Anda di halaman 1dari 16

1

Page

DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
A. Latar Belakang............................................................................................2
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................4
D. Manfaat........................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................5
A. Perkembangan Perbankan syariah di Indonesia.....................................5
B. Faktor Pendorong Perkembangan Bank Syariah di Indonesia..............8
C. Tantangan Pengembangan Perbankan Syariah.......................................8
D. Msyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015................................................10
E. Perbankan syariah menghadapi MEA....................................................13
BAB III..................................................................................................................17
PENUTUP.............................................................................................................17
A. Kesimpulan................................................................................................17
B. Saran..........................................................................................................17

uJIAN AKHIR SEMESTER perbankan|Perkembangan Perbankan Syariah:Tantangan dalam menyongsong M

2
Page

BAB I
PENDAHULUAN
A. Pembahasan
Otoritas Jasa Keuangan merupakan sebuah lembaga Independen
yang dirancang untuk melakukan pengawasan ketat bagi lembaga
keuangan perbankan dan non perbankan di Indonesia. Adapun tujuan
utama pendirian Otoritas Jasa Keuangan adalah meningkatakan dan
memelihara kepercayaan publik di bidang jasa keuangan. Menegakkan
peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan. Meningkatkan
pemahaman publik mengenai bidang jasa keuangan serta melindungi
kepentingan konsumen jasa keuangan.
Wewenang pengawasan serta pengaturan lembaga perbankan yang
sebelumnya di kuasai oleh Bank Indonesia telah beralih kepada Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) pada awal 2013 lalu, dengan di keluarkannya
Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Pengambil wewenang tersebut sesuai dengan UU-nya yang sudah
disahkan oleh DPR-RI. Untuk kesehatan perbankan dan sebagainya sudah
bukan wewenang BI lagi.
Satu hal yang juga diharapkan dari terbentuknya OJK adalah
persoalan perlindungan konsumen. Aktivitas dalam lembaga keuangan ini
tentu disadari memberikan perlindungan bagi masyarakat sebagai nasabah
atau konsumen. Di Indonesia, kehadiran OJK dianggap sebagai otoritas
yang 9 dapat menanggulangi kegelisahan masyarakat atas tindakan
penyelewengan lembaga keuangan (yang umumnya tidak berizin) yang
selama ini terjadi.
Belum lama ini OJK telah menerbitkan Peraturan OJK No.
01/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen sektor Jasa Keuangan.
Pencapaian tujuan Peraturan OJK No. 01/POJK.07/2013 ini untuk
melindungi kepentingan konsumen industri jasa keuangan setidaktidaknya
dapat tercapai melalui 3 aspek yang disebut OJK terdiri dari peningkatan
transparasi(berupa pengungkapan manfaat, resiko serta biaya atas produk
dan/atau layanan Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK)), melakukan

uJIAN AKHIR SEMESTER perbankan|Perkembangan Perbankan Syariah:Tantangan dalam menyongsong M

Page

penilaian kesesuai prosedur yang lebih sederhana dan memudahkan


konsumen untuk menyampaikan pengaduan dan penyelesaian sengketa
atas produk atau layanan PUJK

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini
adalah
1. Apa itu Otoritas Jasa Keuangan ?
2. Apa dasar hukum Otoritas Jasa Keuangan ?
3. Bagaimana peran Otoritas Jasa Keuangan dalam perbankan di
Indonesia ?
4. Bagaimana hubungan Otoritas Jasa Keuangan dengan Bank Indonesia
sebagai lembaga pengawas perbankan di Indonesia.

C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui apa itu Otoritas Jasa Keuangan.
2. Untuk mengetahui dasar hukum Otoritas Jasa Keuangan
3. Untuk mengetahui bagaimana peran Otoritas Jasa Keuangan dalam
perbankan di Indonesia.
4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan Otoritas Jasa Keuangan
dengan Bank Indonesia sebagai lembaga pengawas perbankan di
Indonesia.

D. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah:
1. Menambah dan memperluas pengetahuan mengenai perbankan syariah.
2. Menjadi sumber informasi dan pengetahuan baru mengenai perbankan
syariah.

uJIAN AKHIR SEMESTER perbankan|Perkembangan Perbankan Syariah:Tantangan dalam menyongsong M

4
Page

BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Perbankan syariah di Indonesia
Entitas bank syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1983 dengan
dikeluarkannya Paket Desember 1983 (Pakdes 83) yang didalamnya berisi
sejumlah regulasi di Bank Indonesiadang perbankan, dimana salah satu
peraturan menyebutkan bahwa bank diperbolehkan memberikan kridet atas
pinjaman sebesar 0% atau zero interest. Perkembangan selanjutnya diikuti
dengan dikeluarkannya Paket Hemat 1988 (Pakto 88) dimana berisi
deregulasi yang memudahkan pendirian bank-bank baru.
Berdasarkan Pakdes 83 dan Pakto 88 tersebut pada tahun 1991
berdirilah Bank Muamalat Indonesia sebagai satu-satunya bank umum
yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasrkan prinsip syariah.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia berlanjut pada tahun 1992
dengan dikeluarkannya UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan. Namun,
UU tersebut belum dapat menjadi landasan hukum yang kuat bagi
perkermbangan perbankan syariah. Dalam UU tersebut belom secara tegas
mencantumkan prinsip syariah dalam melaksanakan kegiatan usahanya
melainkan mengunakan kata bank bagi hasil. Bank Bagi Hasil yang
dimaksud dalam UU tersebut belum mencakup pengertian bank syariah
yang relatif leBank Indonesiah luas dari bank bagi hasil.
Kurangnya regulasi yang ada dalam UU No. 7 thaun 1992 terhadap
sektor perbankan syariah, kemudian pada tahun 1998 UU tersebut
diamandemen dan melahirkan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan
yang secara eksplisit nenetapkan bahwa bank-bank dapat beroperasi
berdasarkna prinsip-prinsip syariah. Setelah dikeluarkannya UU No. 10
tahun 1998, keBank Indonesiajakan hukum perbankan di Indonesia
menanut

sistem

pembukuan

ganda.

KeBank

Indonesiajakan

ini

memberikan kesempatan bagi bank-bank konvensional untuk memberikan


layanan syariah kepada nasabahnya. Akibat UU tersebut dikeluarkan
banyak bank-bank konvensional yang memberikan layanan syariah kepada
nasabahnya.

uJIAN AKHIR SEMESTER perbankan|Perkembangan Perbankan Syariah:Tantangan dalam menyongsong M

Page

Kemudian pada tahun 1999, dikeluarkan UU No. 23 tahun 1999


tentang Bank Indonesia. Dalam UU ini menetapkan bahwa Bank Indonesia
dapat melakukan pengendalian moneter berdasarkan prinsip-prisip syariah.
Kedua UU tersebut menjadi landasan hukum yang kuat dan
menjadi kesempatan pengembangan perbankan syariah di Indonesia.
Kedua UU tersebut selanjutanya manjadi dasar hukum bagi perbakan
dalam melakukan dual banking sistem di Indonesia, yaitu adanya dua
sistem perbankan, konvensional dan syariah, secara berdampingan dalam
memberikan pelayanan jasanya kepada nasabah.
Untuk leBank Indonesiah mengembangkan perbankan syariah
Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan nasional memperkenalkan
instrumen syariah pertama yaitu sertifikat Wadiah BANK INDONESIA
(SWBANK INDONESIA) di tahun 1999 dan Pasar Uang Antar Bank
berdasarkan prinsip syariah (PUAS) pada tahun 2000 ( Ascarya, 2012).
Dan ditahun 2002, BANK INDONESIA memperbaiki aturan tentang unit
usaha syariah melalui PBANK INDONESIA Nomor 4/1/PBANK
INDONESIA Tahun 2002 yang mengatur tentang (Yusuf, 2009):
1. Konversi bank konvensional ke bank syariah
2. Konversi cabang konvensional ke cabang syariah
3. Konversi kantor kas konvensional ke kantor kas syariah
4. Pembukuan sub-cabang syariah di cabang konvensional, dan
5. Pembukuan unit syariah di cabang konvensional.
Pada tahun 2006 pemberian layanan syariah semakin dipermudah
dengan diperkenalkannya office channeling. Office channeling ini
dimaksudkan bahwa dalam pemberian layanan syariah Bank Umum
Konvensioanal yang sudah memiliki UUS di kantor pusatnya, tidk perlu
lagi membuka Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu baru, amun
cukup membuka counter syariah dalam Kantor Cabang/Kantor Cabang
Pembantu konvensional. Hal ini tentu akan menghemat keungan bank,
karena bank tidak perlu lagi infrastruktur baru dalam membuka layanan
perbankan syariah.
Selanjutnya industri perbankan syariah semakin berkembang pesat
dengan diterBank Indonesiatkannya peraturan yang menjadi landasan
hukum yang kuat bagi perbankan syariah. Pada tahun 2008 diterBank

uJIAN AKHIR SEMESTER perbankan|Perkembangan Perbankan Syariah:Tantangan dalam menyongsong M

Page

Indonesiatkan UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. UU


Perbankan Syariah (UU PS) diterBank Indonesiatkan dengan tujuan
sebagia berikut:

1. Menjamin kepastian hukum bagi stakehoders dan memberikan


kepastian kepada masyarakat yang ingin menggunakan jasa
perbankan syariah
2. Menjamin kepatuhan syariah pada bank syariah
3. Menjamin staBank Indonesialitas sistem
Sebagi langkah kongkrit upaya pengembangan bank syariah Bank
Indonesia telah merumuskan sebuah Grand Strategi Pengembangan Pasar
Perbankan Syariah, sebagai strategi komparatif pengembangan pasar
yang meliputi aspek-aspek strategis yaitu:
1. Menerapkan visi baru pengembangan perbankan syariah. Visi
ini terbagi menjadi tiga fase yaitu (a) tahun 2008 membangun
pemahaman perbankan syariah sebagai beyond banking, (b)
tahun 2009 menjadikan perbankan syariah di Indonesia sebagai
perbankan syariah paling atraktif di ASEAN, dan (c) tahun
2010 menjadikan perbankan syariah di Indonesia sebagai
perbankan syariah terkemuka di ASEAN
2. Program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi
aspek positioning, diferensiation, dan branding.
3. Program pemetaan baru secara leBank Indonesiah akurat
terhadap potensi pasar perbankan syariah yang secara umum
mengarahkan pelayanan bnak syariah sebagai layanan universal
atau bank bagi semua lapisan masyarakat dan semua segmen
sesuai dengan strategi masing-masing bank syariah.
4. Program pengembangan produk yang diarahkan ke variasi
produk
5. Meningkatkan

kualitas

pelayanan,

baik

SDM

maupun

penyedian teknologi informasi yang mampu memenuhi


kebutuhan nasabah.
6. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang produkproduk perbankan.

uJIAN AKHIR SEMESTER perbankan|Perkembangan Perbankan Syariah:Tantangan dalam menyongsong M

Page

Berdasarkan keenam Grand Strategi diatas BANK INDONESIA


ingin mewujudkan perbankan syariah di Indonesia menjadi perbankan
syariah yang modern, universal dan dapat dinikmati semua kalangan
masyarakat di Indonesia.

B. Faktor Pendorong Perkembangan Bank Syariah di Indonesia


Terdapat beberapa faktor yang secara signifikan memperngaruhi
perkembangan bank syariah di Indonesia, yaitu:
1. Ekspansi jaringan bank syariah. Kemudahan akses dan
banyaknya kantor cabang bank yang dapat melakukan
pelayanan bank syariah.
2. Gencarnya sosialisasi yang dilakukan BANK INDONESIA
mengenai bank syariah, program-program, dan keuntungan dari
bank syariah membuat masyarakat semakin tertarik menjadi
nasabah bank syariah
3. Upaya peningkatan kualitas pelayanan perbankan syariah agar
sejajar dengan bank konvensional.
4. Pengesahan beberapa perundangan yang menjadi landasan hukum
yang kuat bagi perbankan syariah.

C. Tantangan Pengembangan Perbankan Syariah


Ditengah perkembangan perbankan syariah yang pesat tersebut,
perlu disadari bahwa terdapat beberapa tantangan yang harus diselesaikan
agar perbankan syariah dapat meningkatkan pertumbuhannya dan
mempertahankan akselerasinya. Tantangan bagi perbankan syariah yang
harus dihadapi dalam jangka pendek adalah:
1. Pemenuhan Sumber Daya Insani (SDI) yang belum memadai,
baik secara kualitas maupun kuantitas. Ekspansi bank syariah
yang tinggi ternyata tidak diimbangi dengan peningkatan SDI
yang memadai sehingga menimbulkan gap mencapai 2000
orang. Gap SDI ini terjadi karena masih sedikitnya lembaga
pendidikan yang membuka program studi keuangan syariah.
Selain itu, kurikulum pendidikan maupun materi pembelajaran

uJIAN AKHIR SEMESTER perbankan|Perkembangan Perbankan Syariah:Tantangan dalam menyongsong M

Page

di Bank Indonesiadang keuangan syariah belum terstandarisasi


dengan baik sehingga belum dapat mempertahankan kualitas
lulusannya. Untuk itu diperlukan dukungan dari kalangan
akademisi untuk mendorong pembukaan program studi
keuangan syariah.
2. Inovasi pengembangan produk perbankan syariah yang dapat
memenuhi kebutuhan khusus masyarakat. Persaingan di Bank
Indonesiadang perbankan yang sudah semakin ketat membuat
perbankan syariah tidak dapat mengandalkan produk-produk
standar mereka. Pengembangan produk perbankan syariah
tidak boleh hanya sekedar mengikuti produk perbankan
konvensional. Perbankan syariah harus berinovasi untuk
menciptakan produk dan layanan yang mengedepankan prinsip
syariah dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3. Kelangsungan sosialisasi program dan produk perbankan
syariah kepada masyarakat. Kegiatan sosialisasi harus terus
dilakukan agar masyarakat terus tergugah minatnya untuk
menggunakan jasa perbankan syariah. Namun, disadari bahwa
sosialisasi merupakan cost center bagi bank syariah. Selama ini
kegiatan sosialisasi perbankan syariah didukung oleh BANK
INDONESIA

berbagai

hal.

Perbankan

syariah

harus

meningkatkna kemandiriannya dalam Bank Indonesiadang


sosialisasi tersebut, karena beralihnya wewenang pengaturan
dan pengawasan kepada OJK dan kemungkinan akan berakibat
pada perbahan keBank Indonesiajakan-keBank Indonesiajakan
terutama dalam sektor sosialisasi perbakan syariah.
Sementara tantangan yang harus diselesaikan dalam jangka
panjang adalah:
1. Perlunya kerangka hukum yang mampu menyelesaikan
masalah keuangan perbankan syariah secara komprehensif.
Sistem keuangan syariah secara karakteristik berbeda dengan
sistem keuangan konvensional, sehingga penggunaan kerangka

uJIAN AKHIR SEMESTER perbankan|Perkembangan Perbankan Syariah:Tantangan dalam menyongsong M

Page

hukum konvensional menjadi kurang memadai. Untuk itu,


perlu adanya semacam kompilasi hukum ekonomi/keuangan
islam yang disepakati bersama baik secara nasional maupun
global agar kedepannya terdapat keselarasan hukum disetiap
negara.
2. Perlunya kodifikasi produk dan standar regulasi yang bersifat
nasional maupun global untuk menjebatani perbedaan dalam
fiqih muamalah. Kodifikasi ini diperlukan agar keuangan islam
dapat tumbuh bersama diberbagai negara, tidak saling
memproteksi karna perbedaan madzab.
3. Perlunya referensi nilai imbal hasil (rate of return) bagi
keuangan syariah. Nilai imbal hasil yang dibagikan dalam
keuangan syariah harusnya merupakan hasil nyata dari aktivitas
Bank Indonesiasnis, namun seringkali keuangan syariah
melakukan penyetaraan suku bunga dalam sistem konvensional
dalam imbal hasilnya. Hal ini dikarenakan belum adanya
referensi nilai imbal hasil yang tersedia. Hal ini menyebabkan
keuangan syariah tidak memiliki perbedaan yang hakiki
terhadap keuangan konvensional.
D. Msyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015
MEA
adalah
sebuah
integrasi ekonomi ASEAN dalam
menghadapi perdagangan

bebas antarnegara-negara

ASEAN. Seluruh

negara anggota ASEAN telah menyepakati perjanjian ini. MEA dirancang


untuk mewujudkan Wawasan ASEAN 2020.
Dalam menghadapi persaingan yang teramat ketat selama MEA ini,
negara-negara

ASEAN

haruslah

mempersiapkansumber

daya

manusia (SDM) yang trampil, cerdas, dan kompetitif.


Pada Konferensi Tingkat Tinggi Asean (KTT) di Kuala Lumpur
pada Desember 1997 Para Pemimpin ASEAN memutuskan untuk
mengubah ASEAN menjadi kawasan yang staBank Indonesial, makmur,
dan sangat kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan
mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi (ASEAN Vision
2020).

uJIAN AKHIR SEMESTER perbankan|Perkembangan Perbankan Syariah:Tantangan dalam menyongsong M

10

Pada KTT Bali pada bulan Oktober 2003, para pemimpin ASEAN
Page

menyatakan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi


tujuan dari integrasi ekonomi regional pada tahun 2020, ASEAN Security
Community dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN dua pilar yang tidak
terpisahkan dari Komunitas ASEAN. Semua pihak diharapkan untuk
bekerja secara yang kuat dalam membangun Komunitas ASEAN pada
tahun 2020.
Selanjutnya,

Pertemuan

Menteri

Ekonomi

ASEAN

yang

diselenggarakan pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia,


sepakat untuk memajukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan
target yang jelas dan jadwal untuk pelaksanaan.
Pada KTT ASEAN ke-12 pada bulan Januari 2007, para Pemimpin
menegaskan

komitmen

mereka

yang

kuat

untuk

mempercepat

pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 yang diusulkan di


ASEAN Visi 2020 dan ASEAN Concord II, dan menandatangani
Deklarasi Cebu tentang Percepatan Pembentukan Komunitas ASEAN pada
tahun 2015 Secara khusus, para pemimpin sepakat untuk mempercepat
pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 dan untuk
mengubah ASEAN menjadi daerah dengan perdagangan bebas barang,
jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang leBank
Indonesiah bebas.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan akhir
dari integrasi ekonomi yang dianut dalam Visi 2020, yang didasarkan pada
konvergensi

kepentingan

negara-negara

anggota

ASEAN

untuk

memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang


ada dan baru dengan batas waktu yang jelas. dalam mendirikan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), ASEAN harus bertindak sesuai
dengan prinsip-prinsip terbuka, berorientasi ke luar, inklusif, dan
berorientasi pasar ekonomi yang konsisten dengan aturan multilateral serta
kepatuhan terhadap sistem untuk kepatuhan dan pelaksanaan komitmen
ekonomi yang efektif berbasis aturan.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN
sebagai pasar dan basis produksi tunggal membuat ASEAN leBank
Indonesiah dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan langkah-

uJIAN AKHIR SEMESTER perbankan|Perkembangan Perbankan Syariah:Tantangan dalam menyongsong M

11

langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada inisiatif ekonomi;


Page

mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas; memfasilitasi


pergerakan Bank Indonesiasnis, tenaga kerja terampil dan bakat; dan
memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN. Sebagai langkah awal
untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Pada saat yang sama, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan
mengatasi kesenjangan pembangunan dan mempercepat integrasi terhadap
Negara Kamboja, Laos, Myanmar dan VietNam melalui Initiative for
ASEAN

Integration

dan

inisiatif

regional

lainnya.

Bentuk Kerjasama dalam MEA ini adalah sebagai berikut:


1. Pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan
kapasitas;
2. Pengakuan kualifikasi profesional;
3. Konsultasi leBank Indonesiah dekat

pada

keBank

Indonesiajakan makro ekonomi dan keuangan;


Langkah-langkah pemBank Indonesiaayaan perdagangan;
Meningkatkan infrastruktur
Pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN;
Mengintegrasikan industri di seluruh wilayah untuk

4.
5.
6.
7.

mempromosikan sumber daerah;


8. Meningkatkan
keterlibatan
sektor

swasta

untuk

membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).


Karakteristik utama Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah
sebagi berikut:
1.
2.
3.
4.

Pasar dan basis produksi tunggal


Kawasan ekonomi yang kompetitif
Daerah pembangunan ekonomii yang merata
Daerah integrasi penuh dalam ekonomi global

Karakteristik tersebut ditas saling berkaitan kuat. Dengan memasukkan


unsur-unsur yang dibutuhkan dari masing-masing karakteristik dan harus
memastikan

konsistensi

dan

keterpaduan

dari

unsur-unsur

serta

pelaksanaannya yang tepat dan saling mengkoordinasi di antara para


pemangku kepentingan yang relevan.

uJIAN AKHIR SEMESTER perbankan|Perkembangan Perbankan Syariah:Tantangan dalam menyongsong M

Page

12

E. Perbankan syariah menghadapi MEA


MEA yang merupakan sebuah pasar tunggal untuk masyarakat asia
tengara merupakan sebuah peluang sekaligus tantangan bagi masyarakat
Indonesia. Banyak pihak yang mengkhawatirkan kesepakatan tersebut
karena dapat menimbulkan ancaman pasar potensial domestik diamBank
Indonesial oleh pesaing dari negara lain. Kekhawatiran tersebut juga
nampak dalam dunia perbankan, terutama dalam perbankan syariah.
Saat ini bank syariah terbesar di Indonesia hanya mampu
membukukan aset sebesar US$5,4 miliar sehingga belum masuk kedalam
jajaran 25 bank syariah dengan aset terbesar di dunia. Sementara 3 bank
Malaysia dapat masuk ke dalam jajaran tersebut, yaitu Bank Rakyat dapat
membukukan aset sebesar US$13.081, Maybank Islamic Berhad dapat
membukukan aset sebesar US$10.666, dan BANK INDONESIAMB
Holdings dapat membukukan aset sebesar US$7489,9.

Hal ini

menunjukkan bahwa skala ekonomi syariah Indonesia masih kalah jauh


dengan Malaysia yang merupakan kompetitor utama bagi perbankan
syariah dalam MEA. Belum tercapainya skala ekonomi tersebut membuat
bank syariah di Indonesia kalah efisien. TerleBank Indonesiah lagi
sebagian bank syariah di Indonesia masih melakukan ekspansi sehingga
membutuhkan Bank Indonesiaaya investasi infratruktur yang signifikan.
Dengan dilakukannya perbandiangan terhadap sampel pada tiga
bank syariah dan konvensional diketahui bahwa:
1. Dengan menggunakan indikator rasio Bank Indonesiaaya
operasional (BOPO) diketahui bahwa bank syariah masih kalah
efisien dari bank konvensional.
2. Dari sisi net operation margin (NOM), dua dari tiga sampel
menunjukkan bahwa bank syariah leBank Indonesiah unggul
daripada bank konvensional
3. Dari sisi profitaBank Indonesialitas, return on asset (ROA)
bank syariah leBank Indonesiah kecil dari bank konvensional,
4. Dari sisi return on equity (ROE) bank syariah leBank
Indonesiah besar dibandingkan dengan bank konvensional. Hal
ini menunjukkan bahwa kondisi permodalan bank syariah
leBank

Indonesiah

kecil

dibandingkan

dengan

bank

konvensional.

uJIAN AKHIR SEMESTER perbankan|Perkembangan Perbankan Syariah:Tantangan dalam menyongsong M

13

ApaBank Indonesiala ketiga sampel bank syariah tersebut


Timur Tengah, maka diketahui:

Page

dibandingkan dengan bank syariah yang ada di Malaysia dan Kawasan

1. Dengan menggunakan indikator BOPO diketahui bahwa


perbankan

syariah

di

Indonesia

masih

kalah

efisien

dibandingkan dengan perbankan di Malaysia maupun di


kawasan Timur Tengah.
2. Dari sisi NOM bank syariah di Indonesia masih sangat
bervareatif dan secara rata-rata leBank Indonesiah tinggi
dibandingkan dengan Malaysia dan Timur Tengah
3. Dari sisi ROA dan ROE diketahui bahwa perbankan syariah di
Indonesia tergolong tinggi, sehingga tidak heran jika banyak
investor asing yang berminat mendirikan ataupun membeli
bank syariah di Indonesia. Dengan profitaBank Indonesialitas
yang tinggi memungkinkan pesatnya pertumbukan aset
perbankan syariah di Indonesia.
Disisi lain, kelemahan perbankan syariah Indonesia dalam
menghadapi MEA adalah diferensiasi produk keuangan syariah di
Indonesia yang masih kurang. Hal ini berbeda dengan negara lain yang
peranan produk-produk di sektor keuangan leBank Indonesiah dominan.
Meski secara esensi, hal ini membuat struktur pengembangan keuangan
syariah di Indonesia akan keBank Indonesiah kuat jika dibandingkan
dengan negara lain.
Kekurangan istrumen di pasar keuangan syariah berdampak pada
pengelolaan

likuiditas

perbankan

syariah.

Pengelolaan

likuiditas

perbankan syariah masih mengandalkan mekanisme Pasar Uang Antar


Bank Syariah (PUAS) dengan menggunakan instrumen Sertifikat Investasi
Mudharabah (SIMA), dan melakukan penempatan instrumen yang
diterBank Indonesiatkan oleh BANK INDONESIA. Hal ini menjadi
kendala bagi pasar keuangan syariah.

uJIAN AKHIR SEMESTER perbankan|Perkembangan Perbankan Syariah:Tantangan dalam menyongsong M

14

Kendala kurangnya instrumen dalam pengelolaan likuiditasnya


Page

bagi perbankan syariah telah mendapat terobosan dengan diterBank


Indonesiatkannya Surat Pembendaharaan Negara Syariah (SPNS) dan
mekanisme komoditi murabahah. Ketersediaan instrumen ini sangat
penting dikarenakan dapat mencegah terjadinya krisis yang berkelanjutan
pada industri keuangan syariah.
Kendala lainnya yang perlu mendapat perhatian serius adalah
upaya untuk memenuhi gap Sumber Daya Insani (SDI) dari tenaga kerja
domestik agar tidak diisi oleh tenaga kerja alhi. Salah satu kesepakatan
dalam MEA adalah mempermudah pertukaran tenaga kerja ahli dalam
pemenuhan lapangan kerja di negara Asean. Hal ini harus menjadi
perhatian yang serius mengingat minimnya SDI di Indinesia yang
memadai. Perlu diperhatikan juga bahwa di negara-negara seperti
Malaysia Bahrian, dan Kawasan Timur Tengah merupakan pusat
pendidikan dan pelatihan keuangan dan perbankan syariah. Jika gap SDI
ini tidak segera diatasi maka SDI perbankan syariah di Indonesia akan
leBank Indonesiah didominsi oleh tenaga kerja asing.
Hal ini dapat diatasi dengan didirikannya pusat pendidikan dan
pelatihan keuangan syariah untuk mencetak tnaga ahli dalam Bank
Indonesiadang keuangan syariah oleh para pelaku industri perbankan
syariah. IAEI juga dapat mengamBank Indonesial peran dengan
mengiriman beberapa tenaga ahli untuk mengajar di pusat pendidikan dan
pelatihan keuangan syariah tersebut.

uJIAN AKHIR SEMESTER perbankan|Perkembangan Perbankan Syariah:Tantangan dalam menyongsong M

15
Page

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan keuangan Indonesia tergolong terlambat jika
dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Pakistan dan Malaysia
yang telah terleBank Indonesiah dahulu menerapkan sistem keuangan
syariah pada sektor perbankan mereka. Hal ini menjadi wajar jika
perkembangan keuangan syariah Indonesia dibawah negara-negara
tersebut, baik dalam segi operasional maupun sumber daya pendukung
lainnya. Regulasi dalam sektor keuangan syariahpun masih perlu
mendapatkan banyak perhatian agar kedepannya sektor keuangan syariah
dapat berkembang dan tumbuh pesat dengan adanya landasan hukum yang
kuat.
Persiapan perbankan syariah dalam menghadapi MEA dapat
diBank Indonesialang sangat kurang mengingat kompetitor utama, yaitu
Malaysia jauh leBank Indonesiah baik dibandingkan dengan perbankan
syariah di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan yang
dilakukan pada pembahasan diatas dimana dalam segi likuiditas Malaysia
leboh baik dibandingkan dengan Indonesia. Dari segi pemenuhan tenaga
ahlipun Malaysia leBank Indonesiah baik dibandingkan dengan Indonesia.
Hal ini dapat dilihat dari Malaysia yang merupakan salah satu pusat
pendidikan dan pelatihan keuangan syariah, tentu tenaga ahli Bank
Indonesiadang keuangan syariah telah banyak terlahir.
B. Saran
Dalam menghadapi MEA perbankan syariah di Indonesia harusnya:
1. Pemerintah meningkatkan regulasi Bank Indonesiadang perbankan
syariah agar terdapat landasan hukum yang jelas bagi perbankan
syariah
2. Meningkatkan instrumen-instrumen perbankan
3. Melakukan inovasi pengembangan produk perbankan syariah
4. Meningkatkan jumlah tenaga ahli Bank Indonesiasang keuangan
syariah dengan mendirikan pusat pelatihan dan pendidikan keuangan
syariah.
DAFTAR PUSTAKA

uJIAN AKHIR SEMESTER perbankan|Perkembangan Perbankan Syariah:Tantangan dalam menyongsong M

16
Page

Abdul Ghofur Anshori, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah di


Indonesia dan Implikasinya bagi Praktik Perbankan Nasional, Jurnal
Ekonomi Islam La Riba, Vol. II, No. 2, Desember 2008.
Abdullah saeed, Islamic Banking and Interst: A Study of the ProhiBank
Indonesiation of Riba and its Contemporary Interpretation. (Leiden EJ
Brill, 1996)
Ascarya, Alur Transmisi Dan Efektifitas KeBank Indonesiajakan Moneter Ganda
di Indonesia Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan, Vol. XIV,
Nomor 3, Januari 2012.
Ceramah Ilmiah Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Milad ke-8 IAEI, 13 April
2012
Yusuf WiBank Indonesiasono, Politik Ekonomi UU Perbankan Syariah Peluang
dan Tantangan Regulasi Industri Perbankan Syariah, Jurnal Ilmu
Administrasi dan Organisasi, Vol. XVI, Nomor 2, MeiAgustus 2009

uJIAN AKHIR SEMESTER perbankan|Perkembangan Perbankan Syariah:Tantangan dalam menyongsong M

Anda mungkin juga menyukai