pelabuhan Buton . Raja
Tunisombaya, raja yang memerintah dan berkuasa di Buton yang telah bang kit dari peraduannya melihat ketiga
Kerajaan Gowa." perahu yang memasuki perairan Buton. Ia segera berkata
Pengawal istana sangat terkejut mendengar jawaban pada pengawal istana kerajaan, "Wahai pengawal, kau
Andi Patunru. Dengan penuh hormat, dipersilakannya lihat muatan apa yang dibawa oleh perahu yang baru saja
Andi Patunru dan Patta Bela menunggu karena ia akan merapat itu. Tanyakan juga, daTi negeri mana mereka
melaporkan kedatangan kedua putra raja Gowa itu kepada berasal dan akan ke negeri mana mereka. Tanyakan pula,
Raja Bone. Raja Bone yang sedang duduk-duduk di mengapa mereka berlabuh di pelabuhan Kerajaan Buton.
singgasananya agak tersentak kaget melihat pengawal Kalau mereka pedagang, katakan pada mereka bahwa di
istana yang tergopoh-gopoh datang menghadap. kerajaan tidak ada yang patut dibeli dan tidak ada pula
"Apa gerangan yang terjadi sehingga kaudatang yang patut dijuaL Kalau mereka datang ke Buton untuk
menghadapku tanpa aku minta?" kata Raja Bone pada menetap, katakan pada mereka bahwa tidak ada tanah
pengawal istana. tersisa di Kerajaan Buton. Seandainya pula mereka datang
"Paduka, ada dua orang di muka istana yang mengaku kemari untuk meminang gadis-gadis Buton, katakan pada
berasal dari Kerajaan Gowa. Keduanya mengaku sebagai mereka tidak ada gadis Buton yang cantik, Semuanya
putra raja Gowa,' kata pengawal istana. buruk rupa!"
"Suruh keduanya kemari untuk menemuiku." Dengan segera pengawal istana menuju ke pantai,
"Baik, Paduka." mengambil sampan dan mengayuhnya ke arah perahu
Pengawal istana segera menemui Andi Patunru dan yang ditumpangi Andi Patunru dan rombongannya. Sete­
Patta Bela yang menunggu di depan istana. Keduanya lah dekat dengan perahu Andi Patunru, bertanyalah Andi
dipersilakan masuk ke dalam istana untuk menemui Raja Patunru pada utusan Raja Buton itu, "Wahai utusan, apa
Bone. Setelah kedua orang itu duduk di hadapannya, maksud kedatanganmu kemari?"
bertanyalah Raja Bone pada Andi Patunru dan Patta Bela, "Ampun Tuanku," kata utusan Raja Buton itu. "Keda­
"Apa maksud kedatanganmu kemari?" tanganku kemari adalah melaksanakan perintah Raja
\1
"Paduka, kedatangan kami berdua kemari adalah guna Buton. Perintah Raja tidak mungkin aku tawar-tawar lagi.
meminta bantuan untuk menumbangkan kerajaan Gowa." Raja Buton memerintahkan padaku untuk menanyakan
"Apa maksudmuberkata begitu?" ten tang asal dan tujuan perahu yang berlabuh di Pela­
"Aku ini tidak bersalah sedikit pun, tetapi aku dikejar­ buhan Buton ini."
kejar dan diusir dari Tanah Gowa, tanah kelahiIanku." "Apa maksudmu?" tanya Gallarrang Bira.

"Siapa pula kau ini sesungguhnya sehingga kau "Raja Buton menyuruh periksa muatan perahu InI.

berkata demikian?"
34 43
saudaraku ," kata Andi P atunru ke pad a Karaeng B ira "Aku ini putra Raja Gowa, Karaeng Tuni sombaya.
sambil menghapus air matanya. Aku ini cucu Somba Barombong. Aku datang kemari
Setelah tiga hari tiga malam Andi Patunru berada di membawa duka yang tak terkira, yang tak lagi dapat aku
Bira dipilihlah tiga perahu yang akan membawa mereka tanggungkan. Karena tak ada salahku, tak ada tindakanku
ke Buton. Andi Patunru satu perahu dengan Karaeng Bira, yang buruk, tak adapelanggaranku terhadap hukum dan
Patta Belo satu perahu dengan Gallarrang Lemo-lemo, adat, aku diusir dari Kerajaan Gowa yang amat aku cintai.
dan satu perahu lagi berisi perbekalan pelayaran dan Itulah sebabnya aku datang kernan, berdua dengan sau­
serdadu-serdadu pengawal. Setelah segalanya siap, layar daraku lain ibu, Patta Belo. Aku ingin menyampaikan
pun dikembangkan . Sang jurumudi pun berucap, "Ber­ semua yang aku alami pada paduka. Aku pun ingin
tiuplah wahai angin Bira. Bertiuplah sambung-menyam­ memohon kemurahan hati Paduka untuk membawaku
bung dengan angin Lemo-lemo sebab aku akan ke timur kembali ke Tanah Gowa."
mengantarkan putra Karaeng Tunisombaya, Raja Gowa. "Hatiku sesungguhnya ingin membawamu kembali ke
Bertiuplah, wahai angin!" Tanah Gowa. Akan tetapi, tanah Bone dan tanah Gowa
Angin pun bertiup mengantar ketiga perahu yang adalah dua bersaudara yang tak terpisahkan. Apabila
ditumpangi putra Raja Gowa, Kareang Andi Patunru be­ Bone sakit, Gowalah yang akan mengobati. Apabila Bone
serta rombongannya. Bendera kerajaan Gowa dan Bira mengalami kekurangan, Gowalah yang akan membantu,
berkibar dengan megahnya. Begitu pula panji-panji ke­ dan apabila Gowa mengalami kekuangan, Bone pulalah
besaran kedua kerajaan. Ketiga perahu berlayar berjajar yang akan membantu. Jadi, sungguh tidak patut dan tidak
menuju ke arah timur, ke arah Buton. pada tempatnya Bone dan Gowa saling berperang, saling
Setelah berlayar siang malam beberapa lama akhimya membinasakan. Itu tidak mungkin. Oleh karena itu,
mulai kelihatan pucuk gunung Pulau Butonoleh rom­ tinggallah kau di Bone. Carilah istri yang sederajat de­
bongan Andi Patunru. "Kelihatan pulau di depan kita," nganmu. Dengan begitu, mudah-mudahan di kemudian
begitu kata Patta Belo. Bangkitlah Gallarrang Bira dan hari ada keturunanmu yang terhorrnat di Bone. Kaupun
berkata, "Betul penglihatanmu itu . . Akan teuipi, ada akan dijadikan anak raja yang berkuasa, sehingga kau
baiknya kita amat-amati dulu dengan cermaL J angan dapat memilih daerah yang ingin kaukuasai. Mudah­
sampai kita menyangka itu gunung Pulau Buton , padahal mudahan pula anakmu nanti yang akan menggantikan
bukan." kedudukan neneknya di Kerajaan Gowa."
Juru mudi dengan cermat mengamati pulau yang "Sungguh baik hati Paduka," kata Karaeng Andi
mulai kelihatan di depan mata. "Aku yakin betul itulah Patunru. "Aku sangat berterima kasih dengan semua
Pulau Buton," katanya. Dan, ketiga perahu itu dengan kebaikan hati Paduka. Aku pun tak menolak untuk kawin
pasti mengarahkan diri ke sana. Akhirnya, pada saat dan beristri di Bone. N amun, hatiku sungguh pedih apa­
bila Paduka tak mau mengantarkanku kembali ke Tanah
42 35
Gowa yang amat aku eintai. Lebih baik aku tin gggal kan besarannya, dan turunlah ia bersama istrinya menjemput
saja Tanah Bone karena dengan berlama-Iama di negeri Karaeng Andi Patumu. Andi Patumu dituntunnya
orang kepedihan hatiku akan semakin terasa." memasuki halaman rumah, kemudian menuju ruang tamu.
"Kau akan ke mana? Daerah mana pula yang akan Di ru ang tamu permadani merah telah terhampar dan
kaulalui? Banyak binatan g buas yang akan menghadang dara-dara jelita telah siap menyambut kedatangan Karaeng
perjalanan nanti. Di hutan akan kaujumpai babi hutan Andi Patunru beserta saudaranya Patta Belo. Andi
yang · garang, ular yang berbisa, kerbau liar yang akan Patumu dua bersaudara disambut dan dilayani seperti
menandukm u, dan harimau yang akan menerkammu. pengantin laki-laki yang berkunjung ke rumah pengantin
Semua binatang itu akan memangsamu tanpa ampun. Di perempuan . Makanan yang lezat-lezat pun dihidangkan
lembah yang akan kaulewati kauju ga akan dimangsa kepada Andi Pantumu dan Patta belo.
binatang buas. Di padang belantara kau pun tak mungkin Oi tengah sambutan yang meriah dan hangat itu,
lolos dari sergapan ular berbisa dan kauakan ma ti pi kiran Andi Patumu semakin kalut. Terbayang nasibnya
terkapar menjadi makanan · burung- burung yang ganas yang malang, yang harus dibawanya ke mana-mana;
pemakan bangkai. " terbayang bundanya yang menyayanginya sepenuh hati;
"Aku tidak mung kin menolak takdir. Kalau ak u terbayang adik-adiknya yang sangat dikasihinya; terba­
memang ditakd irkan mati dalam terkaman binatang buas, yang pula kampung halamannya tempat ia selalu bermain
aku Tela mati dengan eara demikian. Aku pun Tela mati di dan berdendang bersama sanak keluarganya. Kini, semua
padang-pad ang asin g yang jauh dari manu sia kalau jauh, semua hanya kenangan; Tak ada lagi tempat me­
memang aku ditakdirkan berkubur di tempat semaeam itu. ngadu, tak ada lagi tempat bersuka.
Aku yakin dan berserah diri pada Allah yang Mahakuasa. Makanan lezat-lezat yang disajikan kepada Andi
Aku yakin pada yang Mahakuasa yang akan· membawa Patumu seperti percuma saja. Tak tampak nafsu makan
nasibku entah ke mana. Aku akan kembali ke tanah ke­ pada diri Andi Patumu. Bahkan ia menitikkan air ma­
lahiranku, Gowa, setelah aku menemukan kawan yan g tanya. Melihat mata Andi Patumu basah, karaeng Bira
wlIgguh yang akan menumbangkan kesombongan Gowa. " seger a me nghibur, "Wahai anakku, janganJah kau
Setel ah berkat a demikian , Karae ng Andi Patu nr u bersedih hati. Tenangkanlah hatimu dan mohonlah ampun
b ~rmo hon diri pada Raja Bone. Ia pun berucap sebc lum pada Tuhan Yang Mahakuasa. Minta ampun juga kepada
meni ng galkan halaman istana Kerajaan Bone. Ucapny~, kedua orangtuamu sehingga kau dapat kembali ke kam­
" ~y a n J J ~n Lan dari Katangka, ayam jan tan yang tel ah pung halamanmu tanpa mengalami kesulitan."
dib~lO tai di h.ernudian hari keJak akan kembali ke dalam " Bawalah aku te tanah Buton. Mudah-mudahan
bentellg ." It'Jl ah ucapan yan g menunj ukkan keteguhan orang-orang Buton yang bisa membawa aku kembali ke
:r.ac.. K3i.l~ng l ",' i Patunru un tuk kembali ke tanah ke­ ta nah Gowa untuk menemui kedua orangtuaku dan sanak
:,' hi " a!l ll' ~L
~)(, 41
aku tak punya. Namun, aku bisa mengantarkanmu ke Andi P atunru pun berdua dengan Palta Bel o
Karaeng Bira. la memiliki perahu dan bisa mengantar­ melanjutkan perjalanannya. Ke mana kaki mambawa ke
kanmu ke Kerajaan Buton." sanalah mereka berdua me1angkah. Butan yang lebat dan
"Hatiku sangat terharu menyaksikan usaha Paduka gunung yang tinggi tak lagi mereka hiraukan. Rasa penat
mencarikan jalan keluar dari masalah yang tengah me­ akibat perjalanan panjang juga tak lagi mereka per­
nimpaku. Sungguh aku tak tahu bagaimana membalas hitungkan.
budi baik Paduka." "Kita telah lupa makan. Tidur pun hampir tak sempat
Keesokan harinya, pagi-pagi benar berangkatlah Andi lagi," kata Patta Belo.
Patunru ke rumah Karaeng Bira diantar oleh Gallarrang "Jangan pikirkan itu," hibur Andi Patunru pada Patta
Lemo-Iemo. Karaeng Bira yang tengah berangin-angin di Belo. "Kita berjalan saja mengikuti kata hati. Semakin
depan rumahnya terkejut melihat kedatangan Gallarrang jauh kita berjalan akan semakin banyak yang kita lihat
Lemo-Iemo. "Baru kali ini kausudi menginjakkan kaki di dan alami. Mudah-mudahan itu semua ada manfaatnya
halaman rumahku," kata Karaeng Bira pada Gallarrang yang bisa kita petik di kemudian hari."
Lemo-Iemo. "Apa pula maksud kunjunganmu yang tiba­ Andi Patunru berdua dengan Patta Belo terus
tiba dan tak terduga ini?" melangkahkan kaki. Mereka mendaki gunung, menuruni
"Ada hajatku sehingga aku datang kemari menemui lembah, menyeberangi sungai. Suatu saat tibalah mereka
Karaeng," kata Gallarrang Lemo-Iemo. di pinggir sungai yang besar, yang penuh buaya. Mereka
"Apa pula gerangan yang kauhajatkan?" tanya berhenti sejenak menyaksikan buaya-buaya itu.
Karaeng Bira. "Atau barangkali lebih baik kita naik "Pasrahkan saja semua yang akan terjadi pada Allah
ke rumah un tuk membicarakan yang kauhaj atkan Yang Mahakuasa," kata Andi Patunru. "Kalau memang
padaku." belum ajal kita, buaya-buaya itu tidak akan menggangu
Mereka pun naiklah ke rumah Karaeng Bira, dan perjalanan kita. Kita seberangi saja sungai ini."
Gallarrang Lemo-Iemo berbisik ke telinga Karaeng Bira, Menyeberanglah Andi Patunru di sungai yang penyh
"Karaeng, kenakanlah bajumu yang baru, pakailah sarung buaya itu. Patta Belo mengikuti dari belakang. Buaya­
dan songkokmu yang bagus-bagus. Jika mungkin, buaya itu ternyata hanya berdiamdiri ketika keduanya
pakailah songkok kebangsawananmu." menyeberangi sungai. Keduanya memang ditakdirkan
"Mengapa aku harus memakai songkok yang begitu masih jauh dari ajal.
mulia?" tanya Karaeng Bira pada Gallarrang Lemo-Iemo. Setelah menempuh perjalanan yang jauh, disiksa
"Tamu yang aku bawa ini adalah putra mahkota kantuk dan lapar, dua bersaudara itu sampai di wilayah
Kerajaan Gowa." Lemo-Iemo. Andi Patunru menanyakan rumah Gallarrang
Karaeng Bira pun segera mengenakan pakaian ke- Lemo-Iemo pada penduduk yang dijumpainya. Setelah

40 37
berjalan beberapa saat, sampailah Andi Patunru dan Patta
Belo di rumah Gallarrang Lemo-lemo.
Gallarrang Lemo-lemo yang melihat kedatangan Andi
Patunru dan Patta Belo segera menuntun keduanya masuk
ke dalam rumah. Gallarang Lemo-Iemo berusaha mela­
yani tamunya sebaik-baiknya.
"Wahai anak muda, dari manakah asal-usulmu se­
hingga sampai di tempat ini?" tanya Gallarrang Lemo­
lemo pada Andi Patunru.
"Aku ini putra mahkota Kerajaan Gowa," jawab Andi
Patunru.
"Apa maksud kedatanganmu kemari, ke daerah yang
gersang dan miskin ini?"
"Kami berdua hendak menuju Buton."
"Apa maksud kalian akan ke sana, padahal kalian
harus melalui laut yang dalam untuk sampai ke Buton?"
"Aku sedang mencari lawan yang mampu merun­
tuhkan Kerajaan Gowa."
"Bukan kerajaan seperti Buton yang mampu melawan
dan meruntuhkan Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa terlalu
kuat. Mereka memiliki serdadu-serdadu pilihan yang
tangguh. Mereka juga memiliki serdadu-serdadu berani
mati yang membabi buta dalam setiap pertempuran. Tak
ada satu pun kerajaan yang berani melawan Kerajaan
Gowa. Apalagi Keraajaan Buton."
~ "Biarpun Kerajaan Buton tidak mampu melawan
Kerajaan ,Gowa, tetapi aku ingin sekali bertemu dengan
Raja Buton. Karena itu, aku mohon kemurahan hati
Paduka untuk mengantarkan kami berdua ke Kerajaan
Buton."
Andi Patunru dan Palla Bello beristirahat di tepi sungai "Kerajaanku demikian miskin sehingga perahu pun

38 39
berjalan beberapa saat, sampailah Andi Patunru dan Patta
Belo di rumah Gallarrang Lemo-lemo.
Gallarrang Lemo-Iemo yang melihat kedatangan Andi
Patunru dan Patta Belo segera menuntun keduanya masuk
ke dalam rumah. Gallarang Lemo-Iemo berusaha mela­
yani tamunya sebaik-baiknya.
"Wahai anak muda, dari manakah asal-usulmu se­
hingga sampai di tempat ini?" tanya Gallarrang Lemo­
'I
lemo pada Andi Patunru.
"Aku ini putra mahkota Kerajaan Gowa," jawab Andi
Patunru.
"Apa maksud kedatanganmu kemari, ke daerah yang
gersang dan miskin ini?"
"Kami berdua hendak menuju Buton."
"Apa maksud kalian akan ke sana, padahal kalian
harus melalui laut yang dalam untuk sampai ke Buton?"
"Aku sedang mencari lawan yang mampu merun­
tuhkan Kerajaan Gowa."
"Bukan kerajaan seperti Buton yang mampu melawan
dan meruntuhkan Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa terlalu
kuat. Mereka memiliki serdadu-serdadu pilihan yang
tangguh. Mereka juga memiliki serdadu-serdadu berani
mati yang membabi buta dalam setiap pertempuran. Tak
ada satu pun kerajaan yang berani melawan Kerajaan
Gowa. Apalagi Keraajaan Buton."
"Biarpun Kerajaan Buton tidak mampu melawan
Kerajaan ,Gowa, tetapi aku ingin sekali bertemu dengan
Raja Buton. Karena itu, aku mohon kemurahan hati
Paduka untuk mengantarkan kami berdua ke Kerajaan
Buton."
Andi Palunru dan Palla Bello beriSlirahal di lepi sungai "Kerajaanku demikian miskin sehingga perahu pun

38 39
aku tak punya. Namun, aku bisa mengantarkanmu ke Andi Patunru pun berdua dengan PaUa Bela
Karaeng Bira. Ia memiliki perahu dan bisa mengantar­ melanjutkan perjalanannya. Ke mana kaki mambawa ke
kanmu ke Kerajaan Butan." sanalah mereka berdua melangkah. Hutan yang lebat dan
"Hatiku sangat terharu menyaksikan usaha Padtika gunung yang tinggi tak lagi mereka hiraukan. Rasa penat
mencarikan jalan keluar dari masalah yang tengah me­ akibat perjalanan panjang juga tak lagi mereka per­
nimpaku. Sungguh aku tak tahu bagaimana membalas hitungkan.
budi baik Paduka." "Kita telah lupa makan. Tidur pun hampir tak sempat
Keesakan harinya, pagi-pagi benar berangkatlah Andi lagi," kata Patta Bela.
Patunru ke rumah Karaeng Bira diantar aleh Gallarrang "Jangan pikirkan itu," hibur Andi Patunru pada Patta
Lema-lema. Karaeng Bira yang tengah berangin-angin di Bela. "Kita berjalan saja mengikuti kata hati. Semakin
depan rumahnya terkejut melihat kedatangan Gallarrang jauh kita berjalan akan semakin ban yak yang kita lihat
Lema-lema. "Baru kali ini kausudi menginjakkan kaki di dan alami. Mudah-mudahan itu semua ada manfaatnya
halaman rumahku," kata Karaeng Bira pada Gallarrang yang bisa kita petik di kemudian hari."
Lema-lema. "Apa pula maksud kunjunganmu yang tiba­ Andi Patunru berdua dengan Patta Bela terus
tiba dan tak terduga ini?" melangkahkan kaki. Mereka mendaki gunung, menuruni
"Ada hajatku sehingga aku datang kemari menemui lembah, menyeberangi sungai. Suatu saat tibalah mereka
Karaeng," kata Gallarrang Lema-lema. di pinggir sungai yang besar, yang penuh . buaya. Mereka
"Apa pula gerangan yang kauhajatkan?" tanya berhenti sejenak menyaksikan buaya-buaya itu.
Karaeng Bira. "Atau barangkali lebih baik kita naik "Pasrahkan saja semua yang akan terjadi pada Allah
ke rumah untuk membicarakan yang kauhajatkan Yang Mahakuasa," kata Andi Patunru. "Kalau memang
padaku." belum ajal kita, buaya-buaya itu tidak akan menggangu
Mereka pun naiklah ke rumah Karaeng Bira, dan perjalanan kita. Kita seberangi saja sungai ini."
Gallarrang Lema-lema berbisik ke telinga Karaeng Bira, Menyeberanglah Andi Patunru di sungai yang pen.uh
"Karaeng, kenakanlah bajumu yang baru, pakailah sarung buaya itu. Paua Bela mengikuti dari belakang. Buaya­
dan sangkakmu yang bagus-bagus. Jika mungkin, II
buaya itu ternyata hanya berdiamdiri ketika keduanya
pakailah sangkak kebangsawananmu." menyeberangi sungai. Keduanya memang ditakdirkan
"Mengapa aku harus memakai sangkak yang begitu masih jauh dari ajal.
mulia?" tanya Karaeng Bira pada Gallarrang Lema-lema. (I Setelah menempuh perjalanan yang jauh, disiksa
"Tamu yang aku bawa ini adalah putra mahkata kantuk dan lapar, dua bersaudara itu sampai di wilayah
Kerajaan Gawa." Lema-lema. Andi Patunru menanyakan rumah Gallarrang
Karaeng Bira pun segera mengenakan pakaian ke- Lema-lema pada penduduk yang dijumpainya. Setelah

40 37
Gowa yang amat aku cintai. Lebih baik aku tingggalkan besarannya, dan tUTun lah ia bcrsama istrinya rnenjcmpur
saja Tanah Bone karena dengan berlama-Iama di negeri K araeng A ndi Patunru. Andi Patunru dituntunnya
orang kepedihan hatiku akan semaldn terasa." memasuki halaman rumah, kemudian menuju ruang tamu .
"Kau akan ke mana? Daerah mana pula yang akan I' Di ruang tamu permadan i merah telah terhampar dan
dara-dara jelita tel ah siap menyambut kedatangan Karaeng
kaulalui? Banyak binatang buas yang akan menghadan g
perj alanan nanti. Di hUlan akan kaujumpai babi hutan Andi Patunru beserta saudaranya Patta Belo. Andi
yang· garang, ular yang berbisa, kerbau liar yan g akan Pat umu dua bersaudara disambut dan dilayani seperti
menandukmu, dan harimau yang akan menerkammu. pengantin laki -Iaki yan g berkunjung ke rumah pengantin
Semua binatang itu akan memangsamu tanpa ampun. Di perempuan. Makan an yang lezat-Iezat pun dihidan gkan
lembah yang akan kaulewati kaujuga akan dimangsa kepada Andi Pantunru dan Patta belo.
binatang buas. Di padang bel an tara kau pun tak mungkin Di tengah sarnbutan yang meriah dan hangat itu,
1010s dari sergapan ular berbisa dan kauakan mati pikiran Andi Patumu semakin kalut. Terbayang nasibnya
terkapar menjad i makanan burung-burung yang ganas yan g malang, yang harus dibawanya ke mana-mana;
pemakan bangkai. " terbayang bundanya yang menyayanginya sepenuh hati;
"Aku tid ak mun gkin menolak takdir. Kalau aku terbayang adik-adiknya yang sangat dikasihinya; terba­
memang di takd irkan mati dalam terkaman binatang buas, yang pula kampung halamannya temp at ia selalu bermain
aku rela mati dengan cara demikian. Aku pun rela mali di dan berdendang bersama sanak keluarganya. Kini, semua
padang-pada ng asing yang ja uh dari manusia kalau jallh, semua hanya kenangan; Tak ada lagi tempat me­
memang aku ditakdirkan berkubur di tempat semacam itu. ngadu, tak ada lagi tempat bersuka.
Aku yakin dan berserah diri pada Allah yang Mahakuasa. Makanan lezat-lezat yang disajikan kepada Andi
Aku yakin pada yang Mahakuasa yang akan membawa Patunru seperti percuma saja. Tak tampak nafsu makan
nasibku en tah ke mana. Aku akan kembali ke tanah ke­ pada diri Andi Patumu. Bahkan ia menitikkan air ma­
lahiranku, Gowa, setelah aku menemukan kawan yan g tanya. Melihat mata Andi Patunru basah, karaeng Bira
tal\gguh yang akan menumbangkan kesombongan Gowa. " segera me nghibur, "Wahai anakku, janganlah kau
~c t el a h berkata demikian, Karaeng Andi Patunru bersedih hati. Tenangkanlah hatimu dan mohonlah ampun
bamohon diri pada Raja Bone. Ia pun berucap sewl urn pada Tuhan Yang Mahakuasa. Minta ampun juga kepada
mening galkall halaman istana Kerajaan Bone. Ucapnya, kedua orangtuamu sehingga kau dapat kembali ke kam­
"nyam janl an dari Katangka. ayam jantan yang tel ah pun g halaman mu tanpa mengalami kesulitan."
dibuntai di kemudian hari kelak akan kembali ke dalam " Bawalah aku te tanah Buton. Mudah-mudahan
oeme ng." Itulah ucapan yang menunjukkan keteguhan orang -orang Buton yang bisa membawa aku kembali ke
1 ;rau K~F jt: n g !\ il ~' i Patunru untuk kembali ke tanah ke­ tanah Gowa untuk menemui kedua orangtuaku dan sanak
it"
! : hi r:u I :1.
.)(. 41
saudaraku," kata Andi Patunru kepada Karaeng Bira "Aku ini putra Raja Gowa, Karaeng Tunisombaya.
sambi1 menghapus air matanya. Aku ini eueu Somba Barombong. Aku datang kemari
Setelah tiga hari tiga malam Andi Patunru berada di membawa duka yang tak terkira, yang tak lagi dapat aku
Bira dipilihlah tiga perahu yang akan membawa mereka tanggungkan. Karena tak ada salahku, tak ada tindakanku
ke Buton. Andi Patunru satu perahu dengan Karaeng Bira, yang buruk, tak ada pelanggaranku terhadap hukum dan
Patta Belo satu perahu dengan Gallarrang Lemo-lemo, adat, aku diusir dari Kerajaan Gowa yang amat aku eintai.
dan satu perahu lagi berisi perbekalan pelayaran dan Itulah sebabnya aku datang kemari, berdua dengan sau­
serdadu-serdadu pengawal. Setelah segalanya siap, layar daraku lain ibu, Patta Belo. Aku ingin menyampaikan
pun dikembangkan. Sang jurumudi pun berueap, "Ber­ semua yang aku alami pada paduka. Aku pun ingin
tiuplah wahai angin Bira. Bertiuplah sambung-menyam­ memohon kemurahan hati Paduka untuk membawaku
bung dengan angin Lemo-lemo sebab aku akan ke timur kembali ke Tanah Gowa."
mengantarkan putra Karaeng Tunisombaya, Raja Gowa. "Hatiku sesungguhnya ingin membawamu kembali ke
Bertiuplah, wahai angin!" Tanah Gowa. Akan tetapi, tanah Bone dan tanah Gowa
Angin pun bertiup mengantar ketiga perahu yang adalah dua bersaudara yang tak terpisahkan. Apabila
ditumpangi putra Raja Gowa, Kareang Andi Patunru be­ Bone sakit, Gowalah yang akan mengobati. Apabila Bone
serta rombongannya. Bendera kerajaan Gowa dan Bira mengalami kekurangan, Gowalah yang akan membantu,
berkibar dengan megahnya. Begitu pula panji-panji ke­ dan apabila Gowa mengalami kekuangan, Bone pulalah
besaran kedua kerajaan. Ketiga perahu berlayar berjajar yang akan membantu. J adi, sungguh tidak patut dan tidak
menuju ke arah timur, ke arah Buton. pada tempatnya Bone dan Gowa saling berperang, saling
Setelah berlayar siang malam beberapa lama akhirnya membinasakan. Itu tidak mungkin. Oleh karena itu,
mulai kelihatan puc uk gunung Pulau Butonoleh rom­ tinggallah kau di Bone. Carilah istri yang sederajat de­
bongan Andi Patunru. "Kelihatan pulau di depan kita," nganmu. Dengan begitu, mudah-mudahan di kemudian
begitu kata Patta Belo. Bangkitlah Gallarrang Bira dan hari ada keturunanmu yang terhormat di Bone. Kaupun
berkata, "Betul penglihatanmu itu . . Akan tetapi, ada akan dijadikan anak raja yang berkuasa, sehingga kau
baiknya kita amat-amati dulu dengan eermat. Jangan dapat memilih daerah yang ingin kaukuasai. Mudah­
sampai kita menyangka itu gunung Pulau Buton, padahal mudahan pula anakmu nanti yang akan menggantikan
bukan." kedudukan neneknya di Kerajaan Gowa."
Juru mudi dengan eermat mengamati pulau yang "Sungguh baik hati Paduka," kata Karaeng Andi
mulai kelihatan di depan mata. "Aku yakin betul itulah Patunru. "Aku sangat berterima kasih dengan semua
Pulau Buton," katanya. Dan, ketiga perahu itu dengan kebaikan hati Paduka. Aku pun tak menolak untuk kawin
pasti mengarahkan diri ke sana. Akhirnya, pada saat dan beristri di Bone. Namun, hatiku sungguh pedih apa­
bila Paduka tak mau mengantarkanku kembali ke Tanah
42 35
" Kami berdua berasal dari Kerajaa11 Gowa," Jawab matah ari terbi t- setengah be.rlayar tiga hari tiga malam­
Andi Patunru dengan tenang. "Kami berdua putra Karaeng sampailah ketiga perahu itu di Pelabuhan Buton. Raja
Tunisombaya, raja yang memerintah dan berkuasa di Buton yang telah bangkit dari peraduannya melihat ketiga
Kerajaan Gowa." perahu yang memasuki perairan Buton. Ia segera berkata
Pengawal istana sangat terkejut mendengar jawaban pada pengawal istana kerajaan, "Wahai pengawal, kau
Andi Patunru. Dengan penuh hormat, dipersilakannya lihat muatan apa yang dibawa oleh perahu yang baru saja
Andi Patunru dan Patta Belo menunggu karena ia akan merapat itu. Tanyakan juga, daTi negeri mana mereka
melaporkan kedatangan kedua putra raja Gowa itu kepada berasal dan akan ke negeri mana mereka. Tanyakan pula,
Raja Bone. Raja Bone yang sedang duduk-duduk di mengapa mereka berlabuh di pelabuhan Kerajaan Buton.
singgasananya agak tersentak kaget melihat pengawal Kalau mereka pedagang, katakan pada mereka bahwa di
istana yang tergopoh-gopoh datang menghadap. kerajaan tidak ada yang patut dibeli dan tidak ada pula
"Apa gerangan yang terjadi sehingga kaudatang yang patut dijual. Kalau mereka datang ke Buton untuk
menghadapku tanpa aku minta?" kata Raja Bone pada menetap, katakan pada mereka bahwa tidak ada tanah
pengawal istana. tersisa di Kerajaan Buton. Seandainya pula mereka datang
"Paduka, ada dua orang di muka istana yang mengaku kemari untuk meminang gadis-gadis Buton, katakan pada
berasal dari Kerajaan Gowa. Keduanya mengaku sebagai mereka tidak ada gadis Buton yang cantik, Semuanya
putra raja Gowa,' kata pengawal istana. buruk rupal"
"Suruh keduanya kemari untuk menemuiku." Dengan segera pengawal istana menuju ke pantai,
"Baik, Paduka." mengambil sampan dan mengayuhnya ke arah perahu
Pengawal istana segera menemui Andi Patunru dan yang ditumpangi Andi Patunru dan rombongannya. Sete­
Patta Belo yang menunggu di depan istana. Keduanya lah dekat dengan perahu Andi Patunru, bertanyalah Andi
dipersilakan masuk ke dalam istana untuk menemui Raja Patunru pada utusan Raja Buton itu, "Wahai utusan, apa
Bone. Setelah kedua orang itu duduk di hadapannya, maksud kedatanganmu kemari?"
bertanyalah Raja Bone pada Andi Patunru dan Patta Belo, "Ampun Tuanku," kata utusan Raja Buton itu. "Keda­
"Apa maksud kedatanganmu kemari?" tanganku kemari adalah melaksanakan perintah Raja
"Paduka, kedatangan kami berdua kemari adalah guna Buton. Perintah Raja tidak mungkin aku tawar-tawar lagi.
meminta bantuan untuk menumbangkan kerajaan Gowa." Raja Buton memerintahkan padaku untuk menanyakan
"Apa maksudmu 'berkata begitu?" ten tang asal dan tujuan perahu yang berlabuh di Pela­
"AIm ini tidak bersalah sedikit pun, tetapi aku dikejar­ buhan Buton ini."
kejar dan diusir dari Tanah Gowa, tanah kelahiranku." "Apa maksudmu?" tanya Gallarrang Bira.
"Siapa pula kau ini sesungguhnya sehingga kau "Raja Buton menyuruh periksa muatan perahu 101.
berkata demikian?"
34 43
Apabila penumpang perahu ini ingin berdagangan, Raja pun berpamit diri pada Raja Sidenreng karena akan
buton mengatakan bahwasannya tidak ada yang patut meneruskan perjalanan untuk mencari dan menemukan
diperjuaJbelikan di Kerajaan Buton . Tidak ada pula gadis kerajaan yang sanggup memerangi Kerajaan Gowa.
yang patut diminati dan dipinang di Tanah Buton. Berucaplah Andi Patunru sebelum berangkat, "Ayam jago
Semuanya buruk rupa, dan Tuan-Tuan tidak akan berke­ dari Mangngasa yang telah disembelih akan kembali
nan memandangnya." bertengger dan berkokok di tempatnya," Itulah ucapan
Berkatalah Karaeng Andi Patunru, "Wahai utusan, yang menunjukkan kebulatan tekad Andi Patunru untuk
katakan pada Raja Buton bahwa perahu ini berasal dari kembali ke tanah kelahirannya.
Bira dan penumpangnya adalah Karaeng Tunisombaya, Raja Sidenreng pun berpesan pada karaeng Andi
Raja Gowa. Kedatangan kami kemari adalah dengan Patunru . Katanya, "Wahai anakku, hati~hatilah dalam
maksud damai. Hati yang bersap <lhat yang kami bawa ke perjalanan. Jangan kaulengah dan lalai. Ingatlah selalu
Kerajaan Buton, bukan hati yang panas yang ingin tanah kelahiranmu. Moga-moga kaudapat kembali ke
menyulut api peperangan dengan Kerajaan Buton. Wahai kampung halamanmu seperti sediakala. Aku bersedia
utusan, sampaikan salam damai kami pada Raja Buton menemanimu kembali ke tanah Gowa. Namun,aku sangat
yang kami muliakan dan kami sanjung. Wahai utusan, takut mengangkat senjata melawan Gowa. Aku pun segan
jangan lupa menyampaikan pada Raja Buton bahwa di pada Kerajaan Gowa sebab hanya Gowa tempatku
dalam perahu berada putra mahkota Kerajaan Gowa." meminta bantuan dan tempatku mengadu. Apa pun kata
Gowa, apa pun keinginan Gowa akan aku ikuti. Jadi,
Utusan Kerajaan Gowa dengan penuh hormat .i1ngan kaubayangkan aku akan bangkit melawan Gowa.
meninggalkan perahu yang ditumpangi Karaeng Andi Sungguh, aku tak sanggup!"
Patunru. Ia segera menuju istana Kerajaan Buton untuk Setelah raja Sidenreng berkata demikian, berangkatlah
melapor kepada Raja Buton. Karaeng Andi Patunru berdua dengan Patta Belo menuju
• "Siapa penumpang perahu itu?" tanya Raja Buton tak erajaan Bone. Beberapa waktu kemudian, tibalah
sabar begitu dilihatnya pengawal istana yang diutusnya keduanya di Kerajaan Bone. Keduanya langsung me­
. tiba. masuki halaman istana Kerajaan Bone dan menemui
"Paduka, perahu berasal dari Bira. Penumpangnya p,~ngawal yang berjaga di muka pintu istana. Pengawal
adalah putra mahkota Kerajaan Gowa, anak Karaeng istana segera menegur keduanya, karena kedua orang itu
Tunisombaya, cucu Somba Barombong." memasuki istana tanpa izin. "Hai anak muda! Dari mana
Begitu mendengar keterangan utusan, berkatalah Raja kauberdua datang sehingga menginjakkan kaki di hala­
Buton, "Kalau begitu, kembalilah kau ke perahu yang man istana Kerajaan Bone ini, dan apa pula perlumu
ditumpangi putra Raja Gowa. Kautemui Karaeng Andi sehingga kalian berdua datang dari jauh?"

44 33
Deng an sedih Andi Patunru menjawab, "Aku telah P atumu. Kaubujuk A ndi P atunru datang kemari. K atakan
diusir dari Kerajaan Gowa, dikejar-kejar dari tanah ke­ padanya bahwa laksana zamrud ia amat aku sukai, lak­
lahiranku. Padahal , sedikit pun aku tak berbuat salah. Tak sana emas ia amat aku sayangi, dan laksana intan ia selalu
ada kelakuanku yang buruk, tak ada tindakanku yang kusimpan dalam hati. Katakan padanya bahwa Raja Bu­
melanggar hukum dan adat. Hanya karen a Raja Gowa ton sang at mengharapkan dan menunggu kedatangannya."
terlalu percaya pada perkataan Karaeng Botolempangang, Segeralah utusan Kerajaan Buton balik kembali
pembantu terdekatnya. Segala apa yang diucapkan oleh menuju perahu yang ditumpangi Andi Patunru untuk
Karaeng Botolempangang dipercayainya begitu saja. menyampaikan amanat Raja Buton: Sementara itu, Raja
Karaeng Botolempangang telah memfitnahku. Ia 'me­ Buton memerintahkan semua penghuni istana untuk ber­
ramalkan dan menuduh aku sebagai orang yang akan hias diri . Katanya, "Wahai kalian para penghuni istana
menghancurkan Kerajaan Gowa. Raja Gowa percaya Kerajaan Buton! Berhias dan berpakaianlah dengan rapi
saja akan ramalannya yang ngawur dan tanpa dasar itu." sekarang juga! Kenakanlah pakaian kebesaran kalian,
Berkatalah Raja Sidenreng dengan penuh haru, karena putra makhota Kerajaan Gowa akan datang kemari
"Kalau demikian keadaanmu, tinggallah di Sidenreng. bersama saudaranya. Sambut dan sanjung keduanya de­
Pilihlah gadis yang kausukai di kerajaan ini , lalu kawin­ ngan penuh hormat. Jangan sedikit pun kalian kecewakan
lah kau di kerajaan ini. Mudah-mudahan ada keturunan­ hati keduanya."
mu yang menjadi raja di Sidenreng. Dan, kelak anakmu Beberapa saat kemudian para penghuni istana telah
yang akan kembali ke tanah Gowa untuk menemui kakek­ rapi berhias diri. Yang laki-laki tampak tampan, yang
neneknya. Ibarat intan kau kusenangi dan ibarat emas perempuan tampak cantik molek. Semuanya berbondong­
kau kusimpan dalam hati. Kau sangat berkenan di hatiku.' bondong ke pantai untuk menyambut kedatangan Karaeng
"Tidak usah aku kawin dan bersanding dengan se­ Andi Patunru. Setelah ditunggu beberapa waktu ke­
derajatku," kata Karaeng Andi Patunru datar, "kalau lihatanlah sampan yang ditumpangi Andi Patumu. Sam­
Paduka tidak bersedia membawaku kembali ke Tanah pan Andi Patunru kemudian merapat ke pantai, dan Raja
Gowa." Buton pun segera menyambutnya. Dipeluk dan diciumnya
liB ukan orang semacam aku yang akan memerangi Andi Patunru berkali-kali. Kemudian dituntunnya Andi
Kerajaan Gowa," tukas Raja Sidenreng. "Jangankan Patunru menuju istana kerajaan. Dara-dara jelita dengan
memerangi, menyebut akan mengangkat senjata untuk keramahan yang hangat mengiringi Andi Patumu dari
melawan Kerajaan Gowa pun aku tak sanggup dan tak belakang. Sepanjang perjalanan rakyat mengelu-elukan
berani." kedatangan Andi Patunru karena baru kali itu putra
Tujuh hari tujuh malam lamanya Andi Patunru dan mahkota Kerajaan Gowa berkunjung ke Tanah Buton.
Patta Belo bermalam di Sidemeng. Kedua putra raja itu Permadani merah telah menghampar di lantai istana

32 45
Kerajaan Buton. Makanan dan minuman yang lezat-Iezat Ia merasa amat sakit hati pada Karaeng Botolempangang
disajikan kepada Andi Patumu dua bersaudara. Setelah yang telah memfitnah dirinya habis-habisan. Tak ada lagi
Andi Patumu selesai bersantap, bertanyalah Raja Buton kata maaf buat manusia terkutuk itu. Manusia yang hanya
kepadanya, "Wahai anakku, apa gerangan maksud keda­ bisa mencari muka dan tak segan-segan mencelakakan
tanganmu kemari sesungguhnya?" sesamanya. Manusia busuk macam Karaeng Botolempa­
"Aku hanya ingin melihat-lihat keadaan Kerajaan ngang!
Buton. Barangkali semua yang aku al'ami dan aku lihat di Bati kecil Andi Patumu juga menyesali bapaknya
Kerajaan Buton akan ada manfaatnya setelah aku kembali yang percaya penuh pada mulut Karaeng Botolempa­
ke kampung halamanku," kata Andi Patumu. ngang. Semua kata-kata Karaeng Botolempangan ditelan­
Beberapa waktu berlalu sehingga malam pun tiba nya begitu saja tanpa ditimbang lagi. Dan Karaeng Boto­
tanpa terasa. Menjelang peraduan, Raja Buton meng­ lempangang yang penjilat itu mendapat angin dengan
ungkapkan keinginan dan harapannya pada Andi Patumu. sikap bapaknya itu. Ia pikir bapaknya terlalu bodoh dan
Sesungguhnya Raja Buton ingi mengawinkan salah sat\). serakah. Demi tahta dan kekuasaan, bapaknya tak segan­
dari d ua putrinya dengan Andi Patunru. Katanya, segan menghabisi anak kandungnya sendiri.
"Tinggallah kau di sini untuk beberapa lama. Aku ingin Dengan semangat yang tak kunjung padam, akhirnya,
sekali melihat kaukawin dengan salah satu putriku. Put­ Karaeng Andi Patunru sampai di Tanah Sidemeng setelah
riku yang pertama bernama Sitti Bayang ri Jekne, dan melewati Tanete, Tanah Baru, Takkalasi, Lipukassi, dan
putriku yang kedua Sitti Bayang ri Kilak, kau bisa Pare-Pare. Andi Patumu langsung menemui Raja Sinden­
memilih salah satu di antara keduanya, sehingga mudah­ reng. Ketika tahu bahwa tamu yang menemuinya adalah
mudahan ada turunanku dari Raja Gowa. Moga-moga putra Raja Gowa. Raja Sidemeng dengan penuh hormat
pula ada turunanmu yang diperhambakan oleh rakyat memeluk dan mencium Andi Patumu dan Patta Belo.
Buton siang dan malam." Keduanya disambut dan dilayani bagaikan pengantin.
"AIm bersedia menetap di Buton dan memperistri Dara-dara jelita yang berbaju sutera merah mengalungkan
putri Raja Buton. Akan tetapi, yang aku kehendaki seka­ karangan bunga ke leher Karaeng Andi Patunru. Air mata
rang ini adalah Paduka bersedia mengantarkan diriku Andi Patumu berlinang terharu disambut begitu hangat
kembali ke Tanah Gowa." dan bersahabat.
"Mengapa hal itu yang kau kehendaki dari diriku?" .Setelah Andi Patumu dan Patta Belo cukup beristira­
tanya Raja Buton tak mengerti. hat, bertanyalah Raja Sidemeng pada Andi Patumu,
"Aku ini meninggalkan Tanah Gowa karena diusir dan "Wahai anakku, mengapa kau berdua sampai di tempat
dikejar-kejar. Padahal, tak ada kesalahanku sedikit pun. ini, menempuh perjalanan jauh meninggalkan tanah ke­
Tak ada pula pelanggaranku terhadap hukum dan adat lahiranmu?"

46 31
tega juga melihat keadaan Andi Patunru dua bersaudara. yang berlaku di Tanah Gowa. Karena itu, amat remuk
Dibujuknya Andi Patunru untuk bermalam di perasaanku. Hanya Raja Butonlah tempatku mengadu dan
Lakbakkang. Andi Patumu pun memenuhi permintaan meminta bantuan. Mudah-mudahan Paduka bisa melepas­
Karaeng Lakbakkang dan bermalam tiga hari tiga malam kan diriku dari nestapa ini dan mengantarkan diriku
di Lakbakkang. Setelah itu mereka berdua meneruskan kembali ke Tanah Gowa," kata Andi Patunru.
perjalanan. "Hatiku terharu mendengar nasibmu yang dirundung
Dengan hati gundah Andi Patunru berdua dengan' nestapa. Aku juga ingin melepaskan dirimu dari nasib
Patta Belo melangkahkan kaki menerjang semak belukar, malang yang mengelilingimu. Akan tetapi, apa dayaku?
merambah siang dan malam dan menantang maut yang Apalagi Buton tunduk dan bertuan pada Gowa. Buton
mengintai di mana-mana selama perjalanan. Tiba-tiba saja juga tidak memiliki senjata dan ten tara yang banyak
Andi Patunru teringat akan mimpinya yang me ncekam seperti Gowa. Buton pun terlalu miskin untuk me­
dan menakutkan. Ular yang membelitnya dalam mimpi­ nanggung biaya perang."
nya itu ternyata masih saja membelit nasibnya yang Mendengar perkataan Raja Buton itu, sedihlah
malang. 1a bel urn bisa membebaskan diri dari belitan perasaan Andi Patunru. Air matanya berlinang
nasib buruk yang kini membayanginya. 1a merasa mimpi menggenangi pelupuk matanya. 1a merenung-renung
buruk yang pernah singgah padanya kini te lah menjadi dengan perasaan remuk redam. "Dosa apakah yang telah
kenyataan. Kenyataan pahit yang harus disandangnya aku perbuat sehingga Karaeng Botolempangang sampai
dalam perjalanan hidupnya. hati memfitnah diriku?" tanyanya dalam hati. "Aku ter­
Andi Patunru pun tiba-tiba terkenang pada tanah ke­ paksa harus terlunta-Iunta menanggung duka. Jauh dari
lahirannya yang damai dan serba kecukupan. 1a terkenang kampung halaman, jauh dari orang yang mencintaiku dan
pada orang-orang yang penuh sayang kepadanya. Namun, yang aku cintai."
mereka semua kini jauh dan hanya ada dalam bayangan . Raja Buton terharu meriyaksikan keadaan diri Andi
1a teringat pada bundanya yang memanjakannya sewaktu Patunru. 1a berusaha menghibur. Katanya, "Aku ikut
ia kecil, pada inang pengasuh satu lagi yang selalu merasakan kesedihanmu. Akan tetapi, apa yang akan kita
menghiburnya kala ia menangis. Orang-orang yang perbuat untuk menghadapi Kerajaan Gowa. Berdoa
dikasihinya, yang mempunyai tempat yang dalam di sajalah! Semoga Allah Yang Mahakuasa dan Mahatahu
lubuk hatinya. Akan tetapi, mereka semua kini jauh dan akan membalas yang jahat. Mudah-mudahan di kemudian
tak tersapa. Hati Andi Patumu sungguh merasa tersiksa. hari ada sanak keluargamu yang datang mencari dan
Biarpun hati Andi Patumu tersayat-sayat mengingat menjemputmu."
nasibnya yang malang itu, bulat tekadnya untuk suatu saat "Semoga apa yang paduka ucapkan menjadi ke­
kembali ke tanah Gowa dan membalaskan sakit hatinya. nyataan. Aku ingin sekali berkumpul dengan sanak

30 47
keluargaku. Apabila di suatu saat nanti yang aku inginkan "Aku tidak bersedia menerima hadiah kalau hanya
menjadi kenyataan, aku akan bernazar dengan berpesta di berupa kerbau, kuda, bahkan emas sekalipun. Aku ini,
benteng kerajaan. Akupun akan mengelilingi benteng tanpa salah sedikit pun diusir dari Kerajaan Gowa,
kerajaan tujuh kali berturut-turut dengan menunggang dikejar-kejar dari tanah kelahiranku. Tidak ada ke­
kerbau hitam yang bertanduk emas. Para serdadu pembe­ lakuanku yang buruk, tak ada cacad celaku, tetapi na­
rani yang tak takut mati yang akan menarik kerbau ber­ sibku lebih buruk daripada nasib seekor anjing. Karena
tanduk emas itu," ucap Karaeng Andi Patunru. "itu, tunjukkanlah padaku jalan ke Lakbakkang."
"Semoga ucapanmu itu diterima dan dikabulkan oleh Setelah terdiam beberapa saat karen a terharu akan
Allah Yang Mahakuasa. Aku rasa lebih baik kautinggal nasib Karaeng Andi Patunru, ditunjukkanlah oleh
untuk semen tara waktu di Kerajaan Buton ini," kata Raja Karaeng Bongorok jalan menuju ke Lakbakkang. Di
Buton. tengah perjalanan menuju Lakbakkang bertemulah
Andi Patunru menerima tawaran Raja Buton. Hari Karaeng Andi Patunru dengan Karaeng Lakbakkang.
berganti hari, bulan berganti bulan, sehingga tanpa terasa Berkatalah Karaeng Lakbakkang pada Andi Pantunru,
genaplah tiga tahun Andi Patunru berada di Tanah Buton. "Wahai anakku, Andi Patunru. Cobalah kemari, aku in gin
Lama-kelamaan Raja Gowa, Karaeng Tunisombaya bertanya padamu."
mengetahui juga bahwa Andi Patunru berada di Buton. Ia "Apa gerangan yang ingin ditanyakan?"
mengetahui hal ini dari berita yang disampaikan oleh "Apa sebabnya sehingga kalian berdua sampai di
seorang pedagang yang berasal dari Rompegading. Ketika tempat iniT
ke Buton untuk berdagang rotan, pedagang itu sering "Aku telah diusir dari Kerajaan Gowa dan dikejar­
melihat Andi Patunru. Andi Patunru pun berpesan pada kejar dari tanah kelahiran. Padahal, aku tidak bersalah
pedagang itu, "Wahai kaupedagang yang berasal dari sedikit pun, tidak berbuat sesuatu yang buruk, tidak ber­
Rompegading! Kalau kaunanti kembali ke Tanah Gowa, buat sesuatu yang melanggar hukum dan adat, kilta
jangan sampai Raja Gowa tahu bahwa aku berada di sini. Karaeng Andi Patunru dengan sedih.
Jika Karaeng Tunisombaya tahu bahwa saya berada di "Kalau demikian halnya," kata Karaeng Lakbakkang,
Buton, pasti Kerajaan Buton akan digempumya habis­ "tinggallah kalian berdua di Lakbakkang. Kalau orang­
habisan." orang Gowa masih juga kemari mencarimu, kita akan
"Saya berjanji dan bersumpah tidak akan mengabar­ lawan mati-matian."
kan kepada Karaeng Tunisombaya ten tang Karaeng Andi "Jangan kau berkata begitu," kata Karaeng Andi
Patunru yang berada di Tanah Buton," janji pedagang itu Patunru pada Karaeng Lakbakkang. "Hanya aku saja yang
pada Karaeng Andi Patunru. tidak baik bagi Kerajaan Gowa. Aku . tidak ingin meli­
"Jagalah mulutmu baik-baik! Karena dengan menjaga batkan orang lain." Namun, Karaeng Lakbakkang tidak

48 29
mulutmu, kau akan melindungi dan menyelamatkan
diriku," kata Andi Paturnru kepada pedagang itu.
"Baik, Paduka."
Namun, di kemudian hari ternyat mulut pedagang itu
tak sanggup memegang janji . Ia melaporkan Andi Patumu
yang berada di Buton kepada Karaeng Tunisombaya.
"Benar apa yang kaukatakan bahwa Andi Patumu
berada di Buton?" tanya Raja Gowa ketika menerima
laporan pedagang dari Rompegading itu.
"Benar, Paduka. Benar sungguh apa yang aku katakan
pada Paduka. Aku berbicara langsung dengan Karaeng
Andi Patunru ketika aku berada di Buton."
"Baiklah, aku percaya. Akan tetapi, kalau aku ke
Buton dan ternyata aku tidak menemukan Andi Patumu di
sana, lehermu akan aku tebas sehingga terpisah dari tu­
buhmu," ancam Karaeng Tunisombaya pada pedagang itu.
"Aku rela dibunuh kalau laporanku tidak benar. Aku
relakan tubuhku dicincang sehingga tercerai-berai seperti
pasir di pantai. Paduka, aku benar-benar melihat Karaeng
Andi Patunru. Mukaku bertatap dengan mukanya, mataku
dengan matanya, dan mulutku dengan mulutnya."
"Kau lihat juga Patta Belo kakak Andi Patunru?"
"Aku lihat juga, Paduka."
Seusai mendengar laporan dari pedagang yang berasal
dari Rompegading itu, Raja Gowa segera mengadakan
rapat di antara para panglima perang. Rapat menyepakati
untuk menyerbu Kerajaan Buton. Raja Gowa pun ber­
pesan, "Berangkatlah ke Tanah Buton untuk membu­
mihanguskan Buton jika Karaeng Adi Patumu berada di
Andi Patunru dan Patta Bello bertempur melawan sana. Akan tetapi, jangan kalian bunuh Andi Patumu.
prajurit Kerajaan Gowa Kalian tawan saja Raja Buton bersama istrinya dan kalian

28 49
Tak pernah terbayang pada Andi Patumu untuk mela­
wan bapaknya sendiri. Namun, situasi telah memaksanya
sedemikian rupa. Mau tak mau ia harus mengangkat
senjata guna mempertahankan diri. Ia tak mau dirinya
menjadi tumbal yang sia-sia. Toh bapaknya, Raja Gowa,
Karaeng Tunisombaya, lebih percaya pad a mulut Karaeng
Botolempangang daripada dirinya. Tak ada gunanya lagi
membela diri dari tuduhan dan ramalan Karaeng Boto­
lempangang. Satu-satunya jalan yang masih mungkin
adalah membela diri dengan mengangkat senjata.
Matahari telah bergerak ke arah barat dan senja telah
membayang, tetapi peperangan tak juga kunjung reda.
Pedang dan tombak yang haus darah berkelebat mencari
mangsa. Tanah di sekitar istana tak ada lagi yang kosong.
Mayat-mayat bergelimpangan memenuhi tempat.
Akhirnya, karena serdadu Kerajaan Gowa jauh lebih
besar dan jauh lebih kuat, Andi Patumu dan pembela­
pembelanya terpaksa bergerak mundur dari arena pertem­
puran. Serdadu-serdadu Kerajaan Gowa pun kembali ke
negerinya. Berdua dengan saudaranya, Patta Belo,
Karaeng Andi Patumu menyebrangi Takbua, Sungai
Kalibone, dan memotong jalan di Sungai Sangkarak.
Akhirnya, mereka berdua sampaidi rumah Karaeng
Bongorok. Karaeng Bongrok terkejut menerima ked a­
tangan mereka yang tiba-tiba. Dipeluknya tubuh Karaeng
Andi Patumu sambil berlinang air mata dan katanya,
"Wahaianakku, Andi Patumu. Apa gerangan yang terjadi
sehingga kaudatang kemari? Sejak kau dilahirkan baru
kali ini kaumenginjakkan kaki di kerajaanku. Andi
Patumu, apa yang patut kuhadiahkan untukrnu sebagai
Seorang pedagang rotan sedang menghadap Raja Gowa tanda bahagiaku menerima kedatanganmu?"

50 27
-lrurgi& ~U:f.ll jJmif( ~S1ikli.tan-ru;n:OO-g,ge[lla rf.di~ lm~H1a-'tMl1JJ~ .. -ilampaS bh~i k.Bk);ly.mrili.yaujim t:rlrern:ah gl r~ di dpat'unru
,B1ij~J.tOrqb~Wrp.edaBg~a1il9.gu1Jlelll a,gIDter~e.I-ll~alf~e~. r~ada d4J tBot0rib Aruutmaj>i. £krdlalll1 ni.(mj irrRinln rwl tildaY:
g;IQ~iftg1 ~de QJgI~n u.sialUg.at flm:ra$rny;a-.tf) ~ I1¥.m~aJ ~\(til@m ­ rb.etad afldD~na, tiaRgajf.}rrmlial1l)(.m~l·(lllrul4an i lsemWu. r~
~il~~n i1 ~~~ OJOtmillo.hknnr.lt~af' i VlPMlsqseiPda'Ci d g~fii~ rmBm~illbi nd1Vbaj ~iBtqtorl.'hi){gnum )/cbit ntDI .g nn ~JI
nmli.J$lempsrailgAtirqIkTelri-g3 ag1iJiil rpuS:}n-g.QID~(lg{fl1>ipi:fflu{~ Selang.LMba~bm -'~lIOO.RT"£taarlvr$eniafu1 h1¢lliirut
rrulf:£rnrmtrctka)/srulillg bgdom~evenghwlDisif llfl11awl(lsUMftl}­ q;erl.e'ng,klapaw*ell~yW;m apl~1ianglb~d& -grmw.iIt$'Uton .
. ~6n:tWtHTP~XSm-g.ctUlil1 F~lltlllukt ~~'Iilig -~'b"ifAIi~{{fP~~~i Empat puluh dua perahu te1rar]q)5 cli~ udanlmiaBintr
$'t Qa~aMjhbnyrulh~ nmtatap;glmi ,jaqb:{ ~wM IfiMfmSfa musing rpt'1fahuraldl.lll :vdenlga:m:gilt ut "S~ a ru SJ h-mac{Ju lilin oran g
i~dll~i ~m ybl di Ltlmr~daFlf1 1rtg~ iim IN ~ tb~a e;wal~iliI il«Il11gkh!p iten-gan C1pdTs6riJatattil lunkati ~,£ ~~
s~~~- Pl~Zd]arrtid ffldd:et>jjh rtmggi~;ll9oog anya d1:liilI'adtl1 Hyt:ro;la IDmltS:akI,r/t¢ioR,-lmmJia(n -.~ml~::A nunb n£)(oggno nEgn~b
£fl f:)jjI~ dtlIiaJIiJ limi:s.gncif iGn!;)gn-Jrrt t!.l,2.n j rh;-. HiU;.(-lGU)j ulr Jiii i;PRd1l31uriflytln'Wtlif~Nfttul.m1l iber~loatfa1h l~e.ra~®J ~a
C1£b Ma;~mt1it¢1l(fu.rfooDgelli'NiParrg a1fl1 rdl'a1nr; birtrYinpulQturfiif}ttI.t , ruyrue rt}~Rilt5~ulitdiu auMi;~~ r.Gi lI'IfI~U peg a hq~rl> A:a}Gif~
--tflagit${ll!OOqrpuoaJll ~~!'F6-m a.((Omf1w~~"~>ittt.fllt~a ~ i1yang ub>enkt~mh1ang 'I'd~ngaq £\{l1e~i1m.yab -~tahtl1­
gmfmtJ~ dWdll&h:tdrbWtiJ;ti!}l d&anliafnis/\:!wam 9angttd~nr pe~trw )S e'burt~rug nirq ~ l'J1.-ejajtflirrlerlt1jlull!1urOtlq fRa.tJ~ii~:a
rt~tGi(it\'l ~~ntl7emanT C@fj}~mlm1'mt:Julkal'1 rrn~at!JiltmlIJ(j{R penuh sesak dengan manusia yang ingin meny'aKt~:k.t8l
tetaplt6V)1ta:1}gff.lWi.Jl"g) ~an.g)/-b_eliJD·~TI~I1lf~rltehtblrm)of,'i[aSa.2 lFa­ win.!lTliti Iil g 2lilf1 lperah u tfutOJ ;Peh~ mp Qtall IcrlranJia ndk .J a q~0 'ya ng
p~~ rt~trD sg~~l1jiJJt; gl~n®n; §~ . lIlal~c«t~~ ~§1'nen­ dttffiilw~alkiaQ mtuag'Ulfa}D I.aJil1fl11l1~,£,a~ kaFefl a> wMibl ~2-U b dTr~2
~l~ ~}t~~b bM~§!IlJ~ll?~.w.~ b~lll!)W!hal il\~~bSfi: tffi~IW.\l Setelah berlayar tiga hari tiga mal am dengan Larjitn
ff~~~~al<£ [~llilgIDo. ~~ja:ft~jarcthm~rs(lliij~fJl~bH~ s~paila!1np'~1tahU'r3J1tT~hlu i1Q~rAj~ag n Cil:.ow<aHtf1 p~giran
tak lagi terelakkan. Bunyi kaki yarig A)~Jbri~ IfI It~raSjt BMt6P1. nR~;aJ ']Ru l::g)tilt:~g:f1nm.~m~ !Jt~trlJHperihUT~tg
JilII#oggj:lJt!tlwni ~.I.}flsln nU1 MU;ll.f 11·JiA.-,.... urL/j;UG bag§lak- litul ti-era:cfta'TtiillRerairam;B'oronqstgtiif vbrnadt ~~
rlSJ ~ lI1lDthmgan l ~t t'@l1 rB~~; 1 ~arIta~ I1!gJ lA.ndi P'fcl{onfiI I({alDaengr:tmdi B-a!urirUll t lPi 1aut (14eiJ0«t-an ~tablih a1flpat
IihaWm lili.cqibh; 'xPm&~fiiV:tne m1g;liiItdar{ [dari os3Jb>etan f6enja'.tfa puluh dua perahu. Menurut pen£ta:p~u>ltu':~ ~'€tttUi.a~~
fuwldngcBudmllhri gmooftroitornb.aRs¥lID;gI Dn~h gJimcaF tub~ l1!l.alia , ri~?JinolinuT gn:JL1L~i ,t;wol) £lI,5[ rl£Jnfl.Jq inI"
~ 1.sartJ.lai I~lJllIlengeElai !;) tfJ twhno'alJ tlsaW1U1 rsemahl nnrbmri gn~ t'-M'dnmai t'{ p6 rl gtih:a~mcti~ I :p'e ru:l1u .fj)ailallfU ,fi t'tlo& r4s at
~. £ffilel'tgRIt ~ h J; qug~D mm_em mw l b'6I1[!YaR'a gmeon;, d~LKtinlajaanu ffio:wa;:u:9as til Il'll%ndH{,rma()an]; I-»e:mafi lihwk
iabgdcaflG"EWl] aninym-dceu tiJ hm b'I~raellgi tA'hdblP&ltynrumiah nn!n~arii Idiilikbl-/RukQUmingemdkng ube~t4 UI1ll 'lltann3ngttml
Patta Bel o. Akaru rtD1!apJ, j tienl'gaw llJalld ootPtah 1.~~rrt{Fl-gnIfur.a-ttmg pnll4arrur.Ark~t .cdan ) @ munlkanrahJ}/p~:nnig q M~'t~'W:l; dwat)rr$
Ami irlRktu m!IJlil m'tmil bahszs~rang a:gdn wam nfierpo a edhlgan di@<d:apil.tfu.ngal[ (ptfral1glJ"Kijtijn.a~kUllteln11 ja~-dim-hK~i
Ha1gnRW ~ nita{ brlrmdth3l rmIl~J!>~tta4akabsnyam.alnfi)'an ,rls~ jaa~ wa\ dftr.!p>t l1il"etr€5klanma(gi1:vtj Hga J ·riten~aiTHG~lh kwh
p'nt salMI rrmtsqhi1tMki a'P(\YI~ebas" pedanign:,ffJ rim&Cl ns;.! Kmhrmg Arn'd>i i Fa1tldmra7. ur. ~ U1 nuJr,1 ibn A fJ nnm i b .rl E rnB;.I

~ ~
"Lebih baik kau disembunyikan. Kau akan dimasuk­ antara kedua pahanya seakan-akan raga yang telah diman­
kan ke dalam sumur tua, kemudian ditimbuni dengan trai. Karaeng Andi Patunru segera menangkap raga itu,
tanah, dan di atasnya akan diletakkan onggokan daun menyepaknya kuat-kuat, dan raga itu pun melambung
kering. Kita tidak mungkin berperang sebab kita akan tinggi. Andi Patunru segera meloncat tinggi-tinggi rneng­
hancur leblir melawan serdadu-serdadu Gowa." ikuti raga yang melambung. Beberapa kali ia melakukan
"Apa yang Paduka anggap baik akan aku turuti," kata gerakan demikian menyepak raga kuat-kuat kemudian
Andi Patunru dengan sedih. melompat tinggi-tinggi mengikuti raga yang melambung.
Andi Patunru segera masuk ke dalam sumur tua, Ketika ia menyepak raga untuk terakhir kalinya, raga
kemudian sumur itu ditimbun dan di atasnya ditutup yang disepak Andi Patunru jatuh di depan istana. Andi
dengan onggokan daun kering. Serdadu-serdadu Gowa Patunru segera menangkap dan kern bali menyepak raga
telah menginjakkan kaki di Tanah Buton dan secepat kilat itu kuat-kuat sehingga mengenai tiang dan daun jendela
mereka mengepung istana Kerajaan Buton. Penjaga istana istana. Daun jendela istana menjadi pecah berantakan, dan
terkejut dan bertanya pada para serdadu itu, "Dari mana salah satu pecahannya mengenai Raja Gowa, Karaeng Tu­
kalian dan apa maksud kalian mengepung istana Kerajaan nisombaya. Dalam keadaan demikian berkatalah Karaeng
Buton?" . Botolempangang pada Karaeng Tunisombaya, "Dialah
"Cepat beritahu rajamu! Katakan padanya bahwa musuh yang akan menghancurkan Kerajaan Gowa!"
serdadu-serdadu Gowa telah mendarat," kata para serdadu Tanpa berpikir panjang lagi Karaeng Tunisombaya
itu. langsung memerintahkan padapara serdadu yang berjaga­
Raja Buton yang dilapori penjaga istananya segera jaga di sekitar istana, "Tangkap dan bunuh dial 'Jangan
menemui salah satu panglima perang Kerajaan Gowa biarkan dia lolos!"
yang berada di depan istana. "Apa maksud kedatangan Suasana sekitar istana pun mendadak menjadi ricuh.
Tuan kemari lengkap dengan bala tentara dan Banyak serdadu yang langsung melaksanakan perintah
persenjataan?" tanyanya. Karaeng Tunisombaya. Akan tetapi, banyak pula serdadu
"lni perintah Raja Gowa, Karaeng Tunisorpbaya. Kata yang membela dan berusaha melindungi Karaeng Andi
Raja Gowa, Raja Buton telah menyembunyikan Karaeng Patunru. Para serdadu yang berusaha menyelamatkan
Andi Patunru dan Patta Belo. Karena itu, Raja Gowa Karaeng Andi Patunru beranggapan bahwa tak ada dosa
memerintahkan kami untuk menjemput Andi Patunru dan Karaeng Andi Patunru. Karena itu, mereka merasa tidak
membawanya pulang ke Kerajaan Gowa. la akan dino­ pada tempatnya membunuh Andi Patunru.
batkan sebagai raja menggantikan ayahnya, tetapi ia gila Arena permaian raga yang semula meriah telah ber­
dan melarikan diri tak tentu rimbanya. Sebab itu, tunjuk­ ubah menjadi medan pertumpahan darah yang mengeri­
kanlah di mana Andi Patunru kausembunyikan. Jika kau kan. Darah menetes dan mengalir di setiap tempat. Jerit

52 25
tidak bersedia menunjukkan, kami akan membumih a­
nguskan Kerajaan Buton, dan raja Buton beserta istrinya
akan kami tawan," kata panglima perang Kerajaan Gowa.
Setelah terdiam sejenak berkatalah Raja Buton,
"Kami tidak akan mengaku karena kami memang tidak
menyembunyikan Karaeng Andi Patunru. Biarpun kalian
tidak mengancam, kami akan memberitahukan tempat
persembunyian Andi Patunru jika memang ia berada di
Tanah Buton. Bagiku, persahabatan Kerajaan Buton de­
ngan Kerajaan Gowa adalah segalanya, dan aku tidak
ingin menodai persahabatan yang telah terjalin sekian
lama dengan menyembunyikan Karaeng Andi ·Patunru."
Akan tetapi, panglima perang Kerajaan Gowa belum
sepenuhnya percaya akan perkataan Raja Buton. Ia segera
memerintahkan para serdadunya, "Lebih baik kita cari
jejak Andi Patunru. Kita lacak jejaknya di tanah Buton
ini."
Para serdadu Gowa langsung menyebar ke semua
pelosok Buton begitu mendengar perintah panglima pe­
ran.gnya. Mereka melacak dengan cermat setiap tempat
yang dicurigai sebagai persembunyian Andi Patunru. Para
serdadu Gowa bergerak siang malam tanpa mengenal
lelah. Hutan rimba, gunung tinggi, gua yang terselip di
kaki gunung, mereka jelajah dan mereka daki. Namun,
para serdadu Gowa tak kunjung menemukan Karaeng
Andi Patunru. Andi Patunru seperti hilang ditelan bumi.
Seminggu berlalu dan para serdadu Gowa gagal
menemukan Karaeng Andi Patunru. Pencarian Andi
Patunru pun dihentikan. "Qmong kosong saja laporan
pedagang Rampegading pada Karaeng Tunisombaya,"
Karaeng Andi Patunru berjalan berdampingan dengan Palla Belo kata salah satu panglima perang Gowa dengan gusar.

24 53
Darah Raja Gowa, Karaeng Tunisombaya naik ke ubun­
ubun menyaksikan anaknya tidur pulas, semen tara di
depan istana penuh sesak dengan manusia dari berbagai
penjuru. Pemuda-pemuda sebaya Karaeng Andi Patuntu
juga telah hadir semuanya tanpa kecuali. Dengan nada
marah Karaeng Tunisombaya membangunkan Karaeng
Andi Patunru, "Hai anakku, bangunlah! Sadar dan
bangkitlah dari tidurmu! Semua raja kedl dan semua
pemuka adat telah hadir di arena permainan raga. Hanya
kau saja yang belum tampak."
Setelah dibangunkan berulang-ulang akhirnya
Karaeng Andi Patunru bangkit juga dari tidurnya. Dira­
pikannya rambutnya yang panjang terurai. Habis itu di­
pakainya pula perhiasan yang merupakan pusaka dari
neneknya. Kopiahnya memiliki hiasan emas yang melilit
di pinggir kopiah, · yang hanya mungkin dipunyai oleh
seorang anak raja.
Selesai berdandan berdirilah Karaeng Andi Patunru.
Ia berjalan didampingi saudaranya seayah, tetapi berlainan
ibu, yaitu Patta Belo. Ibu Patta Belo merupakan orang
kebanyakan. Berdua dengan Patta Belo, Karaeng Andi
Patunru diapit oleh empat orang yang berpakaian serba
putih, dua orang d i sisi kanan, dua orang di sisi kiri.
Delapan orang abdi dalam berjalan mengiringi dari be­
lakang. Sesampai di tangga istana, duduklah Karaeng
Andi Patunru berdua dengan Patta Belo dikelilingi oleh
para pengawal dan hamba sahaya.
~
Sementara itu permainan raga terus berlangsung de­
ngan seru. Raga disepak kuat-kuat dan melambung tinggi.
Raja BUlOn sedang menanyakan seorang pang/ima perang dari Salah satu raga yang melambung tinggi itu jatuh tepat di
Kerajaan Gowa depan Karaen g Andi Patunru, lalu menyusup masuk di

54 23
bertandin g di arena permainan raga. Hanya kau saja "Bagaimana mungkin aku berbohong, Karaeng," kata
yang tak tampak. Anakku, bangunlah kau! Sadar dan pedagang Rarnpegading itu, "sed,mg aku yang diajaknya
bangkitlah kau dari tempatmu tidur!" Akan tetapi, bercak:ap-cakap ketika berada di t.anah B uton ini."
Karaeng Andi Patunru tak kunjung bangun. Tidurnya "Omong kosong saja perkataanmu. Kaukatakan Andi
makin pulas saja. Akhimya, setelah tidak berhasil mem­ Patunru berada di sini, padahal sarna sekali tidak kami
bangunkan Karaeng Andi Patunru, I Bajira Bajik Areng temukan."
kembali menuju singgasana mendampingi Karaeng Kemudian berkata pula Raja Buton, "Buton akan
Tunisombaya. diruntuhi gunung kalau Ka.raeng Andi Patunru berada di
Sementara itu, Karaeng Andi Patunru terbenam dalam tanah Buton."
mimpi yang menakutkan. Seekor ular besar tiba-tiba saja l'Raja B uton, lebih baik kau bersumpah bahwa
menyergapnya dari belakang dan melilit tubuhnya. Ia Karaeng Andi Patunru benar-benar· tidak berada di Tanah
tidak kuasa melepaskan diri. leritan minta tolong yang Buton ini," kata panglima Gowa minta diyakinkan.
keluar dari mulutnya sia-sia saja. Seorangdiri ia berusaha "Aku bersumpah, aku akan terkena penyakit yang
melepaskan diri dari lilitan ular itu. Namun, ular itu tidak tersembuhkan apabila Karaeng Andi Patunru berada
makin kuat membelit tubuhnya. di tanah Buton."
Di arena permainan raga pertandingan makin seru. "Apa lagi yang akan menimpamu bila ternyata kau
Sorak-sorai penonton membahana memecah langit. menyembunyikan Karaeng Andi Patunru?"
Gemuruh suara menderu-deru di sekitar arena. Kegeli­ "Kerajaan Buton akan runtuh dan Raja Buton na­
sahan Karaeng Tunisombaya semakin memuncak. sibnya tidak akan lebih baik dari seorang pengemis~"
Karaeng Botolempangang tak kunjung memberi isyarat Setelah Raja Buton menyataka:n sumpahnya, para
siapa musuh yang akan menghancurkan Kerajaan Gowa. serdadu Gowa kembali ke kerajaannya. Beberapa hari
Maka dengan nada tak sabar ia bertanya pada Karaeng kemudian dbalah mereka di Tanah GCiWa. Raja Gowa talc
Botolempangang, "Karaeng, mana musuh yang akan sabar lagi menunggu laporan panglima perangnya.
menghancurkan kerajaan ini?" Apakah ia telah hadir di "Hai Karaeng, apakah kalian temukan Andi Patunru
arena ini?" di tanah Buton?" tanya Raja Gowa.
"Belum, Paduka," jawab Karaeng Botolempangang. "Kami sarna sekali tidak menemukan Karaeng Andi
"Paduka, mana putra Paduka, Karaeng Andi Patunru? Patunru di Tanah Buton. Karni hanya menemukan orang
Agaknya ia belum tampak di arena permainan ini." yang mabuk laut selama perjalanan."
Dengan terburu-buru, Karaeng Tunisombaya, menuju Raja Gowa hanya bisa berdiam diri dengan hati
ke tempat peraduan anaknya. Didapatinya Karaeng Andi masgul mendegar laporan panglima perangnya. Semen­
Patunru sedang menggeletak tidur dengan pulasnya. tara itu, Karaeng Andi Patunru keluar dari tempat persem­

22 55
bunyiannya begitu serdadu-serdadu Gowa meninggalkan
tanah Buton. Ia tinggal beberapa saat di Buton kemudian
berpamit pada Raja Buton untuk melanjutkan perjalanan­
nya.
Andi Patunru berbulat tekad untuk mencari kerajaan
yang tangguh yang mampu melumpukan Kerajaan Gowa.
Didatanginya Kerajaan Dima, Sumbawa, dan Bali. Akan
tetapi, kerajaan-kerajaan yang didatangi Andi Patunru 2. KARAENG ANDI PATUNRU

terlalu kecil nyalinya untuk berhadapan dengan Kerajaan


Gowa. Kerajaan-kerajaan itu merasa bahwa mereka bukan
lawan Kerajaan Gowa yang setanding. Mereka gentar
berhadapan dengan angkatan perang Kerajaan Gowa yang Di tengah-tengah suasana istana yang meriah dan
terkenal tangguh, yang kuat di daratan dan berwibawa di penuh keramaian itu, istri Raja Gowa, I Bajira Bajik
lautan. Karena itu, Andi Patunru selalu memperoleh Areng tiba-tiba merasa geJisah. Dalam suasana yang
jawaban yang serupa setiap kali ia mengajak bersekutu ramai itu ia tidak menemukan wajah putra kandung yang
kerajaan-kerajaan itu. amat dicintainya, Karaeng Andi Patunru.
Akhirnya, Karaeng Andi Patunru memutuskan mend a­ Karena rindunya akan wajah anaknya, dalam suasana
tangi Kerajaan Solo. Setelah berlayar puluhan hari, sam­ yang hingar-bingar penuh manusia itu I Bajik Areng
pai juga ia di Kerajaan Solo. Raja Solo yang mengetahui berjalan Hilir mudik dengan kegelisahan yang tak kun­
ada perahu berlabuh di perarian Solo segera mengirimkan jung padam. Ia mencari ke depan, ke belakang, dite­
utusan untuk memeriksa perahu tersebut. ngoknya arah kiri dan kanan. Namun Karaeng Andi
"Paduka, perahu itu berpenumpang putra mahkota Patunru tak kunjung ditemukan. I Bajira Bajik Areng
Kerajaan Gowa," kata utusan yang dikirim kepada Raja makin gelisah saja. Tiba-tiba perasaan I Bajira Bajik
Solo. Areng menggerakkan langkah kakinya ke lantai atas. Ia
"Kalau begitu, minta dia datang kemari," perintah langsung menuju ke tempat peraduan anaknya dan di­
Raja Solo. dapatkannya Karaeng Andi Patunru sedang tidur dengan
Utusan segera menjemput Karaeng Andi Patunru dan pulasnya. Setelah terdiam beberapa lama dibangunkannya
mengantarkannya ke Istana Kerajaan Solo. Di istanaRaja Karaeng Andi Patunru, "Wahai anakku! Bangunlah kau.
Solo telah siap menyambut kedatangan tamunya. Andi Mengap~ kau tidur demikian pulas, sementara kaum
Patunru disambut dengan ramah dan hangat. sebayamu telah datang dari berbagai penjuru dan berkum­
"Wahai anakku, baru kali ini kau menginjakkan kaki pul di depan istana. Kaum sebayamu semuanya asik

56 21
kebagian , dan semuanya dilayani dengan ramah. Setelah di bumi Solo. Apa gerangan yang kaucari dengan begitu
acara bersantap dihidangkan pula kue-kue oleh dara-dara jauh meninggalkan kampung halaman, menempuh
jelita yang berkain berbunga-bunga. Semuanya bersuka pelayaran puluhan hari puluhan malam?" tanya Raja Solo
ria menikmati makanan dan minuman yang disajikan. pada Karaeng Andi Patunru.
Baik para hamba maupun kaum bangsawan, semuanya "Aku meninggalkan kampung halamanku karena di­
beriang hati. Mabuk kegembiraan terasa sampai sudut­ usir, dikejar-kejar. Aku telah difitnah. Aku diramalkan
sudut istana. akan mp.runtuhkan Kerajaan gowa, dan Karaeng Tunisom­
Sementara itu, ditengah-tengah suasana yang riang baya percaya begitu saja akan ramalan itu. Aku dianggap
Raja Gowa, Karaeng Tunisombaya, tampak gelisah dan sebagai musuh Kerajaan Gowa. Karena itu, kedatanganku
tidak sabar lagi. Tanyanya pada Karaeng Botolempa­ kemari adalah untuk mencari sekutu yang mampu meng­
ngang, ' "Hai Karaeng, mana musuh yang akan meng­ antarku kembali ke Kerajaan Gowa, tanah kelahiranku,"
hancurkan kerajaan ini?" kata Karaeng Andi Patunru pada Raja Solo.
"Sabar, Paduka. Perasaanku mengatakan Paduka pasti "Kau terlalu berharap dari Kerajaan Solo," kata Raja
akan menyaksikan orannya hari ini juga." Solo. "Apa yang dimiliki dan diandalkan Kerajaan Solo
"Tapi aku sudah tidak sabar lagi, Karaeng. Aku ingin untuk menyerbu Kerajaan Gowa yang demikian tangguh?
meremukkan musuh begitu aku tahu siapa orangnya." Tidak .ada persenjataan yang memadai di kerajaan ini.
"Sabar, Paduka. Aku yakin dalam waktu singkat ini Meriam, senapan, kapal, kami tak punya. U ntuk
Paduka akan melihat siapa musuh yang akan meng­ menundukkan Kerajaan Gowa diperlukan waktu ber­
hancurkan kerajaan ini. Tidak lama lagi, Paduka." tahun-tahun. Perbekalan apa yang akan jadi andalan kami
untuk perang bertahun-tahun? Kami tidak akan sanggup.
Lagi pula, Kerajaan Gowa dan Kerajaan Solo bagaikan
dua bersaudara yang tak terpisahkan. Karena itu,
bagaimana mungkin aku mengantarkanmu ke Kerajaan
Gowa apabila aku harus berperang dengan Gowa."
"Apabila Kerajaan Solo tak sanggup menundukkan
Kerajaan Gowa, kerajaan mana lagi yang mampu mela­
wan Kerajaan Gowa?" tanya Karaeng Andi Patunru.
"Kerajaan Belanda satu-satunya kerajaan yang me­
nuru t pendapatku sanggup menakl ukkan Kerajaan
Gowa."

20 57
UJig~,"~~~~~q~~9uiJ.ka;11nmemP:~~~ JkfASM{%'~ ' imud ib rlHf~fire lah ns (rmu3!!. unrdan;g;(t'H,l ilta<1ti{-n d~fr~pmb p6~iqi~
rl u q rr~ tWn~lMi k~ ~l ak6ij[ llz~~MiK~ Ne ~t ! ~dtfutitpa]Jd4afl 2Jredtffi1gah
Iiagh-itl.l.,Ladata pUH-din ln£1Q1aQ
<HmlHif}tflrW14£~e~tJfl:Atff<rm~~ItH)1;.~AA!il ~i®~lll3Q aFh.na'dan '{pentralttiin.ga)it1 lttirnJ}mtdiM!a~ingh~sWW~~~
yang demikian besar." .umuj£q ibnA gO~Sl£)f .sb.cq IMrlitajllkk~n (;' ~e:tmraJilllIJDiIlian n~ a dD.e.ll1iI1fti m i .;l i Mmri rrg'l:
-ib r.n~l£JI mlmirTlGlr,rI gnlJqmsJl fllDLhiggoin~m mlA" &(<rnin w ~ums'aha(' ~~yeJDak;! ralgill Lsmn~H~fnmL~kcipl. ){o~
nml[Jimmib mlA .rl£flJitib ri£f51 m:lA .1.Cl5J1-1SL~;.Iib ,liw f:ag~ puinqlil~l~rnb'l!1~ tinrg,g il rki~ :dltji~dk. Modt-~Uliin5d
-mozifluT g0561S)l ncb ,JiWOg n.G£i.£l~)l OJDlrlu.lnUT"'fr1 nsil£ Di engah pertandingan itu, Karaeng Tfilflllfit:cirr1bhya
CjiiggflJJib IJA A .UJ! nnIJ~m"l nGA'/; tilt;;- UJig~rf CI('/;:)15q £\(I;d ¥ung go{l~kLJb)e:Ildam pi~cm rae.~~w ~fira6Jlfgifll$4'jrillem ­
u :-{n.Ggruw;b:~.d .uli !;n~lfi){ .JiWOU nC.GLJ;1:J)l rlw~um LJjg6d~% p.a1n~am:gJ .) Q1 eb~2IJJ;pe~aIrl n Mu ~,o bJ;-~an g I.; 'diiat;a;~
-gfl~m uqm.sm gnHI( UJU)(~2 il£::>n~rn ;.fuJnu nnl£b£ il£m~JI ~~~rgl dfu t9te.mpa¥i gabgq be l.u 11h' 9uiga.t~irlpakcLt!la amri1
,. ,u)[ n£lirl£I~JI ri£n.6J ,SWO U ru)£LG1~)I 5X iIlJdm~;.{ ml1£JO£ m;:mtanding,an, !)7.1aJ.<aridarrirri tu: ri a nl»e~an.y;al)~pffi:la" K~rg
.010G EL651 f;unq UlfJU1flq ibn A gn~lil£){ SlSA Botolempangang, "Hai Karaeri'g i n b ~ttnaFiak~:IIn~L
HlG51 £l£D{ " ,0102 m;6ltl5)1 ilnb qlanril5d U iGh51 UJ>.)[" Mr41:k;an Aobafi~n)y,8tnl~ g~~ffn ur.n~umuffi<: aItlII Li ~tftil alMer.aJ aan
oloG n££Lc15){ nr,;.![sbnnib nRb bli[i111ib gnr-I( £qA" .0[OG Gowa?" J;guL iflr hLci J;,{CHll;l O fI£)/ic.il£,{fI::lfn nJ.;;.!£
II

~ riug gfIJ.;J rwi;'/illlJh grll;'{ JjwoD nJH.iLJ;l~)I Ud'I~I(n5rrt )/uJnu nigrl'rSalhrr,.;!laaiu)d l I~Me:hlrhj{afnpai1dil1 hdit 1d~tar~nli"per­
.ini n.t;l~lfnJ" ib id)ljffl~rn gnJj\( ri£I:Hjln~(''J';q gbJ; i/"biT tanaL1Y~l Iirr.i, I', qjaJw abf J.Karaen:gI i· ~~I!W1p1Ingaflguctell~8JTQ.
JlulnU .LiXflUq )/Ji1 iCnJ';.! ,lsqr..iI ,n.Gqsn~2 .mBil5M iarutnggnrz ulALW m);/Gb ni;.l.LI( u){A dubsq .l£d£2 "
-l~d UJXGw nduh~ib ,/;woD nCI;LJn~)I flB)/.ilubnUfl!:lm -gn :!J~ aralk,an l ~ lp~dakw {fp~hi .·ialJtal!hrrt1(faifi>j)hdi£~§t.
im£)/' m::lfibrJl': ,bJ.>L ntiiIJi gn£'( nqB nIild~dl~q ,flurisl-nuriS] ini." ". J.>.ilub~q ,lgJ;/ trntl ;.(.cb'jf .rnr 'njj{; lJa~)( nJDh U) nBn
.quggnGl n£)/r- )/,nbil im£)I ~nurlBl-nurl£Jl!)d gflfi15q lulnu "Baik, Paduka," .
nf:))iisg£o oloG rtJ.>J.>Lm~)l rl.Gb swot) n£jji.l.i15)f ,sluq ig.sJ Acara permainan raga itu terus berlangsung. Beberapa
, uti £ n ::ll£)I .n6..JdBliql~J ){llJ gn!)1( J.n£l.)UoGl~d .Gub babak permainan telah berlalu, Akhirnya, setelah per­
nI.iJ:iL£15)i ~:-{ umnl:;:-{U;JnBgfl5m u.ilJi nilgnum J~rUiml£g£d mainan raga berlangsung cukup lama, permainan dihenti­
" .£11100 n6gn!)b gfltl::Jql~ I.tncr{ uj{jj £lidt.qr. LwoD kan untuk istirahat. Ketika beristirahat itu, raja-raja kecil
(w)/,:-{ubnul1;Jm QUggfl£2 iU;J 0102 fll.a:il1:1~)1 ElidliqA' dan para pemuka adat duduk bersama dengan tertib sesuai
-JJ1~Hn uqrTu;m ~f1L'{ lSI;! f.jf11;m nl.iliip.;l .6'1100 nJ:;sLf)l~)j tingkat kedudukannya masing-masing. Hidangan makan­
.ulnu1t:;l! ibnA ~n~t;lJ.i)! J, '{nJiJ "~'BwOi) nI:El£l:))i flEW an dan minuman pun datang mengalir. Seratus dua puluh
-!:1m gnn'{ (ILjjll.l~" l:I(nUJI;J.-uH;2 J..;I..Hlt:b8 fl£Bll:il::l){" remaja putri yang merupakan abdi dalam istana mengan­
fl Ji!; LC15){ rl1~.iI..J u I...IG n5m q u gg fljj~ U)/ H;q fiP fl5q JUl U n tarkan hidangan itu dengan penuh keramahan . Tidak ada
",6VJoD undangan yang tidak kebagian hidangan, semuanya

'5.:8 (1)9
"Baik. Saat i.ni aku masih bisa bersabar menghadapi
bocah yang akan menghancurkan kerajaan ini. Kita
tunggu saja beberapa tahun lagi, sampai bocah itu benar­
benar menjadi lawan yang setanding."
Beberapa tahun kemudian, seperti pernah diucapkan
Karaeng Tunisombaya, Karaeng BotoJempangang kem­
bali dipanggil Raja Gowa, Karaeng Tunisombaya.
"Hai Karaeng, bagaimana keadaan bocah yang bakal 3. KOMPENI
menjadi musuh Kerajaan Gowa sekarang ini?" tanya
Karaeng Tunisombaya pada Karaeng Botolempangang.
"Paduka, bocah itu telah menanjak dewasa. Orangnya
tangkas, pemberani, dan tidak ada orang yang ditakuti­ Kapal yang ditumpangi Andi Patunru dan Raja Solo
nya." berlayar dengan laju mengarungi lautan yang dalam.
"Bagaimana perawakan orang itu? Coba kau jelaskan Gelombang besar terkadang menghantam kapal itu;
selengkapnya! Sekarang aku tidak bisa bersabar Jagi. Hari namun, karena ukurannya yang besar dengan mudah
ini juga aku ingin mengetahUl siapa orang yang akan kapal itu menghadapi gelombang lautan yang menghan­
menghancurkan kerajaan ini." tam. Kapal yang ditumpangi Andi Patunru juga
Menjawablah Karaeng Botolempangang dengan se­ dipersenjatai meriam sebanyak. dua belas buah, senapan
gera "Sebaiknya dibuatkan raga dan kemudian diadakan mesin selusin, dan senapan biasa tujuh buah. Bajak laut
permainan raga di muka istana. Dalam permainan raga itu yang ingin mendekati kapal itu jadi ciut hatinya melihat
akan muncul musuh yang aku maksud." persenjataan yang terpasang di kapal tersebut. Beras dan
Mendengar perkataan Karaeng Botolempangang itu, perbekalan pangan lainnya juga telah disiapkan di kapal
Karaeng Tunisombaya langsung memerintahkan membuat yang ditumpangi Ahdi Patunru dan Raja Solo itu, se­
raga saat itu juga. Raga · pun dibuat orang dalam waktu hingga mereka mampu berlayar selama berbulan-bulan
sekejap. Setelah raga itu selesai dibuat berkatalah lamanya tanpa takut kelaparan.
Karaeng Botolempangang, "Sebaiknya diundang raja-raja Selama pelayaran, Andi Patunru hanya menemukan
kecil dan para pemuka ad at. " Raja-raja dan pemuka adat kebiruan laut di sekitarnya. Langit yang hanya berdiam
pun diundang Raja Gowa, Karaeng Tunisombaya, untuk diri semakin melengkapi perasaan sepi yang dialami Andi
ikut serta ataupun menyaksikan permainan raga itu. Istana Patunru selama pelayaran. Iamerasa makin terasing,
pun penuh sesak oleh hadirin, baik yang datang dari jauh makin jauh meninggalkan tanah kelahirannya. Air ma­
maupun dari dekat. tanya menetes tanpa disadari. Ia terkenang akan kampung

18 59
halamannya yang tak pernah sepi dari gelak dan canda. 1a pernah terjawab oleh Karaeng Tunisombaya. Seandainya
terkenang akan bundanya, adik-adiknya , dan sanak saud a­ suatu ketika pertanyaan itu terjawab,- barangkali hati I
ranya yang lain yang amat dicintainya. Bajira Bajik Areng akan remuk dibuatnya. Karaeng Tuni­
Dendamnya pada Karaeng Botolempangang yang te­ sombaya pasti lebih berat menumbangkan anaknya demi
lah memfitnahnya semakin membara. 1a ingin segera bisa menegakkan kekuasaannya.
kembali ke tanah kelahirannya untuk membalaskan sakit Selang beberapa tahun kemudian Karaeng Tunisom­
hatinya. Namun, Andi Patunru merasa makin sedih. Ke­ baya kf'mbali memanggil Karaeng Botolempangang.
pergiannya ke Kerajaan Belanda sekarang ini sarna saja "Hai Karaeng, masih adakah musuh yang akan me­
den gan memberi angin kepada Belanda untuk mena­ numbangkan kekuasaan dan menghancurkan kerajaan
namkan kukunya di Nusantara . Kerajaan Belanda melalui ini?" tanya Karaeng Tunisombaya.
VOC yang bercokol di Batavia at au lebih dikenal sebagai "Paduka, musuh ternyata masih hidup," jawab
kompeni akan makin merajalela di bumi Nusantara. Lalu Karaeng Botolempangang.
Andi Patunru teringat akari. cerita-cerita yang pernah "Bagaimana keadaan musuh sekarang ini?"
didengarnya. Cerita tentang keserakahan kompeni . Cerita "Paduka, gigi anak yang. akan menghancurkan kera­
tentang bagaimana Kerajaan Belanda yang hidup makmur jaan ini sudah mulai tanggal."
dari keringat rakyat kerajaan-kerajaan diNusantara yang Karaeng Tunisombaya hanya diam terpaku. 1a tidak
berhasil dicaploknya. Kompeni, kata orang, memang lagi memerintahkan perburu~n dan pembunuhan. Wajah
unggul dan kuat dalam persenjataan. Mereka sulit di­ i5trinya yang muram karena peristiwa perburuan dan
tandingi. pembunuhan itu masih terbayang di benaknya. Karena
Andi Patunru membayangkan bagaimana Kompeni itu, kali ini ia bersikap menunggu. · Menunggu perkem­
akan masuk ke Sulawesi karena ajakannya bersekutu de­ bangan selanjutnya yang akan dikatakan Karaeng Boto­
ngan Kompeni. Kompeni pasti tidak menolak ajakannya lempangang dan menunggu apa yang akan dilakukan
bersekutu itu. Kompeni yang haus harta kekayaan, yang oleh m t ~ '\-] .
selal u mengincar tiap wilayah di Nusantara, pasti akan Bebel upa tahun berselang, Karaeng Botolempangang
menerima ajakannya dengan senang hati . Andi Patunru kembali dipanggil Karaeng Tunisombaya.
merasa sangatbersedih karena terpaksa harus men gun­ "Hai Karaeng, sekarang ini bagaimana keadaan
dang Kompeni untuk menumbangkan Kareng Botolem­ musuh yangakan menghancurkan Kerjaan Gowa?" tanya
pangang yang telah memfitnahnya habis-habisan. 1a ter­ Raja Gowa, Karaeng Tunisombaya.
paksa mengundang bangsa asing yang diketahuinya suka "Paduka, bocah yang akan menghancurkan kerajaan
menjarah harta kekayaan bangsanya. ini telah berangkat remaja, gagah perkasa, dan sering
Karaeng Andi Patunru merasa tidak mempunyai memakai keris di pinggangnya," jawab Karaeng Botolem­
pangang.
60. 17
pili han lagi untuk merunt uhkan Keraj:tan Go\.v a. Ke ra­
jaan-kerajaan lain di Nusantara yang didatanginya, satu
pun tak ada yang berani berperang dengan Kerajaan
Gowa. Satu-satunya kerajaan yang bisa diharapkan ban­
tuannya hanya Kerajaan Belanda. Akan tetapi, itu berarti
menjadi pengkhianat bangsa, demikian pikir Andi Patunru
sedih.
Dendam kusumat yang membara telah menyalakan
api perang di qati Andi Patunru. Ia ingin segera kembali
ke tanah kelahirannya, Gowa, dengan membawa laskar
perang yang tangguh untuk menyingkirkan Karaeng
Botolempengang. Karaeng Botolempangang yang telah
memfitnahnya dan menyebabkannya terusir dari Tanah
Gowa. Dendam kusumat juga telah membutakan mata
hati Karaeng Andi Patunru sehingga ia tidak berpikir lagi
siapa yang diajaknya bersekutu untuk menumbangkan
Gowa. Yang penting, Gowa harus tum bang sesegera
mungkin, demikian pikir Andi Patunru. Namun, Andi
Patunru juga berjanji dalam hati, "Aku akan segera
memutuskan persekutuanku dengan Kompeni begitu
Gowa tumbang dan namaku pulih di Kerajaan Gowa."
Semen tara itu, tibalah kapal yang membawa Andi
Patunru di pelabuhan kerajaan Belanda. Raja Belanda
yang sedang berangin-angin di singgasananya terkejut
melihat kedatangan kapal itu. Melalui teropongnya, ia
dapat melihat bahwa kapal itu dipersenjatai meriam dua
belas buah banyaknya. Ia segera memerintahkan pe­
ngawal istana untuk memeriksa kapal yang baru merapat
itu.
"Mengapa demikian banyak senjata kaubawa?" tanya
Karaeng Tunisombaya sedang membujuk istrinya yang sedang pengawal istana pada juru mudi kapal.
menangis

16
61
"Kapal ini memuat barang-barang dan perlengkapan Agaknya, kata-kata karaeng Tunisombaya tidak
yang sangat mahal , yang bernilai ratus an juta. Tanpa begitu mempan. Genangan duka di w;;ljah istrinya belum
senjata, apa yang kami andalkan untuk perlindungan diri juga mau surut. Bayangan bocah-bocah cilik yang harus
seandainya ada bajak laut yang ingin menjarah kapal ini mati, bayangan ibu-ibu yang kehilangan anaknya ternyata
dan isinya," kata juru mudi kapal menjelaskan. Pengawal lebih menghujam perasaannya. Ia membayangkan jika
istana mengangguk-angguk membenarkan penjelasan juru suatu saat anaknya harus menjadi tumbal. Tumbal nafsu
mudi kapal. kekuasaan suaminya yang meledak-ledak dan tak terken­
"Lalu, siapa pula raja yang kau bawa itu?" pengawal dalikan. Padahal, baginya anak lebih berharga daripada
istana kembali bertanya. apa pun yang pemah dimilikinya. Ia tak ingin kehilangan
"Dia Raja Solo dan yang satu lagi putra mahkota anak yang teramat disayanginya. Lalu ia cepat-cepat
Kerajaan Gowa. Mereka berdua ingin bertemu dengan menghapus bayangan buruk yang sempat singgah di
Gubernur lenderal dan Raja Belanda." benaknya.
Selesai melakukan pemeriksaan pengawal istana se­ "Kanda, bagaimana perasaan Kanda seandainya anak
gera menghadap Raja Belanda untuk melapor. Mengetahui kita termasuk di antara para korban itu? Atau bagaimana
maksud kunjungan Raja Solo dan Karaeng Andi Patunru, perasaan Kanda apabila suatu saat anak kita harus
Raja Belanda langsung mempersiapkan pasukan kehor­ menjadi tumbaJ untuk kejayaan dan kebesaran kerajaan
matan yang akan menyambut kedatangan kedua tamu ini seperti yang Kanda katakan?" tanya I Bajira Bajik
kerajaan itu. Sementara itu, di kapal Raja Solo dan Areng pada suaminya.
Karaeng Andi Patunru tengah mengenakan pakaian ke­ Karaeng Tunisombaya bungkam seribu bahasa.
besarannya. Kegelapan memancar dari matanya. Pertanyaan istrinya
Setelah semua persiapan selesai, pasukan kehormatan tak terjawab. Ia merasa tidak memiliki keberanian
Belanda menuju ke pelabuhan untuk menjemput Raja untuk menjawab pertanyaan istrinya.
Solo dan Andi Patunru. Pasukan kehormatan Belanda ber­ Terbayang pada Karaeng Tunisombaya mahkota yang
jajar rapi membentuk barisan yang memanjang, harus dipertahankan. Mahkota dan singgasa kekuasaan
sedangkan Raja Solo dan Karaeng Andi Patunru diiringi adalah segalanya bagi dirinya. Hal-hal lain baginya
barisan pendekar Kerajaan Solo. Raja Solo berjaJan ber­ adalah nomor dua. Hal-hal lain harus dikalahkan untuk
dampingan dengan Raja Belanda dan Karaeng Andi kelestarian kekuasaannya. Karena itu, ia tak bisa mem­
Patunru berdampingan dengan panglima tertinggi Kera­ bayangkan seandainya anaknya ternyata musuh yang
jaan Belanda. Mereka berjalan beriringan menuju istana diramalkan oleh Karaeng Botolempangang akan meng­
Kerajaan Belanda. hancurkan kerajaan Gowa. Sungguh, ia tak bisa memba­
Sesampainya di istana, Raja Belanda bertanya kepada yangkan. Karena itu pula, pertanyaan istrinya tak akan

62 15
Hati I Bajira Bajik Areng merasa terbel ab. Sebagai R aj a S o lo, "Apa maksu d keda tan g an Tuan kem aTi,
seorang istri yang baik, ia harus tunduk pada semua meninggalkan rakyat Tuan , menempuh pelayaran berbu­
kemauan suaminya. Akan tetapi, hati kecilnya meratap lan-bulan lamanya?"
menyaksikan begit~ banyak wanita dan kanak-kanak yang "Aku hanya mengantarkan Karaeng Andi Patunru ,
harus menjadi korban. Korban nafsu kekuasaan suaminya putra Karaeng Tunisombaya, raja yang memerintah dan
yang terlalu melambung. Namun, ia tidak berdaya sedikit berkuasa di Gowa."
pun. Ia tidflk memiliki kekuasaan untuk membela para Raj::\. Belanda pun bertanya kepada Karaeng Andi
wanita dan kanak-kanak itu. Ia hanya bisa menangis Patunru, "Apa maksud kedatanganmu kemari; Karaeng ?"
melihat semua harus terjadi. "Aku datang kemari karena aku ingin bertemu dengan
Kekerasan hati Karaeng Tunisombaya akhirnya men­ Paduka," jawab Karaeng Andi Patunru. "Ada masalahku
cair juga mtnyaksikan air mata menggenang di mata is­ yang ingin aku sampaikan pada Paduka."
trinya. Mata istrinya yang biasanya bercahaya-cahaya kini "Masalah apa yang tengah menimpamu?" tanya Raja
tampak sayu berkabut duka. Wajah istrinya yang cantik Belanda.
jelita, yang selalu memancarkan pesona, kini juga tampak "Aku diusir dan dikejar-kejar dari Kerajaan Gowa
kuyu. Tubuhnya yang penuh kini juga tampak mulai tanpa kesalahan apa pun."
susut. "Perbuatan apa yang telah kau lakukan sehingga kau
Karaeng Tunisombaya mulai cemas kalau-kalau diu sir itu?"
penyakit bersarang di tubuh istrinya yang sangat dika­ "Aku tak berbuat kesalahan apa pun. Hanya karena
sihinya. Ia tiba-tiba mersa amat takut kehilangan istrinya. Karaeng Tunisombaya lebih percaya pada Karaeng Boto­
Istrinya, wanita yang menjadi sumber seman gat hidupnya lempan.gang yang telah memfitnahku. Oleh karena itu,
selama ini, yang menggerakkan kemauannya, yang me­ nasibku tidak lebih baik dari seorang budak. Aku diusir
lambungkan cita-citanya. Dan kini, tiba-tiba ia harus dari tanah kelahiran dan aku tak mempunyai hal lagi atas
menyaksikan istrinya tersuruk dalam duka yang me­ kerajaan."
nyiksa. Karaeng Tunisombaya menjadi tidak tega melihat "Apa yang dikatakan Karaeng Botolempangang pada
keadaan istrinya yang demikian itu. Karaeng Tunisorribaya?"
"Dinda, sudahlah," bujuk Karaeng Tunisombaya pada "Ia meramalkan bahwa akulah orang yang akan
istrinya . sambil mengusap linangan air mata di pipi is­ meruntuhkan Kerajaan Gowa. Akulah musuh Kerajaan
trinya. "Lupakan semua yang pernah terjadi di kerajaan Gowa menurut ramalan Karaeng Botolompangang.
ini. Lupakan nyawa yang terpaksa tumbang. Lupakan da­ Raja Gowa percaya saja pada ramalannya yang ngawur
rah yang pernah mengalir di kerajan ini. Lupakan saja." dan tak berdasar itu."
"Lalu apa maksud kedatanganmu kemari?"

14 63
"Tetapi, rakyat telah terlalu ban yak berkorban. Untuk
mengenyahkan musuh yang diramalkan Karaeng Boto­
lempangang, misalnya, berapa banyak wanita hamil yang
harus mati, suami yang kehilangan istri, ibu yang kehi­
langan anak?"
"Semua itu aku lakukan demi keselamatan kerajaan.
Aku tak ingin kerajaan yang dibangun dan dibesarkan
dengan susah payah hancur begitu saja hanya karena kita
mengabaikan ramalan Karaeng Botolempangang.
Bukankah apa yang diramalkan Karaeng Botolempangang
selalu menjadi kenyataan?"
"Tetapi, begitu banyak manusia yang terpaksa
menjadi korban; begitu banyak darah mengalir; begitu
ban yak air mata meratapi kematian. Apakah sedikit pun
Kanda tak menaruh iba menyaksikan itu semua?"
"Jangan terus-terusan menyalahkan aku. Itu semua
terpaksa aku lakukan, demi keselamatan kerajaan."
"Dan demi nafsu kekuasaanmu yang membara," timpa
I Bajira Bajik Areng, istri Karaeng Tunisombaya, sambil
melinangkan air matanya. Sementara itu, Karaeng Tuni­
sombaya menatap istrinya dengan pandangan tajam.
Sebagai seorang wanita yang lembut perasaannya,
hati I Bajira Bajik Areng am at tersentuh menyaksikan
demikian banyaknya korban-korban yang bertumbangan.
Apalagi korban-korban itu adalah para wanita dan kanak­
kanak. Sebagai seorang wanita dan sebagai seorang ibu,
ia bisa merasakan penderitaan yang dialami para wanita
itu. Ia pun bisa merasakan pedihnya hati karen a kehi­
langan dan kematian anak. Bagi dia dan kaum wanita,
anak adalah permat a bunda yang amat disayangi. Anak
Andi Patunru dan Raja Solo menghadap Belanda lebih berharga daripada intan berlian.

64 13
Kar aeng Tunisornbaya kini bisa tidur nyeny ak dibuai "Aku mengharapkan bantuan Paduka untuk mengan­
mimpi-mimpi indah. Tak ada lagi musuh yang mengan­ tarku kembali ke Tanah Gowa. Hanya .Kerajaan Belanda
earn. Tak ada lagi musuh yang akan meruntuhkan mahko­ yang bisa aku harapkan. Kerajaan-kerajaan di Nusantara
tanya. la akan tetap berkuasa dan berjaya di singgasana­ yang telah aku datangi, satu pun tak ada yang berani
nya. mengangkat senjata melawan Gowa. Gowa terlalu di­
Karaeng Tunisombaya kini bisa bersanding dengan takuti kerajaan-kerajaan lain."
istrinya tereinta tanpa perasaan waswas. Berdua dengan "Kalau begitu keinginanmu, aku akan menulis surat
istrinya yang sangat dikasihinya, tiap malam ia reguk untuk Gubernur Jenderal di Batavia. Kekuasaan untuk
keindahan alam di sekitar istananya langit yangbersih memutuskan berperang ada padanya. Aku sebagai Rajatak
tanpa awan, bintang-bintang yang kemilau, bulan yang berhak mengumumkan perang tanpa persetujuannya.
memanearkan eahayanya yang lembut, angin yang Kekuatan perang yang lengkap juga ada di Batavia."
semilir. Raja Belanda pun menulis surat untuk Gubernur
"Dinda," kata Karaeng Tunisombaya pada istrinya, Jenderal di Batavia. Surat itu· kemudian diserahkannya
"tak ada yang lebih membahagiakanku daripada kepada Karaeng Andi Patunru untuk disampaikan kepada
kesetiaanmu mendampingiku menegakkan kekuasaan dan Gubemur Jenderal. Setelah berterima kasih dan berpamit
kebesaran kerajaan Gowa. Selama kau di -sisiku, aku akan pada Raja Belanda, berangkatlah Andi Patumu. beserta
pantang menyerah menghadapi tantangan dan aneaman Raja Solo ke Batavia.
yang bagaimanapun. Sebagai raja Gowa, aku bertekad Tibalah Karaeng Andi Patunru dan Raja Solo di Bata­
mewujudkan kebesaran kerajaan Gowa. Gowa harus jadi via setelah berlayar puluhan hari puluhan malam. Mereka
kerajaan yang disegani kerajaan-kerajaan lain. Kalau langsung menghadap Gubernur Jenderal untuk
mungkin, Gowa harus bisa mengungguli kebesaran yang menyerahkan surat dari Raja Belanda.
pernah dieapai Kerajaan Majapahit dan Kerajan Sri­ Gubemur Jenderal mengangguk-angguk selesai mem­
wijaya." baea surat Raja Belanda. Dipandangnya Karaeng Andi
"Keinginanmu terlalu besar, Kanda. Aku khawatir Patumu dan Raja Solo bergantian. "Tak ada masalah bagi
rakyat harus memikul beban keinginanmu yang terlalu kami untuk membantumu. Kami akan menghadapi Kera­
besar." jaan Gowa dengan sepenuh tenaga," kata Gubernur
"Tidak apa. Keinginanku adalah keinginan yang Jenderal meyakinkan Andi Patunru. "Akan tetapi, tinggal­
mulia. Dan rakyat berkewajiban menjunjung rajanya. lah kau di Batavia untuk sementara waktu. Tinggallah kau
Dengan demikian, rakyat juga berkewajiban menjunjung di sini barang setahun dua tahun."
dan mewujudkan semua eita-eita dan keinginanku. "Apa yang menurut Gubernur baik akan aku
Bukankah rakyat juga akan bangga bila kerajaannya lakukan," kata Karaeng Andi Patunru. Sementara itu, Raja
menjadi besar dan disegani kerajaan-kerajaan lain?" Solo yang merasa telah memenuhi keinginan Karaeng
12 65
Andi Patumu berangkat pulang ke Kerajaan Solo. Raja kan kerajaan. Demikian pendirian para panglima perang
Solo merasa telah terlalu lama meninggalkan rakyat dan dan para serdadu.
kerajaannya. Kali ini ha.ti para panglima perang dan serdadu benar­
Di Batavia Andi Patunru setiap hari dilatih perang. Ia benar panas. Mereka merasa kecolongan. Mereka telah
diajar menggunakan senapan dan meriam. Ia juga diajar mati-mati an memburu musuh yang diramalkan Karaeng
menghindar dari tembakan lawan. Akhirnya, terampillah Botolempangang, tetapi ternyata musuh masih sempat
Andi Patunru menggunakan senapan dan meriam. Tem­ lolos; Padahal, setiap jengkal tanah, setiap sudut rumah,
bakannya tak pernah meleset, selalu tepat mengenai setiap kolong dipan dan kolong langit telah mereka
sasarannya. jelajah. Musuh temyata benar-benar bagaikan siluman
Suatu hari, dengan tak sabar lagi Andi Patunru ber­ yang sulit diburu dan dibekuk batang hidungnya.
tanya kepada Gubemur Jenderal, "Gubemur, kapan kita Kali ini para serdadu bergerak seperti macan keIa­
berangkat ke Tanah Gowa7" paran, yang mengaum dan menerkam begitumenemukan
"Apa persenjataan Kerajaan Gowa?" tanya Gubemur mangsanya. Dan, seperti macam kelaparan yang ber­
lenderal. minggu-minggu tidak makan, para serdadu pan tang
"Persenjataan Kerajaan Gowa tidak sekuat menyerah dalam mencari dan menemukan buruannya.
persenjataan Batavia. Modal Kerajaan Gowa yang utama akibat· perburuan besar-besaran itu tanah pemakaman
hanya modal nekad. Mereka memiliki ban yak serdadu bertambah penuh sesak. Udara diselimuti kabut duka,
berani mati yang tak segan-segan menantang maut kalau bendera-bendera tanda berkabung berkibaran diujung­
kerajaannya diserang." ujung gang, doa-doa kematian menggema setiap saat.
"Tak ada meriam?" Setelah pihak keamanan kerajaan benar-benar yakin
"Hanya ada satu meriam yang tersedia." bahwa buronan nomor satu kerajaan tak mungkin lagi
"Meriam itu selalu tepat sasaran kalau ditembakan?" lolos kali ini, gerakan perburuan pun dihentikan. Para
"Tidak selal u. " panglima perang dan para serdadu bemapas lega. Para
"Apa yang mereka jadikan sebagai perlindungan?" panglima pun segera melaporkan hasil perburuan kepada
"Banyak yang bisa dijadikan ;ebagai tempat perlin­ Raja Gowa, Karaeng Tunisombaya. Karaeng Tunisom­
dungan di sana karena di sana banyak terdapat hutan dan baya kali ini agak merasa puas dan merasa terbatas dari
semak belukar. Di · samping itu, juga ada benteng yang ancaman yang akan menumbangkan kekuasaannya.Per­
dibangun di sekeliling istana." buruan terhadap musuh yang baru saja terjadi adalah
"Sesungguhnya aku tak gentar dengan kekuatan Go­ perburuan paling besar yang pemah terjadi di kerajaan.
wa. Kekuatan Gowa bokan apa-apa dibandingkan dengan Karena itu, ia yakin musuh telal:t benar-benar tumpas dan
kekuatan Batavia. Batavia memiliki meriam seribu dua tak mungkin bemapas lagL

66 11
Genap sepuluh hari gerakan perburuan terhadap bayi­ ratus, senapan sep uluh ri bu, dan banyak lagi ya ng kita
bayi yang belum bisa berjalan, gerakan itu dihentikan. punya. Semua itu amat memad ai untuk men g gempur
Para panglima berdasarkan laporan para serdadunya ber­ Gowa habis-habisan. Gowa akan bertekuk lutut di bawah
anggapan tidak ada lagi bayi yang lolos. Dengan segera hujan peluru."
para panglima melaporkan hasil perburuan itu kepada "ladi kapan kita akan berangkat ke Gowa?" tanya
Raja Gowa, Karaeng Tunisombaya. Akan tetapi, Karaeng Andi Patunru tak sabar.
Tunisombaya belum merasa yakin sebelum mendengar "Kita tidak perlu terburu-buru. Sebelum menyerbu ke
perkataan Karaeng Botolempangang menghadap. Gow a masih ada satu daerah lagi yang harus kita kuasai
"Hai Karaeng, telah binasakah bayi yang kau ramal­ untuk memperkuat kedudukan kita. Dengan menguasai
kan akan menghancurkan kerajaan ini?" daerah itu, kita tidak akan kekurangan pangan. Kita tidak
"Paduka, musuh agaknya sulit dibekuk dalam sekejab. perIu lagi mengkhawatirkan soal perbekalan selama ber­
Bayi yang dulu diburu-buru sekarang telah bertambah perang di Gowa nanti. Segalanya akan terjamin begitu
besar. Ia mulai bisa berjalan," begitu penjelasan Karaeng kita berhasil menguasai daerah· itu."
Botolempangang. "Daerah mana yang Gubernur maksud?" tanya Andi
"Berapa usianya kira-kira sekarang?" tanya Karaeng P atunru penasaran.
Tunisombaya. "Pariaman, Karaeng. Begitu kita berhasil menakluk­
"Sekitar setahun, Paduka," kata Karaeng Botolem­ kan Pariaman, maka kita akan sanggup berperang puluhan
pangang. tahun lamanya dengan Gowa. Kita tidak akan pusing lagi
"Akan kembali aku perintahkan para panglima perang berpikir soal perbekalan pangan yang kita perlukan
untuk mengenyahkan bocah yang bakal jadi penghancur selama berperang."
kerajaan ini." "Kalau menurut perhitungan Gubernur, langkah itu
Begitu mendengar perintah Raja Gowa, para panglima yang terbaik, aku akan setuju dengan apa yang Gubernur
perang kembali memerintahkan para serdadu untuk katakan."
memburu dan membunuh bocah-bocah usia sekitar se­ Serbuan ke Pariaman dipersiapkan dengan matang.
tahun yang ada dalam kerajaan Gowa. Tanpa ampun lagi Pada hari yang ditentukan berangkatlah dua belas kapal
para serdadu membasmi bocah-bocah usia satu tahun. menuju Pariaman. Dua kapal memuat senjata dan per­
Ratap rangis para ibu · dan orang tua yang kematian bekalan, sepuluh kapal mengangkut dua puluh enam ribu
anaknya tak lagi digubris. Yang penting, bagi para ser­ serdadu Belanda yang berpengalaman perang .
dadu itu,bocah yang diramalkan akan menjadi musuh Setelah berlayar tujuh hari tujuh malam sampailah
kerajaan harus lenyap dari bumi Gowa. Tak boleh ada kapal-kapal Kompeni di perairan Pariaman. Para serdadu
kesempatan bernapas buat bocah yang akan menghancur­ langsung bergerak menuju pantai kemudian melakukan

10 67
pendaratan. Bendera Kerajaan Gowa dan bendera Kom­ Biarpun para panglima perang telah yakin bahwa tak
peni mereka kibarkan di mana-mana. ada lagi perempuan hamil yang lolos, Karaeng Tunisom­
Raja Pariaman yang baru bangun dari tidurnya baya belumpercaya benar bahwa musuh telah benar­
terkejut bukan kepalang melihat kedatangan musuh yang benar lenyap. Oleh karena itu, dipanggilnya Karaeng
tiba-tiba dan tak diduga-duganya. Dengan rasa gugup Botolempangang menghadap.
yang tak dapat lagi disembunyikan, dipanggilnya pang­ "Hai Karaeng, masih adakah orang yang akan men­
lima perang Pariaman. Akan tetapi, semuanya telah ter­ jebol ~nteng pertahanan kerajaan?"
lambat. Musuh telah menyebar di semua penjuru dan "Perburuan yang dilakukan para ·serdadu belum mem­
bendera Kerajaan Pariaman telah digantikan bendera buahkan hasil yang sempuma," jawab Karaeng Botolem­
musuh. Bahkan Karaeng Andi patumu dan Patta Belo pangang. "Musuh yang berada dalam kandungan perem­
telah muncul di hadapannya dengan senapan yang siap puan itu sekarang telah lahir ke bumi. Namun, ia belum
ditembakan. cukup kuat untuk berjalan. Ia masih dalam keadaan ter­
"Hari ini juga kalian harus menyerah pada kami. baring-baring."
Kalau kalian tidak bersedia menyerah, meriam dan Mendengar perkataan Karaeng Botolempangang itu,
senjata-senjata yang kami bawa siap membantai raky~t Karaeng Tunisombaya kembali memerintahkan para pang­
dan serdadu Pariaman," kata Karaeng Andi Patunru lima perang membasmi bayi-bayi yang terdapat di kera­
mengancam. jaan Gowa. Para serdadu kembali bergerak menjalankan
Dengan muka pucat Raja Pariaman bertanya kepada perintah panglimanya. Tanpa ampun lagi semua bayi yang
Karaeng Andi Patunru, "Dari kerajaan manakah kalian ada langsung dibantai. Setiap terdengar erangan bayi,
sehingga pagi-pagi begini kalian datang menyerang kera­ serdadu-serdadu dengan segera mendatangi sumber suara
jaan kami yang tak pernah mengumumkan perang pada itu. Perempuan-perempuan yang berpayu dara besar kare­
siapa pun?" na di duga sedang menyusui bayi juga tidak luput dari
"Aku datang bersama Gubernur Jenderal Batavia. Dan, perburuan yang dilakukan para serdadu. Mereka juga
aku yang berasal dari Kerajaan Gowa adalah putra ditanyai serdadu-serdadu itu, apakah mereka sedang
Karaeng Tunisombaya, raja yang memerintah dan menyusui bayi atau mempunyai anak bayi. Seandainya
berkuasa di Kerajaan Gowa." ada perempuan yang dicurigai menjawab "tidak", para
"Kahan jangan sakiti rakyat yang tak berdosa. Aku serdadu itu juga tidak langsung percaya begitu saja.
akan turuti apa kemauan kalian." Setiap sudut rumahnya langsung digeladah. Hampir tidak
"Kalau begitu, perintahkan para serdadu Pariaman ada lagi kesempatan untuk menyelamatkan bayi-bayi
untuk menyerah!" yang telanjur dilahirkan .
. Bendera putih segera berkibar di mana-mana tanda

68 9
tekad pihak keamanan kerajaan untuk tidak menyisakan menyerah. Serdadu Ko mpe ni sibuk me lucuti peTsenjataan
satu pun perempuan hamil di kerajaan. Karena itu, pucuk­ yang dimiliki serdadu Pariaman. Dan · para serdadu Pari­
pucuk gunung, gua, dan hutan tak lolos dari perburuan am an tak mungkin berkutik lagi. Rakyat diam-diam
para serdadu. Bahkan serdadu-serdadu pilihan, yaitu para mensyukuri keadaan karena perang yang akan
serdadu yang biasa bertempur di malam hari, yang pan­ menumpahkan darah telah terhindarkan. Namun, rakyat
dang matanya mampu menembus kegelapan malam, ikut diam-diam juga kecewa karena wibawa rajanya telah
dikerahkan. Karena itu, sangat kecil kemungkinan untuk tumbang.
meloloskan diri dari perburuan para serdadu. Pura-pura Beberapa hari kemudian ditandatanganilah perjanjian
mati pun tak ada gunanya lagi karen a para serdadu yang antara Kompeni dan Kerajaan Pariaman . Angkatan pe­
dikerahkan tidak mau dikibuli mentah-mentah. Bahkan rang kedua belah pihak tidak akan saling menyerang,
para serdadu akan berlaku lebih bengis terhadap mereka bahkan akan saling melindungi apabila salah satu pihak
yang ketahuan pura-pura mati . diserang pihak lain. Kedua belah pihak juga akan saling
Tidak ada lagi temp at bersembunyi karena kolong­ membantu dalam bidang pangan dan bidang-bidang lain
kolong tempat tidur pun tidak luput dari pemeriksaan para yang dianggap bermanfaat bagi kedua belah pihak.
serdadu. Lemari-lemari yang dicurigai sebagai tempat Demikian isi perjanjian itu. Perjanjian itu juga menegas­
menyembunyikan perempuan hamil tidak luput dari kan bahwa Pariaman akan diperintah Raja Pariaman dan
penggeladahan. Perempuan-perempuan hamil yang sem­ seorang wakil dari Kompeni secara berdampingan. Kedua
pat lolos untuk semen tara waktu beranggapan bahwa belah pihak berjanji tidak akan menodai persekutan yang
liang kuburlah tempat persembunyian yang paling aman. mereka jalin itu.
Setelah gerakan perburuan , terhadap para perempuan Seminggu setelah memperoleh kemenangan di Pari­
hamil berjalan sepuluh hari dan diperkirakan tidak ada aman, Karaeng Andi Patumu, Patta Belo, dan Gubernur
lagi perempuan hamil yang lolos, perburuan itu dihenti­ lenderal meninggalkan Pariaman dan kembali ke Batavia.
kan. Para suami yang kematian istrinya hanya bisa mera­ Namun, sebagian serdadu Kompeni dan beberapa orang
tapi nasib. Sebaliknya, para serdadu dengan bangga kolonel tetap tinggal di Pariaman. Bendera Kompeni juga
melaporkan hasil perburuannya kepada panglima per­ masih tetap berlci bar di Pariaman berdampingan dengan
angnya. Para panglima perang dengan bangga juga bendera Kerajaan Pariaman.
melaporkan hasil perburuan serdadu kepada Raja Gowa, Sesampainya di Batavia dengan tak sabar lagi
Karaeng Tunisombaya. Para panglima perang dengan Karaeng Andi Patumu mendesak-desak Gubernur lenderal
yakin beranggapan bahwa tidak ada lagi perempuan hamil untuk segera menyerbu Tanah Gowa.
yang lolos karena setiap jengkal tanah telah dijelajah "Sabar," kata Gubernur lenderal. "Kita tunggu se­
oleh para serdadu. Hanya jin betina yang bisa lolos dari minggu dua minggu untuk persiapan."
perburuan para serdadu yang garang itu.
8 69
"Kalau ternyata demikian keadaannya, bulat tekadku
untuk membinasakan para perempuan hamil di kerajaan
ini. Kami siap melaksanakan apa pun perintah Paduka,"
kata panglima perang itu.
"Kami para serdadu yang dipercaya membela dan
mempertahankan kerajaan ini dari ancaman apa pun, siap
ke medan laga apa pun taruhannya. Nyawa dan jiwa kami
hanya untuk kejayaan kerajaan ini t" timpa panglima
perang yang lain.
Para panglima perang yang lain langsung berbulat
tekad untuk mengamankan kerajaan dari segala macam
bentuk ancaman, termasuk yang bersumber dari para
perempuan hamil itu. Para p:;mglima perang itu segera
mengerahkan pata serdadunya. Para serdadu itu disebar
di seluruh pelosok kerajaan dengan tugas utama meng­
habisi perempuan-perempuan hamil.
Para serdadu yang mulai bergerak memburu para
perempuan hamiJ dengan tegar membantai perempuan­
perempuan yang ketahuan hamil, tanpa pandang bulu.
Ratap tangis, pandangan .iba meminta belas kasihan, tak
lagi dihiraukan para serdadu Tak ada gunanya lagi
membujuk rayu para serdadu karena para serdadu itu
telah kehilangan perasaannya. Mereka bagaikan mesin
yang dikendalikan panglima perangnya. Dan sasaran yang
diperintahkan panglima perang, yaitu perempuan-perem­
puan hamil harus mereka gilas tanpa kompromi lagi. Para
serdadu membunuhi perempuan-perempuan hamil seperti
membantai tikus atau kecoak.
Pihak keamanan kerajaan juga tak tanggung-tanggung
dalam menghabisi para perempuan hamil. Telah bulat
Raja Pariaman dan seorang wakil kompeni menandalangani
sural perjanjian

70 7
"Paduka, ia sekarang belum lahir di bumi Kerajaan "Baik, k alao be gitu," kata And i Patunru . "Se­
Gowa. Ia masih berada dalam rahim ibunya, dan ibunya sunggqhnya aku teramat ingin untuk segera bisa mengin­
sedang mengidamkannya." jakkan kaki kembali di tanah kelahiranku."
Begitu mendengar penjelasan Karaeng Botolempa­ "Karaeng, berapa panglima perang Kerajaan Gowa?'
ngang, Karaeng Tunisombaya sebagai Raja Gowa segera "Dua belas orang."
mengumpulkan para panglima perang. Dengan kesetiaan "Kira-kira kita akan berperang berapa lama untuk
dan ketaatan yang luar biasa, para panglima perang segera bisa menundukkan Gowa?"
berkumpul memenuhi perintah Raja Gowa. Setelah semua "Dalam tempo tiga hari Gowa' akan runtuh. Tidak
panglima itu mengisi daftar hadir yang disediakan Raja akan ada lagi yang bisa disombongkannya. Si tua
Gowa, Karaeng Tunisombaya pun dengan mata berapi-api terkutuk, Karaeng Botolempangang juga akan tumbang."
dan wajah yang garang memerintah dengan lantang: "Kerajaan mana yang akan membantu Gowa dalam
"Buru dan bunuh semua perempuan hamil di kerajaan ini! soal pangan apabila terjadi perang?"
Jangan pandang bulu! Tua, muda, pangantin baru, pe­ "Sumbawa dan Dima karena hanya dua kerajaan itu
ngantin lama, termasuk janda dan nenek-nenek yang yang menghasilkan beras. Akan tetapi, kita bisa
ketahuan hamil, harus kalian habisi nyawanya! Jangan mencegah Sumbawa dan Dima mengalirkan bantuannya
sampai ada yang tersisa! Satu pun tak boleh lolos!" ke Gowa. Kapal-kapal kita yang tangguh akan me­
"Paduka," kata salah satu pang lima perang dengan niadakan kemungkinan bantuan itu."
wajah penuh duka, "Mengapa Paduka tega memerin­ "Tampaknya Gowa akan kita tundukkan tanpa banyak
tahkan kami membunhi para perempuan hamil eli kera­ kesulitan."
jaan ini? Apa dosa mereka, Paduka?" Semangat berperang Batavia semakin hari semakin
"Jangan lagi mencoba-coba membela para perempuan mendidih. Gubernur Jenderal telah bermimpi memperoleh
hamil di kerajaan ini," kata Raja Gowa dengan berang. daerah taklukan barn, yakni Gowa. Dan itu berarti wilayah
"Mereka adalah sumber bencana, yang akan menghancur­ kekuasaan Kompeni makin luas. Gubernur Jenderal akan
kan kerajaan ini. Karena itu, jangan ambil resiko! Habisi makin disegani dan upeti yang diterirrianya dari raja-raja
mereka! Keselamatan dan kejayaan kerajaan adalah pa­ taklukan akan semakin banyak. Perutnya akan makin
ling utama dan harus kalian junjung tinggi." buncit saja. Namun, sebelum Gubernur Jenderal sempat
"Dari mana Paduka tahu bahwa para perempuan hamil melanjutkan mimpinya ia dibangunkan oleh gemuruh
itu merupakan sumber bencana di kerajaan ini?" suara tembakan. Ternyata para serdadu Kompeni yang
"Karaeng Botolempangang yang mengatakannya. berada di sekelilingnya tengah berlatih perang. Peluru
Perkataan Karaeng Botolempangang selalu tepat, selalu senapan maupun peluru meriam ditembakan dalam la­
menjadi kenyataan di kemudian hari. Karena itu, jangan tihan itu. Suaranya menggelegar memekakkan telinga.
ambil resiko sedikit pun!"
6 71
Pada hari yang ditentukan berangkatlah serdadu­
serdadu Kompeni menuju Tanah Gowa. Dua. puluh
empat Iibu serdadu yang lengkap dipersenjatai diangkut
oleh dua kapal, sementara satu kapal lagi mengangkut
perbekalan. Meriam yang dibawa pasukan Kompeni itu
berjumlah seratus dua puluh, mortir seratus, dan senapan
sebanyak serdadu yang berangkat. Peluru yang diangkut
juga disiapkan untuk perang selama berbulan-bulan. Jadi,
diperkirakan Ko.mpeni tidak akan kehabisan pel uru
selama perang nanti. Sementara itu , di garis belakang
masih tinggal puluhan kapal dan puluhan ribu serdadu
yang siap diberangkatkan setiap saat sebagai bala ban­
tuan.
Pagi-pagi buta ketika cuaca masih gelap, kapal-kapal
Kompeni telah berada di perairan Gowa setelah menem­
puh pelayaran puluhan hari. Kapal-kapal itu langsung
menembak-nembakan peluru meriamnya untuk men­
ciutkan nyali prajuIit dan rakyat Gowa. Penduduk yang
mengetahui adanya musuh yang muncul mendadak itu
menjadi panik. Perempuan dan kanak-kanak yang belum
terbangun daIi tidumya tersentak kaget mendengar bunyi
meriam yang menggelegar. Mereka segera mendekap
suami atau bapak dan ibunya masing-masing karen a
takut. Pagi yang semula sunyi telah pecah menjadi hingar­
bingar. Anak-anak menangis ketakutan, perempuan
menjerit panik, dan orang lari lintang-pukang menyela­
-
matkan diri.
Karaeng Tunisombaya yang sedang nyenyak di
peraduannya juga terbangun mendengar gelegar meriam.
Perasaannya porak-poranda karena peIistiwa tak terduga
h--.-­-----.
".~~- . .

--- -~
-~
. -~
~
Raja Karaeng Tunisombaya menyambut kedatangan ahli ramal.
itu. Didatanginya Tuan Kadi, ahli nujum yang hanya Karaeng Boiolempangan

72 5
"Alhamdulillah," sambut RaJa Gowa, Karaeng Tuni­ mau buka bicara jika ada perlstiwa-peristiwa luar biasa.
sombaya. "Datang juga kau di tengah malam inime­ Dalam keadaan biasa ia selalu mengucilkan din dan sulit
menuhi panggilanku. Berarti kau termasuk orang yang dicari.
menjunjung kepentingan kerajaan di atas kepentingan "Pertanda apa ini semua?" tanya Karaeng Tunisom­
yang lain. Melupakan istri kesayangan untuk semen tara baya pada Tuan KadL
waktu, demi kejayaan kerajaan." "Sudah saatnya Gowa sakit dan pecah,' kata Tuan
"Paduka, demikian gawatkah keadaan kerajaan se­ Kadi parau.
hingga Paduka sampai hati memanggilku ditengah ma­ "Apa yang bisa kaukatakan untuk mencegah pecahnya
lam buta begini? Memaksaku meninggalkan istri tercinta Gowa?"
seorang diri di malam yang demikian dingin." "Tak ada lagi yang bisa dikatakan. Semuanya akan
"Ada satu yang membayang-bayangiku selalu. Musuh terjadi."
yang tak tampak, yang akan meruntuhkan kerajaan kita di Dengan perasaan runyam Karaeng Tunisombaya
kemudian harL Biarpun telah aku bangun benteng meninggalkan Tuan Kadi. Ia segera menghimpun para
yang kokoh, yang menggentarkan lawan, dan sulit ditem­ panglima perangnya. Dengan lantang ia berkata, "Kita
bus lawan, perasaanku tak pernah aman. Aku tak pernah tidak akan pernah kenaI menyerah. Walaupun Tuan Kadi
merasa yakin akan keamanan kerajaan. Oleh karena itu, mengatakan bahwa kinilah saatnya Gowa pecah, kita akan
kedata"nganmu kemari adalah untuk menjelaskan masih bertahan mati-matian dari serangan musuh. Lebih baik
adakah musuh yang mengancam kerajaan yang tangguh menumpahkan darah dan mengorbankan nyawa daripada
ini? Aku ingin mendengar dari telinga batinmu yang peka, mengorbankan kemerdekaan dan harga diri kita."
aku ingin melihat dari mata batinmu yang tajam. Aku Para panglima perang langsung terbakarucapan
ingin mendengar dan melihat segala bunyi dangerak yang Karaeng Tunisombaya. "Kami bukan serdadu kemarin
tak terdengar dan tak tampak, tetapi selalu kaudengar sore. Kami telah terbiasa dengan darah yang mengalir,
dan keulihat." melihat mayat bergelimpangan, mencium amisnya ge­
"Paduka, musuh yang tak tampak itu tidak akan da­ nangan darah, merasakan pedihnya luka tertikam," kata
tang dari luar kerajaan. Musuh yang tak tampak itu adalah salah satu panglima perang dengan berapi-api.
musuh dalam selimut, yang akan mengoyak kerajaan dari Panglima perang yang lain menimpali, "Pasti Karaeng
dalam kerajaan ini." Andi Patunru terkutuk itu yang datang menyerang.
"Kalau begitu, benar semua firasatku selama ini. Agaknya ia telah mendapatkan sekutu yang tangguh, yang
Musuh yang tak tampak itu bukan hanya bayangan, tetapi setanding dengan Gowa. Akan tetapi, Gowa tak akan per­
benar-benar ada. Karaeng, coba tunjukkan musuh yang nah gentar berhadapan dengan siapa pun! Apalagi kerisku
kaumaksud itu!" telah haus darah dan kinilah saatnya memuaskan dahaga
itu! "
4 73
"Kalau kita telah berbulat tekad untuk rnenyarnbut Karaeng Botolernpangang. Karaeng Botolernpangang
gernpuran rnusuh, kita tak perIu rnernbuang-buang waktu adalah seorang juru ramal yang ampuh. Rarnalan­
lagi. Siapkan para serdadu dan sernua persenjataan yang rarnalannya harnpir selalu rnenjadi kenyataan di kemu­
kita punya! Dan, barangkali lebih baik kita kirirnkan dian hari. Ia pun rnampu rnelihat dan membaca apa yang
utusan untukrnenanyakan apa yang dirnaui rnusuh," kata tak terlihat dan talc terbaca oleh orang lain. la adalah juru
Karaeng Tunisornbaya. ramal yang paling disegani di Kerajaan Gowa.
Utusan pun datang rnenghadap Raja Gowa, Karaeng Kar~eng Botolernpangang yang tengah berada di pera­
Tubisornbaya. "Hai utusan," kata Karaeng Tunisornbaya, duan bersarna istrinya tercinta rnenjadi terperanjat
"segeralah kau ke kapal yang berada di pelabuhan itu. rnendengar ketukan di pintu rurnah di tengah malarn buta.
Kau tanyai rnereka apa rnaksud rnereka datang kernari, Ketika dibukanya pintu, dilihatnya utusan kerajaan yang
rnaksud rnereka rnenernbak-nernbakkan peluru rneriarn datang.
sehingga nelayan ketakutan dan tak ada lagi yang rnelaut. "Hai utusan, berita apa yang kaubawa di , tengah rna­
Jangan lupa rnengatakan pada rnereka, Gowa siapa lam buta begini, saataku sedang mereguk keba­
bangkit rnelawan seandainya rnereka rnengurnumkan pe­ hagiaan bersarna istri kesayanganku?" ,sapa Karaeng
rang pada Gowa." Botolernpangang.
Tanpa rnenunggu perintah lagi utusan segera be­ "Arnpun Tuanku. Kedatangan harnba kemari adalah
rangkat ke kapal yang rnenembak-nernbakkan peluru perintah Raja Gowa yang tak bisa ditawar-tawar. Raja
rneriarn itu. Ternyata Karaeng Andi Patunru dan Patta rnerninta Tuanku datang ke istana rnalarn ini juga," kata
Bole yang dilihatnya berada di atas kapal. utusan kerajaan.
"Wahai Karaeng," kata urusan, "rnengapa kauternbak­ "Malam ini juga?"
ternbakkan peluru rneriarn? Mengapa kau takut-takuti "Ya. Begitu keinginan Raja."
rakyat Gowa? Kaupikir Gowa akan gentar dengan ger­ "Kalau begitu, aku akan segera herangkat."
takanrnu itu?" Setelah merapikan diri dan rneninggalkan ciurnan
"Aku telah rnernperoleh sekutu yang tangguh untuk sayang di kening istrinya tercinta, Karaeng Botolernpa­
rnernerangi keangkuhan Gowa," kata Karaeng Andi ngang segera bergegas rnelangkahkan kakinya ke istana.
Patumu. "Aku telah rnendatangi kerajaan-kerajaan Bone, Di istana, Raja Gowa, Karaeng Tunisombaya tidak sabar
Buton, Bali, Solo, dan beberapa kerajaan lagi. Satu pun lagi rnenunggu kedatangan Karaeng Botolempangang.
tak ada yang berani berhadapan dengan Gowa. Namun, di Maka begitu dilihatnya sosok tubuh Karaeng Botolern­
Batavia aku menernukan sekutu yang tangguh, yang pangang berkelabat dalarn cahaya bulan yangsedang pe­
sanggup rnenghadapi keangkuhan Gowa, Wahai utusan, nuh, Karaeng Tunisombaya langsung bergerak menyong­
song kedatangan Karaeng Botolempangang.

74 3
menyelam selama belasan menit di perairan yang dalam. segera katakan pad a Raja Gow a bah wa Karaeng Andi
Kapal musuh yang "nyasar" di perairan Gowa akan Patunru dan Patta Belo datang dari Batavia untuk kembali
mereka sabotase, dan bakal tenggelam tanpa musuh menetap di Tanah Gowa."
mengetahuinya. Tanpa banyak bicara utusan segera kembali ke istana
Bumi Kerajaan Gowa yang subur makmur juga meru­ Kerajaan Gowa untuk menyampaikan perkataan Karaeng
pakan pendukung bagi kekuatan perang Kerajaan Gowa. Andi Patunru kepada Raja Gowa. ·Karaeng ·Tunisombaya
Kerajaan Gowa mampu berperang selama belasan tahun yang mendengar laporan utusannya naik darah. "Tak
karena perbekalan yang cukup dan melimpah. Padi dan mungkin ia kembali ke Tanah Gowa! Ia sumber bencana
jenis-jenis pangan lain akan senantiasa mengalir dari dan penyakit. Ia hanya akan membawa malapetak a di
sawah-sawah Gowa yang subur. Para serdadu yang kerajaan ini. Wahai utusan, suruh Karaeng Andi Panunru
sedang berperang dan rakyat yang bertahan di garis be­ dan Patta Belo kembali ke Batavia. Biar saja mereka
lakang tidak akan kelaparan. berdua menjadi kaki tangan Kompeni."
Biarpun Kerajaan Oowa · amat kuat pertahannya dan Utusan kembali menemui Karaeng Andi Patunru.
disegani kerajaan-kerajaan di sekitarnya, Karaeng "Karaeng," katanya "hanya kau yang bisa mencegah
Tunisombaya sebagai yang dipertuan di Kerajaan Gowa pertumpahan darah dan perang saudara di kerajaan ini.
tidak pernah yakin akan kekuasaanya. Ia merasa khawatir Karena itu, kembalilah kau ke Batavia dan lupakan saja
kalau-kalau suatu waktu kekuasaannya tergoyahkan. Ia tanah kelahiranmu. Kelak anak cucumu yang akan kem­
juga takut kalau suatu saat musuh datang memorakpo­ bali ke Gowa."
randakan tahta dan kekuasaannya . yang begitu disegani "Tak mungkin lagi kau membujuk-bujuk," . kata
dan dihonnati. Karena itu, diperintahkannya para abdi karaeng Andi Patunru. "Aku hanya bersedia kembali ke
kerajaannya untuk mendirikan benteng yang kokoh yang Batavia kalau bunda yang melahirkanku diserahkan
mengelilingi istananya. Maka dalam waktu singkat diba­ kepadaku untuk aku bawa ke Batavia. Ia telah menderita
ngunlah benteng yang tinggi, tebal, kuat, mengitari sewaktu mengandung diriku dan aku tak mungkin
istana kerajaan. Musuh yang memandang benteng itu melupakannya begitu saja. Ia juga telah berjuang mela­
akan tertegun dan akan rontok nyalinya karena wan maut pada saat melahirkanku. Selanjutnya, yang aku
bangunannya demikian perkasa dan sulit ditembus. minta diserahkan kepadaku adalah orang-orang yang
Namun, Karaeng Tunisombaya sebagai raja Kerajaan mengasuhku dengan sabar dan dengan rasa sayang yang
Gowa tetap tak pernah percaya akan kekuatan mendalam. Karena kebaikan .mereka itulah aku bisa
kerajaannya. Untuk meyakinkan dirinya bahwa tak ada tumbuh dengan sehat dan kemudian beranjak dewasa.
lagi kekuatan yang mampu menandingi Kerajan Gowa, Wahai utusan, katakan pada Raja Gowa bahwa hanya itu
dipangilnyalah salah seorang pembantu terdekatnya, yang aku harapkan dan yang aku minta. Apabila Raja

2 75
Gowa tidak bersedia memenuhi permintaanku, aku akan
menjadi yatim piatu di Batavia, di tempat yang jauh dari
tanah kelahiranku. Aku tidak bersedia hidup sebatang kara
di temp at yang jauh."
"Karaeng," kata utusan itu melunakkan hati Karaeng
Andi Patumu, "kasihanilah ibumu yang berperasaan lem­
but. Ia akan jatuh sakit apabila kautetap ngotot me­
ngobarkan perang. Dan bapakmu yang berangkat tua akan 1. KARAENG TUNISOMBAYA
semakin berkerut wajahnya menghadapi kekerasan
hatimu."
"Sudahlah," kata Karaeng Andi Patumu, "segeralah
sampaikan permintaanku kepada Raja Gowa." Di Sulawesi ada Kerajaan Gowa yang terkenal amat
Utusan segera kembali ke istana kerajaan Gowa dan kuat. Tidak satu pun kerajaan lain yang beranimelawan­
melaporkan kepada Karaeng Tunisom baya . . Begi tu nya. Dengan serdadu-serdadu yang bertubuh kekar, per­
mendengar dari utusan apa yang dimaui Karaeng Andi kasa, dan terlatih dalam berbagai pertempuran, Kerajaan
Patumu, Karaeng Tunisombaya langsung merah wajahnya Gowaamat diperhitungkan lawan-Iawannya. Lebih-Iebih
karena murka. "Aku sebagai Raja Gowa tak mungkin para serdadu itu umumnya berani mati , tak kenaI takut
memenuhi permintaan gila macam itu. Suruh Andi akan bahaya yang datang. Dan, jumlah mereka pun sangat
Patumu angkat kaki sesegera mungkin! Suruh dia kem­ besar, puluhan ribu, bahkan ada yang mengatakan ratusan
bali ke Batavia! Hanya penyakit yang dia bawa!," kata ribu. Jika serdadu musuh datang menyerbu, tentara Kera­
Raja Gowa. jaan Gowa langsung bergerak bagai air bah yang menya­
Utusan kembali menemui Karaeng Andi Patumu. pu bersih lawan-Iawannya. Musuh terpaksa berpikir dua
"Raja Gowa telah menolak permintaanmu mentah-men­ tiga kaJ; <.:ebelum memutuskan menyerbu Kerajaan Gowa.
tah," kata utusan kepada Andi Patumu. "Aku akan ber­ Di samp." g itu, persenjataan tentara Kerajaan Gowa yang
sujud di kakimu apabila kau bersedia meninggalkan amat lengkap juga menggentarkan lawan-Iawannya.
Gowa dengan damai." Tentara Kerajaan Gowa tidak hanya jaya di daratan,
"Tak perlu kaulakukan itu," kata Andi Patumu. tetapi mereka juga berkuasa di lautan. Kapal dan perahu
"Kalau Raja Gowa tak bersedia menyerahkan orang­ musuh yang mencoba-coba memasuki perairan Kerajaan
orang yang aku cintai, sekarang yangaku minta pada Raja Gowa harus bersiap-siap menyambut ajalnyakarena ten­
Gowa hanya benteng Ujungpandang. Aku tunggu dalam tara laut Kerajaan Gowa juga memiliki pasukan selam
tempo satu hari satu malam terhitung mulai saat ini. Bila yang terampil dan sangat terlatih. Mereka sanggup .

76 1
batas waktu itu kali iln langgar, aku akan rne ng erahkan
sereladu-serdadu yang berada di atas kapal ini untuk
menyerbu dan membumihanguskan Gowa. vVahai utus an,
segera sampaikan pesanku ini kepada raja Gowa."
Raja Gowa yang mendengar ancaman Karaeng Andi
Patunru dari utusan langsung memerintahkan para pang­
lima perang untuk bersiaga. "Percuma saja gertaknya itu,"
kata Karaeng Tun isombaya. "Dikiranya kita kanak-kanak
yang mudah digertak. Lihat saja , elia nanti akan termakan
gertakannya sendiri. Apalagi yang dia ajak bersekutu
bangsa penjarah."
Keesokan harinya serdadu-serdadu Kompeni mem­
banjiri tanah Gowa. Meriam-meriam kapal juga beraksi.
Pohon-pohon nyiur yang bertumbuhan di sepanjang pan­
tai sebagian tumbang diterjang peluru-peluru meriam.
Rumah-rumah penduduk banyak yang roboh kena hantam
peluru meriam. Korban bergelimpangan di mana-mana.
Jerit tangis dan jerit ketakutan menggema di mana-mana.
Akan tetapi, serdadu-serdadu Gowa tak gentar meng­
hadapi semua itu. Berbondong-bondong mereka bergerak
maju menumpas serdaru Kompeni. Serdadu Kompeni
banyak juga yang tumbang. Mereka kewalahan meng­
hadapi balasan serdadu Gowa yang membabi buta.
Dengan tombak, golok, keris, dan pedang, serdadu­
serdadu Gowa membasmi lawan-lawannya. Mereka
bergerak dengan cepat, lincah, dan tak terduga. Tahu-tahu
mereka telah berada di hadapan serdadu-serdadu Kom­
peni dan langsung membabat habis serdadu-serdadu
Kompeni itu. Serdadu-serdadu Kompeni yang terdesak
akhirnya bergerak mundur ke pantai. Namun, para ser­
dadu Gowa tak memberi kesempatan mereka mundur.
Mereka terus dihajar.
77
DAFTAR lSI

KATA PENGANTAR .......................................... iii

DAFTAR lSI........................................................ v

1. Karaeng Tunisombaya ................................... 1

2. Karaeng Andi Patunru ................................... 21

3. Kompeni........................... ............. ......... ........ 59

Andi Patunru beserta sekUlunya (Belanda) lerpukul mundur oleh


prajuril Gowa

78 v

Indonesin dan Daerah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Satu- saturoy:: . meriam yang dirniliki Keraj llan Gowa,
tahun 1988, yang berjudul Tak Tertaklukkan (Sinrilik Kappalak yang dinarnai Sinrilik Kappalak Tallung Batuwa, yang
Tal/ung Batuwa), berbahasa Makassar, karangan Siradjuddin selama ini bungkam dan tak pernah terlibat dalam pertem­
Bintang. puran apa pun, kali ini ikut unjuk gigi. Bunyinya-mengge­
Kepada Dr. Nafron Hasjim, Pemimpin Proyek Penerbitan legar menggentarkan serdadu-serdadu Kompeni.
Buku Sastra Indonesia dan Daerah tahun 1991/1992, beserta staf­
Meskipun serdadu-serdadu Kompeni telah terdesak
nya (Drs . Farid Hadi, Suwanda, Ciptodigiyarto, Sujatmo, dan
rnundur, serdadu-serdadu Gowa tetap menerjang maju
Wamo) say a ucapkan terima kasih atas penyiapan naskah buku ini.
dengan garang . pasukan penyelarn yang dirniliki Gowa
Ucapan terima kasih saya tujukan pula kepada Drs. M. Dj<;imin
Nasution, sebagai penyunting dan Sdr. Badriesebagai ilustrator ikut dikerahkan. Tanpa diketahui lawan, para penyelarn
buku ini. itu membocori kapal-kapal rnusuh. Dua kapal Kompeni
ten ggelam karena tindakan para penyelam Gowa.
Gubernur lenderal Kompeni yang menyaksikan para
Jakarta, Maret 1992 Hasan Alwi serdadunya morat-marit segera memerintahkan untuk
mundur ke Batavia. Dengan perasaan hancur, para ser­
dadu Kompeni kembali ke Batavia.
Di atas kapal ya:1g membawanya pulang ke Batavia,
Karaeng Andi Patunru yang masih penasaran dengan
kekalahan Kompeni bertanyakepada Gubernur lenderal,
"Gubernur, kapan kita kembali menyerbu Gowa?"
"Sabar saja . Kita tunggu bararig seratus dua ratus
tahun lagi sampai diciptakan orang pesawat terbang yang
akan mengebom dan menghancurkan Gowa dari udara,"
kat a Gubernur lenderal tak bersemangat.
"Kalau begitu, bisa-bisa aku duluan mati. Hanya
mayatku barangkali yang akan sempat kembali ke Gowa,
tanah kelahiranku."

IV 79
.. l , ' I " r" ( , \ I,
r' L ~ - r t- E \1 cJ I J \ \ " 1 I J
P E '. r.. Er.l 0 A rl GA N B 1/ .... I j

oA P,~ RTE MEN PEN 0 I (j J.< A ,v


DAN KEBUDAV AAN

KATA PENGANTAR

KEPALA PUSAT PEMBINAAN

DAN PENGEMBANG AN BAHASA

Usaha pelestarian sastra daerah perlu di lakukan karena di


dalam sastra daerah terkandung warisan budaya nenek moyang
bangsa Indonesia yan g sangat tinggi nilain ya. Upaya pelestarian
sepeni itl! bukan hanya akan memperkaya khazanah sastra dan
budaya Indonesia, melainkan j uga akan memperluas wawasan
sastra dan budaya masyarakatnya. Dengan kata lain, upaya yang
dilakukan itu dapat dipandang sebagai dialog antarbudaya dan
antardaerah yan g memungkinkan dapat digunakannya sasrra da­
erah sebagai salah satu alat bantu unruk mewujudkan manusia yang
berwawasan keindonesiaa n.
Seh ubu ngan dengan itu, sangat tepat kiranya usaha Departe­
men Pendidikan dan Kebudayaan mel alui Proyek Penerbitan Buku
Sastra Indonesia dan Daerah dalam menerbitkan buku sastra anak­
anak yang bersumber pad a sastra daerah. Cerita yang dapat mem­
bangkitkan kreativitas atau yang mengandung nilai, jiwa, dan
semangat kepah lawanan peflu dibaca dan diketahui secara meluas
oleh anak agar mereka dapat rnenjadikan kesemuanya itu sebagai
sesuatu yang patut diteladan i.
Buku Tak Tertaklukkan (Sinrilik Kappalak Tallung Batuwa)
ini bersumber pada buku terbium Proyek Penerbitan Buku Sastra

III
PROYEK PENERBITAN BUKU SASTRA INDONESIA

DAN DAERAH-JAKARTA

TAHUN 1991/1992

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PUS AT PEMBINAAN DAN PE.NGEMBANGAN BAHASA

Pemimpin Proyek Dr. Nafron Hasjim


Bendahara Provck
._ .1 .- Suwanda
Sekretaris Pr()y~k D&),\Farid Hadi
POlpustaka ';!I , - . . 'Stat Proyek Ciplodigiyarlo
Sujauno
Warno ­
~ I

1101 I
, - ' \o.o't r ---------
I
ISBN 979 459 230 7

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

lsi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya dilarang diperbanyak

dalam benluk apa pun lanpa izin lertulis dari penerbil,

kecuali dalam hal pengulipan unluk kcperJuan penulisan artikel

atau karangan ilmiah.

11
' ~ .-J. L , -­
v I • 7'

TIDAK DIPERDAGANGKAN UNTUK UMUM

\IJ
TAK TERTAKLUKKAN
(Sinrilik Kappalak Tallung Batuwa)

Diceritakan kembali oleh:


Suyono Suyatno I I I I I I I I I I/~
00002751

~
PEA P IJ ~ T A K " " oil

PUS A T P EVI J 1 'I \ ,\I f), ~

PEN Ii H~ 8 /I rl G .A N n· II \

DAPAI:TE ' l ; 'J .. ,: 1 1 J . \


0 ,: 1, ': J I I • I ,

12 A D I A
PUSAT PEME , ~ · :. : J D~tJ rp:GEMBANGAN BAHAS~\

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

... Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Jakarta

1992

Anda mungkin juga menyukai