Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Data BPS (2014) hasil sementara Sensus Pertanian 2014 menunjukkan
jumlah rumah tangga pertanian mencapai 26.126,2 ribu rumah tangga atau 42,7
persen dari rumah tangga total nasional. Jumlah rumah tangga tani tahun 2014
tersebut mengalami penurunan sebasar 5.043,9 ribu rumah tangga dibandingkan
kondisi tahun 2013 (BPS, 2014). Data BPS Kabupaten Jombang, tanaman
palawija yang memiliki produktifitas paling tinggi adalah jagung dengan
produksi 145.904 ton dengan luas panen 27.670 Ha. Sementara yang memiliki
produksi paling rendah adalah kacang hijau dengan produksi 292 ton dan luas
panen 302 Ha (Data BPS Jombang, 2014).
Masalah yang dihadapi petani jagung dalam pemasaran produksi adalah
belum dapat menjual langsung kepada pedagang besar (eksportir), PUSKUD, atau
pedagang lainnya di kota provinsi. Petani umumnya menjual hasil jagung hanya
ke pedagang pengumpul atau ke pasar (pedagang penyalur kota atau pengecer di
pasar umum). Dengan demikian, harga yang diterima petani relatif rendah dan
fluktuatif. Keadaan ini kurang menguntungkan bagi petani, sebab tidak adanya
jaminan harga yang layak sehingga kesejahteraan petani menurun. Berdasarkan
data Kompas (2015) Tingkat kesejahteraan petani Indonesia berdasarkan Nilai
Tukar Petani (NTP) kian menurun sejak tahun 2012 sebesar 105,2 persen hingga
102 persen di tahun 2014 .
1.2. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh kebijakan harga jual jagung terhadap kesejahteraan petani
di Kabupaten Jombang?
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh kebijakan harga jual jagung terhadap kesejahteraan
petani di kabupaten Jombang

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kesejahteraan Petani
Tolak ukur tingkat kesejahteraan rumah tangga petani dilakukan dengan
pendekatan atau konsep Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan rasio indeks
harga yang diterima dan indeks harga yang dibayar petani. Nilai Tukar Pendapatan
Rumah Tangga Petani (NTPRP) adalah ukuran kemampuan rumah tangga petani
didalam memmenuhi kebutuhan subsistensinya atau disebut juga dengan Nilai
Tukar Subsisten (Subsistencs Term of Trade).
Nilai Tukar Pendapatan Rumah tangga Petani (Rachmat dan Muslim.
2011) sebagai berikut:
NTPRP = Y/E
Y

= YP + YNP

= EP + EK

Dimana :
NTPRP = Nilai Tukar Pendapatan Rumah tangga Petani
Y

= Pendapatan

= Pengeluaran

YP

= Total pendapatan usaha pertanian

YNP

= Total Pengeluaran dari Usaha non pertanian

EP

= Total pengeluaran untuk usaha tani

EK

= Total pengeluaran untuk usaha non pertanian

2.2. Tata Niaga Jagung


Tiga komponen utama yang mendukung tataniaga jagung adalah
produsen, pedagang, dan konsumen. Petani sebagai produsen perlu didukung oleh
paket teknologi dan lembaga penyedia sarana produksi yang mampu menyediakan
secara lima tepat (tepat waktu, jenis, ukuran, tempat, dan harga). Anjuran paket

3
teknologi jagung sesungguhnya telah disadari manfaatnya oleh petani, yaitu untuk
meningkatkan produksi, namun belum sepenuhnya diterapkan karena terbentur
masalah pendanaan.
2.3. Saluran Distribusi
Saluran distribusi atau saluran pemasaran kadang-kadang disebut saluran
perdagangan. Menurut pendapat Kotler (2007:5) adalah : Seperangkat atau
sekelompok organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses yang
memungkinkan suatu produk atau jasa tersedia begi penggunaan atau konsumsi
oleh konsumen atau pengguna industrial.
Semua fungsi dan arus yang terjadi diantara dua anggota saluran
distribusi dicatat dalam urutan normal. Beberapa dari arus ini merupakan arus
yang bergerak ke depan (forward flow), yaitu fisik, kepemilikan, promosi.
Lainnya merupakan arus yang bergerak ke belakang (backward flow), yaitu
pemesanan dan pembayaran. Lainnya lagi, yaitu informasi, negosiasi,
pembayaran, dan pengambilan risiko terjadi dalam dua arah.
2.4. Alur Tataniaga Jagung
Berikut alur tata niaga jagung :

Pedagang Pengumpul Di Kabupaten


Petani Produsen Di desa Pedagang Pengumpul Di desa

Pabrik Pakan Ternak

Gambar 2.1: Alur Tata Niaga Jagung


Sumber : Sarasutha, http://www.bappebti.go.id, diakses tanggal 11 Februari 2015

4
2.5. Hipotesis
Dalam penelitian ini dapat disusun model hipotesisnya sebagai berikut:
Ho : Tidak ada pengaruh kebijakan harga jual jagung terhadap tingkat
kesejahteraan petani jagung di Kecamatan Jogoroto Kabupaten
Jombang
H1 : Ada pengaruh kebijakan harga jual jagung terhadap tingkat
kesejahteraan petani jagung di Kecamatan Jogoroto Kabupaten
Jombang

5
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka jenis
penelitian ini adalah jenis penelitian penjelasan (eksplanatory). Menurut
Singarimbun dan Effendi (2006:5), penelitian penjelasan adalah penelitian yang
menjelaskan hubungan antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian
hipotesis. Melalui uji hipotesis tersebut diharapkan dapat menjelaskan pengaruh
antara variabel-variabel dalam penelitian
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi diambil dalamn penelitian petani jagung atau produsen jagung
di Kecamatan Jogoroto kabupaten Jombang yang terdiri dari 11 desa, dengan
sampel sebanyak 60 petani.
3.3. Definisi Operasional
1. Kebijakan harga jual jagung atau variabel bebas (X)
Suatu ukuran (bisa berupa uang atau sesuatu yang lain) terhadap jagung
yang menadatangkan manfaat / kepemilikan.
2. Tingkat Kesejahteraan petani Jagung atau variabel terikat (Y)
Dihitung dengan konsep Nilai Tukar Pendapatan Rumah tangga Petani
3.4. Teknik Pengumpulan Data
a. Metode wawancara
b. Metode Observasi
c. Metode Dokumentasi
3.5. Analisa Data
3.5.1. Regresi Linier
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kebijakan harga jual jagung
terhadap kesejahteraan petani jagung.
Menurut rumus yang digunakan sebagai berikut (Sugiyono, 2007:188) :
Y = a + bx

6
Keterangan
Y

= Dependent variabel (kesejahteraan Petani Jagung)

= Konstanta

= Koefisien regresi

= Independent variabel (kebijakan harga jual jagung)

a. Variabel terikat (y) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas.
b. Kostanta (a) adalah suku dari suatu bentuk aljabar yang berupa bilangan dan
tidak memuat variabel.
c. Koefisien regresi (b) adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat hubungan variabel bebas (x) dan variabel
terikat (y) secara kuantitatif, disini (b) menunjukkan slop dari garis linier.
d. Variabel bebas (x) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahaanya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
3.5.2. Pengujian Hipotesis dengan Uji Signifikansi (Uji t)
Untuk menguji apakah hasil dari koefisien regresi ini berpengaruh atau
tidak, maka digunakan alat analisis uji-t dengan rumus (Sugiyono, 2007:187):
r n 2
t

1 r

Keterangan :
r

: Koefisien korelasi

: jumlah sampel

Dengan keputusan sebagai berikut :


-

Jika t sig = 0,05 , maka hipotesis diterima

Jika t

sig

> = 0,05, maka hipotesis ditolak.

Anda mungkin juga menyukai