JUDUL PENELITIAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kerusakan hati ditandai oleh adanya perangsangan difusi
dan menahun pada hati, diikuti dengan poliferasi jaringan ikat, degenerasi,
dan regenerasi sel-sel hati, sehingga timbul kekacauan dalam susunan
parenkim hati. Kerusakan akut pada hati dapat menjadi sangat berat
sehingga menyebabkan kematian dalam beberapa hari (gagal hati fulminans,
nekrosis hati akut, atrofi kuning akut dari hati). Sering hal ini disebabkan oleh
zat beracun. Kerusakan akut yang lebih ringan dapat pula terjadi biasanya
disebabkan oleh virus dari berbagai jenis. Pada masyarakat modern,
kerusakan hati ringan sampai pada berat dapat pula disebabkan oleh
pemakaian obat-obatan. (Mansjoer, et al.,2001 dan Sibuea,et al.,2009).
Selain itu, kerusakan hati juga dapat disebabkan oleh radikal bebas.
Salah satu radikal bebas adalah senyawa 7,12-dimetilbenzen()antrasen
(DMBA) yang banyak terdapat pada asap rokok, asap kendaraan bermotor
dan asap dapur (Farombi et al.,2004). Banyaknya paparan radikal bebas
metabolisme,
hal
ini
kemungkinan
dapat
menyebabkan
kerusakan hati.
Sel hati atau hepatosit mengandung berbagai enzim, beberapa
diantaranya penting untuk diagnostik kerusakan hati karena enzim tersebut
dialirkan ke pembuluh darah. Aktivitasnya dapat diukur sehingga dapat
menunjukkan adanya penyakit hati. Enzim hati yang dapat dijadikan
pertanda kerusakan hati antara lain aminotransferase (transminase) dan
Alkalin fosfatase (ALP) (Sari,2008). Golongan enzim aminotransferase
adalah serum alanin amino transferase ( Serum Glutamic Pyruvic
Transminase atau SGPT) dan serum aspartat amin transferase (Serum
Glutamic Oxaloacetic Transminase atau SGOT). Peningkatan kadar enzimenzim ini mencerminkan adanya kerusakan sel hati.
Salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai antioksidan alami
adalah tanaman keladi tikus (Thyponium flagelliforme Lodd). Keladi tikus
secara tradisional digunakan sebagai obat kanker, antivirus, anti bakteri, dan
sebagai penetralisir racun (Hariana,2008). Selain itu, telah dilakukan
penelitian oleh Farida et al (2010) tentang uji sitotoksik dan antioksidan dari
tumbuhan keladi tikus yang menunjukkan bahwa tumbuhan keladi tikus
memiliki aktifitas sebagai hepatoterapi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pemberian ekstrak etanol umbi keladi tikus (Thyponium
flagelliforme Lodd) mampu memberikan efek hepatoterapi pada tikus
jantan (Rattus norvegicus) yang terinduksi paracetamol?
2. Pada konsentrasi berapa pemberian ekstrak etanol umbi keladi tikus
(Thyponium flagelliforme Lodd) mampu memberikan efek hepatoterapi
pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) yang terinduksi paracetamol
berdasarkan pengukuran kadar SGPT?
dari
penelitian
ini
adalah
untuk
menguji
efek
pada
paracetamol.
2) Tujuan Umum
tikus
jantan
(Rattus
norvegicus)
yang
terinduksi
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1) Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai sumber rujukan dan
data ilmiah untuk penelitian lanjutan, peneliti lain, dan informasi tentang
pengembangan pemanfaatan umbi keladi tikus (Thyponium flagelliforme
Lodd) sebagai obat tradisional, khususnya sebagai hepatoterapi.
2) Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah diharapkan kepada
masyarakat khususnya para pembaca agar bisa menggunakan tanaman
E. Hipotesis
Ekstrak etanol umbi keladi tikus (Thyponium flagelliforme
Lodd) dapat mengobati kerusakan hati pada tikus jantan (Rattus
norvegicus) yang didiinduksi paracetamol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Struktur Anatomi dan Fisiologi Hati
Hati adalah kelenjar terbesar dan terberat di dalam
tubuh beratnya 1,5 kg atau lebih yang letaknya di rongga perut
sebelah kanan atas, dibawah sekat rongga badan atau
diafragma. Dalam keadaan segar warnanya merah tua atau
merah coklat, warna tersebut terutama disebabkan oleh adanya
darah yang amat banyak. Hati secara luas dilindungi oleh igaiga. Hati terbagi dalam dua belahan utama, kanan dan kiri.
Permukaan atas berbentuk cembung dan terletak dibawah
diafragma, permukaaan bawah tidak rata dan memperlihatkan
lekukan, disebut fisura transverses. Permukaannya dilintasi
oleh berbagai pembuluh darah yang masuk keluar hati. Fisura
longitudinal memisahkan belahan kanan dan kiri di permukaan
bawah, sedangkan ligament falsiformis melakukan hal yang
sama dari permukaan atas hati. (Irianto,2004 dan Wilson,2011).
Hati terbungkus oleh sebuah kapsul fibroelastik yang
disebut kapsul Glison dan secara makroskopik dipisahkan
menjadi lobus kiri dan kanan. Kapsul Glison berisi pembuluh
darah, pembuluh limfa dan saraf. Kedua lobus hati tersusun
oleh unit-unit yang lebih kecil disebut lobulus (Corwin, 2009).
Lobulus hati berbentuk heksagonal (segi enam) di
bagian luarnya dan dibentuk ole sel berbentuk kubus yang
dan
fungsional
organ.
Setiap
lobus
merupakan badan heksagonal yang terdiri atas lempenglempeng sel hati berbentuk kubus, terususn radial
mengelilingi
lobulus. Diantara lempeng sel hati terdapat kapilerkapiler yang disebut sebagai sinusoid, yang merupakan
unit mikroskopis dan fungsional organ. Setiap lobulus
merupakan badan heksagonal yang terdiri atas lempenglempeng sel hati berbentuk kubus, tersusun radial
mengelilingi vena sentralis yang mengalirkan darah dari
lobulus. Hati
manusia
memiliki
maksimal 100.000
lobulus. Diantara lempengan sel hati terdapat kapilerkapiller yang disebut sebagai sinusoid, yang merupakan
cabang vena porta dan arteria hepatika. Tidak seperti
kapiler lain, sinusoid dibatasi oleh sel fagositik atau sel
Kupffer.
Sel
Kupffer
merupakan
sistem
monosit-
merupakan
salah
empedu.
Saluran
empedu
interlobular
besar
hingga
menjadi
duktus
koledokus
(Price,2005).
B. Fungsi Hati ( Aru dkk,2009 dan Guyton,2007)
Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam.
sirkulasi vena porta yang menyuplai 75% dari suplai asinus
memegang peranan penting dalam fisiologi hati, terutama
dalam hal metabolisme karbohidrat, proteun dan asam lemak.
Telah dibuktikan bahwa zona-zona hepatosit yang memperoleh
oksigenasi
yang
lebih
baik
mempunyai
kemampuan
usus
halus
sesuai
yang
dibutuhkan,
hati
glukosa
untuk
darah
memungkinkan
hati
mempertahankan
normal.
Penyimpanan
mengambil
kelebihan
karbohidrat
fosfolipid
dan
sebagian
besar
lipoprotein
c. Sintesis lemak dari protein dan karbohidrat
Untuk memperoleh energi dari lemak netral, lemak
oertama-tama dipecah menjadi
semua
asetil-Koa
yang
dibentuk
ini
asetoasetat
kemudian
menjadi
mengubah
asetil-Koa
kembali
dan
asam
kemudian
ke
seluruh
Keduanya,
fosfolipid
dan
kolesterol,
Fungsi
hati
yang
paling
penting
dalam
amino
dan
sintesis
antara
vena
porta
dan
vena
cava,
dapat
membentuk
protein
plasma
pada
kecepatan
hati
oleh
menjadi
lebih
kecepatan
besar, pengaruh
protein
plasma
ini
sampai
fungsi
hati
yang
paling
penting
adalah
untuk
hepar
lain
daalam
hubungannya
dalam
lain.
Vitamin
dibutuhkan
oleh
proses
meliputi
sulfonamid,
penisilin,
ampisilin,
dan
dari
retikuloendoplasmik,
akumulasi
trigliserida,
untuk
beregenerasi,
lesi
nekrotik
bukan
seluruh
parenkim
hepar
D. Uraian Hewan
1. Klasifikasi Hewan Coba ( Sugiyanto,1995 )
Kingdom
Animalia
Filum
Chordata
Kelas
Mamalia
Ordo
Rodentia
sehingga
timbul
Sub Ordo
Odontoceti
Family
Muridae
Sub Famili
Murinae
Genus
Rattus
Species
Rattus norvegicus
Berat lahir
5 6 gram
Umur dewasa
40 60 hari
Lama hidup
Temperatur tubuh
36,0 - 39 C
Volume darah
57 70 ml/kg
Mulai dikawinkan
Jumlah pernafasan
65-115 / menit
Detak jantung
330 480/menit
Tekanan darah
AST (SGOT)
ALT (SGPT)
B. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi tumbuhan (Heyne, 1987)
Kingdom
: Plantae
Division
: Spermatophyta
Sub Divisio
: Angiospermae
Class
: Monocotyledone
Order
: Arales
Family
: Araceae
Sub Family
: Aroideae
Genus
: Thyponium
Species
2. Nama daerah
Ada beberapa penamaan tanaman adalah sebagai berikut
(Heyne,1987):
Indonesia
Sunda
Ternate
Jawa
: Bira kecil
: Ileus, ki babi
: Gofu sepa
: Trenggiling mentik
3. Morfologi tanaman
Keladi tikus berdaun tunggal, berwarna hijau, dan tersusun di
roset, panjang daun 6-16 cm, berbentuk lonjong dengan ujung
menajam seperti ujung tombak. Pangkal daunnya berbentuk jantung
tidak sama dan bertepi rata. Permukaan daun halus mengkilap.Ciri
khas dari tanaman ini adalah memiliki bunga unik yang bentuknya
menyerupai keladi tikus (ekor tikus). Bunganya muncul dari roset akar,
5. Kegunaan
-
di tubuh,
Bersifat antivirus
Antibakteri
Mengobati penyakit
seperti
koreng,
borok,
frambusia,
dan
C. Metode Ekstraksi
1. Defenisi ekstraksi (Ditjen POM,1986; Tobo dkk.,2001)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif
dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk
biota laut dengan menggunakan pelarut yang sesuai.Zat-zat aktif
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
sampel
umbi
keladi
tikus
(Thyponium
sampai
terbentuk
suspensi
yang
homogen.
Dosis
Kelompok III diberi suspensi esktrak etanol keladi tikus 2% b/v selama
7 hari secara peroral.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A.R.,et al., 2012, Isolasi dan Elusidasi Struktur Antioksidan dan
Penghambat Enzim Xantin Oksidase Ekstrak Daun Pletekan (Ruellia
tuberosa L.), Tesis, M.Farm., Fakultas MIPA, Universitas Indonesia,
Depok.
Choo Cy, Chan KI, Takeya K, Itokawa H., 2001. Citotoxic Activity of
Typhonium flagelliforme Lodd.Phytother. Res, 15 (3) : 260-2
Corwin, E.J.2009. Buku Saku Patofisiologi.Penerbit Buku Kedokteran
EGC:Jakarta
Ditjen POM.1979.Farmakope Indonesia Edisi III.Depkes RI:Jakarta
Farombi, E.O.,Moller,P.,Dragsted,L.O.,2004.Ex-Vivo and In Vivo Protective
Effect of Kolaviron Againts Oxygen-Derived Radical-Induced DNA
Damaged and Oxidative Stress In Human Iymphocytes and Rat Liver
Cells, Cell Biol Toxicol.20(2):71-82
Guyton, A.C.,Hall, J.E.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.Penerbit
buku kedokteran EGC:Jakarta
Tubuh
Manusia
untuk
Ajar
Ilmu
Penyakit
Dalam.Interna
PROPOSAL PENELITIAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015