dan Undang-undang Dasar 1945. Selain berlandaskan kedua sumber tadi, politik luar negeri
bebas aktif merupakan hasil dari dinamika ketatanegaraan Indonesia sejak Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Politik luar negeri bebas aktif pertama kali dinyatakan sebagai sikap politik pemerintaha pada
tanggal 2 september 1948. Pernyataan ini disampaikan pemerintah ketika memberikan
keterangan di depan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat yang menegaskan, bahwa
Indonesia jangan menjadi objek dalam pertarungan politik internasional,melainkan harus tetap
menjadi subjek yang dapat menentukan sikap dan memperjuangkan kepentingan sendiri,yaitu
Indonesia merdeka seluruhnya.
Berdasarkan penegasan pemerintah di atas,sikap politik luar negeri bebas aktif dapat dirinci
menjadi:
1. Kebebasan menetukan nasib dan memperjuangkan kepentingan sendiri;
2. Tidak memihak kepada salah satu blok kekuatan dunia namun aktif mewujudkan
perdamaian dunia;
3. Menentang penjajahan dalam segala bentuknya dan bekerja secara saling
menguntungkandalma bidang politik, ekonomi dan sosial;
4. Hidup berdampingan secara damai dan bertetangga baik dengan menghormati
kedaulatan masing-masing serta tidak saling mencampuri urusan dalam negeri
masing-masing negara;
5. Memajukan hubungan
dan
kerja
sama
internasional
sebagai
perwujudan
kebijaksanaan politik luar negeri yang bebas aktif yang diabdikan untuk kepentingan
nasional.
Prinsip-prinsip diatas menjadi landasan keterlibatan Indonesia dalam behubungan antar bangsa.
Keterlibatan ini antarlain diwujudkan dalam bentuk keikutsertaan Indonesia dalam organisasiorganisasi internasional seperti PBB, OPEC, IMO, ICAO dan ILO.
menyatakan
diri
keluar
dari
keanggotaan
PBB
pada
Januari
1965.Persoalannya, usul Indonesia agar Malaysia tidak diterima sebagai anggota tidak
tetap Dewan Keamanan PBB tidak membuahkan hasil. Kenyataannya, Malaysia tetap
diterima sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Sejak keluar dari keanggotaan PBB, Indonesia praktis terkucil dari pergaulan
internasional. Kenyamanan dan kebersamaan hidup dengan bangsa lain tidak dapat
dirasakan lagi.Begitu pula pembangunan negara menjadi terhambat sehingga berakibat
pada kesengsaraan rakyat. Menyadari adanya kerugian itu, maka pemerintah Orde Baru
memutuskan untuk masuk kembali menjadi anggota PBB.
Pada 28 September 1966 Indonesia kembali aktif di PBB. Indonesia tetap diterima
kembali sebagai anggota PBB yang ke-60. Tindakan Indonesia ini mendapat dukungan
dari Aljazair, Filipina, Jepang, Mesir, Pakistan, dan Thailand.
1 Kemlu,
http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/Documents/Keanggotaan_Indonesia_pada_OI.pd
f diakses oada tanggal 12 September 2016
dan telah membentuk tim untuk membahas masalah tersebut dari sisi ekonomi dan
politik.
2. Peranan Indonesia dalam OPEC
Secara ekonomi, keanggotaan Indonesia di OPEC membawa implikasi kewajiban untuk
tetap membayar iuran keanggotaan sebesar US$ 2 juta setiap tahunnya, disamping biaya
untuk sidang-sidang OPEC yang diikuti oleh Delegasi RI. OPEC melihat bahwa
penurunan tingkat ekspor di beberapa negara anggota OPEC, termasuk Indonesia,
disebabkan karena kurangnya investasi baru di sektor perminyakan.
Apabila kondisi tersebut terus berlangsung, maka diperkirakan Indonesia akan
mengalami hambatan dalam meningkatkan tingkat produksinya dan tetap menjadi
pengimpor minyak di masa mendatang. Disamping hambatan-hambatan tersebut di atas,
keanggotaan Indonesia di OPEC akan memberikan berbagai keuntungan politis, yaitu:
a. Meningkatkan posisi Indonesia dalam proses tawar-menawar dalam hubungan
internasional. Kedudukan Menteri ESDM dalam kapasitasnya sebagai Presiden
Konferensi OPEC sekaligus Acting Sekjen OPEC pada tahun 2004, telah memberikan
posisi tawar yang sangat tinggi dan strategik serta kontak yang lebih luas dengan
negara-negara produsen minyak utama lainnya;
b. Peningkatan citra RI di luar negeri. Pemberitaan mengenai persidangan dan kegiatan
OPEC lainnya yang sangat luas secara otomatis dapat mengangkat citra negara
anggota. Perhatian media massa lebih terfokus ketika pejabat RI (Menteri ESDM)
memegang jabatan sebagai Presiden Konferensi OPEC.
c. Peningkatan solidaritas antar negara berkembang. Di dalam forum-forum OPEC,
semua negara anggota memiliki visi dan misi yang sama di bidang energi serta
menjadikan OPEC sebagai wahana bersama untuk meningkatkan rasa persaudaraan
sesama negara anggota dan negara berkembang lainnya. OPEC Fund (lembaga
keuangan OPEC) telah memberikan bantuan dana darurat sebesar 1,2 juta Euro,
dimana separuhnya diperuntukkan bagi Indonesia, untuk rehabilitasi dan rekonstruksi
Aceh dan Sumatera Utara yang dilanda gempa bumi dan tsunami pada akhir tahun
2004 .
d. Akses terhadap Informasi. Sebagai anggota OPEC, Indonesia mendapatkan akses
terhadap informasi, baik yang bersifat terbuka dari Sekretariat OPEC maupun
informasi rahasia mengenai dinamika pasar minyak bumi. Disamping itu, Indonesia
memiliki kesempatan untuk menempatkan SDM-nya untuk bekerja di Sekretariat
OPEC. Hal ini merupakan investasi jangka panjang karena akan dapat menjadi
network bagi Indonesia di masa datang.2
3. Alasan Indonesia Keluar dari OPEC
Di karenakan indonesia pada Mei 2008 indonesia telah mengajukan surat dari OPEC
(Organization,Of,The,Petroleum Exporting Countries) mengingat sekarang Indonesia
telah menjadi importir minyak (sejak tahun 2003) atau net importer dan tidak mampu
memenuhi QUOTA yang telah di tetapkan. Dapat dikatakan bahwa mengapa Indonesia
keluar dari opec dikarenakan Indnesaia telah menjadi importir minyak dan tidak
mampu memenuhi QUOTA yang telah di tetapkan.
4. Kembalinya Indonesia Menjadi Anggota OPEC
Sidang OPEC ke 168 yang berlangsung pada tanggal 14 April di Vienna, Austria,
secara resmi menerima pengaktifan kembali Indonesia sebagai anggota organisasi
negara-negara eksportir minyak dunia. Sidang yang dihadiri oleh 12 negara anggota
lainnya (di luar Indonesia) memberikan sambutan yang hangat atas kembalinya
Indonesia aktif di OPEC.
Bagi Indonesia, kembali aktif di OPEC akan memberikan banyak keuntungan,
peluang direct deal pembelian crude dan produk bisa menghemat cukup signifikan
dan yang juga penting kita kembali berkumpul di panggung internasional, ini penting
untuk mengundang investor masuk ke Indonesia.
Sejumlah pembelian langsung baik berupa produk dan crude sudah berlangsung
seperti dari Arab Saudi dan Kuwait. Menyusul dalam tahap penjajakan pembelian
produk dari Iran, Nigeria, Qatar dan Uni Emirat Arab.
Kesempatan ini juga membuka peluang baru bagi Indonesia untuk mendapatkan blokblok migas di negara-negara OPEC. Dalam jangka panjang, langkah ini dapat
meningkatkan kepastian pasokan migas bagi kebutuhan dalam negeri. Pelaksana
Tugas Kepala Pusat Komunikasi ESDM Hufron Asrofi dalam siaran persnya
mengatakan, sebagai negara besar dengan kebutuhan energi yang cukup tinggi dan
terus meningkat, Indonesia perlu memastikan ketahanan energinya. Saat ini Indonesia
dalam proses transisi dari penggunaan energi yang didominasi oleh energi fosil
menuju energi terbarukan yang lebih berkesinambungan di masa datang.
Meningkatkan ketahanan energi dilakukan dengan membenahi sektor energi di dalam
negeri dalam bentuk memudahkan perijinan untuk investasi, menggalakan eksplorasi,
serta meningkatkan tata kelola. Hal ini diperkuat dengan peningkatan peran aktif
negara dalam kerjasama luar negeri baik bilateral maupun multilateral.
Di sektor energi, saat ini Indonesia telah menjadi anggota International Energy
Agency (IEA) sejak tanggal 17 November 2015 dan kembali mengaktifkan
keanggotaannya di OPEC mulai tahun 2016 dengan tujuan memastikan kepentingan
nasional Indonesia terjaga. Indonesia akan mendapatkan manfaat dari keberadaannya
di tengah-tengah organisasi energi global yang penting. Indonesia akan menjadi
bagian dari pengambilan keputusan bukan penerima akibat dari keputusan. Pergaulan
atau network energi di tingkat internasional membuka pintu yang lebih luas untuk
percepatan alih teknologi, kesempatan bisnis yang saling menguntungkan, serta
kesempatan bagi putera dan puteri terbaik Indonesia berkiprah lebih luas di organisasi
energi global.3
Saat ini, peningkatan kapasitas kelauatan di dalam negeri menjadi prioritas nasional
Indonesia. Pemerintah akan menambah kemampuan pelabuhan-pelabuhan sehingga
layak menjadi sarana perdagangan internasional. Dalam upaya meningkatkan
keamanan pelayaran dan perdagangan di dalam perairan dalam negeri, Indonesia
telah mengimplementasikan SOLAS Chapter XI-2 and ISPS-Code. Hingga sekarang,
sebanyak 247 fasilitas pelabuhan, termasuk 742 kapal besar berbendera Indonesia
telah memenuhi sarat ISPS Code. Bahkan, dengan merujuk pada Undang-Undang
mengenai pelayaran, pemerintah Indonesia akan membentuk patroli pantai (sea and
coastguard) guna meningkatkan penegakan hukum di wilayah perairan Indonesia.
Dalam upaya melanjutkan kontribusi Indonesia dalam Dewan IMO, dan peran
Indonesia dalam mewujudkan tujuan dan adicita IMO, pemerintah Indonesia
memiliki komitmen yang kuat untuk meneruskan usaha tersebut dengan menjadi
anggota Dewan IMO kategori C untuk periode 2009-2011. 4
D. Peran Indonesia Dalam Organisasi Internasional ICAO
1. Status Keanggotaan Indonesia dalam ICAO
Keikutsertaan Indonesia pada Sidang Majelis ke 38 ICAO yang berlangsung
mulai 24 September sampai 4 Oktober 2013 di Montreal membawa misi penting
yaitu pencalonan Indonesia menjadi anggota Dewan (Council) Organisasi
Penerbangan Sipil Internasional (International Civil Aviation Organization/ICAO)
Kategori 3 Periode 2013-2016. Pernyataan resmi pencalonan Indonesia untuk
menjadi anggota Dewan ICAO disampaikan Menteri Perhubungan, E.E.
Mangindaan pada Sidang Majelis ICAO, Rabu 25 September 2013.
Indonesia berkepentingan untuk menjadi anggota Dewan ICAO mengingat
Indonesia memiliki wilayah udara yang sangat luas, yang dilalui oleh 247 rute
udara domestic yang menghubungkan 125 kota di Indonesia serta 57 rute udara
internasional yang menghubungkan 25 kota di 13 negara. Indonesia memiliki 233
bandara yang terdiri dari 31 bandara serstatus internasional dan 202 berstatus
4 Kemlu, OMI http://www.kemlu.go.id/london/id/arsip/lembarinformasi/Pages/Indonesia-dan-Organisasi-Maritim-Indonesia.aspx diakses pada
tanggal 12 September 2016
negara anggota. Indonesia merupakan negara pertama di Asia dan ke-lima di dunia
yang telah meratifikasi seluruh konvensi pokok ILO. Sejak menjadi anggota tahun
1950, Indonesia telah meratifikasi 17 konvensi.
Konvensi-Konvensi Inti
No.
Konvensi
Tahun
29
98
1950
1957
2000
10
0
87
10
5
111
13
8
18
2
1958
1998
1999
1999
1999
YOGYAKARTA
2016