Page
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
A. Latar Belakang............................................................................................2
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................4
D. Manfaat........................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................5
A. Perkembangan Perbankan syariah di Indonesia.....................................5
B. Faktor Pendorong Perkembangan Bank Syariah di Indonesia..............8
C. Tantangan Pengembangan Perbankan Syariah.......................................8
D. Msyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015................................................10
E. Perbankan syariah menghadapi MEA....................................................13
BAB III..................................................................................................................17
PENUTUP.............................................................................................................17
A. Kesimpulan................................................................................................17
B. Saran..........................................................................................................17
2
Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pembahasan
Otoritas Jasa Keuangan merupakan sebuah lembaga Independen
yang dirancang untuk melakukan pengawasan ketat bagi lembaga
keuangan perbankan dan non perbankan di Indonesia. Adapun tujuan
utama pendirian Otoritas Jasa Keuangan adalah meningkatakan dan
memelihara kepercayaan publik di bidang jasa keuangan. Menegakkan
peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan. Meningkatkan
pemahaman publik mengenai bidang jasa keuangan serta melindungi
kepentingan konsumen jasa keuangan.
Wewenang pengawasan serta pengaturan lembaga perbankan yang
sebelumnya di kuasai oleh Bank Indonesia telah beralih kepada Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) pada awal 2013 lalu, dengan di keluarkannya
Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Pengambil wewenang tersebut sesuai dengan UU-nya yang sudah
disahkan oleh DPR-RI. Untuk kesehatan perbankan dan sebagainya sudah
bukan wewenang BI lagi.
Satu hal yang juga diharapkan dari terbentuknya OJK adalah
persoalan perlindungan konsumen. Aktivitas dalam lembaga keuangan ini
tentu disadari memberikan perlindungan bagi masyarakat sebagai nasabah
atau konsumen. Di Indonesia, kehadiran OJK dianggap sebagai otoritas
yang 9 dapat menanggulangi kegelisahan masyarakat atas tindakan
penyelewengan lembaga keuangan (yang umumnya tidak berizin) yang
selama ini terjadi.
Belum lama ini OJK telah menerbitkan Peraturan OJK No.
01/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen sektor Jasa Keuangan.
Pencapaian tujuan Peraturan OJK No. 01/POJK.07/2013 ini untuk
melindungi kepentingan konsumen industri jasa keuangan setidaktidaknya
dapat tercapai melalui 3 aspek yang disebut OJK terdiri dari peningkatan
transparasi(berupa pengungkapan manfaat, resiko serta biaya atas produk
dan/atau layanan Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK)), melakukan
Page
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini
adalah
1. Apa itu Otoritas Jasa Keuangan ?
2. Apa dasar hukum Otoritas Jasa Keuangan ?
3. Bagaimana peran Otoritas Jasa Keuangan dalam perbankan di
Indonesia ?
4. Bagaimana hubungan Otoritas Jasa Keuangan dengan Bank Indonesia
sebagai lembaga pengawas perbankan di Indonesia.
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui apa itu Otoritas Jasa Keuangan.
2. Untuk mengetahui dasar hukum Otoritas Jasa Keuangan
3. Untuk mengetahui bagaimana peran Otoritas Jasa Keuangan dalam
perbankan di Indonesia.
4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan Otoritas Jasa Keuangan
dengan Bank Indonesia sebagai lembaga pengawas perbankan di
Indonesia.
D. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah:
1. Menambah dan memperluas pengetahuan mengenai perbankan syariah.
2. Menjadi sumber informasi dan pengetahuan baru mengenai perbankan
syariah.
4
Page
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Perbankan syariah di Indonesia
Entitas bank syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1983 dengan
dikeluarkannya Paket Desember 1983 (Pakdes 83) yang didalamnya berisi
sejumlah regulasi di Bank Indonesiadang perbankan, dimana salah satu
peraturan menyebutkan bahwa bank diperbolehkan memberikan kridet atas
pinjaman sebesar 0% atau zero interest. Perkembangan selanjutnya diikuti
dengan dikeluarkannya Paket Hemat 1988 (Pakto 88) dimana berisi
deregulasi yang memudahkan pendirian bank-bank baru.
Berdasarkan Pakdes 83 dan Pakto 88 tersebut pada tahun 1991
berdirilah Bank Muamalat Indonesia sebagai satu-satunya bank umum
yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasrkan prinsip syariah.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia berlanjut pada tahun 1992
dengan dikeluarkannya UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan. Namun,
UU tersebut belum dapat menjadi landasan hukum yang kuat bagi
perkermbangan perbankan syariah. Dalam UU tersebut belom secara tegas
mencantumkan prinsip syariah dalam melaksanakan kegiatan usahanya
melainkan mengunakan kata bank bagi hasil. Bank Bagi Hasil yang
dimaksud dalam UU tersebut belum mencakup pengertian bank syariah
yang relatif leBank Indonesiah luas dari bank bagi hasil.
Kurangnya regulasi yang ada dalam UU No. 7 thaun 1992 terhadap
sektor perbankan syariah, kemudian pada tahun 1998 UU tersebut
diamandemen dan melahirkan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan
yang secara eksplisit nenetapkan bahwa bank-bank dapat beroperasi
berdasarkna prinsip-prinsip syariah. Setelah dikeluarkannya UU No. 10
tahun 1998, keBank Indonesiajakan hukum perbankan di Indonesia
menanut
sistem
pembukuan
ganda.
KeBank
Indonesiajakan
ini
Page
Page
kualitas
pelayanan,
baik
SDM
maupun
Page
Page
berbagai
hal.
Perbankan
syariah
harus
Page
bebas antarnegara-negara
ASEAN. Seluruh
ASEAN
haruslah
mempersiapkansumber
daya
10
Pada KTT Bali pada bulan Oktober 2003, para pemimpin ASEAN
Page
Pertemuan
Menteri
Ekonomi
ASEAN
yang
komitmen
mereka
yang
kuat
untuk
mempercepat
kepentingan
negara-negara
anggota
ASEAN
untuk
11
Integration
dan
inisiatif
regional
lainnya.
pada
keBank
4.
5.
6.
7.
swasta
untuk
konsistensi
dan
keterpaduan
dari
unsur-unsur
serta
Page
12
Hal ini
Indonesiah
kecil
dibandingkan
dengan
bank
konvensional.
13
Page
syariah
di
Indonesia
masih
kalah
efisien
likuiditas
perbankan
syariah.
Pengelolaan
likuiditas
14
15
Page
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan keuangan Indonesia tergolong terlambat jika
dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Pakistan dan Malaysia
yang telah terleBank Indonesiah dahulu menerapkan sistem keuangan
syariah pada sektor perbankan mereka. Hal ini menjadi wajar jika
perkembangan keuangan syariah Indonesia dibawah negara-negara
tersebut, baik dalam segi operasional maupun sumber daya pendukung
lainnya. Regulasi dalam sektor keuangan syariahpun masih perlu
mendapatkan banyak perhatian agar kedepannya sektor keuangan syariah
dapat berkembang dan tumbuh pesat dengan adanya landasan hukum yang
kuat.
Persiapan perbankan syariah dalam menghadapi MEA dapat
diBank Indonesialang sangat kurang mengingat kompetitor utama, yaitu
Malaysia jauh leBank Indonesiah baik dibandingkan dengan perbankan
syariah di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan yang
dilakukan pada pembahasan diatas dimana dalam segi likuiditas Malaysia
leboh baik dibandingkan dengan Indonesia. Dari segi pemenuhan tenaga
ahlipun Malaysia leBank Indonesiah baik dibandingkan dengan Indonesia.
Hal ini dapat dilihat dari Malaysia yang merupakan salah satu pusat
pendidikan dan pelatihan keuangan syariah, tentu tenaga ahli Bank
Indonesiadang keuangan syariah telah banyak terlahir.
B. Saran
Dalam menghadapi MEA perbankan syariah di Indonesia harusnya:
1. Pemerintah meningkatkan regulasi Bank Indonesiadang perbankan
syariah agar terdapat landasan hukum yang jelas bagi perbankan
syariah
2. Meningkatkan instrumen-instrumen perbankan
3. Melakukan inovasi pengembangan produk perbankan syariah
4. Meningkatkan jumlah tenaga ahli Bank Indonesiasang keuangan
syariah dengan mendirikan pusat pelatihan dan pendidikan keuangan
syariah.
DAFTAR PUSTAKA
16
Page