Anda di halaman 1dari 3

Setelah lima hari tidak membuka akun social media, akhirnya pagi ini saya memutuskan

untuk kembali membuka akun media social saya dan langsung menemukan video musik

lagu terbaru Rahmawati Kekeyi Putri Cantika atau lebih akrab disapa Kekeyi dengan

judul "Queen Pentol". Bisa ditebak, pengaruh image Kekeyi yang "standout" membuat

lagu "Queen Pentol" menjadi trending. Dalam waktu kurang dari seminggu, video musik

"Queen Pentol" sudah ditonton lebih dari satu juta orang dengan 17.000 komentar dari

netizen. Sebagai pengamat musik netizen yang selalu mendengarkan lagu dari berbagai

musisi, saya pun ikut menonton video musik lagu terbaru kekeyi tersebut. Setelah

menghabiskan waktu selama hampir 4 menit, saya merasa kecewa dengan keputusan

Kekeyi dalam meracik komposisi lagu dan video musik "Queen Pentol". Saya merasa

lagu "Queen Pentol" tidak sebagus dan se-earcatching karya Kekeyi di lagu sebelumnya,

"Keke Bukan Boneka". Analisis saya:

a. Penggunaan autotune yang lebay

Suara asli Kekeyi dalam lagu "Queen Pentol" hampir tidak terdengar seperti Kekeyi

adalah penyanyi aslinya. Mungkin produser lagu "Queen Pentol" terlalu memaksakan

suara Kekeyi di permak dan ditutupi sedemikian rupa agar terdengar lebih merdu dan

menjual. Padahal suara asli Kekeyi tanpa autotune lah yang menjual. Justru dengan

mengedit suara Kekeyi dan penggunaan autotune yang berlebihan malah membuat

lagu "Queen Pentol" menjadi another mainstream and basic song seperti lagu-lagu

yang sudah banyak beredar.

b. Konsep Musik Video yang membosankan

Detik pertama saya melihat visual dari lagu "Queen Pentol" saya langsung memutar

bola mata dan bergumam "hhhh boring". Saya paling malas melihat musik video yang

proses tapping-nya dilakukan dalam studio dengan latar putih. Konsep membosankan

itu diperparah dengan "keterbatasan" ekspresi Kekeyi yang hanya dapat ditunjukan
lewat gerakan tangan yang tidak ada artinya. Oh dan jangan lupakan editan

penambahan animasi-animasi ayam dan sapi yang membuat saya kembali memutar

bola mata dan bergumam "boring".

c. Koreografi tarian yang sulit untuk diikuti

Salah satu elemen yang saya sukai dari "Keke Bukan Boneka" adalah koreografi dan

gerakan tariannya yang pas dan gampang untuk diikuti dan diupload di Tiktok.

Koreografi tarian "Queen Pentol" sungguh mengecewakan karena gerakan yang

banyak sehingga sulit untuk diikuti.

d. Lirik lagu yang kurang empower dan dibuat berima

Saya harus mengakui bahwa kebiasaan saya setiap pagi adalah mendengarkan lagu

"Keke Boneka" selama perjalanan dari kos-kosan menuju kantor tempat saya bekerja,

Saya menyukai energi yang ditularkan oleh kekeyi dari lirik:

"Aku bukan boneka mu

Bisa kau suruh suruh

Dengan seenak mau mu

Aku bukan boneka mu

Bisa kau rayu rayu

Kalau kau bosan, pergi dan menghilang"

Membuat saya merasa menjadi perempuan kuat yang tidak ingin dibodoh-bodohi oleh

rayuan lelaki. Sayangnya, lagu "Queen of pentol" tidak memberikan saya energi yang

sama. Lha wong liriknya saja hanya sebatas kesukaan Kekeyi makan pentol tok.

"Pentol Ayam, bikin tentram

Pentol Puyuh, gampang guyu


Pentol Kasar, bikin aku sabar

Pentol Sapi, bikin aku happy"

Sorry cant relate sis!.

5. Design costume Kekeyi dan penari latar yang kurang kreatif

Selama ini Kekeyi terkenal karena dia sangat "standout" dalam hal per-makeup-an dan

style gaya berpakaiannya di beberapa acara TV. Kekeyi sangat kreatif dalam hal me-

reka ulang kostum Elsa dan kostum Cinderella menjadi fashion item yang disesuaikan

dengan karakternya. Formula itu dia tuangkan dalam lagu "Keke Bukan Boneka" yang

akhirnya ditularkan kepada penari latar dalam musik video "Keke Bukan Boneka"

sehingga design kostum dalam musik video itu menjadi lebih berwarna dan "kaya". Lihat

sja kembali video musik "keke Bukan Boneka", kamu akan melihat Elsa, Anna dan

beberapa Samurai Jepang tampak rukun dan berjoget dalam satu frame. Kostum Kekeyi

dan penari latar dalam musik video "Queen Pentol" sangat biasa dan tidak kreatif.

Kedua hal itu tidak menunjukan persona Kekeyi. kekeyi hanya menggunakan kostum

pentol (yang membuat dai tampak seperti badut) dan penari latar hanya menggunakan

kostum abang bakso.

Kesimpulan saya, lagu "Queen Pentol" ini terasa sangat basic, membosankan dan tidak

kreatif karena lagu ini sudah dirancang dan sudah dibuat konsep lebih "menjual" alias

lagu komersil. Sama seperti film The Godfather 2 yang tidak sebagus film pertama The

Godfather (karena film ke 2 dibuat untuk tujuan mencari keuntungan ugh kapitalisasi).

Memang sih perbandingan saya antara musik video "Queen Pentol" dengan film The

Godfather sangat jauh dan tidak apple to apple. Tapi kan ini pendapat dan analisis saya,

jadi suka-suka saya dong hehe.

Anda mungkin juga menyukai