Anda di halaman 1dari 204

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG


Jalan Pembangunan Telp.(0562) 392824
SAMBAS – Kalimantan Barat
Kodepos 79400

RENCANA AKSI KOTA PUSAKA (RAKP)


KABUPATEN SAMBAS
TAHUN 2017
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………… 1
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………… I.1
I.1 LATAR BELAKANG ………………………………………………………………………………… I.1
I.2 MAKSUD DAN TUJUAN …………………………………………………………………………………. I.1
I.3 LANDASAN HUKUM .................................................................................... I.2

I.4 SISTEMATIKA RAKP .................................................................................... I.3

BAB II PROFIL KOTA PUSAKA ……………………………………………………………………………….. II.1


II.1 SEJARAH PERKEMBANGAN KOTA TERKAIT MORFOLOGI KOTA ……………………… II.1
II.2 SIGNIFIKANSI, OTENTISITAS DAN INTEGRITAS …………………………………………….. II.63
II.2.1 SIGNIFIKANSI …………………………………………………………………………………………… II.63
II.2.2 OTENSITAS ………………………………………………………………………………………………. II.67
II.2.3 INTEGRITAS ……………………………………………………………………………………………. II.69
II.3 ATRIBUT PUSAKA ……………………………………………………………………………….. II.70

BAB III TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI ……………………………………………………….... III.1


III.1 TUJUAN ……………………………………………………………………………………………………… III.5
III.2 KEBIJAKAN ……………………………………………………………………………………………………. III.5
III.3 STRATEGI …………………………………………………………………………………………………….. III.7

BAB IV KONSEP PENGELOLAAN KOTA PUSAKA ……………………………………………….. IV.1


IV.1 RENCANA PENGEMBANGAN KOTA PUSAKA ……………………………………………….. IV.1
IV.2.RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN ……………………………………………….. IV.6
IV.3.RENCANA PARTISIPASI PEMANGKU KEPENTINGAN …………….......................... IV.8

1
BAB V PENETAPAN KAWASAN PRIORITAS …………………………………………………………… V.1

V.1 SKORING HASIL INVENTARISASI ASET PUSAKA DI KOTA SAMBAS ……….. V.1
V.2 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI ……………………………………………… V.5
V.3 KONSEP DESAIN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN ……………………………….. V.6

BAB VI ARAHAN INDIKASI PROGRAM ……………………………………………………………. VI.1


VI.1 INVENTARISASI, ANALISIS DAN PENETAPAN PUSAKA ………………………….. VI.1
VI.2 INFORMASI, EDUKASI DAN PROMOSI ……………………………………………………. VI.1
VI.3 PENGELOLAAN RESIKO BENCANA UNTUK PUSAKA …………………………………………. VI.1
VI.4 PERENCANAAN DAN OLAH DESAIN KOTA PUSAKA ………………………………………….. VI.2
VI.5 INDIKASI PROGRAM PERENCANAAN ………………………………………………………………. VI.6

LAMPIRAN 1
SK Bupati Tim Pelestarian Kota Pusaka

LAMPIRAN 2
Dokumentasi Rapat Penyusunan RAKP

LAMPIRAN III
Peta Sejarah

DAFTAR PUSTAKA

2
Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka Indonesia merupakan salah satu
langkah kongkret implementasi amanat Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang, khususnya pada penataan ruang kawasan strategis sosial
budaya. Demikian juga amanat Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional bahwa kawasan-kawasan strategis nasional dari
sudut kepentingan sosial budaya merupakan tempat pelestarian dan pengembangan
adat istiadat atau budaya nasional, aset nasional/internasional yang harus
dilindungi/dilestarikan, dan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,
termasuk perlindungan terhadap keanekaragaman budaya.

Sebagai keberlanjutan penataan dan pelestarian Kota Pusaka di Kabupaten


Sambas sekaligus implementasi dari amanat Peraturan Daerah Kabupaten Sambas
Nomor 17 Tahun 2015 tentangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sambas Tahun
2015-2035 (Lembaran Daerah Kabupaten Sambas Tahun 2015 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Sambas Nomor 25). Mengacu pada peraturan tersebut,
perlu disusun rencana aksi yang berisi tujuan, kebijakan dan strategi penataan dan
pelestarian pusaka Kabupaten Sambas sampai dengan 5 tahun ke depan.

Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) disusun agar Kabupaten Sambas dapat
melindungi, memelihara, mengembangkan, melestarikan, serta memanfaatkan
keunggulan nilai-nilai budaya kota pusaka sehingga menjadi identitas Kabupaten
Sambas. Dengan tujuan agar pelaksanaan pemeliharaan, pembangunan, dan
pengembangan Kota Pusaka di Kabupaten Sambas memiliki panduan yang jelas serta
sinergi dengan dokumen perencanaan daerah yang telah ada.

Sambas 2017

Tim Penyusun

1
2
3
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka Indonesia merupakan salah satu
langkah kongkret implementasi amanat Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang, khususnya pada penataan ruang kawasan strategis sosial budaya.
Demikian juga amanat Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional bahwa kawasan-kawasan strategis nasional dari sudut
kepentingan sosial budaya merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat
istiadat atau budaya nasional, aset nasional/internasional yang harus
dilindungi/dilestarikan, dan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,
termasuk perlindungan terhadap keanekaragaman budaya.
Sebagai keberlanjutan penataan dan pelestarian Kota Pusaka di Kabupaten Sambas
sekaligus implementasi dari amanat Peraturan Daerah Kabupaten Sambas Nomor 17
Tahun 2015 tentangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sambas Tahun 2015-2035
(Lembaran Daerah Kabupaten Sambas Tahun 2015 Nomor 19, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Sambas Nomor 25). Mengacu pada peraturan tersebut, perlu disusun
rencana aksi yang berisi tujuan, kebijakan dan strategi penataan dan pelestarian pusaka
Kabupaten Sambas sampai dengan 5 tahun ke depan.

I.2 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI KOTA PUSAKA


Maksud dari penyusunan Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) agar Kabupaten
Sambas dapat melindungi, memelihara, mengembangkan, melestarikan, serta
memanfaatkan keunggulan nilai-nilai budaya kota pusaka sehingga menjadi identitas
Kabupaten Sambas.
Adapun tujuan Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP), agar pelaksanaan pemeliharaan,
pembangunan, dan pengembangan Kota Pusaka di Kabupaten Sambas memiliki panduan
yang jelas serta sinergi dengan dokumen perencanaan daerah yang telah ada.

I-1
I.3 LANDASAN HUKUM

Landasan hukum yang dipergunakan dalam RAKP ini adalah :


1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman;
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana;
5. Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
6. Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Air;
7. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem perencanaan
Pembangunan Nasional;
8. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;
9. Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang;
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional;
12. Peraturan Daerah Kabupaten Sambas Nomor 7 Tahun 2015 tentang Bangunan
Gedung;
13. Peraturan Daerah Kabupaten Sambas Nomor 9 Tahun 2008 tentangPembentukan,
SusunanOrganisasidan Tata KerjaPerangkat Daerah Kabupaten Sambas;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Sambas Nomor 17 Tahun 2015 tentangRencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Sambas Tahun 2015-2035.

I-2
I.4 SISTEMATIKA RAKP

Buku RAKP disusun dengan sistematika seperti berikut :

Kata Pengantar
Ringkasan Eksekutif
Daftar Isi
Bab I : Pendahuluan
I.1. LatarBelakang
I.2. Maksud danTujuan Penyusunan Rencana Aksi Kota Pusaka
I.3. LandasanHukum
I.4. Sistematika RAKP
Bab II : Profil Kota Pusaka
II.1. Sejarah Perkembangan Kota terkait Morfologi Kota
II.2. Atribut Pusaka
Bab III : Tujuan, Kebijakan dan Strategi
III.1. Tujuan
III.2. Kebijakan
III.3. Strategi
Bab IV : Konsep Pengelolaan Kota Pusaka
IV.1. Rencana Pengembangan Kota Pusaka
IV.2. Rencana Pengembangan Kelembagaan
IV.3. Rencana Pemberdayaan Masyarakat
Bab V : Penetapan Kawasan Prioritas
Bab VI : Arahan dan Indikasi Program Penataandan Pelestarian Kota
Pusaka
Daftar Pusaka

I-3
BAB II
PROFIL KOTA PUSAKA

II.1 SEJARAH PERKEMBANGAN KOTA TERKAIT MORFOLOGI KOTA

Kabupaten Sambas adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Barat.


Kabupaten Sambas memiliki luas wilayah 6.395,70 km² atau 639.570 ha (4,36% dari
luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat), merupakan wilayah Kabupaten yang terletak
pada bagian pantai barat paling utara dari wilayah provinsi Kalimantan Barat. Panjang
pantai ± 128,5 km dan panjang perbatasan negara ± 97 km.

Gambar Posisi Geografis Kabupaten Sambas

II - 1
SEJARAH PERKEMBANGAN KOTA
PUSAKA

PERIODE 6 M – 9 M PERIODE 13 M – 14 M PERIODE 15 M PERIODE 16 M

BUILD UP AREA PERIODE 2000 PERIODE 1945 PERIODE 17 M Kesultanan Sambas

II - 2
MORFOLOGI KOTA PUSAKA

Posisi Keraton

Peta Tahun 1861 lokasi pemukiman berada disekitar


pertigaan Sungai Sambas Kecil dengan akses jalan
menggunakan jalan gertak. Posisi Keraton berada di
seberang Keraton yang ada saat ini

Peta Tahun 1944 lokasi pemukiman sudah menyebar akses


jalan menggunakan jalan gertak, masih ada dan sudah terdapat
perkembangan jaringan jalan. Posisi Keraton sudah pindah

Google Earth Tahun 2017 lokasi pemukiman sudah


menyebar akses jaringan jalan sudah berkembang
pesat. (Jalan Gertak masih dipertahankan)
Komplek Keraton Sambas (Keraton Alwatzikhoebillah) II - 3
Gambar Timeline Perkembangan Kota Pusaka

II - 4
Kabupaten Sambas yang terbentuk sekarang ini adalah hasil pemekaran
kabupaten pada tahun 2000. Sebelumnya wilayah Kabupaten Sambas sejak tahun 1960
adalah meliputi juga Kota Sambas dan Kabupaten Bengkayang sekarang di mana
pembentukan Kabupaten Sambas pada tahun 1960 itu adalah berdasarkan bekas
wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas.
Kesultanan Sambas adalah salah satu Kesultanan Melayu di Kalimantan Barat yang
berpusat di daerah pesisir pada aliran Sungai Sambas Kecil. Pusat pemerintahan terletak
dipertemuan tiga buah sungai yaitu Sungai Sambas Kecil , Sungai Teberau dan Sungai
Subah disebut dengan nama Muara Ulakan. Penyebutan istilah Kesultanan di Sambas
bermula pada saat Raden Sulaiman dinobatkan menjadi penguasa di Sambas dengan
menggunakan gelar Sultan Muhammad Tsafiuddin.
Adapun wilayah yang termasuk kedalam Kesulthanan Sambas sekitar 23.320 Km²
dengan batas –batas sebagai berikut : di sebelah barat dan barat daya berbatasan
dengan Laut Cina Selatan. Daerah pantai ini terbentuk dari utara ke selatan ; dimulai
dari Tanjung Datuk sampai muara Sungai Duri. Di sebelah utara berbatasan dengan
Sarawak (Malaysia Timur) dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kesultanan
Mempawah, sedangkan di sebelah Timur dan Tenggara berbatasan dengan Kesultanan
Landak.

1. Sejarah Kerajaan Wijaya Pura (6 m – 9 m)


Kerajaan Wijayapura berlokasi sekitar muara sungai Rejang, berdiri sekitar
abad ke 7 Kalimantan Barat, Indonesia. Hal ini di tunjukan dengan temuan artefak di
lembah sungai Sambas, yang diperkirakan sekitar abad 9 Masehi. Hal ini menunjukan
terdapat pemerintahan yang sezaman dari pemerintahan Sriwijaya. Archa-archa buddha
berbahan emas ditemukan di dalam guci tembikar pada dekade 1940-an. Temuan ini
dijual oleh penemunya, dan jatuh ketangan Tan Yeok Seong, seorang kolektor dan
sejarahwan Asia Tenggaran warga Singapura. Harta Karun ini kemudian dibeli oleh
seorang filantropi PT. Brooke Sewell, yang kemudian disumbangkan kepada Brithis
Museum pada 1956.

II - 5
Gambar Archa Budha Berbahan Emas Pada Zaman Kerajaan Wijaya Pura

2. Sejarah Kerajaan Nek Riuh (13 m – 14 m)


Pada abad ke 13-14 M, telah diketahui bahwa kerajaan yang ada di Sambas
bernama Kerajaan Nek Riuh. Keberadaan Kerajaan Nek Riuh secara otentik tercatat
dalam kitab Negara kertagama karya Prapanca pada zaman Majapahit tahun 1365 M.
Dalam tulisan J.U. Lontaan (1975) disebutkan bahwa pada abad ke 13 M telah ada tata
pemerintahan dan hukum-hukum yang mengatur masyarakat Sambas, dan rajanya
merupakan salah satu dari 405 cabang suku Dayak yang bernama Nek Riuh. Kerajaan
Nek Riuh berada di bawah Kerajaan Bakulapura (bawahan Singhasari), Kerajaan Nek
Riuh dipimpin oleh Patih Riuh/Nek Riuh.
Pusat kerajaan berada di sekitar Sungai Raya (sekarang Kabupaten Bengkayang)
dan Tanjung Dato menjadi wilayah perbatasan mandala kerajaan Bakulapura/
Tanjungpura/ Sukadanadengan wilayah Borneo/ Brunai/ Barune. Kerajaan Nek Riuh
mengalami kemunduran dikarenakan perang perluasan daerah kedaulatan dari
kerajaan suku dayak tetangga (Kerajaan Suku Dayak Mualang). Perang perluasan
wilayah ini dikenal dengan Perang Kayau.
Runtuhnya kerajaan Nek riuh mengakibatkan sebagian penduduknya berpindah
kedaerah Selakau, sehingga muncul istilah Dayak Salako. Dayak Salako diyakini berasal
dari daerah Aliran Sungai Selako (sekarang nama Kecamatan Selakau di Kabupaten
sambas). Keyakinan ini selain berasal dari penelitian Simon Takdir (2006), juga dari
hasil wawancara penulis dengan sejumlah informan baik yang berasal dari Sasak,
Biawak (Malaysia), Lundu dan Paon. Semua informan dengan tegas mengatakan bahwa

II - 6
nenek moyang mereka berasal dari Sarinokng (muara sungai Selako). Tempat ini
sekarang dikenal sebagai Selakau Tua. Bukti adanya pemukiman di daerah Sarinokng ini
diperoleh dari cerita lisan yang selalu disampaikan oleh cerita oranngtua secara turun-
temurun. Selain itu disekitar daerah ini masih ditemukan pohon buah-buahan yang
sudah tua, misalnyapohon durian, cempedak, asam kalimantan, dan lain-lain serta
tempat pemujaan (tempat keramat) yang disebut Padagi/Panyugu yang sudah tidak
terurus, pecah-pecahan keramik yang tersebar dilokasi bekas bantang, tepian mandi dan
tempat keramat. Tambahan pula, dilokasi bukit Sarinokng ini ditemukan sebuah
Nekara pada bulan Mei 1991 yang kini di simpan di Museum Negri Pontianak, Mckinnon
(1991) menyatakan bahwa: “finds of sherds of coarse ‘prehistoric’ paddlemarked and
basket-impressed earthenware in and around an area of white sand at the foot of
bukitselindung maybe an indication of an early settlement in the area, though not
necessarily one with any connection with drums-the criteria for such a settlement site
would appear to be met-an area of firm dry land upstream from the coast but with
riverine access to the sea, with a source of potable water (the stream from the hill) and
at one time abundance of building materials and food resources-estuarine fish, shell fish
and other equatic life.” Menurut Simon Takdir (2006,…) Setelah beberapa lama tinggal
di Sarinokng dan Pulo Nangko, beberapa orang dari mereka berusaha pindah mencari
daerah baru. Perpindahan ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain, atas kemauan
sendiri karena lokasi ladang yang sudah terbatas, ada juga yang karena konflik dalam
komunitas hasilp engaruh luar. Sejumlah informan di lokasi ini mengatakan bahwa
orang Dayak tinggal disini sekitar 6-7 generasi. Hal ini diperkuat dengan adanya
keramat dilokasi ini yang masih dapat dilihat hingga sekarang. Dari Sarinokng ini ada
kelompok yang pindah ke Pemangkat. Kelompok ini dipimpinoleh Ne’ Mangkat. Menurut
cerita Pemangkat berasal dari nama pemimpin kelompok ini. Kelompok inilah yang
pertama kali membuka daerah pemangkat sekarang. Keturunan kelompok ini
selanjutnya ada yang pindah dengan menulusuri sungai Sabangko hingga kedaerah yang
sekarang disebut Paranyo (dalam bahasa Melayu: Pelanjau). Mereka mendirikan
bantang (Rumah panjang) mereka di sini. Kelompok lainnya mudik kehulu melalui
sungai Bantanan, mereka berdiam di Tabing Daya (17 km dari Sekura sekarang),
kemudian menyebar dengan mudik lagi di Kuta lama ( dekat pasar Galing sekarang),
selanjutnya ada yang mudik lagi keJaranang (sungai ano sekarang), terus mudik lagi di

II - 7
Bapantang BatuItapm, di BatuItapm inilah mereka lama menetap bahkan sampai
sekarang. Generasi dari BatuItapm ini kemudian menyebar sampai kedaerah distrik
Lundu Malaysia. Di Malaysia sekarang merekam enempati 24 kampung dengan populasi
9558 jiwa (JKKP, Desember 2007). Umumnya informan di Biawak, Rukapm dan Paon
yang penulis wawancarai mengetahui bahwa nenek moyang mereka berasal dari
Indonesia tepatnya BatuItapm di Kecamatan Sajingan Besarsekarang. Di Malaysia,
Dayak Salako dimasukan kedalamr umpun Dayak Bidayuh.

Dayak Selakau

Di setiap tempat yang didiami, paling kurang nenek moyang orang Selako tinggals
ekitar 3 sampai 4 generasi sebelum ada yang bermigrasi . Penulis juga memiliki
keyakinan bahwa generasi yang bertahan di Sarinokng, Tabing Daya dan Kuta Lama
telah memeluk agama Islam dan menyebut dirinya Malayu. Keyakinan penulis ini
berasal dari temuan bahwa sejumlah informan tua (70an tahun) didaerah ini walaupuns
udah beragama Islam tetap menyebut bahwa kakek dan nenek mereka dulu adalah
orang Darat (Dayak red), bahkan ada yang mengatakan Ayah dan Ibu mereka adalah
orang Darat (Dayak red).

II - 8
Beberapa kelompok pindah lagi dengan menelusuri hulu sungai Salako. Ada yang
menelusuri sungai Sangokng dan naik di Nek Balo, teruske Nek Date’Potekng, ajintotn,
ango, Pakunan, Samarek, Pasi dan seterusnya. Namun ada juga yang naik di Bariakak
dan terus ke Sahowo’Bagak, Pasar, Sanorekng, Ranto, Sakong dan sebagainya. Orang
Saopo asalnya orang Bagak. Selanjutnya, ada yang terus mudik dan naik di Timawokng
Abo’ dan pindah ke Puaje. Orang BantangSahowo’ pernah pindah ke Puaje. Perjalanan
menelusuri sungai Selako yang berhulu di Bukit Bawokng (gunungBawang) telah
mengatur kelompok orang Dayak Salako yang lain ke Lao, daerah Serukam. Dari sini
menyebar kedaerah Sawak dan Gajekng serta Pakana dan sekitarnya. Wilayah lainya
adalah Garantukng Sakawokng (Puaje,Pasar/Pak Kucing, Sanorekng, Pareto’/Saopo,
Bagaksahowo, Nyarongkop/Ne’Usur/Kamar, Potekng/ Pajintotn, dan Paranyo). dan
Sango Sakawokng (Sango, Gare, Pakunam, Pasi, Sakong, Ranto). Batas Garantukng
sakawokng dan Sango Sakawoknga dalah Pentek (Tirtayasa). Batas Garantukng
Sakawokng dengan Sawak Hilir adalah kampung Puaje (jembatan dekat simpang
Monterado). Ada kelompok lain lagi yang berasal dari Lao pindah hingga Pakana
(Karangan). Ini nenek Moyang orang Salako yang menurut mereka yang berbahasa
ba’ahedan banana’. Selanjutnya terjadi penyebaran keberbagai wilayah di kabupaten
Pontianak dan Landak dengan berbagai macam isolek (dialek dalam bahasa sarumpun).
Mereka yang berdiam di Pakana sekarang umumnya beragama Islam tetapi masih
menyebut diri mereka Dayak dan mereka masih mempraktekan budaya Dayak. Bahkan
beberapa diantaranyaa da yang memelihara babi walaupun sudah tidak memakanny
alagi. Diyakini bahwa di pakana ini pada masa lalu ada semacam pusat pemerintahan
dengan penduduk yang cukup ramai. Disini terjadi infiltrasi pengajaran agama islam,
mereka yang menerima agama islam tetap bertahan tetapi yang tidak menerima
memilih bergimigrasi ketempat-tempat lainnya. Selain itu di Pakana inilah diyakini pula
sebagai puncak migrasi orang dayak Selako yang dikemudian hari suku ini berkembang
ke dalam berbagai dialeg bahasa. Sebagaimana diketahui bahwa dialeg orang selako
meliputi badameo, ba-ahe, ba-jare, ba-nana’ ba-ngape. Tentang perubahan dialeg bahasa
ini, kemungkinan disebabkan oleh adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah.
Bennett (1976;247) melihat bahwa adaptasi merupakan perilaku responsive manusiat
erhadap perubahan-perubahan lingkungannya yang memungkinkan mereka dapat
menata system-sistem tertentu bagi tindakan atau tingkah lakunya agar dapat

II - 9
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada. Perilaku tersebut berkaitan
dengan kebutuhan hidup, setelah sebelumnya melewati keadaan-keadaan tertentu dan
kemudian membangun suatu strategi serta keputusan tertentu untuk menghadapi
keadaan-keadaan selanjutnya. Dengan demikian, adaptasi merupakan suatu strategi
yang digunakan oleh manusia dalam masa hidupnya untuk mengantisipasi perubahan
lingkungan, baik fisik maupun sosial (Alland, Jr, 1975; Alland, JrdanMcCay, 1973; Moran,
1982, 1983).

Gambar Peta Suku Dayak

II - 10
3. Sejarah Kerajaan Tan Unggal (15 M)

Kisah Tan Unggal ini berkaitan dengan sejarah kerajaan sambas purbakala
sebelum masuknya ajaran Islam. Kesultanan Sambas adalah penerus pemerintahan dari
kerajaan-kerajaan Sambas sebelumnya. Kerajaan yang bernama "Sambas" di wilayah ini
paling tidak telah berdiri dan berkembang sebelum abad ke-14 M sebagaimana yang
tercantum dalam Kitab Negarakertagama karyaMpu Prapanca. Pada masa itu rajanya
bergelar "Nek", salah satunya bernama Nek Riuh. Setelah masa Nek Riuh, pada sekitar
abad ke-15 M muncul pemerintahan raja yang bernama Tan Unggal yang terkenal sangat
kejam. Karena kekejamannya ini Raja Tan Unggal kemudian dikudeta oleh rakyat dan
setelah itu selama puluhan tahun rakyat di wilayah Sungai Sambas ini tidak mau
mengangkat raja lagi. Pada masa kekosongan pemerintahan di wilayah Sungai Sambas
inilah kemudian pada awal abad ke-16 M (1530) datang serombongan besar orang-
orang dari Pulau Jawa (sekitar lebih dari 500 orang) yaitu dari kalangan Bangsawan
Kerajaan Majapahityang masih beragama Hindu, yaitu keturunan dari Raja Majapahit
sebelumnya yang bernama Wikramawardhana.
Pada saat Tan Unggal memerintah kerajaan Sambas sekitar abad ke-15 M,
Ia terkenal dengan raja yang kejam karena sifatnya yang sombong, kejam dan zhalim
dengan rakyatnya. Dia memimpin dengan sewenang-wenang, apa yang ia katakan dan
semua keinginannya harus dilaksanakan walaupun hal tersebut dibenci oleh rakyat.
Pada zamannya kerajaan Sambas tidak mudah di serang oleh kerajaan lain. Bahkan
pasukan Majapahit pun tidak berani memasuki wilayah Kerajaan Sambas karena
kehebatannya dan mendengar kalau ia adalah setengah siluman.
Gelar Setengah Siluman di sandang oleh Tan Unggal akibat ia senang memakan
sambal asam yang bercampur darah manusia. Ikhwal cerita ia gemar menikmati sambal
asam dengan darah manusia, saat tukang masak kerajaan menyajikan sambal asam
bercampur darahnya secara tak sengaja. Saat membuat sambal dengan rasa takut yang
teramat sangat, membuat jari kelingking tukang masak itu teriris lading (Pisau) hingga
darahnya mengucuri sambal yang dibuatnya. Tukang masak itu tidak sempat membuat
sambal baru, karena jam makan siang raja Tan Unggal telah tiba. Ia tidak mau
mengambil resiko kehilangan nyawa, gara-gara terlambat menghidangkan makanan Tan
Unggal yang terkenal kejam itu. Karena waktu yang sudah sangat singkat lalu si tukang

II - 11
masak itu langsung mengaduk darah yang menetes tadi ke dalam sambal asam. Sambal
asam tersebut langsung disajikan di meja makan Tan Unggal, begitu memakan sambal
tersebut Tan Unggal merasa sambal asam yang ia santap sangat enak berbeda dengan
hari biasanya. Lalu Tan Unggal pun bertanya kepada si tukang masak tentang rahasia
sambal di nikmatinya tadi terasa enak. Si tukang masak pun tidak berani untuk
berbohong, ia menceritakan bahwa sambal asam itu sudah bercampur dengan darahnya
sendiri. Semenjak kejadian itu Tan Unggal memerintahkan kepada tukang masak setiap
kali membuat sambal asam dan makanan lainnya harus dicampur dengan darah
manusia. Rakyatnya pun menjadi korban kegemaran Tan Unggal menyantap makanan
bercampur darah saat si tukang masak tidak mampu lagi memberikan darahnya setiap
kali memasak.
Kekejaman Tan Unggal bukan hanya pada rakyatnya, bahkan anaknya, Bujang Nadi
dan Dare Nandong pun merasakan kekejaman Tan Unggal. Pada masa hidupnya Bujang
Nadi sangat suka memelihara ayam jago dan Dare Nandong paling suka untuk menenun
kain sampai-sampai dia pernah mendapatkan hadiah berupa mesin tenun yang berlapis
emas, tiap hari Bujang Nadi dan Dare Nandong hanya diperbolehkan bermain berdua
saja karena Tan Unggal sangat membenci mereka jika dia berteman dengan rakyat
biasa. Pada suatu masa, ketika Bujang Nadi dan Dare Nandong sedang asik barmain di
taman istana dan sedang asik bercerita tentang perkawinan. Tanpa sadar mereka di
intip oleh seorang pengawal istana. Pengawal itu mendengar percakapan asyik kedua
beradik itu dibalik deretan bunga tepat di belakang mereka.
Bujang Nadi : dik, jika kamu ingin mencari pasangan hidup. Pasangan hidup seperti
apa yang kamu idamkan?
Dare Nandong : adik sangat mengharapakan, nanti calon suami adik mirip dangan
abang, baik itu dari segi ketampanan, fisiknya, dan sikapnya harus
seperti abang, pokoknya mirip sekali dengan abg. Sedangkan abang,
istri seperti apa yang abang inginkan?
Bujang Nadi : abang pun sama seperti keinginan adik, abang sangat mengharapkan
istri abang nantinya seperti adik cantiknya dan tentunya hati istri
abang nanti juga seperti hati adik yang lembut.
Mendengar percakapan kakak adik tersebut pengawal kerajaan yang sedang mengintip
tadi salah artikan, dia berpikir kakak adik tersebut saling mencintai, tanpa berpikir

II - 12
panjang sang pengawal kerajaan itu pun langsung melaporkan hal tersebut kepada Tan
Unggal. Raja Tan Unggal sangat terkejut dan murka. Tanpa menyelidiki, bertanya ke
kedua anaknya maupun melakukan sidang ia langsung memerintahkan kepada
prajuritnya untuk menangkap dan mengubur kedua anaknya yaitu Bujang Nadi dan
Dare Nandong. Kemudaian kedua kakak adik tersebut di kubur hidup-hidup beserta
dengan ayam jago milik Bujang Nadi dan mesin tenun milik Dare Nandong. Mereka di
Kubur di daerah perbukitan sekitar Danau Sebedang Kecamatan Tebas. Hingga sekarang
masyarakat sekitar Danau Sebedang masih percaya di tempat Bujang Nadi dan Dare
Nandung di kubur hidup-hidup terdengar Kokokan ayam jantan dan suara orang yang
sedang menenun.

4. Sejarah Kerajaan Ratu Sepudak (16 M)


Dalam masa kejayaanya kerajaan Majapahit telah menguasai seluruh wilayah
Nusantara, termasuk kerajaan Sambas dipulau Kalimantan (Nagara Kertagama Pupuh
XIII). Majapahit bukan hanya menguasai kerajaan kerajaan dibawah taklukanya, tetapi
telah mengirimkan keturunan dan keluarga raja dengan prajuritnya mereka bukan
hanya menguasai daerah dan rakyatnya, tetapi yang terpenting pula mengembangkan
kebudayaan agama Hindu dan Budha, namun tidak banyak peninggalan raja-raja dari
agama Hindu di Sambas dan Kalimantan, daerah ini umumnya daerah rawa berlumpur
dan tidak ada batu besar untuk membuat prasasti atau candi peninggalan sejarah zaman
itu sulit dibuat dan mudah hancur oleh air dan lumpur, ada yang berpendapat bahwa
arca Hindu dan Budha di Sambas dibuat dari emas buktinya di British Museum London
terdapat 9 buah arca agama Hindu dan Budha berasal dari Sambas.
Sambas dimasa sebelum Ratu Sepudak kurang dikenal, sejarahnya diliputi kabut
kegelapan, dari cerita rakyat yang bersipat legendaris yang dituturkan dari mulut
kemulut terdapat bermacam macam versi, sebagaimana kerajaan kerajaan Melayu
/Islam pada umumnya, demikian pula kesultanan Sambas baru memulai sejarahnya
pada permulaan berkembangnya agama Islam sejak akhir abad ke 16.
Walaupun secara otentik Kerajaan Sambas tercatat sejak abad ke-13 M, namun
demikian berdasarkan benda-benda arkelogis (berupa gerabah, patung dari masa
hindu) yang ditemukan selama ini di wilayah sekitar Sungai Sambas menunjukkan

II - 13
bahwa pada sekitar abad ke-6 M atau 7 M di sekitar Sungai Sambas ini diyakini telah
berdiri Kerajaan. Hal ini ditambah lagi dengan melihat posisi wilayah Sambas yang
berhampiran dengan Selat Malaka yang merupakan lalu lintas dunia sehingga diyakini
bahwa pada sekitar abad ke-5 hingga 7 M di wilayah Sungai Sambas ini telah berdiri
Kerajaan Sambas yaitu lebih kurang bersamaan dengan masa berdirinya Kerajaan Batu
Laras di hulu Sungai Keriau yaitu sebelum berdirinya Kerajaan Tanjungpura.
Menurut cerita rakyat, sebelum kedatangan prajurit Majapahit di Paloh, sudah ada
kerajaan Sambas Tua, diceritaklan bahwa pada akhir abad ke 13 didaerah Paloh
terdapat kerajaan yang dipimpin oleh seorang Ratu/Raja bernama Raden Janur. Suatu
malam kerajaan tersebut kejatuhan benda langit (Tahi Bintang/Meteor) sebesar buah
kelapa,yang bercahaya sangat terang, terkenal dengan nama “Mustika Bintang”.
Peristiwa aneh itu tersebar luas keseluruh Nusantara hingga ke Majapahit, Prabu
Majapahit memerintahkan pasukanya untuk mendapatkan “Mustika Bintang” tersebut.
Pasukan Majapahit mendarat dipangkalan Jawi (Jawai). Alkisah, Raden Janur tidak
bersedia menyerahkan Mustika Bintang, ia melarikan diri ke hutan dan menghilang
bersama “Mustika Bintang”. Banyak versi yang menceritakan datangnya Majapahit ke
Sambas diantaranya seperti yang diceritakan oleh H. Abdullah Kadir (1989) dalam
catatan sejarah “Sekitar Kerajaan Sambas Alwatzikhubillah (Alwaaziik Billah )” :
“Dijaman kejayaan Mojopahit hampir seluruh negeri – negeri dan kerajaan di
Nusantara ini dibawah kekuasaan kerajaan Mojopahit. Pada waktu itu hanya
kerajaan Sambas yang belum dapat dikuasai oleh kerajaan Mojopahit, mungkin
letaknya ibu kota kerajaan Sambas dipedalaman Kalimantan Barat. Kalau diserang
banyak resikonya antara lain banyak menyediakan perbekalan dan tentara dengan
armada yang cukup kuat , karena harus menempuh jalan laut yang jauh
perjalanannya dan juga di khawatirkan apabila Sambas diserang memakan waktu
lama mungkin terjadi perang gerelia yang berkepanjangan. Strategi perang negeri
Sukadana dipesisir Kalimantan Barat lebih dulu dikuasai dan apabila negeri
Sukadana telah dikuasai , maka dari situlah basis penyerangan ke negeri Sambas.
Kejadian dikira tahun 1460 M . Dimasa kerajaan Mojopahit diperintah oleh Raja
Prabu Hyang Purwawisesa Brawijaya III ( 1456 – 1466 M ), setelah negeri Sukadana
dikuasai , berangkatlah dari negeri Sukadana satu armada yang kuat dengan 1000
orang prajurit dipimpin oleh Laksamana Hamangkurat. Aneh disepanjang pesisir

II - 14
dari kerajaan Sambas sampai di Muara Sungai Sambas, tidak dijumpai
perkampungan penduduk, tidak dijumpai musuh yang akan diserang, Perjalanan
diteruskan menyusur Sungai Sambas masuk kepedalaman sampai diperkirakan
letaknya negeri Sambas dimana dikirakan letak istana raja Sambas, disitulah mereka
berhenti dan beristirahat. Disepanjang Sungai Sambas Besar itu tidak dijumpai
perkampungan dan penduduknya, hanya semak belukar yang kelihatan. Panglima
merasa heran apakah salah jalan atau kesasar perjalanan dan diperiksa peta kira–
kiraan letaknya negeri dan istana raja Sambas, betullah tempat mereka berhenti
beristirahat. Oleh karena perjalanan yang agak lama dan sangat meletihkan,
Panglima beristirahatlah disitu dimana tempat yang diperkirakan letaknya istana
raja Sambas yang merupakan sebidang tanah lapang yang berumput dan bersemak–
semak yang luas. Disinilah Panglima perintahkan mendirikan perkemahan tempat
peristirahatan mereka. Setiap hari Panglima perintahkan sepasukan prajurit untuk
menjelajah daerah sekitarnya, kalau–kalau ada ditemukan perkampungan dan
penduduknya sambil mencari buah–buahan dan sayuran yang dapat dimakan.
Setelah sebulan lamanya dan perbekalan makanan hampir habis, barulah dijumpai
penduduk di pedalaman yang tadinya melarikan diri, kebanyakan mereka itu dari
suku dayak yang belum masuk agama Islam. Tiap-tiap yang ditemukan, kepala
sukunya dibawa menghadap panglima. Pada mulanya antara Panglima dengan
kepala-kepala suku itu belum bisa berbicara, karena satu sama lain tidak mengenal
bahasa. Panglima tidak tahu berbicara bahasa daerah suku dayak dan sebaliknya
kepala–kepala suku tidak tahu berbicara bahasa Jawa, sehingga akhirnya kedua
belah pihak berbicara dengan isyarat gerak–gerik tangan. Pada mulanya memang
sukar secara demikian, akan tetapi lama kelamaan satu sama lain barulah dapat
mengenal bahasa daerah satu sama lainnya yaitu bahasa Jawa dan daerah suku
Dayak. Dari kepala–kepala suku Dayak dan telah berkenalan dengan Panglima,
tersiar dan meluaslah berita kedatangan pasukan kerajaan Mojopahit dari Jawa
sampai kepelosok – pelosok kampung dipedalaman dan ramailah berdatangan
rakyat suku dayak untuk memperkenalkan diri kepada Panglima dengan membawa
oleh–oleh berupa beras, sayur– sayuran, ayam, babi dll. Untuk dipersembahkan
kepada Panglima. Sudah menjadi adat tradisi dan tradisi dari suku Dayak
dipedalaman, apabila kedatangan tamu dari jauh, dihormati dan diberi jamuan

II - 15
sekedarnya, adat istiadat dan tradisi ini sampai dimasa sekarang masih ada dan
masih berlaku. Oleh karena luasnya daerah ini hampir pada setiap hari diadakan
penjelajahan untuk mengenal situasi daerah, ditemukan juga rakyat suku Melayu
dan kampung–kampung yang penduduknya belum beragam Islam. Setelah kurang
lebih enam bulan lamanya Panglima berada disitu, timbulah hasratnya untuk
kembali ke Jawa, akan tetapi pada suatu malam bertepatan malam Jum’at Kliwon,
Panglima bermimpi didatangi seorang raja bangsa Arab berpakaian jubah kuning–
putih pakai sorban bermahkota seperti seorang khalifah, dalam mimpi itu Panglima
diberi tahu, supaya mendirikan istana ditempat peristirahatannya dan dirikanlah
kerajaan bernama Sambas atau Negeri Kota Lama. Seterusnya Panglima menjadi
rajanya sampai kepada turunan yang terakhir, kemudian raja terakhir itu
diharuskan mengawinkan salah seorang putrinya dengan salah seorang pemuda
berketurunan bangsawan dari negeri Brunai. Maka pada keesokan harinya Panglima
kumpulkan semua komandan pasukannya untuk bermusyawarah, sebelum
memberitahukan kejadian dari mimpinya, beliau memberitahukan, membatalkan
niatnya sementara ini akan kembali ke Jawa, yang menjadi pembicaraan itu ialah
untuk merealisasikan mimpi beliau itu, bagaimana caranya yang baik untuk
membuat istana disini, sedangkan bahan dan peralatannya sama sekali tidak ada.
Keputusan musyawarah itu meminta bantuan kepada rakyat suku–suku dayak dan
melayu. Maka dipanggillah kepala–kepala suku dayak dan melayu untuk
bermusyawarah dan minta bantuannya menyediakan bahan kayu atap dll, untuk
mendirikan istana untuk tempat kedudukan raja dinegeri yang baru ini. Semua
kepala suku sangat bersetuju dan menyukai akan membantu sepenuhnya kehendak
Panglima itu, sebab mereka berpendapat mereka memerlukan pimpinan
pemerintahan negeri yang baru, sebab sudah beberapa waktu yang lalu
pemerintahan negeri yang lama hilang lenyap tidak tahu sebab musababnya dan
mereka juga menceritakan kepada Panglima dimana tempat yang akan dibangun
istana raja, pada mulanya disinilah letaknya istana lama. Disekitar istana itu
dibangunlah perkampungan diberi nama Kampung Sekampung yang menurut cerita
dari kepala– kepala suku Melayu dan Dayak, bahwa kampung Sekampung itu nama
kampung yang asal , akan tetapi hilang lenyap bersama istana rajanya. Setelah istana
ditempati Panglima dengan pembantu–pembantunya diadakan pesta rakyat yang

II - 16
cukup meriah, semua pemuka dan ketua–ketua suku dan sebagian hamba rakyat
diundang dalam pesta keramaian itu, masing–masing suku mempertunjukkan
keseniannya, kesempatan yang baik bagi Panglima Hamangkurat untuk mengangkat
dirinya menjadi Raja dengan disetujui oleh seluruh komandan dan anggota–anggota
pasukannya serta kepala–kepala suku melayu dan dayak serta pemuka–pemuka
rakyat serta hamba rakyat yang hadir, Panglima Hamangkurat mengelar dirinya
dengan nama gelaran Mangkubumi Penembahan Prabu Hamangkurat , ibu negeri
kerajaan bernama Sambas atau Kota Lama, kejadian ini diperkirakan tahun 1461
Masehi.
Penembahan Prabu Hamangkurat, memerintah kerajaan Sambas dengan baik,
selamat, adil dan makmur diperkirakan tahun 1461–1490 M. Setelah Baginda wafat
digantikan oleh putranya bergelar Penembahan Prabu Kesuma Negara diperkirakan
tahun 1491–1525 M. Setelah kerajaan Mojopahit di Jawa jatuh dikira tahum 1518 M,
maka kerajaan Sambas Kota Lama terlepas dari Mojopahit merdeka dan berdaulat.
Dijaman pemerintahan putra Penembahan Prabu Kesuma Negara bernama
Penembahan Kesuma Yuda, Kerajaan Sambas Kota Lama bersahabat dengan
kerajaan Melayu Johor di Semenanjung Malaysia, ada disebut kerajaan Sambas Kota
Lama mengantar upeti tiap–tiap tahun ke Johor berupa emas urai, jamur kerang,
tidak disebutkan berapa banyaknya. Hubungan Sambas Kota Lama dengan pulau
Jawa, Sumatra, Malaysia, Kalimantan sendiri selalu terbuka, Pemerintahan
Penembahan Kesuma Yuda diperkirakan 1525 – 1562 M. setelah Penembahan
Kesuma Yuda wafat digantikan oleh putranya Penembahan Prabu Pangeran Ratu
Sepudak diperkirakan sekitar tahun 1562–1610 M membawa perubahan yang
menyeluruh karena kehendak masa yang telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa
Allah S.W.T. Dalam sejarahnya pernah Penembahan Prabu Pangeran Ratu Sepudak
mengadakan perjanjian dagang dengan VOC Kompeni Belanda tahun 1609 antara
lain disebutkan : Pertama sekali Baginda Ratu Sepudak pada tanggal 1 Oktober 1609
telah membuat perjanjian dengan VOC dalam mana perjanjian itu hanya
menyebutkan bahwa Baginda Ratu tidak akan menjual emas dan barang–barang
hasil hutan kepada orang–orang Eropa dan yang lain – lain, selain dari Kompeni
Belanda.

II - 17
Jadi nama–nama Raja Sambas Hindu berasal dari Majapahit yang memerintah
Negeri Sambas dengan ibukota Kota Lama adalah :
1. Mangkubumi Penembahan Prabu Hamangkurat diperkirakan memerintah 1461 –
1490 M
2. Penembahan Prabu Kesuma Negara diperkirakan memerintah 1491 – 1525 M
3. Penembahan Kesuma Yudha diperkirakan memerintah 1525 – 1562 M
4. Penembahan Prabu Pangeran Ratu Sepudak diperkirakan sekitar tahun 1562–1610 M
5. Penembahan Ratu Anum Kesumayuda diperkirakan sekitar tahun 1610 M

SITUS MAKAM RATU SEPUDAK

5. Sejarah Kerajaan Kesulatnan Sambas ( 17 M - Sekarang)

Kedatangan Raja Tengah di Sambas terjadi masa pemerintahan Ratu Sepudak,


kemudian tidak berapa lama berada di kota Bangun, Ratu Sepudak wafat untuk
mengantikannya diangkatlah menantunya yang bernama Pangeran Prabu Kencana
menjadi Raja dengan gelar Ratu Anum Kesuma Yuda. Pada masa Ratu Anum Kesuma
Yuda inilah Raja Tengah meminangkan putranya yang bernama Raden Sulaiman dengan
Mas Ayu Anom putri Ratu sepudak . Ratu sepudak mempunyai 2 orang putri yang
pertama bernama Mas Ayu Anom dinikahkannya dengan keponakannya yaitu Ratu
Anom Kesuma Yuda dan yang bungsu bernama Mas Ayu Bungsu, Mas Ayu Bungsu inilah
yang dinikahkannya dengan Raden Sulaiman.
Ada beberapa sumber yang menceritakan tentang keluarnya Raja Tengah dari
Brunai; menurut Sultan Muhammad Tsafiuddin; karena dianggap nakal dan sering

II - 18
berbuat onar, dan tidak ada satupun yang berani melawannya, kalau dibiarkan ini
berlarut–larut dapat berakibat menjatuhkan marwah abangnya sebagai Sultan di Brunai.

Nisan Makam Raja Tengah yang terletak di Sentubong Sarawak

Menurut Halim Abdul Rahman “Apabila Paduka Sri Sultan Muhammad Hassan ibni
al-Marhum Sultan Saif ul-Rijal Nur ul-Alam, Sultan Brunei ke-sembilan yang memerintah
pada tahun 1582 hingga 1598 mangkat, takhta pemerintahan telah jatuh kepada Putera
sulungnya yang kemudian bergelar Paduka Sri Sultan 'Abdu'l Jalil ul-Akbar ibni al-
Marhum Sultan Muhammad Hassan. Sultan Abdul Jalilul Akbar mempunyai seorang
adinda (adik) bernama Pengiran Muda Tengah Ibrahim Ali Omar Shah atau lebih
dikenali sebagai Raja Tengah. Menurut sumber lisan, Pengiran Muda Tengah turut
berkeinginan untuk menjadi Sultan Brunei. Baginda membantah dengan menyatakan
abangnya lahir ketika ayahandanya belum menjadi Putera Mahkota, sedangkan dia lahir
ketika Sultan Muhammad Hassan dilantik sebagai Putera Mahkota. Pengiran Muda
Tengah berpendapat, baginda lebih layak untuk menjadi Sultan berbanding abangnya.
Sultan Abdul Jalilul Akbar adalah seorang yang bijak. Dia memahami maksud adindanya
itu dan cuba memenuhi keinginan adindanya. Jalan penyelesaian untuk Sultan Abdul
Jalilul Akbar adalah dengan melantik Pengiran Muda Tengah sebagai Sultan di tempat
lain. Dengan itu, Pengiran Muda Tengah telah diangkat sebagai Sultan Sarawak, kerana
Sarawak ketika itu merupakan salah satu wilayah Brunei.
Beberapa tahun setelah penobatan Ratu Anum Kesuma Yudha menjadi Raja,
timbullah perselisihan yang mulanya kecil saja. Dimana pihak Pangeran Mangkurat
kurang menyenangi pihak Raden Sulaiman yang selalu berbuat kebaikan dengan
rakyatnya. Semakin hari perselisihan tersebut semakin besar , sehingga menyebabkan

II - 19
tewasnya seorang menteri Raden Sulaiman yaitu Kiai Setia Bakti, karena di bunuh oleh
Pangeran Mangkurat, hal tersebut kemudian dilaporkan Raden Sulaiman kepada Ratu
agar dapat mengambil tindakan yang bijaksana. Ratu dihadapkan pada dua pilihan yang
berat dan sulit untuk dipecahkan, dalam perselisihan tersebut Ratu hanya bertindak
sebagai pihak ketiga tanpa dapat berbuat apa –apa. Secara diam–diam Ratu menyelidiki
apa penyebab dari sengketa yang terjadi diantara keluaganya itu, akhirnya Ratu banyak
menemukan perbuatan–perbuatan Pangeran Mangkurat yang bertentang dengan
norma–norma agama dan merugikan rakyat banyak.
Untuk menghindari agar jangan sampai terjadi perang saudara , maka Raden
Sulaiman mengalah dan mengambil keputusan untuk meninggalkan Ibu Kota Negeri
Kota Lama. Bersama dengan para pengikut dan keluarga yang setia kepadanya maka
mereka beramai– ramai keluar dari Kota Lama menuju Kota Bangun. Kabar keluarnya
Raden Sulaiman dari Kota Lama terdengar oleh Petinggi Nagur, Petinggi Bantilan dan
Petinggi Segerunding, Berangkatlah para petinggi itu ke Kota Bangun untuk
menanyakan penyebab kenapa Raden Sulaiman sampai keluar meningalkan Kota Lama.
Setelah menceritakan semua hal yang terjadi kepada mereka, para petinggi tersebut
berangkat menuju Kota Lama untuk menghadap Ratu Anum, tetapi setelah sampai ke
hadapan Ratu, maka Baginda Ratu menyuruh ketiga petingi tersebut langsung saja
menghadap Pangeran Mangkurat. Sesampainya dihadapan Pangeran Mangkurat mereka
menanyakan kenapa sampai Raden Sulaiman keluar dari Kota Lama, mereka bertiga
langsung dijawab dengan caci maki oleh Pangeran Mangkurat. Akhirnya ketiga petingi
tersebut pulang ke Kota Bangun dan menceritakan apa yang telah mereka alami di Kota
Lama kepada Raden Sulaiman. Setelah bermusyawarah dengan Raden Sulaiman
akhirnya ketiga Petinggi tersebut membawa Raden Sulaiman beserta rombongan
menuju ke Simpang Sungai Subah, sesampainya disana mereka mendirikan
perkampungan yang diberi nama Kota Bandir.
Kepergian Raden Sulaiman dari Kota Lama, ternyata mendapat simpatik dari,
banyak rakyat yang menyusul Raden Sulaiman pindah ke Kota Bandir dan mendirikan
pemukiman di Kota Bandir, akhirnya Kota Lama semakin hari semakin sepi. Pemergian
mereka ke Kota Bandir disebabkan Rakyat sudah tidak tahan lagi dengan perangai
Pangeran Mangkurat yang berbuat semena – mena dengan mereka, sedangkan Ratu
Anum Sudah tidak diperdulikan lagi oleh Pangeran Mangkurat, seolah – olah yang

II - 20
menjadi raja adalah Pangeran Mangkurat Bukan Ratu Anum Kesuma Yudha. Sampai
akhirnya Ratu Anum sendiri , Karena sudah tidak tahan lagi dengan perangai adiknya
mengambil keputusan untuk meninggalkan Kota Lama mencari tempat pemukiman
yang baru. Berangkatlah Ratu Anum Kesuma Yudha meninggalkan ibu kota negeri Kota
Lama dengan menggunakan tujuh puluh buah perahu yang lengkap dengan alat
senjatanya. Sesampainya di Kota Bangun, Baginda singgah sebentar.
Kabar keluarnya Ratu Anum Kesuma Yudha dari Kota Lama terdengar oleh
Petinggi Nagur, Petinggi Bantilan dan Petinggi Segerunding. Ketiga petinggi tersebut
menghadap Ratu menanyakan kenapa sampai Ratu meninggalkan rakyatnya di Kota
Lama. Akhirnya Ratu menceritakan keadaan di Kota Lama yang semakin hari semakin
sepi , karena rakyat Kota Lama banyak yang pergi karena tidak tahan dengan perbuatan
Pangeran Mangkurat. Sampai akhirnya Ratu mengambil keputusan untuk membuka
pemukiman baru di daerah Sungai Selakau. Sebelum berangkat Ratu Anum Kesuma
Yudha menyuruh ketiga Petinggi tersebut untuk memanggil Raden Sulaiman karena
Baginda ingin menyerahkan pemerintahan Negeri Sambas kepada Raden Sulaiman dan
istrinya.
Seperti diceritakan oleh Almarhum Sultan Muhammad Tsafiudin II dalam Silsilah
Kerajaan pada Fasal Ketujuh “
“Maka petinggi yang bertiga itupun segeralah mudik menyinggahi Raden
Sulaiman di Kota Bandir serta sampai lalu naik menghadap Raden Sulaiman
laki isteri, maka sembahnya patik ini dititahkan oleh Sri Paduka Kakanda
Ratu Anum Kesuma Yudha, menyilakan duli tuanku ilir mendapatkannya ke
Kota Bangun, karena Sri Paduka Kakanda ini hendak bertemu duli tuanku
laki isteri hendak menyerahkan negeri ini kepada duli tuanku, karena Sri
Paduka Kakanda itu hendak pindah diam di Sungai Selakau, lagi berhenti
sebentar di Kota Bangun sekedar menanti datangnya duli tuanku laki isteri
saja, maka berkata pula Mas Ayu Bungsu itulah rupanya bapa –bapa semua
ini sesungguhnya hendak menipu kami dan memperdaya kami berdua
dengan Raden Sulaiman ini, maka sembah petinggi yang bertiga itu, Ya
tuanku ampun beribu ampun kebawah duli tuanku, tiada sekali – kali jikalau
patik nama durhaka dan celaka, maka kata Raden Sulaiman maukan bapaku
ini bersumpah, maka sembahnya mau, Patik bertiga bersumpah , maka Raden

II - 21
Sulaiman dua laki isteri, hai bapaku janganlah bapaku bersumpah, maka jika
benar serta lagi betul sungguh bapaku menolong kami, serta hendak
memelihara kami ini maka mintalah kami akan segala anak bini bapa semua
dan segala saudara bapak yang perempuan sekalian akan pergi ia bersama –
sama ia ilir menghadap Ratu di Kota Bangun, barangkali semua bapak akan
mendurhaka, biarlah nanti kubunuh ia semuanya, maka sembah patik itu
baiklah mana – mana titah perintah duli tuanku patik junjung, maka masing –
masing ia membawa anak bininya pergi bersama – sama dengan Raden
Sulaiman laki isteri pergi menghadap Sri Baginda Ratu di Kota Bangun, maka
setelah itu iapun hilirlah sekalian serta sampai di Kota Bangun maka Raden
Sulaiman laki Isteri menghadap Ratu laki isteri didalam perahu kenaikannya,
maka titah Ratu pada Raden Sulaiman adalah yang Kakanda sekarang itu
hendak tinggal diam di sungai Selakau, adapun dari ini negeri Sri Paduka
serahkan kepada Paduka Dinda laki isteri yang memerintahnya atas tiga
orang petinggi itu dengan sekalian rakyat mana – mana kata Paduka Adinda
laki isteri, maka sembah Raden Sulaiman laki Isteri mana titah melaikan
dijunjung, kemudian Raden Sulaiman pun kembali keperahu, maka ketiga
petinggi pun berperiksa pada Raden Sulaiman apa titahnya Ratu, maka kata
Raden Sulaiman hai bapa – bapaku sekalian ini adalah kita dititahkan oleh Sri
Paduka Baginda Ratu menunggu negeri dan memeliharakan negeri, maka
sembah menteri tiga orang itu jika demikian baiklah tuanku kita akan
menjunjung juga dari pada senjatanya, maka Raden Sulaiman pun
menghadap pula ia dua laki isteri dengan serta juga menteri yang bertiga,
maka Raden Sulaiman pun lalu ia berdatang sembah menjunjung senjata
akan menjaga negeri maka lalu dikaruniai oleh Ratu dua pasang meriam dan
lela sepasang dengan obat pelurunya, maka setelah itu Sri Paduka Baginda
Ratu pun hendak sudah hamper akan berangkat serta berpadah ia kepada
Raden Sulaiman laki isteri dan kepada segala menteri – menteri serta
berpesan akan segala aturan negeri dan segala menteri–menteri dan rakyat
sekalian peliharakan baik oleh Raden Sulaiman serta dengan menteri yang
bertiga ini jangan sekali–kali ia berselisih akan barang yang teradat didalam
suatu pekerjaan ynang telah ada sudahnya maka selesaikanlah ia dari pada

II - 22
itu, maka Ratupun hendaklah hilir, maka Raden Sulaiman laki isteri berjabat
tanganlah Ratu laki isteri serta juga lalu bertangisanlah semuanya akan
bertolak belakang, Ratu pun hilir, Raden Sulaiman pun mudik tiada berhenti
lagi sehingga sampailah juga ke Kota Bandir maka Ratu pun sampailah juga
ke Selakau “
Tidak berapa lama setelah Ratu Anum Kesumayuda meninggalkan Kota Lama,
akhirnya Pangeran Mangkurat karena sudah tidak lagi ditaati perintahnya oleh
rakyatnya pindah juga menyusul Ratu di Kota Balai Pinang.

Peninggalan Kerajaan Hindu Meriam Lele


Ratu Anom Kesumayuda dengan istrinya yang bernama Raden Mas Ayu Anom
dikaruniai 2 orang putra yang pertama bernama Raden Bekut dan yang kedua bernama
Raden Bujang. Setelah Ratu Anom Kesumayuda wafat maka dinobatkanlah Raden Bekut
menjadi Ratu dengan gelar Penembahan Kota Balai Pinang dengan permaisurinya Raden
Mas Ayu Krontika putri Pangeran Mangkurat, dari hasil pernikahannya beliau dikaruniai
seorang putra bernama Raden Mas Dungun. Sewaktu Penembahan Kota Balai Pinang
wafat maka oleh Sulthan Muhammad Tsafiuddin diperintahkan beberapa orang menteri
dan kiai untuk pergi ke Kota Balai Pinang menjemput Raden Mas Dungun sekeluarga
untuk pindah ke Sambas.
Dengan pindahnya Raden Mas Dungun ke Sambas Kota Balai Pinang menjadi sepi
dan hanya tinggal kenangan saja, di Kota Balai Pinang terdapat makam Ratu Anum
Kesumayuda beserta keluarganya termasuk juga makan Pangeran Mangkurat.

II - 23
Situs Makam Ratu Anum Kesuma Yuda di hulu Sungai Selakau

Situs Kota Bandir , terdapat kuburan – kuburan tua peninggalan jaman Raden
Sulaiman yang pernah bermukim disitu sampai akhirnya pindah ke Lubuk
Madung

Tiga tahun lamanya Raden Sulaiman bermukim di Kota Bandir, maka timbul
keinginanya untuk memindahkan pusat pemerintahannya ke daerah Sungai Teberau,
tepatnya di Lubuk Madung. Dilubuk Madung ini sebelum beliau dinobatkan sebagai
Sulthan Sambas Islam yang pertama. Ada keterangan yang menyatakan bahwa beliau
pernah mengutus orang atau beliau sendiri yang berangkat ke Brunai mohon restu
kepada pamannya yaitu Sulthan Abdul Jalilul Akbar untuk menjadi Sulthan di Sambas
peristiwa tersebut terjadi pada 20 Agustus 1630 M Seperti yang ditulis oleh Ib Larsen ,
Januari 2012 dalam tulisannya yang berjudul “Sultan Pertama Sarawak dan
hubungannya dengan Dinasty Brunei dan Sambas 1599-1826” : Sedikit Sejarah yang
diketahui sebelum era Brooke, mnerangkan bahwa;
“ Menurut catatan di Brunei, Raden Sulaiman hanya mengirim seorang pengirim
pesan kepada pamanda baginda Sultan Brunei, Sultan Abdul Jalilul Akhbar untuk
mendapakan gelar “Sultan”. Tetapi kemudian dilanjutkan bahwa “kedatangan Raden
Sulaiman ke Brunei” telah diterima dengan baik, dan bahwa gelar Sultan yang

II - 24
dianugerakan kepada Raden Sulaiman dilaksanakan dalam ucapara yang megah,
dihadiri oleh Sultan Brunei. Kemudian, catatan tersebut menyebutkan bahwa anaknda
Baginda, Raden Bima “mengikuti upacara yang sama seperti Ayanda baginda, yaitu
menjalani suatu prosesi di Brunei”. Jadi mungkin saja tidak hanya si pengirim pesan, tapi
Raden Sulaiman sendiri yang berkunjung ke Brunei untuk mendapatkan gelar.
Christopher Buyers dalam bukunya “Royal Ark” bahkan menyebukan tanggal peristiwa
yaitu 20 Agustus 1630,”. Dari keterangan tersebut diatas ada benarnya juga bahwa
setelah mendapat restu dari Sulthan Brunai barulah beliau dinobatkan menjadi Sulthan
Sambas Islam seperti yang ditulis Oleh Sulthan Muhammad Tsafiuddin II dalam bukunya
yaitu pada 10 Zulhijjah 1040 H tanggal dan tahun tersebut setelah diconversikan dengan
menggunakan Based on Hijrah/Islamic Calender to Gregorian Calender at
www.islamicity.com bersamaan dengan 9 Juli 1631 jadi setahun setelah keberangkatan
beliau ke Brunai untuk mendapatkan restu dari Sulthan Brunai. Setelah dinobatkan
menjadi Sulthan beliau bergelar menjadi Sulthan Muhammad Tsafiuddin , mengikut
gelar paman sebelah ibunya di Sukadana, untuk menjadi wazirnya diangkatlah adiknya
yang bernama Raden Badarudin menjadi Pangeran Bendahara Seri Maharaja dan Raden
Abdul Wahab menjadi Pangeran Temengung Jaya Kesuma.

Situs Lubuk Madung , banyak ditemukan kuburan orang – orang Brunai

Berdasarkan uraian di atas, maka skema perkembangan Kota Pusaka Kabupaten


Sambas adalah :
1. MASA KERAJAAN
Sejak dinobatkan pada 9 Juli 1631 di Lubuk Madung, Sulthan Muhammad Tsafiudin I
mempunyai program untuk mengenalkan Kesulthanan Sambas Islam yang didirikannya

II - 25
kedunia luar dengan mengutus putra beliau yang bernama Raden Bima melakukan
kunjungan muhibah ke Sukadana dan Brunai. Kunjungan pertama yang dilakukan oleh
Raden Bima adalah menjumpai sanak keluarga sebelah neneknya Ratu Suria Kesuma.
Kedatangnnya disambut dengan meriah oleh Sulthan Zainuddin, seluruh negeri dihiasi
dan rakyat berkumpul beramai - ramai mengadakan pesta penyambutan selama tujuh
hari tujuh malam. Setelah perayaan itu , dan atas persetujuan kedua belah pihak maka
Raden Bima dinikahkan dengan adik Sulthan yang bernama Putri Indra Kesuma. Dari
pernikahannya itu Raden Bima dikaruniai seorang putra yang diberi nama Raden Milian.
Sulthan Zainuddin seperti yang dikemukakan oleh Drs.H. Gusti Muhammad
Mulia Raja Simpang sebelum beliau diangkat menjadi Sulthan, bernama Gusti Jakar
Negara beliau merupakan raja Matan pertama memerintah tahun 1665 – 1724. “Dia
telah mengalami beberapa peristiwa dalam pemerintahan di Sukadana. Sejak di serang
oleh Sulthan Agung dari Mataram tahun 1622 kekacauan demi kekacauan terjadi, dan
gangguan bajak laut semakin merajalela sepanjang perairan pantai dan selat Karimata,
yang mengakibatkan semakin lemahnya pertahanan Sukadana sehingga membuat
Sulthan Muhammad Zainuddin mengalihkan pusat pemerintahannya ke Matan. Sulthan
Zainuddin adalah putra Giri Mustika merupakan raja pertama di Sukadana yang
menggunakan gelar Sulthan yaitu bergelar Sulthan Muhammad Tsafiudin. Beliau
mempunyai dua orang saudara yang laki–laki bernama Pangeran Agung dan yang
perempuan bernama Putri Indra Kesuma. Putri Indra Kesuma inilah yang menikah
dengan Raden Bima dari Sambas dan dikarunia anak diberi nama Raden Milian”
Tidak berapa lama setelah kepulanganya dari Sukadana, sekali lagi Raden Bima
harus menjunjung titah ayahndanya Sulthan Muhammad Tsafiuddin untuk berlayar ke
negeri Brunai menjumpai sanak keluarga sebelah neneknya Raja Tengah. Maka Raden
Bima pun berlayar dari Sambas dengan tiga buah perahu yang lengkap dengan alat
senjatanya menuju Brunai. Kebetulan pada waktu itu Sulthan Brunai sedang berada di
Kelakak (Gelagak), Raden Bima pun menghadap dan menghaturkan sembah, sambil
memperkenalkan dirinya, setelah diketahui oleh Baginda bahwa Raden Bima adalah
putra Sulthan Muhammad Tsafiuddin dari negeri Sambas, merupakan cucu dari Raja
Tengah yang beriterikan Ratu Suria Kesuma dari Sukadana. Kemudian Sri Paduka
Sulthan Mahyudin pun berangkat dari Kelakak (Gelagak) pulang ke Brunai, sesampainya
di Brunai diadakan adat penyambutan secara kerajaan, pada akhir acara tersebut Raden

II - 26
Bima ditabalkan dengan gelar Sulthan Anom serta dikaruniai dengan alat kebesaran
kerajaan untuk dibawa pulang ke Sambas. Tidak berapa lama setelah acara penobatan ,
Raden Bima menghadap Sri Paduka Baginda Sulthan Mahyudin untuk berpamitan
pulang ke Sambas. Setelah mendapat restu dari Baginda Sulthan, pada hari yang telah
ditentukan berangkatlah Raden Bima pulang ke Sambas dengan membawa alat
kebesaran kerajaan yang telah dianugerahkan oleh Sulthan Mahyudin kepadanya yang
nantinya akan dipersembahkan kepada Ayahndanya Sulthan Muhammad Tsafiuddin .
Setelah sampai di Sambas alangkah senangnya hati Sulthan setelah mendengar cerita
dari Raden Bima tentang hasil kunjungan muhibahnya ke Brunai.
Menurut hubungan silsilah Kesulthanan Sambas dan Brunai Sulthan Mahyudi
adalah Sulthan Brunai yang ke–14 memerintah tahun 1673–1690, Baginda adalah putra
Sulthan Abdul Jalil Akbar Sulthan Brunai ke–10 memerintah tahun 1598–1659 M dan
merupakan adik dari Sulthan Abdul Jalil Jabbar Sulthan Brunai ke–11 memerintah
1659–1660. Paduka Sri Sulthan Mahyudin inilah yang dinamakan Murhum Bungsu
beliau berperang dengan Pulau mengambil kerajaan Pulau daripada Sulthan Abdul
Mubin. Tidak lama setelah kunjunganya dari Brunai , Sulthan Muhammad Tsafiuddin
menyerahkan pemerintahan Kerajaan Sambas kepada Raden Bima. Raden Bima yang
digelar Sulthan Anom oleh Sulthan Brunai setelah dinobatkan menjadi sulthan Sambas
Islam yang kedua pada 10 Muharam 1080 H bersamaan dengan 10 Juni 1669, bergelar
Sulthan Muhammad Tadjudin, sedangkan Ayahndanya Sulthan Muhammad Tsafiuddin
diangkat menjadi Yang Dipertuan Sulthan Muhammad Tsafiuddin .
Tidak berapa lama bertahta di Lubuk Madung, maka Sulthan Muhammad Tadjudin
berkeinginan untuk memindahkan ibu kota kerajaan dari Lubuk Madung ke Muara
Ulakan. Hal tersebut disampaikan kepada Ayahndanya dan Yang Dipertuan Sulthan
Muhammad Tsafiuddin menyambut baik usul tersebut. Setelah bermufakat dengan
Wazir kerajaan, para menteri dan rakyatnya maka ibu kota kerajaan pun dipindahkan di
Muara Ulakan yaitu dipersimpangan Sungai Sambas Kecil, Sungai Subah dan Sungai
Teberau. Ibukota kerajaan dibangun lengkap dengan pagar dan paritnya, serta istana
didirikan tepat menghadap Sungai Sambas Kecil. Untuk pertahanan Baginda Sulthan
Muhammad Tadjudin mendirikan kubu pertahanan di Muara Sungai Betung, sebagai
Pangeran Bendaharanya diangkatlah Raden Ahmad putra Pangeran Bendahara Abdul
Wahab.

II - 27
Karena usia yang sudah cukup tua maka pada hari Jum’at 5 Muharram 1081 H
bersamaan dengan 24 Mei 1670, Sri Paduka Yang Dipertuan Sulthan Muhammad
Tsafiuddin mangkat dalam usia 70 tahun 10 bulan. Baginda dimakamkan disebelah
Utara istana. Setelah wafat Baginda lebih dikenal dengan sebutan Murhum Sulaiman.

Makam Muhammad Tsafiudin I (1631 – 1669)


Sulthan Sambas ke-1 ( Murhum Sulaiman)

Sulthan Muhammad Tadjudin merupakan Sulthan Sambas yang Ke–2 , Baginda


memerintah Kerajaan Sambas Islam dari Tahun 1080 H – 1120 H bersamaan 1669–
1708 M Pada masa pemerintahannya Kerajaan Sambas dari hari ke hari semakin
berkembang dengan pesatnya. Dibidang perdagangan Baginda menjalin hubungan
dagang dengan kerajaan – kerajaan tetangga , pada masa itu hasil yang paling terkenal
adalah hasil hutan seperti Damar dan Rotan. Dibidang keagamaan Baginda Sulthan
membangun Masjid dan surau–surau, sehingga pada masa itu Kerajaan Sambas menjadi
semakin dikenal oleh kerajaan–kerajaan tetangganya banyak para pedagang yang
datang untuk berdagang. Baginda Sulthan juga menjalin hubungan politik dengan
kerajaan–kerajaan tetangganya dengan cara menikahkan putri–putrinya dengan para
Bangsawan dari Kerajaan Tetangganya, Seperti Kerajaan Mempawah , Brunai , Aceh ,
Sanggau dan Trengganu. Beliau juga berhasil menyambung hubungan silaturrahmi
dengan kerajaan Matan dan Brunai. Di Kerajaan Mata beliau disambut dengan meriah
oleh Sulthan Zainudin dan akhirnya dijodohkan dengan adik Sulthan yang bernama
Putri Indra Kesuma. Di Brunai beliau juga disambut baik oleh Sulthan Brunai pada

II - 28
waktu itu yang memerintah adalah Sulthan Muhyidin, pada puncak acata beliau di beri
gelar Sulthan Anom dan dianugerahi dengan perangkat kerajaan berupa tombak
canggah 8 buah, Tombak Emas 1 buah, Payung kuning 1 buah, payung ubur - ubur 2
buah, seperangkat alat–alat kesenian beserta pemainnya, sepasang puan (tempat sisir
yang berbentuk seperti burung), bunga getar 2 buah, sepasang dian (tempat lilin)
sebagainya. Perangkat tersebut sampai sekarang masih dipergunakan dalam acara–
acara adat di Istana Alwatzikhoebillah Sambas.
Raden Bima mendapat dua gelar sulthan, yaitu gelar Sulthan Anom yang diberikan
oleh Sulthan Muhyidin dan gelar Sulthan Muhammad Tajuddin yang diberikan oleh
ayahnya. Menurut analisa penulis gelar sulthan yang diberikan oleh Sulthan Muhyidin
adalah sebagai legitimasi beliau untuk menguasai Sarawak, sehingga Sarawak resmi
masih dibawah kekuasaan Sambas dan gelar Sulthan yang diberikan oleh ayahnya
adalah sebagai penerus tahta kerajaan Sambas Islam.

Perangkat Kerajaan anugerah dari Sulthan Muhyidin kepada Raden Bima


sewaktu beliau berkunjung ke Brunai

Sulthan Muhammad Tadjudin memerintah Kerajaan Sambas selama kurang lebih


40 tahun, Baginda wafat pada hari Jum’at , 1 syafar 1120 H bersamaan 21 April 1708
dalam usia 65 Tahun. Setelah Wafat Baginda lebih dikenal dengan sebutan Murhum
Bima. Untuk menggantikannya maka dinobatkanlah Raden Milian sebagai Sulthan
Sambas Islam yang ke – 3 pada hari Sabtu, 2 Syafar 1120 H bersamaan 22 April 1708
dengan gelar Sulthan Umar Aqamaddin I.

II - 29
Makam Sulthan Muhammad Tajudin (1669–1708)
Sulthan Sambas ke-2 ( Murhum Bima)

Raden Milian adalah putra Sulthan Muhammad Tadjudin (Murhum Bima) dengan
permaisurinya yang bernama Putri Indera Kesuma , yang merupakan adik Sulthan
Zainudin Sulthan Matan. Baginda dilahirkan di Sukadana pada hari Minggu, 2 Rabiul
Awal 1075 H bersamaan 22 September 1664 Baginda dinobatkan menjadi Sulthan
Sambas Islam yang Ke–4 sehari setelah Ayahndanya mangkat yaitu pada hari Sabtu , 2
Syafar 1120 H bersamaan 22 April 1708. Baginda memerintah Kerajaan Sambas selama
25 tahun sampai akhirnya mangkat pada hari Jum’at , 2 Rabiul Awal 1145 H bersamaan
22 Agustus 1732 dalam usia 68 tahun.

Makam Sulthan Umar Aqamaddin I (1708 – 1732)


Sulthan Sambas ke-3 ( Murhum Adil )

II - 30
Pada masa pemerintahanya, Baginda hanya melanjutkan cita–cita Ayahndanya
Sulthan Muhammad Tadjudin, untuk memajukan dan memakmurkan rakyat di Kerajaan
Sambas. Agama Islam dijadikan agama resmi kerajaan , dan berkembang dengan
pesatnya, sehingga banyak para mubalirq yang berdatangan ke Sambas untuk
membantu Sulthan mengembangkan Islam lebih dalam lagi, diantaranya yang pernah
datang dan menetap di Sambas adalah Syec Abdul Jalil Al Patani , beliau merupakan
seorang ulama besar dari Patani Thailand yang mendapat suaka politik dari Sulthan
Umar Aqamaddin I karena kalah perang dalam mempertahankan Agama Islam di Patani
Thailan. Di Sambas Syech Abdul Jalil Al Patani diangkat sebagai Mufti besar Kerajaan
Sambas sampai akhirnya wafat dan dimakamkan di Sambas yaitu di Desa Lumbang .
Pada masa pemerintahan Sulthan Umar Aqamaddin I , Sulthan Sambas Islam yang ke–3
dibangun sebuah masjid baru dengan nama Masjid “ Kamasallaita “ . Selama Baginda
memerintah Kerajaan Sambas , rakyat Sambas pada waktu itu hidup dalam keadaan
berkecukupan dan makmur. Dalam menjalankan roda pemerintahannya baginda selalu
adil dan bijaksana dalam memutuskan suatu perkara sehingga tidak ada pihak – pihak
yang dirugikan. Demikianlah Riwayat Sulthan Umar Aqamadin I , sampai akhirnya
Baginda wafat masih tetap dikenang dengan sebutan Murhum Adil. Setelah Baginda
wafat dinobatkanlah Putra Mahkota Raden Bungsu menjadi Sulthan Sambas Islam yang
ke – 4 pada hari Sabtu 3 Rabiul Awal 1145 H bersamaan 23 Agustus 1732 dengan gelar
Sulthan Abubakar Kamaluddin. Pada masa pemerintahan Baginda Sulthan Abubakar
Kamaluddin masih melanjutkan cita – cita neneknya Sulthan Muhammad Tadjudin
untuk memajukan dan memakmurkan rakyat Negeri Sambas.
Sulthan Abubakar Kamaluddin memerintah Kerajaan Sambas didampingi oleh
Permaisurinya yang bernama Pangeran Zainab selama 30 Tahun sampai akhirnya
Baginda mangkat pada hari Senin, 8 Rajab 1175 H bersamaan 1 Februari 1762 Pada
usia 64 Tahun, setelah wafat Baginda lebih dikenal dengan sebutan Murhum Bungsu.
Pada masa pemerintahan Sri Baginda Sulthan Abubakar Kamaluddin, Monterado mulai
dibuka, dan Cina banyak yang berdatangan ke Monterado dari Kerajaan mempawah
untuk menambang emas, sampai akhirnya meluas ke daerah Lara dan Lumar,
pembayaran upeti dari setiap pertambangan emas kongsi Cina sangat lancar. Pada
jaman pemerintahan Sulthan Abubakar Kamaluddin inilah rakyat Sambas mengalami

II - 31
kemakmuran karena pada masa pemerintahanya ini tidak terjadi peristiwa– peristiwa
besar yang dapat menyebabkan stabilitas kerajaan terganggu.

Makam Sulthan Abubakar Kamaludin (1732 – 1762)


Sulthan Sambas ke-4 ( Murhum Bungsu)

Raden Jama’ adalah putra Sulthan Abubakar Kamaluddin (Murhum Bungsu)


dengan permaisurinya yang bernama Pangeran Zainab. Baginda dilahirkan pada hari
Rabu , 3 Rajab 1143 H bersamaan 11 Januari 1731. Dinobatkan menjadi Sulthan
Sambas Ke–5 menggantikan Ayahndanya pada hari Selasa , 9 Rajab 1175 H bersamaan
2 Februari 1762 dengan gelar Sulthan Umar Aqamaddin II. Baginda diangkat menjadi
Yang dipertuan pada hari Rabu, 12 Rabiul Awal 1200 H bersamaan 12 Januari 1786
setelah menyerahkan pemerintahan Kerajaan Sambas kepada Putra Mahkota Raden
Gayung yang digelar Sulthan Muda Ahmad Tajuddin sebagai Sulthan Sambas yang Ke - 6
. Maka pada hari Sabtu, 15 Ramadhan 1207 H bersamaan 15 April 1793 Sulthan Muda
Ahmad Tajuddin Mangkat dalam usia 42 tahun tanpa meningalkan Putra Mahkota,
Untuk itu pemerintahan Kerajaan Sambas diambil alih lagi oleh Baginda Sri Paduka Yang
Dipertuan Umar Aqamaddin II, sampai akhirnya Baginda mangkat pada hari Senin, 10
Zulqaidah 1216 H bersamaan 13 Maret 1802 dalam usia 71 tahun. Untuk
mengantikannya menjadi Sulthan Dinobatkanlah Raden Mantri menjadi Sulthan Sambas
yang Ke–7 dengan Gelar Sulthan Abubakar Tadjudin I pada hari Selasa, 11 Zulqaidah
1216 H bersamaan 14 Maret 1802. Adapun kejadian–kejadian penting yang terjadi
selama pemerintahan Sri Paduka Baginda Yang Dipertuan Sulthan Umar Aqamaddin II

II - 32
adalah terjadinya beberapa peristiwa yang dapat menggangu stabilitas keamanan
Kerajaan Sambas , yaitu :
Pertama : Terjadi pemberontakan perkumpulan tambang emas Kongsi Cina yang
berpusat di Lumar , Lara dan Monterado didaerah Distrik Bengkayang. Tetapi semuanya
dapat dipadamkan.
Kedua : Terjadinya pertikaian dengan Kerajaan Mempawah mengenai tapal batas
kerajaan , tetapi semuanya dapat diselesaikan oleh Sri Paduka Sulthan dengan tidak
memakan korban dan pertumpahan darah.
Ketiga : Pada tahun 1204 H , Kerajaan Sambas di serang oleh Kerajaan Siak yang
dipimpin oleh Rajanya yang bernama Said Ali Bin Usman. Adapun tujuan kerajaan
tersebut menyerang Kerajaan Sambas adalah karena ingin menguasai emas yang
berlimpah di kerajaan Sambas. Dua tahun lamanya mereka berperang ingin menguasai
Kerajaan Sambas, tetapi karena pertahanan Kerajaan Sambas yang dipimpin oleh
Sulthan Muda Ahmad (Raden Gayung) terlalu kuat untuk ditembus, maka kemenangan
ada dipihak Kerajaan Sambas.
Pada suatu hari Sri Paduka Yang Dipertuan Sulthan Umar Aqamaddin II mengutus
Datuk Bandar, Haji Abdullah dan Haji Abdulmanan berangkat ke Betawi membawa
emas untuk dibuat perangkat kerajaan, sesampainya di Betawi, utusan tersebut diracun
orang dan banyak emasnya yang kena rampok, akhirnya utusan itu pulang dengan
membawa sisa emas yang masih ada, untuk dilaporkan kepada Yang Dipertuan Sulthan
Umar Aqamaddin II. Tetapi sewaktu akan memasuki Kuala Sungai Sambas, rombongan
tersebut diserang oleh pasukan Siak , kemudian emas yang ada didalam perahunya
diambil, setelah itu mereka melarikan diri, Yang Dipertuan Said Ali Bin Usman pun
membawa Emas hasil Rampasannya tersebut ke Kerajaan Siak. Kemudian emas
tersebut oleh Yang dipertuan Said Ali Bin Usman dibuatkan segala perlengkapan
Kerajaan seperti: Tikar Emas, Tempat Ludah Emas, Utar–Utar Emas, dan Perhiasan alat
Kerajaan Siak semua dari emas hasil rampasan dari Kerajaan Sambas.

II - 33
Makam Sulthan Umar Aqamaddin II (1762 – 1786) (1793 – 1802)
Sulthan Sambas ke-5 ( Murhum Jama’ )

Raden Gayung adalah putra Sulthan Umar Aqamaddin II dengan permaisurinya


yang bernama Ratu Sulthan . Baginda dilahirkan pada hari Senin, 1 Sya'ban 1165 H,
diangkat menjadi Sulthan Sambas Keenam menggantikan Ayahndanya dengan gelar
Sulthan Muda Achmad pada hari Rabu, 12 Rabiul Awal 1200 H bersamaan 12 Januari
1786 . Baginda memerintah negeri Sambas hanya 7 tahun dan wafat pada hari Sabtu,
waktu Isya' 15 Ramadhan 1207 H bersamaan 15 April 1793 dalam usia 42 tahun.
Setelah wafat baginda lebih dikenal dengan sebutan Murhum Gayung.

Makam Sulthan Muda Ahmad Tajudin (1786 – 1793)


Sulthan Sambas ke-6 ( Murhum Gayung)

II - 34
Raden Mantri, adalah putra kedua Sri Paduka Baginda Yang Dipertuan Sulthan
Umar Aqamaddin II dengan Permaisuri Kedua bernama Mas Siti yang digelar Mas
Sulthan, Baginda dilahirkan pada hari Jum’at, 10 Rajab 1169 H . Baginda diangkat
menjadi Sulthan Sambas yang Ke–7 menggantikan ayahndanya pada hari Selasa , 11
Zulqaidah 1216 H bersamaan 14 Maret 1802 dengan gelar Sulthan Abubakar Tadjudin I.
Baginda memerintah Kerajaan Sambas selama 13 tahun dan mangkat pada waktu
melarikan diri dari serangan Inggris dalam hutan di daerah Senujuh pada hari Kamis,
20 Ramadhan 1229 H bersamaan 4 September 1814.
Baginda Sulthan Abubakar Tadjudin I mempunyai seorang putra mahkota
bernama Raden Muhammad Atung bergelar Pangeran Adipati. Sewaktu Putra Mahkota
Pangeran Adipati Muhammad Atung diangkat menjadi Sulthan Muda, yang diangkat
menjadi Wazir Pertama adalah Raden Pasu digelar Pangeran Bendahara Seri Maharaja.
Satu Tahun setengah Pangeran Adipati Muhammad Atung diangkat menjadi Sulthan
Muda, karena sakit Baginda pun mangkat tanpa meninggalkan seorang putra dan hanya
mempunyai 3 orang putri masing – masing bernama : Urai Biru , Urai Timah dan Urai
Minah. Pada masa pemerintahan Sulthan Abubakar Tadjudin I ada beberapa kejadian –
kejadian penting yang terjadi adalah

Tapak Makam Sulthan Abubakar Tajuddin I (1802 – 1814)


Sulthan Sambas ke-7 ( Murhum Janggut )

Pertama: Kerajaan kembali diserang oleh Kerajaan Siak Inderapura dibawah


pimpinan Raja Ismail, terjadilah pertempuran yang sengit diantara kedua belah pihak,
sehingga banyak memakan korban jiwa. Akhirnya pasukan Kerajaan Siak dapat dipukul

II - 35
mundur oleh pasukan kerajaan Sambas yang di pimpin oleh Pangeran Anum ( Pangeran
Anum adalah gelar dari Raden Pasu yang merupakan Pangeran Bendahara Seri
Maharaja Kerajaan Sambas). Dua tahun setelah gagalnya penyerangan pertama, datang
pula penyerangan kedua langsung dipimpin oleh Sulthan Siak sendiri yaitu Said Ali Bin
Usman, pertempuran pun terjadi memakan waktu yang agak lama karena kedua belah
pihak mempunyai kekuatan yang sama, tapi akhirnya pasukan Siak dapat dibinasakan
oleh Pasukan Pangeran Anum. Kemudian datang lagi angkatan perang yang ketiga
dibawah pimpinan Said Mustafa dan permaisurinya yang gagah berani , ikut pula dalam
pasukan itu pasukan dari Aceh dibawah pimpinan Teuku Sambo. Menurut riwayatnya
seorang Panglima Siak yang gagah berani bernama Panglima Aru berhari–hari lamanya
bertempur dengan seorang Panglima dari Kerajaaan Sambas bernama Lawang Tendi.
Permaisuri Said Mustafa ikut juga dalam pertempuran melawan kerajaan Sambas,
banyak panglima kerajaan Sambas yang gugur ditangannya. Melihat keadaan itu ,
Pangeran Anum langsung terjun digelanggang peperangan untuk menghadapi
Permaisuri Said Mustafa yang mengamuk seperti seekor singa betina yang sedang lapar.
Akhirnya Permaisuri dari Siak tersebut dapat ditewaskan oleh Pangeran Anum. Melihat
pemimpinnya tewas maka pengikutnya menjadi kucar–kacir, banyak yang melarikan
diri mengikuti rajanya, banyak pula yang menyerah dan kemudian mengabdikan dirinya
kepada Sutlhan Sambas. Salah seorang panglima dari Siak yang dapat ditangkap adalah
Teuku Sambo yaitu pemimpin pasukan dari Aceh. Sampai akhirnya Teuku Sambo
mengabdikan dirinya untuk kerajaan Sambas.
Kedua: Pemberontahan Kongsi Emas Cina, bermula dengan Kangsi Cina yang
mengerjakan tambang emas di daerah Lumar dan Monterado bernama Kongsi Thay
Kong berselisih dengan Kongsi Cina yang mengerjakan tambang emas didaerah
Pemangkat, Seminis dan Sebawi yang bernama Sam Thioe Keo, penyebabnya adalah
Kongsi Sam Thioe Keo mengerjakan pertambangan emas termasuk pada wilayah Kongsi
Thay Kong. Terjadi peperangan diantara sesama kongsi tersebut sampai akhirnya
Kongsi Sam Thioe Keo dapat dikalahkan oleh Kongsi Thay Kong. Atas kemenangannya
tersebut , tampaknya kongsi Thay Kong merasa sudah mempunyai kekuatan yang hebat
sehingga sampai akhirnya berani untuk mendurhaka kepada Sri Paduka Baginda
Sulthan Abubakar Tadjudin I. Mereka ingin melepaskan dirinya dari kewajiban
membayar pajak atau upeti kepada Kerajaan Sambas. Menurut riwayatnya perang

II - 36
terjadi antara Kongsi Sam Thioe Keo yang bergabung dengan Pemerintah Kerajaan
Sambas melawan Kongsi Thay Kong. Pertempuran terjadi dengan dahsyat dan meluas
sampai kelembah Sungai Singkawang. Disekitar Singkawang Pangeran Anum Dapat
mematahkan perlawanan musuhnya dengan menduduki kubu pertahanan mereka. Pada
waktu merebut kubu di Monterado salah seorang panglima Kerajaan Sambas yang
bernama Teuku Sambo gugur. Pangeran Anum menjadi sangat marah karena
panglimanya dibunuh secara kejam tubuhnya dicincang dan kepalanya diambil.
Pangeran Anum mengamuk dan membakar kubu pertahanan Kongsi Thay Kong, sampai
akhirnya perlawanan Kongsi Thay Kong dapat dipatahkan sama sekali.
Ketiga: Kerajaan Sambas diserang oleh tentara Kerajaan Inggris bermula dari
laporan beberapa orang nelayan yang setia kepada Sultan Abubakar Tadjudin I, pada
tanggal 24 Juli 1812 dengan tergesa–gesa mereka melaporkan kepada Baginda Sultan
bahwa telah sampai di Kuala Sungai Sambas pasukan Kerajaan Inggris yang hendak
membalas menyerang Kerajaan Sambas karena perbuatan dari Pangeran Anum yang
pernah merampok dan meneggelamkan kapal kepunyaan Kerajaan Inggris. Kabar
tersebut segera diterima oleh Sultan dan langsung memerintahkan Panglima–panglima
kerajaan untuk siap – siap menyambut serangan dari Kerajaan Inggris tersebut. Pada
waktu itu Pangeran Anum tidak berada di Sambas, Baginda sekeluarga pergi
beristirahat dan bertamasya ke Sarawak, tiba–tiba mendapat sakit disana, yaitu
bengkak–bengkak pada kakinya dan diserang penyakit malaria. Karena Pangeran Anum
tidak berada di Sambas maka untuk menggantikannya, ditunjuklah Pangeran Muda
sebagai Pimpinan panglima kerajaan Sambas. Pangeran Muda adalah putra Pangeran
Anum dengan Istrinya yang kedua bernama Datuk Utin.
Menurut riwayatnya mula–mula komandan dari pasukan Inggris itu, sudah
mencoba beberapa kali untuk mendaratkan tentara dan persenjataannya, dengan jalan
mengikut sungai Sambas Kecil, tetapi selalu gagal dan terpaksa mengundurkan kapalnya
keluar kuala, karena mendapat serangan disepanjang Sungai Sambas Kecil yang
dipimpin oleh Pangeran Muda. Perjuangan untuk mempertahankan kerajaan Sambas
mulai gagal karena ada diantara rakyat yang berkhianat dengan cara memberi petunjuk
kepada Pasukan Inggris jalan yang mudah untuk menembus pertahanan Kerajaan
Sambas. Haluan Pasukan Inggris pun berubah tidak lagi memaksakan diri untuk
menyerang melalui Sungai Sambas Kecil , tetapi mereka melewati Sungai Sambas Besar

II - 37
dan menuju ke Desa Kartiasa. Disinilah tentara Inggris dapat mendarat dengan lebih
mudah karena pasukan kerajaaan Sambas sebagian besar berada di Sungai Sambas
Kecil. Pasukan Inggris mendaratkan tentara dan persenjataannya yang lengkap dengan
taktik perang yang lebih modern mereka mulai melakukan penyerangan melalui Sungai
Betung sampai akhirnya sampai juga di Sungai Sambas Kecil. Banyak panglima–
panglima kerajaan Sambas yang gugur karena tidak mampu menahan serangan gencar
yang dilakukan oleh Pasukan Kerajaan Inggris.
Pasukan Kerajaan Sambas tidak mampu lagi menangkis serangan–serangan yang
dilancarkan oleh Pasukan Inggris, mereka terus mundur sampai akhirnya satu demi satu
kubu pertahanan jatuh ketangan pasukan Inggris. Akhirnya dalam pertempuran yang
sengit itu Pangeran Muda terkepung dan gugur dalam mempertahankan Kerajaan
Sambas. Pasukan Inggris semakin menggila sampai akhirnya mereka ke Muara Sungai
Teberau dan membakar sebuah kampung disitu. Akhirnya dalam tahun 1813 diatas
kubu pertahanan Kerajaan Sambas dinaikkan Bendera Putih sebagai tanda menyerah.
Sultan Abubakar Tadjudin dan keluarganya melarikan diri kehulu Sungai Subah
tepatnya didaerah hutan gunung Senujuh. Karena kelelahan dalam pelariannya dan
dikarenakan usia Baginda sudah mencapai 60 tahun akhirnya Baginda Sultan Abubakar
Tadjudin I mendapat sakit dan mangkat didalam hutan pada Kamis Malam, 20
Ramadhan 1229 H bersamaan 4 September 1814. Mayat Baginda Sultan Abubakar
kemudian dibawa ke Istana untuk dikebumikan. Sebagai penggantinya maka
diangkatlah Pangeran Anum menjadi Sulthan Sambas yang Ke–8 pada hari Sabtu, 1
Muharram 1231 H dengan gelar Sulthan Muhammad Ali Tsafiuddin I.

2. MASA KOLONIAL
Pada tanggal 25 September 1819 Sulthan Muhammad Ali Tsafiuddin I mengikat
kontrak dengan kerajaan Belanda yang berpusat Di Batavia pihak Belanda diwakili oleh
Mayor Naphuis sebagai Regeeringscommisaris untuk pulau Borneo. Kemudian pada
tanggal 11 Mei 1823 datang lagi ke Sambas J.M.Tobias sebagai Regeeringscommisaris
pulau Borneo yang baru untuk memperbaiki kembali isi kontrak dalam kalimat bahasa
Melayu disesuaikan dengan bahasa Belanda, isi perjanjian tersebut mengenai uang
pengganti kerugian dari hasil–hasil duane, candu dan garam dari Gubernur Belanda
kepada Sultan. Sejak itulah Belanda mulai menanamkan kolonialismenya kepada

II - 38
Kerajaan Sambas. Dimana Kekuasaan Sulthan Muhammad Ali Tsafiuddin dibatasi oleh
kepentingan Belanda. Belanda (Hindia Belanda) mulai menanamkan kekuasaannya di
Kesultanan Sambas.
Raden Ishak oleh Baginda Sultan Muhammad Ali Tsafiuddin I diangkat menjadi
putra Mahkota dengan gelar Pangeran Ratu Nata Kesuma. Karena Usia yang sudah
cukup tua maka pada malam Senin, 2 Muharram 1244 H bersamaan 14 Juli 1828
Baginda Sulthan Muhammad Ali Tsafiuddin I mangkat dalam usia 61 tahun, Baginda
memerintah Kerajaan Sambas selama 13 tahun. Pada waktu itu Putra Mahkota Pangeran
Ratu Nata Kesuma masih berusia 6 tahun, maka untuk menggantikannya sementara
menunggu Putra Mahkota Dewasa maka diangkatlah Raden Sumbas yang begelar
Pangeran Bendahara Seri Maharaja menjadi Sultan Sambas yang Ke–9 pada hari
Minggu, 2 Muharram 1244 H bersamaan 14 Juli 1828 dengan gelar Sultan Usman
Kamaluddin. Pelantikan Sultan tersebut atas persetujuan Badan bernama Majelis Wali
yang ditetapkan dengan Besluit Gubernumen Belanda tanggal 6 Mei 1829. Majelis Wali
itu terdiri dari Kerabat dekat Sultan, sebagai Ketua Umum adalah Asisten Residen
Belanda dan Sebagai Ketua adalah Sultan Usman Kamaluddin, sebagai Anggota adalah
Pangeran Temenggung Jaya Kesuma dan Pangeran Kesuma Dilaga.
Raden Sumba adalah putra Sultan Umar Aqamadin II dengan Permaisuri bernama
Mas Siti Binti Pangeran Mangku anak Raden Ratna Kumala Binti Sultan Muhammad
Tadjudin, dilahirkan pada dilahirkan pada hari Kamis, 2 Zulqaidah 1184 H , diangkat
sebagai wakil sulthan pada Minggu, 2 Muharram 1244 H bersamaan 14 Juli 1828
dengan gelar Sultan Usman Kamaludin menunggu putra mahkota Pangeran Ratu
Natakesuma Bin Sultan Muhammad Ali Tsafiuddin I dewasa. Pada malam Kamis 7
Ramadhan 1247 H atau tanggal 8 Februari 1832 karena sakit tua, Sultan Usman
Kamaludin wafat dalam usia 61 tahun Untuk menggantikannya sebagai Wakil Sultan
diangkatlah saudaranya yang bernama Raden Semar atau Pangeran Temenggung Jaya
Kesuma selaku Wazir kedua menjadi Sultan Sambas yang Ke – 10 pada 8 Ramadhan
1247 H atau tanggal 9 Februari 1832 dengan gelar Sultan Umar Aqamaddin III
(Lazimnya disebut Murhum Tengah).
Setelah Putra Mahkota Pangeran Ratu Nata Kesuma dewasa dan usianya sudah
cukup untuk diangkat menjadi Sultan, maka diangkatlah Baginda menjadi Sultan Muda
dan saudaranya Raden Ruai diangkat menjadi Pangeran Temenggung Jaya Kesuma. Pada

II - 39
malam Minggu, 1 Muharram 1263 H bertepatan dengan tanggal 19 Desember 1846,
Sultan Umar Aqamaddin III mangkat dalam usia 75 tahun, Baginda telah menjabat
sebagai Wakil Sultan selama 15 Tahun. Kemudian untuk menggantikannya diangkatlah
Sulthan Muda menjadi Sultan Sambas yang Ke–11 dengan gelar Sultan Abubakar
Tadjudin II, pada hari Senin 10 Zulhijjah 1264 H bertepatan tanggal 20 Desember
1846, kemudian Baginda Sultan diikat kontrak oleh Belanda tanggal 7 November 1848.
Sultan Abubakar Tadjudin II memerintah Kerajaan Sambas sejak tahun 1846-1855
dan setelah meninggal dunia lebih dikenal dengan nama Murhum Kelukuk/Murhum
Cianjur, Baginda Sultan mengikat kontrak dengan dengan Belanda pada 7 November
1848, dari pihak Belanda diwakili oleh Weddik Gubernur Belanda wilayah Borneo dan
di sahkan pada tanggal 9 Januari 1849 oleh Gubernur Jenderal Van Rucheessen dalam
perkara pengganti uang kerugian dari hasil duane , candu dan garam kepada Sulthan .
Pada masa pemerintahannya sekitar tahun 1850 M, terjadi lagi pemberontakan secara
besar – besaran yang dilakukan oleh kongsi – kongsi pertambangan emas Cina. Mereka
bergabung menjadi satu yang terdiri dari Thai Kong, Sam Thioe Keo, Mang Kit Tiu, dan
Lo Fong . Tujuan mereka adalah ingin melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Sambas,
pertempuran terjadi dimana – mana, mulai dari Monterado, Lara Lumar, Singkawang,
terus sampai ke Pemangkat, Seminis dan Sebawi. Akhirnya pasukan Sultan Sambas
menjadi kewalahan menghadapi serangan – serangan dari kongsi Cina tersebut.
Untuk menghadapinya Sultan Abubakar Tadjudin II minta bantuan pada Belanda.
Pada tahun 1851 datanglah pasukan tentara Belanda ke Sambas dibawah pimpinan
Overste Zong untuk mematahkan perlawanan kaum pemberontak di Pemangkat. Dalam
pertempuran untuk merebut benteng pertahanan kaum pemberontak di Pemangkat
Overste Zong gugur dan dimakamkan di Penibungan. Pada Tahun 1854 api
pemberontakan semakin meluas keseluruh Negeri, maka Belanda mendatangkan lagi
pasukan dari Batavia dibawah pimpinan Letnan Kolonel Andersen. Akhirnya
pemberontakan dapat dipadamkan dan sebagai imbalannya Sultan mengijinkan Belanda
mengerjakan pertambangan emas yang ditinggalkan kaum pemberontak. Setelah
pemberontakan kongsi Cina dipadamkan dan negeri Sambas sudah berada dalam
keadaan aman dan tenteram, timbul pertikaian antara keluarga Sultan yaitu kelompok
Pedalaman yang diketuai oleh Baginda sendiri dengan kelompok Seberang yang di
ketuai oleh Pangeran Mangkunegara Toko'. Untuk menghindari jangan sampai

II - 40
pertikaian tersebut berlarut - larut sehingga bisa memjejaskan stabilitas keamanan
kerajaan maka Baginda Sultan Abubakar Tadjudin II mengajukan permintaan untuk
meletakkan jabatan kepada pemerintah Belanda. Pada waktu itu putra Mahkota
Pangeran Adipati Afifuddin masih kecil belum dapat untuk memegang tampuk
pemerintahan kerajaan Sambas. Maka pada tahun 1855 M Sultan Abubakar Tadjudin II
mengangkat Pangeran Mangku Negara Toko' sebagai wakil Sultan menunggu Pangeran
Adipati Afifuddin dewasa, dengan gelar Sultan Umar Kamaluddin.
Raden Toko' adalah putra Sultan Umar Aqamaddin III (Murhum Tengah). Baginda
diangkat menjadi Sultan Sambas menggantikan Sultan Abubakar Tadjudin II yang turun
tahta dan berangkat ke pulau Jawa. Sementara putra mahkota Pangeran Adipati
Afifuddin masih belum dewasa , untuk menunggu Pangeran Adipati Afifuddin dewasa
dan selesai sekolah maka diangkatlah Pangeran Mangku Negara Toko' menjadi Wakil
Sulthan pada tanggal 10 Mei 1853 dengan gelar Sulthan Umar Kamaluddin. Sulthan
Umar Kamaluddin merupakan Sulthan Sambas yang ke - 12 memerintah Negeri Sambas
sampai tahun 1866.
Raden Afifuddin, adalah putra Sulthan Abubakar Tadjudin II dengan
permaisurinya yang bernama Ratu Sabar, Baginda dilahirkan pada Subuh Kamis, tanggal
3 Syawal 1257 H bertepatan dengan 17 November 1841 H. Baginda diangkat sebagai
putra mahkota dengan gelar Pangeran Adipati. Sewaktu di Batavia, Baginda tinggal
dirumah Syarif Abdul Kadir untuk diberi pendidikan oleh Belanda. Sedangkan
Ayahndanya dipindahkan ke Cianjur. Setelah beberapa tahun berada di Batavia, Baginda
dipindahkan ke Kabupaten Galuh, yaitu di Ciamis. Oleh Bupati Galuh pada waktu itu
yang bernama Raden Adipati Kesumadiningrat, Pangeran Adipati di didik sebagaimana
layaknya seorang putra mahkota dibekali ilmu pemerintahan, ilmu agama, ilmu sastra
dan ilmu pasti. Sebagai gurunya ditunjuklah juru tulis Bupati yang bernama Mas Suma
Sudibya. Pada Tahun 1861 Pangeran Adipati Afifuddin dipindahkan lagi ke Batavia
untuk melanjutkan pendidikannya. Dengan Besluit Gubernument Belanda yanggal 5
April 1861, Baginda diangkat menjadi Sulthan Muda. Kemudian pada tanggal 23 Juli
1861 oleh Belanda disediakan Kapal perang milik Kerajan Belanda bernama “ Arjuna”
untuk mengantarkan Sulthan Muda bersama – sama dengan pamannya Temenggung
Jaya Kesuma (TemenggungRuai) pulang ke Sambas. Untuk menghindari terjadinya lagi
perselisihan seperti dimasa yang lalu, maka Sulthan Muda dinikahkan dengan putri

II - 41
Sulthan Umar Kamaluddin yang bernama Raden Khalijah. Dengan Besluit Gubernument
Belanda Tanggal 6 Agustus 1866, dinobatkanlah Sulthan Muda menjadi Sulthan Sambas
yang Ke-13 dengan gelar Sulthan Muhammad Tsafiuddin II, sedangkan Sulthan Umar
Kamaluddin diangkat menjadi Yang Dipertuan. Saudaranya yang bernama Raden
Syarifuddin diangkat sebagai Pangeran Bendahara Sri Maharaja Ratu Mangkuningrat.
Baginda Sulthan Muhammad Tsafiuddin II , mengikat kontrak dengan Gubernemen
Belanda pada tanggal 6 Agustus 1866. Kemudian pada tanggal 23 Agustus 1877 oleh
Residen Belanda di Pontianak bernama C. Kater kontrak itu diperbaharui dalam hal
pengganti uang kerugian dari hasil duane , candu dan garam kepada Sulthan. Kemudian
pada tanggal 20 September 1912 datang ke Sambas W. Frijling sebagai
Regeeringscomisaris Borneo untuk mengikat kontrak politik (Korte Verklaring) ,
kontrak panjang dihapuskan , dengan penghapusan ini , pemerintahan lama dirubah
menjadi pemerintahan Landschap ( Zelfbestuur) yang memerintah sendiri disusun
beberapa peraturan yang menentukan perbedaan antara rakyat pribumi dan Non
Pribumi . Dimana rakyat pribumi harus tunduk dan takluk dengan hukum Sulthan
sedangkan rakyat non pribumi yaitu orang–orang Timur dan Eropa hanya tunduk dan
takluk pada hukum Pemerintah Belanda.
Pada masa pemerintahannya Sulthan Muhammad Tsafiuddin II lebih menitik
beratkan perhatiannya pada pembangunan dan kesejahteraan rakyat terutama di
bidang pendidikan. Baginda banyak mendirikan masjid dan surau–surau, diantaranya
yang masih terawat sampai sekarang adalah Masjid Jami’ Sulthan Muhammad
Tsafiuddin II. Masjid ini dibangun olen Baginda bersama – sama Ibundanya Ratu Sabar
pada 10 Oktober 1885.
Banyak pemuda–pemuda yang berbakat dibidang agama oleh Baginda Sulthan
Muhammad Tsafiuddin II diberi beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di Al Azhar
Kairo Mesir. Diantaranya yang terkenal adalah H. Muhammad Basiuni Imran yang
kemudian diangkat sebagai Maharaja Imam Kerajaan Sambas.
Dibidang pendidikan , pada tahun 1872, Baginda mendirikan sekolah Partikuler.
Pada mulanya yang belajar disekolah tersebut adalah terdiri dari putra–putri keluarga
bangsawan Kerajaan Sambas. Hal ini dimaksudkan sebagai perintis untuk menarik
minat para pemuda di Kerajaan Sambas yang pada masa itu belum pernah sama sekali
mengecap pendidikan dibangku sekolah, agar mau bersekolah rupanya usaha baginda

II - 42
tidaklah sia–sia karena mendapat sambutan yang baik oleh rakyatnya, mereka beramai–
ramai memasukkan anaknya kesekolah tersebut.
Pada tanggal 9 September 1903 dengan Besluit Gubernumen Belanda ,
didirikanlah sebuah sekolah Bumi Putera kelas II. Semakin banyak rakyat yang ingin
memasukkan anaknya kesekolah , sehingga sekolah tersebut tidak dapat lagi
menampung siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, dengan Besluit Gubernumen Belanda
pada tanggal 1 Desember 1910 didirikanlah lagi sebuah sekolah , yaitu “Special School“
yang kemudian pada tahun 1915 sekolah tersebut dirubah menjadi HIS. Setahun
kemudian yaitu pada tahun 1916, Baginda Sulthan mendirikan lagi sebuah sekolah yang
bernafaskan Islam, yaitu “Madrasah Sulthaniah “. Selain mengadakan pembangunan
dibidang pendidikan , Baginda juga mengadakan pembangunan dibidang pertanian ,
perkebunan dan perhubungan. Dibidang pertanian dan perkebunan , Baginda membuat
Irigasi yang digunakan untuk mengairi kebun – kebun karet dan lading rakyat. Banyak
pula digali Terusan–Terusan guna pencegahan terhadap banjir, disamping itu Terusan
tersebut memudahkan rakyat membawa hasil pertanian dan perkebunan, seperti
Terusan Parit Sebuk, Terusan Kartiasa, Terusan Semagau, Terusan Sebangkau, Terusan
Semparuk, Terusan Segerunding, Terusan Parit Baru, dan masih banyak ladi Terusan
lainnya. Untuk menghindari agar jangan sampai Terusan yang digali mengalami longsor
atau erosi, maka Baginda memerintahkan rakyatnya yang bermukim ditepi Terusan
tersebut untuk mengadakan penghijauan dengan menanami pinggir Terusan dengan
tanaman keras yang dapat menghasilkan. Dibidang perhubungan Baginda Sulthan
membuat jalan – jalan dan jembatan, baik didalam kota maupun diluar kota. Seperti
dibangunnya jembatan yang menghubungkan Sungai Sambas Kecil, jembatan yang
menghubungkan Sungai Teberau dan jembatan yang menghubungkan Sungai Subah.
Dibidang perhubungan darat Baginda juga membangun jalan yang menghubungkan satu
kota dengan kota lainnya, sehingga perhubungan menjadi lebih lancer, seperti jalan
yang menghubungkan kota Sambas dengan kota Pemangkat, Singkawang dan
Bengkayang. Selama 56 tahun lamanya memerintah Negeri Sambas, akhirnya Baginda
dapat merubah Kota Sambas menjadi Ibu Kota Kerajaan yang terpenting di Wilayah
Kalimantan Bagian Barat.
Setelah putra tertua yang bernama Raden Ahmad Agus dewasa maka diangkatlah
menjadi Putra Mahkota dengan gelar Pangeran Adipati. Pangeran Adipati sangat

II - 43
terkenal dengan sifatnya yang keras dan sangat membenci Belanda. Tapi Baginda tidak
mempunyai umur yang panjang, Baginda Mangkat pada 21 Agustus 1916. Setelah
Putra Mahkota Pangeran Adipati Ahmad Wafat maka Sulthan Muhammad Tsafiuudin II
mengangkat Putra Pangeran Adipati yang bernama Raden Muhammad Mulia Ibrahim
sebagai Putra Mahkota dengan gelar Pangeran Ratu Natawijaya. Kerana Pangeran Ratu
Natawijaya pada saat Ayahndanya mangkat masih kecil, maka untuk menggantikannya
diangkatlah purtanya dari Selir yang bernama Raden Muhammad Ariadiningrat sebagai
Wakil Sulthan yang memerintah Kerajaan Sambas dengan gelar Sulthan Muhammad Ali
Tsafiuddin II, sebagai Sulthan Sambas yang Ke – 14 tepatnya pada 4 Desember 1922 M
dan Raden Muhammad Tayeb diangkat sebagai Pangeran Bendahara Seri Maharaja.
Sulthan Muhammad Tsafiuddin sendiri diangkat sebagai Yang Dipertuan.
Baginda Sulthan Muhammad Ali Tsafiuddin II pada tanggal 4 Desember 1922
menghibahkan kerajaan Sambas dengan mengikat kontrak politik (Korte verklaring)
dengan Gubernemen Belanda. Dua tahun berselang setelah pengangkatan Raden
Muhammad Ariadiningrat sebagai Wakil Sulthan maka pada 12 September 1924M
karena usia yang sudah lanjut maka Yang dipertuan Sulthan Muhammad Tsafiuddi II
mangkat dala usia 83 tahun. Dua tahun kemudian setelah Sultan Muhammad Tsafiuddin
II mangkat maka pada 9 Oktober 1926 karena sakit Sultan Muhammad Ali Tsafiuddin II
pun mangkat. Setelah Mangkatnya Wakil Sultan Muhammad Ali Tsafiuddin II,
pemerintahan Kerajaan Sambas diwakili oleh Wazir Sulthan yang disebut Bestuur
Commisi yang terdiri dari Decountroleur Van Sambas bernama Stupff sebagai Ketua,
Pangeran Bendahara Seri Maharaja Muhammad Tayeb, Pangeran Laksamana
Muhammadan dan demang Van Sambas Raden Tahmid Panji Anom sebagai anggota,
sedangkan sebagai penasehatnya adalah Maharaja Imam Kerajaan Sambas H.
Muhammad Basuni Imran.
Raden Muhammad Mulia Ibrahim adalah putra Pangeran Adipati Ahmad Bin
Sulthan Muhammad Tsafiuddin II dengan permaisurinya yang bernama Utin Putri Binti
Penembahan Muhammad Ibrahim Raja Mempawah. Baginda diangkat diangkat sebagai
putra mahkota dengan gelar Pangeran Ratu Natawijaya menggantikan ayahndanya
Pangeran Adipati Ahmad yang wafat pada tahun 1916 sebelum sempat menjadi Sulthan.
Baginda diangkat menjadi Sulthan pada tanggal 2 Mei 1931 dengan gelar Sulthan
Muhammad Mulia Ibrahim Tsafiuddin merupakan Sulthan Sambas ke – 15 Pada hari itu

II - 44
juga Baginda Sulthan menghibahkan kerajaan Sambas dengan mengikat Acte Van
Verband dengan Gubernumen Belanda . Baginda memerintah kerajaan Sambas dengan
penuh arif dan bijaksana. Pada masa pemerintahannya Belanda sudah lama ikut campur
dalam segala urusan pemerintahan Kerajaan Sambas. Pada Tanggal 1 Maret 1942
tentara Jepang mendarat di Indonesia yaitu dipelabuhan Merak Banten, kemudian pada
tanggal 8 Maret 1942 . Pemerintah Belanda menyerah tanpa syarat kepada tentara
Jepang. Sejak itu Jepang mulai menjajah Nusantara, pemerintah Jepang mulai dengan
propogandanya yang menyatakan bahwa Jepang datang ke Indonesia adalah untuk
memerdekakan bangsa Asia dari cengkeraman bangsa kulit putih. Rakyat Indonesia
harus bekerja sama dengan pihak Jepang untuk memerangi Sekutu. Hasil dari perang
Pasifik itu sangat merugikan pihak Jepang. Untuk membiayai perang maka Jepang
merampas harta milik rakyat, seperti hasil pertanian dan kekayaan berupa perhiasan.
Sehingga pada masa itu rakyat diseluruh kepulauan Nusantara jatuh miskin dan melarat.
Bahan makanan dan pakaian sulit untuk didapat. Peristiwa itu juga tidak luput
menimpa rakyat di Kerajaan Sambas, banyak wanita – wanita diperkosa dan kebejatan
moral meraja lela dikalangan tentara Jepang. Banyak kaum cerdik pandai di Kerajaan
Sambas diculik kemudian dibunuh disuatu tempat dengan alasan membahayakan
kedudukan Jepang. Melihat nasib rakyatnya itu, Baginda Sultan Muhammad Mulia
Ibrahim Tsafiuddin menjadi sangat sedih dan prihatin, pergerakan bawah tanah mulai
timbul untuk menentang kekejaman Tentara Jepang. Para Sultan dan Panembahan serta
para cerdik pandai diseluruh Kalimantan Barat mulai kompak untuk menentang dan
mengadakan perlawanan terhadap Jepang. Pada waktu itu yang telah disepakati
berkumpullah seluruh Sultan dan Panembahan serta para cerdik pandai di Kota
Pontianak untuk mengadakan rapat melawan Jepang.
Berangkat dari Sambas dengan menggunakan mobil diantar oleh Sopirnya,
sesampainya di Mempawah Baginda singgah untuk mengajak Panembahan Mempawah
Gusti Muhammad Taufik bersama – sama berangkat ke Pontianak. Sopirnya oleh
Baginda Sultan Muhammad Mulia Ibrahim disuruh pulang karena Baginda akan
berangkat bersama – sama dengan Panembahan Mempawah. Sesampainya di Pontianak
setelah semua Sultan dan Panembahan serta para cerdik pandai berkumpul, ternyata
pertemuan tersebut diketahui oleh pihak Jepang melalui mata – matanya, akhirnya
mereka semua ditangkap dan dibunuh disuatu tempat yaitu didaerah Mandor. Sultan

II - 45
Muhammad Mulia Ibrahim Tsafiuddin merupakan salah satu korban pembunuhan
tersebut. Setelah Baginda wafat untuk mengesahkan bahwa Baginda Sulthan Sudah
benar–benar mangkat maka oleh Tentara Jepang dikembalikanlah seluruh pakaian
kebesaran yang dikenakan oleh Baginda sewaktu akan berangkat. Tidak berapa lama
kemudian giliran Pangeran Bendahara Seri Maharaja Muhammad Tayeb dan kerabat
Kerajaan Sambas yang mempunyai pengaruh serta para cerdik pandai diculik dan
dibunuh di Mandor.
Setelah Sulthan Muhammad Mulia Ibrahim Wafat pada tahun 1943, waktu itu
Putra baginda masih berumur 12 tahun dan terlalu muda untuk diangkat menjadi
seorang Sulthan. Oleh Pemerintah Jepang maka diangkatlah Raden Muhammad Taufik
sebagai Putra Mahkota dengan gelar Pangeran Ratu. Kemudian untuk melaksanakan
tugas pemerintahan, pemerintah tentara Jepang pada tanggal 25 Maret 1945 sampai
dengan 18 Oktober 1945 membentuk Majelis Kesulthanan ( Zitirijo Hiyogi Kai ) terdiri
dari :
a. Kenkarikan yang berkedudukan di Singkawang sebagai Penasehat
b. Demang kota Sambas Raden Muhammad Siradj sebagai ketua
c. Raden Ismail dan Raden Hasnan sebagai anggota.

Salinan Surat Keputusan Syu Tizi Pontianak tentang pengangkatan Raden Muhammad
Taufiq sebagai Sulthan / Syu Tyo Sambas yang baru adalah sebagai berikut :

ZIREI

No. 4 9 0 / S K PONTIANAK, 2605 HATIGATU 30 KITA , PONTIANAK SYU – TIZI

Memenoehi kepoetoesan rapat – besar dari seloeroeh Zitiryo Hyogikai di Pontianak -


Syu jang telah diadakan di Pontianak pada tanggal 18 Hatigatu 2605 tentang pelantikan
SYU – TYO jang baroe ;
Menimbang sangat penting oentoek membentoek dan menyeleggarakan oeroesan Tata
Negara pada tiap2 Zitiryo di Pontianak – Syu berdasarkan sedjarah keradjaan2 didalam
pemerintahan Sulthan / Syu – Tyo goena kesempoernaan dan kesentausaan pemerintah
Keradjaan masing2 pihak kita telah mengambil keputusan hendak mengadakan
pelantikan Syu – Tyo jang baroe ;
Memperhatikan adat – istiadat Keradjaan jang sedari dahoeloe masih tetap didjalankan ,
manakala ada terboeka kedoedoekan seorang Syu – Tyo , maka dirasa perloe hendak
mengangkat ( melantik ) seorang Syu – Tyo pada tiap2 Zitiryo , haroes dipilih seorang
Tjalon Syu – Tyo menoeroet waris jang terdekat sekali atau garis toeroenan jang loeroes
kebawah ;

II - 46
Memperhatikan lagi fatsal2 : 3 , 4 dan 5 “ ATOERAN PEMERINTAH KERAJAAN 1938 “
jang telah dioemoemkan didalam madjalah “ PEDOMAN “ pada 1 Februari 1941 nomor
kedoea;
Menjetoejoei akan kepoetoesan jang diambil dalam permoesjawaratan Sambas Zitiryo
Hyogikai pada tanggal 30 Hatigatu 2605 tentang melantik ( mengangkat ) seorang
Tjalon Syu – Tyo ialah seorang poetera dari Syu – Tyo Almarhoem M. Ibrahim jang
bernama : RADEN TAUFIK , oemoer ± 13 tahoen pada waktoe ini masih bersekolah di
Sambas dengan keterangan selama RADEN TAUFIK terseboet masih beloem akil baliq (
dewasa ) keangkatannja sebagai Syu – Tyo oentoek sementara diwakili oleh salah
seorang wakil atau pembantoe Syu – Tyo;

MENETAPKAN :

Terhitoeng moelai dari tanggal pengoemoeman dengan rasmi jang berdasarkan adat –
istiadat pengangkatan Syu – Tyo 2 ditiap2 Zitiryo diseloeroeh Pontianak Syu, diambil
ketetapan seperti berikoet :

a. Sebagai Sambas Zitiryo Syu – Tyo jang baroe , seorang poetera dari Syu – Tyo
alamrhoem jang bernama
RADEN TAUFIK
Oemoer ± 13 tahoen dengan karoeniai wang toendjangan besarnja ₣ 100,-- (
seratoes roepiah ) tiap2 boelan jang dibajar oleh Sambas Zitiryo Kaikei , dengan
ketentoean selama RADEN TAUFIK terseboet masih menoentoet peladjarannja
oentoek mendjabat martabat Syu – Tyo, segala oeroesan pemerintahan di
selenggarakan oleh Sambas - Zitiryo – hyogikai ( Madjelis – Keradjaan ).
b. Segala biaja jang mengenai penobatan ( angkatan ) dibajar oleh Sambas Zitiryo
Kaikei .
c. Segala soesoenan Negara tinggal tetap seperti biasa dan begitoe djoega segala
adat – istiadat jang telah lazim dilakoekan tidak boleh melanggar oendang2
Negeri dan Bala tenteta.
d. Tanggal hari boelan keangkatan ( pelantikan ) “ Syu – Tyo jang baroe oleh
Sambas Zitiryo Hyogikai jang bersangkoetan haroes dioemoemkan kepada
sekalian hamba ra’jatnja.
KOETIPAN ini diberikan kepada jang berhak oentoek diketahoei dan
ditoeroet,

PONTIANAK SYU TIZI

Kepada
Toean RADEN TAUFIK
Di
SAMBAS

II - 47
3. MASA KEMERDEKAAN

Setelah Jepang menyerah kalah tanpa syarat kepada Sekutu bulan Aguatus 1945
kemudian oleh Gubernur Jenderal Belanda DR.H. J. Van Mook dengan perantaraan
Sulthan Hamid II, pada tanggal 20 Februari 1946 dibentuk dan dilantik sebuah Majelis
Kesulthanan Sambas yaitu Besteuur Commisi, setelah diadakan seleksi dan tes
kelayakan siapa yang layak untuk menduduki jabatan sementara menunggu Pangeran
Ratu Muhammad Taufik dewasa maka terbentuklah dengan susunan sebagai berikut :
1. Raden Muchsin Panji Anom digelar Pangeran Temenggung Jaya Kesuma ,
sebagai Ketua.
2. Raden Hasnan Panji Kesuma digelar Pangeran Laksamana sebagai Wakil Ketua.
3. Urai Nurdin digelar Pangeran Paku Negara sebagai anggota.
4. Haji Muhammad Basyiuni Imran Maharaja Imam Kerajaan Sambas sebagai
penasehat.
Setelah Belanda mengakui kedaulatan Negara Republik Indonesia , berubahlah
Besteuur Commisi menjadi Swapraja yang diketuai oleh RM. Soetoro dengan Bupatinya
R. Husni yang berkedudukan di Singkawang. Majelis Kesultanan Sambas kemudian
memutuskan untuk bergabung dalam Republik Indonesia Serikat melalui Daerah
Istimewa Kalimantan Barat (DIKB) pada tahun 1950.
Raden Muhammad Taufik adalah Putra Sulthan Muhammad Mulia Ibrahim
Tsafiuddin dengan Permaisurinya yang bernama Ratu Mahrum Bin Pangeran Bendahara
Sri Maharaja Muhammad Tayeb. Beliau dilahirkan pada tahun 1931 dan wafat pada 3
Juni 1984 akibat kecelakaan dijalan raya. Selama hidupnya keberadaan Istana
Alwatzikhoebillah Sambas mengalami staknasi perubahan yang sangat mendasar yaitu
di bahwa yang semula keberadaan Istana Alwatzikhoebillah Sambas sebagai pusat
pemerintahan tidak lagi bersinar seperti dimasa Ayahndanya, Istana Kelihatan suram
dan tidak bermaya, karena tidak mendapat biaya perawatan dari pemerintah pada masa
itu. Sampai pada tahun 2000 Istana Alwatzikhoebillah baru mempunyai seorang Putra
Mahkota yaitu dengan di Gelarnya Raden Winata Kesuma menjadi Pangeran Ratu. Hal
ini dikarenakan banyaknya permintaan dan dukungan dari rakyat (masyarakat Sambas),
Raden Winata Kesuma dinobatkan menjadi putra mahkota dengan gelar Pangeran Ratu
pada hari Sabtu , 15 Juli 2000. Penggelaran itu adalah dalam rangka menyambung

II - 48
kebiasaan Adat Istiadat yang terputus dan sebagai khasanah Budaya yang perlu
dipertahankan dan dikembangkan .
Pangeran Ratu H. Winata Kesuma adalah putra Pangeran Ratu Muhammad Taufik
Bin Sulthan Muhammad Mulia Ibrahim Tsafiuddin dengan permaisurinya yang bernama
Urai Latifah Binti Pangeran Laksamana Hasnan Panji Kesuma , beliau dilahirkan di
Sambas pada Tanggal 25 September 1965 . Mempunyai seorang kakak kandung
bernama Raden Dewi Kencana . Pangeran Ratu Winata Kesuma dibesarkan oleh orang
tua pada saat Istana Alwatzikhoebillah sedang berada dibawah dan mengalami staknasi
perubahan yang sangat mendasar yaitu bahwa semula keberadaan Istana
Alwatzikhoebillah Sambas sebagai pusat pemerintahan tidak lagi bersinar seperti
dimasa Sulthan Muhammad Mulia Ibrahim Tsafiuddin, Istana Kelihatan suram dan tidak
bermaya, karena tidak mendapat biaya perawatan dari pemerintah. Sepeninggalan
Ayahndanya kehidupan Pangeran Ratu H. Winata Kesuma yang biasa di sebut dengan
nama Wempi seperti layaknya kehidupan masyarakat biasa yang serba kekurangan ,
ditempa oleh keadaan itulah menyebabkan watak yang dimilikinya agak keras dan apa
adanya. Kehidupan sehari – hari layaknya masyarakat biasa tidak menggambarkan
kehidupan seorang putra mahkota, sehingga beliau dikenal sebagai seorang bangsawan
yang merakyat . Beliau tidak segan –segan untuk berkumpul dengan masyarakat biasa
baik golongan bawah sampai golongan atas . Sewaktu kecil beliau bersekolah di SDN 7
Sambas tamat tahun 1979 kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 2 Sambas tamat tahun
1982 dan meneruskan ke SMA Negeri Sambas tamat tahun 1985 , setelah tamat SMA
beliau mempunyai cita – cita untuk melanjutkan ke APDN Pontianak tetapi karena nilai
Ijazah beliau tidak mencukupi sarat untuk diterima di APDN akhirnya tidak diterima di
APDN . Pada saat itu putus asa yang menghantui beliau , apalagi sejak kepergian
ayahndanya disaat beliau masih sangat memerlukan seorang ayah yang mampu untuk
mengayomi beliau . Pada tahun 1985 Ibundanya memasukkan beliau menjadi PNS di
Pemerintah Kabupaten Sambas dan ditempatkan di Kantor Camat Sambas .
Akibat keputusasaan yang dialaminya mengakibatkan kehidupan beliau berubah
drastis menjadi seorang anak jalanan yang tidak terurus , selama bertahun–tahun beliau
hidup tak tentu arah, sampai akhirnya Ibundanya juga meninggal dunia pada tahun
1992 . Kematian ibunya membuat beliau sangat sedih sekali karena orang yang dikasihi
semuanya telah pergi, sampai akhirnya beliau menemukan teman hidup dan menikah

II - 49
dengan seorang gadis bernama Endang Sri Muningsih pada tahun 1994. Kehidupannya
mulai berubah membaik sampai kelahiran putra pertama beliau yang diberi nama
Raden Muhammad Tarhan dilahirkan pada 11 Mei 1995 . Sekarang beliau mempunyai
tiga orang putri lagi yaitu Raden Namira Kesuma , Raden Najwa Kesuma dan Raden
Taufiqiah Kesuma.
Tahun 1995 Istana Alwatzikhoebillah Sambas di undang mengikuti Festival
Keraton Nusantara yang pertama di Solo , sejak itulah beliau baru sadar bahwa dirinya
adalah seorang raja, dimana keberadaan beliau selalu diperhitungkan oleh keraton –
keraton yang hadir pada masa itu .Beliau mendaftarkan Istana Alwatzikhoebillah
Sambas sebagai anggota Forum Komunikasi Keraton Nusantara yang berpusat di Solo di
ketuai oleh Sulthan Muhdafar Syah Sulthan Ternate . Sejak itu beliau mulai membenahi
Istana, dengan perlahan- lahan melengkapi perangkat adat istiadat yang sudah rusak
untuk dibawa dalam acara Festival Keraton Nusantara I di Solo , dengan membawa 40
orang peserta beliau memimpin Istana Alwatzikhoebillah ke ajang Festival Keraton
Nusantara dengan tujuan untuk memperkenalkan kembali bahwa sisa –sisa peninggalan
Kesulthanan Sambas yang pernah jaya pada masanya masih ada.
Pada tahun 1997 sebagai anggota Forum Komunikasi Keraton Nusantara sekali
lagi Istana Alwatzikhoebillah Sambas diundang untuk menghadiri Festival Keraton
Nusantara II di Cirebon Jawa Barat . Keberadaan beliau di Forum Keraton tersebut
sudah semakin dikenal oleh Raja – Raja Se Nusantara . Pada waktu itu beliau membawa
kontingen dari Sambas sebanyak 80 orang yang terdiri dari Kerabat Istana , Tim
Kesenian , Tanjidor . Tahun 1997 Sambas ditimpa musibah social yaitu terjadi konflik
antar etnis Madura dan Dayat di Kabupaten Sambas , beliau memberanikan diri menjadi
Mediator untuk mendamaikan konflik tersebut dengan menggelar upacara perdamaian
di Istana Alwatzikhoebillah Sambas , dimana kedua belah pihak yang bertikai disuruh
berikrar untuk mengadakan perdamaian, usaha tersebut berhasil , terjadilah
perdamaian antara Madura dan Dayak . Pada tahun 1999 Musibah kembali terjadi yaitu
kerusuhan etnis antara Melayu dan Madura dimulai tanggal 19 Januari 1999
bertepatan dengan 1 Syawal 1419 H yaitu peristiwa Parit Setia Kecamatan Jawai ,
kemudian dilanjutkan dengan peristiwa Tebas pada tanggal 23 Pebruari 1999, dan
sampai akhirnya kerusuhan antara Melayu dan Madura secara besar–besaranpun terjadi
dengan pengusiran orang Madura dari Kabupaten Sambas.

II - 50
Sebagai seorang Raja dan pemimpin informal ternyata keberadaan Istana Pada
waktu itu dijadikan sebagai pemersatu oleh orang–orang melayu. Beliau dianggap
mampu menjadi pemimpin orang melayu pada waktu itu walaupun sebenarnya dihati
kecilnya tidak menginginkan terjadinya kerusuhan yang mengakibatkan korban nyawa
yang begitu banyak Keberadaan beliau pada waktu itu dijadikan sebagai pedoman dan
symbol pemersatu orang Melayu, bagi setiap tindakan yang diambil selalu
dikonsultasikan dengan beliau . Sampai berakhirnya masa kerusuhan dimana beliau
selalu dijadikan tempat untuk mengadu , dimana banyak orang–orang Melayu
diKabupaten Sambas tidak lagi menginginkan orang Madura untuk kembali lagi ke
Sambas. Sebagai seorang raja beliau menjadi utusan untuk menyampaikan maksud dari
etnis Melayu yang tidak lagi menginginkan orang Madura kembali lagi ke Sambas,
dengan bahasa yang diplomatis beliau menyampaikan maksud dari masyarakat Sambas
tersebut . Peristiwa–peristiwa yang sudah terjadi itu ternyata menempa beliau menjadi
seorang pemimpin informal yang disegani oleh banyak orang baik dari kalangan
birokrasi maupun dari masyarakat umum . Beliau selalu menyampaikan sesuatu apa
adanya yang benar dibilang benar dan yang salah akan tetap dibilang salah .
Pada Tahun 2000 pasca kerusuhan orang–orang Melayu di Kabupaten Sambas
melalui Forum Komunikasi Pemuda Melayu (FKPM) membuat sebuah rekomendasi
kepada Majelis Adat Istiadat Istana Alwatzikhoebillah Sambas yang isinya menginginkan
Raden Winata Kesuma diangkat menjadi Sulthan Sambas. Keinginan tersebut ternyata
ditolak oleh beliau karena untuk menjadi seorang sulthan di Sambas tidaklah
sembarangan , supaya tidak mengecewakan maksud dari FKPM tersebut beliau hanya
bersedia diangkat sebagai putra mahkota dengan gelar Pangeran Ratu . Pada hari Sabtu ,
tanggal 15 juli 2000 melalui musyawarah Kerabat maka dinobatkanlah Raden Winata
Kesuma sebagai putra mahkota dengan gelar Pangeran Ratu Winata Kesuma , dihadiri
oleh para Kerabat Raja – Raja Se Kalbar Pontianak , Mempawah, Landak , Sanggau dan
Sintang, Gubernur Kalbar Brigjen Aspar Aswin, Bupati Sambas Kolonel Tarya Aryanto,
Tokoh Agama , Tokoh Masyarakat dan Rakyat Se Kabupaten Sambas. Penggelaran itu
adalah dalam rangka menyambung kebiasaan Adat Istiadat yang terputus dan sebagai
khasanah Budaya yang perlu dipertahankan dan dikembangkan. Sejak dinobatkan
sebagai seorang Putra Mahkota di Istana Alwatzikhoebillah Sambas beliau bertekat
untuk membangun sebuah dinasti baru di dalam Negara Kesatuan Rapublik Indonesia

II - 51
yaitu menjadikan Istana Alwatzihoebillah Sambas pusat budaya Melayu di Sambas dan
menjadikan kawasan Istana sebagai tempat obyek wisata. Untuk mewujudkan cita –
citanya tersebutbeliaumembentuk sekretariat di Istana dan yang ditunjuk sebagai
kepala sekretariat adalah Urai Riza Fahmi,S.Pd sepupu beliau sebelah ibunya.
Keberadaan sekretariat di istana adalah berfungsi untuk mengurus segala administrasi ,
jadwal dan apa saja kegiatan beliau selama satu tahun , membuat pengajuan anggaran
operasional Istana untuk diajukan ke Pemda Sambas . Sejak tahun 2004 usulan
anggaran untuk operasional Istana disetujui dengan besar dana yang diberikan oleh
Pemda Rp. 100.000.000,- ( Seratus Juta ) untuk satu tahun . Sejak itu kegiatan Istana
berjalan dengan lancar sesuai dengan fungsinya sebagai pusat budaya dan pariwisata .
Pangeran Ratu Winata Kesuma dalam menjalankan fungsinya sebagai seorang Raja di
Negara Kesatuan Rapublik Indonesia (NKRI) tidak sama seperti yang pada jaman
Sulthan Muhammad Mulia Ibrahim Tsafiudin dimana pada masanya Istana
Alwatzikhoebillah Sambas hanya berfungsi sebagai pusat budaya dan pariwisata .
Tugas Beliau adalah melestarikan budaya para leluhurnya . Adapun program yang
dibuat oleh beliau adalah sebagai berikut :
1. Membenahi organisasi di Istana Alwatzikhoebillah Sambas
2. Mengadakan rehab dan pembangunan fisik dilingkungan Istana
3. Pembenahan makam – makam para sulthan yang masih terbiar
4. Melengkapi perangkat adat istiadat Istana .
5. Mempromosikan Istana ke Seluruh Nusantara termasuk ke Semenanjung Malaysia
dan Brunai Darussalam .
6. Pembuatan buku sejarah, Silsilah dan VCD tentang kerajaan Sambas
7. Pembangunan Water Front Muare Ulakan
8. Menjadikan Istana sebagai Muspida ke enam .
Hal menonjol yang beliau lakukan sejak dinobatkan adalah Memperkenalkan
Lomba Sampan Tradisional Bidar Race Sampai ke Labuan dan Sarawak Regatta Kucing
Sarawak dan setiap Ulang Tahun Penggelarannya Sebagai Pangeran Ratu selalu
mengadakan lomba sampan bidar ( Bidar Race ). Pada Tahun 2002 bekerja sama dengan
Lembaga Adat Melayu Serantau yang di ketuai oleh H. Mawardi Rivai mengadakan
Events Lomba Sampan Bidar yang di ikuti oleh Malaysia ( Sarawak ,Labuan, Sabah ) ,
Brunai Darussalam , Thailand , Riau , Kesulthanan Pontianak Panembahan Mempawah ,

II - 52
Landak , Sintang , Sanggau , Matan , Sekadau . Kegiatan tersebut membuat kota Sambas
menjadi macet karena ramainya orang–orang yang akan menyaksikan pesta budaya
terbesar yang pernah diadakan di Kota Sambas .
Tahun 2007 Kalbar diberi kepercayaan menyelenggarakan PSBKN II yang di
pusatkan di empat Kabupaten yaitu Kota Pontianak untuk kegiatan Kirab Budaya,
Mempawah untuk kegiatan pembukaan , Sambas untuk kegiatan Mubes dan Ketapang
untuk kegiatan jiarah dan keseniah . Kegiatan Mubes Raja – Raja Se Nusantara
dilaksanakan pada hari Jum’at , 16 Maret 2007 , dihadiri oleh Raja–Raja Se–Nusantara
dan menghasilkan Piagam Sambas. Kegiatan Mubes Raja–Raja di Sambas ini merupakan
kegiatan inti dari seluruh kegiatan PSBKN II, berlangsung sukses dan meninggalkan
kesan – kesan yang baik bagi tamu–tamu yang hadir dalam mubes tersebut . Beliau
selalu mengikuti pertemuan–pertemuan yang dilakukan oleh forum keraton–keraton
Nusantara mulai dari Forum Komunikasi Keraton Nusantara ( FKKN ) di Solo , sampai
dibentuknya Forum Silaturrahmi Keraton Nusantara ( FSKN ) dengan musyawarah
Agung di Bali tanggal 29 Juli – 3 Agustus 2007. Mengikuti Rakernas I Forum Komunikasi
Silaturahmi Keraton Se–Nusantara di Hotel Sulthan Jakarta , 9–11 Januari 2008 dan
mendukung pembuatan Permendagri Nomor 39 Tahun 2007 Tentang“ Pedoman
Fasilitasi Organisasi Kemasyarakatan Bidang Budaya , Keraton , dan Lembaga Adat
Dalam Pelestarian dan Pengembangan Budaya Daerah “ .
Selama tujuh tahun delapan bulan sejak dinobatkan sebagai Pangeran Ratu pada
tanggal 15 Juli 2000, banyak dari program yang direncanakan oleh beliau sudah
terlaksana diantaranya :
1. Istana sudah mempunyai organisasi yang tetap
2. Keadaan Fisik Lingkungan Istana sudah terbenahi
3. Perangkat Kerajaan sudah lengkap
4. Makam–makam sebagian sudah dibenahi
5. Pembuatan buku sejarah , Silsilah dan VCD sudah terlaksana
6. Istana Alawatzikhoebillah Sambas sudah dikenal secara Nasional dan Internasional
7. Pembangunan Water Front sebagian sudah terlaksana
8. Menjadikan Istana sebagai Muspida ke– 6 belum tercapai
Pada tanggal hari Senin tanggal 14 Januari 2008 pukul 01.00 beliau mendapat
serangan jantung , oleh istrinya dibawa ke RSUD Sambas dibawah perawatan dr. Nining

II - 53
, kemudian pada pukul 15.30 beliau dibawa ke Rumah Sakit Antonius Pontianak
dibawah rawatan dr. Taswin sepuluh hari berada di Rumah Sakit Antonius keadaan
beliau semakin memburuk dan akhirnya pada hari Kamis tanggal 24 Januari 2008
Pangeran Ratu H. Winata Kesuma dibawa ke Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta
dibawah perawatan dr.Sunarya . Selama delapan hari berada di RSJHK Jakarta beliau
mendapat perawat yang intensif , tetapi Tuhan berkehendak lain , Pangeran Ratu
Menghembuskan napas terakhir dihadapan sang istri pada hari Jum’at tanggal , 1
Februari 2008 bertepatan dengan 23 Muharram 1429 Hijriah . Jenazah dibawa dari
Jakarta pada hari Sabtu , 2 Februari 2008 pukul 08.00 dengan menggunakan pesawat
Batavia dan sampai di Pontianak pukul 09.15 Wiba kemudian dibawa ke Sambas dengan
iringan mobil jenazah dan yang mengikuti perjalanan Almarhum dari Pontianak sampai
ke Sambas sebanyak 40 buah mobil , pukul 14.50 Wiba jenazah tiba di Sambas ,
langsung disemayamkan sebentar di Istana Alwatzikhoebillah dan sebelum dibawa ke
Masjid Agung Jami’ untuk disembahyangkan dilakukan upacara Penobatan Putra Beliau
yaitu Raden Muhammad Tarhan dengan gelar Pangeran Ratu Muhammad Tarhan
didepan jenazah menurut adat istiadat kesulthanan disaksikan oleh kerabat , tokoh
agama , tokoh masyarakat dan rakyat Kabupaten Sambas .Kemudian jenazah dibawa ke
Masjid Agung Jami’ Sulthan Muhammad Tsafiuddi II oleh delapan orang panglima
kerajaan yang berpakaian lengkap . Seusai disholatkan jenazah Pangeran kembali
ditandu delapan panglima menuju ke tempat peristirahatan terakhir yang khusus di
persiapkan untuk beliau sesuai dengan amanahnya semasa hidup ingin membuat
sebuah pemakaman yang baru supaya dikenal dalam sejarah kerajaan Sambas
.Dinobatkannya Pangeran Ratu Muhammad Tarhan sebagai pewaris tahta kerajaan
tujuannya adalah agar tidak terjadi kekosongan didalam organisasi Kerajaan , sesuai
adat istiadat yang berlaku di Istana Alwatzikhoebillah, apabila seorang raja meninggal
dunia pelantikan anaknya dilakukan didepan jenazah orang tuanya sebelum jenazahnya
dikebumikan .
Upaya revitalisasi dan pelestarian aset pusaka telah dilakukan Pemerintah
Kabupaten Sambas melalui beberapa program dan kegiatan baik berupa fisik maupun
non fisik yang diarahkan untuk melestarikan aset-aset pusaka yang ada di Kabupaten
Sambas, khususnya asset peninggalan Kesultanan Sambas. Namun demikian, upaya
tersebut masih menghadapi beberapa tantangan baik tantangan eksternal yang terdiri

II - 54
dari segi teknis, ekonomi dan bisnis maupun tantangan internal berupa keterbatasan
dana untuk pemeliharaan dan perawatan. Ke khawatiran ancaman kelestarian aset
pusaka yang dimiliki Kabupaten Sambas, mendorong Pemerintah Kabupaten Sambas
untuk terus berupaya dalam melindungi dan melestarikan aset pusaka daerah agar
dapat tetap memberikan kemanfaatan secara ekonomi kepada masyarakat sekitar.

Dari penjelasan diatas, ada banyak lagi terkait tentang sejarah perkembangan kota
pusaka antara lain :

6. Sejarah Suku Tioghoa ( 17 M - Sekarang)

Sejak abad ketiga, pelaut cina telah berlayar ke Indonesia untuk melakukan
perdagangan. Rute pelayaran menyusuri pantai Asia Timur dan pulangnya melalui
Kalimantan Barat dan Filipina dengan mempergunakan angin musim. Pada abad
ketujuh, hubungan Tiongkok dengan Kalimantan Barat sudah sering terjadi, tetapi
belum menetap. Imigran dari Cina kemudian masuk ke Kerajaan Sambas dan
Mempawah dan terorganisir dalam Kongsi Sosial Politik yang berpusat di Monterado
dan Bodok dalam Kerajaan Sambas dan Mandor dalam Kerajaan Mempawah. Pasukan
Khubilai Khan dibawah pimpinan Ike Meso, Shih Pi dan Khau Sing dalam perjalanannya
untuk menghukum Kertanegara, Singgah di Kepulauan Karimata yang terletak
berhadapan dengan Kerajaan Tanjungpura. Karena kekalahan pasukan ini dari angkatan
perang Jawa dan takut mendapa thukuman dari Khubilai Khan, kemungkinan besar
beberapa dari mereka melarikan diri dan menetap di Kalimantan Barat. Padat ahun
1407, di Sambas didirikan Muslim/Hanafi – Chinese Community. Tahun 1463 laksmana
Cheng Ho, seorang Hui dari Yunan, atas perintah Kaisar Cheng Tsu alias Jung Lo (Kaisar
keempat dinasti Ming) selama tujuh kali memimpin ekspedisi pelayaranke Nan Yang.
Beberapa anak buahnya ada yang kemudian menetap di Kalimantan Barat dan membaur
dengan penduduk setempat. Mereka juga membawa ajaran Islam yang mereka anut.
Di abad ke-17 hijrah bangsa Cina ke Kalimantan Barat menempuh dua rut eyakni
melalui Indocina – Malaya Kalimantan Barat dan Borneo Utara – Kalimantan Barat.
Tahun 1745, orang cina di datangka nbesar-besaran untuk kepentingan perkongsian,
karena Sultan Sambas dan Panembahan Mempawah menggunakan tenaga-tenaga orang

II - 55
Cina sebagai wajib rodi pekerjakan di tambang-tambang emas. Kedatangan mereka di
Monterado membentuk kongsi Taikong ( ParitBesar ) dan Samto Kiaw ( TigaJembatan ).
Tahun 1770, orang-orang Cina Perkongsian yang berpusat di Monterado dan
Bodok berperang dengan suku dayak yang menewaskan kepala Suku Dayak dikedua
daerah itu. Sultan sambas kemudian menetapkan orang-orang Cina dikedua daerah
tersebut hanya tundu kkepada Sultan dan wajib membayar upeti setiap bulan, bukan
setiapt ahun sepert isebelumnya. Tetapi mereka diberi kekuasaan mengatur
pemerintahan, pengadilan, keamanan dan sebagainya. Semenjak itu timbullah Republik
Kecil yang berpusat di Monteradodan orang Dayak pindah ke daerah yang aman dari
orang Cina .
Pada oktober 1771 kota Pontianak berdiri. Tahun 1772 datangs eorang bernama
Lo Fong ( Pak ) dari kampung Shak Shan Po, Kunyichu, Kanton membawa 100
keluarganya mendarat di Siantan, Pontianak Utara. Sebelumnya di Pontianak sudah ada
kongsi Tszu Sjin dari suku Tio Ciu yang memandang Lo Tioyo dan Kityo. Daerah
Mimbong didiami pekerja dari Kun-tsudan Tai-pu. Seorang bernama Liu Konsana. Di
sansim( tengah tengah pergunungan ) berdiam pekerja dari daerah Thai-Phu dan
berada di bawah kekuasaan Tong A Tsoisebagai Tai-Ko. Lo Fong kemudian pindah ke
Mandor dan membangun rumah untuk rakyat, majelis umum( Thong ) serta pasar.
Namun ia merasa tersaingi oleh MaoYien, yang memiliki pasar 220 pintu, terdiri dari
220 pintu pasar lama yang didiami masyarakat TioTjiu, Kti-Yo, Hai Fung dan Liuk Fung
dengan Tai-KoUngKui Pehdan 20 pintu pasa rbaru yang didiami masyarakat asal Kia Yin
dengan Tai-Ko Kong Mew Pak. Mao Yien juga mendirikan benteng Lan Fo( Anggrek
Persatuan ) dan mengangkat 4 pembantudengannama Lo-Man. Lo Fong kemudian
mengutus Liu Thoi Ni untuk membawa surat rahasia kepada UngKui Peh dan Kong Mew
Pak, sehingga mereka terpaksa menyerah dan menggabungkan diri dibawah kekuasaan
Lo Fong tanpa pertumpaha ndarah. Lo Fong kemudian juga merebut kekuasaan Tai-Ko
Liu KonSiong di daerah Min Bong ( Benuang ) sampaike San King ( Air Mati ).
Sejak abad 18 Lo Fong kemudian menguasai pertambangan emas Liu Kon Siong
dan pertambangan perak Pangeran Sitadari Ngabang. Kekuasan Lo Fong meliputi
kerajaan Mempawah, Pontianak dan Landak dan disatukan pada tahun 1777 dengan
nama Republik Lan Fong. Tahun 1795 Lo Fong meninggal dunia dan dimakamkan di
SakDja Mandor. Republik yang setiap tahun mengirim upeti kepada Kaisar Tiongko kini

II - 56
pun bubar. Oleh orang Cina Mandor disebut Toeng Ban Lit ( daerah timur dengan 1000
undang-undang). Tahun 1795 berkobar pertempuran antara Kongsi Tai-Kong yang
berpusat di Monterado dengan kongsi Sam Tiu Kiu yang berpusat di Sambas karena
pihak Sam Tiu Kiu melakukan panggilan emas di Sungai Raya Singkawang, daerah
kekuasan Tai-Kong. Tahun 1796, dengan bantuan kerajaan Sambas, kongsi Sam Tiu Kiu
berhasil menguasai Monterado. Namun seorang panglima sultan bernama Tengku
Sambo mati terbunuh ketika menyerbu benteng terakhir kongsi Tai Kong. Perang ini
oleh rakyat Sambas disebut juga Perang Tengku Sambo.
Pada 6 September 1818 Belanda masuk ke Kerajaan Sambas. Tanggal 23
September Muller dilantik sebagai Pejabat Residen Sambas dan esoknya mengumumkan
Monterado dibawah kekuasaan pemerintahaan Belanda. Pada 28 November diadakan
pula pertemuan dengan kepala-kepala kongsi dan orang-orang Cina di Sambas. Tahun
1819, masyarakat Cina di Sambas dan Mandor memberontak dan tidak mengakui
Pemerintahan Belanda .Seribu orang dari Mandor menyerang kongsi Belanda di
Pontianak. Pada 22 September 1822 diumumkan hasil perundingan segitiga antara
Sultan Pontianak, pemerintahBelanda dan kepala-kepala kongsi Cina. Namun pada 182,
setelah berhasil menguasai daerah Lara, Sin Ta Kiu ( Sam Tiu Kiu ), Sambas, kongsi Tai
Kong mengadakan pemberontakan terhadap belanda karena merasa hasil perundingan
merugikan pihaknya. Dengan bantuan Sam Tiu Kiudan orang-orang Cina di Sambas,
kongsi Tai Kong kemudian dipukul mundurkeMonterado. Setelah gagal pada serangan
kedua tanggal 28 februari 1823, pada 5 Maret penduduk Cina yang memberontak
menyatakan menyerah dankemudian 11 Mei komisaris Belanda mengeluarkan
peraturan-peraturan dan kewajiban-kewajiban kongsi-kongsi.
Tahun 1850, kerajaan Sambas yang dipimpin Sultan Abubakar Tadjudin II
hampir jatuh ketangan perkongsian gabungan Tai Kong, Sam Tiu Kiudan Mang Kit Tiu.
Kerajaan Sambas meminta bantuan kepada Belanda. Tahun 1851, kompeni Belanda tiba
dipimpin Overste Zorg yang kemudian gugur ketika perebutan benteng pusat
pertahanan Sam Tiu Kiu di Seminis Pemangkat. Iadimakamkan di bukit Penibungan,
Pemangkat.
Setelah abad ke 18, Tahun 1854 pemberontakan kian meluas dan didukung
bangsa Cina yang diluar perkongsian. Belanda kemudian mengirimkan pasukan
tambahan ke Sambas yang dipimpin Residen Anderson. AkhirnyaJanuari 1857 Belanda

II - 57
mengambil ahli kekuasaan Cina di kerajaan Mempawah, dan tahun 1884
seluruhperkongsianCina di Kalimantan Barat dibubarkan oleh Belanda.
Tahun 1914, bertepatan dengan Perang Dunia I, terjadi pemberontakan Sam
Tiam (Tigamata, Tigakode, Tigacara). Pemberontakan di Monterado dipimpin oleh
bekas keluarga Republik Monterado, sedangkan pemberontakan di Mempawah
dipimpin oleh bekas keluarga Republik Lan Fong. Mereka juga dibantu oleh masyarakat
Melayu dan Dayak yang di paksa untuk ikut. Pemberontakan berakhir tahun 1916
dengan kemenangan di pihak Belanda. Belanda kemudian mendirikan tuguperingatan di
Mandor bagi prajurit-prajuritnya yang gugur selama dua kali pemberontakan Cina (
tahun 1854-1856 dan 1914-1916 ). Perang 1914 – 1916 dinamakan Perang Kenceng
oleh masyarakat Kalimantan Barat. Tahun 1921 – 1929 karena di Tiongkok ( Cina )
terjadi perang saudara, imigrasi besar-besaran orang Cina kembali terjadi dengan
daerah tujuan Semenanjung Malaya , Serawak dan Kalimantan Barat.

Gambar Wilayah Kongsi Cina

II - 58
7. Sejarah Achmad Khotib Al –Syambasi ( 1803 M – 1875 M)

Ahmad Khatib Sambas dilahirkan di daerah Kampung


Dagang, Sambas, Kalimantan Barat, pada bulan shafar 1217 H, bertepatan dengan tahun
1803 M. Dari seorang ayah bernama Abdul Ghaffar bin Abdullah bin Muhammad bin
Jalaluddin. Ahmad Khatib terlahir dari sebuah keluarga perantau dari KampungSange’.
Pada masa-masa tersebut, tradisi merantau memang masih menjadi bagian dari cara
hidup masyarakat di Kalimantan Barat. Sebagai sebuah daerah yang dibangun oleh Raja
Tengah, keturunan dari Raja Brunei Darussalam, pada tahun 1620 M dan menobatkan
diri sebagai sebuah kerajaan sepuluh tahun kemudian. Maka wilayah Sambas adalah
daerah yang telah memiliki ciri-ciri kemusliman khusus sejak Raden Sulaiman yang
bergelar Muhammad Tsafiuddin dinobatkan sebagai Sultan Sambas pertama.

Achmad Khotib Al –Syambasi ( 1803 M – 1875 M)

II - 59
Pada waktu itu, rakyat Sambas hidup dari garisa graris dan nelayan. Hingga
ditandatanganinya perjanjian antara Sultan Muhammad Ali Tsafiuddin (1815-1828)
dengan pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1819 M. Perjanjian ini membentuk
sebuah pola baru bagi masyarakat Sambas yakni, perdagangan maritim. Dalam suasana
demikianlah, Ahmad Khatib Sambas menjalani masa-masa kecil dan masa remajanya. Di
mana sejak kecil, Ahmad khatib Sambas diasuh oleh pamannya yang terkenal sanga
talim dan wara’ di wilayah tersebut. Ahmad Khatib Sambas menghabiskan masa
remajanya untuk mempelajari ilmu-ilmu agama, ia berguru dari satu guru-ke guru
lainnya di wilayah kesultanan Sambas. Salah satu gurunya yang terkenal di wilayah
tersebut adalah, H. Nuruddin Musthafa, Imam Masjid Jami’ Kesultanan Sambas. Karena
terlihat keistimewaannya terhadap penguasaan ilmu-ilmukeagamaan, Ahmad Khatib
Sambas kemudian dikirim oleh orang tuanya untuk meneruskan pendidikannya
ke Timur Tengah, khususnya ke Makkah. Maka pada tahun 1820 M. Ahmad Khatib
Sambas pun berangkat ke tanah suci untuk menuntaskan dahaga keilmuannya. Dari sini
kemudian ia menikah dengan seorang wanita Arab keturunan Melayu dan menetap di
Makkah. Sejak saat itu, Ahmad Khatib Sambas memutuskan untuk menetap
di Makkah sampai wafat pada tahun 1875 M.

Sebagian besar penulis Eropa membuat catatan salah, ketika mereka menyatakan
bahwa sebagian besar Ulama Indonesia bermusuhan dengan pengikut sufi. Hal
terpenting yang perlu ditekankan adalah bahwa Syeikh Ahmad Khatib Sambas adalah
sebagai seorang Ulama (dalam arti intelektual), yang juga sebagai seorang sufi (dalam
arti pemukat hariqat) serta seorang pemimpin umat yang memiliki banyak sekali murid
di Nusantara. Hal ini dikarenakan perkumpulan Tarekat Qodiriyahwa
Naqsyabandiyah yang didirikannya, telah menarik perhatian sebagian masyarakat
muslim Indonesia, khususnya di wilayah Madura, Banten, dan Cirebon, dan tersebar luas
hingga ke Malaysia, Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalam. Dan Pesantren
Suryalaya yang dirintis oleh Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad atau yang dikenal
dengan panggilan Abah Sepuh merupakan murid langsung dari Syeikh Ahmad Khatib
Sambas, semakin dikenal ke seluruh pelosok Indonesia, bahkan sampai ke
Negara Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand, menyusul Australia,
negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat. Dengan demikian ajaran Thariqah
Qadiriyah Naqsabandiyah pun semakin luas perkembangannya, untuk itu Abah

II - 60
Anom dibantu oleh para wakil talqin yang tersebar hampir di seluruh Indonesia, dan
juga wakil talqin yang berada di luar negeri seperti yang disebutkan di atas.

Perlawanan yang dilakukan oleh suku Sasak, pengikut Tarekat Qodiriyahwa


Naqsyabandiyah yang dipimpin oleh Guru Bangkol juga merupakan bukti yang
melengkapi pemberontakan petani Banten, bahwa perlawanan terhadap
pemerintahan Belanda juga dipicu oleh keikutsertaan mereka pada
perkumpulan Tarekat yang didirikan oleh Syeikh Ahmad Khatib Sambas ini. Tarekat
Qodiriyahwa Naqsyabandiyah mempunyai peranan penting dalam kehidupan muslim
Indonesia, terutama dalam membantu membentuk karakter masyarakat Indonesia.
Bukan semata karena Syaikh Ahmad Khatib Sambas sebagai pendiri adalah orang dari
Nusantara, tetapi bahwa para pengikut kedua Thariqat ini adalah parap ejuang yang
dengan gigih senantiasa mengobarkan perlawanan terhadap imperialisme Belanda dan
terus berjuang melalui gerakan sosial-keagamaan dan institusi pendidikan setelah
kemerdekaan. Ajarah Syeikh Ahmad Khatib Sambas hingga saat ini dapat dikenali dari
karya Fathul Arifin yang merupakah notulensi dari ceramah-ceramahnya yang ditulis
oleh salah seorang muridnya, Muhammad Ismail bin Abdurrahim. Notulensi ini
dibukukan di Makkah pada tahun 1295 H. Kitab ini memuat tentang tata cara, baiat,
talqin, dzikir, muqarobah dan silsilah Tarekat Qodiriyahwa Naqsyabandiyah. Buku inilah
yang hingga saat ini masih dijadikan pegangan oleh para mursyid dan pengikut Tarekat
QodiriyahwaNaqsyabandiyah untuk melaksanakan prosesi-prosesi peribadahan khusus
mereka. Dengan demikian maka tentu saja nama Syeikh Ahmad Khatib Sambas selalu
dikenang dan di panjatkan dalam setiap doa dan munajah para pengikut Thariqah ini.
Walaupun Syeikh Ahmad Khatib Sambas termasyhur sebagai seorang tokoh sufi, namun
ia juga menghasilkan karya dalam bidang ilmu fikih yang berupa manusrkip risalah
Jum’at. Naskah tulisantangan ini dijumpai tahun 1986, bekas koleksi Haji Manshur yang
berasal dari Pulau Subi, Kepulauan Riau. Demikian menurut Wan Mohd. Shaghir
Abdullah, seorang ulama penulis asal tanahMelayu. Kandungan manuskrip ini,
membicarakan masalah seputar Jum’at, juga membahas mengenai hukum
penyembelihan secara Islam. Pada bagian akhir naskah manuskrip, terdapat pula suatu
nasiha tpanjang, manuskrip ini ditutup dengan beberapa amalan wiridIa selain
amalan Tarekat Qodiriyahwa Naqsyabandiyah. Karya lain (juga berupa manuskrip)
membicarakan tentang fikih, mulait haharah, sholat dan penyelenggaraan jenazah

II - 61
ditemukan di Kampung Mendalok, Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak, Kalimantan
Barat, pada 6 Syawal 1422 H/20 Desember 2001 M. Karya ini berupa manuskrip tanpa
tahun, hanya terdapat tahun penyalinan dinyatakan yang menyatakan disalin pada hari
kamis, 11 Muharam 1281. Sedangkan mengenai masa hidupnya, sekurang-kurangnya
terdapat dua buahkitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh orang Arab, menceritakan
kisah ulama-ulama Mekah, termasuk di dalamnya adalah nama Syeikh Ahmad Khatib
Sambas. Kitab yang pertama, SiyarwaTarajim, karya Umar Abdul Jabbar. Kitabkedua, Al-
Mukhtashar min Kitab Nasyrin Naurwaz Zahar, karya Abdullah Mirdad Abul Khair yang
diringkaskan oleh Muhammad Sa'id al-'Amudidan Ahmad Ali. Umar Abdul Jabbar,
menyebut bulan Safar 1217 H (kira-kira bersamaan 1802 M) sebagai tanggal lahirnya
demikian pun Muhammad Sa’id al-Mahmudi. Namunmengenai tahun wafatnya di
Mekah, terdapat perbedaan. Abdullah Mirdad Abul Khair menyebutbahwa Syeikh
Ahmad Khatib wafat tahun 1280 H. (kira-kira bersamaan 1863 M), tetapi menurut Umar
Abdul Jabbar, pada tahun 1289 H. (kira-kirabersamaan 1872 M). Tahun wafat 1280 H
yang disebut oleh Abdullah Mirdad Abul Khair sudah pasti ditolak, karena berdasarkan
sebuah manuskrip Fathul Arifinsalinan Haji Muhammad Sa'id bin Hasanuddin, Imam
Singapura, menyebutkan bahwa Muhammad Sa'ad bin Muhammad Thasin al-Banjari
mengambil tariqat (berbaiat) dari gurunya, Syeikh Ahmad Khatib sedangber ada di
Makkah menjalani khalwat. Manuskrip ini menyebutkan bahwa baiat ini terjadi pada
hari Rabu ketujuh bulan Dzulhijjah, tahun 1286 H. Berarti pada tanggal 7 Dzulhijah 1286
H. Syeikh Ahmad Khathib Sambas masih hidup. Oleh tanggal wafat Syeikh Ahmad Khatib
Sambas, yang wafat tahun 1289 H yang disebut oleh Umar Abdul Jabbar lebih mendekati
kebenaran.

II - 62
II.2 SIGNIFIKANSI, OTENTISITAS DAN INTEGRITAS

II.2.1 SIGNIFIKANSI
A. Pernyataan Arti Penting
Perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang cukup panjang mulai dari jaman
kerajaan Hindu, Kerajaan Islam, Masa Kolonialisme hingga masa kemerdekaan
meninggalkan beragam pusaka yang tak ternilai harganya.Pusaka/ Heritage adalah
peninggalan masa lalu yang bernilai sejarah, pemikiran, kualitas rencana dan
pembuatannya, perannya yang sangat penting bagi keberlanjutan hidup manusia. Selain
itu, pusaka tersebut juga mewakili gaya arsitektur yang khas pada suatu masa.
Di Indonesia, penetapan pusaka di Indonesia didasarkan pada Piagam Pelestarian
Pusaka Indonesia yang dideklarasikan di Ciloto 13 Desember 2003, Pusaka Indonesia
meliputi Pusaka Alam, Pusaka Budaya, dan Pusaka Saujana.Pusaka Alam adalah
bentukan alam yang istimewa. Pusaka Budaya adalah hasil cipta, rasa, karsa, dan karya
yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa di tanah air Indonesia, secara sendiri-sendiri,
sebagai kesatuan bangsa Indonesia, dan dalam interaksinya dengan budaya lain
sepanjang sejarah keberadaannya.
Pusaka Budaya mencakup pusaka berwujud/ ragawi (tangible) dan pusaka tidak
berwujud/tak ragawi (intangible).Dalam Pusaka Budaya ini bisa dilihat sebagai
folklor.Pusaka Saujana adalah gabungan Pusaka Alam dan Pusaka Budaya dalam
kesatuan ruang dan waktu.Pusaka Saujana dikenal dengan pemahaman baru yaitu
cultural landscape (saujana budaya), yakni menitikberatkan pada keterkaitan antara
budaya dan alam dan merupakan fenomena kompleks dengan identitas yang berwujud
dan tidak berwujud.
Pelestarian pusaka adalah upaya pengelolaan pusaka melalui kegiatan penelitian,
perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan, dan/atau pengembangan secara selektif
untuk menjaga kesinambungan, keserasian, dan daya dukungnya dalam menjawab
dinamika jaman untuk membangun kehidupan bangsa yang lebih berkualitas. Pusaka
yang kita terima dari generasi sebelumnya sangat penting sebagai landasan dan modal
awal bagi pembangunan masyarakat Indonesia di masa depan, karena itu harus
dilestarikan untuk diteruskan kepada generasi berikutnya dalam keadaan baik, tidak
berkurang nilainya, bahkan jika mungkin ditingkatkan untuk membentuk pusaka masa
datang.

II - 63
Kota Sambas yang berasal dari Kesultanan Sambas pada awalnya yaitu ketika
didirikan pertama kali oleh Raden Sulaiman (Sultan Muhammad Shafiuddin I)
mempunyai batas wilayahkekuasaan meliputi wilayah Sungai Sambas dan
percabangannya serta wilayah Sungai Paloh dan percabangannya. Ketika pada masa
Sultan Sambas ke-2 yaitu Sultan Muhammad Tajuddin I (Raden Bima) batas wilayah
Kesultanan Sambas telah meluas meliputi Sungai Sambas hingga wilayah Sungai Selakau
dan percabangannya. Wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas kemudian terus meluas
hingga pada masa Sultan Sambas ke-4 (Sultan Abubakar Kamaluddin) wilayah
kekuasaan Kesultanan Sambas telah meliputi mulai dari Tanjung Datuk di utara hingga
ke Sungai Duri di selatan kemudian daerah Montraduk dan Bengkayang di tenggara
hingga ke daerah Seluas dan Sungkung di sebelah timur. Wilayah kekuasaan Kesultanan
Sambas dari masa Sultan Sambas ke-4 (Sultan Abubakar Kamaluddin) ini kemudian
terus bertahan hingga berakhirnya masa pemerintahan Kesultanan Sambas selama
sekitar 279 tahun (dengan melalui 15 orang Sultan dan 2 orang Kepala Pemerintahan)
yaitu dengan bergabung ke dalam Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1950.
Pada tahun 1956, bekas wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas itu (yaitu wilayah
Kesultanan Sambas sejak Sultan Sambas ke-4 hingga berakhirnya pemerintahan
Kesultanan Sambas itu) secara utuh dijadikan wilayah Kabupaten Sambas (sebagaimana
tercantum dalam Berita Daerah Kalimantan Barat mengenai pembentukan Kabupaten
Sambas pada tahun 1956). Wilayah Kabupaten Sambas ini kemudian terus bertahan
hingga kemudian pada tahun 2000, wilayah Kabupaten Sambas dimekarkan menjadi 3
Daerah Pemerintahan yaitu Kabupaten Sambas, Kota Sambas, dan Kabupaten
Bengkayang hingga sekarang ini.
Pernyataan Signifikasi Sambas merupakan pusat kebudayaan tertua yang
menyatukan tiga budaya Melayu, Dayak dan Tioghoa, mempunyai hubungan
kerabat dengan Kesultanan Brunai dan Kesultanan Serawak, serta menjadi pusat
penyebaran agama Islam, terutama perpaduan dari dua buah tharekat besar, yaitu
Thariqah Qadiriyah dan Thariqah Naqsabandiyah yang disebarkan ke Nusantara
bahkan dunia, dan turut mengobarkan semangat perlawanan terhadap Penjajah.

II - 64
B. Peninggalan Kesultanan Sambas bernilai Ilmu Pengetahuan
Adanya pusaka yang masih terlindungi dengan baik, apabila dimanfaatkan maka
dapat berfungsi sebagai jendela ilmu pengetahuan.Nilai keilmuan pusaka, baik berupa
pusaka alam, pusaka budaya dan pusaka saujana bisa dilihat dari data-data tersebut di
atas, juga bisa disebabkan dari kelangkaannya, kualitasnya atau keberadaannya dan juga
dari tingkatan kontribusinya terhadap ilmu pengetahuan. Nilai keilmuan bisa dilihat
dari berbagai aspek, antara lain aspek arsitektural, aspek penataan kawasan, aspek s
Peninggalan dari jejak Kesultanan Sambas yang masih ada hingga saat ini adalah Masjid
Jami' Kesultanan Sambas, Istana Istana Alwatzikhubillah, Makam-makam Sultan Sambas
dari Sultan Sambas pertama hingga Sultan Sambas ke-14, serta sebagian alat-alat
kebesaran kerajaan seperti tempat tidur sultan terakhir, kaca hias, seperangkat alat
untuk makan sirih, pakaian kebesaran sultan, payung ubur-ubur, tombak canggah, 3
buah meriam canon di depan istana dan 2 buah meriam lele, 2 buah tempayan keramik
dari negeri Tiongkok dan 4 buah kaca cermin besar dari Kerajaan Perancis dan 2 buah
kaca cermin besar dari Belanda. Sebagian besar barang-barang peninggalan Kesultanan
Sambas lainnya telah hilang atau terjual oleh oknum tertentu, namun secara fisik jejak
Kesultanan Sambas masih terlihat jelas dan terasa kuat di Sambas ini.Juga Keturunan
dari Sultan-Sultan Sambas ini bertebaran di wilayah Kalimantan Barat, baik di Sambas,
Sambas, dan Pontianak yang sebagiannya masih menggunakan gelar Raden.
Selain itu perkembangan ilmu Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah atau Thoriqoh
Qoodiriyah Naqsyabandiyah adalah perpaduan dari dua buah tharekat besar, yaitu
Thariqah Qadiriyah dan Thariqah Naqsabandiyah yang diakui keabsahannya yang
dikembangkan di Mesjid Jami Keraton Sambas. Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah
adalah sebuah tarekat yang berdiri pada abad XIX M. oleh seorang sufi besar
asal Indonesia, Syaikh Achmad Khotib Al-Syambasi. Hal ini menunjukkan bahwa
dinamika intelektual umat Islam Indonesia pada saat itu cukup memberikan sumbangan
yang berarti bagi sejarah peradaban Islam, khususnya di Indonesia. Kemunculan tarekat
ini dalam sejarah sosial intelektual umat Islam Indonesia dapat dikatakan sebagai
jawaban atas keresahan Umat akan merebaknya ajaran wihdah al-wujud yang lebih
cenderung memiliki konotasi panteisme dan kurang menghargai Syari'at Islam. Jawaban
ini bersifat moderat, karena selain berfaham syari'at sentris juga mengakomodasi
kecenderungan mistis dan sufistis masyarakat Islam Indonesia.

II - 65
C. Nilai Kelangkaan
Untuk mendalami penataan dan pelestarian kota pusaka yang sangat kompleks
sebaiknya kita memahami dahulu unsur dasarnya yaitu pusaka dan pelestarian pusaka.
Kita sering lalai, tidak memperhatikan aset berharga di sekitar kita rusak, dirusak,
hilang atau punah baik oleh alam maupun manusia, padahal aset itu sangat dibutuhkan
utuk membangun bangunan yang mempunyai nilai saejarah sebagai identitas bangsa
khususnya Kabupaten Sambas.Ia mengandung banyak pelajaran berharga, ia merupakan
bukti sejarah, ia membangun collective memory, Ia merupakan aset langka yang tak
tergantikan. Beberapa peninggalan pusaka di Kabupaten Sambasmerupakan bangunan
atau kawasan yang tidak bisa ditemui di tempat lain. Kalaupun ada di tempat lain
jumlahnya juga sangat sedikit. Jejak peninggalan Kesultanan Sambas selama berabad-
abad telah menyebabkan terbentuknya berbagai macam pusaka yang khas dan hanya
ada di Kabupaten Sambas.

D. Nilai Fungsional
Pusaka tidak hanya merupakan “tontonan” tetapi harus dapat menjadi “tuntunan”.
Pusaka bukan hanya merupakan tempat berpiknik, berpose, dan berfoto
bersama.Pusaka harus dapat membawa pencerahan, memberi manfaat pendidikan dan
penguatan nilai-nilai kehidupan.Informasi dan interpretasi sangat diperlukan.Ajakan
untuk memahami, mencintai, dan melestarikan pusaka alam dan budaya perlu lebih
keras bergaung, bukan hanya sekedar undangan untuk mengunjungi dan
melihat.Pemanfaatan pusaka alam harus sangat berhati-hati agar tidak meninggalkan
jejak dan dampak yang merusak alam itu.Keberlangsungan kehidupan flora dan fauna
harus sangat dijaga.Keindahan dan keselarasan alam tidak boleh diganggu oleh
kecerobohan dan keserakahan manusia.
Pusaka budaya ragawi berupa bangunan dan kawasan bersejarah harus dapat
eksis dalam keseharian kehidupan masyarakat, dihargai dan dicintai masyarakatnya,
serta bermanfaat bagi masyarakatnya.Bangunan pusaka seyogyanya mempunyai fungsi
nyata dalam kehidupan masa kini.Bangunan pusaka dapat menjadi museum, tetapi tidak
semua bangunan pusaka harus menjadi museum.Banyak penggunaan kreatif yang dapat
dipertimbangkan yang sesuai dengan karakter bangunan itu.Beberapa pusaka yanag
fisiknya ada di Kabupaten Sambas danmasih berfungsi dengan baik. Fungsi tersebut
meliputi:

II - 66
1. Fungsi Pelestarian berupa makam – makam kesultanan sambas, batu
benjamban paloh, dll
2. Fungsi Edukasi/Pendidikan (Museum Sambas, dll)
3. Fungsi Kantor (Rumah Dinas Bupati Sambas, dll)
4. Rumah Ibadah (Masjid Jami', Musolla Raden Sulaiman, dll)
5. Fungsi Ekonomi (Keraton Kesultanan Sambas, dll)
6. Fungsi Pelayanan Umum (Jembatan Batu Gertak Asam, Jembatan Batu
Gertak Illek dll.)

II.2.2 OTENSITAS

Keaslian bangunan-bangunan pusaka yang ada di Kabupaten Sambas masih tetap


terjaga, meskipun pada beberapa bangunan mulai menunjukkan kehancuran, karena
dikelola dengan keterbatasan teknologi, semakin langka material baik struktur dan
nonstruktur bangunan pusaka, dan masih terbatasnya dana untuk kegiatan rehabilitasi,
renovasi, dan revitalissasi bangunan dan benda pusaka Kabupaten Sambas. Tantangan
bagi pelestarian aset pusaka yang ada di Kabuapaten Sambas adalah :
1. Bencana alam berupa banjir yang biasa menggenangi pusat kota, dimana aset
pusaka banyak terdapat
2. Kebakaran, yang mungkin terjadi, apalagi aset pusaka kebanyakan materialnya
masih terbuat dari kayu
3. Jamur akibat kelembaban yang cukup tinggi
4. Seranga terutama rayap yang banyak merusak bangunan-bangunan pusaka
dengan material kayu
5. Perkembangan kota yang pesat, seringkali memaksa pemilik bangunan untuk
menjual aset pusaka mereka. Bila tidak dijaga dengan peraturan setingkat
minimal SK Walikota / SK Bupati atau Perda, dilhawatirkan bangunan tersebut
akan musnah.
6. Kepemilikan lahan dan bangunan yang sebagian besar milik pribadi,
dikhawatirkan akan mempercepat kerusakan, karena pemilik bangunan tidak
memiliki biaya khusus untuk pemeliharaan benda cagar budaya dan merubah
ornamen sehingga menghilangkan nilai sejarahnya.

Peluang pelestarian untuk pusaka yang ada di Kabupaten Sambas adalah :

II - 67
1. Penanggulangan bencana, terutama banjir oleh pemerintah dengan melakukan
normalisasi sungai, pembuatan turap, dan saluran drainase.
2. Kesepakatan dari pemilik dan pengelola gedung pusaka untuk tetap
mempertahankan bentuk bangunan
3. Komunitas budaya yang berusaha mempertahankan bangunan dan aset pusaka
lainnya.
4. Niat baik pemerintah daerah untuk mempertahankan dan menetapkan lokasi
sebagai kota pusaka, sehingga diharapkan untuk masa yang akan datang, pusaka
sejarah akan tetap terpelihara.
5. Adanya kegiatan tahunan yang berlatarbelakang budaya dan sejarah Kabupaten
Sambas, mendorong pemerintah kota untuk selalu memperbaiki dan
meningkatkan fasilitas pelayanannya terutama untuk kegiatan tahunan tersebut.
A. Kelangkaan
Masyarakat Kabupaten Sambastergolong heterogen.Di samping penduduk asli
terbesar Melayu, ada pula suku Dayak dan Cina, serta suku-suku daerah lain di
Indonesia yang datang menetap di kawasan ini seperti Jawa, Sunda, Batak, Makasar dan
lain-lain.
Sambas sebagai kotapertanian dan pengelolahan industri telah menarik penduduk
pendatang.Kedatangan mereka didorong oleh tujuan ekonomi.Penduduk pendatang ini
akhirnya ada yang tinggal menetap di Sambas.

B. Nilai Fungsional
Lingkungan pada Kawasan Kota Sambas dapat dikatakan memiliki potensi untuk
dilestarikan.Pelestarian bangunan kuno di Kawasan Kota Sambasdidasarkan pada
penilaian makna kultural bangunan kuno. Perhitungan makna kultural bangunan
menggunakan tujuh kriteria, yakni estetika, kejamakan, keaslian, kelangkaan, kultural,
maka dapat diketahui jumlah bangunan kuno pada tiap-tiap klasifikasi bangunan yang
potensial untuk dilestarikan, lalu dapat ditentukan tindakan pelestarian bagi masing--
masing bangunan kuno yang ada pada Kawasan Kota Sambas.
Makna kultural yang memiliki tingkat kepentingan paling tinggi adalah
kelangkaan.Hal ini menunjukkan bahwa penggolongan bangunan kuno ke dalam
beberapa tingkatan klasifikasi dipengaruhi nilai bobot kelangkaan dari tiap-tiap
bangunan kuno tersebut.Semakin besar bobot kelangkaan yang dimiliki bangunan kuno,

II - 68
maka semakin besar potensi bangunan kuno tersebut untuk digolongkan ke dalam
bangunan dengan potensi pelestarian tinggi.

Gambar Gedung – Gedung Tua Kota Sambas

C. Orisinalitas

Orisinalitas adalah dapat mempertahankan keasliannya.Orisinalitas pada Kota


Sambasterdapat pada Komplek Keraton Kesultanan Sambas yang menjadi salah satu
buktinya dimana di komplek tersebut terdapat bangunan-bangunan tua, Mesjid Jami’
dan Makam – Makam Kesultanan Sambas, keberadaannya sebagai objek wisata bernilai
historis.Komplek Keraton Kesultanan Sambas dipenuhi dengan bangunan-bangunan tua
yang tersirat nilai sejarah yang tinggi, mulai dari zaman sebelum kolonial, dan masa
kolonial, yang kental dengan suasana bangunan Melayu.

II.2.3 INTEGRITAS
Setiap kawasan memiliki signifikansi, otentisitas/keaslian dan integritas
tersendiri.Integritas yang dimaksud disini adalah adalah konsistensi dan keteguhan
yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.Integritas
kawasan dinilai berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kebutuhan.
1) Tingkat Kepentingan
Tingkat kepentingan suatu lokasi titik pusaka dinilai berdasarkan makna/filosofi
lokasi yang berdasarkan pada nilai kepentingan aset pusaka,
2) Tingkat Kebutuhan
Tingkat kebutuhan ditinjau dari segi kebutuhan masyarakat misalkan gedung tua
yang dipakai atau berfungsi sebagai gedung pemerintahan atau juga skala pelayanan
masyarakat.

II - 69
II.3 ATRIBUT PUSAKA
Atribut Pusaka adalah peninggalan masa lalu yang bernilai sejarah, mengandung
kualitas pemikiran, rencana dan pembuatannya, serta memiliki peran yang sangat
penting bagi keberlanjutan hidup manusia. Ada pula yang mewakili gaya arsitektur khas
pada suatu masa. Pusaka, dalam kamus Indonesia-Inggris oleh Poerwadarminto, berarti
heritage (bhs.Inggris).Perkembangan pemahaman pusaka yang awalnya bertumpu pada
artefak tunggal, dalam dua dekade terakhir ini pusaka dapat berarti pula suatu saujana
(cultural landscape) yang luas, bahkan bisa lintas wilayah serta menyangkut persoalan
pusaka alam dan budaya.
Perkembangan yang lain pusaka budaya tidak pula hanya ragawi (tangible) tetapi
juga pusaka-pusaka budaya tak ragawi (intangible). Hal ini menjadikan isu pusaka tidak
bisa dipisahkan dari berbagai persoalan kehidupan sehari-hari, pengelolaan seni budaya
hingga pengelolaan kota, desa maupun wilayah. Adapun berdasarkan Piagam
Pelestarian Pusaka Indonesia 2003, Pusaka Indonesia adalah pusaka alam, budaya dan
gabungan antar keduanya yang disebut pusaka saujana. (hijau OK)
Kota Sambas tentunya mempunyai aset berbagai atribut-atribut pusaka baik itu
pusaka alam, pusaka budaya dan saujana.Berikut beberapa atribut pusaka yang dimiliki
Kota Sambas.

A. Pusaka Budaya Ragawi (Tangible)Tak Bergerak


Pusaka budaya ragawi tak bergerak adalah pusaka ragawi yang tidak dapat
dipindah tempatkan tanpa mengubah atau merusak pusaka-pusaka budaya ragawi
yang dimaksud.Pusaka ini memiliki kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan
lokasi keberadaannya. Apabila dipisahkan dari lokasi dari lokasi keberadannya, nilai
dan makna pusaka budaya ragawi tersebut menjadi berubah, bahkan dapat hilang
sama sekali. Termasuk di dalam kategori pusaka budaya ragawi tak bergerak adalah
pusaka bangunan dan monumen.
Berikut adalah aset pusaka Budaya Ragawi tak bergerak yang ada di Kota
Sambas:

II - 70
 Keraton Sambas
Bangunan keraton yang lama dibangun oleh Sultan Bima pada tahun 1632
(sekarang telah dihancurkan), sedangkan keraton yang masih berdiri sekarang
dibangun pada tahun 1933. Sebagai sebuah keraton di tepian sungai, di mana sarana
transportasinya perahu/kapal, tentunya di tepian sungai dibangun dermaga tempat
perahu/kapal sultan bersandar. Dermaga yang terletak di depan keraton dikenal dengan
nama jembatan Seteher. Jembatan ini menjorok ke tengah sungai. Dari dermaga ini ada
jalan yang menuju keraton dan melewati gerbang masuk.

Gambar Keraton Sambas Lama Pada Zaman Sultan Bima

Gerbang masuk yang menuju halaman keraton dibuat bertingkat dua dengan
denahnya berbentuk segi delapan dan luasnya 76 meter persegi.Bagian bawah
digunakan untuk tempat penjaga dan tempat beristirahat bagi rakyat yang hendak
menghadap sultan, dan bagian atas digunakan untuk tempat mengatur penjagaan. Selain
itu, bagian atas pada saat-saat tertentu digunakan sebagai tempat untuk menabuh
gamelan agar rakyat seluruh kota dapat mendengar kalau ada keramaian di keraton.

Gambar Gerbang Masuk Menuju Halaman Keraton Sambas

II - 71
Setelah melalui pintu gerbang yang bersegi delapan, di tengah halaman keraton
dapat dilihat tiang bendera yang disangga oleh empat batang tiang.Tiang bendera ini
melambangkan sultan, dan tiang penyangganya melambangkan empat pembantu sultan
yang disebut wazir.Di bagian bawah tiang bendera terdapat dua pucuk meriam, dan
salah satu di antaranya bernama Si Gantar Alam.

Gambar Tiang Bendera Halaman Keraton Sambas

Sebelum memasuki keraton, dari halaman yang ada tiang benderanya, kita harus
melalui lagi sebuah gerbang.Gerbang masuk ini juga terdiri dari dua lantai, tetapi bentuk
denahnya empat persegi panjang. Lantai bawah tempat para penjaga yang bertugas
selama 24 jam, sedangkan lantai atas dipakai untuk keluarga sultan beristirahat sambil
menyaksikan aktivitas kehidupan rakyatnya sehari-hari.

Gambar Gerbang Masuk Menuju Keraton Sambas

II - 72
Setelah melalui gerbang kedua dan pagar halaman inti, sampailah pada bangunan
keraton. Pada bagian atas ambang pintu keraton terdapat tulisan
"ALWATZIKHOEBILLAH" yang berarti "Berpegang teguh dengan nama Allah". Di bagian
atasnya tulisan ini terdapat ukiran yang menggambarkan dua ekor burung laut yang
bermakna "Kekuatan Kerajaan Sambas pada angkatan laut", dan angka sembilan yang
berarti bangunan keraton ini dibangun oleh sultan yang kesembilan.

Gambar Bangunan Utama Keraton Sambas

Keraton Sambas terdiri dari 3 buah bangunan.Di sebelah kiri bangunan utama
terdapat bangunan berukuran 5 x 26 m yang pada masa lalu digunakan sebagai dapur
dan tempat para juru masak. Di sebelah kanan bangunan utama terdapat bangunan lain
yang berukuran sama seperti dapur. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat sultan dan
pembantunya bekerja.

Gambar Bangunan Sebelah Kiri Dari Bangunan Utama Keraton Sambas

II - 73
Antara bangunan tempat sultan bekerja dan bangunan utama keraton
dihubungkan dengan koridor beratap dengan ukuran 5,9 x 1,5 m. Bangunan utama
keraton berukuran 11,5 x 22,6 m. terdiri atas 7 ruangan, yaitu balairung pada bagian
depan, kamar tidur sultan, kamar tidur istri sultan, kamar tidur anak-anak sultan, ruang
keluarga, ruang makan, dan ruang khusus menjahit. Di bagian atas ambang pintu yang
menghubungkan balairung dan ruang keluarga, terdapat lambang Kesultanan Sambas
dengan tulisan “Sultan van Sambas” dan angka tahun 15 Juli 1933. Angka tahun tersebut
merupakan tanggal peresmian bangunan Keraton Alwatzikhobillah.
 Mesjid Jami’
Dibangun oleh Sultan Umar Aqomuddin I (1708-1732M) yang pada awalnya
difungsikan sebagai kediaman pribadinya, kemudian berubah fungsi menjadi mushola.
Berdasarkan sejarahnya, masjid ini pernah direnovasi oleh Sultan Muhammad Saifuddin
II putra dari Sultan Abubakar Tajuddin II dan kemudian dikembangkan menjadi masjid
jami yang diresmikan pada tanggal 10 Oktober 1885 atau tepatnya tanggal 1 Muharram
1303 berdasarkan penanggalan Islam. Bangunan masjid berukuran 22 x 22 m, berdiri di
atas lahan seluas 60 x 40 m. Konstruksinya terbuat dari kayu belian.Bangunan masjid
terdiri dari ruang utama, serambi dan menara.Ukuran serambi berbentuk persegi
panjang dengan empat anak tangga.Atap serambi bertingkat dua yang terdiri dari atap
rata dan atap segitiga.Di atas atap rata terdapat dinding untuk menyangga atap kedua
yang memiliki hiasan berupa ukiran garis lurus dengan motif bunga di bagian atas dan
bawah.Pada dinding depannya terdapat tulisan Arab yang di atasnya terdapat bidang
segitiga dengan bagian pinggirnya terdapat hiasan dan puncak terdapat motif sulur yang
menyerupai mahkota.

Gambar Mesjid Jami’ Sambas

II - 74
Kondisi Existing Komplek Keraton Sambas

II - 75
II - 76
II - 77
II - 78
 Makam – Makam Sultan Sambas
Sultan – sultan yang pernah menduduki tahta kerajaan Sambas dibagi menjadi 2
zaman, yaitu: zaman Hindu, beribukota di Kota Lama dan zaman Islam, beribukota di
Muara Ulakkan.
A. Nama–nama Raja Sambas Hindu berasal dari Majapahit yang memerintah Negeri
Sambas dengan ibukota Kota Lama adalah :
1. Mangkubumi Penembahan Prabu Hamangkurat diperkirakan memerintah
1461 – 1490 M
2. Penembahan Prabu Kesuma Negara diperkirakan memerintah 1491–1525 M
3. Penembahan Kesuma Yudha diperkirakan memerintah 1525 – 1562 M
4. Penembahan Prabu Pangeran Ratu Sepudak diperkirakan sekitar tahun 1562
– 1610 M
5. Penembahan Ratu Anum Kesumayuda diperkirakan sekitar tahun 1610-
1619
6. Raden Bekut bergelar Penembahan Kota Balai
7. Raden Mas Dungun

B. Sultan – sultan pada saat zaman Islam, antara lain :


1. Sultan Muhammad Tsafiuddin I bin Sultan Ibrahim Ali Omar Shah ( Sultan
Tengah ) (1631 -1669)
2. Sultan Muhammad Tajuddin bin Sultan Muhammad Shafiuddin I (1682-
1708)
3. Sultan Umar Aqamaddin I bin Sultan Muhammad Tajuddin (1708 - 1732)
4. Sultan Abubakar Kamaluddin bin Sultan Umar Aqamaddin I (1732 - 1762)
5. Sultan Umar Aqamaddin II bin Sultan Abubakar Kamaluddin (1762 - 1786)
dan (1793 - 1802)
6. Sultan Achmad Tajuddin bin Sultan Umar Aqamaddin II (1786 - 1793)
7. Sultan Abubakar Tajuddin I bin Sultan Umar Aqamaddin II (1802 - 1814)
8. Sultan Muhammad Ali Tsafiuddin I bin Sultan Umar Aqamaddin II (1815 -
1828)
9. Sultan Usman Kamaluddin bin Sultan Umar Aqamaddin II (1828 - 1832)
10. Sultan Umar Aqamaddin III bin Sultan Umar Aqamaddin II (1832 - 1846)

II - 79
11. Sultan Abu Bakar Tajuddin II bin Sultan Muhammad Ali Shafiuddin I (1846 -
1855)
12. Sultan Umar Kamaluddin bin Sultan Umar Aqamaddin III (1855 - 1866)
13. Sultan Muhammad Tsafiuddin II bin Sultan Abubakar Tajuddin II (1866 -
1924)
14. Sultan Muhammad Ali Tsafiuddin II bin Sultan Muhammad Tsafiuddin II
(1924 - 1926)
15. Sultan Muhammad Ibrahim Tsafiuddin bin Pangeran Adipati Achmad bin
Sultan Muhammad Shafiuddin II (1931 - 1943)

Sedangkan dari berbagai sumber yang ada, setelah bergabung dengan Republik
Indonesia, masih ada keterunan Sultan Sambas yang menjabat Sebagai putra mahkota
Kesultanan Sambas, antara lain :
1. Pangeran Ratu Muhammad Taufik bin Sultan Muhammad Ibrahim Shafiuddin
(1943 - 1984) (Putra mahkota pewaris tahta kesulthanan Sambas)
2. Pangeran Ratu Winata Kusuma bin Pangeran Ratu Muhammad Taufik (2000 -
2008) (Putra mahkota pewaris tahta kesulthanan Sambas)
3. Pangeran Ratu Muhammad Tarhan bin Pangeran Ratu Winata Kesuma (2008
hingga sekarang) (Putra mahkota pewaris tahta kesulthanan Sambas)
Dari 15 (lima belas) Sultan yang pernah bertahta pada zaman Islam, 1 (satu)
orang sultan bernama Sultan Muhammad Ibrahim Shafiuddin menjadi korban
keganasan tentara jepang, dimana jasadnya dimakamkan di daerah Mandor sedangkan
14 (empat belas) sultan lainnya dimakamkan di Kota Sambas, sebagian besar berada
dekat dengan Istana Sambas (Keraton Sambas).

Gambar Makam Sultan Muhammad Tsafiuddin I Sulthan Sambas ke-13

II - 80
Gambar Denah Lokasi Makam-Makam Sultan Sambas

 Makam Bujang Nadi Dare Nandung


Bujang Nadi Dare Nandung merupakan kisah legenda masyarakat Sambas dan
sekitarnya, yang diceritakan secara turun-temurun. Dimana diceritakan seorang raja
bernama Tan Tunggal yang sangat keras pada peraturan semasa dia menjadi raja,
mengubur anaknya sendiri yaitu Bujang Nadi dan Dare Nandung. Kejadian tersebut
ketika kedua kakak beradik itu yang menyatakan bahwa si kakak (Bujang Nadi) tidak
akan kawin apabila orang tidak seperti adiknya (Dare Nandung) begitu pula si adik tidak
akan bersuami, kalau suaminya itu tidak seperti kakaknya sendiri. Pernyataan mereka
ini didengar oleh Hulu Balang Raja dan dilaporkan kepada ayahnya, Tang Nunggal. Tang
Nunggal menjadi sangat berang ketika mengetahui perbuatan anaknya yang dikiranya
telah berbuat kurang baik, sehingga seketika itu juga Tang Nunggal memerintahkan agar
anaknya ditangkap. Walaupun dibujuk dengan ratap tangis dan dengan permohonan
yang berhiba dari sang anak, dan denagn pengakuan bahwa mereka tidak pernah
melakukan perbuatan keji seperti apa yang dituduhkan, Tang Nunggal tetap pada
pendirian dan keputusannya bahwa anaknya telah berdosa dan mereka harus dihukum.
Hukuman itu adalah agar mereka dikubur hidup-hidup. Kemudian Tang Nunggal
memberikan perintah kepada orang- orang agar menggali sebuah lubang ditempat yang
agak tinggi agar anaknya nanti tidak terendam oleh air. Maka digalilah sebuah lubang
yang agak dalam, yaitu di sebuah bukit bernama Sibadang. Disanalah kedua kakak
beradik itu dikubur hidup-hidup, dengan dibekali barang-barang, makanan, alat-alat
tenun yang terbuat dari emas milik Dare Nandung dan ayam jantan milik Bujang Nadi.

II - 81
Sampai sekarang bukit tersebut dinamakan Dare Nandung atau gunung Sibadang dan
dijadikan sebagai salah satu objek wisata di Sambas. Di zaman Belanda dan Jepang
pernah dicoba untuk menggali tempat kedua anak itu dikubur untuk mengambil barang-
barang alat tenun yang terbuat dari emas, tetapi baru sekali dua cangkul, tanah yang
digali itu tertutup seakan-akan tidak memberi kesempatan kepada manusia untuk
mengambilnya. Dan kadang-kadang orang mendengar suara kokok ayam yang berderai-
derai dari dalam bukit atau bunyi “gemerentung” alat tenun pada malam hari. Seakan
memberi tanda tanya kepada penduduk setempat, benarkah ayam yang berkokok itu
kepunyaan Bujang Nadi dan “gemerentung” bunyi alat tenun itu kepunyaan Dare
Nandung.

Gambar Makam Bujang Nadi Dare Nandung

 Batu Bejamban Kec. Paloh


Konon katanya, sejak abad ke 15 telah terjadi peperangan besar di Paloh yang
melibatkan “orang halus”. Adapun orang halus tersebut berasal dari Jawa, Brunei dan
Pahang.Saking hebat dan lamanya peperangan berlangsung, maka turunlah empat dewa
dari “kahyangan”. Keempat dewa tersebut merupakan saudara sekandung, alias kakak
beradik. Turunnya keempat dewa itu bertugas untuk mendamaikan pertikaian sengit
yang telah berlangsung lama. Selain itu juga, masing-masing dari mereka mempunyai
tugas khusus. Dewa yang tertua bertugas menjaga harta yang ada di atas bukit, dewa
yang tengah menjaga daerah rawa, dewa yang muda menjaga di pinggir sungai,
sedangkan yang bungsu menjaga di tengah-tengah sungai. Dengan pembagian tugas
seperti ini, maka seluruh penjuru “tanah Paloh” sudah dijaga ketat oleh keempat dewa

II - 82
itu, atau dengan kata lain sudah terlindungi dari ancaman “orang halus” yang jahat.
Dengan keberadaan mereka di Paloh, maka dibuatlah suatu peraturan tegas, bagi siapa
yang melakukan peperangan atau bersikap tidak benar akan diberi hukuman seberat-
beratnya. Hal itu bukan hanya diperuntukkan buat “orang halus” tapi berlaku sampai
sekarang buat manusia kasat mata.
Selang beberapa tahun kemudian, orang-orang “borneo” pada umumnya
melakukan hubungan dagang dengan pulau Jawa. Banyak saudagar dan pedagang dari
Jawa membawa emas, intan dan barang tambang lainnya dari pulau Borneo ke pulau
mereka. Karena terjalinnya hubungan dagang yang sangat menguntungkan di antara
kedua belah pihak, maka kerajaan Jawa melihat hal tersebut sebagai sebuah jalan sutera
bagi mereka untuk lebih mengenal borneo secara mendalam, terutama mencari harta
kekayaan berupa barang tambang lainnya. Mereka ingin memastikan apakah benar
pulau Borneo menyimpan harta kekayaan terpendam yang sementara ini belum pernah
dijamah oleh bangsa asing. Maka dari situlah istilah penyebutan borneo untuk
Kalimantan sekarang. Borneo berasal dari kata berlian, atau dengan kata lain “tanah
yang banyak menyimpan harta kekayaan (symbol dari berlian)”. Untuk
memastikan dan membuktikan rasa penasaran itu, maka diutus oleh kerajaan Jawa dua
kapal layar untuk melakukan ekspedisi ke pulau Borneo. Kapal layar yang pertama
dinakhodai oleh si muda dan si bungsu. Sedangkan kapal layar yang kedua dinakhodai
oleh Raden Martil dan Pangeran Marta. Mereka dijaga oleh pengawalnya yang setia
beserta juragan yang bijaksana. Berbulan-bulan kedua kapal layar itu berada di lautan
luas demi satu tujuan untuk menunaikan titah raja Jawa yang ingin mendapatkan kabar
gembira mengenai keberadaan harta kekayaan di pulau Borneo. Akan tetapi di tengah
perjalanan, kapal layar mereka terpisah dikarenakan badai laut menerjang dan
mengalihkan haluan layar kapal mereka. Akibatnya mereka berlainan arah dan terpisah,
dimana kapal layar milik Raden Martil dan Pangeran Marta terdampar di pulau borneo
bagian selatan. Sedangkan si bungsu dan si muda tersesat di bagian hulu sungai Paloh.
Karena daerah hulu sungai pada saat itu dangkal, maka kapal layar yang ditumpangi si
muda dan si bungsu terkandas dan menabrak batu di tengah sungai. Kebetulan batu
tersebut dijaga oleh dewa yang bungsu, sontak membuat ia menjadi kaget dan marah.
Maka dewa yang bungsu segera mengadukan perihal ini kepada tiga saudaranya. Setelah
diadukan, keempat dewa tersebut menindak tegas kapal layar milik si muda dan si

II - 83
bungsu dengan menahannya. Peraturanpun dibuat, si bungsu tidak boleh naik ke darat,
sedangkan si muda diperbolehkan. Sebagai alasannya, si bungsu dianggap masih terlalu
kerdil dalam masalah ilmu kebatinan. Dia masih belum bisa berkomunikasi secara aktif
dengan keempat dewa penjaga hulu sungai Paloh. Mata batinnya belum terbuka dan
masih menyimpan sikap serta tingkah laku yang kurang baik. Hal ini dikarenakan
usianya yang masih terbilang muda dan labil dalam hal emosi. Sedangkan si muda sudah
dianggap dewasa dalam segi berfikir dan membuat keputusan. Inilah menjadi bahan
pertimbangan keempat dewa tersebut, apalagi si muda sudah mumpuni dalam hal ilmu
kebatinan. Buktinya ia sanggup menembus alam “bunian” kota Paloh. Ia dengan leluasa
memasuki tabir-tabir misteri alam bunian yang sukar ditempuh dengan mengandalkan
mata kasar. Hari berganti hari, tak terasa sudah sedemikian lama si bungsu menunggu
kakaknya (si muda) di bawah bukit. Orang yang ditunggu-tunggu sampai sekarang
belum tiba juga. Apakah gerangan yang telah terjadi terhadap si muda nun di atas sana
(bukit). Maka timbul prasangka buruk si bungsu, apakah kakaknya masih bernyawa
ataupun sudah tiada. Timbul hasratnya untuk menemui dan menjemput pulang si kakak,
tapi apakan daya untuk menembus pintu ghaib di tempat ini belum memadai. Dengan
berat hati si bungsu termangu sambil terus menunggu di bawah. Untuk
mempertahankan hidupnya, ia makan dari buah-buahan dan ikan yang hidup di hulu
sungai itu.
Bertolak belakang dengan kehidupan si bungsu, kakaknya hidup bergelimang
kenikmatan dan kesenangan. Semua yang ia inginkan terpenuhi. Kehidupannya sangat
terjamin dibandingkan semasa ia mengabdi di kerajaan Jawa. Dewa-dewa kahyangan
sangat memberikan perhatian lebih kepada si muda, dikarenakan sikap dan tingkah laku
beliau sangat sesuai dengan gaya hidup para dewa. Tutur katanya santun, perangainya
elok, ucapannya jujur dan sangat mematuhi peraturan yang telah dibuat oleh para dewa.
Disamping itu, si muda terkenal dengan sakti mandragunanya. Hal itulah yang membuat
para dewa berfikir akan menjadikan si muda sebagai penguasa kota Paloh. Harapannya,
dengan kesaktian yang dimilikinya, suatu saat mampu menjaga kota Paloh dari ancaman
“makhluk halus” yang sewaktu-waktu bakal menyerang. Jika hal itu terwujud, maka
keempat dewa tersebut sudah dapat kembali lagi ke kahyangan dan segera
meninggalkan tugasnya di bumi. Akhirnya, harapan itu menjadi kenyataan. Dari hari ke
hari si muda semakin kerasan tinggal bersama dewa di alam “bunian”nya. Tingkah

II - 84
lakunya sudah layak dikatakan sebagai manusia setengah dewa. Sebelum dilakukan
acara pelantikan, terlebih dahulu para dewa menanyakan kesanggupan si muda untuk
menjadi seorang raja. Setelah menyatakan kesanggupannya, si muda dan para dewa
membuat suatu perjanjian ghaib, yang mana isinya adalah barangsiapa yang menjadi
penguasa kota Paloh hendaknya menjadi pemimpin yang benar, jujur dan tidak
melanggar peraturan yang telah dibuat oleh keempat dewa sebelumnya. Jika hal itu
dilanggar, maka akan turun hukuman yang setimpal menimpa kota Paloh. Itulah
menandakan dan menjadi ciri khas bagi Kota Paloh sebagai kota kebenaran. Kebenaran
disini dimaksudkan kebenaran dalam tingkah laku, tutur kata dan bijak dalam
mengambil keputusan. Dari sinilah tertanam prinsip bagi orang Paloh, jika masih ada
ketidakjujuran dan kemunafikan, maka tidak layak orang itu (baik pemimpin maupun
rakyat biasa) dikatakan sebagai orang Paloh Kebenaran. Kesepakatanpun dimulai, maka
dilantiklah si muda menjadi penguasa kota Paloh dengan segala tugas berat yang akan
diembannya. Oleh para dewa, si muda diberi gelar Raja Muda. Untuk mengungkapkan
rasa khidmatnya, Raja Muda memberi nama kerajaannya dengan sebutan “Batu
Bejamban”. Mengapa disebut Batu Bejamban? Karena jalan menuju istana kerajaan
ghaib Raja Muda disusun diatas tumpukan batu yang menyerupai tangga. Arah tangga
tersebut menuju ke atas bukit, dimana tiap ruas lereng bukit terdapat 7 sumur air yang
tidak pernah kekeringan. Di sumur itulah tempat Raja Muda dan prajuritnya mandi.
Karena letak sumber airnya yang sangat dalam, maka Raja Muda kadang mengalami
kesukaran untuk menimba air dengan posisi berdiri. Tak pelak lagi, Raja Muda terpaksa
berjongkok dengan lutut kanan menimpa batu dan tangan kiri bertahan di atas batu
yang dialiri air pegunungan. Semakin sering Raja Muda dan prajuritnya melakukan
kebiasaan seperti itu, mengakibatkan terbentuknya cekungan-cekungan pada batu yang
ditimpa tadi. Cekungan itu menyerupai lutut dan siku tangan manusia.

II - 85
Gambar Batu Bejamban Paloh

 Tugu Peringatan Tanjung Batu


Tugu ini dibuat oleh masyarakat Kota Pemangkat yang mengambil berat tentang
peninggalan sejarah para pahlawan melawan penjajah Jepang, agar generasi penerus
dapat mengetahuinya. Peninggalan itu adalah sebuah khazanah warisan para pahlawan
kepada rakyat Kabupaten Sambas.

Gambar Tugu Tanjung Batu

II - 86
 Markas Polisi Belanda
Merupakan tempat atau markas polisi Belanda saat Belanda menjajah Indonesi.
Terletak di Tanjung Batu Kecamatan Pemangkat Kabupaten Sambas. Tempat atau
markas ini terbuat dari Kayu Ulin (Belian), dibanguna pada tahun 1929 dengan ukuran
4x8 m.

Gambar Markas Polisi Kolonial

 Musolla Raden Sulaiman


Musolla Raden Sulaiman yang terletak di Dusun Kota Bangun Desa Sebangun
Kecamatan Sebawi Kabupaten Sambas, merupakan musolla pertama yang dibangun
Kesultanan Sambas. Sampai saat ini, masih diyakini sebagai masjid tertua di Kabupaten
Sambas. Letaknya tak jauh dari pertigaan Sungai Sambas Besar, Kecil dan Kartiasa
membuat posisi Masjid sangat strategis. Didominasi warna kuning, di depan masjid
terdapat tempayan yang digunakan untuk berwudhu. Tempayan ini diyakini ada sejak
awal mula masjid ini didirikan. Sedangkan Raden Sulaiman ialah pendiri kerajaan
Kesultanan Sambas dan merupakan Sultan Sambas pertama bergelar Sultan Muhammad
Shafiuddin I yaitu pada tahun 1671.

Gambar Musolla Raden Sulaiman

II - 87
 Makam Keramat Bantilan
Kota Bandir merupakan tempat persinggahan sementara Raden Sulaiman
sebelum menemukan sebuah tempat yang tepat untuk dijadikan sebagai pusat
pemerintahan, beliau bermukin di situ selama tiga tahun. Sekarang Kota Bandir terletak
didesa Mensemat Kecamatan Sajad. Peninggalan yang ada hanya tinggal makam –
makam tua. Seperti Makam Keramat Bantilan, dimana yang dimakamkan ditempat
tersebut merupakan Panglima dari Raden Sulaiman.

Gambar Makam Keramat Bantilan

 Goa Pekong Dewi Kwan Im

Gambar Goa Pekong Dewi Kwan Im

II - 88
 Goa Alam Santok
Terletak kurang lebih dari Kab. Sambas di Kecamatan Sajingan Besar.
Terdapat Patung Bunda Maria yang dulunya digunakan untuk tempat meditasi dan
sembahyang. Tempat tersebut masih dianggap tempat yang sakral (suci) oleh
masyarakat lokal di samping pemandangannya indah da menarik. Goa Alam Santok
Terletak ± 85 Km dari pusat Kota Sambas dan berada di Kecamatan Sajingan Besar.

Gambar Goa Alam Santok


 RSU Santa Elisabeth Sambas
Sarana pelayanan kesehatan yang dirintis tahun 1924 oleh Suster Elisabeth, KFS yang
berasal dari luar negeri (Belanda). Sarana pelayan kesehatan ini dikelola oleh Suster
Kongregasi Fransiskanes Sambas dibawahi oleh Yayasan Amkur. Untuk mengenang
jasa baik Suster Elisabeth, KFS maka nama beliau diabadikan pada nama rumah sakit
ini. RSU St Elisabeth yang telah berdiri 85 tahun merupakan satu-satunya rumah sakit
swasta yang ada di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Peran serta rumah sakit ini
dalam pelayanan kesehatan juga sebagai rumah sakit rujukan bagi daerah sekitarnya
terutama wilayah Kabupaten Sambas.

II - 89
Gambar RSU Santa Elisabeth Sambas
B. Pusaka Budaya Ragawi (tangible) Bergerak
Pusaka budaya ragawi bergerak adalah pusaka budaya ragawi yang dengan
mudah dapat dipindah-tempatkan. Contohnya adalah keramik perabot rumah tangga,
tekstil, kereta, foto, dan masih banyak lagi. Kebanyakan pusaka bergerak berada di
Keraton Sambas, antara lain :
1. Tempat Tidur Sultan

Gambar Tempat Tidur Sultan

2. Baju – Baju Sultan

Gambar Baju – Baju Sultan

3. 7 (tujuh) buah Meriam

II - 90
Gambar Tujuh Buah Meriam
4. Guci Dari Cina

Gambar Guci Dari Cina

5. Bunga Kerajaan

Gambar Bunga Getar Kerajaan Sambas

6. 4 (empat) Buah Kaca Besar

Gambar Empat Buah Kaca Besar

II - 91
7. Guci Belanda

Gambar Guci Belanda

C. Pusaka Budaya Non Ragawi (Intangible)


“Warisan budaya tak benda” meliputi segala praktek, representasi, ekspresi,
pengetahuan, keterampilan serta alat-alat, benda (alamiah), artefak dan ruang-ruang
budaya terkait dengannya yang diakui oleh berbagai komunitas, kelompok, dan dalam
hal tertentu perseorangan sebagai bagian warisan budaya mereka. Warisan budaya
takbenda ini, yang diwariskan dari generasi ke generasi, senantiasa diciptakan kembali
oleh berbagai komunitas dan kelompok sebagai tanggapan mereka terhadap
lingkungannya, interaksinya dengan alam, serta sejarahnya, dan memberikan mereka
rasa jati diri dan keberlanjutan, untuk memajukan penghormatan keanekaragaman
budaya dan daya cipta insani.

 Saprahan
Bagi suku bangsa Melayu, khususnya Sambas dan Sambas tentu tidak asing
lagi dengan budaya saprahan atau makan besaprah. Saprahan dalam adat istiadat
Melayu berasal dari kata saprah yang secara harfiah berarti berhampar, yaitu
budaya makan bersama dengan cara duduk lesehan atau bersila di atas lantai
secara berkelompok yang tersiri dari enam orang dalam satu kelompoknya. Satu
Saprah biasa terdiri dari 6 jenis masakan, mulai dari lauk ikan atau gulai ayam,
kemudian sayuran, paceri nenas, dan makanan lainnya.
Tradisi makan saprahan memiliki makna duduk sama rendah berdiri sama
tinggi ini. Prosesi saprahan begitu kental dengan makna filosofis, intinya
menekankan pentingnya kebersamaan, keramahtamahan, kesetiakawanan sosial,

II - 92
serta persaudaraan.Budaya saprahan ini masih banyak ditemui di daerah pesisir,
terutama pada acara perkawinan tradisional.Pemerintah Kota Sambas secara
khusus juga mengadakan lomba besurong saprah setiap tahun agar tradisi ini tetap
lestari.Para tamu atau undangan biasanya hadir dengan berbaju talok belanga’
atau memakai jas dan sarung. Mereka duduk bersama sama undangan lain
di tarup (tempat khusus undangan yang berbentuk bangunan memanjang) secara
berhadapan memanjang mengikuti arah tarup. Tradisi saprahan dalam suatu
upacara perkawinan khas masyarakat Melayu biasanya dibuka dengan lagu-lagu
ceria, diiringi alat musik tanjidor. Tamu yang boleh duduk di barisan atau sap
paling atas hanya mereka yang sudah bergelar haji, hajah, atau orang yang berilmu.
Setidaknya ada empat keistimewaan nilai yang didapatkan dalam kegiatan
makan besaprah ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kesederhanaan melalui makan besaprah ini terlihat sebuah kesederhaan yang
tercipta, yaitu dengan duduk secara bersama-sama dilantai dengan lauk dan
sayur yang apa adanya. Setiap orang dengan berbagai latar belakang, kaya atau
miskin, muda atau tua, mempunyai jabatan atau tidak, makan makanan yang
sama,tidak ada yang diistimewakan.
b. Kebersamaan dan kekeluargaan, makan besaprah menjalin kebersamaan dan
kekeluargaan yang merupakan modal penting untuk menjaga kita tetap saling
mengenal.
c. Persatuan, Semakin baik kita mengenal sesorang lain maka hubungan
emosional kita dengan orang tersebut akan baik dan akan berpengaruh pula
kepada rasa persatuan dan kesatuan kita.
d. Solidaritas, dengan terjalinnya dan kesatuan dan persatuan rasa solidaritas
akan timbul dengan sendirinya.

II - 93
Gambar Salah Satu Saprahan yang ada di Kab. Sambas
 Bepallam
Sebagian daerah mempunyai kebiasaan istiadat yang unik, masing - masing
daerah itu mempunyai kebiasaan istiadatnya sendiri yang telah ada dari dulu.Seperti
kebiasaan istiadat saat menyongsong kelahiran anak, pernikahan, panen padi dsb.
Di kabupaten Sambas mempunyai kebiasaan istiadat yang unik, yakni kebiasaan istiadat
yang dikerjakan sebelum saat acara pernikahan yang dimaksud " Bepallam ".Kata "
Bepallam " mempunyai kata basic " Pallam " yang berarti disimpan atau diletakan
disuatu tempat yang orang lain tidak paham keberadaannya kurun waktu yang cukup
lama.Kebiasaan istiadat " Bepallam " ini yaitu kebiasaan yang dikerjakan oleh orang
yang bakal melakukan acara pernikahan, baik oleh calon pengantin pria ataupun wanita.
Kebiasaan " Bepallam " ini di kerjakan tiga hari atau lebih sebelum saat hari H nya acara
pernikahan. Umumnya calon pengantin ini dilarang untuk keluar dari rumah atau
melancong. Diluar itu juga, baik itu calon pengantin pria ataupun wanita di beri " Kasai ".
Kasai yaitu sejenis lulur yang terbuat dari beras yang lalu dihaluskan serta di beri "
Gambir " (sejenis rempah). Kasai itu dilulurkan ke semua badan si calon pengantin itu
sepanjang 3 hari.
Sepanjang " bepallam " calon pengantin mesti berpantang yakni tidak untuk
keluar dari rumah. Adapun inti dari " Bepallam " tersebut di kaitkan dengan hal - hal
yang magis, umpamanya supaya nanti pernikahan itu abadi namun dengan cara ilmiah "
Bepallam " satu kebiasaan yang mempunyai tujuan supaya kulit sang calon pengantin
jadi bersih, mulus serta tak terkena matahari serta satu diantara nya supaya kulit calon
pengantin itu mulus yaitu dengan ber " kasai " atau luluran.Sesudah be " pallam "
umumnya calon pengantin itu akan melakukan ritual " Betangas ".Bepallam ini adalah
kebiasaan istiadat yang dikerjakan oleh orang-orang melayu Sambas. Biasanya ada yang
menolong calon pengantin untuk lakukan luluran. Orang yang di tentukan yaitu kerabat
atau sahabat yang juga di tentukan untuk " pengasuh " atau pagar ayu nya calon
pengantin waktu acara pernikahannya kelak.

 Betangas
Sesudah melakukan " Bepallam " maka calon pengantin bakal melakukan ritual
selanjutnya yitu " Betangas ". Kebiasaan ini di kerjakan di hari ketiga " Bepallam ".
" Betangas " yaitu kebiasaan istiadat yakni bersihkan badan dengan air hangat yang

II - 94
dibarengi dengan aroma. Air itu di rebus berbarengan daun serai yang lalu air itu
digabung dengan air dingin baru lalu disiramkan ke semua badan.
Saat bersihkan badan dengan air hangat yang dibarengi daun serai itu, daun tersebut di
gosokan ke sisi tangan atau kulit badan supaya kotoran yang melekat hilang dari
badan.Sesudah usai menyiramkan air hangat ke semua badan, maka calon pengantin itu
disuruh untuk berjongkok yang lalu ditutup dengan tikar yang dibentuk jadi gulungan
yang lalu atas tikar itu ditutup memakai kain. Fungsinya yaitu supaya kulit itu
menguapkan bau badan yang kurang enak hingga badan sang calon pengantin jadi
harum.Adapun kebiasaan istiadat ini khasiatnya atau faedahnya nyaris sama juga
dengan bepallam yakni untuk melindungi kulit sang calon pengantin supaya tak tampak
kusam, menaikkan aura supaya hingga pada hari persandingan kulit serta muka calon
pengantin ini tampak berseri. Barangkali di zaman moderen ini terlebih untuk orang-
orang di kota - kota besar mereka lebih menentukan ke salon untuk perawatan. Tetapi
untuk sebagian daerah kebiasaan istiadat yang dikerjakan otomatis jadi " salon " buat
perawatan kulit sebelum saat melansungkan acara pernikahan. Tak hanya betangas ada
juga kebiasaan istiadat lain nya yang di kerjakan yakni antar pinang atau antar duit yang
di kerjakan dua hari atau lebih sebelum saat acara pernikahan di lansungkan.

 Berinai
Sebelum saat acara pernikahan, dikerjakan kebiasaan istiadat Bepallam,
Betangas serta antar duit.Tetapi satu kebiasaan yang nyaris terlupakan yakni
Berinai.Pada orang-orang melayu terlebih melayu Kabupaten Sambas, waktu bepallam
ataupun betanggas, sepuluh jari calon pengantin pria serta wanita dibubuhi inai. Inai itu
bewarna kemerah-merahan serta sistem pembubuhan inai itu dikerjakan dengan cara
tradisional.
Sebelum daun inai dikenakan ke jari, ia yaitu berbentuk daun yang dijemur hingga
kering atau tetap fresh. Umumnya daun inai yang telah dikeringkan memiliki mutu
warna merah semakin bagus daripada daun inai yang tetap fresh.Daun inai itu digiling
atau ditumbuk untuk memperoleh getahnya. Jika daun inai telah halus baru dibubuhkan
ke jari dengan diikat memakai kain atau kantong plastik yang disobek sesuai sama
ukuran jari. Untuk hasil yang memuaskan, inai itu dilewatkan sepanjang sehari supaya
warnanya lebih merah.

II - 95
Umumnya yang membubuhkan inai pada calon pengantin yaitu sang pengapit
pengantin. Waktu pembubuhan inai pada jari, anak-anak atau saudara sang calon
pengantin juga turut membubuhi jari mereka dengan inai. Pada waktu itu tampak
keceriaan keluarga yang bakal menyongsong acara pernikahan. Spesial orang-orang
melayu sambas, pengantin bakal diarak diiringi musik tanjidor.

 Antar Uang
Kebiasaan istiadat " Bepallam ", " Betangas " di kerjakan sebelum saat hari H
acara pernikahan. Ke-2 kebiasaan istiadat tersebut di kerjakan dengan cara berurutan
yang di dimulai dari " Bepallam ".Tak hanya " Bepallam " serta " Betangas " ada
kebiasaan yang dikerjakan sebelum saat hari H nya acara pernikahan yakni " Molah
Tarup ". Kebiasaan ini yaitu membangun tenda yang terbuat dari bambu, kayu kecil
serta papan.Memiliki bentuk memanjang seperti rumah panjang.Kebiasaan itu semakin
banyak di kerjakan oleh pihak keluarga calon pengantin wanita. Sesaat " Antar Duit " ini
di kerjakan oleh pihak keluarga calon pengantin laki - laki.
Antar Duit yaitu kebiasaan istiadat yang dikerjakan sebelum saat acara
pernikahan berlansung, seputar dua hari atau tiga hari. Antar Duit ini nyaris sama juga
dengan acara pernikahan atau acara tepung tawar, yang mana ada hari Buat Bumbu,
hari Motong serta hari Pupus. Telah jadi kebiasaan istiadat nya orang-orang Melayu
Sambas bahwasanya saat ada acara seperti ini, tamu yang di undang untuk ada
sebaiknya membawa Pakatan. Umumnya sesudah acara usai, pihak keluarga beserta
tetangga atau tokoh - tokoh orang-orang seperti pak Kades, ketua RW, ketua RT,
berkumpul berbarengan keluarga dari pihak laki - laki dirumah calon pengantin laki -
laki. Waktu itu lah seperti diskusi di kerjakan lantaran pada hari itu barang - barang
antaran (pinangan) bakal di bawa lansung ke rumah calon pengantin wanita.Sesaat di
pihak calon pengantin wanita, mereka telah menghidangkan sebagian hidangan untuk
menyongsong kehadiran rombongan pihak keluarga calon pengantin laki - laki yang
rombongan itu yaitu Kepala Desa, pak RT, Lurah dan keluarga calon pengantin laki - laki.
Sebatas catatan bahwasanya sebelum saat menggerakkan kebiasaan istiadat Antar Duit
ke-2 calon pengantin itu telah di ijab kabul kan atau telah dinikahkan dengan cara sah
menurut agama Islam.

II - 96
Pihak calon pengantin laki - laki yang mendatangi rumah calon pengantin wanita
ini membawa seperangkat alat shalat, perlengkapan diri seperti baju, sabun dsb, dan
cincin.Bila pihak keluarga calon pengantin laki - laki telah masuk rumah calon pengantin
wanita maka mereka di persilakan duduk. Sebelum saat nya pihak keluarga calon
pengantin laki - laki melemparkan pantun yang lalu pantun itu mesti di jawab oleh pihak
keluarga pengantin wanita.Sesudah usai berpantun, baru lah pihak keluarga calon
pengantin laki - laki menuturkan tentang kehadiran mereka dan barang - barang yang
mereka bawa untuk di berikanlah ke pada calon pengantin wanita. Pembacaan nama -
nama barang itu memakai Speaker hingga tetangga dapat mendengar nya juga.
Umumnya rumah calon pengantin wanita penuh dengan warga yang berdatangan untuk
menyongsong pihak keluarga calon pengantin lelaki.
Sesudah acara usai, selang dua hari bakal dilansungkan kebiasaan istiadat yakni "
nurunkan pengantin " yang di kerjakan cocok hari H nya acara pernikahan. Yang
lakukan kebiasaan " Nurunkan pengantin " ini yaitu dari pihak laki - laki yang lansung
membawa barang - barang yang pada waktu antar duit, barang itu berniat tak di bawa.
Umumnya beras 20 Kg, beserta Koper nya yang diisi baju pengantin laki - laki.Sebelum
saat keluar dari rumah tak lupa membaca Shalawat dan ditaburkannya beras kuning.

 Antar Pakatan
Kabupaten Sambas mempunyai banyak kebiasaan istiadat yang unik dimulai dari
sebelum saat pernikahan, acara pernikahan, memiliki kandungan, melahirkan dsb.
Waktu acara pernikahan, Buang Minyak (Memiliki kandungan, Tepung Tawar (acara
setelah melahirkan), serta acara - acara lain nya terhitung Sya'ban tidak terlepas dari
yang namanya " Antar Pakatan ".Antar Pakatan datang dari kata Antar : yang berarti
''membawa atau menghantarkan'', sesaat Pakatan itu berarti Setuju, sepakat atau
mufakat.Antar Pakatan yaitu satu kebiasaan istiadat di mana seseorang atau satu
keluarga yang di undang kerumah yang empunya acara mesti membawa beras, duit,
serta seekor ayam. Tamu yang di undang itu membawa beras seputar satu kilo yang di
input kedalam baskom atau ember kecil yang ada penutupnya. Lalu saat bakal
bersalaman dengan yang empunya acara, beras itu diberikan pada yang mempunyai
acara, waktu salaman umumnya duit seputar dua ribu atau lebih diberikan waktu
tangan bersalaman itu.Beras dan duit itu umumnya dibawa tamu saat menghadiri acara

II - 97
- acara yang bertaraf kecil berarti acaranya tak terlampau meriah seperti acara
sya'banan atau syukuran.Sesaat acara Antar Duit atau Antar Pinang, Pernikahan, Buang
Minyak, dan Tepung Tawar serta Sunatan umumnya tak hanya beras serta duit,
beberapa tamu itu membawa seekor Ayam, nah tersebut yang di sebut Antar Pakatan.
Umumnya yang membawa Pakatan itu yaitu tamu yang diundang atau diminta ada pada
sang empunya acara itu. Untuk misal Si A bakal mengadakan acara pernikahan anaknya,
maka ia mengundang atau mengajak si B untuk ada besok atau sekian hari yang akan
tiba untuk menghadiri acara pernikhanan anaknya, ia mengundang Si B beserta
keluarganya yang ada dirumah itu, maka si B yang bakal menghadiri acara pernikahan
anak Si A, mesti membawa satu ekor ayam yang tetap hidup beserta beras, tersebut
yang namanya Antar Pakatan. Bila Si A mengajak atau mengundang Si C pada hari besar
atau hari paling akhir pesta pernikahan serta si C hanya di undang sendirian saja atau
pihak laki - laki dari keluarga si C (Suami atau Ketua Keluarga) maka si C yang ada ke
pesta pernikahan si A tak membawa apa - apa seperti layak nya si B.Acara pernikahan,
Tepung Tawar, Sunatan, Antar Pinang, itu umumnya sepanjang tiga hari, yakni hari buat
bumbu, hari motong, serta paling akhir hari pupus. Nah untuk antar pakatan sendiri
dikerjakan pada hari ke-2, yakni yang dimaksud 'Hari Motong'' lantaran pada waktu
tersebut berlangsung penyembelihan ayam hasil antar pakatan yang bakal dipakai
untuk menjamu beberapa tamu pada hari ketiga.Kebiasaan istiadat antar pakatan ini
telah berlansung lama serta hingga saat ini tetap terus tumbuh serta berlaku terus-
terusan di kabupaten Sambas.

D. Pusaka Alam
Pusaka alam adalah bentukan alam yang istimewa. Bentukan-bentukan secara
alami tersebut memiliki karakter yang khas, saling berhubungan dan terus berkembang.
Di Kota Sambas, juga memiliki aset-aset pusaka alam yang cukup banyak, karena dilihat
dari posisi Kota Sambas yang terletak diantara pegunungan dan lautan. Pusaka alam
yang dimaksud adalah :
1. Pantai Tanjung Kemuning – Kecamatan Paloh
Pantai Tanjung Kemuning merupakan objek wisata yang terletak di kecamatan
Paloh, Kabupaten Sambas. Pantai ini berhadapan dengan Laut Natuna. Panjang pantai ini
lebih kurang 18 kilometer.Yang menarik dari keadaan di pantai ini adalah masyarakat

II - 98
desa bahu-membahu menangkar penyu. Setiap malam penyu kepantai untuk bertelur, di
saat itulah masyarakat mengambil telur untuk dimasukkan ke penangkaran. Hal ini
dilakukan agar penyu-penyu tidak musnah akibat para pemburu telur penyu.

Gambar Salah Satu Pemandangan Pantai Tanjung Kemuning

2. Pantai Selimpai – Kecamatan Paloh


Pantai yang terletak di Desa Sebubus, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas ini
memiliki pemandangan yang indah dan menawan dengan hamparan pasir putih bersih
yang landai serta air laut yang tenang, jernih sebening kristal dengan pohon pinus yang
tinggi menjulang menjadi daya tarik tersendiri. Pantai ini juga merupakan salah satu
kawasan konservasi yang terdapat di Kabupaten Sambas Kalimantan Barat dengan
nama Taman Wisata Alam Tanjung Belimbing. Pantai Selimpai selain kawasan
konservasi juga merupakan kawasan wisata yang ada di desa Sebubus Kec. Paloh
kabupaten sambas Kalbar dengan jarak kurang lebih tujuh kilo meter dari ibukota
kecamatan dan 45 km utara kota Sambas yang merupakan ibu kota dari Kabupaten
Sambas. Bisa di tempuh dengan kendaraan roda dua maupun empat dengan waktu
sekitar dua jam dari Sambas ke Paloh. Untuk menuju pulau Slimpai anda harus
menyebrangi sungai Paloh menggunakan Spead boat atau Perahu Motor sekitar 30
menit. Pantai ini merupakan tanjung atau bagian daratannya menjorok ke arah laut,
antara sisi garis laut dan bibir sungai jaraknya hanya selebar lapangan besar

II - 99
Gambar Salah Satu Pemandangan Pantai Selimpai

3. Air Terjun Riam Caggat – Kecamatan Sajingan Besar


Air Terjun Riam Caggat memiliki ketinggian kurang-lebih 67 meter ini berjarak
85 kilometer (km) dari ibu kota Kabupaten Sambas. Butuh kurang lebih dua jam
perjalanan menggunakan kendaraan roda empat untuk bisa sampai ke Desa Batang Air.
Selanjutnya, perjalanan masih harus melewati hutan sekitar satu jam. Air Terjun Riam
Caggat di Desa Batang Air, Kecamatan Sajingan Besar memiliki objek wisata yang sangat
potensial bila digarap dengan baik namun hal ini belum dilaksanakan oleh pemerintah
setempat

Gambar Air Terjun Riam Caggat Kec. Sajingan Besar

4. Danau Sebedang – Kecamatan Sebawi


Danau Sebedang terletak di desa Sebedang Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas,
provinsi Kalimantan Barat. Konon katanya pada zaman dahulu danau ini pernah
dijadikan tempat pemandian raja Sambas mungkin karena air yang jernih dan
pemandangan yang indah membuat raja Sambas tertarik untuk menjadikan danau ini
sebagai tempat pemandian. Perlu diketahui juga bahwa Sebedang memiliki sejarah yang

II - 100
dipercaya pada dari zaman dahulu sampai sekarang yaitu cerita rakyat yang sangat
dikenal yaitu cerita Bujang Nadi dan Dare Nangdung cerita ini merupakan kisah Legenda
masyarakat Sambas dan sekitarnya.

Gambar Salah Satu Pemandangan Danau Sebedang

5. Pantai Tanjung Batu – Kecamatan Pemangkat


Pantai Tanjung Batu terletak kota pemangkat salah satu kecamatan di
Kabupaten Sambas. Di kaki bukit ini banyak terdapat Batu-batu yang menghampar ke
laut yang dapat di lihat apabila air dalam keadaan surut. Tempat Tanjung Batu cukup
terkenal dan termasuk wisata unggulan Kabupaten Sambas, karena letaknya strategis
dekat dengan jalan raya menuju kota Sambas.

Gambar Salah Satu Pemandangan Pantai Tanjung Batu

6. Pantai Bukit Raya Putri Serai – Kecamatan Jawai Selatan


Pantai Putri Serayi (Pantai Jawai) tentu tidak asing lagi di telinga masyarakat
Kalimantan Barat pada umumnya serta masyarakat Sambas pada khususnya. Terletak
dipesisir Laut China Selatan, wisata yang terletak di Desa Jawai Laut, Kecamatan Jawai

II - 101
Selatan Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat dengan luas 56 ha ini memiliki pantai
berpasir putih menghampar sepanjang 3 kilometer. Pantai yang mempunyai pesona
alam yang sangat indah dengan pantai berpasir putih yang halus, ditambah dengan bukit
serta batuan sehingga membuat sejuk suasana mata memandang. Selain pantai dan laut
yang indah, Pantai Putri Serayi juga menyuguhkan bebatuan unik dan bukit-bukit yang
bisa anda daki dan melihat pulau-pulau dari puncaknya. Diantara batu unik itu bernama
Batu Lapak (telapak kaki) dan Batu Canggar (batu yang menunjuk langit). Batu Lapak
tersebut memang batu asli dan diatasnya terdapat bekas telapak kali raksasa dan
wisatawan bisa duduk didalam telapak kaki tersebut. Banyak sekali batu-batu yang
diatasnya terdapat telapak-telapak kaki dan tangan yang diperkirakan jejak manusia
purba. Batu Canggar adalah batu yang menjulang menunjuk langit, anda juga bisa
berdiri di atas batu ini untuk memandangi lautan dan pulau-pulau. Pantai Jawai
mempunyai sebuah nama julukan Pantai Putri Serayi adalah nama yang diberikan
bedasarkan cerita rakyat desa tersebut

Gambar Salah Satu Pemandangan Pantai Putri Serayi

7. Air Terjun Riam Merasap – Kecamatan Sajingan Besar


Air terjun Riam Merasap adalah objek wisata alam berupa air terjun yang
terletak di provinsi Kalimantan Barat tepatnya di desa Batang Air, kecamatan Sanggau
Ledo, Kabupaten Bengkayang. Jarak dari kota Pontianak menuju air terjun ini sekitar
300 km dan dalam waktu sekitar kurang lebih 8 jam. Sedangkan jarak tempuh dari
kecamatan Sajinganb Besar, Sambas adalah sekitar 15 kilometer, dari pusat kota
Bengkayang sekitar 62 km, dari sebelah timur kota Singkawang sekitar 130 km, dan dari
perbatasan Indonesia-Malaysia hanya berjarak 10 km. Air terjun Riam Merasap juga
cukup banyak didatangi warga Malaysia Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 20

II - 102
meter dan lebar sekitar 8 meter dengan air jernih yang mengalir disana dan panorama
rimba tropis khas Kalimantan yang membuat air terjun ini semakin indah. Tidak jauh
dari aliran air terjun Riam Merasap, ada satu buah aliran air terjun lagi yang bernama
Riam Naik Kubik dengan ketinggian sekitar 8 meter yang juga memiliki
keindahan.Banyak orang-orang yang menganggap air terjun Riam Merasap ini
merupakan miniatur dari air terjun Niagara yang ada di Amerika Serikat. Hal itu karena
kebanyakan air terjun di Indonesia memiliki lebar tidak lebih dari 3 meter. Pemerintah
setempat ternyata juga memanfaatkan air terjun ini sebagai sumber listrik sehingga
dibangun PLTA.

Gambar Air Terjun Riam Merasap Kec. Sajingan Besar

8. Pantai Tanjung Dato’ – Kecamatan Paloh


Pantai Tanjung Dato adalah sebuah tanjung yang memiliki garis pantai terpanjang di
Kalimantan Barat. Pantai berpasir putih dengan air lautnya yang jernih dan tenang ini
berada di Desa Tamajo, Kecamatan Paloh atau berjarak sekitar 85 kilometer dari
ibukota Kabupaten Sambas.

Gambar Salah Satu Pemandangan Pantai Tanjung Dato’

II - 103
9. Pantai Camar Wulan – Kecamatan Paloh
Pantai Camar Wulan adalah salah satu Tempat Wisata Andalan Sambas lainnya
yang patut Anda kunjungi. Pantai dengan pemandangan yang sangat indah ini berada di
Desa Sebubus, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas atau berjarak sekitar 60 kilometer
dari pusat kota Sambas.

Gambar Salah Satu Pemandangan Pantai Camar Wulan

10. Pantai Polaria – Kecamatan Selakau


Pantai Polaria terletak di Kecamatan Selakau, Provinsi Kalimantan Barat.
Tepatnya di Desa Sungai Rusa, Atau sekitar 65 kilometer selatan Kota Sambas dan
sekitar 20 kilometer utara Kota Singkawang. Pantai ini merupakan salah satu objek
wisata favorit di Kecamatan Selakau. Objek wisata ini memiliki hamparan pasir putih
dengan banyaknya bebatuan yang terhampar serta pohon-pohon kelapa yang
menjadikan udara sekitar pantai ini begitu segar.

Gambar Salah Satu Pemandangan Pantai Polaria

II - 104
E. Kesenian
1. Tarian Tanda’ Sambas

Tarian Tanda’ Sambas digunakan prajurit yang sedang berlatih silat untuk
mengelabui penjajah Belanda dengan mengubah gerakan silat menjadi tari. Sehingga
dapat dikatakan bahwa Tanda’ Sambas telah ada sejak zaman penjajahan. Hanya saja,
belum didapat kesepakatan untuk memastikan waktu (tahun) awal keberadaan Tanda’
Sambas ini. Pada Awalnya, Tanda’ Sambas hanya digunakan sebagai salah satu hiburan
dan tontonan rakyat untuk melepaskan lelah setelah pulang dari sawah. Karena
tergolong kedalam tarian sosial (pergaulan) maka ia ditarikan secara spontan dengan
gerakan bebas dan sederhana serta tidak memiliki makna khusus. Seiring
perkembangan zaman, Tanda’ Sambas mulai menjadi seni tari yang multifungsi. Artinya,
Tanda’ Sambas selain digunakan sebagai sarana hiburan, ia juga digunakan sebagai
pelengkap dalam Upacara Adat Melayu, seperti acara pesta pernikahan, pindah rumah
baru, khataman serta hajatan lainnya

Gambar Salah Satu Pertunjukan Tarian Tanda Sambas

2. Radat Koko

Tari Radat merupakan Tarian melayu yang berasal dari Kabupaten Sambas.
Tarian ini dimainkan oleh para wanita yang terdiri dari 12 orang penari, yang diiringi
oleh alunan musik yang berupa Tamborin, Gendang, Tahar, Rebana dan alunan syair
yang sangat indah. Tarian ini biasanya untuk menyambut tamu-tamu istimewa dan
acara tertentu

II - 105
Gambar Salah Satu Pertunjukan Tarian Radat Koko

3. Tari Otar – Otar

Tari otar – otar adalah seni olahraga yang sudah ada sejak zaman kerajaan
Sambas yang berada di Dusun Kota Lama, Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas,
Provinsi Kalimantan Barat. Dengan rajanya yang terkenal dalam catatan sejarah yaitu
Ratu Sepudak. Otar – otar pada masa kerajaan merupakan olahraga beladiri yang
dimainkan oleh para prajurit dan para pengawal kerajaan dan sampai saat ini masih
dilestarikan masyarakat kota lama. Secara hierarki otar otar diciptakan oleh “Bujang
Neker” yaitu pada tahun 1762. Otar - otar merupakan hasil gabungan silat, kuntau dan
tari yang pada waktu itu sudah ada di masyarakat. Menurut cerita, nama silat ini
merupakan hasil semedi dihutan selama beberapa hari. Oleh sebab itu Bujang Neker pun
teringat dengan tameng yang dipakai oleh pengawal Ratu Sepudak yang dilengkapi
dengan tombak, karena tameng pada waktu itu dapat diputar-putar. Saat itulah silat
hasil karyanya diberi nama silat otar – otar.

Gambar Salah Satu Pertunjukan Tarian Otar – Otar

II - 106
4. Kain Tenun Sambas

Tenun ikat Sambas yang lebih akrab dengan Kain Tenun Sambas merupakan
kerajinan tenun yang dihasilkan oleh masyarakat Sambas. Kain Tenun Sambas yang
biasa di sebut ” Kain Lunggi ” atau Kain Benang Emas ini dikarenakan salah satu bahan
yang digunakan adalah benang emas berwarna kuning emas. Kain tenun benang emas
ini biasanya dikerjakan secara tradisional dengan alat pemintal terbuat dari kayu belian.
Kebanyakan dikerjakan oleh penduduk di sekitar pesisir Sungai Sambas sekitar Kota
Sambas. Penenunu ini tergolong unik karena kepandaian menenun ini didapat dari
orang tuanya atau kepandaian ini diajarkan secara turun temurun. Pada masa sekarang
kain ini masih tetap eksis, bahkan masyarakat mancanegara mulai melirik kain tenun
Sambas. Tidak jarang rumah kain tenun ini banyak di kunjungi oleh penggemar kain
tenun karena keunikan dan keindahan corak nya. Keunikan yang ada pada kain tenun
Sambas adalah pada corak yang menonjol yaitu motif Pucuk Rebung dihias dan di
ditaburi motif- motif bunga- bunga dan flora dan fauna.

Gambar Salah Satu Jenis Kain Tenun dan Proses Pembuatan Tenun Sambas

F. Makanan Khas
1. Bubur Peddas

Bubur pedas adalah hidangan bubur tradisional dari Orang Melayu baik di
Sambas dan Sarawak. Dalam tradisi, biasanya semua bahan sebisa mungkin di cari dari
alam. Karena pada dasarnya kuliner yang satu ini sangat murah meriah. Semua jenis
sayur-sayuran bisa di jadikan bahan untuk membuat bubur pedas seperti : kacang
panjang, kangkung, kecambah, rebung (rabbong), ubi kayu (bandong), ubi jalar
(temille'), daun lengkuas, daun kencur (cakkor), dan banyak lagi deh, yang penting

II - 107
jangan lupa daun kesum-nya. Daun kesum inilah yang membuat bubur pedas menjadi
unik dengan aroma yang menyengat dan khas. Bumbu utamanya adalah beras yang
disangrai dan ditumbuk halus dicampur dengan kelapa parut yang ikut disangrai dan
digiling halus, ditambah serbuk lada ketumbar dan macam-macam bumbu yang lain

Gambar Bubur Pedas Khas Sambas

2. Pacri Nanas

Pacri Nanas adalah sejenis gulai dari nanas, bukan daging atau ikan seperti
layaknya kita menjumpai gulai. Pacri nanas adalah tipikal masakan vegetarian asli
Melayu. Karena asli Melayu, meskipun vegetarian, mereka tidak meninggalkan santan
yang berminyak dalam masakan ini

Gambar Masakan Pacri Nanas Khas Sambas

II - 108
G. Arsitektur
Kesultanan Sambas adalah kesultanan yang mempunyai cikal bakal yang bersal dari
kebudayaan yang cukup tua. Sehingga dalam pengembangan cukup demokratis dan
dapat mengakomodir masukan dari berbagai etnis yang ada di Wilayah Kekuasaan
Kesultanan Sambas, sehingga secara budaya merupakan persatuan dari Tiga Budaya
Besar (Sam = Tiga ; Bas = Bangsa).

Secara Feng Shui posisi Keraton termasuk dalam Daerah Kepala Naga dipercaya sebagai
daerah yang mendatangkan keberuntungan sesuai dengan naga yang merupakan simbol
rezeki bagi orang Tionghoa

Lokasi Awal Keraton Sebelum Terbakar

Posisi Keraton dipindahlan hingga


Jalur Naga saat ini
Secara feng shui sebagai Kepala Naga
(Keraton )

II - 109
Adaptasi Kolom dengan Ukiran Motif Dayak
Ketika dilihat dari Samping
“Peri Hutan/ Penjaga Hutan”
Yang dihubungkan dengan nuansa Islam yang
tidak boleh membuat bentuk yang
menyerupai Hewan atau Manusia

II - 110
Arsitektur Melayu bangunan berkolong (panggung)

II - 111
Bentuk Atap Arsitektur China

Bentuk Atap mengikuti bentuk atap jenis


Tsuan Tsien dan Hsuan Shan

II - 112
Detail-detail konstruktif seperti peyangga atap (dalam arsitektur Cina disebut Tou Kung) yang berarti
bentuk sambungan antara kolom dan balok dan terkadang rangka atap yang sengaja di Ekspose

Tou Kung di kombinasikan dengan Melayu


dikarenakan dalam Islam tidak boleh
menyerupai Makhluk Hidup (Manusia / Hewan)

Tou Kung Arsitek Tionghoa / Cina dengan Ukiran

II - 113
PUSAKA BUDAYA RAGAWI TAK BERGERAK
KOTA PUSAKA

II - 114
PUSAKA BUDAYA RAGAWI BERGERAK
KOTA PUSAKA

II - 115
PUSAKA ALAM KOTA PUSAKA

II - 116
BERDASARKAN PETA/ CARTOGRAFI
JUSTUS PERTHES (Tahun 1861)

II - 117
Berdasarkan Peta/ Catrografi
PTOLEMY (150 M)
Peta TAPROBANA atau BORNEO
atau KALIMANTAN
(bahasa Yunani Kuno)

sudah terdapat kota-kota


 SOANA FLUVIAS = SUNGAI
SAMBAS
 ANUROGRAMMI =PEMUJA
BURUNG (diperkirakan
perkampungan suku yang
menyembah burung (dinamisme),
Apakah Dayak?? Lokasi sekitar
Kota Lama
 LOGANA CIVITAS (Sekarang
MELANAU, SERAWAK)
 MARGANA CIVITAS (Sekarang
Kota MIRI SERAWAK)

II - 118
Berdasarkan Peta/ Catrografi
PETRUS PLANCIUS 1594
sudah terdapat kota-kota
 TAMARATAS,
 TAMENACERIM,
 PUCHAVARAӦ
di sekitar KALIMANTAN BARAT)
sebelum MALANO/ MELANAU

II - 119
Berdasarkan Peta/ Catrografi
P. BERTII IV -1601
terdapat kota-kota
 PUCHABARAM
 TAMENACERINT,
 TAMARRATAS,
di sekitar KALIMANTAN BARAT)
sebelum MALANO/ MELANAU

II - 120
Berdasarkan Peta/ Catrografi
PETRUS BERTIUS -1616
terdapat kota-kota
 PACHAVARAON
 TAMENACERUM,
 TAMARATOS,
di sekitar KALIMANTAN BARAT)
sebelum MALANO/ MELANAU

II - 121
Berdasarkan Peta/ Catrografi
GERARD MERCATOR -1619
terdapat kota-kota
 PUCHAVARAO
 TAMENACERIM,
 TAMARATOS,
di sekitar KALIMANTAN BARAT)
sebelum MALANO/ MELANAU

II - 122
Berdasarkan Peta/ Catrografi
BOWREY -1701
Sudah terdapat kota SAMBAS

II - 123
Berdasarkan Peta/ Catrografi
IOACHIM OTTENS 1710
terdapat kota

SAMBAS

II - 124
Berdasarkan Peta/ Catrografi
HERMAN MOLL 1726
terdapat kota

SAMBAS

II - 125
Berdasarkan Peta/ Catrografi
JOHN CARY 1801
terdapat kota
 SAMBAS
 TAMENAFSERIM
 TAMATOS
 MONPAVA (MEMPAWAH)

II - 126
Berdasarkan Peta/ Catrografi
JOSEPH HUTCHINS COLTON 1855
hanya terdapat kota
 SAMBAS

 MONPAVA (MEMPAWAH)
Kota yang sudah tidak ada
 TAMENAFSERIM
 TAMATOS

II - 127
Berdasarkan Peta/ Catrografi
JH DE BUSSY 1893
terdapat kota
 SAMBAS
 PEMANGKAT
 SINGKAWANG

 MEMPAWAH

II - 128
WEST BORNEO IN THE 19th and EARLY 20th
Data kota di Wilayah Ke Sultanan Sambas
 SAMBAS (1818, 1819,1822,
1823, 1831,18480)
 SEBAWI
 PALOH
 PEMANGKAT
 SINGKAWANG
 S. LUAS
 BUDOK (1850-1854)
 BENGKAJANG
 MONTERADO (1854)

II - 129
PERTAMBANGAN YANG DIKELOLA OLEH WARGA CINA 1760-
1884

II - 130
BATAS KESULTANAN SAMBAS BERDASARKAN PETA/ CARTOGRAFI PHILIPPE VANDERMAELEN TAHUN 1827

II - 131
Berdasarkan Peta/
Catrografi
JUSTUS PERTHES
(Tahun 1861)

II - 132
Berdasarkan Peta/
Catrografi
PHILIPPE VANDERMAELEN
(Tahun 1827)

II - 133
Peta Amerika 1944

II - 134
II - 135
II - 136
II - 137
II - 138
II - 139
II - 140
BAB III
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Modal dasar pembangunan daerah adalah seluruh sumber kekuatan daerah baik
yang berskala lokal, regional, maupun nasional yang secara riil maupun potensial
dimiliki dan dapat didayagunakan untuk pembangunan daerah Kota Sambas yang
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dalam kerangka Negara
Kesatuan republik Indonesia (NKRI).
a. Letak Geografis yang Strategis, Kota Sambas secara geografis memiliki letak yang
strategis, karena berbatasan dengan lautan yaitu Sebelah utara berbatasan dengan
Malaysia Timur (Sarawak) dan Laut Natuna, dan sebelah barat berbatasan dengan
Laut Natuna. Oleh karena itu Kota Sambas mempunyai kekayaan alam yang
melimpah yang berpotensi untuk di jadikan sebagai obyek wisata sehingga berperan
penting dalam konstelasi pengembangan perekonomian regional maupun nasional;
b. Sumber Daya Manusia Yang Religius dan Memiliki Jiwa Kewirausahaan, Jumlah
penduduk Kota Sambas dengan ketrampilan dan jiwa kewirausahaan yang tinggi
merupakan potensi sumber daya manusia yang dapat menjadi modal dasar
pembangunan bilamana kualitasnya terus ditingkatkan. Oleh karena itu, kualitas
sumber daya manusia harus terus ditingkatkan agar mampu berpartsipasi aktif
dalam mewujudkan Kota Sambas sebagai daerah yang maju dan berdaya saing.
Wujud daerah tersebut, selain merupakan harapan tetapi juga merupakan tantangan
yang harus disikapi dengan semangat kuat dan kerja keras;
c. Sumber Daya Alam dan Keanekaragaman Hayati, Sumber daya alam dan
keanekaragaman hayati hingga saat ini masih menjadi salah satu modal
pembangunan Kota Sambas. Sehingga sumber daya alam dan keanekaragaman hayati
yang dimiliki, harus dapat dipergunakan dan dimanfaatkan secara wajar dan
bertanggungjawab. Modal dasar sumber daya alam ini terdiri dari sektor-sektor yang
memberikan kontribusi bagi kemakmuran masyarakat. Sumber daya alam tersebut
harus dapat dipelihara dan dilestarikan secara berkelanjutan.
d. Keragaman Budaya Lokal, kekayaan budaya Kota Sambas antara lain seperti
melembaganya budaya lokal, sistem nilai, norma dan kepercayaan yang telah berakar
dalam kehidupan masyarakat Kota Sambas sejak dulu hingga saat ini merupakan

III - 1
modal dasar yang sangat penting dalam melaksanakan pembangunan daerah yang
berbasis pada jati diri budaya lokal. Dengan pendekatan pembangunan yang
berorientasi pada budaya lokal akan meningkatkan ketahanan dan eksistensi
masyarakat dalam mengantisipasi kemajuan dan pengaruh globalisasi, tanpa harus
tercabut dari akar budayanya.
e. Adanya kemungkinan nilai-nilai budaya yang baru yang lebih sesuai dengan tuntutan
pembangunan belum sempat berkembang dan dihayati sebagai pedoman bagi pola-
pola tingkah laku sosial anggota masyarakat

Perlindungan aset pusaka dilakukan dengan tujuan melindungi, memelihara,


memperbaiki dan memanfaatkan bangunan, kawasan dan kota yang telah memenuhi
kriteria sebagai benda cagar budaya. Dalam hal ini dilakukan melalui kerjasama antara
pemerintah lokal dan organisasi masyarakat setempat, dalam upaya peningkatan
kualitas lingkungan (Bambang Erwin, 2000).Bangunan dan komponen fisik suatu
tempat tidak akan bertahan abadi. Namun dengan pemeliharaan dan pengelolaan yang
baik dan benar akan memperkecil terjadinya penurunan mutu baik bahan maupun
struktur, sehingga masa layan tempat tersebut bisa dipertahankan bahkan diperpanjang
(Eko Budihardjo, 1997 A; ICOMOS, 1981; Richardson, 2008 ).
Upaya konservasi dapat dilaksanakan dengan satu atau gabungan dari beberapa
pendekatan, tergantung kondisi objek konservasi, tingkat potensial objek konservasi,
serta berdasarkan kriteria-kriteria tertentu (ICOMOS, 1981). Pendekatan tersebut
adalah preservasi, restorasi, rehabilitasi, adaptasi, rekonstruksi, demolisi, dan
revitalisasi. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk perlindungan bangunan dan
kawasan bersejarah yaitu :
a. Konservasi, yaitu kegiatan pemeliharaan dan perawatan suatu bangunan dan
kawasan guna mempertahankan nilai kulturnya. Konservasi juga merupakan upaya
untuk melestarikan, melindungi serta memanfaatkan sumber daya suatu tempat
yang memiliki arti sejarah atau budaya.
b. Preservasi, yaitu merupakan upaya untuk memelihara dan melestarikan monument,
bangunan atau lingkungan pada kondisinya yang ada dan mencegah terjadinya
proses kerusakan.
c. Restorasi, merupakan upaya untuk mengembalikan kondisi suatu tempat pada
kondisi yang asalnya dengan menghilangkan tambahan-tambahan yang timbul
III - 2
kemudian atau mengadakan kembali unsur-unsur semula yang telah hilang tanpa
menambah unsur-unsur baru ke dalamnya.
d. Infil, yaitu pembangunan baru dengan fungsi lain sebagai fungsi penunjang pada
lingkungan atau kawasan yang masih kontekstual dengan bangunan dan lingkungan
eksisting sehingga memperkuat citra/image lingkungan.
e. Rehabilitasi, merupakan upaya untuk mengembalikan kondisi bangunan yang rusak
atau menurun sehingga dapat berfungsi seperti semula, kelangsungan dan kesan
khas harus terjaga.
f. Rekonstruksi, yaitu mengembalikan suatu bangunan semirip mungkin dengan
keadaan semula, dengan menggunakan bagian baru melalui suatu penelitian
g. Adaptasi, yaitu memodiifikasi sebuah tempat untuk disesuaikan dengan
pemanfaatan eksisting atau pemanfaatan yang diusulkan.

Konsep revitalisasi menegaskan bahwa konservasi bukan bertujuan untuk


mengawetkan kawasan bersejarah, namun sebagai menjadi alat dalam mengolah
transformasi dan mengembalikan vitalitas kawasan. Upaya ini bertujuan untuk
memberikan kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik berdasar kekuatan aset
lama, dan melakukan pencangkokan program-program yang menarik dan kreatif,
berkelanjutan, serta merencanakan program partisipasi dengan memperhitungkan
estimasi ekonomi (Rido M Ichwan, 2004; Laretna Adisakti, 2005). Sebuah kawasan lama
bisa mengalami penurunan fisik prasarana dan sarana, utilitas, serta lingkungannya.
Penurunan fisik mengakibatkan vitalitas kota menurun.Rendahnya kesadaran
masyarakat untuk memelihara dan melestarikan pusaka budaya merupakan awal dari
kemerosotan vitalitas kawasan. Penurunan vitalitas fisik akan diikuti oleh penurunan
vitalitas ekonomi kawasan lama (Rido M Ichwan, 2004).
Fungsi baru pada suatu tempat harus bisa meminimalkan perubahan pada bahan
dan fungsi yang signifikan, menghargai asosiasi dan makna, dan jika layak harus
mendukung kesinambungan kegiatan-kegiatan yang memberi kontribusi pada
signifikasi budaya tempat tersebut (ICOMOS, 1981). Ada hal-hal yang harus
dipertahankan dan ada pula hal-hal yang boleh diubah dengan tetap
mempertimbangkan ketentuan-ketentuan dalam pelestarian asset pusaka. Untuk lebih
jelasnya, hal-hal tersebut dapat dilihat dibawah:

III - 3
Tabel 3.1
Hal-hal yang dipertahankan dan boleh diubah dalam pelestarian asset pusaka
Harus Ketentuan
No Boleh diubah
dipertahankan perubahan
1 Signifikansi budaya Fungsi dari elemen-elemen Memperhatikan
dalam kawasan signifikansi budaya
2 Kegiatan/karakter non kegiatan-kegiatan lain yang Kegiatan lain sebagai
fisik kawasan tum-buh kemudian dan tidak peng-ganti harus
sesuai dengan karakter mendukung ke-
kawasan giatan/karakter khas
kawasan
3 Fisik khas kawasan fisik kawasan yang tidak/ Perubahan harus
kurang khas dan secara fungsi mendukung karakter
sudah tidak signifikan, kawasan, mendukung
termasuk bangunan, usaha konservasi dan
infrastruktur jalan, sanitasi, meningkatkan vitalitas
drainase kawas-an

4 Ciri/langgam elemen struktural bangunan Perubahan elemen


arsitektur pada yang sudah mengalami struktural,
bangunan kuno penurunan fungsi arsitektural, utilitas,
utilitas bangunan yang sudah peruang-an, dan
tidak berfungsi dengan baik fungsi bangunan
elemen arsitektural yang tidak merusak
bukan elemen sebagai ciri/langgam
penanda ciri/langgam arsitektur pada
arsitektural bangunan kuno.
fungsi bangunan
peruangan bangunan jika
diperlukan guna mengikuti
fungsi bangunan
Sumber: Doby, 1978
Selain itu, ada beberapa aturan yang berkaitan dengan kegiatan pelestarian
bangunan dan kawasan bersejarah yaitu :
a. Standar untuk desain kawasan atau bangunan bersejarah
b. Tinjauan arsitektural terhadap kawasan atau bangunan bersejarah yang
dikeluarkan oleh suatu badan atau komisi
c. Tinjauan standar preservasi, demolisidan alteration

III - 4
d. Prosedur formal dalamperlindungan kawasan atau bangunan yang menjadi
landmark.
e. Panduan untuk preservasi kawasan maupun bangunan bersejarah yaitu:
1) Lokasi, dimana perlu mempertimbangkan hubungan antara bangunan, site, obyek
dan space.
2) Desain, dengan memperhitungkan komponenestetis (detail arsitektural) seperti
skala, ornamen, proporsi, ketinggian, tekstur, material dan irama.
3) Setting, yang mengandung adanya suatu batas dan focal point di dalamnya
4) Material, yang dikaitkan dengan kandungan local ataulocality.
5) Workmanship, sebagai usaha esthetic untuk membentuk karakter kawasan.
6) Feeling
7) Association, yang mempertimbangkan peristiwa-peristiwa bersejarah dan
kualitas estetis dari suatu kawasan.

III.1 TUJUAN
Tujuan Rencana Aksi Kota Pusaka Sambas adalah mewujudkan penataan dan
kelestarian aset-aset pusaka kota yang beridentitas dan berkelanjutan dengan
berlandaskan nilai-nilai filosofis kepusakaan, keasrian, ekologis, mitigasi bencana, dan
kesejahteraan masyarakat. Sehingga dapat memberikan jaminan kelestarian terhadap
aset pusaka dengan tetap memberikan manfaat secara ekonomi kepada masyarakat
sekitar.

III.2 KEBIJAKAN
Dalam arah kebijakan Pemerintah Kota Sambas, secara implisit terkait dengan
Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka terdapat dalam kebijakan dan dokumen
perencanaan baik dalam bentuk Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat maupun
Peraturan Daerah Kota Sambas dan peraturan lainnya yaitu antara lain :
1. Surat Penetapan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor :
PM.26/PW.007/MKP/2008 tanggal 23 Mei 2008, yang menetapkan Keraton Sambas dan
Masjid Jami Kesultanan Sambas sebagai Benda Cagar Budaya yang dilindungi UU RI
Nomor 5 Tahun 1992.

III - 5
2. Undang-Undang No. 11/ 2010 tentang : Cagar Budaya dan Permen PU No.
18/KMP/M/2010 tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan. Dimana di dalam Undang-
Undang No. 11/2010 tentang Cagar Budaya mendefinisikan sebagai berikut :
Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan
Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi criteria :
a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
b. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;
c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau
kebudayaan; dan
d. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa
Selain itu, UU No. 11 tahun 2010 juga menyatakan : Satuan ruang geografis dapat
ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya apabila :
a. mengandung 2 (dua) Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan;
b. berupa lanskap budaya hasil bentukan manusia berusia paling sedikit 50 (lima
puluh) tahun;
c. memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang pada masa lalu berusia paling
sedikit 50 (lima puluh) tahun;
d. memperlihatkan pengaruh manusia masa lalu pada proses pemanfaatan ruang
berskala luas;
e. memperlihatkan bukti pembentukan lanskap budaya;
Pertimbangan kedua yang merupakan Permen PU untuk Pedoman Revitalisasi Kawasan
adalah sebagai berikut :
a. kawasan yang mengalami penurunan kualitas fisik dan non fisik yang disebabkan
antara lain penurunan produktivitas ekonomi, degradasi lingkungan, dan/atau
kerusakan warisan budaya;
b. untuk menghidupkan kembali kawasan yang mengalami penurunan kualitas fisik dan
non fisik, perlu dilakukan revitalisasi kawasan;
Adapun kebijakan Pemerintah Kabupaten Sambas dalam pengembangan Kawasan Kota
Pusaka adalah :
1. Menjaga kelestarian aset-aset pusaka berlandaskan nilai-nilai filosofis
kepusakaan, keasrian, dan ekologis;
2. Mendata aset-aset pusaka untuk mewujudkan identitas Kabupaten Sambas,
sebagai kota yang menjunjung tinggi adat dan budaya;

III - 6
3. Melakukan penataan dan pembangunan kawasan pusaka tanpa menghilakan
unsur-unsur dasar budaya dan arsitektur, untuk mewujudkan kota yang
beridentitas dan berkelanjutan dengan berlandaskan nilai-nilai filosofis
kepusakaan, keasrian, ekologis, mitigasi bencana, dan kesejahteraan
masyarakat;
4. Menciptakan menciptakan sumber ekonomi masyarakat dengan
mengembangkan destinasi wisata berdasarkan unsur-unsur budaya yang
menjadi dasar pembentukan kota pusaka serta menimbulkan rasa memiliki
dan menjaga nilai-nilai budaya;
5. Mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bentuk budaya ragawi dan non
ragawi berdasarkan filosofis kepusakaan, keasrian, ekologis, mitigasi
bencana, yang memberikan dampak pada kesejahteraan masyarakat secara
budaya dan ekonomi.

III.3 STRATEGI
Strategi untuk melaksanakan kebijakan penataan dan pelestarian kota pusaka
guna tercapainya cita-cita jangka panjang rencana aksi kota pusaka meliputi:
1. Mengidentifikasi dan menetapkan pusaka prioritas;
2. Perumusan program kegiatan penanganan pusaka prioritas;
3. Mengembangkan tata kelola pelestarian pusaka kota;
4. Mengembangkan peran serta masyarakat dalam pelestarian pusaka kota.

Arah pembangunan daerah Kota Sambas untuk bidang budaya adalah :


1. Mewujudkan karakter masyarakat Kota Sambas yang tangguh, kompetitif,
bermoralitas tinggi, cerdas-inovatif, patriotik, gotong-royong, dinamis dan
toleran dalam kemajemukan, serta berorientasi kepada kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS).
2. Meningkatkan kesejahteraan dan kualitas perilaku masyarakat sesuai dengan
ajaran agama, tata nilai dan adat istiadat budaya, serta peraturan yang
berlaku secara harmonis, serasi, rukun dan damai.
3. Meningkatkan ragam dan kualitas produk pariwisata serta promosi dan
pemasaran, baik di dalam maupun luar negeri.

III - 7
4. Menata dan mengembangkan pariwisata dan meningkatkan keanekaragaman
obyek dan daya tarik wisata daerah.
5. Melakukan perlindungan dan pemberdayaan yang adil dan obyektif terhadap
semua potensi sosial dan budaya yang ada pada seluruh masyarakat Sambas.
Perlindungan potensi sosial dan budaya diarahkan kepada upaya-upaya
pelestarian, pemugaran, rekonstruksi dan fungsionalisasi khazanah sosial
dan budaya yang ada di masyarakat sebagai wadah kearifan lokal (local
wisdom).
6. Meningkatkan pemberdayaan potensi sosial dan budaya, potensi pariwisata
secara baik dan berwawasan lingkungan, serta pembinaan masyarakat
terutama generasi mudanya melalui olah raga, seni, dan kegiatan budaya
lainnya demi untuk keharmonisan dan kesejahteraan masyarakat Kota
Sambas.
7. Mengembangkan dan melestarikan potensi kesenian dan kebudayaan lokal
dalam rangka membentuk karakteristik masyarakat kota serta mencegah
masuknya budaya asing yang negatif.

III - 8
BAB IV
KONSEP PENGELOLAAN KOTA PUSAKA

IV.1 RENCANA PENGEMBANGAN KOTA PUSAKA


Agar pengembangan Kota Pusaka dapat berjalan dengan baik serta bisa sinergi
antar semua pemangku kepentingan diperlukan sebuah perencanaan yang baik.
Pengembangan Kota Pusaka ini diarahkan pada pelestarian dan penataan. Pelaksanaan
pelestarian dan penataan pusaka harus selalu berdasar perencanaan yang
mengedepankan aspek kelestarian dan keberlanjutan dari sumberdaya dan sejarah.
Sebuah rencana konservasi yang sukses membutuhkan kesepakatan terhadap nilai-
nilai warisan yang ada, termasuk nilai-nilai sosial, ekonomi dan lingkungan.
A. Olah Fungsi Kota Pusaka
Sebuah kota pusaka termasuk Kota Sambas pada dasarnya bukan hanya tentang
bangunan dan infrastruktur, namun merupakan suatu tempat kehidupan yang terdiri
atas beragam kegiatan sosial dan budaya termasuk pusaka alam, budaya ragawi dan
tak ragawi, serta gaya hidup baru dalam tempat-tempat pusaka. Beragam pusaka itu
terajut menjadi suatu wadah kehidupan yang pasti akan terus tumbuh dan
berkembang. Untuk itu pusaka-pusaka yang ada di Kota Sambas terus diupayakan
bisa menjalankan fungsinya dengan baik terutama yang berupa bangunan, sehingga
sampai saat ini tidak ada pusaka ragawi yang terkesan mati.

B. Olah Desain Kota Pusaka


Olah desain kota pusaka dimaksudkan sebagai upaya melestarikan seni terapan
dalam arti proses kreatif yang berupa rancangan untuk membuat, menciptakan, dan
mengolah elemen-elemen bentuk perkotaan dan perdesaan. Elemen-elemen tersebut
di antaranya adalah bangunan, kelompok bangunan, monumen, ruang terbuka, dan
karakteristik pembatas kabupaten/kota. Karya budaya dan pengolahan desain pada
alam yang berkualitas serta kehidupan yang tumbuh di antaranya akan menampilkan
panorama, dan suasana yang berkualitas pula. Vista yang terbentuk ini juga
merupakan elemen bentuk urban/rural yang perlu dilindungi, dikembangkan dan
dimanfaatkan.

IV - 1
Sama seperti daerah lain, pada dasarnya Kota Sambas memiliki elemen-elemen
bentuk perkotaan dengan desain yang khas dan merobolinggomiliki sejarah panjang.
Ini semua merupakan modal yang sangat kuat untuk pengembangan masa datang.
Bentuk kota semakin berkarakter bila kemudian terajut dengan beragam pusaka
budaya tak ragawi yang unggul dan juga memungkinkan dapat berjalan beriringan
dengan gaya hidup kontemporer sekalipun.
Secara umum olah desain kawasan pusaka Kota Sambas diarahkan agar
berorientasi pada pusaka yang ada dilingkungannya sebagai sumber inspirasi bentuk
bangunan dan ornament-ornamen lainnya disekitarnya, sehingga masing-masing
kawasan pusaka mempunyai ciri khas tersendiri.
C. Tantangan dan permasalahan dalam melestarikan keunggulan
Dalam upaya melestarikan pusaka termasuk keunggulannya dibanding pusaka-
pusaka lainnya, dihadapkan pada berbagai kondisi yang mungkin terjadi yang dapat
merusak maupun mengurangi arti dan nilai dari sebuah pusaka. Kondisi tersebut bisa
berupa sesuatu yang bisa dihindari maupun yang tidak bisa dihindari karena
datangnya tidak pernah bisa kita duga. Beberapa tantangan dan permasalahan yang
dihadapi dalam melestarikan pusaka antara lain :
1. Bencana Alam
Letak geografis Kota Sambas yang dilewati oleh sungai-sungai dan di batasi
oleh laut Natuna mengakibatkan Kota Sambas terkena bencana banjir yang dapat
merusak aset pusaka yang ada di Kota Sambas, bencana banjir di Kota Sambas
seperti sudah menjadi agenda tahunan dari zaman dahulu hingga saat ini.

Gambar Banjir yang melanda Kota Sambas Zaman dahulu dan saat ini

IV - 2
2. Ulah Manusia
Manusia adalah aktor utama dalam upaya pelestarian pusaka, karena
manusialah yang melakukan pelestarian secara aktif maupun pasif, tapi disisi lain
manusia juga yang paling berpotensi merusak atau mendegradasi keberadaan
pusaka. Pusaka ragawi akan sangat terancam dengan adanya bencana yang
disebabkan ulah manusia baik yang disengaja maupun karena kelaliannya seperti
kebakaran, untuk Kota Sambas kebakaran bisa dikatakan sebagai bencana yang
paling merusak dan bahkan bisa melenyapkan sebuah pusaka.
Selain kebakaran juga ada aksi penambang liar yang tidak
bertanggungjawab dan dapat merusak aset pusaka alam yang ada karena efek
dari tambang adalah rusaknya kawasan di sekitar area tambang akibat dari
pencemaran.
Ulah manusia lainnya yang beresiko merusak pusaka adalah ulah
vandalisme baik yang paling sederhana misalnya corat-coret sampai penggunaan
yang tidak semestinya termasuk perusakan fisik.
Dalam melestarikan pusaka dari ancaman ulah manusia, tantangannya
adalah bagimana menyadarkan manusia untuk turut bersama melestarikan
pusaka serta bagaimana meningkatkan pemahaman mereka terhadap pentingnya
pusaka dan bagaimana kita harus bersikap terhadap keberadaan pusaka. Selain
itu untuk mengurangi resiko kerusakan terhadap pusaka dari bahaya kebakaran
perlu ditingkatkan upaya mitigasinya termasuk pemasangan hidrant disekitar
lokasi pusaka.

3. Desakan Pembangunan Kota


Tantangan dan permasalahan pelestarian pusaka sebagai akibat desakan
pembangunan kota yang ditandai dengan semakin meningkatnya penggunaan
ruang memang sangat terasa dari waktu kewaktu seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk dengan segala kebutuhan dan dinamika sosial budaya dan
ekonomi yang menyertainya. Apalagi kondisi sosial ekonomi penduduk Indonesia
yang belum bisa dikatakan makmur, sehingga upaya pelestarian masih belum
dianggap sesuatu yang krusial karena desakan ekonomi dirasakan lebih utama
dalam memperoleh upaya penanganan.

IV - 3
Jadi yang dibutuhkan adalah kesadaran dan komitmen kuat seluruh lapisan
masyarakat, pemerintah dan dunia usaha dalam melestarikan dan memperlakukan
pusaka yang ada di Kota Sambas.

4. Tata Kelola Pemerintah


Tata kelola pemerintah bisa dikatakan sebagai sebab utama apakah
pusaka dapat lestari atau akan rusak atau bahkan akan hilang dari muka bumi.
Karena jika tata kelolanya baik dan peduli dengan kelestarian pusaka, maka
program dan kegiatan yang dihasilkan juga berpihak pada keberadaan pusaka
pada suatu daerah. Dalam hal ini tantangan yang timbul adalah bagaimana
pemerintah bisa mengeluarkan rencana pembangunan dan rencana tata ruang
yang ditindaklanjuti dengan program dan kegiatan yang peduli pada pelestarian
pusaka. Tata kelola yang baik memungkinkan peran masyarakat termasuk
pemerhati dan orang-orang yang peduli pusaka untuk ikut ambil bagian dalam
setiap proses perencanaan pembangunan, terlibat dalam pembangunan
maupun mengawasi pelaksanaan pembangunan.

5. Keterbatasan pendidikan dan SDM pelestarian


Dalam upaya melestarikan pusaka diperlukan orang-orang yang ahli dari
berbagai disiplin ilmu misalnya, arsitek, planologi, ahli sejarah, sosiolog, ekonomi,
tehnik sipil dan masih banyak bidang keahlian lain yang diperlukan. Sehingga
tantangan serta permasalahan yang menyangkut SDM pelestarian adalah
bagaimana menambah jumlah SDM sekaligus meningkatkan pengetahuan mereka
terhadap upaya pelestarian pusaka, juga tidak kalah penting adalah peningkatan
kemampuan SDM pelestarian pusaka dalam mengedukasi masyarakat terhadap
pentingya pelestarian pusaka. Karena diakui atau tidak pengetahuan masyarakat
terhadap pusaka masih sangat terbatas.

D. Upaya Perlindungan Yang Diperlukan


Untuk melindungi dan melestarikan pusaka yang ada di Kota Sambas diperlukan
berbagai upaya, diantaranya membuat aturan hukum yang melindungi termasuk
mekanisme insentif dan disinsentif serta membentuk lembaga yang kuat dan fungsional
dalam melestarikan pusaka. Upaya yang juga harus dilakukan secara terus menerus
IV - 4
adalah sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat mengenai pentingnya pelestarian
pusaka dan bagaimana menyikapi serta memperlakukan pusaka yang ada disekitarnya.
Sementara untuk menjaga fisik dan keawetan bangunan perlu upaya revitalisasi dan
konservasi kawasan pusaka untuk melindungi dan menjaga kelestarian pusaka dengan
menjadikannya sebagai pusat orientasi untuk kawasan atau lingkungan sekitarnya.
Karena Kota Sambas sering terjadi bencana banjir, maka perlu upaya perlindungan dari
kerusakan yang disebabkan bencana, baik bencana alam maupun akibat ulah manusia
seperti kebakaran, sebab perkembangan jumlah penduduk yang diikuti meningkatnya
kepadatan bangunan dan semakin bervariasinya kegiatan penduduk akan menyebabkan
meningkatnya resiko terjadinya kebakaran.

E. Perencanaan Tata Ruang Kota Pusaka


Penyelenggaraan penataan ruang harus memperhatikan keharmonisan,
keterpaduan, dan keberlanjutan dari pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya
buatan dan dengan memperhatikan sumber daya manusia di dalamnya. Sumber-sumber
tersebut termasuk pusaka alam, budaya ragawi dan tak ragawi serta gabungannya
pusaka saujana.
Berangkat dari pemahaman tersebut dalam penataan ruang di Kota Sambas sesuai
dengan Perda Kota Sambas No. 17 Tahun 2015 tentang RTRW Kota Sambas Tahun
2015-2035 telah menempatkan bangunan cagar budaya dan Struktur Cagar Budaya Daerah
yang terdapat di Kabupaten Sambas. Peraturan Bupati Sambas No: 104/Porabudpar/2015
tentang Pembentukan Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Sambas, yang melakukan
klasifikasi atas ragam jenis Cagar Budaya Sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan
tentang Cagar Budaya. Perda No.7 Tahun 2015 Tentang Bangunan Gedung menjelaskan
Bangunan Gedung adat,Bangunan Gedung dengan gaya/Langgam Tradisional .Penggunaan
simbol dan unsure/Elemen Tradisional dan Kearifan Lokal. Dengan kebijakan tersebut
harus melindungi dan memelihara kawasan pusat kota sebagai cagar budaya dengan
cara pengamanan, perawatan dan pemugaran dan menetapkan kawasan tersebut
sebagai kawasan pariwisata, sehingga dapat membangkitkan perekonomian kota, yang
didukung oleh pengembangan sarana dan prasarana pendukung pada areal pariwisata.

IV - 5
Adapun strategi dalam perlindungan dan pelestarian pusaka adalah :
a. menetapkan bangunan-bangunan yang memiliki nilai sejarah sebagai
bangunan cagar budaya;
b. melakukan revitalisasi bangunan cagar budaya kota;
c. mengembangkan potensi kawasan cagar budaya untuk kepentingan sejarah,
ilmu pengetahuan, kebudayaan, kepariwisataan dan ekonomi masyarakat; dan
d. mendorong peran serta masyarakat dalam upaya melestarikan bangunan
dan kawasan cagar budaya.
e. Membuat RTBL dan DED pada kawasan-kawasan prioritas pusaka yang
sudah ditentukan
f. Melakukan pengkajian dan perekaman bangunan-bangunan cagar budaya

IV.2. Rencana Pengembangan Kelembagaan


Untuk menunjang pengembangan Kota Sambas sebagai Kota Pusaka, maka
dilakukan pengembangan kelembagaan yang dituangkan dalam SK Bupati tentang
Pembentukan Tim Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka Kota Sambas. Kerangka
struktur kelembagaan pengelola pengembangan Kota Pusaka Kota Sambas dapat dilihat
pada Gambar dibawah dan tugas pokok setiap lembaga yang terlibat seperti tertera
pada Tabel 4.1.

Gambar Struktur Kelembagaan Tim Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka Kota Sambas

IV - 6
Tim Pengarah mempunyai tugas :
1. Memberikan arahan dalam kebijakan dan pelaksanaan koordinasi penataan dan
pelestarian kota pusaka;
2. Memberikan arahan dan masukan kepada tim teknis mengenai substansi
penyusunan rencana aksi kota pusaka
Tim Teknis memiliki tugas :
1. Bertanggung jawab terhadap kegiatan penyusunan penataan dan pelestarian
kota pusaka
2. Menyusun jadwal dan rencana kegiatan kelompok kerja tim penataan dan
pelestarian kota pusaka
3. Melakukan pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan terkait dengan
penyusunan penataan dan pelestarian kota pusaka
4. Melakukan analisa situasi perkembangan pencapaian penataan dan pelestarian
kota pusaka an upaya yang telah dilakukan
5. Mengidentifikasi faktor-faktor penentu pencapaian penataan dan pelestarian
kota pusaka; dan
6. Melakukan sosialisasi penataan dan pelestarian kota pusaka kepada semua
pemangku kepentingan.

Tabel 4.1 Tugas Pokok Tim Kota Pusaka Kota Sambas

No. SKPD TUPOKSI


1. Badan Perencanaan a) memfasilitasi pelaksanaan dengan instansi-
Pembangunan Daerah instansi lain
b) melakukan penatausahaan kegiatan tim
penataan dan pelestarian kota pusaka
c) Penyusunan Program dan Melaksanakan
koordinasi dalam penyusunan Rencana dan
Masterplan Kota Pusaka

2. Dinas Kebudayaan a) Penyiapan bahan Cagar Budaya Kota


Pariwisata Pemuda dan Sambas
IV - 7
Olahraga b) Penyiapan bahan Inventarisasi
(Bidang Kebudayaan dan Kelembagaan
Pariwisata) c) Penyiapan bahan Inventarisasi Komunitas
Pelestari
d) Tim Registrasi Cagar Budaya Kota Sambas
3. Dinas Pekerjaan Umum dan Dukungan penataan dan pembangunan kawasan
Penataan Ruang kota pusaka
4. Dinas Pendidikan dan Edukasi Kekayaan Budaya kepada pelajar dan
Kebudayaan generasi muda
5. Komunitas Budaya (Majelis Sebagai pelaku kebudayaan yang dapat
Adat Budaya Tionghoa, bersinergi dengan Pemerintah untuk upaya
Majelis Adat Budaya kelestarian pusaka kota
Melayu, Dewan Adat
Dayak)

Koordinator mempunyai tugas untuk


1. memfasilitasi pelaksanaan dengan instansi-instansi lain
2. melakukan penatausahaan kegiatan tim penataan dan pelestarian kota pusaka
3. Penyusunan Program dan melaksanakan koordinasi dalam penyusunan Rencana
dan Masterplan Kota Pusaka
Budayawan mempunyai tugas untuk :
1. Memberikan masukan dari latar belakang budaya
2. Menilai suatu cagar budaya
3. Menilai kelayakan dan pembangunan berdasarkan nilai-nilai adat

IV.3. Rencana Partisipasi Pemangku Kepentingan


Rencana pemberdayaan masyarakat merupakan rencana meningkatkan
kapasitas dan prakarsa masyarakat/ komunitas pusaka dalam penataan dan pelestarian
kota pusaka. Partisipasi Pemangku Kepentingan kota pusaka berfungsi :
a. Mendorong dan memelihara prakarsa masyarakat yang telah muncul
b. Mengembangkan kegiatan untuk mengenalkan kota pusaka kepada masyarakat,
seperti publikasi dan jelajah pusaka dan

IV - 8
c. Meningkatkan kemitraan antara berbagai pihak dalam pengelolaan kota pusaka
Rencana Partisipasi Pemangku Kepentingan Kota Pusaka dirumuskan dengan :
1. Pengalokasian anggaran untuk pelaksanaan upacara adat pada masing-masing
kelurahan, memberikan pembinaan dan kesempatan tampil pada kelompok--
kelompok kesenian tradisional, menyelenggarakan bazar kuliner yang menampilkan
jajanan khas Sambas, dan lain-lain.
2. Membentuk kesadaran masyarakat sejak dini dengan memasukkan pengetahuan
tentang pusaka Kota Sambas dalam kurikulum muatan lokal termasuk diantaranya
adalah kegiatan ekstra kurikuler di sekolah yang berbasis pada kesenian tradisional.
3. Melibatkan masyarakat Kota Sambas dalam proses perencanaan dan pengambilan
keputusan pengembangan pariwisata.

IV - 9
BAB V
PENETAPAN KAWASAN PRIORITAS

Penetapan kawasan prioritas merupakan pendekatan dalam megalokasikan


sumber daya kota yang terbatas serta dalam menangani keanekaragaman aset pusaka
alam dan pusaka budaya untuk memberi dampak dan pengendalian dalam
pembangunan kota. Penetapan kawasan prioritas Kota Pusaka
Sambasmempertimbangkan peningkatan kondisi terhadapnya dapat memberi
kontribusi yang berarti terhadap perkuatan karakter kota atau perbaikan kawasan
sekitarnya. Kawasan Prioritas Kota Pusaka Sambas meliputi 3 kawasan yang berpotensi
untuk menjadi 3 kawasan Pusaka, yaitu Kawasan Keraton Sambas, Museum Sambas dan
Rumah Dinas Bupati Sambas. Dengan penentuan kawasan prioritas akan dipilih satu
kawasan prioritas dari ketiga kawasan yang dengan pembobotan sesuai dengan variabel
otentisitas, signifikansi dan integritas dari ketiga kawasan tersebut. Kawasan prioritas
yang memperhatikan identifikasi dari signifikansi aset pusaka untuk mengantisipasi
keterancaman dan degradasi aset pusaka terhadap tekanan perkembangan kota
sehingga memerlukan penanganan yang mendesak.

V.I SCORING HASIL INVENTARISASI ASET PUSAKA DI KOTA SAMBAS


Penetapan kawasan prioritas kota pusaka merupakan upaya untuk mewujudkan
Kota Sambas sebagai Kota Pusaka Nasional. Pendekatan yang dilakukan untuk
menentukan kawasan prioritas kota pusaka Sambas adalah dengan menganalisis
morfologi kota seperti yang telah dibahas pada Bab II. Dari morfologi kota, dapat
dianalisis perkembangan kota dan kawasan-kawasan penting Kota Sambas.
Dari morfologi Kota Sambas, terdapat 3 (tiga) kawasan utama, yaitu Kawasan
Keraton Sambas, Museum Sambas dan Rumah Dinas Bupati Sambas (Pendopo).
Dari 3 (tiga) kawasan pusaka ini dapat ditentukan kawasan prioritas untuk
menetapkan kawasan prioritas Kota Pusaka dengan mempertimbangkan beberapa
variabel yaitu :

V-1
1. Signifikansi,
Yang dimaksud dengan signifikansi disini adalah kawasan-kawasan dengan aset-
aset pusaka yang memenuhi kriteria berdasarkan morfologi kota; kawasan-
kawasan yang menonjolkan karakter kota sebagai kota pusaka dan kasawan yang
mempunyai nilai-nilai signifikansi kota pusaka yaitu memiliki nilai sosial, budaya,
ekonomi, ilmu pengetahuan, politik, arsitektural dan sejarah
2. Otentisitas,
Otentitas adalah keadaan yang menggambarkan karakteristik keasliannya
ditengah lingkungan eksternal yang variabel utama untuk otentisitas daerahnya
meliputi : Kejamakan, Kelangkaan, Fungsional dan Orisinalitas.
3. Integritas,
Setiap kawasan memiliki signifikansi, otentisitas/keaslian dan integritas
tersendiri. Integritas yang dimaksud disini adalah konsistensi dan keteguhan
yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
Integritas kawasan dinilai berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat
kebutuhan. Tingkat kepentingan yang didasarkan intensitas pergerakan
masyarakat, dan tingkat kebutuhan masyarakat untuk skala pelayanan yang
konsisten.
Penentuan kawasan prioritas dilakukan dengan melakukan FGD yang melibatkan
seluruh Tim TKPD, dan diselenggarakan pada tanggal 13 Maret 2017. FGD tersebut
melakukan penilaian terhadap ketiga kawasan, dengan hasil seperti yang tercantum
dalam (tabel dibawah) :

V-2
Tabel 5.1
Penentuan Kawasan Prioritas
Variabel Kawasan Museum Rumah Dinas
Penlaian Keraton Sambas Sambas Bupati Sambas
Nilai Sosial 3 2 3
Nilai Budaya 3 2 2
Nilai Ekonomi 3 2 2
Signifikansi Nilai Ilmu 3 3 3
Pengetahuan
Nilai Politik 2 2 2
Nilai Arsitektural 3 1 1
Nilai Sejarah 3 2 2
Kejamakan 3 2 2
Kelangkaan 3 3 2
Otentisitas Fungsional 3 3 3
Orisinalitas 3 2 2
Integritas Tingkat 3 2 3
Kepentingan
Tingkat 3 2 2
Kebutuhan
Total 38 28 29
Keterangan :
3 : Sangat Penting, 2 : penting; 1 : kurang penting

Berdasarkan tabel diatas, Pemerintah Kota Sambas menetapkan kawasan pusaka


yang menjadi kawasan pusaka prioritas yang harus ditangani terlebih dahulu adalah
Kawasan Keraton Sambas Kecamatan Sambas.

V-3
3 2

KETERANGAN GAMBAR :
1. Keraton Sambas dan Mesjid
2. Museum Sambas.
3. Pendopo/ Rumah Dinas Bupati Sambas

V-4
V.2 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI YANG MENDUKUNG ASET PUSAKA
Kawasan cagar budaya di Kota Sambas merupakan kawasan dengan fungsi
pendidikan dan ilmu pengetahuan yang meliputi:
a. Kawasan Keraton Sambas di Kecamatan Sambas;
b. Kawasan Museum Sambas; dan
c. Kawasan Rumah Dinas Bupati Sambas

Berdasarkan aset pusaka tersebut zonasi kawasan cagar budayadan ilmu


pengetahuan diarahkan dengan ketentuan:
1. zona cagar budaya terdiri dari zona inti, zona penyangga, dan zona pengembangan;
2. zona inti adalah untuk lahan situs dan dilarang melakukan kegiatan yang
mengurangi, menambah, mengubah, memindahkan dan mencemari benda cagar
budaya;
3. zona penyangga di sekitar situs adalah untuk kegiatan yang mendukung dan sesuai
bagi kelestarian situs serta dilarang untuk kegiatan yang dapat mengganggu fungsi
cagar budaya;
4. zona pengembangan adalah untuk kegiatan dan sarana sosial, ekonomi dan budaya
serta dilarang untuk kegiatan yang bertentangan dengan prinsip pelestarian benda
cagar budaya dan situsnya;
5. di dalam kawasan cagar budaya dilarang untuk menyelenggarakan:
a. kegiatan yang merusak kekayaan budaya bangsa yang berupa peninggalan
sejarah dan bangunan arkeologi;
b. pemanfaatan ruang dan kegiatan yang mengubah bentukan geologi tertentu yang
mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan;
c. pemanfaatan ruang yang mengganggu kelestarian lingkungan di sekitar
peninggalan sejarah dan bangunan arkeologi serta wilayah dengan bentukan
geologi tertentu; dan/atau
d. pemanfaatan ruang yang mengganggu upaya pelestarian budaya masyarakat
setempat.

V-5
V.3 KONSEP DESAIN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN
1. Pendekatan Bentuk Perencanaan Strategis Kawasan
Perencanaan strategis lebih dilihat sebagai pendekatan partisipatif bagi
pembangunan perkotaan terpadu dalam upaya mencapai pengelolaan pertumbuhan dan
tindakan pada tingkat kota dan daerah. Berikut ini dicantumkan beberapa karakteristik
kunci dari perencanaan strategis:
a. Koordinasi dan integrasi antar sektor;
b. Kelayakan financial dan ekonomi;
c. Memberdayakan peran sektor publik dalam mendukung sektor swasta;
d. Keterkaitan desa-kota; dan
e. Pemantauan dan evaluasi secara berkala (dimana pengelolaan database
memainkan peran kunci).
Keluaran dari proses perencanaan disini tidak hanya rencana pembangunan fisik
bagi kota atau wilayah tersebut, tapi perangkat strategi yang saling berkaitan bagi
pembangunan, termasuk di antaranya tata guna lahan, prasarana, keuangan dan
kelembagaan. Strategi tersebut dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat dan
swasta guna berperan serta dalam proses perencanaan (dan pelaksanaan yang
mengikutnya) serta melalui pembangunan daerah atau wilayah dimana orang tidak
hanya hidup untuk dirinya akan tetapi juga untuk lingkungannya dalam skala yang lebih
luas.

2. Pendekatan Bentuk Perencanaan Pengembangan Wisata


Kekayaan alam dan sosial budaya masyarakat menciptakan dasar ekonomi yang
kuat (economic base) terdiri dari aktivitas ekonomi hulu dan aktivitas hilir. Ekonomi
base ini menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan (income) untuk
masyarakat banyak. Untuk itu perencanaan dan pembangunan kawasan harus sensitif
terhadap potensi-potensi khas suatu kawasan. Hal ini berarti perencanaan tata ruang
pada area pengembangan strategis harus dapat memberdayakan (empowerment)
masyarakat dan mengoptimalkan potensi-potensi wisata bagi peningkatan pariwisata
kawasan maupun kota secara keseluruhan.

V-6
INVENTARISASI ASET PUSAKA KABUPATEN SAMBAS
I. DATA UMUM
Kode Nomor : 1.1 ( 1 kode Kecamatan , 1 Kode Bangunan ) Kode No. BCB : -
Nama : Istana Alwatzikoebillah Kesultanan Sambas Fungsi sekarang : Keraton / Rumah Tinggal Keluarga Kesultanan
Nama Lain : Keraton Kesultanan Sambas Fungsi Dahulu : Keraton / Rumah Tinggal Keluarga Kesultanan
Pembangun : Sultan Bima ( Bangunan Pertama ) Pengelola : Keraton Sambas / Pemerintah Daerah
Kesultanan Sambas / Kolonial (Bangunan Saat Ini ) Keterangan Lain :
Tahun Bangun : 1632 ( Bangunan Pertama )
1933 ( Bangunan Saat Ini )

Bangunan Lama ( sebelum 1933 ) Tampak Depan Bangunan Sekarang ( 2017 )

Lokasi Obyek Pusaka dalam Garis Kuning Gerbang Masuk ( 2017 )

Alamat : Jalan Sultan Sultan M.Tsafiudin Pulau : Kalimantan Kode Wilayah :-


Dusun : Kaum Koordinat : - Luas Obyek Pusaka 527.75 M2
Desa : Dalam Kaum Surat Penetapan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : PM.26/PW.007/MKP/2008 tanggal 23 Mei 2008, yang menetapkan
Kabupaten : Sambas Keraton Sambas dan Masjid Jami Kesultanan Sambas sebagai Benda Cagar Budaya yang dilindungi UU RI Nomor 5 Tahun 1992 / Perda
Provinsi : Kalimantan Barat No 17 tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kab.Sambas 2015 - 2035 sebagai bangunan Cagar Budaya
Kode Pos : 79462

V-7
INVENTARISASI ASET PUSAKA KABUPATEN SAMBAS
II. DATA SEJARAH

Tampak depan ( Foto Lama ) Tampak Depan

Bangunan Lama ( sebelum 1933 )

Peta Morfologis Lama Tampak Luar Bangunan Samping


SEJARAH SINGKAT : Bangunan keraton yang lama dibangun oleh Sultan Bima pada tahun 1632 (sekarang telah dihancurkan), sedangkan keraton Literatur :
yang masih berdiri sekarang dibangun pada tahun 1933. Sebagai sebuah keraton di tepian sungai, di mana sarana transportasinya perahu/kapal,
tentunya di tepian sungai dibangun dermaga tempat perahu/kapal sultan bersandar. Dermaga yang terletak di depan keraton dikenal dengan nama Buku Sejarah, Website, Nara Sumber, Dll
jembatan Seteher. Jembatan ini menjorok ke tengah sungai.Dari dermaga ini ada jalan yang menuju keraton dan melewati gerbang masuk.Keraton
Sambas terdiri dari 3 buah bangunan.Di sebelah kiri bangunan utama terdapat bangunan berukuran 5 x 26 m yang pada masa lalu digunakan sebagai
dapur dan tempat para juru masak. Di sebelah kanan bangunan utama terdapat bangunan lain yang berukuran sama seperti dapur. Bangunan ini
berfungsi sebagai tempat sultan dan pembantunya bekerja. Antara bangunan tempat sultan bekerja dan bangunan utama keraton dihubungkan
dengan koridor beratap dengan ukuran 5,9 x 1,5 m. Bangunan utama keraton berukuran 11,5 x 22,6 m. terdiri atas 7 ruangan, yaitu balairung pada
bagian depan, kamar tidur sultan, kamar tidur istri sultan, kamar tidur anak-anak sultan, ruang keluarga, ruang makan, dan ruang khusus menjahit. Di
bagian atas ambang pintu yang menghubungkan balairung dan ruang keluarga, terdapat lambang Kesultanan Sambas dengan tulisan “Sultan van
Sambas” dan angka tahun 15 Juli 1933. Angka tahun tersebut merupakan tanggal peresmian bangunan Keraton Alwatzikhobillah.

V-8
INVENTARISASI ASET PUSAKA KABUPATEN SAMBAS
III. EXISTING
Bangunan Ini terletak di Jalan Sultan M.Tsafiudin, didusun Kaum, Desa Dalam Kaum,
Kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas. Bangunan Keraton berada di tepi sungai Sambas,
yang mana didekatnya terdapat dermaga untuk transportasi jalur air. Bangunan keraton
berada di kawasan yang direncanakan untuk pengembangan Wisata Waterfront City, dan
berada dekata Jembatan yang terkenal di Sambas dengan sebutan Jembatan Sabo' .
Gerbang masuk yang menuju halaman keraton dibuat bertingkat dua dengan denahnya
berbentuk segi delapan dan luasnya 76 meter persegi.Bagian bawah digunakan untuk
tempat penjaga dan tempat beristirahat bagi rakyat yang hendak menghadap sultan, dan
bagian atas digunakan untuk tempat mengatur penjagaan. Selain itu, bagian atas pada saat-
saat tertentu digunakan sebagai tempat untuk menabuh gamelan agar rakyat seluruh kota
dapat mendengar kalau ada keramaian di keraton. Setelah melalui pintu gerbang yang
bersegi delapan, di tengah halaman keraton dapat dilihat tiang bendera yang disangga oleh Gerbang Masuk Kawasan Istana Gerbang Masuk Menuju Kawasan Keraton
empat batang tiang.Tiang bendera ini melambangkan sultan, dan tiang penyangganya
melambangkan empat pembantu sultan yang disebut wazir.Di bagian bawah tiang bendera
terdapat dua pucuk meriam, dan salah satu di antaranya bernama Si Gantar Alam.Sebelum
memasuki keraton, dari halaman yang ada tiang benderanya, kita harus melalui lagi sebuah
gerbang.Gerbang masuk ini juga terdiri dari dua lantai, tetapi bentuk denahnya empat
persegi panjang. Lantai bawah tempat para penjaga yang bertugas selama 24 jam,
sedangkan lantai atas dipakai untuk keluarga sultan beristirahat sambil menyaksikan
aktivitas kehidupan rakyatnya sehari-hari.Setelah melalui gerbang kedua dan pagar
halaman inti, sampailah pada bangunan keraton. Pada bagian atas ambang pintu keraton
terdapat tulisan "ALWATZIKHOEBILLAH" yang berarti "Berpegang teguh dengan nama
Allah". Di bagian atasnya tulisan ini terdapat ukiran yang menggambarkan dua ekor burung
laut yang bermakna "Kekuatan Kerajaan Sambas pada angkatan laut", dan angka sembilan Halaman Luar Gerbang Masuk Menuju Istana
yang berarti bangunan keraton ini dibangun oleh sultan yang kesembilan.Keraton Sambas
terdiri dari 3 buah bangunan.Di sebelah kiri bangunan utama terdapat bangunan berukuran
5 x 26 m yang pada masa lalu digunakan sebagai dapur dan tempat para juru masak. Di
sebelah kanan bangunan utama terdapat bangunan lain yang berukuran sama seperti
dapur. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat sultan dan pembantunya bekerja.Antara
bangunan tempat sultan bekerja dan bangunan utama keraton dihubungkan dengan
koridor beratap dengan ukuran 5,9 x 1,5 m. Bangunan utama keraton berukuran 11,5 x 22,6
m. terdiri atas 7 ruangan, yaitu balairung pada bagian depan, kamar tidur sultan, kamar
tidur istri sultan, kamar tidur anak-anak sultan, ruang keluarga, ruang makan, dan ruang
khusus menjahit. Di bagian atas ambang pintu yang menghubungkan balairung dan ruang
keluarga, terdapat lambang Kesultanan Sambas dengan tulisan “Sultan van Sambas” dan
angka tahun 15 Juli 1933. Angka tahun tersebut merupakan tanggal peresmian bangunan Istana Kesultanan Sambas Bangunan Samping Istana
Keraton Alwatzikhobillah.
V-9
INVENTARISASI ASET PUSAKA KABUPATEN SAMBAS
IV. TATA RUANG DAN LINGKUNGAN

Jalan Utama Sungai Depan Keraton

Jalan Utama Jalan Lingkungan Pemukiman


Lokasi Objek Diberi Tanda Kuning

Uraian Singkat Kawasan Kabupaten


Kabupaten Sambas yang terbentuk sekarang ini adalah hasil pemekaran kabupaten pada tahun 2000. Sebelumnya wilayah Batas Barat : Bentang Alam Lingkungan
Kabupaten Sambas sejak tahun 1960 adalah meliputi juga Kota Sambas dan Kabupaten Bengkayang sekarang di mana Batas Timur : Daratan, Tepi Sungai
Batas Utara :
pembentukan Kabupaten Sambas pada tahun 1960 itu adalah berdasarkan bekas wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas.
Batas Selatan : Obyek Pusaka Terletak di
ibukota Kabupaten berada di Kecamatan Sambas, tempat lokasi obyek pusaka Kondisi Sekitar kawasan obyek pusaka Permukiman
Akses Menuju Lokasi Masih terdapat obyek bersejarah dan Bangunan Baru
Jalan menuju lokasi merupakan jalan sekunder / jalan lingkungan permukiman yang terdiri dari satu jalur utama. Disamping
jalan banyak permukiman penduduk dan pemandangan sungai sambas, dimana pada sore sampai malam hari banyak pedagang Tingkat Perkembangan Lingkungan
berjualan. Sedang Berkembang
Tingkat Aksesibilitas : Mudah Kelas Jalan : Aspal Fasilitas Umum dan Sosial Disekitar Lingkungan
Jenis Kendaraan : Mobil Lebar Jalan : 3-6 M Masjid, Ruang Terbuka,Sekolah, Puskesmas
Uraian Fungsi Tata Ruang dan Lingkungan
Sejak awal merupakan kawasan lingkungan keraton sambas, dan menjadi peruntukan hunian permukiman. Saat ini berkembang Prasarana Transportasi Kepadatan
menjadi salah satu tempat wisata di kabupaten sambas Motor Air, Ojek, Bis, Taksi Relatif Padat

V - 10
INVENTARISASI ASET PUSAKA KABUPATEN SAMBAS
V. ANEKA SOSIAL BUDAYA
Obyek Pusaka digunakan untuk kegiatan Sosial Budaya

Ya, dan diselenggarakan oleh masyarakat sekitar,Pemda,


LSM / Organisasi

Frekuensi Penyelenggaraan
Jarang / Tidak Tentu 1 Tahun 2-3 kali
Jenis Kegiatan
Festival Budaya, Lomba Sampan,Penganugrahan Gelar

Dermaga Jembatan Sabo'


Obyek Pusaka difungsikan sebagai wisata
Ya
Fasilitas yang tersedia
Parkir, Kantin, Masjid, Toilet Umum, Rumah Pengelola,
Guide

Uraian Pemanfaatan
Rumah Makan Sungai Sambas Halaman Keraton dapat difungsikan sebagai panggung

terbuka, Lingkungan disekitaran keraton difungsikan

sebagai tempat perdagangan / area santai menikmati

sungai sambas
Rencana Pemanfaatan dan Pengembangan
Sebagai kawasan wisata budaya dan Waterfront City

Gazebo Pedagang Masjid Jami;


V - 11
INVENTARISASI ASET PUSAKA KABUPATEN SAMBAS
I. DATA UMUM
Kode Nomor : 1.1 ( 1 kode Kecamatan , 1 Kode Bangunan ) Kode No. BCB : -
Nama : Mesjid Agung Jami Kesultanan Sambas Fungsi sekarang : Tempat Ibadah
Nama Lain : Masjid Jami’ Sultan Muhammad Syafiuddin II atau Masjid Agung Kraton Sambas Fungsi Dahulu : Rumah Tinggal Keluarga Kesultanan
Pembangun : Sultan Umar Aqamaddin I (Bangunan Pertama) Pengelola : Keraton Sambas / Pemerintah Daerah
Sultan Muhammad Tsafiuddin II (Bangunan Saat Ini ) Keterangan Lain :
Tahun Bangun : 1708-1732 M ( Bangunan Pertama )
1885 ( Bangunan Saat Ini )

Bangunan Sekarang

Bangunan Lama

Lokasi Obyek Pusaka dalam Garis Merah Tampak Samping Bangunan Sekarang

Alamat : Jalan Sultan Sultan M.Tsafiudin Pulau : Kalimantan Kode Wilayah :-


Dusun : Kaum Koordinat :- Luas Obyek Pusaka 484 M2
Desa : Dalam Kaum
Kabupaten : Sambas
Provinsi : Kalimantan Barat
Kode Pos : 79462

V - 12
INVENTARISASI ASET PUSAKA KABUPATEN SAMBAS
II. DATA SEJARAH

Tampak Samping ( Foto Lama ) Tampak Depan

Peta Morfologis Lama Bangunan Samping


SEJARAH SINGKAT MESJID AGUNG JAMI: Dibangun oleh Sultan Umar Aqamaddin I (1708-1732M) yang pada awalnya difungsikan sebagai kediaman Literatur :

pribadinya, kemudian berubah fungsi menjadi mushola. Berdasarkan sejarahnya, masjid ini pernah direnovasi oleh Sultan Muhammad Tsaifuddin II
Buku Sejarah, Website, Nara Sumber, Dll
putra dari Sultan Abubakar Tajuddin II dan kemudian dikembangkan menjadi masjid jami yang diresmikan pada tanggal 10 Oktober 1885 atau

tepatnya tanggal 1 Muharram 1303 berdasarkan penanggalan Islam. Bangunan masjid berukuran 22 x 22 m, berdiri di atas lahan seluas 60 x 40 m.

Konstruksinya terbuat dari kayu belian.Bangunan masjid terdiri dari ruang utama, serambi dan menara.Ukuran serambi berbentuk persegi panjang

dengan empat anak tangga.Atap serambi bertingkat dua yang terdiri dari atap rata dan atap segitiga.Di atas atap rata terdapat dinding untuk

menyangga atap kedua yang memiliki hiasan berupa ukiran garis lurus dengan motif bunga di bagian atas dan bawah.Pada dinding depannya

terdapat tulisan Arab yang di atasnya terdapat bidang segitiga dengan bagian pinggirnya terdapat hiasan dan puncak terdapat motif sulur yang

menyerupai mahkota.
V - 13
INVENTARISASI ASET PUSAKA KABUPATEN SAMBAS
III. INTERIOR
Bangunan masjid berukuran 22 x 22 m, berdiri di atas lahan seluas 60 x 40 m.
Konstruksinya terbuat dari kayu belian. Bangunan masjid terdiri dari ruang utama, serambi
dan menara. Ukuran serambi berbentuk persegi panjang dengan empat anak tangga. Atap
serambi bertingkat dua yang terdiri dari atap rata dan atap segitiga. Di atas atap rata
terdapat dinding untuk menyangga atap kedua yang memiliki hiasan berupa ukiran garis
lurus dengan motif bunga di bagian atas dan bawah. Pada dinding depannya terdapat
tulisan Arab yang di atasnya terdapat bidang segitiga dengan bagian pinggirnya terdapat
hiasan dan puncak terdapat motif sulur yang menyerupai mahkota. Untuk masuk ke ruang
utama terdapat dua pintu berbentuk segi empat dengan lengkung diatasnya. Pada sisi kiri
dan kanan kedua pintu tersebut terdapat masing-masing empat jendela berbentuk persegi
empat dengan relung di atas jendela yang hanya terdiri dari satu daun jendela dari kaca.
Selain itu terdapat juga pintu disisi utara yang terbuat dari besi dengan dua daun pinu. Hiasan Dinding Didepan Mesjid Bentuk Atap Mesjid
Pintu tersebut berukuran tinggi hanya 1/3 dinding serambi dan di kanan kirinya masing-
masing terdapat lima jendela tanpa daun jendela berbentuk persegi panjang dan bagian
atasnya berupa lengkungan. Sedangkan pada sisi timur dan barat masing-masing
mempunyai empat jendela yang sama dengan jendela utara. Pada ruang utama terdapat
tiang, mihrab dan mimbar. Tiang tengah bagian dalam berjumlah delapan, yang bermakna
pendirinya adalah Sultan ke-8. Mihrab terdapat pada dinding sisi barat yang menjorok
keluar. Mihrab ini menjadi satu bagian dengan ruang utama, tetapi memiliki atap sendiri.
Atap mihrab berbentuk tingkat dua, diantara atap satu dengan atap dua terdapat dinding
dengan lubang angin berbentuk bulat. Atap teratas berbentuk seperti kerucut dengan
mustaka diatasnya. Di dalam mihrab terdapat mimbar kecil dan jam. Pada sisi timur ruang
utama terdapat ruang kecil bertingkat dua. Untuk masuk ke ruangan ini terapat tiga anak
tangga yang terbuat dari batu, sedangkan untuk naik ke lantai duanya terdapat tangga yang Bagian Dalam Mesjid (Lantai 1) Bagian Dalam Mesjid (Lantai 2)
terbuat dari kayu, pintunya berbentuk persegi panjang dan terbuat dari papan dengan satu
daun pintu, serta lubang angin di atasnya. Jendela terdapat di barat pintu dan sisi timur
ruangan, di atas semua jendela terdapat lubang angina berbentuk persegi panjang. Tingkat
dua ruangan tersebut difungsikan sebagai ruangan untuk mengaji dan mengajarkan ajaran-
ajaran agama Islam. Pada bagian belakang masjid terdapat sebuah bejana kuno yang
dahulu dijadikan tempat sultan mandi atau bersuci. Masjid ini memiliki dua menara yang
berada disamping kiri dan kanan bangunan mihrab masjid. Dari luar masjid, warna kuning
terlihat begitu mendominasi bangunan ini. Warna kuning seperti menjadi identitas dari
warna kesultanan. Struktur kokoh bangunan masjid ini terletak di samping Muara Ulakkan,
muara yang mempertemukan Sungai Sambas Besar, Sungai Sambas Kecil dan Sungai
Teberau. Hal ini menjadi bukti transportasi utama ketika itu masih menggunakan kapal.
Dari sisi interior, Masjid Jami Sambas menghadirkan desain yang elegan dengan perpaduan Mihrab Mesjid Benda Peninggalan Sultan yang ada di Mesjid
arsitektur gaya Arab, Belanda dan Melayu

V - 14
INVENTARISASI ASET PUSAKA KABUPATEN SAMBAS
IV. TATA RUANG DAN LINGKUNGAN

Jalan Utama Sungai yang ada di Mesjid Jami

Jalan Utama Jalan Lingkungan Pemukiman


Lokasi Objek Diberi Tanda Kuning

Uraian Singkat Kawasan Kabupaten


Kabupaten Sambas yang terbentuk sekarang ini adalah hasil pemekaran kabupaten pada tahun 2000. Sebelumnya wilayah Batas Barat : Bentang Alam Lingkungan
Kabupaten Sambas sejak tahun 1960 adalah meliputi juga Kota Sambas dan Kabupaten Bengkayang sekarang di mana Batas Timur : Daratan, Tepi Sungai
pembentukan Kabupaten Sambas pada tahun 1960 itu adalah berdasarkan bekas wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas. Batas Utara :
ibukota Kabupaten berada di Kecamatan Sambas, tempat lokasi obyek pusaka Batas Selatan : Obyek Pusaka Terletak di
Kondisi Sekitar kawasan obyek pusaka Permukiman
Akses Menuju Lokasi Masih terdapat obyek bersejarah dan Bangunan Baru
Jalan menuju lokasi merupakan jalan sekunder / jalan lingkungan permukiman yang terdiri dari satu jalur utama. Disamping
jalan banyak permukiman penduduk dan pemandangan sungai sambas, dimana pada sore sampai malam hari banyak pedagang Tingkat Perkembangan Lingkungan
berjualan. Sedang Berkembang
Tingkat Aksesibilitas : Mudah Kelas Jalan : Aspal Fasilitas Umum dan Sosial Disekitar Lingkungan
Jenis Kendaraan : Mobil Lebar Jalan : 3-6 M Masjid, Ruang Terbuka,Sekolah, Puskesmas
Uraian Fungsi Tata Ruang dan Lingkungan
Sejak awal merupakan kawasan lingkungan keraton sambas, dan menjadi peruntukan hunian permukiman. Saat ini berkembang Prasarana Transportasi Kepadatan
menjadi salah satu tempat wisata di kabupaten sambas Motor Air, Ojek, Bis, Taksi Relatif Padat
V - 15
INVENTARISASI ASET PUSAKA KABUPATEN SAMBAS
V. ANEKA SOSIAL BUDAYA
Obyek Pusaka digunakan untuk kegiatan Sosial Budaya

Ya, dan diselenggarakan oleh masyarakat sekitar,Pemda,


LSM / Organisasi

Frekuensi Penyelenggaraan
Jarang / Tidak Tentu 1 Tahun 2-3 kali
Jenis Kegiatan
Festival Budaya, Lomba Sampan,Penganugrahan Gelar

Dermaga Jembatan Sabo'


Obyek Pusaka difungsikan sebagai wisata
Ya
Fasilitas yang tersedia
Parkir, Kantin, Masjid, Toilet Umum, Rumah Pengelola,
Guide

Uraian Pemanfaatan
Rumah Makan Sungai Sambas Halaman Keraton dapat difungsikan sebagai panggung
terbuka, Lingkungan disekitaran keraton difungsikan
sebagai tempat perdagangan / area santai menikmati
sungai sambas

Rencana Pemanfaatan dan Pengembangan


Sebagai kawasan wisata budaya dan Waterfront City

Gazebo Pedagang Kapal Belon


V - 16
V - 17
BAB VI
ARAHAN INDIKASI PROGRAM PENATAAN
DAN PELESTARIAN KOTA PUSAKA

VI.1 INVENTARISASI, ANALISIS DAN PENETAPAN PUSAKA


Rencana aksi inventarisasi pusaka budaya, pusaka alam dan pusaka saujana di
Kota Sambas berkaitan dengan hasil-hasil penelitian dan pendokumentasian yang telah
dilakukan oleh berbagai lembaga terkait. Inventarisasi cagar budaya dilakukan untuk
menentukan zonasi-zonasi kawasan dan atau situs cagar budaya. Inventarisasi ini
dilakukan oleh Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan dan Dinas Pekerjaan
Umum bekerjasama dengan Organisasi Non Pemerintah atau komunitas pemerhati seni
budaya. Penetapan Pusaka akan dilakukan dengan menyusun Perda Cagar Budaya.
Analisis pusaka budaya dan pusaka alam dilakukan dengan mengidentifikasi nilai
penting pusaka tersebut yang meliputi nilai ilmu pengetahuan, nilai budaya, nilai sejarah
dan nilai edukatif. Dengan mengidentifikasi nilai penting pusaka atau cagar budaya yang
ada, dapat ditetapkan suatu peninggalan warisan budaya sebagai pusaka Kota Sambas.

VI.2 INFORMASI, EDUKASI, DAN PROMOSI


Penyajiani nformasi mengenai Kota Sambas sebagai Kota Pusaka dilakukan
dalam berbagai media yang dapat dijangkau publik, baik media cetak, media elektronik
maupun internet. Data base pusaka budaya dan alam Kota Sambas akan dibentuk
sebagai pusat data dan informasi yang menarik dan komunikatif bagi publik. Selanjutnya
perlu dibentuk Sistem Informasi Kota Pusaka(SIKP) Kota Sambas yang memadukan
database dan grafis (foto, gambar, peta, film, video) yang dapat diolah dengan aplikasi
Geographic Information System (GIS) dan jaringannya dengan membuat website.

VI.3 PENGELOLAAN RESIKO BENCANA UNTUK PUSAKA


Manajemen Siaga Bencana merupakan pendekatan yang digunakan dalam
pengelolaan resiko bencana untuk Pusaka. Pada hakekatnya pengelolaan berbasis pada
antisipasi sebelum terjadinya bencana, baik bencana yang disebabkan oleh faktor alam
maupun oleh faktor manusia. Untuk mengatasi resiko bencana terhadap aset pusaka
maka perlu dilakukan :

VI - 1
1. Untuk mengatasi bencana alam berupa banjir, yang dilakukan adalah
pembangunan sumur resapan masyarakat, normalisasi dan pengerukan sungai,
terutama pada Sungai Sambas; dan
2. Untuk bencana yang diakibatkan oleh ulah manusia, seperti vandalisme, desakan
pembangunan kota, keterbatasan sumber daya manusia, tata kelola pemerintah
dapat diatasi dengan ditetapkannya Perda Cagar Budaya yang akan mengawal
pusaka Kota Sambas dari kerusakan yang diakibatkan oleh kerusakan akibat ulah
manusia.

VI.4 PERENCANAAN DAN OLAH DESAIN KOTA PUSAKA


Pada sub bab ini berisi perencanaan dan olah desain kawasan yang telah
ditetapkan sebagai kawasan pusaka Kota Sambas. Pada Kota Sambas penyebutan
kawasan pusaka erat kaitannya dengan kawasan cagar budaya. Berdasarkan kriteria
hasil perankingan tersebut di atas, maka pemilihan lokasi ditetapkan di Kawasan
Keraton Alwatzikoebillah di Kecamatan Sambas yang didukung beberapa
pertimbangan sebagai berikut :
1. Surat Penetapan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor :
PM.26/PW.007/MKP/2008 tanggal 23 Mei 2008, yang menetapkan Keraton
Sambas dan Masjid Jami Kesultanan Sambas sebagai Benda Cagar Budaya yang
dilindungi UU RI Nomor 5 Tahun 1992.
2. Undang-Undang No. 11/ 2010 tentang : Cagar Budaya dan Permen PU No.
18/KMP/M/2010 tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan. Dimana di dalam
Undang-Undang No. 11/2010 tentang Cagar Budaya mendefinisikan sebagai
berikut :
Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya,
Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi
kriteria:
a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
b. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;
c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,
dan/atau kebudayaan; dan
d. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa

VI - 2
Selain itu, UU No. 11 tahun 2010 juga menyatakan : Satuan ruang geografis
dapat ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya apabila :
a. mengandung 2 (dua) Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya
berdekatan;
b. berupa lanskap budaya hasil bentukan manusia berusia paling sedikit 50
(lima puluh) tahun;
c. memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang pada masa lalu berusia
paling sedikit 50 (lima puluh) tahun;
d. memperlihatkan pengaruh manusia masa lalu pada proses pemanfaatan
ruang berskala luas;
e. memperlihatkan bukti pembentukan lanskap budaya;
Pertimbangan kedua yang merupakan Permen PU untuk Pedoman Revitalisasi
Kawasan adalah sbb :
a. kawasan yang mengalami penurunan kualitas fisik dan non fisik yang
disebabkan antara lain penurunan produktivitas ekonomi, degradasi
lingkungan, dan/atau kerusakan warisan budaya;
b. untuk menghidupkan kembali kawasan yang mengalami penurunan
kualitas fisik dan non fisik, perlu dilakukan revitalisasi kawasan;

Berdasarkan Gambaran diatas maka, Pemerintah Kabupaten Sambas


berkomitmen untuk ikut menata dan melestarikan benda dan warisan sejarah Kawasan
Keraton Alwatzikoebillah , beberapa hal yang melatarbelakangi upaya penataan dan
pelestarian kota tersebut adalah:
1. Kawasan Keraton Alwatzikoebillah merupakan salah satu kawasan yang
telah mengalami degradasi fungsi, lingkungan fisik dan orientasi aktifitas
budaya sehingga perlu adanya tindakan untuk mengembalikan fungsi
sejarah yang ada pada masa lampau. Salah satu tindakan yang ditempuh
yaitu dengan kegiatan Penataan Lingkungan kawasan Tradisional sebagai
bagian dari bentuk revitalisasi dengan manfaat menciptakan kualitas
lingkungan yang baik, menciptakan bentuk dan struktur ruang perkotaan
dalam pembangunan yang berkelanjutan, menciptakan kawasan keraton
sebagai aset penting pembangunan serta menciptakan pertumbuhan
ekonomi sosial bagi masyarakat sekitar.

VI - 3
2. Adanya kesadaran untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran
apresiasi masyarakat terkait asset pusaka yang menjadi identitas
3. Mulai munculnya serta semakin meningkatkan kepedulian berbagai pihak
dari berbagai sector akan pelestarian asset pusaka yang kita miliki
4. Upaya untuk mempertahankan keberadaan bangunan-bangunan kuno
bersejarah.
5. Pada lokasi perencanaan terdapat Water Front City yang merupakan
pengembangan kawasan di bantaran sungai.
6. Keraton Sambas merupakan salah satu lokasi wisata di Kabupaten Sambas
yang ingin tetap dipelihara kelestariannya
7. Kemampuan masyarakat dalam mempertahankan adat atau nilai
tradisinya yang masih kental. Hal ini dapat dilihat dari masih banyak fasad
bangunan yang masih mempertahankan bentukan lama serta tradisi-
tradisi kebudayaan lain yang berupa acara-acara adat yang dilaksanakan.

VI - 4
Gambar Lokasi Kawasan Keraton Alwatzikhoebillah Sambas

Permukiman di sekitar kawasan


Keraton sambas yang masih
mempertahankan gaya
bangunan tradisional
Kabupaten Sambas. Hal ini
dapat dilihat dari Fasad
bangunan yang masih
menyerupai bentukan-bentukan
Keraton dan sekitarnya.

Water Front di Kabupaten


Sambas yang merupakan
penataan kawasan bantaran
Sungai Sambas. Water Front ini
merupakan salah satu daya
tarik di Kabupaten sambas yang
biasanya di jadikan objek wisata
masyarakat setempat.

Kawasan Masjid Jami


merupakan tempat ibadah
para raja dan keturunannya
serta masyarakat sekitar
kawasan keraton.

Keraton Al-Watzikhobillah
merupakan bangunan
peninggalan raja dan
keturunan Sambas pada
masanya dan merupakan
pusat pemerintahan pada
masa itu

Makam Raja Kesultanan


Sambas (Komplek Dalam
Kaum) merupakan kuburan
para raja-raja dan
keturunannya. Tempat ini
sering di datangi masyarakat
untuk berziarah selain
berwisata di kawasan
keraton dan masjid jami.

VI - 5
VI.5 INDIKASI PROGRAM PERENCANAAN
Untuk mewujudkan Kota Sambas sebagai Kota Pusaka, maka program kerja yang akan dilaksanakan pada 5 tahun
mendatang dapat dilihat pada Tabel 6.1.

VI - 6
Tabel 6.1
Indikasi Program Pengembangan Kota Pusa Kota Sambas 2017-2023
RENC TAHUN
RENCAN
ANA
A Instansi
NO PROGRAM KEGIATAN SUMB 2
ANGGA
ER 0 20 20 20 20 20 20
RAN
DANA 1 18 19 20 21 22 23
7
Penyusunan
Rp. 200 Bappeda,DPUPR,Disdikbud,Ko
1 Perda Perda Cagar APBD V
juta munitas Terkait
Budaya
Penyusunan
RTBL Kawasan
RTBL
Pusat Lokasi Rp. 700
2 APBD V DPUPR
Kawasan Cagar juta
Budaya diluar
Kec.Sambas
Pembentukan
Sistem Dishubkominfo,
RP. 500
3 Informasi Informasi Kota APBD V Disparpora,Disdikbud
juta
Pusaka (SIKP) Komunitas terkait
Kota Sambas
Revitalisasi
Rp. 50 DPUPR,Disdikbud, Komunitas
4 Revitalisasi bangunan APBN V V V
milyar terkait
Cagar Budaya
Penyusunan
DED
Revitaliasi
Kawasan Rp.800 DPUPR,Disdikbud,Disparpora,
5 DED APBN V
Pendopo juta Komunitas terkait
sebagai
Museum
Daerah
DED Identitas
Dishubkominfo,DPUPR,Bapped
kawasan di Rp. 300
6 DED APBD V a,Disdikbud,Disparpora,
Kawasan Pusat juta
Komunitas Terkait
Kota Pusaka
Pemeliharaan
Cagar Budaya
APBD Dishubkominfo,DPUPR,Bapped
Kawasan Istana Rp. 50
7 Revitalisasi dan V V V V a,Disdikbud,Disparpora,
( Keraton dan milyar
APBN Komunitas Terkait
Masjid Jami’
Sambas )
Penyusunan
DED Program
Pengembangan
Kawasan Dishubkominfo,DPUPR,Bapped
Rp. 600
8 DED Kampung APBN V a,Disdikbud,Disparpora,
juta
Budaya Di Komunitas Terkait
Kawasan
Keraton
Sambas
Pembangunan
Program
Pengembangan
Dishubkominfo,DPUPR,Bapped
Kawasan APBN
Pembangun Rp. 72 a,Disdikbud,Disparpora,
9 Kampung / V V V V
an Milyar Disperindagkop,ARDA,
Budaya Di APBD
Komunitas Terkait
Kawasan
Keraton
Sambas
Penyusunan
DED Program
Pengembangan
Kawasan
Kampung Dishubkominfo,DPUPR,Bapped
Rp. 600
10 DED Budaya APBN V a,Disdikbud,Disparpora,
juta
(Kampung Komunitas Terkait
Cina, Kampung
Dayak dan
Kampung
Melayu)
Pembangunan Dishubkominfo,DPUPR,Bapped
Pembangun Program Rp. 52 a,Disdikbud,Disparpora,
11 APBN V V V V
an Pengembangan Milyar Disperindagkop,ARDA,
Kawasan Komunitas Terkait

VI - 7
Tabel 6.1
Indikasi Program Pengembangan Kota Pusa Kota Sambas 2017-2023
RENCAN RENC
Instansi
NO PROGRAM KEGIATAN A ANA TAHUN
ANGGA SUMB
Kampung RAN ER
Budaya DANA
(Kampung
Cina, Kampung
Dayak dan
Kampung
Melayu)
Inisiasi
pembentukan
Museum
Pusaka dan
Rp 200 DPUPR,Disdikbud,Disparpora,
12 Inisiasi Sejarah Kota APBD V
juta Komunitas terkait
Sambas
(Sambas
Heritage
Museum)
Pembangunan
Museum
APBD
Pusaka dan Dishubkominfo,DPUPR,Bapped
Prov /
Sejarah Kota Rp 8 a,Disdikbud,Disparpora,
13 Pembangunan APBD V V
Sambas Milyar Disperindagkop,ARDA,
/
(Sambas Komunitas Terkait
APBN
Heritage
Museum)
Inisiasi
pembentukan
Museum Dishubkominfo,DPUPR,Bapped
Edukasi Rp 200 a,Disdikbud,Disparpora,
14 Inisiasi APBD V
(Pembuatan juta Disperindagkop,ARDA,
Makanan dan Komunitas Terkait
Pernik Khas
Sambas)
Penyusunan
DED Museum
Dishubkominfo,DPUPR,Bapped
Edukasi APBN/
a,Disdikbud,Disparpora,
15 DED (Pembuatan Rp 800 jt APBDP V
Disperindagkop,ARDA,
Makanan dan rov
Komunitas Terkait
Pernik Khas
Sambas)
Pembangunan
Museum APBD
Dishubkominfo,DPUPR,Bapped
Edukasi Prov /
Rp 12 a,Disdikbud,Disparpora,
16 Pembangunan (Pembuatan APBD V
Milyar Disperindagkop,ARDA,
Makanan dan /
Komunitas Terkait
Pernik Khas APBN
Sambas)
Feasibility
Study jalur
transportasi
Rp. 300 Dishubkominfo, Bappeda,
17 Transportasi Sungai Sambas APBD V
juta Dispora
untuk
Transportasi
Wisata
Pelaksanaan
Jalur
Rp. 700 Dishubkominfo, Bappeda,
18 Transportasi Transportasi APBD V V
juta Dispora
Wisata Sungai
Sambas
Penyusunan
RTBL Kawasan Rp. 300
19 RTBL APBD V DPUPR,Komunitas terkait
Desa Wisata juta
Budaya
Revitalisasi dan Dishubkominfo,DPUPR,Bapped
APBD/
Penataan Rp. 5 a,Disdikbud,Disparpora,
20 Revitalisasi APBDP V
Kawasan Desa Milyar Disperindagkop,ARDA,
rov
Wisata Budaya Komunitas Terkait
DED
Dishubkominfo,DPUPR,Bapped
pembangunan
Rp 300 a,Disdikbud,Disparpora,
21 DED waterfront city APBD V
juta Disperindagkop,ARDA,
di kawasan
Komunitas Terkait
keraton sambas

VI - 8
Tabel 6.1
Indikasi Program Pengembangan Kota Pusa Kota Sambas 2017-2023
RENCAN RENC
Instansi
NO PROGRAM KEGIATAN A ANA TAHUN
ANGGA SUMB
RAN ER
Pembangunan DANA Dishubkominfo,DPUPR,Bapped
Waterfront City
Rp. 50 V V a,Disdikbud,Disparpora,
22 Revitalisasi di kawasan APBN V V
Milyar Disperindagkop,ARDA,
Keraton
Komunitas Terkait
Sambas

Pengembangan
Disdikbud,Disparpora,
Pengembanga kesenian daerah Rp 200
23 n
APBD V V V V V Disperindagkop,ARDA,
kawasan Desa Juta/th
Komunitas Terkait
Budaya
Revitalisasi
pasar
Disdikbud,Disparpora,
tradisional dan Rp 5
24 Revitalisasi APBD V V Disperindagkop,ARDA,
Pusat Wisata Milyar
Komunitas Terkait
Kuliner
Tradisional
Pelestarian
Disdikbud,Disparpora,
makanan khas Rp 100
25 Pelestarian APBD V V V V V Disperindagkop,ARDA,
Kota Sambas Juta
Komunitas Terkait
(UMKM)
Pengembangan
industri kreatif
Disdikbud,Disparpora,
Pengembanga untuk Rp 500
26 n APBD V V V V Disperindagkop,ARDA,BLH,Ko
menunjang Juta
munitas Terkait
cagar budaya
dan seni
Optimalisasi Disdikbud,Disparpora,
Rp 250
27 Optimalisasi sanggar APBD V V V V Disperindagkop,ARDA,BLH,Ko
Juta
kesenian munitas Terkait

Penyelenggaraa
Rp 2 Seluruh Instasi / SKPD /
28 Aksi n festival seni APBD V V V V V V V
Milyar/th Komunitas di Kabupaten Sambas
dan budaya

Pelestarian
cagar budaya
APBN/
yang sudah ada V V V V V Seluruh Instasi / SKPD /
Rp 500 APBD
29 Pelestarian serta upaya Komunitas di terkait di
Juta Prov/A
pengembangan Kabupaten Sambas
PBD
situs cagar
budaya
Promosi,
Sosialisasi dan
Pemberdayaan
masyarakat
dalam Seluruh Instasi / SKPD /
Sosialisasi Rp 100
30 pengelolaan APBD V V V V V Komunitas di terkait di
Masyarakat Juta/th
aset pusaka Kabupaten Sambas
secara
terintegrasi
antar pelaku /
stakeholders

VI - 9
DAFTAR PUSTAKA

Ansar Rahman dkk,(2001), Sejarah Kesaulthanan Dan Pemerintahan Daerah


Kabupaten Sambas, Oleh Dinas Pariwisata Pemda Kab.Sambas, Sambas.
Buyers, Christopher: "The Royal Ark - Royal and Ruling Houses of Africa, Asia,
Oceania and the Americas",
Drs. H. Gusti Muhammad Mulia,(2008), “Sekilas Menapak Langkah Kerajaan
Tanjungpura”, Telok Melano.
Fahmi ,Urai Riza,2005, Selayang Pandang Kerajaan Islam Sambas, Istana
Alwatzikhoebillah Sambas
H. Abdulllah Kadir , (1989), Catatan Sejarah Kerajaan Sambas,
Pemangkat.
Ib Larsen , (2012), Sultan Pertama Sarawak dan Hubungannya dengan Dinasty Brunei dan
Sambas 1599 – 1826,: Sedikit Sejarah yang diketahui sebelum era Brooke. Kuala
Lumpur
Jabatan Pusat Sejarah Brunai, (1990), " Hubungan Silsilah Kesulthanan Brunai
Darussalam Dan Kesulthanan Sambas "
Janireh , Kutipan Sejarah Kerajaan Sambas.
Muhammad Gade Ismail,(1985),“Politik Perdagangan di Kesulthanan Sambas
Kalimantan Barat : Masa akhir Kesulthanan (1808–1818), Fakultas Pasca
Sarjana Studi Bidang Ilmu Sejarah, Pengkhususan Sejarah Indonesia
Universitas Indonesia Jakarta.
Silsilah Kesulthanan Sambas, Penerbit Yayasan Pramedia , Singkawang
Sulthan Muhammad Tsafiuddin II ,(1903), Sejarah Kesulthanan Islam Sambas,
Sambas.
Sulthan Muhammad Tsafiuddin II, Lembaran Silsilah Kesulthanan Sambas.
Sulthan Muhammad Tsafiuddin II, (1998)," Silsilah Keturunan Lurus Raja - Raja
Sambas " , diterjemahkan oleh H.Hamidi, Sambas.
Intenet- wikipedia.org,website komunitas sejarah
1
2
3
4
5
6
DOKUMENTASI RAPAT AWAL PENYUSUNAN RAKP KAB. SAMBAS

Peserta Rapat :
1 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab.Sambas
2 BAPPEDA Kab. Sambas
3 Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kab.Sambas
4 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Sambas
DOKUMENTASI RAPAT KEDUA ( FGD 1 ) RAKP SAMBAS

Peserta Rapat :
1 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab.Sambas
2 BAPPEDA Kab. Sambas
3 Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kab.Sambas
4 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Sambas
5 Majelis Adat Melayu Kab.Sambas ( MABM )
6 Dewan Adat Dayak Kab. Sambas ( DAD )
7 Majelis Adat Tionghoa Kab. Sambas
8 Pemerhati Budaya Kab. Sambas
9 Komunitas Budaya Kab. Sambas
10 Komunitas Budaya Dari Kementrian Kebudayaan
DOKUMENTASI RAPAT KETIGA ( FGD 2 ) RAKP SAMBAS

Peserta Rapat :
1 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab.Sambas
2 BAPPEDA Kab. Sambas
3 Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kab.Sambas
4 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Sambas
5 Majelis Adat Melayu Kab.Sambas ( MABM )
6 Dewan Adat Dayak Kab. Sambas ( DAD )
7 Majelis Adat Tionghoa Kab. Sambas
8 Pemerhati Budaya Kab. Sambas
9 Komunitas Budaya Kab. Sambas
10 Komunitas Budaya Dari Kementrian Kebudayaan
RAPAT PERSIAPAN FESTIVAL BUDAYA ( PAMERAN PEMBANGUNAN ) 2017
Gambar Timeline Perkembangan Kota Pusaka

II - 4

Anda mungkin juga menyukai