SKRIPSI
Disusun oleh:
ROFI AL LATIF
113140002
SKRIPSI
Disusun oleh:
ROFI AL LATIF
113140002
i
PERENCANAAN TAHAP PENGEMBANGAN LAPANGAN GAS “RAL”
UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI MENGGUNAKAN
SIMULATOR IPM DI PT. PERTAMINA EP ASSET 2
SKRIPSI
Disusun oleh :
ROFI AL LATIF
113140002
Disetujui untuk
Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta
Pembimbing I Pembimbing II
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nyalah saya selaku penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Skripsi
ini berjudul : Perencanaan Tahap Pengembangan Lapangan Gas “RAL”
untuk Memenuhi Target Produksi Menggunakan Simulator IPM di
PT.Pertamina EP Asset 2. Skripsi ini dibuat guna memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi
Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Mohamad Irhas Effendi, M.S., selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
2. Dr. Ir. Suharsono, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknologi Mineral,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
3. Dr. Ir. Drs. H. Herianto, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik
Perminyakan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
4. Ir. Suwardi, M.T. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Perminyakan
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
5. Hariyadi, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing I.
6. M.Th. Kristiati EA, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing II.
7. Revia Nanda Putra, S.T., dan jajarannya dari PT. Pertamina EP Asset 2.
Suatu kebahagiaan tersendiri bagi saya sebagai penulis apabila nantinya
skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkannya di kemudian
hari. Terima kasih.
Penulis
v
RINGKASAN
vi
DAFTAR ISI
Halaman
vii
DAFTAR ISI
(Lanjutan)
Halaman
viii
DAFTAR ISI
(Lanjutan)
Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
x
DAFTAR GAMBAR
(Lanjutan)
Gambar Halaman
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.4. Metodologi
Metodologi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang
terdapat di Lapangan Gas RAL adalah metode Material Balance P/Z vs Gp,
Nodal Analysis dan Total System Analysis menggunakan bantuan simulator IPM-
EXPERT yang langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data
1. Data Geologi
Data geologi yang diperlukan disini adalah volume bulk reservoir dimana
nantinya untuk menghitung besarnya OGIP (Original Oil In Place)
menggunakan Metode Volumetrik.
2. Data Reservoir
Data reservoir yang diperlukan antara lain :
- Porositas ( )
3
2. Analisa Data
Analisa data dalam skripsi ini menggunakan perhitungan manual dan software
simulasi produksi yang dikenal dengan IPM (Integrated Production Modelling)
yang dikembangkan oleh Petroleum Expert. Simulator IPM tersebut terdiri dari
dari beberapa sub-program, yaitu MBAL, PROSPER, dan GAP.
4
Gambar 1.1.
Flowchart Metodologi Penelitian
6
RAL
Gambar 2.1.
Peta Lokasi Lapangan RAL
(Pertamina EP Asset 2, 2017)
7
8
Gambar 2.2.
Peta Geologi Lapangan Pendopo
(Pertamina EP Asset 2, 2017)
9
Gambar 2.3.
Geological Setting Cekungan Sumatera Selatan
(Pertamina EP Asset 2, 2017)
Gambar 2.4.
Konfigurasi Sub-Cekungan di Cekungan Sumatera Selatan
(Pertamina EP Asset 2, 2017)
10
A G E
STRATIGRAPHIC
STRATIGRAPHIC TECTONIC GEOLOGICAL
GEOLOGICAL
HISTORY
HISTORY
STATES
LETTER
UNIT
UNIT
STATES
LETTER
ZONES
PULUNGGONO, 1992
ZONES
BLOW
BLOW
EPOCH
EPOCH
Y.
M. Y.
M.
N
N 23
23
Th
Th
PLEISTOCENE
PLEISTOCENE N
N 22
22
ALLUVIAL
ALLUVIAL
N
N 21
21
PLIOCENE
PLIOCENE
COMPRESSION
KASAI
KASAI
COMPRESSION
N
N 20
20
N
N 19
19 FORMATION
FORMATION
55 N
N 18
18 Tg
Tg Syn
Syn inversion
inversion
REGRESSIVE
REGRESSIVE
SEDIMENTS
SEDIMENTS
N
N 17
17 MUARA
MUARA ENIM
ENIM
LATE
LATE
FORMATION
FORMATION
N
N 16
16
MIOCENE
10
10 N
N 15
15
N
N 14
14
AIR
AIR BENAKAT
BENAKAT
MIDDLE
N
N 13
13
MIDDLE
33
FORMATION
FORMATION
N
N 12
12
N
N 11
11
Tf
Tf
N
N 10
10
22
15
15 N
N 99 GUMAI
GUMAI TRANSGRESSIVE
TRANSGRESSIVE
N
N 88 FORMATION
FORMATION
SEDIMENTS
SEDIMENTS
11
N
N 77
BRF BRF
N
N 66
EARLY
EARLY
20
20
55
N
N 55 Post
Post rift
rift (sagging)
(sagging)
UPPER
UPPER TAF
TAF
LOWER
LOWER TAF
TAF
Te
Te
N
N 44
OLIGOCENE
25
25
INFILLINGS
SEDIMENTS
INFILLINGS
SEDIMENTS
PP 22
22 LAHAT
LAHAT
11 -- 44
LATE
LATE
FORMATION
FORMATION
N
O N
N SS II O
PP 21
21 Syn
Syn rift
rift
30
30
PP 20
20
TT EE N
EARLY
Td
EARLY
Tc -- Td
PP 19
19
Tc
35
35
PP 18
18
PP 17
17 KIKIM
KIKIM FORMATION
FORMATION
EOCENE
EOCENE
PP 16
16
LATE
LATE
PP 15
15 Tb
Tb
40
40
PP 14
14
METAMORFIC COMPRESSION
PRE
PRE TERTIARY
TERTIARY EXTRUSSIVE /
INTRUSSIVE
Gambar 2.5.
Kolom Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan
(Pertamina EP Asset 2, 2017)
sumur yang dibor pada formasi ini berhubungan dengan delta plain dan
daerah shelf.
Pleistosen dan dihasilkan dari proses erosi Pegunungan Barisan dan Tiga
puluh. Komposisi dari formasi ini terdiri dari batupasir tuffan, lempung,
dan kerakal dan lapisan tipis batubara. Umur dari formasi ini tidak dapat
dipastikan, tetapi diduga Plio-Pleistosen. Lingkungan pengendapannya
darat.
Gambar 2.6.
Petroleum System Chart Sub-Cekungan Palembang Selatan
(Pertamina EP Asset 2, 2017)
pembentukan minyak dan gas bumi di daerah Lapangan Pendopo. Batuan induk
di daerah Lapangan Pendopo terdiri dari serpih Formasi Lahat, Formasi Talang
Akar dan Formasi Gumai.
Dari studi yang dilakukan oleh Pertamina (2004) dalam (Pertamina EP
Asset 2, 2017), di daerah sub-basin Lematang – Muara Enim, dikenal adanya dua
jenis batuan induk. Jenis ke-1 adalah batuan induk berupa material organik yang
berasal dari darat, dan jenis ke-2 adalah material organik yang berasal dari laut.
Pembentukan hidrokarbon dari serpih Formasi Talang Akar, banyak mengandung
material organik yang berasal dari darat di Sub-Basin Lematang, dimulai dari
Miosen Tengah. Sedangkan di sub-basin Muara Enim, selain Formasi Talang
Akar, serpih Formasi Gumai juga merupakan batuan induk yang mengandung
material organik yang berasosiasi dengan alga laut, memiliki HI 200 – 400,
merupakan kerogen tipe-II dan sudah matang, sehingga menghasilkan minyak.
Dari studi ini juga menunjukkan adanya perbedaan yang jelas antara daerah
minyak-bumi dan gas-bumi pada hidrokarbon yang terdapat pada Formasi
Baturaja. Daerah minyak tersebar di bagian utara seperti yang dijumpai pada
Lapangan Beringin, sedangkan daerah gas terdapat pada bagian selatan, seperti di
Lapangan Kuang, Merbau, Pagar Dewa dan Prabu Menang.
Menurut Suseno et. al. (1992) dalam (Pertamina EP Asset 2, 2017),
Formasi Lahat dan Formasi Talang Akar yang diendapkan di fluvio-deltaic
memiliki kandungan organik yang lebih kaya daripada yang diendapkan di laut
dangkal. Material organik Formasi Lahat dan Formasi Talang Akar yang
diendapkan di fluvio-deltaic mempunyai HI 130 – 310 mg/g dan kandungan
liptinit yang lebih tinggi dan menunjukkan potensial yang baik untuk
pembentukan minyak dan gas-bumi. Sedangkan material organik Formasi Lahat
dan Formasi Talang Akar yang diendapkan di laut dangkal menunjukkan
potensial yang cukup untuk pembentukan minyak dan gas-bumi.
Menurut Sarjono dan Sardjito (1989) dalam (Pertamina EP Asset 2, 2017),
kandungan organik dan kematangan batuan induk daerah Lapangan Pendopo
adalah sebagai berikut :
1. Formasi Lahat mempunyai kandungan TOC 1,7 – 4,1 %
16
Gambar 2.7.
Peta Kematangan Formasi Talang Akar dan Baturaja
(Pertamina EP Asset 2, 2017)
Gambar 2.8.
Peta Kematangan Formasi Gumai
(Pertamina EP Asset 2, 2017)
17
2.2.3.2. Reservoir
Di dalam Cekungan Sumatera Selatan, batuan yang berperan sebagai
batuan reservoir yang mengandung minyak dan gas-bumi dijumpai pada hampir di
semua batuan, dari Formasi Lahat, Talang Akar, Batu Raja, Gumai/Telisa, Air
Benakat, Muara Enim dan bahkan dari batuan dasar Pra-Tersier (basement).
Tetapi pada umumnya sebagai batuan reservoir utama adalah batupasir dari
Formasi Talang Akar (N4-P22) dan batugamping dari Formasi Baturaja (N5-N6).
2.2.3.4. Jebakan
Perangkap struktur terjadi pada kala Plio-Pleistosen. Semua penemuan
minyak dan gas bumi di Lapangan Pendopo terdapat di dalam sistem perangkap
struktur. Pada awal sejarah ditemukannya lapangan minyak dan gas bumi di
daerah ini, yaitu pada akhir era tahun 1930-an seperti Lapangan Pendopo, Gunung
Kemala dan Ogan. Lapangan-lapangan tersebut ditemukan berdasarkan pemetaan
geologi permukaan (surface geological mapping). Kemudian pada era tahun
18
Tabel II-1.
Komposisi Gas pada RAL-04
(Pertamina EP Asset 2, 2017)
Komponen Persen Mol, %
Methane CH4 72.531
Ethane C2H6 3.442
Propane C3H8 2.233
Iso-Butane i-C4H10 0.362
n-Butane n-C4H10 0.593
Iso-Pentane i-C5H12 0.228
n-Pentane n-C5H12 0.185
Hexane C6H14 0.24
Heptane C7H16 0.313
Octane C8H18 0.208
Nonane C9H20 0.048
Decane C10H22 0.06
Carbon dioxode CO2 19.466
Nitrogen N2 0.091
Total 100
Dari komposisi gas diatas, dapat diketahui bahwa jenis fasa pada lapangan
RAL ini adalah reservoir gas kering (dry gas) Gambar 2.9.
19
Gambar 2.9.
Diagram Fasa Gas Kering pada Lapangan RAL
Tabel II-2.
Sifat Fisik Batuan Lapangan RAL
(Pertamina EP Asset 2, 2017)
Parameter Nilai Satuan
Porositas 0.15 fraksi
Saturasi Air Mula-Mula (Swi) 0.2 fraksi
Saturasi Gas Mula-Mula (Sgi) 0.8 fraksi
Tabel II-3.
Hasil Interpretasi Tes Tekanan dan Temperatur pada Lapangan RAL
Sumur Pws Tr Datum P@datum
(psia) (F) Depth (m) (psia)
RAL-16 303.18 205.55 1300 306
20
Gambar 2.10.
Sejarah Produksi Lapangan RAL
(Pertamina EP Asset 2, 2017)
21
Lapangan Gas RAL telah berproduksi sejak 1 Agustus 1979 hingga saat
ini 1 Agustus 2018, yang pengelolaannya berada di dalam wilayah kerja
PT.Pertamina EP Asset 2. Lapangan Gas RAL memiliki 27 sumur, dimana
diantaranya terdapat 12 sumur suspend, 3 sumur abandon, dan 12 sumur aktif.
Semua sumur ini menembus zona gas reservoir BRF pada struktur yang sama.
Dari hasil POD sebelumnya, OGIP Lapangan RAL Reservoir BRF ini secara
volumetrik sebesar 540,435 BSCF dan tekanan initialnya sebesar 1883 psia.
Produksi kumulatif gasnya hingga 1 Agustus 2018 adalah sebesar 453 BSCF.
BAB III
DASAR TEORI
.........................................................................(3-1)
Keterangan :
G = Initial / Original Gas In Place, SCF
43560 = Faktor Konversi, cuft/acre-ft
A = Luas reservoir, acre
h = Ketebalan bersih dari formasi, ft
Ah = Volume bulk reservoir, acre-ft
= Porositas, fraksi
Swi = Saturasi air awal, fraksi
Bgi = Faktor volume formasi gas awal, cuft/SCF
22
23
dimana Bga adalah faktor volume formasi gas pada tekanan abandonment. Di
dalam hal ini harga Recovery Factor adalah (Abdassah, 1993) :
( ) ...........................................................(3-3)
Sehingga Estimate Ultimate Recovery atau total cadangan gas yang dapat diambil
dapat dituliskan sebagai berikut (Abdassah, 1993):
...................................................................................(3-4)
np = ni – nf ..........................................................................................(3-5)
dimana ni, nf dan np diketahui dari hukum gas nyata p V z n RT dan produksi
kumulatif gas dari reservoir berdasarkan konsep volume tangki yang konstan,
Pi Vi Pf Vf Psc Gp
...................................................................(3-6)
Zi R T Zf R T Z R Tsc
Keterangan :
Vi = Volume awal reservoir yang ditempati oleh hidrokarbon, cuft,
pada tekanan Pi.
Vf = Volume akhir reservoir yang ditempati oleh hidrokarbon , cuft,
pada tekanan Pf
Pi,Pf = Tekanan awal dan akhir reservoir, psia
Zi,Zf = Faktor kompresibilitas awal dan akhir
T = Temperatur reservoir, oR
R = Konstanta gas
Psc,Tsc = Tekanan dan temperatur standard
T V p T pV .......................................................(3-8)
G p sc i sc i i
p T z
sc f psc zT f
Apabila volume reservoir gas Vi, maka dapat dirumuskan pada saat kondisi
standard dengan persamaan sebagai berikut (Beggs, 1984) :
Gambar 3.1.
Plot P/Z versus Gp Reservoir Gas
(Beggs, 1984)
T
Tpr ...........……………...……………………….………......(3-12)
Tpc
keterangan :
Ppr = Pseudo reduced pressure, psia
26
dengan harga Ppc dan Tpc menggunakan harga tekanan dan temperatur kritis gas
murni penyusunnya dan disajikan dalam persamaan berikut (Ahmed, 2001) :
keterangan :
Ppc = Pseudo critical pressure, psia
Pci = Tekanan kritis komponen ke-i, psia
Tpc = Pseudo critical temperature, ºR
Tci = Temperatur kritis komponen ke-i, ºR
yi = Fraksi mol komponen ke-i.
pc - 0 (γ -0. ) - 0 . γ 0γ 0 . γ .................................(3-17)
( ) ..........(3-18)
27
keterangan :
z = faktor kompresibilitas gas
Ma = berat molekul tampak
yi = fraksi mol komponen ke-i dalam suatu campuran gas.
Mi = berat molekul untuk komponen ke-i dalam suatu campuran gas.
g g / u ....................................................................................................(3-21)
yi.Mi
g ....................................................................................................(3-22)
28.97
........................................................................................................(3-23)
Untuk gas ideal harga z adalah 1 (satu) tapi untuk gas nyata harga z bisa
lebih besar maupun lebih kecil dari 1 (satu) tergantung daripada tekanan dan
temperatur.
Z-factor sering diestimasikan berdasarkan grafik Standing and Katz
dimana grafik tersebut telah dapat diatur dengan menggunakan teknologi
komputarisasi yang diterjemahkan ke dalam persamaan oleh Beggs and Brill
(dalam Guo & Ghalambor, 2005) yang akan menghasilkan nilai Z-factor yang
akurat. Persamaan tersebut dapat dilihat pada Persamaan 3-24 s/d 3-29.
.............................................................. (3-24)
( ) ( ) .............................................. (3-25)
( ) ................................................................................... (3-26)
............................................................................... (3-27)
( ) ....................................................................................................... (3-28)
..........................................................................................(3-29)
centipoise
ʋ= , sehingga 1 centipoise = = cm2/100 detik.
gr / cm 3
Dalam perhitungan-perhitungan teknik reservoir maupun produksi
umumnya digunakan adalah viskositas diamik (µ). Maka yang dibicarakan di sini
adalah viskositas dinamik.
Viskositas dapat ditentukan den an men unakan alat “Ball Pressure
Viscometer” atau pun den an “Rankine Capilary Viscometer”. Tetapi karena
pengukuran secara langsung tersebut sulit dilakukan, maka biasanya orang
menggunakan cara penentuan viskositas secara tidak langsung, yaitu dengan
menggunakan cara korelasi. Viskositas dipengaruhi oleh tekanan, temperatur dan
komposisi.
3.2.5.1.Viskositas Campuran Gas
Bila komposisi campuran gas diketahui, maka viskositas dapat dihitung
dengan persamaan (Ahmed, 2001) :
g
.y (M )
gi i i
1/2
....................................................................... (3-31)
y .(Mi) i
1/2
Keterangan:
μg =viskositas campuran gas pada tekanan atmosfer, cp
grafik Gambar 3.2.. Apabila % mol gas-gas impuritisnya diketahui, maka koreksi
terhadap viskositas gas campuran harus dilakukan koreksi.
Gambar 3.2.
Viskositas Gas Alam pada 1 atm
(Ahmed, 2001)
Untuk campuran gas pada tekanan dan temperatur yang sembarang, cara
penentuan viskositas dapat menggunakan cara Korelasi Carr-Kobayashi dan
Burrow (dalam Ahmed, 2001). Adapun langkah- langkahnya sebagai berikut:
- Berdasarkan Ma atau SG gas campuran, tentukan viskositas gas pada tekanan 1
atm (μ1HC) dengan persamaan :
( ) ( ) (3-32)
- Bila % mol impurities N2, CO2, H2S diketahui tambahkan harga koreksi
masing-masing terhadap harga μgi.
μ1 = (μ1)uncorected + (∆μ)N2+ (∆μ)CO2 + (∆μ)H2S ............................................(3-36)
Keterangan:
a0 = -2.461182 a8 = -7.93385684 x 10-1
a1 = 2.97054714 a9 = 1.39643306
a2 = -2.86264054 x 10-1 a10 = -1.49144925 x 10-1
a3 = 8.05420522 x 10-3 a11 = 4.41015512 x 10-3
a4 = 2.80860949 a12 = 8.39387178 x 10-2
a5 = -3.49803305 x 10 a13 = -1.86408848 x 10-1
a6 = -3.60373020 x 10-1 a14 = 2.03367881 x 10-1
a7 = -1.04432413 x 10-2 a15 = -6.09579263 x 10-1
.............................................................................. (3-38)
32
3.3.2. Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai suatu bilangan yang menunjukkan
kemampuan dari suatu batuan untuk mengalirkan fluida melalui pori-pori yang
saling berhubungan yang dimiliki akibat dari adanya perbedaan tekanan (Ahmed,
2001). Permeabilitas batuan merupakan fungsi dari tingkat hubungan ruang antar
pori-pori dalam batuan. Satuan permeabilitas yang umum digunakan dalam
industry perminyakan yaitu dalam satuan mD atau milidarcy.
Definisi kwantitatif permeabilitas pertama-tama dikembangkan oleh Henry
Darcy (dalam Ahmed, 2001) dalam hubungan empiris dengan bentuk differensial
sebagai berikut:
k dP
V ......................................................................................(3-39)
dL
3.3.3. Saturasi
Saturasi fluida didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori
batuan yang ditempati/diisi fluida tertentu terhadap volume total pori-pori
(Ahmed, 2001).
Sg + Sw = 1 ..........................................................................................(3-42)
........................................................................................(3-43)
Untuk limestones
a = 0,8535
b = 1,075
c = 2,202x106
Gambar 3.3.
Tabulasi Numerical Integration
(Beggs, 1984)
dapat dilakukan pada semua kisaran tekanan reservoir dan secara teori juga tepat,
karena tekanan pada reservoir gas dipengaruhi oleh µ dan Z. Akan tetapi untuk
analisa di lapangan biasanya hanya dilakukan pendekatan den an ∆p2 karena lebih
sederhana (Beggs, 1984).
Gambar 3.4.
Plot m(P) vs P
(Beggs, 1984)
pada waktu drawdown sebelum mengalami build-up dan Δt men acu pada waktu
penutupan atau saat build-up.
Gambar 3.5.
Prinsip Pressure Build Up dalam Rate History
(Abdassah, 1997)
Gambar 3.5. menunjukkan bentuk kurva pressure buildup. Seperti juga
yang ditunjukkan dalam gambar tersebut, harga skin negatif yang besar karena
mendekati garis lurus semilog dari atas ketika wellbore storage kecil. Perilaku ini
dapat disembunyikan dengan harga wellbore storage yang besar, sehingga kurva
pressure build up kemungkinan memiliki bentuk karakteristik yang berhubung
dengan wellbore storage atau dengan harga skin yang positif.
q4 = (Pws4)2 - (Pwf4)2.
Gambar 3.6.
Diagram Tekanan dan Laju Produksi Selama Tes Modified Isochronal
(Abdassah, 1997)
q sc C P r Pwf
2
.............................................................................(3-44)
2 n
39
keterangan:
q sc = laju alir gas, Mscf/d
Berdasarkan plot antara (pws2- p wf2 ) vs qsc maka harga n dan C dapat
Gambar 3.7.
Grafik antara P vs Laju Alir pada Analisa Konvensional
2
(Ikoku, 1984)
40
garis lurus pada Pr Pwf
2 2
1 dan dibaca pada harga q sc . Sedangkan besarnya
harga AOFP adalah sama dengan harga q sc pada harga Pwf sebesar 14,7 psia.
Gambar 3.8.
Plot Deliverability
(Ikoku, 1984)
41
Gambar 3.9.
Kurva Tubing Intake
(Ikoku, 1992)
Gambar 3.10.
Lokasi Berbagai Titik Nodal
(Beggs, 2003)
a. Komponen reservoir
Sebagai sistem inflow, komponen ini merupakan sistem aliran fluida di
dalam media berpori sampai ke titik dasar sumur. Sehingga komponen ini berupa
kurva IPR (Inflow Performance Relationship). Untuk reservoir gas, kurva ini
dapat dibuat dengan metode konvensional, Jones-Blunt-Glaze, atau Laminar-
Inertia-Turbulence. Kurva IPR dipengaruhi oleh tekanan statis, tekanan alir dasar
sumur, faktor skin, permeabilitas, dan inertia-turbulence coefficient. Dengan
melakukan uji sensitivitas tekanan statis, dapat diketahui perubahan laju alir
terhadap sistem outflow tertentu.
43
Gambar 3.11.
Integrasi MBAL, PROSPER, dan GAP
(Petroleum Experts, 2010b)
3.8.1. MBAL
MBAL adalah seperangkat alat yang digunakan untuk menganalisa
reservoir dengan menggunakan data sejarah produksi reservoir dan data PVT dari
fluida yang diproduksikan yang dapat digunakan untuk memperkirakan Stock
Tank Original Oil in Place (STOOIP) maupun Stock Tank Original Gas in Place
(STOGIP) dengan memperhitungkan keseimbangan masa, serta mengidentifikasi
mekanisme pendorong reservoir, yang contoh tampilan pada sub-program ini
dapat dilhat pada Gambar 3.12. Data PVT serta sejarah produksi yang lengkap
dan baik dimasukkan ke dalam MBAL sebagai data input. Setelah itu dari semua
45
input itu, dilakukan history matching dengan guna untuk memvalidasi model pada
MBAL ini dengan keadaan actual.
Gambar 3.12.
Contoh Tampilan dari Sub-program MBAL
(Petroleum Experts, 2010b)
Gambar 3.13.
Contoh Tampilan Input Tank Data MBAL
(Petroleum Experts, 2010b)
3.8.2. PROSPER
PROSPER adalah seperangkat program yang digunakan untuk membuat
model sumur, yang digunakan untuk menganalisa dari aspek PVT (karakteristik
fluida), korelasi yang digunakan untuk menghitung dan menganalisa berbagai titik
47
untuk pressure loss, perhitungan terhadap VLP (Vertival Lift Performace), serta
dapat membuat dan menentukan IPR (Inflow Performance Relationship), yang
contoh tampilan dari sub-program ini dapat dilihat pada Gambar 3.14.
Gambar 3.14.
Contoh Tampilan dari Sub-program PROSPER
(Petroleum Experts, 2010c)
Tahap pengisian atau tahapan input data adalah tahap dimana data-data
utama yang berhubungan dengan sumuran dimasukkan ke dalam simulator sesuai
dengan kolom/isian yang tersedia. Data-data utama yang dimaksud adalah :
a) Pada kolom pertama yaitu kolom Option System Summary (dilihat pada
Gambar 3.15.), data yang diinput:
Jenis fluida produksi (gas/kondensat/minyak)
Jenis sumur (produksi/injeksi)
Pemilihan metode perhitungan yang akan digunakan
Jenis komplesi sumur (cased hole/open hole)
Jenis reservoirnya (single branch/multilateral well)
48
Gambar 3.15.
Contoh Tampilan System Summary PROSPER
(Petroleum Experts, 2010c)
b) Pada kolom kedua yaitu kolom PVT Data dilakukan dengan memasukan
data-data perusahaan yang berkaitan dengan fluida gas maupun air yang
terdapat pada lapangan RAL (dilihat pada Gambar 3.16.), data yang
diinput meliputi:
Gas Gravity
Tekanan separator (psig)
CGR (condensate to gas ratio)
Condensate gravity (oAPI)
WGR (water to gas ratio)
Water Salinity (ppm)
Impurities (H2S, CO2, dan N2)
Korelasi viskositas yang digunakan
49
Gambar 3.16.
Contoh Tampilan PVT Input Data PROSPER
(Petroleum Experts, 2010c)
d) Pada kolom keempat yaitu kolom Equipment Data (dilihat pada Gambar
3.18.), data yang diinput:
Deviation Survey (input data well profile berupa MD dan TVD)
Surface Equipment (keadaan diatas permukaan seperti input data
manifold dan flowline)
50
Gambar 3.17.
Contoh Tampilan IPR Input Data PROSPER
(Petroleum Experts, 2010c)
Gambar 3.18.
Contoh Tampilan Input Equipment Data PROSPER
(Petroleum Experts, 2010c)
51
e) Pada kolom kelima yaitu kolom Analysis Summary, yang merupakan suatu
bentuk dari penganalisaan terhadap model yang dibuat pada PROSPER
dengan keadaan yang sebenarnya. Dilakukan beberapa sensitivitas untuk
dapat menyamakan model yang dibuat dengan keadaan yang sebenarnya.
3.8.3. GAP
GAP merupakan bagian dari perangkat IPM yang diprogramkan untuk
membuat model total sistem yang termasuk di dalamnya adalah reservoir, sumur
dan fasilitas produksi di permukaan, untuk keperluan optimasi pada suatu
lapangan minyak, gas dan kondensat. Pada Gambar 3.19. dapat dilihat contoh
tampilan dari sub-program ini.
Gambar 3.19.
Contoh Tampilan dari Sub-program GAP
(Petroleum Experts, 2010a)
Gambar 3.20.
Contoh Pemodelan Sederhana System Model GAP
(Petroleum Experts, 2010a)
BAB IV
PERENCANAAN PENGEMBANGAN LAPANGAN GAS “RAL”
53
54
( )
55
maks
Perhitungan:
1. Menghitung Pseudocritical Pressure (Ppc) dan Pseudocroitical
Temperature (Tpc)
- + 606.7 ( )
56
+0
-
+0
- ( )
- ( ) ( )
( ) ( )
- ( )
-0.00551
57
Perhitungan:
1. Menghitung Pseudocritical Pressure (Ppc) dan Pseudocroitical Temperature
(Tpc)
-
-
[ ]
58
0.0111851 cp
[ ]
[
]
[ ]
[ ]
1 = 0.0111851 + + +0
1 = 0.012929 cp
6. Menghitung ln (µg/µ1*Tpr)
0.756614 cp
⁄
59
4. Menghitung Bg
Tabulasi pada Tabel IV-2 berikut merupakan hasil perhitungan sifat fisik
Sumur RAL-04 yang dijadikan contoh perhitungan, yang akan digunakan untuk
diinput kedalam software MBAL. Setelah dihitung pada harga nilai salah satu
tekanan, selanjutnya karakteristik fluida diperhitungkan disetiap penurunan
tekanan reservoir namun diasumsikan isothermal yang ditunjukan oleh Tabel IV-
3. dan digambarkan oleh Gambar 4.1. s.d Gambar 4.3.
60
Tabel IV-2.
Korelasi Perhitungan Karakteristik Fluida
Parameter Korelasi Nilai Unit
Faktor Volume Formasi
Real gas equation-of-state cuft/scf
Gas (Bg)
Tabel IV-3.
Hasil Perhitungan Sifat Fisik Fluida Setiap Tekanan
Pressure Z Factor Bg Viskositas gas
Keterangan
Psia - FT3/SCF Cp
14.7 0.9987721 1.278366999 0.011468167 -
100 0.9912785 0.186510023 0.011703328 -
150 0.9867322 0.123769762 0.011842299 Pabandon
200 0.9821021 0.092391734 0.011982097 -
300 0.972645 0.061001372 0.012264141 -
400 0.9630019 0.045297437 0.012549405 -
415 0.9615736 0.043626966 0.012591607 -
500 0.9532542 0.035871143 0.012837832 -
600 0.9434771 0.029586023 0.013129360 -
700 0.9337407 0.025097748 0.013423929 -
800 0.9241111 0.021734051 0.013721474 -
900 0.9146498 0.019121363 0.014021928 -
1000 0.9054144 0.017035461 0.014325223 -
1100 0.8964579 0.015333585 0.014631289 -
1200 0.887829 0.013920492 0.014940053 -
1300 0.8795719 0.012730179 0.015251441 -
1400 0.8717263 0.01171544 0.015565377 -
1500 0.8643272 0.010841601 0.015881783 -
1600 0.8574053 0.010082604 0.016200580 -
1700 0.8509868 0.009418471 0.016521687 -
1800 0.8450934 0.00883362 0.016845022 -
1883 0.8406135 0.008399483 0.017115022 Pinitial
61
Gambar 4.1.
Tekanan vs Faktor Volume Formasi Gas
Gambar 4.2.
Tekanan vs Viskositas
62
Gambar 4.3.
Tekanan vs Z-Faktor
Gambar 4.4.
Grafik P vs m(P)
64
Tabel IV-6.
Data Test Tekanan
Elapsed Time Pws Tf dT m(P) Horner Time Δm(P)
Tanggal Waktu
hours Psia F mmpsia2/cp (tp+dt)/dt mmpsia2/cp
08/17/2018 20:02:57 3.12917 186.986 196.118 0 3.023200314 0.000000 0.0000000
08/17/2018 20:03:02 3.13056 186.987 196.118 0.001389 3.023232087 5760.539237 0.0000318
08/17/2018 20:03:07 3.13194 186.988 196.118 0.002777 3.023263861 2881.806626 0.0000635
08/17/2018 20:03:12 3.13333 186.987 196.118 0.004166 3.023232087 1921.307249 0.0000318
08/17/2018 20:03:17 3.13472 186.989 196.118 0.005555 3.023295635 1441.144014 0.0000953
08/17/2018 20:03:22 3.13611 186.989 196.118 0.006944 3.023295635 1153.073733 0.0000953
08/17/2018 20:03:27 3.13750 186.986 196.119 0.008333 3.023200314 961.038402 0.0000000
08/17/2018 20:03:32 3.13889 186.984 196.118 0.009722 3.023136767 823.875951 -0.0000635
08/17/2018 20:03:37 3.14028 186.985 196.118 0.011111 3.023168540 721.007200 -0.0000318
08/17/2018 20:03:42 3.14167 186.988 196.118 0.0125 3.023263861 641.000000 0.0000635
08/17/2018 20:03:47 3.14306 186.984 196.118 0.013889 3.023136767 576.995392 -0.0000635
08/17/2018 20:03:52 3.14444 186.987 196.118 0.015277 3.023232087 524.663023 0.0000318
08/17/2018 20:03:57 3.14583 186.987 196.119 0.016666 3.023232087 481.019201 0.0000318
08/17/2018 20:04:02 3.14722 186.985 196.119 0.018055 3.023168540 444.090557 -0.0000318
08/17/2018 20:04:07 3.14861 186.985 196.119 0.019444 3.023168540 412.437976 -0.0000318
08/17/2018 20:04:12 3.15000 186.988 196.119 0.020833 3.023263861 385.006144 0.0000635
Gambar 4.5.
Log-Log Plot pada Sumur RAL-16
Dari Gambar 4.5. diperoleh End of Wellbore Storage yaitu sebesar 1.3
jam dimana production time (tp) sebesar 8 jam sehingga menghasilkan dt EOWB
7.15 jam yang digunakan untuk membuat grafik semi-log plot.
66
2. Menghitung P*
Gambar 4.6.
Semilog Plot pada Sumur RAL-16
Gambar 4.7.
Grafik m(P) vs P pada Sumur RAL-16
67
Nilai P* dihitung saat nilai horner time (x) = 1. Dari Gambar 4.6. yaitu
semilog plot pada sumur RAL-16, diperoleh persamaan garis semilog straight line
y = -0.033ln(x) + 7.8141 yang akan digunakan untuk mencari nilai m(P). Setelah
dapat nilai m(P), maka dikonversi menjadi nilai tekanan reservoir menggunakan
persamaan y = 23.758x + 117.53 yang didapat dari Gambar 4.7. Berikut adalah
hasil analisa perhitungan P* untuk sumur RAL-16 Tabel IV.7. yang dianggap
mewakili tekanan reservoir saat ini (1 Agustus 2018) untuk input data pada
pemodelan reservoir, sumur, dan total sistem pada simulator IPM Expert 7.5.
Tabel IV-7.
Hasil Perhitungan P* Sumur RAL-16
x y m(P) Pressure Keterangan
1 7.8141 303.18 P*
10 7.7381 301.37
9 7.7416 301.45 P 1jam
Tabel IV-8.
Hasil Perhitungan Deliverabilitas Metode Konvensional
Durasi Chk Size Pws Pwf q Pws^2 Pwf^2 Pws^2-Pwf^2
Kegiatan
(hour) /64 in psia psia mmscfd mmpsi^2 mmpsi^2 mmpsi^2
Shut-in 303.18 0.092
Flow 1 3 15 223 0.971 0.050 0.042
Shut-in 3 302 0.091
Flow 2 3 17 200 1.113 0.040 0.051
Shut-in 3 302 0.091
Flow 3 3 19 187 1.300 0.035 0.056
Shut-in 3 302 0.091
Flow 4 3 21 180 1.368 0.032 0.059
Extended Flow 8 19 187 1.310 0.035 0.057
Gambar 4.8.
Plot Deliverability q vs dP2
Plot pada Gambar 4.8. digunakan untuk mendapatkan nilai c dan n untuk
diinputkan ke dalam sub-program PROSPER serta untuk mengetahui nilai
AOFP.
69
Tabel IV-9
Data Perhitungan Faktor Turbulensi (n)
Q dP^2
mmscfd mmpsi^2
1.25 0.051
1.5 0.062
Sehingga
Sehingga
Sehingga
70
Tabel IV-10.
Plot Kurva IPR Metode Konvensional
Pwf (psia) Qsc (mmscfd)
303.18 0.00
300 0.06
200 1.20
100 1.84
14.7 2.04
Pada Tabel IV-10. didapatkan laju alir sumur RAL-16 pada masing
masing harga Pwf asumsi. Kemudian plot antara Pwf dan laju alir seperti
Gambar 4.9.
Gambar 4.9.
Kurva IPR Metode Konvensional
Dari Gambar 4.9. terlihat bahwa dengan membuat IPR yang merupakan
plot antara Pwf vs Rate didapatkan nilai AOFP sebesar 2.044 MMSCFD. Jika
dibandingkan dengan Gambar 4.8. yang merupakan deliverability plot antara rate
71
(q) pada sumbu x dengan dP2 pada sumbu y juga didapatkan harga yang sama.
Jadi bisa dipastikan bahwa perhitungan AOFP dan kurva IPR dengan metode
konvensional sudah mendekati kondisi actual.
Tabel IV-11.
Perbedaan Hasil Perhitungan IGIP
Volumetrik MBAL P/Z vs Gp Perbedaan, %
540.43 BSCF 526.48 BSCF 2.5 %
Gambar 4.10.
IGIP dengan Metode P/Z vs Gp pada Lapangan RAL
73
Gambar 4.11.
Tank Pressure & Cumulative Gas Production vs Time
Gambar 4.12.
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-16
Tabel IV-12.
Perbedaan Hasil Uji Sumur dengan Simulasi Sumur RAL-16
Test Data Simulated Error
Qg (MMscf) Pwf (psia) Qg (MMscf) Pwf (psia) Qg (%) Pwf (%)
1.31 187 1.312 186.7 0.15 0.16
75
Gambar 4.13.
Pemodelan Total Sistem untuk Lapangan RAL
Tabel IV-13.
Tahapan Pengembangan Lapangan RAL
Tahap Tanggal Keterangan
Tahap 1 01 Agustus 2018 Bean Up Choke
Tahap 2 01 Juni 2025 Menambah Compressor
4.3.1. Tahap 1
Tahap 1 yaitu prediksi produksi gas pada kondisi actual dengan
memproduksikan 12 sumur existing dengan target laju alir gas sebesar 8
MMSCFD. Hal ini dapat dicapai dengan bean up choke pada 12 sumur ini, dan
pada simulator produksi GAP ini, bean-up choke menggunakan calculated,
77
dimana ukuran bukaan choke diubah dan diperhitungkan secara otomatis agar
dapat mencapai target laju alirnya. Dari kondisi tersebut akan dilihat kemampuan
produksinya hingga tahun 2028.
Dari hasil prediction dengan menggunakan simulator produksi ini, yang
data-datanya sudah divalidasi dengan kondisi actual, bean-up choke dilakukan
dengan mengubah ukuran choke dari 0.3 inch menjadi 0.45 inch, dan pada tahap
ini lapangan mampu mempertahankan plateu gas rate sebesar 8 MMSCFD
sampai tanggal 1 Juni 2025 (6 tahun 10 bulan), dengan kumulatif produksi gas
sebesar 472.96 BSCF yang dapat dilihat pada Gambar 4.14.
Gambar 4.14.
Gas Rate dan Cumulative Production vs Time pada Tahap 1
4.3.2. Tahap 2
Tahap 2 yaitu lanjutan dari tahap 1 yang memprediksi produksi gas pada
kondisi actual dengan memproduksikan 12 sumur existing dengan target laju alir
gas sebesar 8 MMSCFD dengan cara bean-up choke. Hal yang membedakan pada
tahap 2 ini adalah pada saat tahap 1 sudah tidak mampu memproduksi laju alir gas
sesuai target pada tanggal 1 Juni 2025, maka dilakukan penambahan compressor
dengan fix delta P sebesar 60 psia, yaitu dengan inlet pressure sebesar 54.6 psia
dan outlet pressure sebesar 114.6 psia. Dari kondisi tersebut akan dilihat
kemampuan produksinya hingga tahun 2028.
78
Gambar 4.15.
Gas Rate dan Cumulative Production vs Time pada Tahap 2
Tabel IV-14.
Hasil Akhir Semua Tahapan Pengembangan Lapangan RAL
Plateu Rate End of Plateu Gp RF
Tahapan
MMSCFD dd/mm/yyyy BSCF %
Tahap 1 01/06/2025
8 472.96 89.83
(Choke-up) (6 tahun 10 bulan)
Tahap 2 01/08/2028
8 482.23 91.73
(Compressor) (10 tahun)
BAB V
PEMBAHASAN
Lapangan RAL adalah lapangan gas potensial yang telah berproduksi sejak
1 Agustus 1979 dan pengolahannya berada di dalam wilayah kerja PT. Pertamina
EP Asset 2. Lapangan RAL saat ini memiliki 12 sumur aktif. Dikarenakan saat ini
perusahaan telah memiliki pembeli yang baru, maka lapangan RAL harus segera
diketahui performa produksinya dan dilakukan perencanaan pengembangan
lapangan.
Pada studi ini penulis berusaha menganalisa dan memberikan solusi untuk
lapangan RAL ini. Solusi yang dimaksud adalah dimana lapangan RAL ini
mampu memenuhi gas rate agreement, yaitu berproduksi dengan laju alir gas
konstan 8 MMSCFD selama 10 tahun.
Metodologi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang
terdapat di Lapangan Gas RAL adalah metode Material Balance P/Z vs Gp,
Nodal Analysis dan Total System Analysis menggunakan bantuan simulator IPM-
EXPERT 7.5. Simulator ini memiliki beberapa sub-program yang saling
terintegrasi meliputi MBAL, PROSPER, dan GAP. MBAL adalah sub-program
yang digunakan dalam membuat model reservoir, PROSPER adalah sub-program
yang digunakan untuk membuat model sumuran, dan GAP adalah sub-program
yang digunakan untuk mengintegrasikan model reservoir dan sumuran tersebut
kedalam total system untuk kemudian dilakukan analisa production performance
dan forecasting nantinya. Tetapi harus diingat bahwa perencanaan pengembangan
suatu lapangan gas sebelumnya harus didasarkan pada berbagai aspek seperti
geologi dan geofisika, teknik reservoir hingga pada akhirnya diputuskan dan
dilaksanakan apabila telah memenuhi syarat atau kriteria dari aspek keekonomian.
Di Skripsi ini hanya dibahas secara teknik, tidak dibahas aspek keekonomiannya.
Tahap awal simulasi adalah dengan mengumpulkan data, yang terdiri dari
data-data geologi, data reservoir maupun data lapangan. Data itu meliputi data
geologi, sifat fisik gas dan batuan, komposisi gas, data well test, dan data
80
81
produksi. Data tersebut akan dipilih, dimodifikasi dan disesuaikan untuk dapat
menjadi input guna membangun model yang mendekati kondisi actual supaya
dapat dieksekusi oleh simulator IPM-EXPERT 7.5.
Reservoir Gas pada Lapangan RAL adalah reservoir gas yang dianggap
memiliki cadangan gas potensial. Formasi baturaja adalah formasi yang
diperkirakan merupakan formasi potensial gas produktif pada reservoir gas BRF.
Formasi ini memiliki porositas sebesar 15% dan saturasi air 20%. Dilihat dari data
komposisi gas dan diagram fasa yang dimiliki, lapangan RAL memiliki komposisi
gas yang didominasi metana, kandungan metana (CH4) pada sumur RAL-04
diatas 70% dan fasa fluida yang pada tekanan separator tetap berupa gas
membuktikan bahwa gas pada lapisan ini merupakan jenis gas kering (dry gas).
Hal tersebut diketahui jika melihat kandungan dari senyawa-senyawa berat C5-C10
memiliki harga yang sangat kecil (hampir nol). Kemudian impurities pada
komposisi gas kurang dari 20% yaitu CO2 dan N2, sedangkan H2S tidak
ditemukan pada lapangan RAL. Selain itu, harga Z pada pada setiap lapisan
hampir mendekati 1, yang artinya bahwa perilaku dari gas pada reservoir ini
merupakan gas ideal.
Selanjutnya adalah data jumlah gas mula-mula (IGIP) pada reservoir gas
Lapangan RAL. Metode yang digunakan dalam menentukan jumlah mula-mula
(IGIP) adalah dengan Metode Volumetrik. Metode ini digunakan untuk nanti
dibandingkan dengan metode P/Z vs Gp. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan
dengan Metode Volumetrik didapatkan nilai IGIP pada Lapangan RAL sebesar
540.435 BSCF dan dengan Metode P/Z vs Gp didapat IGIP sebesar 526.48 BSCF.
Perhitungan dengan metode P/z vs Gp dianggap lebih mendekati kondisi actual
karena dihitung berdasarkan data produksi actual. Untuk dapat mengetahui suatu
lapangan layak atau tidak untuk dikembangkan, maka perlu diketahui Remaining
Reserve dari suatu lapangan. Remaining Reserve pada Lapangan RAL adalah
sebesar 37.74 BSCF, angka ini masih cukup besar dan layak untuk dilakukan
pengembangan lapangan.
Sub-program MBAL digunakan untuk membuat model reservoir atau tank
Lapangan RAL menyerupai kondisi actual-nya, karena nanti akan dilakukan
82
forecasting. Pada pemodelan reservoir MBAL, data yang diinputkan meliputi Psep,
impurities, water salinity, SGgas, Swi, Ø, Player, Tlayer, nilai OGIP, serta production
history. Setelah itu dilakukan history matching, dan didapatkan hasil bahwa model
reservoir lapangan ini dianggap sudah match. Dari sini dapat dilihat bahwa model
reservoir telah menyerupai kondisi actual dan dapat digunakan untuk forecasting
pada sub-program GAP.
Sub-program PROSPER pada perencanaan pengembangan lapangan RAL
ini digunakan untuk membuat model sumuran, baik sumur RAL-04, RAL-06,
RAL-07, RAL-09, RAL-10, RAL-12, RAL-14, RAL-15, RAL-16, RAL-17, RAL-
18, dan RAL-23 supaya menyerupai kondisi actual. Model yang telah dibuat nanti
akan diintegrasikan bersamaan dengan MBAL ke dalam sub-program GAP yang
akan digunakan untuk melakukan forecasting. Data-data yang diinputkan ke
dalam sub-program PROSPER ini adalah Data PVT (Psep, impurities, water
salinity, SGgas, Swi, Ø), data untuk IPR (C, n, Pres, Tres), dan Equipment Data
(Deviation Survey, Surface Eqipment, Downhole Equipment, Temperature
Survey). Setelah semua data diinputkan kita dapat membuat kurva IPR sehingga
dapat diketahui nilai AOFP. AOFP sangat penting untuk diketahui, karena untuk
menentukan plateau rate dari setiap lapisan. Hasil pemodelan sumur pada sub-
program PROSPER pada konstruksi IPR untuk Sumur RAL-16 didapat AOFP
sebesar 2.044 MMSCFD. Kemudian konstruksi VLP pada Sumur RAL-16 didapat
gas rate sebesar 1.312 MMSCFD dengan Pwf sebesar 186.7 psia. Hasil ini tidak
jauh berbeda dengan data hasil uji sumur actual, dimana pada data hasil uji sumur
actual didapatkan nilai AOFP sebesar 2.043 dan gas rate sebesar 1.31 MMSCFD
dengan Pwf sebesar 187 psia. Dari sini dapat dilihat bahwa model sumur telah
menyerupai kondisi actual dan dapat digunakan untuk forecasting pada sub-
program GAP.
Dan langkah terakhir dalam simulasi produksi ini dengan menggunakan
sub-program GAP untuk pemodelan total sistem yang terintegrasi dari reservoir,
sumur hingga sistem produksi permukaan. Setelah semua data menyerupai kondisi
actual, termasuk dengan model reservoir dari sub-program MBAL dan model
sumur-sumur dari sub-program PROSPER, maka selanjutnya dari sub-program
83
GAP ini, dapat dilakukan production forecasting dan dapat dilakukan berbagai
tahapan pengembangan pada pengembangan lapangan ini untuk menguras
cadangan gas yang tersisa. Pemodelan yang dilakukan adalah memodelkan
reservoir dan 12 sumur yang aktif pada lapangan ini hingga pada jaringan
permukaan. Pada pemodelan ini menggunakan beberapa constraint yaitu prediksi
dilakukan hingga akhir kontrak yaitu 1 Agustus 2028, gas rate agreement yang
diterima di separator sebesar 8 MMSCFD.
Tahap 1 merupakan prediksi produksi gas pada kondisi actual dengan
memproduksikan 12 sumur existing dengan target laju alir gas konstan sebesar 8
MMSCFD. Hal ini dapat dicapai dengan cara bean-up choke pada 12 sumur ini,
dan pada simulator produksi GAP ini, penggantian ukuran bukaan choke
menggunakan calculated, dimana ukuran bukaan choke diubah dan
diperhitungkan secara otomatis agar dapat mencapai target laju alirnya. Dari
kondisi tersebut akan dilihat kemampuan produksinya hingga tahun 2028
kedepan. Dari hasil prediction dengan menggunakan simulator produksi ini, yang
data-datanya sudah divalidasi dengan kondisi actual, bean-up choke dilakukan
dengan mengubah ukuran choke dari 0,3 inch menjadi 0,45 inch, dan pada tahap
ini lapangan mampu mempertahankan gas rate sebesar 8 MMSCFD sampai
tanggal 1 Juni 2025 (6 tahun 10 bulan), dengan kumulatif produksi gas sebesar
472.96 BSCF.
Tahap 2 merupakan lanjutan dari Tahap 1 yang memprediksi produksi gas
pada kondisi actual dengan memproduksikan 12 sumur existing dengan target laju
alir gas sebsar 8 MMSCFD dengan cara bean up choke pada 12 sumur ini. Hal
yang membedakan pada Tahap 2 ini adalah pada saat Tahap 1 sudah tidak mampu
memproduksikan laju alir gas sesuai target pada tanggal 1 Juni 2025, maka
dilakukan penambahan compressor, dengan fix delta P sebesar 60 psia, yaitu
dengan inlet pressure sebesar 54.6 psia dan outlet pressure sebesar 114.6 psia.
Dari kondisi tersebut akan dilihat kemampuan produksinya hingga 1 Agustus
2028, pada tahap ini lapangan RAL mampu mempertahankan gas rate sebesar 8
MMSCFD sampai tanggal 1 Agustus 2028 (10 tahun),dengan kumulatif produksi
gas sebesar 482.23 BSCF dan Recovery Factor sebesar 91.73%.
84
6.1. Kesimpulan
85
86
6.2. Saran
Dari hasil tahapan pengembangan dari sisi engineer, terdapat saran yaitu:
1. Dengan Recovery Factor pada lapangan ini sebesar 93.21 % dan dengan
rate yang sesuai dengan gas rate agreement pada Lapangan RAL ini
sebesar 8 MMSCFD yang pada akhir kontrak didapatkan kumulatif
produksi gas sebesar 482.23 BSCF. Dengan Estimate Ultimate Recovery
atau Reserve sebesar 490,74 BSCF, maka masih cukup banyak cadangan
yang belum terambil, yaitu sebesar 8,51 BSCF. Apabila pada lapangan ini
dapat menemukan pembeli yang dapat menaikkan produksi hingga 9
MMSCFD atau 10 MMSCFD, maka cadangan yang terambil akan lebih
banyak dan akan menghasilkan keuntungan yang lebih.
DAFTAR PUSTAKA
87
LAMPIRAN
88
LAMPIRAN A
PENENTUAN DRIVE MECHANISM RESERVOIR “BRF”
LAPANGAN “RAL”
89
90
Gambar B-1
Layar Tampilan Awal
Gambar B-2
Layar Material Balance
91
92
Gambar B-3
Layar System Option
Gambar B-4
Layar Input PVT
93
Gambar B-5
Layar Input Data Match PVT
Gambar B-6
Layar Match PVT
94
4. Klik Input – Tank Data kemudian memasukkan data yang dibutuhkan, jika
sudah Klik Done
Gambar B-7
Layar Input Tank Parameter
Gambar B-8
Layar Input Water Influx
95
Gambar B-9
Layar Input Rock Compressibility
Gambar B-10
Layar Input Rock Compaction
96
Gambar B-11
Layar Input Permeability
Gambar B-12
Layar Input Production History
97
Gambar B-13
Layar Analitical Method
Gambar B-14
Layar Regression
98
Gambar B-15
Layar Graphical Method
7. Dari kedua metode secara grafik dan analisis pilihlah yang memiliki IGIP
atau yang telah di regresi/ best fit yang mendekati dengan data
volumetriknya. Pada lapangan RAL ini, metode grafik memiliki nilai IGIP
yang paling mendekati nilai IGIP volumetrik.
LAMPIRAN C
PEMBUATAN MODEL SUMUR PADA LAPANGAN “RAL”
MENGGUNAKAN SOFTWARE PROSPER IPM 7.5
Gambar C-1
Layar Tampilan Awal
Gambar C-2
Layar Input System Summary
99
100
2. Mengisi Data PVT dengan cara Klik Kolom PVT Data, kemudian masukkan
data PVT yang ada.
Gambar C-3
Layar Tampilan Utama
Gambar C-4
Layar Input Data PVT
101
Gambar C-5
Layar Input Data PVT
3. Setelah input data PVT, selanjutnya Klik Kolom IPR Data pada tampilan
utama, kemudian masukkan data untuk analisa deliverabilitas dan
mengkontruksi IPR
Gambar C-6
Layar Tampilan Utama
102
Gambar C-7
Layar Select Model IPR
Gambar C-8
Layar Input Data IPR
103
Gambar C-9
Layar Hasil Kontruksi IPR
Gambar C-10
Layar Tampilan Utama
104
Gambar C-11
Layar Input Data Equipment
Gambar C-12
Layar Input Deviation Survey
105
Gambar C-13
Layar Input Downhole Equipment
Gambar C-14
Layar Input Gradien Geothermal
106
Gambar C-15
Layar Tampilan Utama
Gambar C-16
Layar Input Data System 3 Variables
107
Gambar C-17
Layar Input Variables
Gambar C-18
Layar Hasil Simulasi
108
Gambar C-19
Plot IPR dan VLP Hasil Simulasi
LAMPIRAN D
KONSTRUKSI KURVA IPR DAN VLP PADA TIAP SUMUR
Gambar D-1
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-04
Gambar D-2
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-06
109
110
Gambar D-3
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-07
Gambar D-4
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-09
111
Gambar D-5
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-10
Gambar D-6
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-12
112
Gambar D-7
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-14
Gambar D-8
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-15
113
Gambar D-9
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-16
Gambar D-10
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-17
114
Gambar D-11
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-18
Gambar D-12
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-23