menentukan kelainan handicap, dan karena tidak adanya standar untuk
menilai anomali dentofasial yang bisa diterima, maka pada tahun 1971 WHO revision Committee memberikan rekomendasi, bahwa untuk survey dasar hanya anomali dentofasial yang berat yang dikembangkan, yaitu : a. Anomali yang menyebabkan cacat muka (facial disfigurement) b. Anomali yang menyebabkan gangguan berat pada fungsi pengunyahan atau pernafasan Selain itu keadaan-keadaan yang dianggap sebagai penyebab anomali juga dicatat, yaitu : a. b. c. d.
Mesio-oklusi yang berat
Disto-oklusi yang berat Celah bibir atau celah langit-langit Lain-lain anomali termasuk gigitan terbuka, tumpang gigit dalam, gigi sangat berjejal dan sebagainya. Jika ini ada maka sebaiknya dirinci secara lengkap. Definisi sederhana dari ciri-ciri maloklusi di bawah ini menjelaskan
macam-macam keadaan yang dapat mempengaruhi anomali dentofasial,
tetapi hanya manifestasi yang berat yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan bentuk yang perlu dicatat sebagai anomali dentofasial. Mesio-oklusi ialah bila gigi molar permanen pertama bawah dan gigi kaninus permanen bawah beroklusi lebih kemesial daripada kedudukannya dalam neutron-oklusi. Hal ini bisa unilateral atau bilateral. Disto-oklusi ialah bila gigi molar permanen pertama bawah dan gigi kaninus permanen bawah berada lebih ke distal dari posisinya dalam neutron-oklusi. Ini juga bisa unilateral atau bilateral. Penilaian pada gigi geligi susu dilakukan dengan mengamati kedudukan gigi kaninus sulung dan gigi molar sulung kedua. Cara melaporkan data sebagai berikut : persentase orang-orang dengan anomali dentofasial dilaporkan menurut kelompok umur yaitu kelompok umur 2-12 tahun dan kelompok umur 15-19 tahun. Distribusi menurut besarnya penyebab yang mempengaruhi juga harus dilaporkan untuk kelompok umur yang sama.
Daftar pustaka : Dewi, Oktavia. 2008. Analisis Hubungan Maloklusi dengan Kualitas Hidup pada Remaja SMU Kota Medan Tahun 2007. Medan : Universitas Sumatera Utara.