Anda di halaman 1dari 2

Selama masa pandemi Covid-19 ini kegiatan diluar rumah sangat dibatasi, lihat saja

begitu banyaknya hashtag #Dirumahaja yang muncul di media sosial. Bagi kaum
rebahan, salah satu kegiatan yang paling asik untuk dilakukan dirumah tentu saja
menonton film dan TV series, termasuk saya. Selama 3 bulan berturut-turut saya
menonton hampir semua film maupun TV series yang disediakan oleh Netflix sampai
akhirnya saya merasa bosan dan ingin mencoba menonton TV series yang disediakan
oleh penyedia media streaming film lainnya. Pilihan saya akhirnya jatuh kepada: Vidio,
alasannya karena Vidio menyediakan konten TV series lokal atau sinetron yang pada
saat zamannya memiliki rating tinggi di dunia pertelevisian. Sebagai seorang individu
yang tumbuh dengan membaca novel Lupus, maka sinetron pertama yang saya tonton
tentu saja Lupus Milenia. Sinetron Lupus Milenia diproduksi dan ditayangkan pada tahun
1999 sampai tahun 2001 dimana saya masih berumur 4 tahun pada waktu itu sehingga
saya belum cakap untuk menonton sinetron. Jadi, menonton sinetron Lupus Milenia
ditahun 2020 pada saat saya berumur 25 tahun menjadi sesuatu yang menyenangkan
karena ini pertama kalinya saya melihat Lupus yang dulu karakternya hanya saya kenal
lewat bacaan di dalam novel kini divisualisasikan dalam sinetron. Setelah menghabiskan
semua episode Lupus Milenia dalam satu minggu, kesimpulan saya adalah: Lupus
Milenia salah satu sinetron Indonesia terbaik yang pernah ada. Untuk meyakinkan kamu
dan masyarakat urban lainnya, saya akan memberikan alasan-alasan kenapa kamu
harus menonton Lupus Milenia.
1. Pemilihan Aktor dan Aktris
Pemilihan Irgi Fachrezy sebagai karakter utama Lupus oleh sutradara
merupakan satu keputusan yang tepat. Selain ganteng dan senyumnya yang
menawan, karakter Lupus yang konyol, sok tahu, romantis, baik hati, sayang
keluarga dan urakan mampu dibawakan dengan perfect oleh Irgi. Begitu pula
Mona Ratuliu yang mengimbangi akting Irgi menjadi sosok Popy yang baik,
sopan, cantik, pintar namun hopeless romantic. Ditambah Fanny Fadilah dan
Fahmi Bo yang memainkan karakter Boim dan Gusur sebagai sidekick Lupus
yang konyol membuat cerita menjadi lebih berwarna. Adrian Maulana sebagai
Rainbow yang sombong dan menyebalkan serta selalu mencari perhatian Popy
berhasil membuat saya sangat sebal. Kehadiran Ulfa Dwiyanti dan Mpok Ati
yang pada saat itu menjadi ikon pelawak terkenal membuat Lupus Milenia
menjadi semakin seru dan lucu.
2. Penamaan tokoh
Jangan berharap kamu akan menemukan nama-nama anak komplek seperti
Clarisa, Raisa, Sabrina, Amanda, Zalina atau nama-nama anak indie seperti
Semesta, Senja, Bumi, Laut karena nama karakter yang digunakan dalam Lupus
Milenia sangat unik, earcatching dan sangat 90an, seperti Gusur, Boim, Nyit-nyit,
Fifi Alone, Lulu, Acoy dan Happy.
3. Judul Episode
Hampir semua sinetron pada saat ini kurang usaha dalam membuat judul
episode dengan hanya mencantumkan nomor episode di awal frame atau hanya
menambahkan kalimat “…….episode sebelumnya” dan membuat kamu merasa
menerka-nerka dengan cerita yang akan disampaikan tiap episode. Tapi, Lupus
Milenia membuat judul setiap episode misalnya episode “Crying in The Rain”
yang membuat saya tahu arah jalan cerita bahwa nanti akan ada tokoh yang
akan menangis. “Fifi Alone Ultah” dan “nama Gua Oasa” menjadi judul episode
favorite saya.
4. Theme song dan backsound
Sebagai fans berat Sheila On 7, lagu Kita yang dipilih sebagai theme song
membuat saya semakin jatuh cinta dengan Lupus Milenia. Lupakan bagaimana
FTV dan Sinetron memakai lagu sedih yang sama berulang-ulang sebagai
backsound setiap adegan. Di Lupus Milenia, lagu yang dipakai sebagai
backsound diakhir scene setiap episode jatau di scene-scene tertentu
menggunakan lagu-lagu yang dibawakan band dan penyanyi terkenal seperti
Love of my life-nya Queen dan lagu-lagu Jhon Lenon.
5. Memasukan trend awal 2000an
Otoped, Handphone jadul, warung gaul, motor vespa serta semua unsur tahun
2000an yang ditampilkan dalam sinetron Lupus Milenia membuat hati saya -
generasi yang tumbuh tahun 2000an- merasa hangat. Selain itu karakter Adi
yang merasa paling “milenia dan gaul” selalu melemparkan kalimat-kalimat
seperti “funky men!” “ah elu men!” “jangan sok jagoan lu men!” “jangan ngocol
deh!” mengingatkan saya akan iklan-iklan di TV yang dulu terkenal karena
memakai jargon “funky men!”.
Sinetron Lupus Milenia dapat ditonton di Vidio.

Anda mungkin juga menyukai