Anda di halaman 1dari 128

PERENCANAAN TAHAP PENGEMBANGAN LAPANGAN GAS “RAL”

UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI MENGGUNAKAN


SIMULATOR IPM DI PT. PERTAMINA EP ASSET 2

SKRIPSI

Disusun oleh:
ROFI AL LATIF
113140002

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
PERENCANAAN TAHAP PENGEMBANGAN LAPANGAN GAS “RAL”
UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI MENGGUNAKAN
SIMULATOR IPM DI PT. PERTAMINA EP ASSET 2

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Perminyakan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Disusun oleh:
ROFI AL LATIF
113140002

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019

i
PERENCANAAN TAHAP PENGEMBANGAN LAPANGAN GAS “RAL”
UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI MENGGUNAKAN
SIMULATOR IPM DI PT. PERTAMINA EP ASSET 2

SKRIPSI

Disusun oleh :
ROFI AL LATIF
113140002

Disetujui untuk
Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta

Pembimbing I Pembimbing II

Hariyadi, S.T., M.T. M.Th. Kristiati EA, S.T., M.T.

ii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Terimakasih paling utama kepada Allah SWT!


Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua tercinta, keluarga, sahabat,
pembimbing skripsi dan dosen-dosen serta keluarga PIONEER yang sangat
berjasa di perjalanan kuliah saya.

Semoga penulisan skripsi ini berguna bagi banyak orang.

Yogyakarta, Juli 2019

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nyalah saya selaku penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Skripsi
ini berjudul : Perencanaan Tahap Pengembangan Lapangan Gas “RAL”
untuk Memenuhi Target Produksi Menggunakan Simulator IPM di
PT.Pertamina EP Asset 2. Skripsi ini dibuat guna memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi
Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Mohamad Irhas Effendi, M.S., selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
2. Dr. Ir. Suharsono, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknologi Mineral,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
3. Dr. Ir. Drs. H. Herianto, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik
Perminyakan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
4. Ir. Suwardi, M.T. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Perminyakan
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
5. Hariyadi, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing I.
6. M.Th. Kristiati EA, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing II.
7. Revia Nanda Putra, S.T., dan jajarannya dari PT. Pertamina EP Asset 2.
Suatu kebahagiaan tersendiri bagi saya sebagai penulis apabila nantinya
skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkannya di kemudian
hari. Terima kasih.

Yogyakarta, Juli 2019

Penulis

v
RINGKASAN

Lapangan RAL adalah lapangan gas yang telah berproduksi sejak 1


Agustus 1979 hingga saat ini 1 Agustus 2018 dan pengelolaannya berada di dalam
wilayah kerja PT.Pertamina EP Asset 2, Prabumulih. Lapangan RAL memiliki 27
sumur, dimana diantaranya terdapat 12 sumur suspend, 3 sumur abandon, dan 12
sumur aktif yang memproduksikan gas dari Lapisan BRF (Baturaja Formation).
Saat ini perusahaan telah memiliki pembeli yang baru dengan kontrak penjualan
gas sebesar 8 MMSCFD selama 10 tahun. Oleh karena itu, lapangan ini harus
segera diketahui performa produksinya dan dilakukan perencanaan pengembangan
lapangan agar dapat memenuhi kontrak penjualan gas tersebut.
Metodologi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang
terdapat di Lapangan Gas RAL adalah Metode Material Balance P/Z vs Gp,
Nodal Analysis dan Total System Analysis menggunakan bantuan simulator IPM-
EXPERT 7.5, yang terdiri dari sub-program MBAL untuk pemodelan reservoir,
PROSPER untuk pemodelan sumur , dan GAP untuk pemodelan total system yang
terintegrasi dari reservoir, sumur, hingga sistem produksi permukaan.
Hasil perhitungan IGIP Lapangan RAL adalah sebesar 526.48 BSCF,
Recovery Factor Maximum sebesar 93.21%, Kumulatif Produksi Gas sebesar 453
BSCF, dan Remaining Reserve sebesar 37.74 BSCF, dapat dilihat bahwa
Lapangan RAL masih cukup layak untuk dikembangkan. Untuk pemodelannya
sendiri, baik pemodelan reservoir, sumur, dan fasilitas produksi pada Lapangan
RAL sudah mendekati keadaan actual. Setelah itu, dilanjutkan dengan production
forecast yang menghasilkan 2 tahapan pengembangan lapangan gas. Tahap 1
adalah melakukan bean-up choke dengan mengubah ukuran choke dari 0.3 inch
menjadi 0.45 inch, dimana hasilnya Lapangan RAL mampu mempertahankan
plateu gas rate sebesar 8 MMSCFD sampai tanggal 1 Juni 2025 (6 tahun 10
bulan), dengan kumulatif produksi gas sebesar 472.96 BSCF. Dan untuk tahap 2
adalah dengan melakukan penambahan compressor dengan fix delta P sebesar 60
psia, yaitu dengan inlet pressure sebesar 54.6 psia dan outlet pressure sebesar
114.6 psia dimana hasilnya Lapangan RAL mampu mempertahankan plateau gas
rate sebesar 8 MMSCFD sampai tanggal 1 Agustus 2028 (10 tahun), dengan
kumulatif produksi gas sebesar 482.23 BSCF dan Recovery Factor sebesar
91.73%.
Berdasarkan hasil analisa di atas, dapat disimpulkan bahwa Lapangan
RAL mampu memenuhi target produksi sesuai kontrak yang diinginkan yaitu
plateau gas rate sebesar 8 MMSCFD selama 10 tahun.

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. I


HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. II
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH............................................. III
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... IV
KATA PENGANTAR .......................................................................................... V
RINGKASAN ...................................................................................................... VI
DAFTAR ISI ...................................................................................................... VII
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ X
DAFTAR TABEL.............................................................................................. XII
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... XIII
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
1.4. Metodologi ............................................................................................... 2
1.5. Sistematika Penulisan ............................................................................... 6

BAB II TINJAUAN UMUM LAPANGAN RAL ............................................... 7


2.1. Letak Geografis Lapangan RAL .............................................................. 7
2.2. Keadaan Geologi Lapangan RAL ............................................................ 7
2.2.1. Geologi Regional Lapangan RAL ................................................. 8
2.2.2. Stratigrafi Lapangan RAL ........................................................... 10
2.2.3. Petroleum System ........................................................................ 14
2.3. Data Lapangan RAL ............................................................................... 18
2.3.1. Data Sifat Fisik Gas .................................................................... 18
2.3.2. Data Sifat Fisik Batuan.................................................................. 19
2.3.3. Kondisi Reservoir........................................................................ 19
2.3.4. Data PBU Sumur pada Lapangan RAL.......................................... 20
2.3.5. Data Uji Deliverabilitas Sumur pada Lapangan RAL ..................... 20
2.3.6. Data Produksi ............................................................................... 20

BAB III DASAR TEORI .................................................................................... 22


3.1. Perhitungan Cadangan ............................................................................ 22
3.1.1. Metode Volumetrik ..................................................................... 22

vii
DAFTAR ISI
(Lanjutan)

Halaman

3.1.2. Metode Material Balance ........................................................... 23


3.2. Sifat-sifat Fisik Gas ................................................................................ 25
3.2.1. Densitas Gas ................................................................................ 27
3.2.2. Specific Gravity Gas .................................................................... 27
3.2.3. Z Faktor (Compressibility Factor) .............................................. 28
3.2.4. Faktor Volume Formasi Gas ....................................................... 28
3.2.5. Viskositas Gas ............................................................................. 29
3.3. Sifat-sifat Fisik Batuan ........................................................................... 31
3.3.1. Porositas ...................................................................................... 31
3.3.2. Permeabilitas ............................................................................... 32
3.3.3. Saturasi ........................................................................................ 33
3.3.4. Kompresibilitas Formasi ............................................................. 33
3.4. Analisa Real Gas Pseudo Pressure ........................................................ 34
3.5. Analisa Pressure Build-up untuk Sumur Gas......................................... 35
3.6. Deliverabilitas Gas ................................................................................. 36
3.6.1. Uji Deliverabilitas dengan Modified Isochronal Test (MIT) ...... 37
3.6.2. Analisa Hasil Uji Deliverabilitas ................................................ 38
3.6.2.1. Metode Rawlins-Schellhardt (Analisa Konvensional).. 38
3.6.2.2. Plot Deliverability ......................................................... 40
3.6.3. Kurva Tubing Intake ................................................................... 41
3.7. Analisa Nodal ......................................................................................... 41
3.7.1. Titik Nodal di Dasar Sumur ........................................................ 42
3.7.2. Titik Nodal di Kepala Sumur ...................................................... 43
3.8. Simulator IPM-EXPERT ........................................................................ 43
3.8.1. MBAL ......................................................................................... 44
3.8.2. PROSPER ................................................................................... 46
3.8.3. GAP ............................................................................................. 51

BAB IV PERENCANAAN PENGEMBANGAN LAPANGAN GAS RAL ... 53


4.1. Pengumpulan, Persiapan dan Analisa Data ............................................ 53
4.1.1. Data Geologi dan Perhitungan Cadangan ................................... 53
4.1.2. Data dan Perhitungan Sifat Fisik Gas ......................................... 55
4.1.3. Perhitungan Real Gas Pseudo Pressure m(P) ............................. 63
4.1.4. Analisa Pressure Build Up .......................................................... 64
4.1.5. Analisa Deliverabilitas ................................................................ 67
4.1.5.1. Metode Konvensional (Rawlins-Schellhardt) ............... 67
4.1.5.2. Kurva Inflow Performance Relationship ...................... 70
4.2. Pembuatan Model ................................................................................... 71
4.2.1. Pemodelan Reservoir dengan MBAL ......................................... 71
4.2.2. Pemodelan Sumuran dengan PROSPER ..................................... 73

viii
DAFTAR ISI
(Lanjutan)

Halaman

4.2.3. Pemodelan Total Sistem dengan GAP ........................................ 75


4.3. Tahapan Perencanaan Pengembangan Lapangan ................................... 76
4.3.1. Tahap 1 ....................................................................................... 76
4.3.2. Tahap 2 ....................................................................................... 77
4.3.3. Hasil Akhir Tahapan Pengembangan Lapangan RAL ............... 78

BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 80


BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 87
LAMPIRAN ......................................................................................................... 88

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1. Flowchart Metodologi Penelitian ................................................................. 5


2.1. Peta Lokasi Lapangan RAL ........................................................................... 7
2.2. Peta Geologi Lapangan Pendopo ................................................................... 8
2.3. Geological Setting Cekungan Sumatera Selatan ............................................ 9
2.4. Konfigurasi Sub-Cekungan di Cekungan Sumatera Selatan.......................... 9
2.5. Kolom Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan ........................................... 10
2.6. Petroleum System Chart Sub-Cekungan Palembang Selatan ...................... 14
2.7. Peta Kematangan Formasi Talang Akar dan Baturaja ................................. 16
2.8. Peta Kematangan Formasi Gumai ................................................................ 16
2.9. Diagram Fasa Gas Kering pada Lapangan RAL .......................................... 19
2.10. Sejarah Produksi Lapangan RAL ................................................................. 20
3.1. Plot P/Z versus Gp Reservoir Gas ................................................................ 25
3.2. Viskositas Gas Alam pada 1 ATM............................................................... 30
3.3. Tabulasi Numerical Integration ................................................................... 34
3.4. Plot m(P) vs P............................................................................................... 35
3.5. Prinsip Pressure Build-Up dalam Rate History ........................................... 36
3.6. Diagram Tekanan dan Laju Produksi Modified Isochronal Test ................. 38
3.7. Grafik antara P2 vs Laju Alir pada Analisa Konvensional ....................... 39
3.8. Plot Deliverability ........................................................................................ 40
3.9. Kurva Tubing Intake .................................................................................... 41
3.10. Lokasi Berbagai Titik Nodal ........................................................................ 42
3.11. Integrasi MBAL, PROSPER, dan GAP ....................................................... 44
3.12. Contoh Tampilan dari Sub-program MBAL ................................................ 45
3.13. Contoh Tampilan Input Tank Data (MBAL) ............................................... 46
3.14. Contoh Tampilan dari Sub-program PROSPER .......................................... 47
3.15. Contoh Tampilan System Summary (PROSPER) ........................................ 48
3.16. Contoh Tampilan PVT Input Data (PROSPER) .......................................... 49

x
DAFTAR GAMBAR
(Lanjutan)

Gambar Halaman

3.17. Contoh Tampilan IPR Input Data (PROSPER) ........................................... 50


3.18. Contoh Tampilan Input Equipment Data (PROSPER) ................................ 50
3.19. Contoh Tampilan dari Sub-program GAP ................................................... 51
3.20. Contoh Pemodelan Sederhana (System Model GAP) .................................. 52
4.1. Tekanan vs Faktor Volume Formasi Gas ..................................................... 61
4.2. Tekanan vs Viskositas .................................................................................. 61
4.3. Tekanan vs Z-Faktor .................................................................................... 62
4.4. Grafik P vs m(P)........................................................................................... 63
4.5. Log-log Plot pada Sumur RAL-16 ............................................................... 65
4.6. Semilog Plot pada Sumur RAL-16 .............................................................. 66
4.7. Grafik m(P) vs P pada Sumur RAL-16 ........................................................ 66
4.8. Plot Deliverability q vs dP2 .......................................................................... 68
4.9. Kurva IPR Metode Konvensional ................................................................ 70
4.10. IGIP dengan Metode P/Z vs Gp pada Lapangan RAL ................................. 72
4.11. Tank Pressure & Cumulative Gas Production vs Time ............................... 73
4.12. Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-16 ........................................................... 74
4.13. Pemodelan Total Sistem untuk Lapangan RAL ........................................... 76
4.14. Gas Rate dan Cumulative Production vs Time pada Tahap 1...................... 77
4.15. Gas Rate dan Cumulative Production vs Time pada Tahap 2...................... 78

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II-1. Komposisi Gas pada RAL-04 .................................................................... 18


II-2. Sifat Fisik Batuan Lapangan RAL ............................................................. 19
II-3. Hasil Interpretasi Tes Tekanan dan Temperatur ....................................... 19
IV-1. Data Geologi Lapangan RAL .................................................................... 53
IV-2. Korelasi Perhitungan Karakteristik Fluida ................................................ 60
IV-3. Hasil Perhitungan Sifat Fisik Fluida Setiap Tekanan ................................ 60
IV-4. Tabulasi Data Real Gas Pseudo Pressure ................................................. 63
IV-5. Data yang Diperlukan pada Analisa Uji Sumur ........................................ 64
IV-6. Data Test Tekanan ..................................................................................... 65
IV-7. Hasil Perhitungan P* Sumur RAL-16 ....................................................... 67
IV-8. Hasil Perhitungan Deliverabilitas Metode Konvensional ......................... 68
IV-9. Data Perhitungan Faktor Turbulensi (n) .................................................... 69
IV-10. Plot Kurva IPR Metode Konvensional ...................................................... 70
IV-11. Perbedaan Hasil Perhitungan IGIP ............................................................ 72
IV-12. Perbedaan Hasil Uji Sumur dengan Simulasi Sumur RAL-16 .................. 74
IV-13. Tahapan Pengembangan Lapangan RAL .................................................. 76
IV-14. Hasil Akhir Semua Tahapan Pengembangan Lapangan RAL................... 79

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Penentuan Drive Mechanism Reservoir “BRF” Lapangan “RAL” ................ 89


B. Pembuatan Model Reservoir Menggunakan Software MBAL IPM 7.5. ...... 91
C. Pembuatan Model Sumur Menggunakan Software PROSPER IPM 7.5. ...... 99
D. Konstruksi Kurva IPR dan VLP pada Tiap Sumur ...................................... 109

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengembangan lapangan gas haruslah dianalisa sejak awal, hal ini
dikarenakan gas tidak dapat disimpan selayaknya minyak, sehingga konsumen
menerima hasil produksi secara kontinyu dengan laju alir konstan yang disepakati
(contract rate) yang juga disebut sebagai plateau rate. Plateau rate harus
dipertahankan hingga waktu kontrak berakhir. Apabila dari hasil analisa diketahui
bahwa plateau akan telah mengalami decline sebelum masa berakhirnya kontrak,
maka dilakukan berbagai tahapan perencanaan pengembangan lapangan untuk
mempertahankan plateau seperti mengatur ukuran choke serta perlu atau tidaknya
menambahkan compressor, dan menambah jumlah sumur produksi.
Lapangan Gas RAL telah berproduksi sejak 1 Agustus 1979 hingga saat
ini 1 Agustus 2018, yang pengelolaannya berada di dalam wilayah kerja
PT.Pertamina EP Asset 2. Lapangan Gas RAL memiliki 27 sumur, dimana
diantaranya terdapat 12 sumur suspend, 3 sumur abandon, dan 12 sumur aktif.
Semua sumur ini menembus zona gas Reservoir BRF pada struktur yang sama.
Dari hasil POD sebelumnya, OGIP Lapangan RAL Reservoir BRF ini sebesar
540,435 BSCF dan tekanan initialnya sebesar 1883 psia. Produksi kumulatif
gasnya hingga 1 Agustus 2018 adalah sebesar 453 BSCF. Lapangan ini baru saja
mendapatkan kontrak penjualan gas selama 10 tahun dengan target produksi
plateau gas rate sebesar 8 MMSCFD, tentunya target produksi tersebut harus
dipenuhi oleh perusahaan, dalam hal ini adalah PT. Pertamina EP Asset 2.
Lapangan Gas RAL ini memiliki data yang cukup dan memungkinkan
untuk dilakukannya perencanaan tahapan pengembangan lapangan menggunakan
metode simulasi produksi, disini penulis menggunakan bantuan simulator IPM
7.5, yang terdiri dari sub-program MBAL, PROSPER, dan GAP. Analisa dapat
dilakukan mulai dari analisa sifat fisik gas, analisa tekanan untuk mengetahui
tekanan reservoir saat ini, analisa deliverabilitas untuk mengetahui kemampuan

1
2

sumur berproduksi, perhitungan cadangan menggunakan metode volumetrik,


pembuatan model reservoir berdasarkan data lapangan, perhitungan cadangan
menggunakan metode p/z vs Gp dengan sub-program MBAL, pembuatan model
sumur menggunakan sub-program PROSPER, dan pembuatan total sistem dan
forcasting menggunakan sub-program GAP.

1.2. Rumusan Masalah


1. Berapa besar cadangan gas (Remaining Reserve) yang dapat diproduksi
pada Lapangan RAL ?
2. Bagaimana skenario tahapan perencanaan pengembangan lapangan untuk
mengatasi terjadinya penurunan produksi gas dalam pemenuhan kebutuhan
gas pada gas sales sebesar 8 MMSCFD selama kontrak 10 tahun ?

1.3. Maksud dan Tujuan


Maksud dari penulisan skripsi ini adalah untuk melakukan production
forecast dan tahapan pengembangan pada Lapangan RAL dengan
mengaplikasikan Material Balance, Nodal Analysis dan Total System Analysis
menggunakan simulator IPM-EXPERT. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk
memenuhi kontrak penjualan gas sebesar 8 MMSCFD selama 10 tahun.

1.4. Metodologi
Metodologi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang
terdapat di Lapangan Gas RAL adalah metode Material Balance P/Z vs Gp,
Nodal Analysis dan Total System Analysis menggunakan bantuan simulator IPM-
EXPERT yang langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data
1. Data Geologi
Data geologi yang diperlukan disini adalah volume bulk reservoir dimana
nantinya untuk menghitung besarnya OGIP (Original Oil In Place)
menggunakan Metode Volumetrik.
2. Data Reservoir
Data reservoir yang diperlukan antara lain :
- Porositas (  )
3

- Saturasi air awal (Swi)


- Saturasi gas awal (Sgi)
- Tekanan reservoar (Pr)
- Temperatur reservoar (Tr)
3. Data Sifat Fisik Fluida
Data sifat fisik fluida yang diperlukan meliputi :
- Komposisi gas
- Specific gravity (γ)
- Faktor deviasi (Z)
- Faktor volume formasi gas (Bg)
- Viskositas gas (μg)
4. Data Uji Sumur
Data uji sumur yang diperlukan meliputi :
- Data Pressure Build Up Test (PBU)
- Data Modified Isochronal Test (MIT)
5. Data Sumuran
Data sumuran yang diperlukan meliputi :
- Kedalaman sumur
- Panjang tubing
- Diameter tubing
- Ukuran choke
- Tekanan alir dasar sumur (Pwf)
6. Kontrak Lapangan
Data kontrak lapangan yang diperlukan meliputi :
- Contract rate
- Waktu kontrak

2. Analisa Data
Analisa data dalam skripsi ini menggunakan perhitungan manual dan software
simulasi produksi yang dikenal dengan IPM (Integrated Production Modelling)
yang dikembangkan oleh Petroleum Expert. Simulator IPM tersebut terdiri dari
dari beberapa sub-program, yaitu MBAL, PROSPER, dan GAP.
4

1. Melakukan perhitungan sifat fisik gas


Penentuan sifat fisik gas penting dilakukan seperti penentuan faktor
deviasi (Z), faktor volume formasi gas (Bg) dan viskositas gas (µ).
2. Melakukan Analisa Data Uji Sumur
Analisa data uji sumur ini bertujuan untuk mengetahui tekanan reservoir,
deliverability sumur dan Absolute Open Flow Potensial (AOFP).
3. Melakukan Perhitungan OGIP, RF, EUR, dan RR
Hitung OGIP dengan menggunakan Metode Volumetrik. Apabila tersedia
data sejarah tekanan perhitungan OGIP juga dilakukan dengan Metode
Material Balance. Setelah mengetahui besarnya OGIP, dilanjutkan dengan
menghitung Recovery Factor-nya, Estimated Ultimate Recovery-nya, dan
Remaining Reserve-nya.
4. Melakukan Analisa Production Performance.
Dengan melakukan networking dari semua sumur yang berada pada
lapangan tersebut, kita dapat melihat kemampuan produksi total dari suatu
sistem lapangan.
 Analisa reservoir dengan Metode Material Balance menggunakan
simulator MBAL.
 Analisa nodal sumur dengan membuat model sumur pada simulator
PROSPER. Untuk mengetahui kehilangan tekanan dari reservoir
sampai ke permukaan dan juga konstruksi kurva IPR dan VLP.
 Analisa total sistem dengan membuat model total sistem pada
simulator GAP yang akan diintegrasikan dengan model reservoir
MBAL dan model sumuran PROSPER.
5. Merencanakan berbagai skenario
Dengan mengetahui prediksi tekanan dan rate produksi dari suatu
lapangan, maka dapat dilakukan perencanaan skenario terbaik yang mana
dapat dilakukan dengan memperbesar ukuran choke, menambahkan
kompressor, atau diperlukan penambahan sumur produksi untuk
memenuhi rate kontrak yang telah disepakati.
5

3. Membuat Kesimpulan Hasil Perencanaan Pengembangan Lapangan

Gambar 1.1.
Flowchart Metodologi Penelitian
6

1.5. Sistematika Penulisan


Untuk lebih memudahkan memahami skripsi ini, maka penulis mencoba
menyampaikan skripsi ini secara sistematis. Adapun sistematika penulisan skripsi
ini adalah sebagai berikut : Bab I. Pendahuluan, memberikan gambaran umum
mengenai skripsi ini; Bab II. Tinjauan Umum Lapangan, memberikan deskripsi
umum Reservoir Gas “BRF” Lapangan “RAL”; Bab III. Dasar Teori, pada bagian
ini dijelaskan teori dasar yang berkaitan dengan studi ini, dimulai dari sifat fisik
gas, perhitungan OGIP volumtrik, uji tekanan, uji deliverabilitas sumur gas, dan
simulator IPM; Bab IV. Perencanaan Pengembangan Lapangan Gas “RAL”,
memberikan penjelasan mengenai hasil studi yang dilakukan; Bab V.
Pembahasan, memberikan pembahasan mengenai skripsi ini secara keseluruhan;
Bab VI. Kesimpulan, menyimpulkan hasil dari studi yang telah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN UMUM LAPANGAN RAL

2.1. Letak Geografis Lapangan RAL


Lapangan Gas RAL terletak di sebelah Barat Kota Prabumulih, Sumatera
Selatan. Lapangan Gas RAL merupakan lapangan onshore dan berjarak 68 km di
sebelah Barat Laut lapangan produksi Prabumulih yang merupakan wilayah kerja
PT. Pertamina EP Asset 2 seperti pada Gambar 2.1.

RAL

Gambar 2.1.
Peta Lokasi Lapangan RAL
(Pertamina EP Asset 2, 2017)

2.2. Keadaan Geologi Lapangan RAL


Pada tahap awal perencaan pengembangan suatu lapangan tidak lepas
dari peranan analisa kondisi geologi. Pada sub-bab ini akan membahas secara
khusus mengenai kondisi geologi yang terdapat pada Lapangan Gas RAL dimana
meliputi Geologi Regional, Stratigrafi, dan Petroleum System.

7
8

2.2.1. Geologi Regional Lapangan RAL


Secara regional, Lapangan RAL adalah bagian struktur dari Lapangan
Pendopo yang merupakan antiklinorium yang memanjang barat-timur dan
dipisahkan oleh patahan turun dengan arah relatif utara-selatan Gambar 2.2.
Secara tektonik, Lapangan Pendopo terletak pada jalur Antiklinorium Pendopo-
Limau diantara Lematang Depression dan Limau Graben Gambar 2.3. yang
merupakan suatu depresi bagian dari Sub-Cekungan Palembang Selatan. Sub-
Cekungan ini bersama dengan Sub-Cekungan Palembang Tengah dan Sub-
Cekungan Jambi membentuk cekungan besar yang disebut sebagai Cekungan
Sumatera Selatan yang merupakan Cekungan Busur Belakang (Back Arc Basin)
Tersier yang terletak di sepanjang sisi barat dan selatan dari Dataran Sunda
Gambar 2.4.

Gambar 2.2.
Peta Geologi Lapangan Pendopo
(Pertamina EP Asset 2, 2017)
9

Gambar 2.3.
Geological Setting Cekungan Sumatera Selatan
(Pertamina EP Asset 2, 2017)

Gambar 2.4.
Konfigurasi Sub-Cekungan di Cekungan Sumatera Selatan
(Pertamina EP Asset 2, 2017)
10

2.2.2. Stratigrafi Lapangan RAL


Lapangan RAL terletak pada Sub-Cekungan Palembang Selatan yang
merupakan bagian dari Cekungan Sumatera Selatan. Stratigrafi Cekungan
Sumatera Selatan diawali dengan siklus pengendapan darat, kemudian berangsur
menjadi pengendapan laut, dan kembali kepada pengendapan darat.

A G E
STRATIGRAPHIC
STRATIGRAPHIC TECTONIC GEOLOGICAL
GEOLOGICAL
HISTORY
HISTORY
STATES
LETTER
UNIT
UNIT
STATES
LETTER
ZONES
PULUNGGONO, 1992
ZONES
BLOW
BLOW

EPOCH
EPOCH
Y.
M. Y.
M.

N
N 23
23
Th
Th
PLEISTOCENE
PLEISTOCENE N
N 22
22
ALLUVIAL
ALLUVIAL
N
N 21
21
PLIOCENE
PLIOCENE

COMPRESSION
KASAI
KASAI

COMPRESSION
N
N 20
20
N
N 19
19 FORMATION
FORMATION
55 N
N 18
18 Tg
Tg Syn
Syn inversion
inversion

REGRESSIVE
REGRESSIVE
SEDIMENTS
SEDIMENTS
N
N 17
17 MUARA
MUARA ENIM
ENIM
LATE
LATE

FORMATION
FORMATION
N
N 16
16
MIOCENE

10
10 N
N 15
15
N
N 14
14
AIR
AIR BENAKAT
BENAKAT
MIDDLE

N
N 13
13
MIDDLE

33

FORMATION
FORMATION
N
N 12
12
N
N 11
11
Tf
Tf

N
N 10
10
22

15
15 N
N 99 GUMAI
GUMAI TRANSGRESSIVE
TRANSGRESSIVE
N
N 88 FORMATION
FORMATION
SEDIMENTS
SEDIMENTS
11

N
N 77
BRF BRF
N
N 66
EARLY
EARLY

20
20
55

N
N 55 Post
Post rift
rift (sagging)
(sagging)
UPPER
UPPER TAF
TAF

LOWER
LOWER TAF
TAF
Te
Te

N
N 44
OLIGOCENE

25
25
INFILLINGS
SEDIMENTS
INFILLINGS
SEDIMENTS

PP 22
22 LAHAT
LAHAT
11 -- 44
LATE
LATE

FORMATION
FORMATION
N
O N
N SS II O

PP 21
21 Syn
Syn rift
rift
30
30
PP 20
20
TT EE N
EARLY

Td
EARLY

Tc -- Td

PP 19
19
Tc

35
35
PP 18
18
PP 17
17 KIKIM
KIKIM FORMATION
FORMATION
EOCENE
EOCENE

PP 16
16
LATE
LATE

PP 15
15 Tb
Tb
40
40
PP 14
14

METAMORFIC COMPRESSION
PRE
PRE TERTIARY
TERTIARY EXTRUSSIVE /
INTRUSSIVE

Play terbukti Modified from Ryacudu, 2005


Play eksplorasi

Gambar 2.5.
Kolom Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan
(Pertamina EP Asset 2, 2017)

Koesoemadinata (1980) dalam (Pertamina EP Asset 2, 2017) menyatakan urutan


stratigrafi dari tua ke muda Gambar 2.5. :

1. Pre-Tertiary Basement (BSM)


Formasi ini merupakan batuan dasar (basement rock) dari
Cekungan Sumatra Selatan. Tersusun atas batuan beku Mesozoikum,
11

batuan metamorf Paleozoikum, Mesozoikum, dan batuan karbonat yang


termetamorfosa. Hasil dating di beberapa tempat menunjukkan bahwa
beberapa batuan berumur Kapur Akhir sampai Eosen Awal. Batuan
metamorf Paleozoikum-Mesozoikum dan batuan sedimen mengalami
perlipatan dan pensesaran akibat intrusi batuan beku selama episode
orogenesa Mesozoikum Tengah (Mid-Mesozoikum).

2. Formasi Lahat (LAF)


Batuan tertua yang ditemukan pada Cekungan Sumatera Selatan
adalah batuan yang berumur akhir Mesozoik. Batuan yang ada pada
Formasi ini terdiri dari batupasir tuffan, konglomerat, breksi, dan lempung.
Batuan-batuan tersebut kemungkinan merupakan bagian dari siklus
sedimentasi yang berasal dari Continental, akibat aktivitas vulkanik, dan
proses erosi dan disertai aktivitas tektonik pada akhir kapur-awal Tersier di
Cekungan Sumatera Selatan.

3. Formasi Talang Akar (TAF)


Formasi Talang Akar terdapat di Cekungan Sumatra Selatan,
formasi ini terletak di atas Formasi Lemat dan di bawah Formasi Telisa
atau anggota Basal Batugamping Telisa. Formasi Talang Akar terdiri dari
batupasir yang berasal dari delta plain, serpih, lanau, batupasir kuarsa,
dengan sisipan batulempung karbonat, batubara dan di beberapa tempat
konglomerat. Kontak antara Formasi Talang Akar dengan Formasi Lemat
tidak selaras pada bagian tengah dan pada bagian pinggir dari cekungan
kemungkinan paraconformable, sedangkan kontak antara Formasi Talang
Akar dengan Telisa dan anggota Basal Batugamping Telisa adalah
conformable. Kontak antara Talang Akar dan Telisa sulit di pick dari
sumur di daerah palung disebabkan litologi dari dua formasi ini secara
umum sama. Ketebalan dari Formasi Talang Akar bervariasi 1500-2000
feet (sekitar 460-610 m). Umur dari Formasi Talang Akar ini adalah
Oligosen Atas-Miosen Bawah dan kemungkinan meliputi N3 (P22), N7
dan bagian N5 berdasarkan zona Foraminifera plangtonik yang ada pada
12

sumur yang dibor pada formasi ini berhubungan dengan delta plain dan
daerah shelf.

4. Formasi Baturaja (BRF)


Anggota ini dikenal dengan Formasi Baturaja. Diendapkan pada
bagian intermediate-shelfal dari Cekungan Sumatera Selatan, di atas dan
di sekitar platform dan tinggian. Kontak pada bagian bawah dengan
Formasi Talang Akar atau dengan batuan Pra-Tersier. Komposisi dari
Formasi Baturaja ini terdiri dari Batugamping Bank (Bank Limestone)
atau platform dan reefal. Ketebalan bagian bawah dari formasi ini
bervariasi, namun rata-rata 200-250 feet (sekitar 60-75 m). Singkapan
dari Formasi Baturaja di Pegunungan Garba tebalnya sekitar 1700 feet
(sekitar 520 m). Formasi ini sangat fossiliferous dan dari analisis umur
anggota ini berumur Miosen. Fauna yang ada pada Formasi Baturaja
umurnya N6-N7.

5. Formasi Gumai (GUF)


Formasi Gumai tersebar secara luas dan terjadi pada zaman Tersier,
formasi ini terendapkan selama fase transgresif laut maksimum, (maximum
marine transgressive) ke dalam 2 cekungan. Batuan yang ada di formasi ini
terdiri dari napal yang mempunyai karakteristik fossiliferous, banyak
mengandung foram plankton. Sisipan batugamping dijumpai pada bagian
bawah. Formasi Gumai beda fasies dengan Formasi Talang Akar dan
sebagian berada di atas Formasi Baturaja. Ketebalan dari formasi ini
bervariasi tergantung pada posisi dari cekungan, namun variasi ketebalan
untuk Formasi Gumai ini berkisar dari 6000–9000 feet (1800-2700 m).
Penentuan umur Formasi Gumai dapat ditentukan dari dating dengan
menggunakan foraminifera planktonik. Pemeriksaan mikropaleontologi
terhadap contoh batuan dari beberapa sumur menunjukkan bahwa fosil
foraminifera planktonik yang dijumpai dapat digolongkan ke dalam zona
Globigerinoides sicanus, Globogerinotella insueta, dan bagian bawah zona
Orbulina Satiralis Globorotalia peripheroranda, umurnya disimpulkan
13

Miosen Awal-Miosen Tengah. Lingkungan pengendapan Laut Terbuka,


Neritik.

6. Formasi Air Benakat (ABF)


Formasi Lower Palembang diendapkan selama awal fase siklus
regresi. Komposisi dari formasi ini terdiri dari batupasir glaukonitan,
batulempung, batulanau, dan batupasir yang mengandung unsur
karbonatan. Pada bagian bawah dari Formasi Lower Palembang kontak
dengan Formasi Telisa. Ketebalan dari formasi ini bervariasi dari 3300 –
5000 kaki (sekitar 1000 – 1500 m). Fauna-fauna yang dijumpai pada
Formasi Lower Palembang ini antara lain Orbulina Universa d’Orbigny,
Orbulina Suturalis Bronimann, Globigerinoides Subquadratus
Bronimann, Globigerina Venezuelana Hedberg, Globorotalia Peripronda
Blow & Banner, Globorotalia Venezuelana Hedberg, Globorotalia
Peripronda Blow & Banner, Globorotalia mayeri Cushman & Ellisor,
yang menunjukkan umur Miosen Tengah N12-N13. Formasi ini
diendapkan di lingkungan laut dangkal.

7. Formasi Muaraenim (MEF)


Batuan penyusun yang ada pada formasi ini berupa batupasir,
batulempung, dan lapisan batubara. Batas bawah dari Formasi Middle
Palembnag di bagian selatan cekungan berupa lapisan batubara yang
biasanya digunakan sebagai marker. Jumlah serta ketebalan lapisan-
lapisan batubara menurun dari selatan ke utara pada cekungan ini.
Ketebalan formasi berkisar antara 1500–2500 kaki (sekitar 450-750 m).
De Coster (1974) menafsirkan formasi ini berumur Miosen Akhir sampai
Pliosen, berdasarkan kedudukan stratigrafinya. Formasi ini diendapkan
pada lingkungan laut dangkal sampai brackist (pada bagian dasar), delta
plain dan lingkungan non marine.

8. Formasi Tuff Kasai (KAF)


Formasi ini merupakan formasi yang paling muda di Cekungan
Sumatra Selatan. Formasi ini diendapkan selama orogenesa pada Plio-
14

Pleistosen dan dihasilkan dari proses erosi Pegunungan Barisan dan Tiga
puluh. Komposisi dari formasi ini terdiri dari batupasir tuffan, lempung,
dan kerakal dan lapisan tipis batubara. Umur dari formasi ini tidak dapat
dipastikan, tetapi diduga Plio-Pleistosen. Lingkungan pengendapannya
darat.

2.2.3. Petroleum System


Tempat terakumulasinya reservoir baik itu minyak maupun gas dari
proses geologi yang terjadi selama ribuan tahun tak lepas dari Petroleum System.
Pada sub-bab ini akan membahas elemen-elemen pada Petroleum System yang
meliputi Source Rock, Reservoir dan Seal Rock, serta Jebakan dan Migrasi
Hidrokarbon. Gambar 2.6.

Gambar 2.6.
Petroleum System Chart Sub-Cekungan Palembang Selatan
(Pertamina EP Asset 2, 2017)

2.2.3.1. Source Rock


Dari peta konfigurasi basement regional, terlihat adanya dua sub-basin,
yaitu sub-basin Lematang dan sub-basin Muara Enim. Sub-basin Lematang
terletak di sebelah selatan Lapangan Pendopo, dan sub-basin Muara Enim terletak
di sebelah selatan sub-basin Lematang. Sub-basin Lematang merupakan tempat
15

pembentukan minyak dan gas bumi di daerah Lapangan Pendopo. Batuan induk
di daerah Lapangan Pendopo terdiri dari serpih Formasi Lahat, Formasi Talang
Akar dan Formasi Gumai.
Dari studi yang dilakukan oleh Pertamina (2004) dalam (Pertamina EP
Asset 2, 2017), di daerah sub-basin Lematang – Muara Enim, dikenal adanya dua
jenis batuan induk. Jenis ke-1 adalah batuan induk berupa material organik yang
berasal dari darat, dan jenis ke-2 adalah material organik yang berasal dari laut.
Pembentukan hidrokarbon dari serpih Formasi Talang Akar, banyak mengandung
material organik yang berasal dari darat di Sub-Basin Lematang, dimulai dari
Miosen Tengah. Sedangkan di sub-basin Muara Enim, selain Formasi Talang
Akar, serpih Formasi Gumai juga merupakan batuan induk yang mengandung
material organik yang berasosiasi dengan alga laut, memiliki HI 200 – 400,
merupakan kerogen tipe-II dan sudah matang, sehingga menghasilkan minyak.
Dari studi ini juga menunjukkan adanya perbedaan yang jelas antara daerah
minyak-bumi dan gas-bumi pada hidrokarbon yang terdapat pada Formasi
Baturaja. Daerah minyak tersebar di bagian utara seperti yang dijumpai pada
Lapangan Beringin, sedangkan daerah gas terdapat pada bagian selatan, seperti di
Lapangan Kuang, Merbau, Pagar Dewa dan Prabu Menang.
Menurut Suseno et. al. (1992) dalam (Pertamina EP Asset 2, 2017),
Formasi Lahat dan Formasi Talang Akar yang diendapkan di fluvio-deltaic
memiliki kandungan organik yang lebih kaya daripada yang diendapkan di laut
dangkal. Material organik Formasi Lahat dan Formasi Talang Akar yang
diendapkan di fluvio-deltaic mempunyai HI 130 – 310 mg/g dan kandungan
liptinit yang lebih tinggi dan menunjukkan potensial yang baik untuk
pembentukan minyak dan gas-bumi. Sedangkan material organik Formasi Lahat
dan Formasi Talang Akar yang diendapkan di laut dangkal menunjukkan
potensial yang cukup untuk pembentukan minyak dan gas-bumi.
Menurut Sarjono dan Sardjito (1989) dalam (Pertamina EP Asset 2, 2017),
kandungan organik dan kematangan batuan induk daerah Lapangan Pendopo
adalah sebagai berikut :
1. Formasi Lahat mempunyai kandungan TOC 1,7 – 4,1 %
16

2. Formasi Talang Akar, mempunyai kandungan TOC 1,5 – 8%


3. Formasi Baturaja, mempunyai kandungan TOC 0,6 – 1,5 %
4. Formasi Gumai, mempunyai kandungan TOC 0,5 – 11,5%

Gambar 2.7.
Peta Kematangan Formasi Talang Akar dan Baturaja
(Pertamina EP Asset 2, 2017)

Gambar 2.8.
Peta Kematangan Formasi Gumai
(Pertamina EP Asset 2, 2017)
17

Daerah Sub-Basin Lematang dan Muara Enim, material organik Formasi


Lahat – Formasi Gumai sudah matang Gambar 2.7. dan Gambar 2.8.
Menurut Argakoesoemah dan Asril Kamal (2004) dalam (Pertamina EP
Asset 2, 2017), di Cekungan Sumatera Selatan, minyak bumi terbentuk mulai 20
MYA (Miosen Bawah bagian tengah) dan gas mulai 10-15 MYA (Miosen
Tengah), pembentukan ini lebih cepat pada bagian sub-basin yang lebih dalam.

2.2.3.2. Reservoir
Di dalam Cekungan Sumatera Selatan, batuan yang berperan sebagai
batuan reservoir yang mengandung minyak dan gas-bumi dijumpai pada hampir di
semua batuan, dari Formasi Lahat, Talang Akar, Batu Raja, Gumai/Telisa, Air
Benakat, Muara Enim dan bahkan dari batuan dasar Pra-Tersier (basement).
Tetapi pada umumnya sebagai batuan reservoir utama adalah batupasir dari
Formasi Talang Akar (N4-P22) dan batugamping dari Formasi Baturaja (N5-N6).

2.2.3.3. Seal Rock


Batuan yang berperan sebagai batuan penyekat, bersifat regional, dijumpai
sebagai shale yang tebal dari Formasi Telisa/Gumai (GUF) dan dari shale yang
terdapat pada intra-formasi di dalam tiap-tiap lapisan batupasir pada masing-
masing formasi. Shale yang terdapat pada intra-formasi ini meskipun
ketebalannya relatif tipis, namun terbukti dapat berfungsi secara baik sebagai
batuan penyekat bagi migrasi/akumulasi minyak dan gas untuk lapisan-lapisan
reservoir yang ada di bawahnya. Selain itu juga lapisan yang dapat berfungsi
sebagai batuan penyekat adalah batulempung Formasi Talang Akar dan
batulempung Formasi Air Benakat.

2.2.3.4. Jebakan
Perangkap struktur terjadi pada kala Plio-Pleistosen. Semua penemuan
minyak dan gas bumi di Lapangan Pendopo terdapat di dalam sistem perangkap
struktur. Pada awal sejarah ditemukannya lapangan minyak dan gas bumi di
daerah ini, yaitu pada akhir era tahun 1930-an seperti Lapangan Pendopo, Gunung
Kemala dan Ogan. Lapangan-lapangan tersebut ditemukan berdasarkan pemetaan
geologi permukaan (surface geological mapping). Kemudian pada era tahun
18

1960-1970-an banyak ditemukan lapangan-lapangan minyak dan gas bumi baru


yang umumnya juga ditemukan pada perangkap struktur.

2.3. Data Lapangan RAL


Dari hasil pengumpulan data Lapangan Gas RAL, diperoleh data seperti
Data Sifat Fisik Batuan, Data Sifat Fisik Gas, Data PBU, dan Data Uji
Deliverabilitas Sumur, dan Data Produksi Pada Lapangan RAL.

2.3.1. Data Sifat Fisik Gas


Analisa sifat fisik fluida Lapangan Gas RAL dilakukan berdasarkan hasil
pengujian yang dilakukan perusahaan berupa data komposisi gas yang terkandung
yaitu pada sumur RAL-04. Komposisi gas untuk sumur RAL-04 dapat dilihat
pada Tabel II-1.

Tabel II-1.
Komposisi Gas pada RAL-04
(Pertamina EP Asset 2, 2017)
Komponen Persen Mol, %
Methane CH4 72.531
Ethane C2H6 3.442
Propane C3H8 2.233
Iso-Butane i-C4H10 0.362
n-Butane n-C4H10 0.593
Iso-Pentane i-C5H12 0.228
n-Pentane n-C5H12 0.185
Hexane C6H14 0.24
Heptane C7H16 0.313
Octane C8H18 0.208
Nonane C9H20 0.048
Decane C10H22 0.06
Carbon dioxode CO2 19.466
Nitrogen N2 0.091
Total 100

Dari komposisi gas diatas, dapat diketahui bahwa jenis fasa pada lapangan
RAL ini adalah reservoir gas kering (dry gas) Gambar 2.9.
19

Gambar 2.9.
Diagram Fasa Gas Kering pada Lapangan RAL

2.3.2. Data Sifat Fisik Batuan


Data reservoir yang dikumpulkan dalam perencanaan pengembangan
Lapangan Gas RAL dapat dilihat pada Tabel II-2.

Tabel II-2.
Sifat Fisik Batuan Lapangan RAL
(Pertamina EP Asset 2, 2017)
Parameter Nilai Satuan
Porositas 0.15 fraksi
Saturasi Air Mula-Mula (Swi) 0.2 fraksi
Saturasi Gas Mula-Mula (Sgi) 0.8 fraksi

2.3.3. Kondisi Reservoir


Data tekanan dan temperatur yang diketahui hanya dari sumur RAL-16,
karena sumur yang memiliki data uji sumur terbaru hanya sumur RAL-16.
Datanya dapat dilihat pada Tabel II-3.

Tabel II-3.
Hasil Interpretasi Tes Tekanan dan Temperatur pada Lapangan RAL
Sumur Pws Tr Datum P@datum
(psia) (F) Depth (m) (psia)
RAL-16 303.18 205.55 1300 306
20

2.3.4. Data PBU Sumur Pada Lapangan RAL


Data PBU memegang peranan penting dalam mendapatkan parameter
yang digunakan untuk karakterisasi reservoir maupun sumuran. Data PBU terbaru
hanya ada pada Sumur RAL-16 yang terdapat pada Bab IV Sub-Bab Analisa
Pressure Build Up.

2.3.5. Data Uji Deliverabilitas Sumur Pada Lapangan RAL


Data Uji Deliverabilitas memegang peranan penting dalam mendapatkan
parameter yang digunakan untuk forecasting pemenuhan kontrak yang diminta
buyer karena parameter yang didapatkan berupa data rate dengan berbagai ukuran
choke. Data Uji Deliverabilitas yang ada hanya pada Sumur RAL-16 yang
terdapat pada Bab IV Sub-Bab Analisa Deliverabilitas.

2.3.6. Data Produksi


Data produksi Lapangan Gas RAL diambil sejak sumur pertama kali
diproduksikan (1 Agustus 1979) hingga saat ini (1 Agustus 2018) yang disajikan
pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10.
Sejarah Produksi Lapangan RAL
(Pertamina EP Asset 2, 2017)
21

Lapangan Gas RAL telah berproduksi sejak 1 Agustus 1979 hingga saat
ini 1 Agustus 2018, yang pengelolaannya berada di dalam wilayah kerja
PT.Pertamina EP Asset 2. Lapangan Gas RAL memiliki 27 sumur, dimana
diantaranya terdapat 12 sumur suspend, 3 sumur abandon, dan 12 sumur aktif.
Semua sumur ini menembus zona gas reservoir BRF pada struktur yang sama.
Dari hasil POD sebelumnya, OGIP Lapangan RAL Reservoir BRF ini secara
volumetrik sebesar 540,435 BSCF dan tekanan initialnya sebesar 1883 psia.
Produksi kumulatif gasnya hingga 1 Agustus 2018 adalah sebesar 453 BSCF.
BAB III
DASAR TEORI

3.1. Perhitungan Cadangan


Pada perencanaan pengembangan lapangan, keakuratan dalam estimasi
cadangan yang terkandung di bawah permukaan merupakan hal yang sangat
penting. Pada sub-bab ini akan membahas perhitungan Initial gas In Place (IGIP)
dan cadangan dengan menggunakan Metode Volumetrik dan Material Balance.

3.1.1 Metode Volumetrik


Abdassah (1993) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang penting di dalam
perhitungan dengan menggunakan metode volumetrik yaitu volume pori dari
reservoir, saturasi gas awal dan faktor volume formasi gas. Untuk mengetahui
ketiga faktor tersebut diperlukan informasi/data anatara lain : data geologi, data
core, data log, well testing, production test dan data PVT. Persamaan untuk
menentukan Initial Gas In Place dengan metode volumetrik adalah

.........................................................................(3-1)

Keterangan :
G = Initial / Original Gas In Place, SCF
43560 = Faktor Konversi, cuft/acre-ft
A = Luas reservoir, acre
h = Ketebalan bersih dari formasi, ft
Ah = Volume bulk reservoir, acre-ft
= Porositas, fraksi
Swi = Saturasi air awal, fraksi
Bgi = Faktor volume formasi gas awal, cuft/SCF

Persamaan diatas dapat digunakan pada kondisi awal dan abandonment


untuk menentukan cadangan gas atau kumulatif gas yang dapat diambil (Estimate
Ultimate Recovery), yaitu sebagai berikut (Abdassah, 1993).

22
23

Kumulatif Produksi Gas = Gas Awal – Gas Sisa


atau
.................................(3-2)

dimana Bga adalah faktor volume formasi gas pada tekanan abandonment. Di
dalam hal ini harga Recovery Factor adalah (Abdassah, 1993) :

( ) ...........................................................(3-3)

Sehingga Estimate Ultimate Recovery atau total cadangan gas yang dapat diambil
dapat dituliskan sebagai berikut (Abdassah, 1993):

...................................................................................(3-4)

Pada persamaan diatas, terlihat bahwa efisiensi perolehan hanya


dipengaruhi oleh tekanan abandonment. Artinya, apabila tekanan abandonment
dapat diperkirakan berarti recoverable reserve atau cadangan gas yang dapat
diambil dapat ditentukan. Hal tersebut hanya berlaku apabila reservoir gas
tersebut tertutup atau bersifat volumetric (volumetric reservoirs) atau depletion
type reservoir.
Pada kondisi reservoir dengan mekanisme pendorong air yang kuat, harga
recovery factor berkisar antara 50-60%, sedangkan apabila daya dorong air
tersebut lemah, recovery factor akan berkisar antara 70-80%, dan untuk reservoir
volumetrik atau bertenaga pendorong depletion gas drive, recovery factor akan
berkisar antara 80-90% (Abdassah, 1993).

3.1.2. Metode Material Balance


Jika data sejarah produksi dan tekanan tersedia, kumulatif produksi Gp
diketahui, maka cadangan mula-mula IGIP atau Gi dapat diperkirakan dengan
menggunakan Metode Material Balance.

3.1.2.1.Metode Pressure Decline P/Z vs Gp


Metode P/Z vs Gp dikembangkan berdasarkan persamaan Material
Balance yaitu jumlah mol gas yang terproduksi sama dengan jumlah mol gas
mula-mula dikurangi jumlah mol gas yang tersisa di reservoir (Beggs, 1984).
24

atau dalam persamaan ditulis

np = ni – nf ..........................................................................................(3-5)

dimana ni, nf dan np diketahui dari hukum gas nyata p V  z n RT dan produksi
kumulatif gas dari reservoir berdasarkan konsep volume tangki yang konstan,

Pi Vi Pf Vf Psc Gp
  ...................................................................(3-6)
Zi R T Zf R T Z R Tsc

Keterangan :
Vi = Volume awal reservoir yang ditempati oleh hidrokarbon, cuft,
pada tekanan Pi.
Vf = Volume akhir reservoir yang ditempati oleh hidrokarbon , cuft,
pada tekanan Pf
Pi,Pf = Tekanan awal dan akhir reservoir, psia
Zi,Zf = Faktor kompresibilitas awal dan akhir
T = Temperatur reservoir, oR
R = Konstanta gas
Psc,Tsc = Tekanan dan temperatur standard

Persamaan untuk reservoir volumetrik (closed reservoir) dapat ditulis,


psc G p piVi pVi ...........................................................................(3-7)
 
zscTsc ziT f zT f

 T V  p  T  pV  .......................................................(3-8)
G p    sc i    sc   i i 
 p T z 
 sc f   psc   zT f 

Apabila volume reservoir gas Vi, maka dapat dirumuskan pada saat kondisi
standard dengan persamaan sebagai berikut (Beggs, 1984) :

Vi = OGIP x Bgi .................................................................................................................................(3-9)

Dengan mensubstitusi persamaan diatas maka kumulatif produksi gas Gp sebagai


fungsi dari P/Z ditulis sebagai berikut (Beggs, 1984) :
 IGIP  p
G p      IGIP ...................................................................(3-10)
 pi / z i  z
25

Plot P/Z versus Gp akan memberikan garis lurus untuk reservoir


volumetric atau depletion gas drive reservoir seperti terlihat pada Gambar 3.1.
Plot linier pada Gambar 3.1. dapat diekstrapolasi hingga didapatkan harga Initial
Gas In Place (IGIP) tepat pada saat P/Z sama dengan nol.

Gambar 3.1.
Plot P/Z versus Gp Reservoir Gas
(Beggs, 1984)

3.2. Sifat-sifat Fisik Gas


Sifat fisik gas meliputi komposisi gas, specific gravity gas, viskositas gas,
faktor Z (compressibility factor), dan faktor volume formasi gas (Bg). Penentuan
sifat fisik gas secara akurat merupakan hal yang penting.
Studi mengenai sifat-sifat fisik tersebut dapat diperoleh secara akurat dengan
memperhitungkan karakteristik dari setiap komposisi dengan menggunakan
dimensionless properties sebagai berikut (Ahmed, 2001) :
P
Ppr  ......................................……………...……….………(3-11)
Ppc

T
Tpr  ...........……………...……………………….………......(3-12)
Tpc

keterangan :
Ppr = Pseudo reduced pressure, psia
26

Ppc = Pseudo critical pressure, psia


Tpr = Pseudo reduced temperature, ºR
Tpc = Pseudo critical temperature, ºR

dengan harga Ppc dan Tpc menggunakan harga tekanan dan temperatur kritis gas
murni penyusunnya dan disajikan dalam persamaan berikut (Ahmed, 2001) :

Ppc   ( yi Pci ) …………....……...…………………..……………(3-13)

Tpc   ( yi Tci ) …………...……...…………………………………(3-14)

keterangan :
Ppc = Pseudo critical pressure, psia
Pci = Tekanan kritis komponen ke-i, psia
Tpc = Pseudo critical temperature, ºR
Tci = Temperatur kritis komponen ke-i, ºR
yi = Fraksi mol komponen ke-i.

Selain dengan cara penentuan berdasarkan harga tekanan dan temperatur


kritis gas murni (komponen) penyusunnya, Ppc dan Tpc suatu campuran gas dapat
juga ditentukan dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh
Standing (dalam Ahmed, 2001) apabila telah diketahui specific grafity gas (γg),
untuk natural gas nilai Ppc dan Tpc dapat dihitung dengan persamaan berikut :

Tpc = 168 + 325γg – 12,5γg2 ..............................................................(3-15)


Ppc = 667 + 15γg – 37,5γg2 ................................................................(3-16)

Namun persamaan tersebut tidak memperhatikan adanya impuritis berupa


CO2, H2S dan N2 yang mana akan mempengaruhi hasil perhitungan, sehingga
persamaan pseudocritical untuk gas campuran digeneralisasikan dengan koreksi
impuritiis sebagai berikut (Ahmed, 2001) :

pc - 0 (γ -0. ) - 0 . γ 0γ 0 . γ .................................(3-17)

( ) ..........(3-18)
27

3.2.1 Densitas Gas


Densitas didefinisikan sebagai massa tiap satuan volume dan dalam hal ini
massa dapat diganti oleh berat gas (m). Sesuai dengan persamaan gas ideal, maka
rumus densitas untuk gas ideal sebagai berikut (Ahmed, 2001) :
m PM
g   .............................................................................................. (3-19)
V RT
keterangan :
m = berat gas, lb
V = volume gas, cuft
M = berat molekul gas, lb/lb mole
P = tekanan reservoir, psia
T = temperatur, °R
R = konstanta gas = 10.73 psi cuft/lb mole °R.

Rumus di atas hanya berlaku untuk gas berkomponen tunggal. Sedangkan


untuk gas campuran digunakan rumus sebagai berikut (Ahmed, 2001) :
PM a
g  .................................................................................................... (3-20)
zRT

keterangan :
z = faktor kompresibilitas gas
Ma = berat molekul tampak
yi = fraksi mol komponen ke-i dalam suatu campuran gas.
Mi = berat molekul untuk komponen ke-i dalam suatu campuran gas.

3.2.2 Spesific Gravity Gas


Spesifik gravity suatu gas atau campuran gas didefinisikan sebagai
perbandingan densitas gas dengan densitas udara pada kondisi tekanan dan
temperatur yang sama (Ahmed, 2001). Untuk gas murni, maka spesific gravity
dapat ditulis dengan :

g  g / u ....................................................................................................(3-21)

Dengan mengasumsikan bahwa perilaku baik gas maupun udara


memenuhi hukum gas ideal, maka persamaan spesific gravity-nya menjadi :
28

yi.Mi
g   ....................................................................................................(3-22)
28.97

3.2.3 Z Faktor (Compresibility Factor)


Dari persamaan gas nyata ( ), diketahui bahwa z adalah
sebagai faktor deviasi gas (compressibility factor). z adalah perbandingan volume
yang terisi gas yang sebenarnya pada tekanan dan temperatur tertentu terhadap
volume gas yang mengisi jika gas tersebut berperilaku seperti gas ideal pada
tekanan dan temperatur yang sama (Guo & Ghalambor, 2005).

........................................................................................................(3-23)

Untuk gas ideal harga z adalah 1 (satu) tapi untuk gas nyata harga z bisa
lebih besar maupun lebih kecil dari 1 (satu) tergantung daripada tekanan dan
temperatur.
Z-factor sering diestimasikan berdasarkan grafik Standing and Katz
dimana grafik tersebut telah dapat diatur dengan menggunakan teknologi
komputarisasi yang diterjemahkan ke dalam persamaan oleh Beggs and Brill
(dalam Guo & Ghalambor, 2005) yang akan menghasilkan nilai Z-factor yang
akurat. Persamaan tersebut dapat dilihat pada Persamaan 3-24 s/d 3-29.

.............................................................. (3-24)

( ) ( ) .............................................. (3-25)

( ) ................................................................................... (3-26)

............................................................................... (3-27)
( ) ....................................................................................................... (3-28)

..........................................................................................(3-29)

3.2.4 Faktor Volume Formasi Gas


Faktor volume formasi gas adalah perbandingan volume dari sejumlah
gas pada kondisi reservoir dengan kondisi P dan T standar (P = 14.7 psi dan T =
520 ºR sehingga z = 1), sehingga persamaan untuk Bg adalah sebagai berikut.
(Ahmed, 2001).
29

0,0282ZrTr cuft .........................................................................................(3-30)


Bg 
Pr scf

3.2.5 Viskositas Gas


Viskositas merupakan suatu ukuran tahanan fluida terhadap aliran
(Ahmed, 2001). Ada 2 macam viskositas, yaitu :
- Viskositas dinamik (µ), dengan satuan poise atau centipoise (cp)
1 centipoise = 1 gram/100(detik)(cm).
- Viskositas kinematik (ʋ),dengan satuan stoke atau centistoke.

 centipoise
ʋ= , sehingga 1 centipoise = = cm2/100 detik.
 gr / cm 3
Dalam perhitungan-perhitungan teknik reservoir maupun produksi
umumnya digunakan adalah viskositas diamik (µ). Maka yang dibicarakan di sini
adalah viskositas dinamik.
Viskositas dapat ditentukan den an men unakan alat “Ball Pressure
Viscometer” atau pun den an “Rankine Capilary Viscometer”. Tetapi karena
pengukuran secara langsung tersebut sulit dilakukan, maka biasanya orang
menggunakan cara penentuan viskositas secara tidak langsung, yaitu dengan
menggunakan cara korelasi. Viskositas dipengaruhi oleh tekanan, temperatur dan
komposisi.
3.2.5.1.Viskositas Campuran Gas
Bila komposisi campuran gas diketahui, maka viskositas dapat dihitung
dengan persamaan (Ahmed, 2001) :

g 
  .y (M )
gi i i
1/2

....................................................................... (3-31)
 y .(Mi) i
1/2

Keterangan:
μg =viskositas campuran gas pada tekanan atmosfer, cp

μgi = viskositas gas murni ke-i. cp


Mi = berat molekul gas murni ke-i

Untuk gas campuran pada tekanan atmosfer, bila komposisinya tidak


diketahui tetapi SG-nya diketahui maka viskositasnya dapat ditentukan dengan
30

grafik Gambar 3.2.. Apabila % mol gas-gas impuritisnya diketahui, maka koreksi
terhadap viskositas gas campuran harus dilakukan koreksi.

Gambar 3.2.
Viskositas Gas Alam pada 1 atm
(Ahmed, 2001)

Untuk campuran gas pada tekanan dan temperatur yang sembarang, cara
penentuan viskositas dapat menggunakan cara Korelasi Carr-Kobayashi dan
Burrow (dalam Ahmed, 2001). Adapun langkah- langkahnya sebagai berikut:
- Berdasarkan Ma atau SG gas campuran, tentukan viskositas gas pada tekanan 1
atm (μ1HC) dengan persamaan :
( ) ( ) (3-32)

- Menghitung nilai viskositas yang dipengaruhi faktor impurities dengan


persamaan :
( ) ................................................(3-33)
( ) ..............................................(3-34)
( ) ..............................................(3-35)
31

- Bila % mol impurities N2, CO2, H2S diketahui tambahkan harga koreksi
masing-masing terhadap harga μgi.
μ1 = (μ1)uncorected + (∆μ)N2+ (∆μ)CO2 + (∆μ)H2S ............................................(3-36)

Cara biasa digunakan untuk komputerisasi penentuan viskositas gas dengan


menggunakan persamaan :
ln ( ) =a0+a1Pr+a2Pr2+a3Pr3+Tr(a4+a5Pr+a6Pr2+a7Pr3)+Tr

(a8+a9Pr+a10Pr2+a11Pr3)+Tr (a12+a13Pr+a14Pr2+a15Pr3) ........(3-37)

Keterangan:
a0 = -2.461182 a8 = -7.93385684 x 10-1
a1 = 2.97054714 a9 = 1.39643306
a2 = -2.86264054 x 10-1 a10 = -1.49144925 x 10-1
a3 = 8.05420522 x 10-3 a11 = 4.41015512 x 10-3
a4 = 2.80860949 a12 = 8.39387178 x 10-2
a5 = -3.49803305 x 10 a13 = -1.86408848 x 10-1
a6 = -3.60373020 x 10-1 a14 = 2.03367881 x 10-1
a7 = -1.04432413 x 10-2 a15 = -6.09579263 x 10-1

3.3. Sifat-sifat Fisik Batuan


Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu batuan reservoir adalah harus
mempunyai isi berupa fluida reservoir, kemampuan untuk menampung,
mengalirkan fluida yang terkandung di dalamnya serta kemampuan untuk berubah
volume nya akibat pengaruh tekanan. Dan hal ini dinyatakan dalam bentuk
saturasi, porositas, permeabilitas, dan kompresibilitas. Dalam pembahasan
mengenai batuan reservoir, akan membahas mengenai sifat fisik batuan tersebut.
3.3.1. Porositas
Porositas (ø) didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu batuan untuk
menyimpan fluida (Ahmed, 2001). Besar kecilnya porositas suatu batuan akan
menentukan kapasitas penyimpanan fluida reservoir. Secara matematis porositas
dinyatakan sebagai :

.............................................................................. (3-38)
32

Keterangan : Vb = Volume batuan total (bulk volume)


Vs = Volume padatan batuan total (volume grain)
Vp = Volume ruang pori – pori batuan

3.3.2. Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai suatu bilangan yang menunjukkan
kemampuan dari suatu batuan untuk mengalirkan fluida melalui pori-pori yang
saling berhubungan yang dimiliki akibat dari adanya perbedaan tekanan (Ahmed,
2001). Permeabilitas batuan merupakan fungsi dari tingkat hubungan ruang antar
pori-pori dalam batuan. Satuan permeabilitas yang umum digunakan dalam
industry perminyakan yaitu dalam satuan mD atau milidarcy.
Definisi kwantitatif permeabilitas pertama-tama dikembangkan oleh Henry
Darcy (dalam Ahmed, 2001) dalam hubungan empiris dengan bentuk differensial
sebagai berikut:
k dP
V  ......................................................................................(3-39)
 dL

Tanda negatif dalam Persamaan 3-39 menunjukkan bahwa bila tekanan


bertambah dalam satu arah, maka arah alirannya berlawanan dengan arah
penambahan tekanan tersebut. Beberapa anggapan yang digunakan Darcy dalam
Persamaan 3-39 adalah :
1. Alirannya mantap (steady state)
2. Fluida yang mengalir satu fasa
3. Viskositas fluida yang mengalir konstan
4. Formasinya homogen,arah alirannya horizontal dan isothermal
5. Fluidanya incompressible.
Dalam batuan reservoir, permeabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu (Ahmed,
2001) :
 Permeabilitas absolut, adalah permeabilitas dimana fluida yang mengalir
melalui media berpori tersebut hanya satu fasa, misal hanya minyak atau
gas saja.
33

 Permeabilitas efektif, adalah permeabilitas batuan dimana fluida yang


mengalir lebih dari satu fasa, misalnya minyak dan air, air dan gas, gas dan
minyak atau ketiga-tiganya.
 Permeabilitas relatif, adalah perbandingan antara permeabilitas efektif
dengan permeabilitas absolut.

3.3.3. Saturasi
Saturasi fluida didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori
batuan yang ditempati/diisi fluida tertentu terhadap volume total pori-pori
(Ahmed, 2001).

1) Saturasi Gas (Sg) adalah :


Volume pori - pori yang diisi oleh gas
Sg  ........................................(3-40)
Volume pori - pori total

2) Saturasi Air (Sw) adalah :


Volume pori - pori yang diisi oleh air
Sw  ........................................(3-41)
Volume pori - pori total
Sehingga

Sg + Sw = 1 ..........................................................................................(3-42)

3.3.4. Kompresibilitas Formasi


Kompresibilitas batuan didefinisikan sebagai perubahan volume yang
disebabkan karena adanya perubahan tekanan. Menurut Geerstma (dalam Ahmed,
2001), ada tiga konsep tentang kompressibilitas batuan, antara lain :
 Kompressibilitas matriks batuan, yaitu fraksi perubahan volume material
padatan (grains) terhadap satuan perubahan tekanan.
 Kompressibilitas bulk batuan, yaitu fraksi perubahan volume bulk batuan
terhadap satuan perubahan tekanan.
 Kompressibilitas pori-pori batuan, yaitu fraksi perubahan volume pori-pori
batuan terhadap satuan perubahan tekanan.
Kompresibilitas Batuan dapat diperoleh dengan menggunakan Persamaan
Newman (dalam Ahmed, 2001) yang menggunakan 79 sampel dari batuan pasir
34

dan gamping untuk mengembangkan korelasi antara kompresibilitas formasi dan


porositas. Persamaan umum hiperbolic yang diajukan adalah sebagai berikut:

........................................................................................(3-43)

Untuk limestones
a = 0,8535
b = 1,075
c = 2,202x106

3.4. Analisa Real Gas Pseudo Pressure


Dalam melakukan analisa pressure build up, perlu dilakukan beberapa
harga pendekatan tekanan, pada pembahasan kali ini menggunakan analisa pseudo
pressure. Analisa pseudo pressure merupakan suatu pendekatan tekanan yang
baik karena mempertimbangkan nilai komposisi gas. Berikut contoh tabel yang
disajikan dalam melakukan analisa pseudo pressure pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3.
Tabulasi Numerical Integration
(Beggs, 1984)

Dari Tabulasi Numerical Integration dilakukan plot m(P) vs P untuk


memperoleh fungsi real gas pseudo pressure atau biasa disebut dengan trendline
seperti pada Gambar 3.4. Pendeketan real gas pseudo-pressure ini secara umum
35

dapat dilakukan pada semua kisaran tekanan reservoir dan secara teori juga tepat,
karena tekanan pada reservoir gas dipengaruhi oleh µ dan Z. Akan tetapi untuk
analisa di lapangan biasanya hanya dilakukan pendekatan den an ∆p2 karena lebih
sederhana (Beggs, 1984).

Gambar 3.4.
Plot m(P) vs P
(Beggs, 1984)

3.5. Analisa Pressure Build-Up untuk Sumur Gas


Abdassah (1997) menyatakan bahwa Pressure Build-Up Test adalah suatu
teknik pengujian tekanan transien dengan cara memproduksikan sumur dengan
laju produksi konstan, qsc, selama waktu tertentu, kemudian sumur ditutup
(biasanya den an menutup kepala sumur di permukaan) pada Δt 0. enutupan
sumur ini menyebabkan naiknya tekanan alir dasar sumur (Pwf) yang dicatat
sebagai fungsi waktu. Tetapi dalam kenyataannya, laju produksi tersebut dapat
berubah-ubah. Maka untuk mengatasi keadaan ini pada teknik analisa ulah
tekanan digunakan prinsip superposisi.
Horner (dalam Abdassah, 1997) menyatakan bahwa hasil plot antara
tekanan shut-in (Pws) dan horner time, (tp Δt)/Δt harus men hasilkan
persamaan garis lurus pada reservoir tak terbatas. Pada uji build-up, t mengacu
36

pada waktu drawdown sebelum mengalami build-up dan Δt men acu pada waktu
penutupan atau saat build-up.

Gambar 3.5.
Prinsip Pressure Build Up dalam Rate History
(Abdassah, 1997)
Gambar 3.5. menunjukkan bentuk kurva pressure buildup. Seperti juga
yang ditunjukkan dalam gambar tersebut, harga skin negatif yang besar karena
mendekati garis lurus semilog dari atas ketika wellbore storage kecil. Perilaku ini
dapat disembunyikan dengan harga wellbore storage yang besar, sehingga kurva
pressure build up kemungkinan memiliki bentuk karakteristik yang berhubung
dengan wellbore storage atau dengan harga skin yang positif.

3.6. Deliverabilitas Gas


Pada pertama kalinya pengujian untuk menentukan kemampuan sumur gas
untuk berproduksi dilakukan dengan cara membuka sumur dan menghubungkan
sumur dengan tekanan atmosfer, dan harga AOF diukur langsung dengan
menggunakan impact pressure gauge yang dipasang di permukaan. Penyajian
dengan cara ini hanya efektif untuk digunakan pada sumur yang dangkal,
sedangkan sumur gas yang dalam dengan ukuran tubing yang kecil akan
memberikan hasil yang tidak akurat. Pembukaan sumur yang relatif lama akan
menyebabkan pemborosan gas secara sia-sia, selain dapat menimbulkan
kerusakan pada formasi serta dapat menimbulkan bahaya lain yang tidak
37

diinginkan. Berdasarkan alasan diatas, maka mulai dikembangkan metoda uji


deliverability yang lebih modern dengan menggunakan laju aliran yang sesuai dan
dapat dikontrol, diantaranya yakni Back Pressure, Isochronal dan Modified
Isochronal.
Deliverabilitas adalah kemampuan dari suatu sumur gas untuk
2
berproduksi, yang dinyatakan dalam bentuk grafik ( p R -pwf2) vs Qsc. Uji

deliverability merupakan suatu uji sumur yang umum digunakan untuk


menentukan produktivitas sumur gas. Uji ini terdiri dari tiga atau lebih aliran
dengan laju alir, tekanan dan data lain yang dicatat sebagai fungsi dari waktu.
Indikator produktivitas yang diperoleh dari uji ini adalah Absolute Open Flow
Potential (AOFP), yang didefinisikan sebagai kemampuan suatu sumur gas untuk
memproduksi gas ke permukaan dengan laju alir maksimum pada tekanan alir
dasar sumur (sandface) sebesar tekanan atmosphere (± 14,7 psia). Hal ini tidak
dapat diukur secara langsung tetapi dapat diperoleh dari uji deliverability.

3.6.1. Uji Deliverabilitas Gas Dengan Modified Isochronal Test


Isochronal Test merupakan suatu pengujian pada sumur yang kurang
efisien karena waktu penutupan harus dilakukan hingga mencapai kestabilan. Katz
dkk (dalam Abdassah, 1997) telah mengusulkan suatu metode untuk memperoleh
hasil yang mendekati hasil isochronal test yaitu modified isochronal test.
Perbedaan terletak pada persyaratan bahwa penutupan sumur tidak perlu mencapai
stabil (PR) hal ini sesuai untuk reservoir yang mempunyai permeabilitas kecil
karena tekanan rata-ratanya (PR) lama dicapai.
Pengolahan data untuk analisa deliverabilitas sama seperti pada metode
isochronal, kecuali untuk harga PR diganti dengan Pws, yaitu harga tekanan yang
dibaca pada akhir dari setiap massa penutupan sumur. Dari Gambar 3.6. terlihat
bahwa untuk suatu harga q diperoleh pasangan P2 atau   dengan kondisi
sebagai berikut (Abdassah, 1997) :
q1 = (Pws1)2 - (Pwf1)2.
q2 = (Pws2)2 - (Pwf2)2.
q3 = (Pws3)2 - (Pwf3)2.
38

q4 = (Pws4)2 - (Pwf4)2.

Gambar 3.6.
Diagram Tekanan dan Laju Produksi Selama Tes Modified Isochronal
(Abdassah, 1997)

3.6.2. Analisa Hasil Uji Deliverabilitas


Pada saat dilakukannya uji deliverabilitas, parameter yang terbaca yaitu
umumnya berupa tekanan, waktu, dan rate pada interval waktu tertentu. Dari hasil
pencatatan tersebut, dapat dilakukan analisa dengan menggunakan berbagai
pendekatan untuk mendapatkan IPR. Pada sub-bab ini akan membahas dengan
pendekatan Metode Rawlins-Schellhardt.

3.6.2.1. Metode Rawlins-Schellhardt (Analisa Konvensional)


Pierce dan Rawlins (1929) merupakan orang pertama yang
mengemukakan suatu metode uji sumur gas yang dikenal dengan uji back
pressure. Tahun 1935, Rawlins-Schellhardt mengembangkan suatu persamaan
empiris yang menggambarkan hubungan antara laju alir dan tekanan pada sumur
gas. Hubungan tersebut dinyatakan dengan persamaan dalam bentuk pendekatan
tekanan kuadrat (square pressure), seperti berikut ini (Ikoku, 1984) :


q sc  C P r  Pwf
2
 .............................................................................(3-44)
2 n
39

keterangan:
q sc = laju alir gas, Mscf/d

C = koefisien performance yang menggambarkan posisi kurva


deliverabilitas yang stabil, Mscfd/psia 2
n = bilangan eksponen, merupakan inverse slope dari garis kurva
deliverabilitas yang stabil dan mencerminkan derajat pengaruh
faktor inersia-turbulensi terhadap aliran, umumnya berharga
antara 0.5 - 1
Pr = tekanan rata-rata reservoar, psia

Pwf = tekanan alir dasar sumur, psia

Berdasarkan plot antara (pws2- p wf2 ) vs qsc maka harga n dan C dapat

diketahui. Harga n dapat ditentukan berdasarkan slope (Ikoku, 1984) :


logq sc2  logq sc1
n

log P r  Pwf
2 2

2

 log P r  Pwf
2 2

1 ...............................................(3-45)

Gambar 3.7.
Grafik antara P vs Laju Alir pada Analisa Konvensional
2

(Ikoku, 1984)
40

Harga koefisien kinerja C dapat ditentukan dari persamaan berikut:


q sc
C
P
r
2
 Pwf 
2 n
..................................................................................(3-46)

Harga koefisien C juga dapat ditentukan dengan melakukan ekstrapolasi


garis lurus pada Pr  Pwf
2 2
  1 dan dibaca pada harga q sc . Sedangkan besarnya

harga AOFP adalah sama dengan harga q sc pada harga Pwf sebesar 14,7 psia.

3.6.2.2. Plot Deliverability


Plot deliverability adalah grafik yang menunjukkan kemampuan suatu
reservoir gas untuk memberikan laju produksi pada variasi tekanan alir dasar
sumur, dengan harga tekanan rata-rata reservoir (Pr) yang tetap. Dengan
melakukan permisalan beberapa harga Pwf, akan didapatkan beberapa harga qg,
kemudian Pwf dan qg ini kemudian diplot dan membentuk plot deliverability atau
kurva inflow performance (IPR) seperti pada Gambar 3.18.

Gambar 3.8.
Plot Deliverability
(Ikoku, 1984)
41

3.6.3. Kurva Tubing Intake


Kurva tubing intake merupakan plot antara tekanan alir dasar sumur (Pwf)
yang dibutuhkan sumur gas untuk berproduksi pada variasi beberapa harga laju
alir (qsc) melalui suatu ukuran tubing tertentu pada tekanan alir kepala sumur (Pwh)
yang tetap. Pembuatan kurva tubing intake dimaksudkan untuk mengetahui
kemampuan berproduksi sumur gas secara alamiah. Besarnya laju produksi sumur
gas ditunjukkan oleh perpotongan antara kurva tubing intake dan kurva IPR,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9.
Kurva Tubing Intake
(Ikoku, 1992)

3.7. Analisa Nodal


Analisa nodal merupakan analisa pendekatan dalam menganalisa tekanan
dari dasar sumur hingga separator. Ada dua performance yang memegang peranan
penting dalam setiap sistem produksi sumuran, yaitu inflow performance (IPR)
dan outflow performance. Perhitungan dilakukan terpisah untuk tiap sub-
sistemnya. Titik-titik yang biasa dijadikan dalam analisa nodal dapat dilihat pada
Gambar 3.10.
42

Gambar 3.10.
Lokasi Berbagai Titik Nodal
(Beggs, 2003)

3.7.1. Titik Nodal Di Dasar Sumur


Penyelesaian dengan teknik ini mengambil titik penyelesaian (nodal) pada
pusat interval perforasi. Pada penyelesaian dengan titik ini, sistem produksi dibagi
menjadi dua komponen yaitu :

a. Komponen reservoir
Sebagai sistem inflow, komponen ini merupakan sistem aliran fluida di
dalam media berpori sampai ke titik dasar sumur. Sehingga komponen ini berupa
kurva IPR (Inflow Performance Relationship). Untuk reservoir gas, kurva ini
dapat dibuat dengan metode konvensional, Jones-Blunt-Glaze, atau Laminar-
Inertia-Turbulence. Kurva IPR dipengaruhi oleh tekanan statis, tekanan alir dasar
sumur, faktor skin, permeabilitas, dan inertia-turbulence coefficient. Dengan
melakukan uji sensitivitas tekanan statis, dapat diketahui perubahan laju alir
terhadap sistem outflow tertentu.
43

b. Komponen aliran dalam sumur


Sebagai sistem outflow, komponen ini menggambarkan aliran vertikal
fluida dari dasar sumur hingga ke kepala sumur. Kehilangan tekanan yang terjadi
di dalam pipa vertikal paling dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu elevasi dan friksi.
Oleh karena itu parameter-parameter yang berpengaruh adalah tekanan di dasar
sumur, tekanan di kepala sumur, faktor Z, densitas fluida, ukuran tubing, dan
kekasaran pipa. Dengan melakukan uji sensitivitas ukuran ID tubing, dapat
diketahui ukuran tubing untuk mendapat laju alir optimal.

3.7.2. Titik Nodal Di Kepala Sumur


Penyelesaian dengan teknik ini mengambil titik penyelesaian (nodal) pada
kepala sumur (well head) sebelum choke. Sistem inflow pada analisa ini adalah
komponen reservoir dan komponen aliran dalam sumur. Sehingga untuk sistem
inflow, kehilangan tekanan total dihitung dengan menjumlahkan kehilangan
tekanan akibat aliran di media berpori dan kehilangan tekanan akibat aliran
vertikal.
Sistem outflow pada analisa ini adalah aliran fluida pada saat melewati
choke. Choke sendiri berfungsi untuk mengatur aliran dari dalam sumur, dengan
mengubah-ubah ukuran pembukaan choke maka tekanan kepala sumur akan ikut
berubah, sehingga besarnya laju alir dapat diatur. Dengan melakukan uji
sensitivitas ukuran choke, dapat diketahui ukuran choke yang harus digunakan
untuk memperoleh laju alir tertentu.

3.8. Simulator IPM-EXPERT

Perusahaan Petroleum Expert telah mengembangkan program-progam


yang disebut dengan IPM (Integrated Production Modelling), yang merupakan
integrasi dari beberapa sub-program yaitu GAP, MBAL dan PROSPER yang
secara sistematik mampu membantu engineer untuk mendesain model lapangan
yang cukup kompleks, mulai dari model reservoir, sumur dan model sistem di atas
permukaan secara menyeluruh yang telah disesuaikan dengan sejarah produksi
(actual condition), sehingga dalam melakukan optimasi serta prediksi akan
menghasilkan hasil yang lebih akurat untuk dilaksanakan.
44

Pada pengembangan lapangan gas RAL ini, penulis menggunakan sub-


program GAP untuk melakukan pengembangan yang terintegrasi dengan sub-
program MBAL dan PROSPER yang kegunaannya dapat dilihat pada Gambar
3.11.

Gambar 3.11.
Integrasi MBAL, PROSPER, dan GAP
(Petroleum Experts, 2010b)

3.8.1. MBAL
MBAL adalah seperangkat alat yang digunakan untuk menganalisa
reservoir dengan menggunakan data sejarah produksi reservoir dan data PVT dari
fluida yang diproduksikan yang dapat digunakan untuk memperkirakan Stock
Tank Original Oil in Place (STOOIP) maupun Stock Tank Original Gas in Place
(STOGIP) dengan memperhitungkan keseimbangan masa, serta mengidentifikasi
mekanisme pendorong reservoir, yang contoh tampilan pada sub-program ini
dapat dilhat pada Gambar 3.12. Data PVT serta sejarah produksi yang lengkap
dan baik dimasukkan ke dalam MBAL sebagai data input. Setelah itu dari semua
45

input itu, dilakukan history matching dengan guna untuk memvalidasi model pada
MBAL ini dengan keadaan actual.

Gambar 3.12.
Contoh Tampilan dari Sub-program MBAL
(Petroleum Experts, 2010b)

Pada awal pemodelan ini, dilakukan terlebih dahulu pemilihan metode


perhitungan cadangan yang akan digunakan pada perangkat Tool (pemilihan
metode Material Balance, Decline Curve, dsb), setelah itu memilih jenis fluida
yang ada pada reservoir yang akan dimodelkan pada Options. Setelah itu, mengisi
data-data PVT yang merupakan data-data dari fluidanya (Fluid Properties).
Langkah selanjutnya adalah menginput tank data yang diumpamakan sebagai
reservoir pada suatu pemodelan reservoir untuk sub-program MBAL ini, yang
dapat dilihat pada Gambar 3.13.
46

Gambar 3.13.
Contoh Tampilan Input Tank Data MBAL
(Petroleum Experts, 2010b)

Tahapan pengisian atau input tank data adalah sebagai berikut:


1. Tank Parameter (data yang diinputkan adalah temperatur, tekanan inisial,
porositas batuan, connate water saturation, water compressibility, OGIP, dan
tanggal awal produksi)
2. Water Influx (pemodelan aquifer diisi jika data-datanya lengkap)
3. Rock Compress. (kompresibilitas batuan)
4. Rock Compaction (input data compaction factor berdasarkan perubahan
tekanan pada tank)
5. Pore Volume vs Depth
6. Relative Permeability (harga permeabilitas relatif untuk gas, minyak dan air)
7. Production History (sejarah produksinya berdasarkan test produksi)

3.8.2. PROSPER
PROSPER adalah seperangkat program yang digunakan untuk membuat
model sumur, yang digunakan untuk menganalisa dari aspek PVT (karakteristik
fluida), korelasi yang digunakan untuk menghitung dan menganalisa berbagai titik
47

untuk pressure loss, perhitungan terhadap VLP (Vertival Lift Performace), serta
dapat membuat dan menentukan IPR (Inflow Performance Relationship), yang
contoh tampilan dari sub-program ini dapat dilihat pada Gambar 3.14.

Gambar 3.14.
Contoh Tampilan dari Sub-program PROSPER
(Petroleum Experts, 2010c)

Tahap pengisian atau tahapan input data adalah tahap dimana data-data
utama yang berhubungan dengan sumuran dimasukkan ke dalam simulator sesuai
dengan kolom/isian yang tersedia. Data-data utama yang dimaksud adalah :

a) Pada kolom pertama yaitu kolom Option System Summary (dilihat pada
Gambar 3.15.), data yang diinput:
 Jenis fluida produksi (gas/kondensat/minyak)
 Jenis sumur (produksi/injeksi)
 Pemilihan metode perhitungan yang akan digunakan
 Jenis komplesi sumur (cased hole/open hole)
 Jenis reservoirnya (single branch/multilateral well)
48

Gambar 3.15.
Contoh Tampilan System Summary PROSPER
(Petroleum Experts, 2010c)

b) Pada kolom kedua yaitu kolom PVT Data dilakukan dengan memasukan
data-data perusahaan yang berkaitan dengan fluida gas maupun air yang
terdapat pada lapangan RAL (dilihat pada Gambar 3.16.), data yang
diinput meliputi:
 Gas Gravity
 Tekanan separator (psig)
 CGR (condensate to gas ratio)
 Condensate gravity (oAPI)
 WGR (water to gas ratio)
 Water Salinity (ppm)
 Impurities (H2S, CO2, dan N2)
 Korelasi viskositas yang digunakan
49

Gambar 3.16.
Contoh Tampilan PVT Input Data PROSPER
(Petroleum Experts, 2010c)

c) Pada kolom ketiga yaitu kolom IPR (Inflow Performace Relationship)


(dilihat pada Gambar 3.17.). Untuk melakukan perhitungan IPR,
diperlukan pemilihan metode yang digunakan seperti Jones, C and n, Back
Pressure, dsb. Hal ini dilakukan sesuai dengan batasan-batasan yang ada.
Data yang diinput untuk metode C and n adalah :
 Tekanan Reservoir (psia)
 Temperatur Reservoir (oF)
 CGR (condensate to gas ratio)
 WGR (water to gas ratio)
 C
 n

d) Pada kolom keempat yaitu kolom Equipment Data (dilihat pada Gambar
3.18.), data yang diinput:
 Deviation Survey (input data well profile berupa MD dan TVD)
 Surface Equipment (keadaan diatas permukaan seperti input data
manifold dan flowline)
50

 Downhole Equipment (keadaan dibawah permukaan seperti data


tubing, restriction, casing, dsb)
 Temperature Survey (input data suhu pada tiap kedalaman)

Gambar 3.17.
Contoh Tampilan IPR Input Data PROSPER
(Petroleum Experts, 2010c)

Gambar 3.18.
Contoh Tampilan Input Equipment Data PROSPER
(Petroleum Experts, 2010c)
51

e) Pada kolom kelima yaitu kolom Analysis Summary, yang merupakan suatu
bentuk dari penganalisaan terhadap model yang dibuat pada PROSPER
dengan keadaan yang sebenarnya. Dilakukan beberapa sensitivitas untuk
dapat menyamakan model yang dibuat dengan keadaan yang sebenarnya.

3.8.3. GAP
GAP merupakan bagian dari perangkat IPM yang diprogramkan untuk
membuat model total sistem yang termasuk di dalamnya adalah reservoir, sumur
dan fasilitas produksi di permukaan, untuk keperluan optimasi pada suatu
lapangan minyak, gas dan kondensat. Pada Gambar 3.19. dapat dilihat contoh
tampilan dari sub-program ini.

Gambar 3.19.
Contoh Tampilan dari Sub-program GAP
(Petroleum Experts, 2010a)

Tahapan yang dilakukan untuk sub-program GAP adalah sebagai berikut :

1. Membuat system model (Tank yang diperoleh dari sub-program MBAL,


well yang diperoleh dari sub-program PROSPER, choke, flowline,
separator, dsb), yang contoh hasil dari system model ini dapat dilihat pada
Gambar 3.20.
52

2. Menginput data untuk semua system model.


3. Run solve network (menjalankan serta menghidupkan aliran atau flow
untuk system model dengan melakukan run solve network).
4. Melakukan Prediction dengan run prediction (jika ingin melakukan
forecast atau peramalan produksi).

Gambar 3.20.
Contoh Pemodelan Sederhana System Model GAP
(Petroleum Experts, 2010a)
BAB IV
PERENCANAAN PENGEMBANGAN LAPANGAN GAS “RAL”

Dalam melakukan perencanaan pengembangan lapangan, langkah awal


yang dilakukan adalah persiapan data lapangan meliputi data geologi, data sifat
fisik gas dan batuan, data penampang sumur, data kondisi reservoir serta data
welltesting. Kemudian melakukan perhitungan sifat fisik gas dan perhitungan
OGIP serta dilanjutkan dengan perhitungan gas deliverability. Selanjutnya adalah
pemodelan reservoir dengan simulator MBAL yang didukung oleh data sifat fisik
batuan serta OGIP. Pembuatan model sumur menggunakan PROSPER yang
didukung oleh ketersediaan data kondisi reservoir serta hasil perhitungan gas
deliverability. Setelah semuanya valid, dilanjutkan dengan mengintegrasikan
berbagai data tersebut dalam GAP untuk pembuatan skenario tahapan
pengembangan lapangan dan diakhiri dengan prediksi untuk mempertahankan
plateu rate.

4.1. Pengumpulan, Persiapan, dan Analisa Data


Pada sub-bab ini akan membahas perencanaan pengembangan lapangan
mulai dari pengumpulan data, persiapan data, hingga analisa data.

4.1.1. Data Geologi dan Perhitungan Cadangan


Diketahui beberapa data geologi pada Tabel IV-1 untuk menentukan
nilai IGIP pada Lapangan Gas RAL.
Tabel IV-1
Data Geologi Lapangan RAL
Lapangan RAL
Reservoir Lapisan BRF
Bgi (cuft/scf) @ Pi = 1883 psia 0.0084
Porosity (fraksi) 0.15
Water Saturation initial (fraksi) 0.2
Volume Bulk (acre-ft) 868,467.63

53
54

Sehingga hasil perhitungan IGIP dengan metode volumetrik yaitu :

Karena lapangan RAL ini adalah lapangan yang bertenaga pendorong


depletion gas drive (Lampiran A) dan juga telah memiliki data produksi, jadi
perhitungan IGIP juga dilakukan dengan metode material balance P/Z vs Gp
menggunakan sub-program MBAL. Hasilnya didapatkan harga IGIP sebesar
526.48 BSCF. Untuk penjelasan lebih rinci mengenai pemodelan reservoir
menggunakan MBAL dapat dilihat pada sub-bab berikutnya. Dengan adanya
perbedaan hasil pada kedua metode perhitungan IGIP ini, maka data IGIP yang
digunakan pada skripsi ini adalah OGIP yang dihitung dengan metode material
balance P/Z vs Gp karena dihitung berdasarkan data production history sehingga
dianggap lebih mendekati kondisi reservoir yang sebenarnya atau kondisi actual.
Setelah menghitung IGIP, untuk memulai analisa tahapan perencanaan
pengembangan lapangan juga diperlukan data Recovery Factor Maksimum
(RFmaks) dan Remaining Reserve (RR) sehingga dapat diputuskan apakah
lapangan tersebut layak dikembangkan atau tidak. Dari hasil perhitungan,
didapatkan nilai RFmaks pada lapangan RAL sebesar 93.21%, EUR sebesar
490.74 BSCF, dan Remaining Reserve (RR) sebesar 37.74 BSCF. Dari hasil ini
dapat dilihat bahwa Remaining Reserve (RR) pada lapangan RAL masih cukup
besar dan masih layak untuk dilakukan pengembangan.

Perhitungan Recovery Factor Maksimum (Pabandon = 150 psia) yaitu :

( )
55

Perhitungan Estimated Ultimate Recovery (EUR)

maks

Perhitungan Cadangan atau Remaining Reserve (RR)

4.1.2. Data dan Perhitungan Sifat Fisik Gas


Dengan diketahui komposisi gas yang mana didominasi oleh kandungan
metana serta nilai impurities yang tidak terlalu besar, sehingga untuk mengetahui
karakteristik fluida reservoir diperlukan perhitungan dengan beberapa korelasi.
Pada perhitungan ini yaitu perhitungan pada Sumur RAL-04, untuk perhitungan
sumur lainnya tidak dilakukan, karena data komposisi gas yang tersedia hanya ada
pada sumur RAL-04, jadi hasil analisa data PVT disini sudah dianggap mewakili
keadaan Reservoir BRF Lapangan Gas “RAL”.

Perhitungan Z-Factor Menggunakan Korelasi Beggs and Brill


Input Data:
Tekanan initial = 1883 psia
Temperatur = 205.55 oF
SG gas = 0.829
% mol H2S =0
% mol CO2 = 19.466
% mol N2 = 0.091

Perhitungan:
1. Menghitung Pseudocritical Pressure (Ppc) dan Pseudocroitical
Temperature (Tpc)
- + 606.7 ( )
56

+0

-
+0

2. Menghitung Pseudo-reduced Pressure dan Temperature


-

3. Menghitung Koefisien A, B, C dan D


-

- ( )

- ( ) ( )

( ) ( )

- ( )

-0.00551
57

4. Menghitung Harga Z-Factor

Perhitungan Viskositas Menggunakan Korelasi Carr, Kobayashi and Burrows


Input Data:
Tekanan initial = 1883 psia
Temperatur = 205.55 oF
SG gas = 0.829
% mol H2S =0
% mol CO2 = 19.466
% mol N2 = 0.091

Perhitungan:
1. Menghitung Pseudocritical Pressure (Ppc) dan Pseudocroitical Temperature
(Tpc)
-
-

2. Menghitung Pseudo-reduced Pressure dan Temperatur


-
-

3. Menghitung Uncorrected Viskositas Gas


[ ]

[ ]
58

0.0111851 cp

4. Menghitung Correction pada Viskositas Gas terhadap Impurities.


[ ]
[
]

[ ]
[
]

[ ]
[ ]

5. Menghitung Viskositas Gas Terkoreksi


1 = ( 1)uncorected ∆ N2 ∆ CO2 ∆ H2S

1 = 0.0111851 + + +0
1 = 0.012929 cp

6. Menghitung ln (µg/µ1*Tpr)

0.756614 cp

7. Menghitung Viskositas Gas


59

Perhitungan Faktor Volume Formasi Gas (Bg) Menggunakan Korelasi Real


gas equation-of-state
Tekanan initial = 1883 psia
Temperatur = 205.55 oF
SG gas = 0.829
% mol H2S =0
% mol CO2 = 19.466
% mol N2 = 0.091

1. Menghitung Pseudocritical Pressure (Ppc) dan Pseudocroitical Temperature


(Tpc)
-
-

2. Menghitung Pseudo-reduced Pressure dan Temperatur


-
-

3. Menghitung Faktor Kompresibilitas Gas (Z)


-

4. Menghitung Bg

Tabulasi pada Tabel IV-2 berikut merupakan hasil perhitungan sifat fisik
Sumur RAL-04 yang dijadikan contoh perhitungan, yang akan digunakan untuk
diinput kedalam software MBAL. Setelah dihitung pada harga nilai salah satu
tekanan, selanjutnya karakteristik fluida diperhitungkan disetiap penurunan
tekanan reservoir namun diasumsikan isothermal yang ditunjukan oleh Tabel IV-
3. dan digambarkan oleh Gambar 4.1. s.d Gambar 4.3.
60

Tabel IV-2.
Korelasi Perhitungan Karakteristik Fluida
Parameter Korelasi Nilai Unit
Faktor Volume Formasi
Real gas equation-of-state cuft/scf
Gas (Bg)

Viskositas Gas (μg) Carr, Kobayashi, Burrows centipoise

Z-Factor Brill and Beggs (1974)

Tabel IV-3.
Hasil Perhitungan Sifat Fisik Fluida Setiap Tekanan
Pressure Z Factor Bg Viskositas gas
Keterangan
Psia - FT3/SCF Cp
14.7 0.9987721 1.278366999 0.011468167 -
100 0.9912785 0.186510023 0.011703328 -
150 0.9867322 0.123769762 0.011842299 Pabandon
200 0.9821021 0.092391734 0.011982097 -
300 0.972645 0.061001372 0.012264141 -
400 0.9630019 0.045297437 0.012549405 -
415 0.9615736 0.043626966 0.012591607 -
500 0.9532542 0.035871143 0.012837832 -
600 0.9434771 0.029586023 0.013129360 -
700 0.9337407 0.025097748 0.013423929 -
800 0.9241111 0.021734051 0.013721474 -
900 0.9146498 0.019121363 0.014021928 -
1000 0.9054144 0.017035461 0.014325223 -
1100 0.8964579 0.015333585 0.014631289 -
1200 0.887829 0.013920492 0.014940053 -
1300 0.8795719 0.012730179 0.015251441 -
1400 0.8717263 0.01171544 0.015565377 -
1500 0.8643272 0.010841601 0.015881783 -
1600 0.8574053 0.010082604 0.016200580 -
1700 0.8509868 0.009418471 0.016521687 -
1800 0.8450934 0.00883362 0.016845022 -
1883 0.8406135 0.008399483 0.017115022 Pinitial
61

Gambar 4.1.
Tekanan vs Faktor Volume Formasi Gas

Gambar 4.2.
Tekanan vs Viskositas
62

Gambar 4.3.
Tekanan vs Z-Faktor

Gambar 4.1. menggambarkan hubungan antara tekanan terhadap faktor


volume formasi gas dimana seiring dengan penurunan tekanan, nilai faktor
volume formasi semakin besar karena dengan menurunnya tekanan, maka volume
gas di reservoir juga semakin mengembang atau membesar. Gambar 4.2.
menggambarkan nilai viskositas pada setiap harga penurunan tekanan yang mana
semakin turun harga tekanan, maka nilai viskositas juga semakin menurun karena
gas semakin mengembang, semakin ringan, dan semakin mudah untuk mengalir.
Sedangkan Gambar 4.3. menggambarkan faktor kompresibilitas atau faktor
deviasi gas pada setiap harga penurunan tekanan, dimana seiring dengan
menurunnya tekanan, maka faktor kompresibilitas gas semakin mendekati satu
karena gas semakin mendekati kondisi gas ideal. Hal tersebut penting untuk
diketahui karena gas bersifat compressible.
Nilai dan Grafik hubungan tersebut akan digunakan dalam pendekatan
perhitungan Real Gas Pseudo Pressure dalam analisa Pressure Build Up pada
analisa berikutnya.
63

4.1.3. Perhitungan Real Gas Pseudo Pressure m(p)


Penentuan Pseudo-Pressure m(P) dilakukan dengan mengasumsikan
beberapa harga tekanan dan menentukan viskositas dan faktor kompresibilitas
untuk setiap harga asumsi tekanan, lalu menentukan gas pseudopressure untuk
setiap harga asumsi tekanan.
Tabel IV-4.
Tabulasi Data Real Gas Pseudo Pressure
mean DP mean * AP Kumulatif dari mean AP
Pressure Gas Viscocity Z-factor 2P/μZ
(2P/μZ)m DP (2P/μZ)m*100 m(P)i
14.7 0.01147 0.99877 2.57.E+03 2.57.E+03 1.47.E+01 3.77315.E+04 3.77.E+04
100 0.01170 0.99128 1.72.E+04 9.90.E+03 8.53.E+01 8.44738.E+05 8.82.E+05
200 0.01198 0.98210 3.40.E+04 2.56.E+04 1.00.E+02 2.56155.E+06 3.44.E+06
300 0.01226 0.97265 5.03.E+04 4.21.E+04 1.00.E+02 4.21453.E+06 7.66.E+06
400 0.01255 0.96300 6.62.E+04 5.82.E+04 1.00.E+02 5.82481.E+06 1.35.E+07
415 0.01259 0.96157 6.85.E+04 6.73.E+04 1.47.E+01 9.90036.E+05 1.45.E+07
500 0.01284 0.95325 8.17.E+04 7.51.E+04 8.53.E+01 6.40672.E+06 2.09.E+07
600 0.01313 0.94348 9.69.E+04 8.93.E+04 1.00.E+02 8.92942.E+06 2.98.E+07
700 0.01342 0.93374 1.12.E+05 1.04.E+05 1.00.E+02 1.04283.E+07 4.02.E+07
800 0.01372 0.92411 1.26.E+05 1.19.E+05 1.00.E+02 1.18937.E+07 5.21.E+07
900 0.01402 0.91465 1.40.E+05 1.33.E+05 1.00.E+02 1.33265.E+07 6.55.E+07
1000 0.01433 0.90541 1.54.E+05 1.47.E+05 1.00.E+02 1.47274.E+07 8.02.E+07

Setelah selesai dilakukan perhitungan dengan pendekatan ini yang


terdapat pada Tabel IV-4. Langkah selanjutnya melakukan plot antara P vs m(P)
seperti pada Gambar 4.4. sehingga didapatkan persamaan fungsi gas pseudo
pressure.

Gambar 4.4.
Grafik P vs m(P)
64

Gambar 4.4. merupakan plot yang didapatkan dari pendekatan Pseudo


Pressure, nilai persamaan yang didapatkan dari trendline kurva akan digunakan
untuk perhitungan P*.

4.1.4. Analisa Pressure Build Up


Parameter-parameter yang diperlukan untuk melakukan analisa uji sumur
ada pada Tabel IV-5. berikut.
Tabel IV-5.
Data yang Diperlukan pada Analisa Uji Sumur
Lapangan RAL
Nama Sumur RAL-16
Gauge Depth (ft) 1154
Jenis Sumur Vertical
Tanggal Test 15 Agst 2018 - 18 Agst 2018
Interval Perforasi 1292-1294
Porositas (Ø) 0.15
Saturasi air (Sw) 0.2
Saturasi gas (Sg) 0.8
Bottom Hole Temperature (Tf) 205.55
Viscositas (cp)
Z faktor (zi)
Rw (inch) 7
Kompressibilitas gas (Cgi) -
1883 psia
Tekanan reservoir (Pi)
1868 psig
Kompressibilitas Total (1/psi) -
tp (jam) 8

Berdasarkan Pressure Build Up yang dilakukan pada sumur RAL-16 pada


bulan agustus 2018, diperoleh data waktu penutupan dan data tekanan, dari data
tersebut didapatkan juga data (tp+Δt)/Δt dan ΔP = (P ws – Pwf) Tabel IV.6.
Kemudian plot data Δt vs ΔP pada kertas grafik log-log Gambar 4.5. untuk
menentukan End of Wellbore Storage (EOWBS). Dan kemudian membuat Horner
Plot (Horner time vs Pws) Gambar 4.6. untuk melakukan analisa dan
perhitungan. Analisa dilakukan dengan menggunakan pseudo-Pressure ψ (m(P))
(mmpsia2cp).
65

Tabel IV-6.
Data Test Tekanan
Elapsed Time Pws Tf dT m(P) Horner Time Δm(P)
Tanggal Waktu
hours Psia F mmpsia2/cp (tp+dt)/dt mmpsia2/cp
08/17/2018 20:02:57 3.12917 186.986 196.118 0 3.023200314 0.000000 0.0000000
08/17/2018 20:03:02 3.13056 186.987 196.118 0.001389 3.023232087 5760.539237 0.0000318
08/17/2018 20:03:07 3.13194 186.988 196.118 0.002777 3.023263861 2881.806626 0.0000635
08/17/2018 20:03:12 3.13333 186.987 196.118 0.004166 3.023232087 1921.307249 0.0000318
08/17/2018 20:03:17 3.13472 186.989 196.118 0.005555 3.023295635 1441.144014 0.0000953
08/17/2018 20:03:22 3.13611 186.989 196.118 0.006944 3.023295635 1153.073733 0.0000953
08/17/2018 20:03:27 3.13750 186.986 196.119 0.008333 3.023200314 961.038402 0.0000000
08/17/2018 20:03:32 3.13889 186.984 196.118 0.009722 3.023136767 823.875951 -0.0000635
08/17/2018 20:03:37 3.14028 186.985 196.118 0.011111 3.023168540 721.007200 -0.0000318
08/17/2018 20:03:42 3.14167 186.988 196.118 0.0125 3.023263861 641.000000 0.0000635
08/17/2018 20:03:47 3.14306 186.984 196.118 0.013889 3.023136767 576.995392 -0.0000635
08/17/2018 20:03:52 3.14444 186.987 196.118 0.015277 3.023232087 524.663023 0.0000318
08/17/2018 20:03:57 3.14583 186.987 196.119 0.016666 3.023232087 481.019201 0.0000318
08/17/2018 20:04:02 3.14722 186.985 196.119 0.018055 3.023168540 444.090557 -0.0000318
08/17/2018 20:04:07 3.14861 186.985 196.119 0.019444 3.023168540 412.437976 -0.0000318
08/17/2018 20:04:12 3.15000 186.988 196.119 0.020833 3.023263861 385.006144 0.0000635

Berikut langkah dan hasil perhitungannya :

1. Waktu Berakhirnya Wellbore Storage

Gambar 4.5.
Log-Log Plot pada Sumur RAL-16

Dari Gambar 4.5. diperoleh End of Wellbore Storage yaitu sebesar 1.3
jam dimana production time (tp) sebesar 8 jam sehingga menghasilkan dt EOWB
7.15 jam yang digunakan untuk membuat grafik semi-log plot.
66

2. Menghitung P*

Gambar 4.6.
Semilog Plot pada Sumur RAL-16

Gambar 4.7.
Grafik m(P) vs P pada Sumur RAL-16
67

Nilai P* dihitung saat nilai horner time (x) = 1. Dari Gambar 4.6. yaitu
semilog plot pada sumur RAL-16, diperoleh persamaan garis semilog straight line
y = -0.033ln(x) + 7.8141 yang akan digunakan untuk mencari nilai m(P). Setelah
dapat nilai m(P), maka dikonversi menjadi nilai tekanan reservoir menggunakan
persamaan y = 23.758x + 117.53 yang didapat dari Gambar 4.7. Berikut adalah
hasil analisa perhitungan P* untuk sumur RAL-16 Tabel IV.7. yang dianggap
mewakili tekanan reservoir saat ini (1 Agustus 2018) untuk input data pada
pemodelan reservoir, sumur, dan total sistem pada simulator IPM Expert 7.5.

Tabel IV-7.
Hasil Perhitungan P* Sumur RAL-16
x y m(P) Pressure Keterangan
1 7.8141 303.18 P*
10 7.7381 301.37
9 7.7416 301.45 P 1jam

4.1.5. Analisa Deliverabilitas


Pada Sumur RAL-16 uji deliverabilitas yang dilakukan adalah Modified
Isochronal Test (MIT) dengan melakukan uji rate untuk berbagai ukuran choke
yang terlampir pada Tabel IV-8. Pada Tabel IV-8. tersebut juga terdapat analisa
deliverabilitas pada sumur RAL-16 yang mana analisanya dilakukan
menggunakan Metode Konvensional (Rawlins – Schellhardt).

4.1.5.1. Metode Konvensional (Rawlins – Schellhardt)


Pada analisa menggunakan metode konvensional, prinsipnya adalah
dengan merubah harga tekanan menjadi tekanan kuadrat (P2) lalu mencari selisih
harga tekanan kuadrat (ΔP2) sesuai dengan data pengujian sehingga dapat
menentukan koefisien C dan harga koefisien turbulensi (n) yang digunakan dalam
penentuan AOFP. Metode konvensional digunakan karena pada input data Prosper
memasukan nilai c dan n yang terdapat pada perhitungan konvensional. Hasil
perhitungan menggunakan metode konvensional terdapat pada Tabel IV-8.
68

Tabel IV-8.
Hasil Perhitungan Deliverabilitas Metode Konvensional
Durasi Chk Size Pws Pwf q Pws^2 Pwf^2 Pws^2-Pwf^2
Kegiatan
(hour) /64 in psia psia mmscfd mmpsi^2 mmpsi^2 mmpsi^2
Shut-in 303.18 0.092
Flow 1 3 15 223 0.971 0.050 0.042
Shut-in 3 302 0.091
Flow 2 3 17 200 1.113 0.040 0.051
Shut-in 3 302 0.091
Flow 3 3 19 187 1.300 0.035 0.056
Shut-in 3 302 0.091
Flow 4 3 21 180 1.368 0.032 0.059
Extended Flow 8 19 187 1.310 0.035 0.057

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel IV-8. dapat digunakan untuk


melakukan plot grafik deliverabilitas antara Pws2-Pwf2 vs laju alir. Grafik plot
deliverabilitas terdapat pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8.
Plot Deliverability q vs dP2

Plot pada Gambar 4.8. digunakan untuk mendapatkan nilai c dan n untuk
diinputkan ke dalam sub-program PROSPER serta untuk mengetahui nilai
AOFP.
69

1. Menghitung Nilai Faktor Turbulensi (n)


Nilai n didapatkan dengan menentukan nilai dua harga dP2 pada sumbu
y yang berpotongan dengan garis trendline data test yang kemudian ditarik ke
sumbu x untuk nilai q. Setelah didapatkan dua harga q dan dua harga dP2
maka nilai n dapat ditentukan.

Tabel IV-9
Data Perhitungan Faktor Turbulensi (n)
Q dP^2
mmscfd mmpsi^2
1.25 0.051
1.5 0.062

Perhitungan Faktor Turbelensi (n) :

Sehingga

2. Menghitung Nilai Konstanta C

Sehingga

3. Menghitung Nilai Absolute Open Flow Potential (AOFP)

Sehingga
70

4.1.5.2. Kurva Inflow Performance Relationship Metode Konvensional


Berdasarkan harga AOFP yang sudah dihitung, dan harga tekanan
reservoir (Pr) dari analisa Pressure Build-Up serta asumsi beberapa harga Pwf yang
terdapat pada Tabel IV-10, maka kurva IPR dapat dibentuk seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.9.

Tabel IV-10.
Plot Kurva IPR Metode Konvensional
Pwf (psia) Qsc (mmscfd)
303.18 0.00
300 0.06
200 1.20
100 1.84
14.7 2.04
Pada Tabel IV-10. didapatkan laju alir sumur RAL-16 pada masing
masing harga Pwf asumsi. Kemudian plot antara Pwf dan laju alir seperti
Gambar 4.9.

Gambar 4.9.
Kurva IPR Metode Konvensional

Dari Gambar 4.9. terlihat bahwa dengan membuat IPR yang merupakan
plot antara Pwf vs Rate didapatkan nilai AOFP sebesar 2.044 MMSCFD. Jika
dibandingkan dengan Gambar 4.8. yang merupakan deliverability plot antara rate
71

(q) pada sumbu x dengan dP2 pada sumbu y juga didapatkan harga yang sama.
Jadi bisa dipastikan bahwa perhitungan AOFP dan kurva IPR dengan metode
konvensional sudah mendekati kondisi actual.

4.2. Pembuatan Model


Pada sub-bab ini akan membahas secara detail tentang pembuatan model
baik model reservoir dan model sumuran, serta mengintegrasikan kedua model
tersebut dengan total system hingga dapat dilakukannya peramalan / forecasting
agar dapat direncanakan tahapan pengembangan yang sesuai dengan kontrak yang
diinginkan oleh pembeli.

4.2.1. Pemodelan Reservoir dengan MBAL


Reservoir dimodelkan dengan simulator MBAL yang diasumsikan
menggunakan asumsi material balance. Asumsi material balance yang digunakan
adalah asumsi bahwa reservoir dianggap sebagai suatu tangki.
Lapangan RAL merupakan dry gas reservoir, oleh karena itu pada system
options dipilihlah model reservoir fluid gas. Data yang diinputkan pada simulator
MBAL adalah data fluida reservoir (PVT) dan data sifat fisik batuan reservoir.
Data sifat fisik fluida specific gravity (SGgas), tekanan separator, specific gravity
kondesat, salinintas air formasi, dan persentase impurities (H2S, CO2, N2).
Sedangkan data sifat fisik batuan yang diinputkan meliputi data temperatur &
tekanan awal reservoir, porositas (ɸ), initial water saturation (Swi) dan residual
gas saturation (Sgr), jumlah gas mula-mula (IGIP) dan production history.
Langkah input data pada sub-program MBAL ini dapat dilihat pada Lampiran B.
Setelah menginput seluruh data tersebut, maka langkah berikutnya adalah
melakukan history matching, dengan guna untuk menyamakan kondisi simulator
dengan kondisi actual. Dalam proses history matching ini, ada beberapa
parameter yang dapat diubah atau di-adjust dengan tujuan untuk mendapatkan
hasil yang mendekati kondisi actual. Data tersebut adalah gas in place,
outer/inner radius, reservoir thickness, porosity, dan aquifer permeability. Dalam
kasus ini, data yang diubah adalah data Initial Gas in Place (IGIP). Diketahui
bahwa lapangan RAL sudah memiliki data produksi, maka akan lebih mendekati
72

kondisi actual jika perhitungan IGIP dilakukan menggunakan metode material


balance P/Z vs Gp daripada metode volumetrik sebagaimana yang telah dilakukan
sebelumnya. Hasil perhitungan IGIP menggunakan metode material balance P/Z
vs Gp yang diolah dengan sub-program MBAL dapat dilihat pada Gambar 4.10.
dan perbandingan kedua hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel IV-11.
dimana hasil perhitungan IGIP dengan metode volumetrik adalah sebesar 540.43
BSCF, sedangkan hasil perhitungan IGIP dengan metode material balance P/Z vs
Gp adalah sebesar 526.48 BSCF, dan persen perbedaan hasil perhitungan IGIP
antara kedua metode tersebut adalah sebesar 2.5 %.
Kemudian dari Gambar 4.11. dapat dilihat bahwa simulasi reservoir ini
sudah mendekati kondisi actual, karena tank pressure dan cumulative gas
production dari data lapangan actual dengan simulation sudah match. Jadi model
reservoir ini dapat digunakan sebagai model reservoir untuk pemodelan total
system pada sub-program GAP.

Tabel IV-11.
Perbedaan Hasil Perhitungan IGIP
Volumetrik MBAL P/Z vs Gp Perbedaan, %
540.43 BSCF 526.48 BSCF 2.5 %

Gambar 4.10.
IGIP dengan Metode P/Z vs Gp pada Lapangan RAL
73

Gambar 4.11.
Tank Pressure & Cumulative Gas Production vs Time

4.2.2. Pemodelan Sumuran dengan PROSPER


Pemodelan sumur ini dilakukan untuk menganalisa production
performance dari kondisi persumuran saat ini menggunakan sub-program
PROSPER. PROSPER mampu menganalisa dan melakukan perhitungan terhadap
VLP (Vertival Lift Performace), serta dapat membuat dan menentukan IPR
(Inflow Performance Relationship). Untuk input data pada sub-program
PROSPER ini menggunakan data Well Test yang telah dilakukan untuk
menghasilkan model yang mendekati kondisi actual.
Hasil plot dari calculation pada PROSPER ini, menunjukkan laju alir
versus tekanan (Q vs Pwf) dan tubing intake, sehingga membentuk kurva IPR
yang disertai dengan system inflow dan outflow pada sumur di lapangan RAL,
yang hasilnya ini akan digunakan sebagai model sumur pada pengembangan
lapangan. Data yang diinput adalah Reservoir Pressure, Reservoir Temperature,
C, n, Gas Gravity, Tekanan separator (psig), Water Salinity (ppm) dan Impurities,
Deviation Survey, Surface Equipment, dan Downhole Equipment, dimana langkah
input data pada PROSPER ini dijelaskan pada Lampiran C.

Analisa IPR dan VLP Sumur RAL-16


Analisa dan kontruksi Inflow Performance Relationship (IPR) yang telah
dilakukan pada analisa deliverabilitas pada bagian sebelumnya, dikonstruksikan
74

lagi ke dalam sub-program PROSPER dengan cara memasukkan nilai tekanan


reservoir saat ini (1 Agustus 2018), serta nilai C dan n pada menu IPR. Sedangkan
untuk analisa dan konstruksi Vertical Lift Performance (VLP) langsung saja
dilakukan menggunakan sub-program PROSPER. Kontruksi VLP pada Sumur
RAL-16 dilakukan menggunakan data ukuran ID tubing 2.441 inch dengan
kedalaman casing 1293 ft. Berikut adalah hasil konstruksi IPR dan VLP yang
ditunjukkan dalam bentuk Gambar 4.12.

Gambar 4.12.
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-16

Dari grafik tersebut diperoleh Q = 1.312 MMscf/day pada Pwf = 186.7


psia. Persen (%) kesalahan hasil simulasi dengan hasil uji sumur actual dapat
dilihat pada Tabel IV-12. Dapat diketahui persen kesalahan gas rate (Qg) adalah
0.15 % dan Flowing Botom Hole Pressure (Pwf) sebesar 0.16 % sehingga untuk
model IPR dan VLP pada sumur RAL-16 sudah dianggap mendekati kondisi
actual. Untuk konstruksi kurva IPR dan VLP pada sumur lainnya dapat dilihat
pada Lampiran D.

Tabel IV-12.
Perbedaan Hasil Uji Sumur dengan Simulasi Sumur RAL-16
Test Data Simulated Error
Qg (MMscf) Pwf (psia) Qg (MMscf) Pwf (psia) Qg (%) Pwf (%)
1.31 187 1.312 186.7 0.15 0.16
75

4.2.3. Pemodelan Total Sistem dengan GAP


Pemodelan dengan sub-program GAP ini digunakan untuk memodelkan
sistem jaringan di permukaan dari total sistem yang terintegrasi dengan model
reservoir dari sub-program MBAL dan model kinerja produksi dari masing-
masing sumur dari sub-program PROSPER, serta waktu untuk memprediksikan
production performance dari Lapangan “RAL”.
Icon menu berupa gambar seperti separator, kompresor dan fasilitas
produksi lainnya dapat dilihat pada keterangan gambar pada legenda. Untuk
reservoir, sumur dan jaringan pipa permukaan sampai separator harus terhubung
membentuk satu sistem, agar pada saat validasi dan prediksi dari model dapat di-
running nantinya setelah semua data sudah dimasukkan. Reservoir/tank dari sub-
program MBAL dan sumur dari sub-program PROSPER ini dapat di-import, lalu
menggunakan solve network, total system akan dilaksanakan untuk mengetahui
production performance pada saat ini. Jika ternyata sistem tidak ataupun belum
terkoneksi dengan baik, maka validasi sistem perlu dilakukan kembali melalui
fasilitas model validation. Melalui model validation, dapat di-edit kembali sistem
IPR maupun VLP dari masing-masing sumur sampai hasilnya mendekati kondisi
actual. Selanjutnya sistem akan dilanjutkan dengan solve network.
Setelah model total system telah mendekati kondisi actual, maka kita dapat
melanjutkan dengan memprediksikan production performance dari lapangan gas
ini dengan menggunakan menu prediction. Lama waktu prediksi dan time step
dari prediksi dapat diatur sesuai dengan tahapan pengembangan yang diinginkan,
namun time step yang semakin kecil akan memberikan hasil prediksi yang lebih
akurat.
Dapat dilihat pada Gambar 4.13. merupakan model yang terintegrasi dari
pemodelan reservoir dengan MBAL, lalu pemodelan persumuran dengan
PROSPER, dan pemodelan total sistem dengan GAP yang dapat dilakukan
running prediction. Sumur yang saat ini aktif pada Lapangan RAL yaitu
berjumlah 12 sumur. Pada perencanaan pengembangan Lapangan RAL kali ini
akan terdapat 2 tahapan pengembangan dalam pemenuhan masa kontrak yang
akan dibahas pada sub-bab selanjutnya.
76

Gambar 4.13.
Pemodelan Total Sistem untuk Lapangan RAL

4.3. Tahapan Perencanaan Pengembangan Lapangan

Beberapa tahapan perencanaan pengembangan lapangan yang dilakukan


pada Lapangan RAL dilakukan untuk dapat memenuhi target produksi sesuai gas
rate agreement yang akan dijual ke konsumen, yaitu sebesar 8 MMSCFD selama
10 tahun waktu kontrak. Tahapan-tahapan yang dibuat untuk optimalisasi laju alir
gas yaitu dengan bean-up choke dan melakukan penambahan compressor.
Terdapat dua tahapan dalam perencanaan pengembangan lapangan RAL ini yang
dapat dilihat pada Tabel IV-13.

Tabel IV-13.
Tahapan Pengembangan Lapangan RAL
Tahap Tanggal Keterangan
Tahap 1 01 Agustus 2018 Bean Up Choke
Tahap 2 01 Juni 2025 Menambah Compressor

4.3.1. Tahap 1
Tahap 1 yaitu prediksi produksi gas pada kondisi actual dengan
memproduksikan 12 sumur existing dengan target laju alir gas sebesar 8
MMSCFD. Hal ini dapat dicapai dengan bean up choke pada 12 sumur ini, dan
pada simulator produksi GAP ini, bean-up choke menggunakan calculated,
77

dimana ukuran bukaan choke diubah dan diperhitungkan secara otomatis agar
dapat mencapai target laju alirnya. Dari kondisi tersebut akan dilihat kemampuan
produksinya hingga tahun 2028.
Dari hasil prediction dengan menggunakan simulator produksi ini, yang
data-datanya sudah divalidasi dengan kondisi actual, bean-up choke dilakukan
dengan mengubah ukuran choke dari 0.3 inch menjadi 0.45 inch, dan pada tahap
ini lapangan mampu mempertahankan plateu gas rate sebesar 8 MMSCFD
sampai tanggal 1 Juni 2025 (6 tahun 10 bulan), dengan kumulatif produksi gas
sebesar 472.96 BSCF yang dapat dilihat pada Gambar 4.14.

Gambar 4.14.
Gas Rate dan Cumulative Production vs Time pada Tahap 1

4.3.2. Tahap 2
Tahap 2 yaitu lanjutan dari tahap 1 yang memprediksi produksi gas pada
kondisi actual dengan memproduksikan 12 sumur existing dengan target laju alir
gas sebesar 8 MMSCFD dengan cara bean-up choke. Hal yang membedakan pada
tahap 2 ini adalah pada saat tahap 1 sudah tidak mampu memproduksi laju alir gas
sesuai target pada tanggal 1 Juni 2025, maka dilakukan penambahan compressor
dengan fix delta P sebesar 60 psia, yaitu dengan inlet pressure sebesar 54.6 psia
dan outlet pressure sebesar 114.6 psia. Dari kondisi tersebut akan dilihat
kemampuan produksinya hingga tahun 2028.
78

Dari hasil prediction dengan menggunakan simulator produksi ini, yang


data-datanya sudah divalidasi dengan kondisi actual, pada tahap ini lapangan
mampu mempertahankan plateu gas rate sebesar 8 MMSCFD sampai akhir
kontrak tanggal 1 Agustus 2028 (10 tahun), dengan kumulatif produksi gas
sebesar 482.23 BSCF yang dapat dilihat pada Gambar 4.15.

Gambar 4.15.
Gas Rate dan Cumulative Production vs Time pada Tahap 2

4.3.3. Hasil Akhir Tahapan Pengembangan Lapangan RAL


Pada bagian ini akan dijelaskan hasil dari semua tahapan pengembangan
lapangan yang telah disimulasikan berdasarkan data-data Lapangan RAL dengan
menggunakan sub-program GAP. Pada pengembangan ini, plateau rate dimulai
dari akhir data produksi pada Lapangan RAL, yaitu pada tanggal 1 Agustus 2018
sampai dengan 1 Agustus 2028. Hasil dari semua tahapan pengembangan
Lapangan RAL yang telah dilakukan dengan menggunakan simulator produksi ini
dapat dilihat pada Tabel IV-14. yang menjelaskan perbandingan end of plateu,
cumulative gas production, dan recovery factor. Nilai RF ini didapatkan dari
kumulatif produksi gas dari awal produksi hingga akhir kontrak dibagi dengan
IGIP sebesar 526.48 BSCF.
79

Tabel IV-14.
Hasil Akhir Semua Tahapan Pengembangan Lapangan RAL
Plateu Rate End of Plateu Gp RF
Tahapan
MMSCFD dd/mm/yyyy BSCF %
Tahap 1 01/06/2025
8 472.96 89.83
(Choke-up) (6 tahun 10 bulan)
Tahap 2 01/08/2028
8 482.23 91.73
(Compressor) (10 tahun)
BAB V
PEMBAHASAN

Lapangan RAL adalah lapangan gas potensial yang telah berproduksi sejak
1 Agustus 1979 dan pengolahannya berada di dalam wilayah kerja PT. Pertamina
EP Asset 2. Lapangan RAL saat ini memiliki 12 sumur aktif. Dikarenakan saat ini
perusahaan telah memiliki pembeli yang baru, maka lapangan RAL harus segera
diketahui performa produksinya dan dilakukan perencanaan pengembangan
lapangan.
Pada studi ini penulis berusaha menganalisa dan memberikan solusi untuk
lapangan RAL ini. Solusi yang dimaksud adalah dimana lapangan RAL ini
mampu memenuhi gas rate agreement, yaitu berproduksi dengan laju alir gas
konstan 8 MMSCFD selama 10 tahun.
Metodologi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang
terdapat di Lapangan Gas RAL adalah metode Material Balance P/Z vs Gp,
Nodal Analysis dan Total System Analysis menggunakan bantuan simulator IPM-
EXPERT 7.5. Simulator ini memiliki beberapa sub-program yang saling
terintegrasi meliputi MBAL, PROSPER, dan GAP. MBAL adalah sub-program
yang digunakan dalam membuat model reservoir, PROSPER adalah sub-program
yang digunakan untuk membuat model sumuran, dan GAP adalah sub-program
yang digunakan untuk mengintegrasikan model reservoir dan sumuran tersebut
kedalam total system untuk kemudian dilakukan analisa production performance
dan forecasting nantinya. Tetapi harus diingat bahwa perencanaan pengembangan
suatu lapangan gas sebelumnya harus didasarkan pada berbagai aspek seperti
geologi dan geofisika, teknik reservoir hingga pada akhirnya diputuskan dan
dilaksanakan apabila telah memenuhi syarat atau kriteria dari aspek keekonomian.
Di Skripsi ini hanya dibahas secara teknik, tidak dibahas aspek keekonomiannya.
Tahap awal simulasi adalah dengan mengumpulkan data, yang terdiri dari
data-data geologi, data reservoir maupun data lapangan. Data itu meliputi data
geologi, sifat fisik gas dan batuan, komposisi gas, data well test, dan data

80
81

produksi. Data tersebut akan dipilih, dimodifikasi dan disesuaikan untuk dapat
menjadi input guna membangun model yang mendekati kondisi actual supaya
dapat dieksekusi oleh simulator IPM-EXPERT 7.5.
Reservoir Gas pada Lapangan RAL adalah reservoir gas yang dianggap
memiliki cadangan gas potensial. Formasi baturaja adalah formasi yang
diperkirakan merupakan formasi potensial gas produktif pada reservoir gas BRF.
Formasi ini memiliki porositas sebesar 15% dan saturasi air 20%. Dilihat dari data
komposisi gas dan diagram fasa yang dimiliki, lapangan RAL memiliki komposisi
gas yang didominasi metana, kandungan metana (CH4) pada sumur RAL-04
diatas 70% dan fasa fluida yang pada tekanan separator tetap berupa gas
membuktikan bahwa gas pada lapisan ini merupakan jenis gas kering (dry gas).
Hal tersebut diketahui jika melihat kandungan dari senyawa-senyawa berat C5-C10
memiliki harga yang sangat kecil (hampir nol). Kemudian impurities pada
komposisi gas kurang dari 20% yaitu CO2 dan N2, sedangkan H2S tidak
ditemukan pada lapangan RAL. Selain itu, harga Z pada pada setiap lapisan
hampir mendekati 1, yang artinya bahwa perilaku dari gas pada reservoir ini
merupakan gas ideal.
Selanjutnya adalah data jumlah gas mula-mula (IGIP) pada reservoir gas
Lapangan RAL. Metode yang digunakan dalam menentukan jumlah mula-mula
(IGIP) adalah dengan Metode Volumetrik. Metode ini digunakan untuk nanti
dibandingkan dengan metode P/Z vs Gp. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan
dengan Metode Volumetrik didapatkan nilai IGIP pada Lapangan RAL sebesar
540.435 BSCF dan dengan Metode P/Z vs Gp didapat IGIP sebesar 526.48 BSCF.
Perhitungan dengan metode P/z vs Gp dianggap lebih mendekati kondisi actual
karena dihitung berdasarkan data produksi actual. Untuk dapat mengetahui suatu
lapangan layak atau tidak untuk dikembangkan, maka perlu diketahui Remaining
Reserve dari suatu lapangan. Remaining Reserve pada Lapangan RAL adalah
sebesar 37.74 BSCF, angka ini masih cukup besar dan layak untuk dilakukan
pengembangan lapangan.
Sub-program MBAL digunakan untuk membuat model reservoir atau tank
Lapangan RAL menyerupai kondisi actual-nya, karena nanti akan dilakukan
82

forecasting. Pada pemodelan reservoir MBAL, data yang diinputkan meliputi Psep,
impurities, water salinity, SGgas, Swi, Ø, Player, Tlayer, nilai OGIP, serta production
history. Setelah itu dilakukan history matching, dan didapatkan hasil bahwa model
reservoir lapangan ini dianggap sudah match. Dari sini dapat dilihat bahwa model
reservoir telah menyerupai kondisi actual dan dapat digunakan untuk forecasting
pada sub-program GAP.
Sub-program PROSPER pada perencanaan pengembangan lapangan RAL
ini digunakan untuk membuat model sumuran, baik sumur RAL-04, RAL-06,
RAL-07, RAL-09, RAL-10, RAL-12, RAL-14, RAL-15, RAL-16, RAL-17, RAL-
18, dan RAL-23 supaya menyerupai kondisi actual. Model yang telah dibuat nanti
akan diintegrasikan bersamaan dengan MBAL ke dalam sub-program GAP yang
akan digunakan untuk melakukan forecasting. Data-data yang diinputkan ke
dalam sub-program PROSPER ini adalah Data PVT (Psep, impurities, water
salinity, SGgas, Swi, Ø), data untuk IPR (C, n, Pres, Tres), dan Equipment Data
(Deviation Survey, Surface Eqipment, Downhole Equipment, Temperature
Survey). Setelah semua data diinputkan kita dapat membuat kurva IPR sehingga
dapat diketahui nilai AOFP. AOFP sangat penting untuk diketahui, karena untuk
menentukan plateau rate dari setiap lapisan. Hasil pemodelan sumur pada sub-
program PROSPER pada konstruksi IPR untuk Sumur RAL-16 didapat AOFP
sebesar 2.044 MMSCFD. Kemudian konstruksi VLP pada Sumur RAL-16 didapat
gas rate sebesar 1.312 MMSCFD dengan Pwf sebesar 186.7 psia. Hasil ini tidak
jauh berbeda dengan data hasil uji sumur actual, dimana pada data hasil uji sumur
actual didapatkan nilai AOFP sebesar 2.043 dan gas rate sebesar 1.31 MMSCFD
dengan Pwf sebesar 187 psia. Dari sini dapat dilihat bahwa model sumur telah
menyerupai kondisi actual dan dapat digunakan untuk forecasting pada sub-
program GAP.
Dan langkah terakhir dalam simulasi produksi ini dengan menggunakan
sub-program GAP untuk pemodelan total sistem yang terintegrasi dari reservoir,
sumur hingga sistem produksi permukaan. Setelah semua data menyerupai kondisi
actual, termasuk dengan model reservoir dari sub-program MBAL dan model
sumur-sumur dari sub-program PROSPER, maka selanjutnya dari sub-program
83

GAP ini, dapat dilakukan production forecasting dan dapat dilakukan berbagai
tahapan pengembangan pada pengembangan lapangan ini untuk menguras
cadangan gas yang tersisa. Pemodelan yang dilakukan adalah memodelkan
reservoir dan 12 sumur yang aktif pada lapangan ini hingga pada jaringan
permukaan. Pada pemodelan ini menggunakan beberapa constraint yaitu prediksi
dilakukan hingga akhir kontrak yaitu 1 Agustus 2028, gas rate agreement yang
diterima di separator sebesar 8 MMSCFD.
Tahap 1 merupakan prediksi produksi gas pada kondisi actual dengan
memproduksikan 12 sumur existing dengan target laju alir gas konstan sebesar 8
MMSCFD. Hal ini dapat dicapai dengan cara bean-up choke pada 12 sumur ini,
dan pada simulator produksi GAP ini, penggantian ukuran bukaan choke
menggunakan calculated, dimana ukuran bukaan choke diubah dan
diperhitungkan secara otomatis agar dapat mencapai target laju alirnya. Dari
kondisi tersebut akan dilihat kemampuan produksinya hingga tahun 2028
kedepan. Dari hasil prediction dengan menggunakan simulator produksi ini, yang
data-datanya sudah divalidasi dengan kondisi actual, bean-up choke dilakukan
dengan mengubah ukuran choke dari 0,3 inch menjadi 0,45 inch, dan pada tahap
ini lapangan mampu mempertahankan gas rate sebesar 8 MMSCFD sampai
tanggal 1 Juni 2025 (6 tahun 10 bulan), dengan kumulatif produksi gas sebesar
472.96 BSCF.
Tahap 2 merupakan lanjutan dari Tahap 1 yang memprediksi produksi gas
pada kondisi actual dengan memproduksikan 12 sumur existing dengan target laju
alir gas sebsar 8 MMSCFD dengan cara bean up choke pada 12 sumur ini. Hal
yang membedakan pada Tahap 2 ini adalah pada saat Tahap 1 sudah tidak mampu
memproduksikan laju alir gas sesuai target pada tanggal 1 Juni 2025, maka
dilakukan penambahan compressor, dengan fix delta P sebesar 60 psia, yaitu
dengan inlet pressure sebesar 54.6 psia dan outlet pressure sebesar 114.6 psia.
Dari kondisi tersebut akan dilihat kemampuan produksinya hingga 1 Agustus
2028, pada tahap ini lapangan RAL mampu mempertahankan gas rate sebesar 8
MMSCFD sampai tanggal 1 Agustus 2028 (10 tahun),dengan kumulatif produksi
gas sebesar 482.23 BSCF dan Recovery Factor sebesar 91.73%.
84

Dari hasil prediction dengan menggunakan simulator produksi ini, yang


data-datanya sudah divalidasi dengan kondisi actual, dapat disimpulkan bahwa
lapangan ini mampu memenuhi target produksi kepada pembeli sesuai kontrak
sebesar 8 MMSCFD selama 10 tahun dengan Recovery Factor sebesar 91.73%.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil prediksi dan pengembangan Lapangan Gas RAL yang


akan dilakukan di masa yang akan datang, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan hasil perhitungan IGIP dengan menggunakan metode P/Z vs
Gp pada sub-program MBAL didapatkan hasil sebesar 526.48 BSCF,
dengan Recovery Factor Maximum sebesar 93.21 %, produksi kumulatif
sebesar 453 BSCF, dan Remaining Reserve sebesar 37.74 BSCF, maka
Lapangan RAL layak untuk dikembangkan.
2. Tahapan pengembangan yang dibuat dengan simulator IPM ini terdiri dari
2 tahapan pengembangan, dimana hasil dari tahapan tersebut adalah :
a. Tahap 1 dilakukan dengan memproduksikan dan melakukan bean-up
choke dari ukuran 0,3 inch menjadi 0,45 inch pada 12 sumur existing
dengan target laju alir gas sebesar 8 MMSCFD. Hasil yang didapatkan
pada tahapan ini, lapangan RAL mampu mempertahankan plateu gas
rate sampai tanggal 1 Juni 2025 (6 tahun 10 bulan) dengan kumulatif
produksi gas sebesar 472.96 BSCF dan Recovery Factor sebesar
89.83%.
b. Tahap 2 merupakan lanjutan dari tahap 1 dengan penambahan
compressor dengan fix delta P sebesar 60 psia yaitu dengan inlet
pressure sebesar 54.6 psia dan outlet pressure sebesar 114.6 psia.
Hasil yang didapatkan pada tahapan ini, Lapangan RAL mampu
memenuhi target produksi hingga akhir kontrak dengan
mempertahankan plateu gas rate sebesar 8 MMSCFD sampai tanggal
1 Agustus 2028 (10 tahun) serta didapatkan kumulatif produksi gas
sebesar 482.23 BSCF dan Recovery Factor sebesar 91.73 %.

85
86

6.2. Saran
Dari hasil tahapan pengembangan dari sisi engineer, terdapat saran yaitu:
1. Dengan Recovery Factor pada lapangan ini sebesar 93.21 % dan dengan
rate yang sesuai dengan gas rate agreement pada Lapangan RAL ini
sebesar 8 MMSCFD yang pada akhir kontrak didapatkan kumulatif
produksi gas sebesar 482.23 BSCF. Dengan Estimate Ultimate Recovery
atau Reserve sebesar 490,74 BSCF, maka masih cukup banyak cadangan
yang belum terambil, yaitu sebesar 8,51 BSCF. Apabila pada lapangan ini
dapat menemukan pembeli yang dapat menaikkan produksi hingga 9
MMSCFD atau 10 MMSCFD, maka cadangan yang terambil akan lebih
banyak dan akan menghasilkan keuntungan yang lebih.
DAFTAR PUSTAKA

Abdassah, D. (1993). Teknik Eksploitasi Gas Bumi. Bandung: Institut Teknologi


Bandung.
Abdassah, D. (1997). Analisys Transient Tekanan. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
Ahmed, T. (2001). Reservoir Engineering Handbook (2nd ed). Houston, Texas:
Gulf Professional Publishing.
Beggs, H. D. (1984). Gas Production Operations. Tulsa, Oklahoma: OGCI
Publication.
Beggs, H. D. (2003). Production Optimization Using Nodal Analysis. Tulsa,
Oklahoma: OGCI and Petroskills Publication.
Guo, B., & Ghalambor, A. (2005). Reservoir Engineering Handbook. Houston,
Texas: Gulf Publishing Company.
Ikoku, C. U. (1984). Natural Gas Reservoir Engineering. Malabar, Florida:
Krieger Publishing Company.
Ikoku, C. U. (1992). Natural Gas Production Engineering. Malabar, Florida:
Krieger Publishing Company.
Pertamina EP Asset 2. (2017). Laporan POFD Lapangan Betung. Prabumulih:
Pertamina.
Petroleum Experts. (2010a). User Manual : IPM GAP Version 8.5. Edinburg,
Scotland: Petroleum Expert Ltd.
Petroleum Experts. (2010b). User Manual : IPM MBAL Version 10.5. Edinburg,
Scotland: Petroleum Expert Ltd.
Petroleum Experts. (2010c). User Manual : IPM PROSPER Version 11.5.
Edinburg, Scotland: Petroleum Expert Ltd.
Pletcher, J. L. (2000). Improvements to Reservoir Material Balance Methods. SPE
Annual Technical Conference and Exhibition. Dallas, Texas: Society of
Petroleum Engineers.

87
LAMPIRAN

88
LAMPIRAN A
PENENTUAN DRIVE MECHANISM RESERVOIR “BRF”
LAPANGAN “RAL”

Dalam menentukan drive mechanism pada Reservoir “BRF” ini digunakan


metode Cole Plot, dengan tahapan sebagai berikut:
1. Mentabulasikan data yang ditunjukkan pada Tabel A-1.
Tabel A-1.
Tabulasi Data Perhitungan Drive Mechanism Metode Cole Plot
DATE Pres Gp, SCF Bg F Eg=Et F/Et
01/08/1979 1883 83645000 0.008399483 702574.7471 0 0
01/09/1979 1874 249368700 0.008442664 2105336.232 0.000043181 48755627012
01/07/1982 1774 22287071800 0.008980443 200147767.3 0.000580960 344512354417
01/06/1983 1715 31281584400 0.009325936 291730050.9 0.000926453 314889207739
01/08/1985 1667 48037985700 0.009626033 462415217.3 0.001226550 377004869988
01/09/1985 1633 48850082600 0.009855572 481445522.1 0.001456089 330642825966
01/11/1988 1546 80298176700 0.010482464 841722750.1 0.002082981 404095232450
01/12/1988 1538 81063411100 0.010541218 854507053.2 0.002141735 398978951798
01/07/1996 1027 238715891100 0.016544778 3949501435 0.008145295 484881316514
01/07/2007 571 381262018600 0.031203839 11896838474 0.022804356 521691498576
01/07/2011 460 411203788600 0.03916556 16105026699 0.030766077 523467018232
01/09/2012 425 417511528600 0.042486118 17738444109 0.034086635 520392934320
01/10/2012 426 417926188600 0.042457348 17744037697 0.034057865 520996767069
01/02/2013 422 419609598600 0.042893427 17998493521 0.034493944 521787061338
01/03/2013 419 420031878600 0.043200439 18145561347 0.034800956 521409858566
01/04/2013 419 420478738600 0.043185925 18158763161 0.034786442 522006914157
01/10/2013 405 423062368600 0.044664805 18895998216 0.036265322 521048679490
01/02/2014 401 424582458600 0.045182277 19183602144 0.036782794 521537385835
01/03/2014 399 424882888600 0.045465431 19317483457 0.037065948 521165238972
01/11/2015 364 432217208600 0.049985618 21604644274 0.041586135 519515560450
01/05/2016 357 435266388600 0.050914083 22161188875 0.042514600 521260673175
01/11/2016 349 438609288600 0.052196425 22893836622 0.043796942 522726833880
01/09/2017 337 444065115600 0.054108729 24027798929 0.045709246 525666053610
01/10/2017 323 444393249100 0.056468705 25094311238 0.048069222 522045296335
01/11/2017 321 445222151100 0.056807839 25292108309 0.048408356 522474017113
01/01/2018 318 447032160100 0.057441901 25678377258 0.049042418 523595247728
01/08/2018 303 453006922100 0.060342659 27335642014 0.051943176 526260508333

2. Menentukan besarnya fluida underground withdrawal (F) dengan persamaan


F = Gp Bg + Wp Bw
Berdasarkan asumsi tidak adanya water influx, maka contoh besarnya harga F
pada tekanan 1874 psia :
F @1874 psia = Gp x Bg = 249368700 x 0.008442664 = 2105336.232
3. Menentukan besarnya Ekspansi gas (Eg) dengan persamaan
Eg = Bg-Bgi
Contoh perhitungan besarnya harga Eg pada tekanan 1874 psia :

89
90

Eg @1874 psia = Bg-Bgi = 0.008442664 - 0.008399483 = 0.000043181


Besarnya ekspansi air dan batuan (Efw) dalam perhitungan ini diabaikan, atau
sama dengan 0. Sehingga besarnya Eg=Et.
4. Menentukan besarnya F/Et
Contoh perhitungan besarnya harga F/Et pada tekanan 1874 psia :
F/Et @1874 psia = 2105336.232 / 0.000043181 = 48755627012
5. Plot F/Et vs F

Gambar A-1. Cole Plot (F/Et vs F)


Berdasarkan analisa dari metode Cole Plot pada Gambar A-1. jenis drive
mechanism Reservoir “BRF” Lapangan “RAL” adalah depletion drive, hal ini
terlihat dari trend yang garis horizontal sejak pertama reservoir diproduksikan.
Gambar A-2. berikut adalah dasar dalam penentuan jenis drive mechanism
metode Cole Plot.

Gambar A-2. Cole Plot


(Pletcher, 2000)
LAMPIRAN B
PEMBUATAN MODEL RESERVOIR “BRF” LAPANGAN “RAL”
MENGGUNAKAN SOFTWARE MBAL IPM 7.5

1. Membuka Sofware MBAL IPM 7.5. kemudian Klik Tool – Material


Balance

Gambar B-1
Layar Tampilan Awal

Gambar B-2
Layar Material Balance

91
92

2. Klik Option kemudian isi data yang dibutuhkan.

Gambar B-3
Layar System Option

3. Klik PVT – Fluid Properties untuk memasukkan data PVT kemudian


melakukan Match Data

Gambar B-4
Layar Input PVT
93

Gambar B-5
Layar Input Data Match PVT

Gambar B-6
Layar Match PVT
94

4. Klik Input – Tank Data kemudian memasukkan data yang dibutuhkan, jika
sudah Klik Done

Gambar B-7
Layar Input Tank Parameter

Gambar B-8
Layar Input Water Influx
95

Gambar B-9
Layar Input Rock Compressibility

Gambar B-10
Layar Input Rock Compaction
96

Gambar B-11
Layar Input Permeability

Gambar B-12
Layar Input Production History
97

5. Klik History Matching – Analitical Method, melakukan regresi untuk me-


matching-kan dengan data produksi dengan Klik Regression.

Gambar B-13
Layar Analitical Method

Gambar B-14
Layar Regression
98

6. Klik History Matching – Graphical Method, memilih metode kemudian


melakukan “bestfit” untuk me-matching-kan dengan data produksi dengan
Klik Regression.

Gambar B-15
Layar Graphical Method

7. Dari kedua metode secara grafik dan analisis pilihlah yang memiliki IGIP
atau yang telah di regresi/ best fit yang mendekati dengan data
volumetriknya. Pada lapangan RAL ini, metode grafik memiliki nilai IGIP
yang paling mendekati nilai IGIP volumetrik.
LAMPIRAN C
PEMBUATAN MODEL SUMUR PADA LAPANGAN “RAL”
MENGGUNAKAN SOFTWARE PROSPER IPM 7.5

C-1. Konstruksi Kurva IPR


1. Membuka Sofware PROSPER IPM 7.5. kemudian Klik Option Summary,
kemudian masukkan data identitas Sumur dan System Summary

Gambar C-1
Layar Tampilan Awal

Gambar C-2
Layar Input System Summary

99
100

2. Mengisi Data PVT dengan cara Klik Kolom PVT Data, kemudian masukkan
data PVT yang ada.

Gambar C-3
Layar Tampilan Utama

Gambar C-4
Layar Input Data PVT
101

Gambar C-5
Layar Input Data PVT

3. Setelah input data PVT, selanjutnya Klik Kolom IPR Data pada tampilan
utama, kemudian masukkan data untuk analisa deliverabilitas dan
mengkontruksi IPR

Gambar C-6
Layar Tampilan Utama
102

Gambar C-7
Layar Select Model IPR

Gambar C-8
Layar Input Data IPR
103

Gambar C-9
Layar Hasil Kontruksi IPR

C-2. Kontruksi Kurva VLP


1. Setelah melakukan kontruksi IPR, Klik Kolom Equipment Data pada layar
utama, kemudian masukkan data equipment yang ada.

Gambar C-10
Layar Tampilan Utama
104

Gambar C-11
Layar Input Data Equipment

Gambar C-12
Layar Input Deviation Survey
105

Gambar C-13
Layar Input Downhole Equipment

Gambar C-14
Layar Input Gradien Geothermal
106

2. Setelah melakukan input data equipment, Klik System 3 Variables pada


Kolom Analysis Summary pada layar utama untuk melakukan Analisa IPR
dan VLP.

Gambar C-15
Layar Tampilan Utama

Gambar C-16
Layar Input Data System 3 Variables
107

Gambar C-17
Layar Input Variables

Gambar C-18
Layar Hasil Simulasi
108

Gambar C-19
Plot IPR dan VLP Hasil Simulasi
LAMPIRAN D
KONSTRUKSI KURVA IPR DAN VLP PADA TIAP SUMUR

Gambar D-1
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-04

Gambar D-2
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-06

109
110

Gambar D-3
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-07

Gambar D-4
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-09
111

Gambar D-5
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-10

Gambar D-6
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-12
112

Gambar D-7
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-14

Gambar D-8
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-15
113

Gambar D-9
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-16

Gambar D-10
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-17
114

Gambar D-11
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-18

Gambar D-12
Grafik VLP dan IPR Sumur RAL-23

Anda mungkin juga menyukai